s a t ut a h n PEMBANGUNAN UNTUK SEMUA SBY … fileIa menjelaskan, hingga Okto-ber 2010, ... belum...

1
RABU, 20 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 20 PEMBANGUNAN UNTUK SEMUA SBY-BOEDIONO SBY-BOEDIONO s a t u t a h u n p e m e r i n t a h a n P ROGRAM komunikasi menyeluruh dan inter- net perdesaan atau USO (universal service obligation) merupakan pro- gram unggulan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam satu tahun kinerja pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II. Program USO tersebut direal- isasikan dengan dua cara, yaitu desa berdering berbasis voice (suara) dan desa pintar berba- sis internet. Kemenkominfo di bawah kepemimpinan Tifatul Sembiring berupaya mem- berikan pencapaian maksimal dengan memberikan akses telekomunikasi di perdesaan. Menurut Kepala Humas dan Pusat Informasi Kemenkomin- fo Gatot S Dewa Broto, selama satu tahun terakhir kinerja Kemenkominfo, pihaknya te- lah membangun information and communication technology (ICT) secara merata di seluruh Indonesia. “Diharapkan, ini dapat mem- berikan dampak positif terha- dap pembangunan di perde- saan,” ujar Gatot kepada Media Indonesia, pekan lalu. Ia menjelaskan, hingga Okto- ber 2010, perdesaan yang telah terakses telekomunikasi seba- nyak 27.364 dari target yang dicanangkan, yakni 31.800. Desa yang telah terakses telekomunikasi tersebut kemu- dian termasuk desa berdering, sedangkan desa yang memiliki akses internet disebut desa pin- tar yang total mencapai 5.700 jaringan. Ketua Umum Asosiasi Teleko- munikasi Seluler Indonesia (ATSI) Sarwoto Atmosutarno mengakui pemerintah telah berhasil menjalankan program tersebut, utamanya dalam hal pengadaan instalasi telepon dan internet perdesaan. “Pemerintah juga sukses menjalankan program basic services yang melengkapi ma- syarakat dengan suara atau voice dan short messages services (SMS). Hal tersebut dilihat dari sisi jumlah penetrasi telepon yang murah dan terjangkau, serta ketersediannya di mana- mana,” ujar Sarwoto yang juga Direktur Utama Telkomsel ini. Meski begitu, Sarwoto me- nambahkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Salah satunya adalah memperkaya konten yang berhubungan dengan perdesaan dan pulau perbatasan, serta memperluas akses masyarakat mengguna- kan broadband. “Ke depannya, keperluan masyarakat akan internet akan semakin tinggi dan penetrasi nomor SIM card tidak lagi men- cukupi. Basic service kemudian pindah ke broadband base service, dan selanjutnya multimedia dan konten,” tambah Sarwoto. Sarwoto menegaskan, tan- tangan terbesar dalam hal ko- munikasi adalah sisi geogras Indonesia yang luas, sehingga diperlukan satelit, microwave, dan bre optic untuk bandwidth internet. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat menyokong industri telekomunikasi berba- sis broadband dengan mengelu- arkan kebijakan agar masyara- kat dan operator menyediakan bandwidth yang murah dan mudah. Selain itu, mengeluarkan in- sentif membangun infrastruk- tur satelit untuk menjangkau 17 ribu pulau di Indonesia. Berhasil dari kuantitas Pada bagian lain, Sekjen Ma- syarakat Telematika Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan program internet perdesaan memang diakui berhasil dari segi kuanti- tas. Namun, sayangnya, sekitar 20% internet perdesaan justru terpasang di kota maupun ke- camatan yang memang sudah memiliki jangkauan sinyal seluler. “Seharusnya internet perde- saan menjangkau daerah yang belum pernah terdapat jaringan telekomunikasi sebelumnya. Pemerintah hanya berhasil dalam kuantitas. Selain itu, mereka tidak melakukan peng- awasan dalam hal kegunaan dan pelayanan ke depan,” tandasnya. Hal itu, lanjut Mas Wigran- toro, sama saja dengan keber- hasilan koma. “Bisa saja tahun depan pelayanan internet di desa mati atau justru tidak dimanfaatkan lagi oleh masya- rakat perdesaan.” Untuk itu, dalam rentang waktu empat tahun sisa peme- rintahan diharapkan, Kemen- kominfo juga terus memberi- kan peningkatan dan melaku- kan pengawasan dalam hal program internet perdesaan. Itu dilakukan agar masyarakat desa dapat terus memanfaatkan internet dan akses telekomu- nikasi terus berjalan. Menkominfo juga diharap- kan