S BIO 0700007 Chapter4 -...

28
44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam tiga pertemuan. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai terlebih dahulu dilakukan tes awal, sedangkan tes akhir dilakukan setelah pembelajaran. Pembelajaran ini dimulai dari mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing siswa untuk membuat rancangan kegiatan praktikum. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah- langkah pada pembelajaran berbasis praktikum sebagai berikut: Pada pertemuan pertama dilakukan Fase Orientasi Masalah dan fase perumusan masalah. Pada fase orientasi masalah, siswa diberikan suatu permasalahan mengenai faktor yang mempengaruhi fotosintesis, misalnya Air. Siswa dibimbing oleh guru untuk membuat rumusan masalah, hipotesis, menentukan variabel penelitian dan langkah-langkah dalam kegiatan praktikum. Pada fase perumusan masalah, guru membagi kelas menjadi 5 kelompok, masing- masing kelompok terdiri atas 5-6 orang siswa. Setiap kelompok membuat satu rancangan percobaan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi fotosintesis seperti pengaruh klorofil, cahaya dan karbondioksida dan membuktikannya dengan percobaan Sach kemudian menuliskannya pada lembar kerja siswa yang sudah disediakan guru. Rancangan percobaan yang mereka susun terdiri dari judul

Transcript of S BIO 0700007 Chapter4 -...

Page 1: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi

fotosintesis dilakukan dalam tiga pertemuan. Sebelum kegiatan pembelajaran

dimulai terlebih dahulu dilakukan tes awal, sedangkan tes akhir dilakukan setelah

pembelajaran. Pembelajaran ini dimulai dari mempelajari faktor-faktor yang

mempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing siswa untuk membuat

rancangan kegiatan praktikum. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-

langkah pada pembelajaran berbasis praktikum sebagai berikut:

Pada pertemuan pertama dilakukan Fase Orientasi Masalah dan fase

perumusan masalah. Pada fase orientasi masalah, siswa diberikan suatu

permasalahan mengenai faktor yang mempengaruhi fotosintesis, misalnya Air.

Siswa dibimbing oleh guru untuk membuat rumusan masalah, hipotesis,

menentukan variabel penelitian dan langkah-langkah dalam kegiatan praktikum.

Pada fase perumusan masalah, guru membagi kelas menjadi 5 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri atas 5-6 orang siswa. Setiap kelompok membuat satu

rancangan percobaan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi fotosintesis

seperti pengaruh klorofil, cahaya dan karbondioksida dan membuktikannya

dengan percobaan Sach kemudian menuliskannya pada lembar kerja siswa yang

sudah disediakan guru. Rancangan percobaan yang mereka susun terdiri dari judul

Page 2: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

45

percobaan, tujuan percobaan, rumusan masalah, hipotesis, variabel percobaan, alat

dan bahan, serta langkah kerja. Siswa diberikan waktu selama satu minggu untuk

mendiskusikan rancangan percobaan yang akan mereka lakukan.

Pada pertemuan kedua, dilakukan fase melakukan penyelidikan dan

fase mengatasi kesulitan. Pada fase penyelidikan, siswa mulai melakukan

kegiatan penyelidikan atau praktikum sesuai dengan rancangan percobaan yang

telah mereka buat yaitu mengenai pengaruh klorofil, cahaya dan karbondioksida

terhadap hasil akhir fotosintesis berupa amilum melalui percobaan Sach.

Siswa menyiapkan alat dan bahan yang akan mereka gunakan sesuai

dengan petunjuk praktikum yang telah mereka susun. Alat yang harus mereka

siapkan terdiri atas pembakar spirtus, tabung reaksi, pinset, gelas kimia, tripod,

korek api, cawan Petri, dan alumunium foil. Sedangkan bahan yang digunakan

terdiri atas daun tanaman, larutan iodin, air dan alkohol 70%.

Para siswa juga melakukan pengamatan selama kegiatan praktikum

berlangsung, mengelompokkan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel.

Selain itu, para siswa diminta untuk mengemukakan kesulitan yang mereka alami

selama kegiatan praktikum.

Pada fase mengatasi kesulitan guru menugaskan siswa untuk memikirkan

berbagai cara dalam mengatasi kesulitan dalam proses penyelidikan, misalnya

ketika salah satu daun ada yang sulit untuk menjadi layu dan sulitnya

mendidihkan air dan alkohol kemudian siswa merancang ulang cara kerja yang

mereka gunakan selama kegiatan praktikum. Ketika siswa kesulitan dalam

Page 3: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

46

menginterpretasikan data, siswa bersama teman kelompok melakukan diskusi

kecil kemudian mengkonsultasikan hasil diskusi tersebut kepada guru.

Pada pertemuan ketiga, dilakukan fase refleksi hasil penyelidikan.

Guru meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan hasil pengamatannya dan

dilakukan diskusi perbandingan mengenai hasil pengamatan pada masing-masing

kelompok di depan kelas. Guru mengarahkan siswa untuk mengaitkan hasil

pengamatan dengan teori atau konsep yang telah mereka pelajari mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Di akhir pembelajaran siswa diminta

untuk menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, menyimpulkan

peran hasil fotosintesis (amilum) bagi makhluk hidup lainnya.

