ruu+tenaga+kesehatan+2011

65

description

tenaga kesehatan, RUU

Transcript of ruu+tenaga+kesehatan+2011

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    NO BATANG TUBUH PENJELASAN Masukan OP 1. RANCANGAN

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

    TENTANG

    TENAGA KESEHATAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    RANCANGAN P E N J E L A S A N

    ATAS

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR ... TAHUN ...

    TENTANG

    TENAGA KESEHATAN

    2. Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi

    manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat;

    c. bahwa penyelenggaraan upaya

    kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan

    UMUM Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan bidang kesehatan melalui upaya kesehatan harus dilaksanakan secara berkesinambungan, terarah, adil dan merata yang didukung oleh sumber daya manusia kesehatan yang memadai. Sumber daya manusia kesehatan yang meliputi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan memiliki peran sangat penting dalam upaya kesehatan. Untuk itu ketersediaan sumber daya manusia kesehatan terutama tenaga kesehatan, baik yang melakukan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat maupun pelayanan kesehatan tidak langsung, harus mencukupi baik dari segi jenis, kualifikasi maupun jumlah. Tenaga kesehatan harus terdistribusi secara adil dan merata sesuai tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu guna menjamin ketersediaan tenaga kesehatan tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah yang meliputi 1)

    Masukan IAKMI: a. bahwa pembangunan kesehatan

    ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis, dan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    b. bahwa kesehatan sebagai hak

    asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan;

    d. bahwa untuk memeratakan

    pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima upaya pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga kesehatan;

    e. bahwa berdasarkan pertimbangan

    sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Undang-Undang tentang Tenaga Kesehatan;

    perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan 2) pengadaan tenaga kesehatan yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, 3) pendayagunaan tenaga kesehatan, dan 4) pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan. Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat, perlu mendayagunakan tenaga kesehatan melalui penempatan dengan cara pengangkatan sebagai PNS/TNI/POLRI, pengangkatan sebagai pegawai tidak tetap, penugasan khusus, program pasca internship dan residen senior, pengabdian pasca tugas belajar serta cara lain yang ditetapkan oleh pemerintah. Upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sampai saat ini belum memadai, baik dari segi jenis, kualifikasi, jumlah dan pendayagunaannya. Sebagai contoh, yaitu jumlah dokter Indonesia masih termasuk rendah, yaitu 19 per 100.000 penduduk bila dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, seperti Filipina 58 per 100.000 penduduk dan Malaysia 70 per 100.000 pada tahun 2007. Tantangan pengaturan tenaga kesehatan yang dihadapi dewasa ini dan di masa depan adalah: a) pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan untuk pembangunan kesehatan; b) perencanaan kebijakan dan program tenaga kesehatan masih lemah (tambahan masukan dari IAKMI: baik di pusat dan daerah) dan belum didukung sistem informasi tenaga kesehatan yang memadai; c) masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis tenaga kesehatan. Kualitas hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pendidikan dan pelatihan kesehatan pada umumnya masih belum memadai; d) dalam pendayagunaan tenaga kesehatan, pemerataan

    kesehatan yang komprehensif mulai pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat, secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan, nondiskriminatif, adil dan merata, serta aman, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat;

    c. bahwa penyelenggaraan upaya

    kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan peri kemanusiaan, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan;

    d. bahwa untuk memeratakan

    pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat (diganti dengan) memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu dan masyarakat, dan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    tenaga kesehatan berkualitas masih kurang, pengembangan karier, sistem penghargaan, dan sanksi belum terselenggara sebagaimana mestinya. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan secara nasional disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan masalah kesehatan, kebutuhan pengembangan program pembangunan kesehatan, serta ketersediaan tenaga kesehatan setempat. (Masukan IAKMI: Keterlibatan pemerintah daerah dalam berbagai aspek ketenagaan kesehatan masih perlu ditingkatkan sebagaimana diamanahkan dalam UU 32/2004). Pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan perencanaan kebutuhan tersebut diselenggarakan melalui pendidikan dan pelatihan baik oleh pemerintah dan/atau oleh masyarakat termasuk swasta. Tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya didukung oleh tenaga non kesehatan, khususnya tenaga kesehatan pembantu, dan selalu dilakukan pembinaan dan pengawasan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Dukungan tenaga non kesehatan dan pembinaan dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya, sehingga selalu tanggap terhadap permasalahan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya.(Kalimat ini tidak mengalir, harus diperbaiki) Sedangkan pengawasan dilakukan terhadap kegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan peraturan perundang-undangan dan sistem yang telah ditetapkan. Setiap penyimpangan pelaksanaan tugas oleh tenaga kesehatan mengakibatkan konsekuensi dalam bentuk sanksi. Dalam rangka memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum kepada tenaga kesehatan baik yang melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat

    untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima upaya pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendayagunaan dan pembinaan-pengawasan tenaga kesehatan;

    e. bahwa berdasarkan pertimbangan

    sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Undang-Undang tentang Tenaga Kesehatan;

    3. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27

    ayat (2), Pasal 28D ayat (2), Pasal 28E ayat (1), dan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    4. 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    maupun yang tidak langsung, dan kepada masyarakat penerima pelayanan itu sendiri, diperlukan adanya landasan hukum yang kuat yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. (Tambahan masukan dari IAKMI: Apakah landasan hukum hanya sejalan dengan perkembangan iptek? Bagaimana dengan perkembangan sosial ekonomi dan budaya?) Catatan: ditambahkan bahwa perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan di daerah harus disesuaikan dengan kekhasan daerah.

    5. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    DAN

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    6. Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG TENAGA KESEHATAN.

    7. B A B I KETENTUAN UMUM

    8. Pasal 1 Pasal 1

    9. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan : Cukup jelas

    10. 1. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

    11. 2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    rehabilitatif yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

    12. 3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

    13. 4. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya.

    14. 5. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.

    15. 6. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya.

    16. 7. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR, adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia kepada tenaga kesehatan yang telah diregistrasi.

    17. 8. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat KTKI, adalah lembaga nonstruktural yang bersifat independen dalam melaksanakan tugasnya.

    Masukan IAKMI: 8. Konsil Tenaga Kesehatan

    Indonesia yang selanjutnya disingkat KTKI, adalah lembaga nonstruktural yang bersifat independen dalam melaksanakan tugasnya, yang terdiri atas konsil-konsil dan Majelis Kehormatan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    Disiplin Tenaga Kesehatan Indonesia.

    Perlu juga dijelaskan definisi

    MKDTKI: Majelis Kehormatan Disiplin

    Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan dalam penerapan disiplin ilmu kesehatan, dan menerapkan sanksi.

    18. 9. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP, adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik mandiri.

    19. 10. Surat Izin Kerja yang selanjutnya disingkat SIK, adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan profesinya di suatu fasilitas pelayanan kesehatan.

    20. 11. Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill, and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

    21. 12. Standar pelayanan profesi adalah pedoman yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan.

    Masukan IAKMI: (Perlukah dijelaskan siapa yang merumuskan & menetapkan standar tersebut).

    22. 13. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang benar dan terbaik

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.

    23. 14. Organisasi Profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam suatu disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan.

    Masukan IAKMI: Organisasi Profesi adalah wadah masyarakat ilmiah profesional dalam suatu disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan.

    24. 15. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    25. 16. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

    Masukan IAKMI: Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    26. 17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

    27. Pasal 2 Pasal 2

    28. Pengaturan tenaga kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, pemerataan, etika dan profesionalitas, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, pengabdian, dan norma agama.

    Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan:

    29. a. asas perikemanusiaan adalah bahwa pengaturan tenaga kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, ras dan tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.

    30. b. asas manfaat adalah bahwa pengaturan tenaga kesehatan harus memberikan manfaat

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

    31. c. asas pemerataan adalah pengaturan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

    32. d. asas etika dan profesionalitas adalah pengaturan tenaga kesehatan harus dapat mencapai dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya serta memiliki etika profesi dan sikap profesional.

    33. e. asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban adalah pengaturan tenaga kesehatan harus bertujuan untuk menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.

    34. f. asas keadilan adalah pengaturan tenaga kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.

    35. g. asas pengabdian adalah .....

    36. h. asas norma agama adalah pengaturan tenaga kesehatan harus memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.