dapat segera membangun road map ICT secara menyelu- ruh, terukur, dan manfaatnya dapat terasa oleh masyarakat secara merata. (S-1) amalias@ mediaindonesia.com Perluas Akses Terpadu Desa Berdering dan Desa Pintar Amalia Susanti Pembangunan information and communication technology (ICT) secara merata di seluruh Indonesia diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan di perdesaan. Hingga Oktober 2010, perdesaan yang telah terakses telekomunikasi sebanyak 27.364 dari target yang dicanangkan, yakni 31.800.” Gatot S Dewa Broto Kahumas dan Pusat Informasi Kemenkominfo S ETAHUN sudah Kabi- net Indonesia Bersatu (KIB) II berjalan pada Oktober 2010 ini. Te- pat pada 20 Oktober seta- hun silam, Susilo Bambang Yudhoyono dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode kedua. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) harapan bangsa ini. Banyak faktor yang men- jadi pertimbangan kemajuan ataupun kemunduran suatu bangsa. Salah satu yang bisa menjadi parameter adalah fak- tor ekonomi. Selama setahun pemerintahan KIB II, pertum- buhan ekonomi bisa bertahan pada 5,9% hingga Maret 2010. Bersama China dan India, Indonesia menjadi negara ang- gota G-20 yang mampu mem- pertahankan pertumbuhan ekonominya saat dunia terkena resesi global pada 2009. “Berdasarkan data itu, Indo- nesia di bawah pemerintahan SBY telah menunjukkan usaha untuk membenahi perekono- mian, yang secara otomatis berpengaruh pada faktor lain seperti tingkat kemiskinan dan pengangguran,” ujar Staf Khusus Kepresidenan Bidang Informasi Heru Lelono dalam wawancara eksklusif dengan Media Indonesia. Menurut Heru, secara objektif jika mengacu pada data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat, tingkat kemiskinan otomatis menurun. Begitu pula de- ngan angka pengangguran turun menjadi 7,4% dari 8,14% pada 2009. Namun, menurut Heru, karena sadar akan ba- nyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, pemerin- tah terus berupaya mencapai target pembangunan, demi kesejahteraan rakyat. “Sulit untuk menilai kinerja kesuksesan ataupun kega- galan jika hanya satu tahun. Jangan di lihat secara black box, tapi harus berdasarkan SWOT (streght, weakness, oppor- tunity, threat),” jelas Heru. Dia menambahkan, bahwa faktor ekonomi harus sejalan de- ngan kesuksesan faktor-faktor yang lain, untuk mencapai kesejahteraan bangsa. Masih menurut Heru, ada empat capaian yang diingin- kan SBY saat pertumbuhan ekonomi Indonesia mening- kat, stabil, dan kuat, yaitu pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment. Namun, apakah cukup hanya dengan memper- hatikan faktor ekonomi? Heru pun memaparkan bahwa di tengah perekono- mian yang secara statistik meningkat bukan berarti se- galanya berjalan dengan baik. “Masih banyak yang harus dibenahi,” tegas Heru. Banyak hal yang tidak ber- sentuhan langsung dengan peningkatan perekonomian, tapi menjadi penting dan sangat berpengaruh. Sebagai contoh tiga faktor fundamen- tal pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, dan rasa aman. Pemerintah terus berusaha untuk memberikan pemenuh- an kebutuhan tersebut, tapi semuanya harus disesuaikan dengan kemampuan negara. “Kita dalam tahap mencapai hal tersebut, dan terus ber- usaha,” ujarnya. Saat disinggung mengenai pertumbuhan ekonomi yang meningkat, tetapi pemerataan kesejahteraan rakyat Indone- sia yang terlihat jomplang, Heru pun sadar hal tersebut masih menjadi kekurangan pemerintahan KIB II. “Peme- rataan kesejahteraan memang menjadi masalah karena saat ini pembangunan masih cen- derung bersifat sentralisasi pada kota-kota besar terlebih yang berdekatan dengan pusat pemerintahan.” Senada dengan Heru Lelono, Dr Bambang Widianto, Deputi Sekretariat Wapres, mengata- kan bahwa masalah kemiskinan merupakan topik besar dan lintas sektor setiap kemente- rian. Berdasarkan angka tingkat kemiskinan Indonesia meng- alami perbaikan pada setahun KIB II berjalan. Bila pada 2009 tercatat 14,5%, tahun ini angka kemiskinan 13,33%. “Untuk menanggulangi kemiskinan, KIB II memben- tuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang diketuai Wapres. Pen- dataan menjadi PR pertama, butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk mendapat data yang valid,” ungkap Bambang. Faktor yang mempersulit pemerataan di Indonesia, menurut Heru Lelono, adalah letak geografis yang sangat luas, berupa negara kepu- lauan, sehingga banyak faktor pertumbuhan yang tidak bisa disamakan dengan negara- negara lain. “Janganlah membanding- kan pertumbuhan negara kita dengan negara lain, karena permasalahan setiap negara berbeda-beda,” pungkas Heru dengan ringan. Mengenai pengaruh per- tumbuhan ekonomi terhadap pengurangan angka Kemiskin- an, Bambang mengamini bahwa pemerataan kesejahte- raan belum terjadi di seluruh kawasan Indonesia. Masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah untuk melakukan pemerataan kesejahteraan terlebih di kawasan Indonesia Timur. “Meski begitu, bisa dipastikan hingga akhir pe- merintahan KIB II pada 2014 keluarga sangat miskin bisa teratasi,” pungkas Bambang. Birokrasi dan korupsi Kesuksesan dan kegagalan dari KIB II perlu ditanggapi secara bijaksana, selama ada proses dan itikad baik untuk mencapai kesuksesan demi kesejahteraan rakyat. Menurut Heru Lelono, ke- suksesan tidak bisa dilihat dari pencapaian di luar pemerin- tahan, tapi perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap para penyelenggara peme- rintahan, termasuk DPR yang seyogianya menjadi partner pemerintah. Heru menyebutkan, yang saat ini menjadi fokus utama guna menjamin tercapainya kesuksesan pemerintah adalah pemangkasan birokrasi. Menu- rutnya, birokrasi-birokrasi yang dimiliki pemerintah sangat panjang dan mem- bingungkan. “Birokrasi harus dipangkas, untuk mempermu- dah pelayanan masyarakat, reformasi birokrasi menjadi masalah utama dan mutlak,” kata Heru. Ia mengakui, selama seta- hun kinerja KIB II, dengan SBY sebagai presiden sangat fokus mengefisienkan ke- menterian yang terdapat di pemerintahan, bahkan hingga setingkat BUMN. Fokus pemerintah terhadap pemangkasan birokrasi cukup masuk akal karena semakin panjang dan banyaknya proses birokrasi dalam suatu instansi pemerintah, semakin banyak pula peluang orang-orang yang memiliki kepentingan untuk melakukan korupsi. Heru menegaskan, saat ini birokrasi sangat tidak esien. Itulah yang menyebabkan negara ini sulit untuk maju karena kesempatan para ko- ruptor sangat besar dalam setiap lapisan birokrasi. Hal tersebut akan berpen- garuh pada pencapaian pro- gram empat program SBY, pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment, yang menurut Heru menjadi komitmen presi- den yang tidak bisa digugat. “Jika hari ini masih ada pejabat yang berpikir untuk korupsi, apalagi melakukan korupsi, itu bukan orang waras,” tegas Heru. Kepala Biro Humas Ke- menterian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Refor- masi Birokrasi Gatot Sugiharto mengatakan pihaknya sudah melakukan reformasi birokrasi dalam tiga bidang keberadaan aparatur negara. “Reformasi pertama ada- lah terkait dengan landasan hukum untuk menjalankan pemangkasan birokrasi agar lebih efisien, kedua adalah peningkatan pelayanan pu- blik, dan terakhir pemantapan pelaksanaan yang menyelu- ruh,” jelas Gatot. Terkait dengan kualitas pelayanan publik, menurut Gatot, ada peningkatan da- lam layanan terpadu satu pintu, atau one stop service (OSS). Hingga 2010 terdapat 339 unit OSS yang menye- bar hingga daerah, dan akan terus dikembangkan di setiap daerah. “Namun, semua ter- gantung pada otonomi daerah masing-masing, dan yang terpenting adalah sosialisasi,” tegas Gatot. Di sisi lain, Heru pun sadar masih banyak angka merah dalam rapor KIB II, tapi tidak sedikit pula target yang telah tercapai. Dia menegaskan, kesuksesan KIB II tidak bisa dilihat hanya dalam satu ta- hun. “Pak Presiden sulit untuk cepat merasa puas. Beliau melihat selama satu tahun KIB II berjalan dalam jalur yang benar. Jika semuanya berkesi- nambungan dan terus dijaga, saya menjamin akan berjalan lancar,” pungkas Heru. (S-25) Panjangnya Birokrasi Buka Peluang Korupsi Advertorial FOKUS UTAMA: Pemangkasan birokrasi menjadi fokus utama guna menjamin tercapainya good governance. ANTARA/YUDHI MAHATMA TIDAK EFISIEN: Saat ini birokrasi sangat tidak esien, sehingga menyebabkan negara sulit maju. MI/ROMMY PUJIANTO BADAN INFORMASI PUBLIK