Data hasil penelitian didapatkan melalui tes berupa uraian, tes pilihan

ganda, dan lembar observasi, kemudian diolah dan dianalisis. Soal uraian

diberikan untuk mengetahui pengusaan keterampilan proses sains siswa pada

subkonsep faktor-faktor yang memepengaruhi fotosintesis yang terdiri atas faktor

cahaya, karbondioksida, dan klorofil diperoleh dari hasil pengolahan nilai tes awal

dan tes akhir yang dapat dilihat pada lampiran D1 sampai D12. Selain itu, terdapat

pula hasil pengolahan lembar observasi untuk mengetahui keterampilan proses

siswa dalam melaksanakan praktikum. Soal pilihan ganda diberikan kepada siswa

untuk mengetahui penguasaan konsep siswa.

1. Keterampilan Proses Sains

a. Hasil tes awal dan tes akhir soal uraian keterampilan proses sains

Tes awal dilakukan untuk mengetahui keterampilan proses sains awal

siswa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Setelah

Page 4: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

47

pembelajaran, siswa diberikan tes akhir untuk mengukur keterampilan proses

sains setelah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum.

Kedua data tersebut masih merupakan data mentah, sehingga kemudian

dikonversikan ke dalam skala nilai 0-100. Selanjutnya dilakukan perhitungan

untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi dari seluruh jenis

keterampilan proses sains. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terdapat pada

lampiran D.1 dan D.2, dan terangkum dalam Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Keterampilan Proses Sains

Hasil Tes Awal Tes Akhir Rata-rata 35 72,08

SD 8,0 1,16 Min 16 46

Maks. 52 92 Nilai ideal 100 100

n 26 26

N-Gain 0,57 (Sedang)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan

penguasaan keterampilan proses sains. Peningkatan tersebut dapat terlihat dari

perolehan selisih nilai rata-rata tes awal dan nilai rata-rata tes akhir serta hasil

perhitungan nilai N-Gain yang diperoleh sebesar 0,57 termasuk kriteria sedang.

Setelah dilakukan analisis terhadap nilai rata-rata tes awal dan tes akhir

dari seluruh jenis keterampilan proses sains, kemudian dilakukan perhitungan

nilai rata-rata tes awal dan tes akhir dari setiap jenis keterampilan proses sains

serta menghitung indeks gain (gain ternormalisasi) dari skor hasil pretes dan

postes yang telah dilaksanakan oleh siswa. Nilai rata-rata tersebut kemudian

Page 5: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

48

dikonversikan ke dalam nilai N-Gain untuk mengetahui kriteria peningkatan

keterampilan proses sains yang telah dicapai oleh siswa. Adapun hasil

perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran D.3 sampai lampiran D.12, dan

terangkum dalam Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Analisis Nilai Rata-rata Setiap Jenis Keterampilan Proses Sains

Melalui Tabel 4.2 terlihat nilai rata-rata dan kriteria peningkatan pada

setiap jenis keterampilan proses sains. Jenis keterampilan proses yang memiliki

kriteria peningkatan tinggi dengan perolehan nilai N-Gain sebesar 0,76 yaitu

keterampilan memprediksi dan keterampilan komunikasi, sedangkan jenis

keterampilan proses lainnya termasuk kriteria sedang dengan perolehan nilai N-

Gain yang bervariasi.

No. Jenis KPS Rata-

Rata Tes Awal

Rata-Rata Tes

Akhir

Rata-Rata

N-Gain Kriteria

1. Merencanakan Percobaan

34,62 63,71 0,41 Sedang

2. Mengajukan Pertanyaan

15,4 73,1 0,69 Sedang

3. Berhipotesis 17,3 75 0,63 Sedang 4. Mengklasifikasikan 76,92 96,15 0,40 Sedang 5. Mengamati 52,6 79,5 0,51 Sedang 6. Menerapkan Konsep 32,97 78,57 0,68 Sedang 7. Prediksi 44,23 94,23 0,76 Tinggi 8. Komunikasi 12,8 82,1 0,76 Tinggi 9. Interpretasi 44,23 77,8 0,49 Sedang 10. Menggunakan Alat Dan

Bahan 21,15 57,69 0,57 Sedang

Rata-rata 0,57 Sedang

Page 6: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

49

b. Hasil Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kemunculan

keterampilan proses sains pada pembelajaran berbasis praktikum dengan

pendekatan inkuiri. Keterampilan proses sains yang diharapkan muncul pada

lembar observasi terdiri atas keterampilan merencanakan percobaan,

mengajukan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, mengamati,

berkomunikasi, menerapkan konsep, prediksi, interpretasi, menggunakan alat

dan bahan serta melaksanakan percobaan. Lembar observasi digunakan pada

saat kegiatan praktikum berlangsung. Data yang telah diperoleh kemudian

dilakukan perhitungan dengan menggunakan perhitungan menurut Purwanto

(2004:102), untuk mengetahui persentase rata-rata kemunculan setiap jenis

keterampilan proses sains siswa. Adapun hasil perhitungan selengkapnya

terdapat pada lampiran D.13, dan terangkum dalam Tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Persentase Kemunculan Keterampilan Proses Sains

No. Jenis KPS Rata-Rata (%)

1. Merencanakan Percobaan 73,47 2. Mengajukan Pertanyaan 84 3. Berhipotesis 88 4. Mengklasifikasikan 80 5. Mengamati 70 6. Menerapkan Konsep 76 7. Prediksi 84 8. Komunikasi 64 9. Interpretasi 84 10. Menggunakan Alat Dan Bahan 66,85

11. Melaksanakan percobaan 70,66

Rata-rata 76,45

Page 7: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

50

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa persentase rata-rata

kemunculan setiap jenis keterampilan proses sains dalam kegiatan praktikum

dengan pendekatan inkuiri secara keseluruhan adalah sebesar 76,45%. Jenis

keterampilan yang memiliki persentase rata-rata kemunculan paling tinggi

adalah keterampilan berhipotesis dengan rata-rata kemunculan sebesar 88%

sedangkan persentase kemunculan keterampilan proses sains yang paling rendah

adalah keterampilan komunikasi dengan rata-rata kemunculan sebesar 64%.