    37. Pasal 3 Pasal 3

    38. Pengaturan tenaga kesehatan bertujuan untuk : Cukup jelas

    39. a. memberikan perlindungan kepada penerima upaya Masukan IAKMI:

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    kesehatan; (apa hanya memberikan perlindungan bagi penerima upaya kesehatan??)

    Sebaiknya juga:

    Memberikan perlindungan dan kepastian hukum baik bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan;

    40. b. mempertahankan dan meningkatkan mutu upaya kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan; dan

    Masukan IAKMI: c. mempertahankan dan

    meningkatkan mutu upaya kesehatan yang berkesinambungan, terarah, adil dan merata, yang diberikan tenaga kesehatan; dan

    41. d. memberikan kepastian hukum.

    42. Pasal 4 Pasal 4

    43. Undang-Undang ini mengatur mengenai tenaga kesehatan tidak termasuk hal-hal yang telah diatur dalam Undang-Undang mengenai praktik kedokteran.

    Cukup jelas

    Catatan: ditambahkan penjelasan bahwa yang dimaksud adalah pengaturan mengenai praktik tenaga medis yang ada di dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran

    44. BAB II TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG

    PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH

    45. Pasal 5 Pasal 5

    46. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap:

    Cukup jelas

    47. a. pengaturan, pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan;

    48. b. peningkatan kualitas tenaga kesehatan;

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    49. c. perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sesuai kebutuhan; dan

    50. d. perlindungan dan kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya.

    51. Pasal 6 Pasal 6

    52. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemerintah berwenang untuk:

    Cukup jelas

    53. a. penetapan kebijakan tenaga kesehatan skala nasional selaras dengan kebijakan pembangunan nasional;

    Masukan IBI: a. pembangunan nasional bidang

    kesehatan

    54. b. perencanaan tenaga kesehatan;

    55. c. pengadaan tenaga kesehatan;

    56. d. pendayagunaan tenaga kesehatan;

    57. e. pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan melalui kegiatan registrasi tenaga kesehatan;

    58. f. pelaksanaan kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri di bidang tenaga kesehatan; dan

    59. g. pemberian izin tenaga kesehatan warga negara asing. Masukan IAKMI: Poin g: Pemberian izin nakes dst, adalah bagian dari poin d: pendayagunaan tenaga kesehatan termasuk nakes asing. Terasa redudansi atau penekanan yang tidak perlu. Selanjutnya juga bertentangan dengan nafas UU Otoda yang memberi kewenangan kepada pemerintah daerah. Peran pemerintah pusat sebaiknya tetap pada NSPK dalam persoalan nakes asing

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    Perlu ditambahkan: h. penyelenggaraan pendidikan

    dan/atau pelatihan dalam rangka peningkatan mutu tenaga kesehatan.

    60. Pasal 7 Pasal 7

    61. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemerintah provinsi berwenang:

    Cukup jelas

    62. a. penetapan kebijakan tenaga kesehatan skala provinsi selaras dengan kebijakan pembangunan nasional;

    Masukan IAKMI: Melanjutkan dan terkait dengan pasal 6 diatas, sebaiknya propinsi memiliki kewenangan pemberian izin nakes asing, sehingga poin h menjadi: pemberian izin nakes asing dan menjadi lebih memudahkan dalam pelaksanaan poin g diatasnya Huruf a. agar ditambahkan kata pembangunan, sehingga menjadi kebijakan pembangunan nasional. Perlu ditambahkan

    penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan dalam rangka peningkatan mutu tenaga kesehatan.

    (sesuai pasal 25 UU 36 Tahun 2009)

    Masukan IBI: a. kebijakan nasional bidang

    kesehatan

    63. b. pelaksanaan kebijakan tenaga kesehatan skala provinsi;

    64. c. perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan;

    65. d. pengadaan tenaga kesehatan;

    66. e. pendayagunaan melalui pemerataan, pemanfaatan dan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    pengembangan;

    67. f. pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan melalui kegiatan sertifikasi kompetensi dan pelaksanaan registrasi tenaga kesehatan;

    68. g. pelaksanaan kerjasama dalam negeri di bidang tenaga kesehatan; dan

    69. h. pemberian rekomendasi izin tenaga kesehatan warga negara asing.