Transcript of s a t ut a h n PEMBANGUNAN UNTUK SEMUA SBY … fileIa menjelaskan, hingga Okto-ber 2010, ... belum...

RABU, 20 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 20PEMBANGUNAN UNTUK SEMUA

SBY-BOEDIONOSBY-BOEDIONO

satu tahun

pemerintahan

PROGRAM komunikasi menyeluruh dan inter-net perdesaan atau USO (universal service

obligation) merupakan pro-gram unggulan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam satu tahun kinerja pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II.

Program USO tersebut direal-isasikan dengan dua cara, yaitu desa berdering berbasis voice (suara) dan desa pintar berba-sis internet. Kemenkominfo di ba wah kepemimpinan Tifatul Sembiring berupaya mem-berikan pencapaian maksimal dengan memberikan akses telekomunikasi di perdesaan.

Menurut Kepala Humas dan Pusat Informasi Kemenkomin-fo Gatot S Dewa Broto, selama satu tahun terakhir kinerja Kemenkominfo, pihaknya te-lah membangun information and communication technology (ICT) secara merata di seluruh Indonesia.

“Diharapkan, ini dapat mem-berikan dampak positif terha-dap pembangunan di perde-saan,” ujar Gatot kepada Media Indonesia, pekan lalu.

Ia menjelaskan, hingga Okto-ber 2010, perdesaan yang telah terakses telekomunikasi seba-nyak 27.364 dari target yang dicanangkan, yakni 31.800.

Desa yang telah terakses

telekomunikasi tersebut kemu-dian termasuk desa berdering, sedangkan desa yang memiliki akses internet disebut desa pin-tar yang total mencapai 5.700 jaringan.

Ketua Umum Asosiasi Teleko-munikasi Seluler Indonesia (ATSI) Sarwoto Atmosutarno mengakui pemerintah telah berhasil menjalankan program tersebut, utamanya dalam hal pengadaan instalasi telepon dan internet perdesaan.

“Pemerintah juga sukses menjalankan program basic services yang melengkapi ma-syarakat dengan suara atau voice dan short messages services (SMS). Hal tersebut dilihat dari sisi jumlah penetrasi telepon yang murah dan terjangkau, serta ketersediannya di mana-mana,” ujar Sarwoto yang juga Direktur Utama Telkomsel ini.