2. Penguasaan konsep

a. Hasil tes awal dan tes akhir penguasaan konsep

Tes awal dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep awal siswa

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Setelah pembelajaran,

siswa diberikan tes akhir berupa soal pilihan ganda untuk mengukur penguasaan

konsep setelah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri melalui pembelajaran

berbasis praktikum. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai

rata-rata dan standar deviasinya. Adapun hasil perhitungan selengkapnya

terdapat pada lampiran D.14, dan terangkum dalam Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Analisis Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Penguasaan konsep

Hasil Tes Awal Tes Akhir Rata-rata 49,23 68,07 SD 1,05 1,95 Min 30 30 Maks. 70 100 Nilai ideal 100 100 n 26 26

N-Gain 0,37 (Sedang)

Page 8: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

51

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat

peningkatan hasil tes penguasaan konsep setelah pembelajaran berbasis

praktikum pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis.

Peningkatan penguasaan konsep terlihat dari perolehan nilai tes awal dan tes

akhir siswa yang cukup besar. Selain itu, peningkatan pengusaan konsep juga

dapat diketahui dari hasil perhitungan rata-rata nilai N-Gain yaitu sebesar 0,38

termasuk kriteria sedang.

3. Analisis Regresi dan Korelasi Keterampilan Proses Sains dengan

Penguasaan konsep

Perhitungan regresi dan korelasi antara keterampilan proses sains dengan

penguasaan konsep dilakukan dengan menggunakan bantuan prgram SPSS 16.0.

Nilai rata-rata tes akhir keterampilan proses sains dikorelasikan dengan nilai

rata-rata tes akhir penguasaan konsep. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran D.17 dan terangkum dalam Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Rekap Hasil Perhitungan Analisis Regresi dan Korelasi

Rumus Regresi Korelasi Kesimpulan �� = −8,595 + 1,064 � 0,632 Tinggi

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang

ditemukan antara keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep

memenuhi persamaan :

�� = −8,595 + 1,064 �

Page 9: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

52

Penguasaan konsep adalah variabel terikat (Y), sedangkan keterampilan

proses sains adalah variabel bebas (X). Diketahui pula bahwa koefisien korelasi

(dilihat dari persentase perbedaan dari variabel bebas dan variabel terikat)

sebesar 0,632 yang dikategorikan tinggi (Arikunto, 2007).

B. Pembahasan

1. Keterampilan proses sains

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Tabel 4.1 dan

Tabel 4.2 secara keseluruhan terjadi peningkatan keterampilan proses sains

setelah dilakukan pembelajaran berbasis praktikum. Melalui Tabel 4.1 diketahui

bahwa sebelum dilakukan pembelajaran berbasis praktikum nilai rata-rata

keterampilan proses sains sebesar 35. Rendahnya skor yang didapat oleh siswa

sebelum pembelajaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor

eksternal maupun faktor internal. Faktor internal misalnya ketika tes awal

dilakukan, ada beberapa siswa yang tidak memiliki persiapan untuk menjawab

soal karena tidak terbiasa belajar sehari atau pada malam hari sebelum

pembelajaran dimulai. Rendahnya pengetahuan siswa mengenai metode ilmiah

(indikator keterampilan proses sains) menyebabkan hasil tes awal yang dicapai

menjadi rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh pengalaman belajar siswa yang

kurang bermakna, karena guru cenderung mengajar dengan metode ceramah

dan kurang melatihkan keterampilan proses sains yang merupakan keterampilan

yang dapat diamati pada saat kegiatan praktikum berlangsung. Fakta tersebut

didukung juga dengan pernyataan yang dilaporkan oleh Subiantoro (2009)

Page 10: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

53

bahwa kecenderungan guru membelajarkan siswanya dengan metode yang

kurang representatif dan mendukung pemenuhan kebutuhan keilmuan IPA

termasuk Biologi. Dengan kenyataan tersebut maka siswa kurang diberi

kesempatan untuk melatihkan keterampilan proses sains mereka.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

praktikum maka keterampilan proses sains siswa meningkat menjadi 72,08.

Salah satu hal yang mendukung pencapaian ini adalah karena pembelajaran yang

telah dilakukan dapat memotivasi siswa, siswa menjadi lebih aktif dalam

mencari informasi untuk memecahkan masalah mereka melalui kegiatan

praktikum. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh

Subiantoro (2009) bahwa di dalam kegiatan praktikum sangat dimungkinkan

adanya penerapan beragam keterampilan proses sains sekaligus pengembangan

sikap ilmiah yang mendukung proses perolehan pengetahuan (produk keilmuan)

dalam diri siswa. Peningkatan keterampilan proses sains ini didukung pula oleh

temuan-temuan sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa penulis

(Sudargo, 2009 dan Trisnawati, 2009). Sudargo (2009) melaporkan bahwa

capaian keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran berbasis

praktikum menjadi meningkat dan memiliki kategori baik dan sangat baik.