    70. Pasal 8 Pasal 8

    71. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemerintah kabupaten/kota berwenang:

    Cukup jelas

    72. a. penetapan kebijakan tenaga kesehatan skala kabupaten/kota selaras dengan kebijakan nasional dan provinsi;

    Masukan IAKMI: Huruf a. agar ditambahkan kata pembangunan, sehingga menjadi kebijakan pembangunan nasional Agar huruf c dicermati kembali, mungkin dipisah antara perencanaan dan pengadaan, sehingga menjadi:

    c. perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan; d. pengadaan tenaga kesehatan;

    dan ditambahkan: penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan dalam rangka peningkatan mutu tenaga kesehatan. (sesuai Pasal 25 UU 36 Tahun 2009)

    73. b. pelaksanaan kebijakan tenaga kesehatan skala kabupaten/kota;

    74. c. perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan pengadaan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    tenaga kesehatan;

    75. d. pendayagunaan melalui pemerataan, pemanfaatan dan pengembangan;

    76. e. pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan melalui kegiatan perizinan tenaga kesehatan; dan

    77. f. pelaksanaan kerjasama dalam negeri di bidang tenaga kesehatan.

    78. BAB III KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA

    KESEHATAN

    79. Pasal 9 Pasal 9

    80. (1) Setiap tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum.

    Catt:

    (1) Setiap tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum berdasarkan jenjang pendidikan.

    Ayat (1)

    Cukup jelas

    81. (2) Kualifikasi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada pendidikan tinggi bidang kesehatan sekurang-kurangnya Diploma III.

    Catatan:

    (2) Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya Diploma III.

    Penjelasan:

    Tenaga D III ke bawah menjadi asisten tenaga kesehatan

    Untuk dapat melakukan intervensi tertentu harus minimum Diploma III

    Ayat (2)

    Untuk dokter, dokter gigi, apoteker dan psikologi klinis, kualifikasi minimum didasarkan pada pendidikan profesi yang merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

    Tenaga yang dihasilkan oleh pendidikan menengah, Diploma I dan Diploma II di bidang kesehatan hanya dapat menjalankan tugas dan fungsinya di bawah bimbingan tenaga kesehatan, antara lain tenaga menengah farmasi/asisten apoteker, perawat lulusan pendidikan menengah, bidan lulusan pendidikan menengah dan Diploma I

    Masukan IAKMI: Penjelasan untuk Pasal 9(2) menambahkan profesi kesehatan masyarakat dengan argumen: (a) memenuhi dan diakui pendidikannya dan keberadaannya dalam peraturan terkait pendidikan tinggi; (b) pertumbuhan keprofesian yang cepat dalam mengisi kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

    Masukan IFI:

    Untuk Fisioterapis kualifikasi minimum pendidikan adalah 4 tahun (Diploma IV atau Strata 1 +

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    Kebidanan.

    Catt:

    Penjelasan dipertegas bahwa tidak menghapuskan pendidikan menengah namun lulusannya (D III ke bawah) dalam bekerja dibawah supervisi.

    Profesi). Lulusan D III Fisioterapi adalah asisten (Asisten Fisioterapi) yang dapat menjalankan tugas dan fungsinya di bawah bimbingan Fisioterapis.

    Rujukan: World Confederation for Physical Therapy Congress (Vancouver 2007)dan Keputusan KONAS IFI X (Jakarta, 2008)

    82. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi minimum tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

    Ayat (3)

    Cukup jelas

    83. Pasal 10

    84. (1) Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam:

    a. tenaga medis;

    b. tenaga keperawatan dan kebidanan;

    c. tenaga kefarmasian;

    d. tenaga kesehatan masyarakat dan lingkungan;

    e. tenaga kesehatan lingkungan;

    f. tenaga gizi ;

    g. tenaga keterapian fisik;

    h. tenaga keteknisian medis;

    i. tenaga psikososial;

    j. tenaga kesehatan lainnya.

    Catt:

    d. tenaga kesmas diuraikan 8 macam

    Masukan IBI: Bidan agar tidak dimasukkan dalam kelompok tenaga keperawatan tetapi menjadi kelompok sendiri dan tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga bidan terdiri dari bidan vokasional dan bidan profesional.