Meski begitu, Sarwoto me-nambahkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Salah satunya adalah memperkaya konten yang berhubungan dengan perdesaan dan pulau perbatasan, serta memperluas akses masyarakat mengguna-kan broadband.

“Ke depannya, keperluan masyarakat akan internet akan semakin tinggi dan penetrasi nomor SIM card tidak lagi men-cukupi. Basic service kemudian pindah ke broadband base service, dan selanjutnya multimedia dan konten,” tambah Sarwoto.

Sarwoto menegaskan, tan-tangan terbesar dalam hal ko-munikasi adalah sisi geografi s Indonesia yang luas, sehingga diperlukan satelit, microwave, dan fi bre optic untuk bandwidth internet.

Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat menyokong

industri telekomunikasi berba-sis broadband dengan mengelu-arkan kebijakan agar masyara-kat dan operator menyediakan bandwidth yang murah dan mudah.

Selain itu, mengeluarkan in-sentif membangun infrastruk-tur satelit untuk menjangkau 17

ribu pulau di Indonesia.

Berhasil dari kuantitasPada bagian lain, Sekjen Ma-

syarakat Telematika Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan program internet perdesaan memang diakui berhasil dari segi kuanti-

tas. Namun, sayangnya, sekitar 20% internet perdesaan justru terpasang di kota maupun ke-camatan yang memang sudah memiliki jangkauan sinyal seluler.

“Seharusnya internet perde-saan menjangkau daerah yang belum pernah terdapat jaringan telekomunikasi sebelumnya. Pemerintah hanya berhasil dalam kuantitas. Selain itu, mereka tidak melakukan peng-awasan dalam hal kegunaan dan pelayanan ke depan,” tandasnya.

Hal itu, lanjut Mas Wigran-toro, sama saja dengan keber-hasilan koma. “Bisa saja tahun depan pelayanan internet di desa mati atau justru tidak dimanfaatkan lagi oleh masya-rakat perdesaan.”

Untuk itu, dalam rentang waktu empat tahun sisa peme-rintahan diharapkan, Kemen-kominfo juga terus memberi-kan peningkatan dan melaku-kan pengawasan dalam hal program internet perdesaan. Itu dilakukan agar masyarakat desa dapat terus memanfaatkan internet dan akses telekomu-nikasi terus berjalan.

Menkominfo juga diharap-kan dapat segera membangun road map ICT secara menyelu-ruh, terukur, dan manfaatnya dapat terasa oleh masyarakat secara merata. (S-1)

[email protected]

Perluas Akses Terpadu Desa Berdering dan Desa Pintar

Amalia Susanti

Pembangunan information and communication technology (ICT) secara merata di seluruh Indonesia diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan di perdesaan.

Hingga Oktober 2010, perdesaan yang telah terakses telekomunikasi sebanyak 27.364 dari target yang dicanangkan, yakni 31.800.”

Gatot S Dewa BrotoKahumas dan Pusat Informasi Kemenkominfo

SETAHUN sudah Kabi-net Indonesia Bersatu (KIB) II berjalan pada Oktober 2010 ini. Te-

pat pada 20 Oktober seta-hun silam, Susilo Bambang Yudhoyono dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode kedua.

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) harapan bangsa ini.

Banyak faktor yang men-jadi pertimbangan kemajuan ataupun kemunduran suatu bangsa. Salah satu yang bisa menjadi parameter adalah fak-tor ekonomi. Selama setahun pemerintahan KIB II, pertum-buhan ekonomi bisa bertahan pada 5,9% hingga Maret 2010. Bersama China dan India, Indonesia menjadi negara ang-gota G-20 yang mampu mem-pertahankan pertumbuh an ekonominya saat dunia terkena resesi global pada 2009.