Peningkatan keterampilan proses sains siswa dapat pula dilihat dari

perbedaan nilai Standar Deviasi (SD) antara tes awal dan tes akhir. Data tersebut

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan, meskipun

angka peningkatan tersebut tidak terlalu besar. Kriteria peningkatan

keterampilan proses sains diperoleh dari hasil perhitungan indeks gain (N-Gain)

Page 11: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

54

menunjukkan bahwa kriteria peningkatan keterampilan proses sains siswa

termasuk kriteria sedang dengan perolehan angka N-Gain sebesar 0,57.

Peningkatan keterampilan proses sains tersebut sesuai dengan pernyataan

Rustaman, et al., (2003:129) bahwa dengan kegiatan praktikum berarti siswa

melakukan kegiatan yang mencakup pengendalian variabel, pengamatan,

melibatkan pembanding atau kontrol, dan penggunaan alat-alat praktikum.

Subiantoro (2009) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

keterampilan proses merupakan pembelajaran yang ideal bagi pemenuhan

tuntutan penerapan proses sains serta sikap ilmiah. Secara umum, pembelajaran

dengan pendekatan keterampilan proses ini dapat dilakukan melalui

pembelajaran model inkuiri atau pembelajaran berbasis praktikum. Berdasarkan

uraian yang telah dipaparkan di atas maka melalui pembelajaran berbasis

praktikum dengan pendekatan inkuiri dapat melatihkan siswa untuk menemukan

sendiri mengenai suatu konsep dan siswa juga terlatihkan untuk mempelajari

sains melalui proses sains dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun

kegiatan yang dipraktikumkan oleh siswa yaitu beberapa percobaan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis melalui pembuktian percobaan

Sach. Dalam pembelajaran ini, siswa dilatihkan seluruh jenis keterampilan

proses sains, mulai dari merencanakan percobaan, membuat pertanyaan,

membuat hipotesis, mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, berkomunikasi,

interpretasi, menggunakan alat dan bahan sampai melakukan kegiatan

eksperimen. Untuk mengetahui secara lebih rinci mengenai peningkatan

Page 12: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

55

keterampilan proeses sains siswa, berikut ini penjelasan setiap jenis

keterampilan proses sains.

1) Keterampilan merencanakan percobaan

Rustaman et.al. (2003) menyatakan bahwa ada beberapa kegiatan yang

dilakukan oleh siswa dalam merencanakan percobaan meliputi menentukan alat

dan bahan, menentukan variabel, menentukan apa yang akan di ukur, diamati,

dicatat serta menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja.

Keterampilan merencanakan percobaan yang terdiri atas indikator

menentukan alat dan bahan, menentukan variabel, dan menentukan apa yang

akan dilaksanakan berupa langkah kerja memperoleh nilai rata-rata tes awal

sebesar 34,62 dan tes akhir sebesar 63,7 dengan nilai N-Gain sebesar 0,41

termasuk kriteria sedang. Adanya peningkatan ini juga didukung oleh data hasil

observasi yang menunjukan rata-rata 73,47% memunculkan keterampilan

merencanakan percobaan.

Peningkatan keterampilan merencanakan percobaan terjadi karena

pengaruh pembelajaran berbasis praktikum yang telah dilakukan. Seperti telah

diketahui bahwa dalam pembelajaran berbasis praktikum memalui pendekatan

inikuiri bebas, siswa terlebih dahulu harus membuat rancangan kegiatan

praktikum secara berkelompok kemudian rancangan tersebut dikonsultasikan

kepada guru sebelum dilakukan percobaan. Siswa diberi waktu selama satu

minggu untuk membuat suatu rancangan kegiatan praktikum. Lamanya waktu

yang diberikan guru kepada siswa dalam membuat rancangan suatu kegiatan

praktikum menyebabkan pemahaman siswa dalam merancang suatu praktikum

Page 13: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

56

menjadi lebih bertambah. Dengan demikian, keterampilan siswa dalam

merencanakan percobaan menjadi meningkat.

2) Keterampilan mengajukan pertanyaan

Keterampilan mengajukan pertanyaan dapat berupa meminta penjelasan,

tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis.

(Rustaman et al., 2003:102). Dalam penelitian ini pertanyaan yang diajukan

berupa pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis yaitu membuat rumusan

masalah.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari tes uraian yang

dipaparkan pada Tabel 4.2, keterampilan mengajukan pertanyaan memperoleh

nilai N-Gain sebesar 0,69 termasuk kriteria sedang. Selain itu, data yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan sebesar 84% siswa mampu

memunculkan keterampilan dalam mengajukan pertanyaan.

Di awal pembelajaran, secara keseluruhan siswa masih tidak mengerti

dalam membuat rumusan masalah bahkan ada beberapa siswa yang tidak tahu

apa yang dimaksud dengan rumusan masalah atau pertanyaan penelitian,

sehingga pada tes awal yang telah dilakukan nilai rata-rata yang diperoleh hanya

15,4. Hal ini dapat disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan selama ini

hanya menuntut siswa untuk mendengarkan penjelasan dari guru tanpa

melatihkan siswa untuk mempelajari biologi melalui kegiatan praktikum

khususnya dengan pendekatan inkuiri. Berdasarkan hasil temuan peneliti selama

di lapangan, diketahui bahwa di sekolah tersebut jarang sekali dilakukan

Page 14: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

57

kegiatan praktikum walaupun alat dan bahan yang tersedia di laboratorium

sebenarnya sudah sangat mendukung terlaksananya kegiatan praktikum.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

praktikum nilai rata-rata tes akhir siswa mengalami peningkatan. Peningkatan

keterampilan siswa dalam mengajukan pertanyaan dapat disebabkan oleh siswa

sudah terlatih dalam membuat rumusan masalah selama kegitan merancang

percobaan. Lamanya waktu yang diberikan kepada siswa dalam melatihkan

keterampilan mengajukan pertanyaan sama dengan waktu siswa dalam

merencanakan percobaan, sehingga capaian peningkatan siswa dalam

mengajukan pertanyaan termasuk kriteria sedang dengan persentase kemunculan

yang baik.