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    e. tenaga kesling merupakan bagian tenaga kesmas

    seluruh nakes bisa menjalankan fungsi public health

    usul ditambah kelompok tenaga kesehatan tradisional

    pengelompokkan dikembalikan spt penjelasan Pasal 21 UU Kesehatan:

    tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya.

    tenaga yang melakukan pelayanan kestrad sepanjang bisa

    diukur silahkan dimasukkan dalam pengelompokkan di atas.

    85. (2) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.

    86. (3) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b antara lain terdiri dari perawat, perawat gigi, perawat anestesi, dan bidan.

    Catatan:

    IBI mengusulkan bidan dikeluarkan dari kelompok tenaga keperawatan dan menjadi kelompok sendiri

    Usul PPNI pembagiannya: Perawat vokasi, nurse, dan nurse spesialis. Bidan dipisahkan tersendiri.

    87. (4) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari apoteker, dan tenaga teknis kefarmasian yang meliputi sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.

    Masukan PAFI: Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dariapoteker, dan tenaga teknis kefarmasian yang meliputi sarjana

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    farmasi, ahli madyafarmasi, dan ahli madya analis Farmasi dan Makanan.Alasan penghapusan kalimat baris terakhir Pasal10 ayat (4) perlu disinkronkan dengan Pasal 9 ayat (2).

    88. (5) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri dari epidemiolog kesehatan, promosi kesehatan, dan kesehatan kerja.

    Catt: dirinci 8 macam ditambah tenaga kesling, dan tenaga kesehatan lain yang kemudian bekerja di bidang kesmas dapat menjalani pendidikan di bidang kesmas dan menjadi tenaga kesmas.

    Masukan IAKMI: (5) Tenaga kesehatan yang

    termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri dari epidemiolog, promosi kesehatan dan ilmu perilaku, kesehatan kerja, administrasi dan kebijakan kesehatan, kesehatan lingkungan, biostatistik dan kependudukan, gizi kesehatan masyarakat, kesehatan reproduksi dan keluarga, entomologi dan mikrobiologi kesehatan.

    Ranah profesi kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya profesi kekhususan yang terdiri dari: (1)kesehatan lingkungan; (2)epidemiologi; (3)pendidikan & promosi kesehatan; (4)gizi kesehatan masyarakat; (5)administrasi & kebijakan kesehatan; (6)biostatistik; (7)kesehatn & keselamatan kerja, K3; (8)kesehatan reproduksi & keluarga. Perkembangan kedepan akan semakin teramifikasi lebih lanjut, sehingga sebaiknnya: 1. Pasal 10(1) dikaji ulang, dimana

    kesling dimasukkan kedalam

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    tenaga kesehatan masyarakat 2. Pasal 10(5) diuraikan sebagaimana

    perkembangan yg terjadi 3. Pasal 10(6) dikaji ulang

    Kajian dan penguraian ini akan terkait dengan Pasal 11(1) sd ps.11(3) dibawahnya

    - Ilmu Kesmas terdiri dari 8 bidang, Keslingk masuk sebagai bagian dari tenaga kesehatan masyarakat dan juga gizi kesehatan masyarakat. Penulisan redaksional tsb dg mempertimbangkan : 1. body of knowledge kesmas.

    Mengacu di LN, mikrobiologi kesehatan juga dapat merupakan bagian dari kesehatan masyarakat dan akan semakin penting terkait dengan Public Health Security (Biological warfare)

    2. fakta empirik dan sosiologis yg menunjukkan bahwa 8 bidang ilmu tsb sdh ada dan tersebar di 165 institusi kesmas di seluruh indonesia, dimana kesling dan gizi kesmas juga masuk di dalam ilmu kesmas, termasuk yang diselenggarakan di Undip yaitu entomologi kesmas.

    3. asas kegunaan/manfaat hukum

    89. (6) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri dari sanitarian, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.

    Masukan HAKLI: Kesehatan lingkungan tetap menjadi salah satu kelompok tenaga kesehatan.