“Berdasarkan data itu, Indo-nesia di bawah pemerintahan SBY telah menunjukkan usaha untuk membenahi perekono-mian, yang secara otomatis berpengaruh pada faktor lain seperti tingkat kemiskinan dan pengangguran,” ujar Staf

Khusus Kepresidenan Bidang Informasi Heru Lelono dalam wawancara eksklusif dengan Media Indonesia.

Menurut Heru, secara objektif jika mengacu pada data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat, tingkat kemiskinan otomatis menurun. Begitu pula de-ngan angka pengangguran turun menjadi 7,4% dari 8,14% pada 2009. Namun, menurut Heru, karena sadar akan ba-nyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, pemerin-tah terus berupaya mencapai target pembangunan, demi ke sejahteraan rakyat.

“Sulit untuk menilai ki nerja kesuksesan ataupun kega-galan jika hanya satu tahun. Jangan di lihat secara black box, tapi harus berdasarkan SWOT (streght, weakness, oppor-tunity, threat),” jelas Heru. Dia menambahkan, bahwa faktor ekonomi harus sejalan de-ngan kesuksesan faktor-faktor yang lain, untuk mencapai ke sejahteraan bangsa.

Masih menurut Heru, ada empat capaian yang diingin-kan SBY saat pertumbuhan ekonomi Indonesia mening-kat, stabil, dan kuat, yaitu pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment. Namun, apakah

cukup hanya dengan memper-hatikan faktor ekonomi?

Heru pun memaparkan bahwa di tengah perekono-mian yang secara statistik mening kat bukan berarti se-galanya berjalan dengan baik. “Masih banyak yang harus dibenahi,” tegas Heru.

Banyak hal yang tidak ber-sentuhan langsung dengan peningkatan perekonomian, tapi menjadi penting dan sangat berpengaruh. Sebagai contoh tiga faktor fundamen-tal pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, dan rasa aman.

Pemerintah terus berusaha untuk memberikan pemenuh-an kebutuhan tersebut, tapi semuanya harus disesuaikan dengan kemampuan negara. “Kita dalam tahap mencapai hal tersebut, dan terus ber-usaha,” ujarnya.

Saat disinggung mengenai pertumbuhan ekonomi yang meningkat, tetapi pemerataan kesejahteraan rakyat Indone-sia yang terlihat jomplang, Heru pun sadar hal tersebut masih menjadi kekurangan pemerintahan KIB II. “Peme-rataan kesejahteraan memang menjadi masalah karena saat ini pembangunan masih cen-derung bersifat sentralisasi

pada kota-kota besar terlebih yang berdekatan de ngan pusat pemerintahan.”

Senada dengan Heru Lelono, Dr Bambang Widianto, Deputi Sekretariat Wapres, mengata-kan bahwa masalah kemiskinan merupakan topik besar dan lintas sektor setiap kemente-rian. Berdasarkan angka tingkat kemiskinan Indonesia meng-alami perbaikan pada setahun KIB II berjalan. Bila pada 2009 tercatat 14,5%, tahun ini angka kemiskinan 13,33%.

“Untuk menanggulangi kemiskinan, KIB II memben-tuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang diketuai Wapres. Pen-dataan menjadi PR pertama, butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk mendapat data yang valid,” ungkap Bambang.

Faktor yang mempersulit pemerataan di Indonesia, menurut Heru Lelono, adalah letak geografis yang sangat luas, berupa negara kepu-lauan, sehingga banyak faktor pertumbuhan yang tidak bisa disamakan dengan negara-negara lain.

“Janganlah membanding-kan pertumbuhan negara kita dengan negara lain, karena permasalahan setiap negara berbeda-beda,” pungkas Heru

dengan ringan.Mengenai pengaruh per-

tumbuhan ekonomi terhadap pengurangan angka Kemiskin-an, Bambang mengamini bahwa peme rataan kesejahte-raan belum terjadi di seluruh kawasan Indonesia. Masih menjadi pekerjaan rumah (PR) peme rintah untuk melakukan pe merataan kesejahteraan terlebih di kawasan Indonesia Timur. “Meski begitu, bisa dipastikan hingga akhir pe-merintahan KIB II pada 2014 keluarga sangat miskin bisa teratasi,” pungkas Bambang.