Data mengenai peningkatan keterampilan siswa dalam mengajukan

pertanyaan sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kholil (2009)

bahwa keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan -

keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka melakukan inkuiri ilmiah. Hal

ini menunjukkan bahwa setelah siswa mengikuti kegiatan praktikum dengan

pembelajaran berbasis praktikum, kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan

dapat dilatihkan dengan baik.

3) Keterampilan berhipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan

perkiraan penyebab sesuatu terjadi (Rustaman, et.al. 2003:95). Perumusan

Hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang

Page 15: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

58

bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi (Kholil, 2008). Dalam penelitian ini,

indikator yang digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam membuat

hipotesis yaitu mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan

dalam suatu kejadian.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.2, melalui tes uraian terlihat

bahwa keterampilan berhipotesis siswa memiliki rata-rata hasil tes awal sebesar

17,3. Seperti halnya keterampilan merumuskan masalah, dalam membuat

hipotesis pun siswa cenderung mengalami kesulitan bahkan ada beberapa siswa

yang tidak mengisi jawaban tes sama sekali. Rendahnya rata-rata tes awal dapat

disebabkan oleh ketidaktahuan siswa mengenai cara membuat hipotesis, karena

pada pembelajaran biasanya siswa tidak dilatihkan untuk membuat hipotesis

yang merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam

mempelajari biologi sebagai proses sains.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

praktikum, terdapat peningkatan rata-rata tes akhir siswa menjadi 75 dan

persentase kemunculan berhipotesis siswa sebesar 88% dengan kriteria

peningkatan yang sedang. Fakta tersebut didukung oleh suatu pernyataan yang

dikemukakan oleh Trihastuti, et al. (2009) bahwa eksperimen melibatkan

pertanyaan-pertanyaan, pengamatan-pengamatan dan pengukuran. Eksperimen

(praktikum) merupakan landasan sains yang dirancang untuk menguji

pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide. Dengan demikian, melalui kegiatan

pembelajaran berbasis praktikum siswa tidak hanya dituntut untuk melakukan

kegiatan praktikum akan tetapi mereka juga dilatihkan untuk membuat suatu

Page 16: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

59

pertanyaan dan kemudian membuat dugaan sementara (hipotesis) yang pada

kegiatan selanjutnya menguji pertanyaan tersebut melalui kegiatan praktikum.

4) Keterampilan mengklasifikasi

Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di

sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan

berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan

dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan

berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan

berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan

golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud (Trihastuti,

et.al. 2009). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa

membandingkan hasil kegiatan praktikum mereka.

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dipaparkan pada Tabel 4.2,

keterampilan mengklasifikasikan memperoleh nilai rata-rata hasil tes awal

sebesar 76,92. Pada tes awal secara keseluruhan siswa mampu membedakan data

hasil penelitian yang dijabarkan dalam bentuk tabel, sehingga nilai rata-rata tes

awal siswa cukup baik. Artinya pada pembelajaran biasanya siswa sudah

terbiasa dengan kegiatan mengklasifikasikan (membedakan) data hasil

pengamatan. Setelah dilakukan pembelajaran berbasis praktikum, nilai rata-rata

siswa mengalami peningkatan menjadi 96,15. Hal ini menunjukkan bahwa

melalui pembelajaran berbasis praktikum keterampilan siswa dalam

mengklasifikasikan data lebih terlatihkan. Kriteria peningkatan yang diperoleh

dari hasil perhitungan N-Gain termasuk kriteria sedang. Data tersebut juga

Page 17: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

60

didukung dengan hasil persentase kemunculan keterampilan mengklasifikasikan

sebesar 80%. Artinya bahwa secara keseluruhan siswa sudah menguasai

keterampilan mengklasifikasikan data. Klasifikasi merupakan keterampilan yang

didasarkan pada keterampilan observasi (Rustaman, et al., 2003:98). Jadi

keterampilan klasifikasi merupakan keterampilan yang muncul setelah siswa

melalukan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan

observasi siswa juga memiliki kriteria yang sedang.

5) Keterampilan mengamati

Pengamatan adalah penggunaan beberapa indera. Mengamati dengan

penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan (Kholil, 2008).

Keterampilan mengamati terdiri atas beberapa indikator diantaranya

menggunakan sebanyak mungkin indera dan mengumpulkan/ menggunakan

fakta yang relevan (Rustaman et.al.2003: 102). Idikator yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan fakta yang relevan (menggunakan fakta hasil

pengamatan).

Melalui Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa keterampilan mengamati

mengalami peningkatan penguasaan dilihat dari nilai rata-rata tes awal dan tes

akhir, serta hasil perhitungan indeks gain (N-Gain) yang termasuk kriteria

sedang. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa melalui penerapan

pembelajaran berbasis praktikum, terjadi peningkatan penguasaan keterampilan

siswa dalam mengamati (menggunakan fakta hasil penelitian). Peningkatan

keterampilan siswa dalam mengamati dapat disebabkan oleh keterlibatan siswa

secara langsung dalam melakukan pengamatan secara menyeluruh untuk

Page 18: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

61

mengamati proses yang berlangsung selama kegiatan praktikum, sehingga

setelah kegiatan praktikum selesai siswa mampu menggunakan fakta-fakta yang

mereka temukan (melalui proses pengamatan) secara lebih baik. Selama

kegiatan praktikum berlangsung, siswa sangat termotivasi untuk mengamati

setiap kegiatan yang mereka lakukan. Siswa sangat tertarik untuk melakukan

pengamatan terhadap objek praktikum. Hal ini juga didukung hasil perhitungan

yang diperoleh melalui lembar observasi yang menunjukkan bahwa 70% siswa

mampu memunculkan keterampilan mengamati. Fakta ini juga sejalan dengan

pernyataan yang disampaikan oleh Rustaman, et al., (2005) bahwa praktikum

merupakan sarana terbaik untuk pengembangan KPS, karena dalam praktikum

siswa dilatih untuk mengembangkan segenap inderanya.

6) Keterampilan menerapkan konsep

Peningkatan keterampilan siswa dalam menerapkan konsep terlihat dari

nilai N-Gain sebesar 0,68 termasuk kriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa

setelah dilakukan pembelajaran berbasis praktikum secara keseluruhan siswa

mampu menerapkan konsep yang sudah mereka miliki pada situasi yang baru.

Konsep fotosintesis telah mereka dapatkan semasa sekolah dasar dahulu

sehingga ketika siswa mempelajari kembali konsep fotosintesis, siswa tersebut

sebenarnya sudah memiliki suatu pemahaman mengenai konsep-konsep yang

dipelajari pada materi fotosintesis. Sehingga pada saat mereka melakukan

kegiatan praktikum mengenai konsep faktor-faktor yang mempengaruhi

fotosintesis, mereka mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka

miliki pada situasi yang baru yaitu pada saat mereka melakukan kegiatan

Page 19: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

62

praktikum. Fakta ini sejalan dengan penyataan yang dikemukakan oleh

Rustaman, et al., (2003:96) yang menyatakan bahwa apabila seorang siswa

mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah

dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula

apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajarinya pada situasi baru.

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Funk dalam Trihastuti, et al (2009)

bahwa keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan

siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena

lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

7) Keterampilan prediksi

Prediksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan

gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk

mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin

dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono (dalam Trihastuti, et al. 2009) menyatakan

bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat

ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang,

berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan

antara fakta, konsep, dan prinsip dalam pengetahuan. Indikator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan pola-pola hasil pengamatan.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan siswa

dalam melakukan prediksi. Kriteria peningkatan keterampilan siswa dalam

memprediksi dapat terlihat dari nilai N-Gain sebesar 0,76 termasuk kriteria

tinggi. Tingginya kriteria keterampilan siswa dalam memprediksi dapat

Page 20: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

63

disebabkan oleh keterampilan siswa dalam melakukan interpretasi suatu data.

Menurut Rustaman, et al., (2003:100) melalui interpretasi, siswa akan

menemukan suatu pola. Setelah siswa mengenali pola tertentu, mereka diajak

untuk memperkirakan hal-hal yang belum terjadi berdasarkan pola tersebut.

Melalui cara ini prediksi akan lebih nyata bagi siswa dan jelas perbedaannya

dengan meramal biasa atau berhipotesis.

Tingginya kriteria peningkatan keterampilan siswa dalam memprediksi

juaga didukung oleh data yang diperoleh melalui lembar observasi mengenai

persentase kemunculan keterampilan prediksi sebesar 84%. Hal ini disebabkan

oleh pada pembelajaran sebelumnya siswa belum terbiasa untuk membuat

prediksi mengenai suatu kejadian yang akan mereka amati pada kegiatan

praktikum. Akan tetapi setelah dilakukan pembelajaran berbasis praktikum

dengan pendekatan inkuiri bebas, siswa sudah mulai terlatihkan untuk

memperkirakan hal-hal yang belum terjadi berdasarkan pola hasil pengamatan

yang diperoleh dari kegiatan praktikum. Kenyataan tersebut menunjukkan

bahwa keterampilan memprediksi dapat dilatihkan melalui pembelajaran

berbasis praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Subiantoro (2009) bahwa

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pembelajaran berbasis praktikum

merupakan pembelajaran yang ideal bagi pemenuhan tuntutan penerapan proses

sains serta sikap ilmiah salah satunya keterampilan siswa dalam memprediksi.

8) Keterampilan komunikasi

Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi

merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Menurut Dimyati dan Mudjiono

Page 21: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

64

(dalam Trihastuti, et al 2009) mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai

penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan

dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual. Contoh membaca peta, Tabel,

grafik, bagan, lambang-lambang, diagram, dan demontrasi visual.