Birokrasi dan korupsiKesuksesan dan kegagalan

dari KIB II perlu ditanggapi secara bijaksana, selama ada proses dan itikad baik untuk mencapai kesuksesan demi kesejahteraan rakyat.

Menurut Heru Lelono, ke-suksesan tidak bisa dilihat dari pencapaian di luar pemerin-tahan, tapi perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap para penyelenggara peme-rintahan, termasuk DPR yang seyogianya menjadi partner pemerintah.

Heru menyebutkan, yang saat ini menjadi fokus utama guna menjamin tercapainya kesuksesan pemerintah adalah pemangkasan birokrasi. Menu-rutnya, birokrasi-birokrasi yang dimiliki pemerintah sangat panjang dan mem-bingungkan. “Birokrasi harus dipangkas, untuk mempermu-dah pelayanan masyarakat, reformasi birokrasi menjadi masalah utama dan mutlak,” kata Heru.

Ia mengakui, selama seta-hun kinerja KIB II, dengan SBY sebagai presiden sangat fokus mengefisienkan ke-menterian yang terdapat di pemerintahan, bahkan hingga setingkat BUMN.

Fokus pemerintah terhadap pemangkasan birokrasi cukup masuk akal karena semakin panjang dan banyaknya proses birokrasi dalam suatu instansi

pemerintah, semakin banyak pula peluang orang-orang yang memiliki kepentingan untuk melakukan korupsi.

Heru menegaskan, saat ini birokrasi sangat tidak efisien. Itulah yang menyebabkan negara ini sulit untuk maju karena kesempatan para ko-ruptor sangat besar dalam setiap lapisan birokrasi.

Hal tersebut akan berpen-garuh pada pencapaian pro-gram empat program SBY, pro

growth, pro job, pro poor, dan pro environment, yang menurut Heru menjadi komitmen presi-den yang tidak bisa digugat.

“Jika hari ini masih ada pejabat yang berpikir untuk korupsi, apalagi melakukan korupsi, itu bukan orang waras,” tegas Heru.

Kepala Biro Humas Ke-menterian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Refor-masi Birokrasi Gatot Sugiharto mengatakan pihaknya sudah melakukan reformasi birokrasi dalam tiga bidang keberadaan aparatur negara.

“Reformasi pertama ada-lah terkait dengan landasan hukum untuk menjalankan pemangkasan birokrasi agar lebih efisien, kedua adalah peningkatan pelayanan pu-blik, dan terakhir pemantapan

pelaksanaan yang menyelu-ruh,” jelas Gatot.

Terkait dengan kualitas pelayanan publik, menurut Gatot, ada peningkatan da-lam layanan terpadu satu pintu, atau one stop service (OSS). Hingga 2010 terdapat 339 unit OSS yang menye-bar hingga daerah, dan akan terus dikembangkan di setiap daerah. “Namun, semua ter-gantung pada otonomi daerah masing-masing, dan yang

terpenting adalah sosialisasi,” tegas Gatot.

Di sisi lain, Heru pun sadar masih banyak angka merah dalam rapor KIB II, tapi tidak sedikit pula target yang telah tercapai. Dia menegaskan, kesuksesan KIB II tidak bisa dilihat hanya dalam satu ta-hun. “Pak Presiden sulit untuk cepat merasa puas. Beliau melihat selama satu tahun KIB II berjalan dalam jalur yang benar. Jika semuanya berkesi-nambungan dan terus dijaga, saya menjamin akan berjalan lancar,” pungkas Heru. (S-25)

Panjangnya Birokrasi Buka Peluang KorupsiAdvertorial

FOKUS UTAMA: Pemangkasan birokrasi menjadi fokus utama guna menjamin tercapainya good governance.ANTARA/YUDHI MAHATMA

TIDAK EFISIEN: Saat ini birokrasi sangat tidak efisien, sehingga menyebabkan negara sulit maju.

MI/ROMMY PUJIANTO

BADAN INFORMASI PUBLIK