Peningkatan keterampilan komunikasi terlihat dari nilai N-Gain sebesar

0,76 termasuk kriteria tinggi. Artinya siswa dapat dikatakan sudah mampu

mengkomunikasikan hasil pengamatannya baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan siswa dalam mengkomunikasikan hasil pengamatan secara tulisan

diukur melalui tes keterampilan proses dan kegiatan siswa dalam membuat

laporan praktikum sementara, sedangkan keterampilan siswa dalam

mengkomunikasikan hasil pengamatan secara lisan diukur pada saat kegiatan

diskusi berlangsung. Luasnya kesempatan bagi siswa dalam melatihkan

keterampilan komunikasi dapat menyebabkan keterampilan komunikasi siswa

menjadi meningkat dengan sangat baik. Kenyataan ini didukung pula oleh data

yang diperoleh melalui lembar observasi siswa, menunjukkan 64% siswa

mampu memunculkan keterampilan komunikasi. Selama kegiatan praktikum

berlangsung, siswa sangat antusias dalam mengkomunikasikan hasil

pengamatannya baik secara lisan maupun tulisan. Fakta tersebut sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Susanto (2002:65) bahwa dalam kegiatan

eksperimen banyak keterampilan proses yang dapat digunakan.

9) Keterampilan interpretasi

Keterampilan interpretasi merupakan keterampilan siswa dalam mencatat

setiap hasil pengamatan secara terpisah, menghubung-hubungkan hasil

Page 22: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

65

pengamatan, dan menemukan pola atau keteraturan dari satu seri pengamatan

tentang suatu pengamatan. (Rustaman, et.al. 2003: 94). Dalam penelitian ini

indikator yang dilatihkan adalah menarik kesimpulan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4.2, keterampilan interpretasi

(menarik kesimpulan) setelah pembelajaran berbasis praktikum termasuk

kategori sedang dengan perolehan nilai N-Gain sebesar 0,49. Fakta tersebut

didukung pula oleh data yang diperoleh melalui lembar observasi siswa

menunjukkan persentase kemunculan sebesar 84%. Menurut Rustaman, et al.,

(2003:99), dalam mengembangkan keterampilan interpretasi dapat dilakukan

dengan meminta kepada siswa untuk menemukan pola dari sejumlah data yang

sudah dikumpulkan, kemudian mengajak siswa untuk mengartikan maksud atau

makna dari suatu data dengan menarik kesimpulan.

Peningkatan keterampilan interpretasi berpengaruh pula terhadap

keterampilan siswa dalam memprediksi. Hal ini menunjukkan bahwa ketika

siswa sudah sangat baik dalam melakukan prediksi berdasarkan pola hasil

pengamatan, maka keterampilan siswa dalam menginterpretasikan data juga

mengalami peningkatan.

Pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri bebas, dapat

melatihkan keterampilan siswa dalam menginterpretasikan suatu data dengan

baik. Hal ini didukung dengan pernyataan yang dipaparkan oleh Funk (dalam

Trihastuti, et.al. 2009) bahwa pembelajaran melalui keterampilan proses akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan,

tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan.

Page 23: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

66

Melalui kegiatan praktikum siswa dituntut untuk dapat menginterpretasikan hasil

penelitiannya yang kemudian akan dikomunikasikan kepada banyak orang.

10) Keterampilan menggunakan alat dan bahan

Kegiatan praktikum tidak terlepas dari keterampilan siswa dalam

menggunakan alat dan bahan, terdiri atas beberapa indikator memakai alat/

bahan, mengetahui alasan mengapa menggunakan alat dan bahan, dan

mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan. (Rustaman, et.al.

2003:103). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan adalah menentukan

alat dan bahan atau sumber yang akan digunakan dan mengetahui alasan

mengapa mengggunakan alat atau bahan.

Peningkatan keterampilan menggunakan alat dan bahan terlihat dari

besarnya nilai N-Gain yang diperoleh yaitu sebesar 0,57 termasuk kriteria

sedang. Pada awal pembelajaran, ada beberapa siswa yang masih belum

mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum dan mereka juga

kurang mengerti alasan mengapa mereka menggunakan alat dan bahan dalam

kegiatan praktikum. Hal ini disebabkan karena pada saat kegiatan praktikum,

siswa hanya melakukan pengamatan pada objek yang akan mereka amati tanpa

mengetahui alat dan bahan apa saja yang harus mereka gunakan, karena pada

umunya guru sudah mempersiapkan sebelum kegiatan praktikum berlangsung

tanpa melibatkan siswa untuk menentukan alat dan bahan yang akan digunakan.

Setelah dilakukan pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri

bebas, siswa dituntut untuk menentukan alat dan bahan, mengetahui alasan

mengapa menggunakan alat dan bahan serta mengetahui bagaimana cara

Page 24: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

67

menggunakan alat/ bahan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

disampaikan oleh Rustaman, et al. (2003) yang menyatakan bahwa kegiatan

praktikum dapat dikategorikan sebagai belajar penemuan atau Hands on.

Kegiatan praktikum merupakan kegiatan belajar mengajar yang memberikan

pengalaman belajar langsung kepada siswa.

Rustaman, et al. (2003:93) menyatakan bahwa keterampilan proses

melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan

sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan

keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas

terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan

penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat.

Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan

sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan

proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

11) Keterampilan melaksanakan kegiatan praktikum

Data yang diperoleh melalui lembar observasi siswa menunjukan bahwa

keterampilan melaksanakan percobaan memiliki persentase kemunculan sebesar

70,66%. Keterampilan siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum secara

keseluruhan termasuk kategori sedang. Artinya melalui pembelajaran berbasis

praktikum dengan pendekatan inkuiri bebas siswa sudah mampu melakukan

kegiatan praktikum yang sudah mereka rancang sendiri dengan sedang baik. Hal

ini didukung dengan pernyataan yang dikemukan oleh Dimyati (dalam

Trihastuti, et.al. 2009) memuat ulasan mengenai keterampilan proses yang

Page 25: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

68

diambil dari pendapat Funk sebagai berikut: (1) Keterampilan proses dapat

mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk

memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan

konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan,

tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3)

Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan

sekaligus produk ilmu pengetahuan. Keterampilan Proses sains memberikan

kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan

(Dimyati dalam Trihastuti, et al. 2009).

Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa penerapan pembelajaran

berbasis praktikum menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual

siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan

intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan

sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan

mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.

2. Penguasaan Konsep

Menurut Oemar Hamalik (2006:30), berdasarkan teori Taksonomi Bloom

hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain

kognitif, afektif, psikomotor. Ranah Kognitif berkenaan dengan penguasaan

konsep intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan peskoran. Mengacu pada teori yang

Page 26: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

69

dikemukakan oleh Bloom, maka pada penelitian ini tes penguasaan konsep siswa

berupa tes pilihan ganda disusun mulai dari jenjang kognitif C1 (ingatan), C2

(pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (evaluasi) dan C6 (sintesis).

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian, dapat terlihat bahwa

perolehan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran berbasis

praktikum dengan pendekatan inkuiri bebas memperoleh peningkatan nilai rata-

rata tes awal dan tes akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Rustaman, et.al (2003:129) bahwa dengan melakukan kegiatan praktikum

penguasaan konsep siswa akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.

Sehingga pada saat dilakukan tes akhir mengenai penguasaan konsep yang

dilakukan setelah pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri

bebas terdapat peningkatan yang cukup baik, hal ini disebabkan karena konsep

yang mereka dapatkan pada saat kegiatan praktikum berlangsung tertanam lebih

lama dalam ingatan siswa.

Kriteria peningkatan penguasaan konsep siswa setelah penerapan

pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri bebas dapat dilihat

pada Tabel 4.4. Hasil rata-rata tes awal sebesar 49,23 sedangkan setelah

pembelajaran berbasis praktikum rata-rata tes akhir siswa menjadi meningkat

sebesar 68,07 dengan N-Gain sebesar 0,384 (rendah). Peningkatan penguasaan

konsep yang rendah setelah dilakukan pembelajaran berbasis praktikum dengan

pendekatan inkuiri bebas, dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut

Baharudin (2008:19), secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Page 27: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

70

Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu

sehingga menentukan kualitas penguasaan konsep. Faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi rendahnya peningkatan penguasaan konsep siswa adalah kondisi

saat praktikum berlangsung. Kegiatan praktikum lebih menuntut kepada

melatihkan keterampilan proses sains siswa dan proses sains tersebut tidak boleh

dibebani dengan konsep, menyebabkan ada beberapa konsep yang tidak bisa

mereka dapatkan dalam kegiatan praktikum dan mereka mendapatkan melalui

metode pembelajaran lainnya. Dengan demikian perolehan penguasaan konsep

siswa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis menjadi lebih

utuh. Meskipun nilai N-Gain penguasaan konsep termasuk kategori rendah,

namun tetap saja dapat dikatakan terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa

setelah pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri bebas pada

sub konsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis.

3. Korelasi penguasaan konsep dengan keterampilan proses sains

Berdasarkan analisis regresi dan perhitungan koefisien korelasi yang

telah dilakukan, ditemukan bahwa korelasi antara keterampilan proses sains dan

penguasaan konsep siswa sebesar +0,632 yang dikategorikan tinggi menurut

Arikunto (2007). Sedangkan untuk nilai r2 yang ditemukan sebesar 0,399

(39,9%) atau dapat dikatakan bahwa keterampilan proses sains mempengaruhi

sebesar 39,9% penguasaan konsep siswa.

Besarnya korelasi yang ditemukan di atas dimungkinkan karena penerapan

pembelajaran berbasis praktikum yang telah dilakukan. Dalam pembelajaran ini

Page 28: S BIO 0700007 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter4(1).pdfmempengaruhi fotosintesis kemudian membimbing ... langkah-langkah dalam kegiatan

71

siswa dituntut untuk merumuskan masalah, berhipotesis, merancang kegiatan

percobaan secara berkelompok, mengklasifikasikan, menginterpretasikan suatu

data, mengkomunikasikan data, memprediksi, menerapkan konsep, menggunakan

alat dan bahan, dan melaksanakan kegiatan praktikum secara berkelompok,

sehingga dari kegiatan tersebut pengetahuan siswa menjadi bertambah, dikonstruk

dalam otak dan dikaitkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru.

Gagne (Dahar, 1989:34) mengemukakan bahwa informasi diperoleh dalam

memori jangka panjang melalui pengintegrasian. Informasi dalam proses

pembelajaran merupakan konsep-konsep yang dipelajari oleh siswa. Kualitas

pembelajaran yang baik akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna.

Pengalaman belajar yang bermakna dapat dilakukan antara lain dengan model

pembelajaran berbasis praktikum. Subiantoro (2009) menyatakan bahwa

pendekatan inkuiri atau pembelajaran berbasis praktikum merupakan

pembelajaran yang ideal bagi pemenuhan tuntutan penerapan proses sains serta

sikap ilmiah. Rustaman, et al (2003:129) menyatakan bahwa melalui eksperimen

siswa menjadi lebih yakin atas suatu hal dari pada menerima langsung dari buku

atau guru, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan

penguasaan konsep akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.