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    Rumusan ayat (6) diubah menjadi:

    Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan, sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri dari ahli madya kesehatan lingkungan, sarjana kesehatan lingkungan dan sanitarian.

    90. (7) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri dari nutrisionis dan dietisien.

    91. (8) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri dari fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan akupunktur.

    92. (9) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h terdiri dari radiografer, radioterapis, teknisi gigi, elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, ortotik prostetik, teknisi transfusi darah, perekam medis dan informasi kesehatan, teknisi kardiovaskuler, fisikawan medis, dan audiolog.

    Catatan: bagaimana keterwakilan dalam KTKI

    93. (10) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikososial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri dari antara lain psikologi klinis dan pekerja sosial kesehatan.

    94. (11) Tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j diatur dengan Peraturan Menteri.

    95. Pasal 11 Pasal 11

    96. (1) Tenaga kesehatan memiliki kewenangan profesi sesuai dengan kompetensi di bidang keilmuannya masing-masing.

    Cukup jelas

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    97. (2) Jenis tenaga kesehatan tertentu yang memiliki lebih dari satu jenjang pendidikan memiliki kewenangan profesi sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensi.

    98. (3) Lingkup dan tingkat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dari pendidikan dan/atau pelatihan profesi.

    99. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

    100. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan/atau pelatihan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    Catt:

    Disepakati

    ****akhir pembahasan internal kemenkes dan profesi 4 maret 2011****

    101. BAB IV PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDAYAGUNAAN

    102. Bagian Kesatu Perencanaan

    103. Pasal 12 Pasal 12

    104. (1) Menteri menetapkan kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan secara nasional.

    Ayat (1)

    Cukup jelas

    105. (2) Perencanaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan perencanaan yang diusulkan pemerintah daerah secara berjenjang.

    Ayat (2)

    Yang dimaksud dengan perencanaan secara berjenjang adalah perencanaan yang dimulai dari pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, sampai dengan pemerintah secara nasional.

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    106. (3) Ketersediaan dan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui diperoleh dari hasil penelitian kesehatan dan/atau pemetaan tenaga kesehatan.

    Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pemetaan tenaga kesehatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dapat dilakukan dengan cara pendataan, pengkajian, atau cara lain.

    107. (4) Perencanaan tenaga kesehatan secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan memperhatikan faktor-faktor:

    Ayat (4)

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Ditambahkan huruf d. Prioritas pembangunan kesehatan Selayaknya pemenuhan kebutuhan nakes terkait dengan prioritas pembangunan kesehatan. Nampaknya rasional saja, namun bila tidak ditetapkan maka seringkali kemudian tidak sambung antara dokumen prioritas dengan penyedian faktor input.

    108. a. jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan;

    109. b. penyelenggaraan upaya kesehatan;

    c. ketersediaan fasilitas kesehatan; dan/atau

    jenis pelayanan dan fasilitas pelayanan kesehatan; dan

    110. d. keseimbangan antara kebutuhan, pengadaan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

    111. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana kebutuhan tenaga kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri.

    Ayat (5)

    Cukup jelas

    112. Bagian Kedua Pengadaan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    113. Pasal 13 Pasal 13

    114. (1) Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

    Cukup jelas

    115. (2) Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan tinggi bidang kesehatan.

    Masukan IAKMI: Ditambahkan ayat (2) dan ayat (3) baru:

    (1) Pengadaan tenaga kesehatan oleh Pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya.

    (2) Pengadaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan: a. jenis pelayanan kesehatan

    yang dibutuhkan masyarakat;

    b. jumlah sarana pelayanan kesehatan;

    c. jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada.

    Masukan untuk Pasal 13(2) didasari argumen: (1) kelimuan yan terus berkembang (2) kebutuhan ketrampilan spesifik yang dapat berbeda untuk berbagai kebutuhan kesehatan masyarakat, sebagaimana disebutkan daam Ps13(4).

    116. (3) Pendidikan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diarahkan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi, dan standar pelayanan profesi dan standar

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    prosedur operasional.

    117. (4) Pendidikan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diselenggarakan dengan memperhatikan:

    118. a. keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan pelayanan dan dinamika kesempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri;

    119. b. keseimbangan antara kemampuan produksi tenaga kesehatan dan sumber daya yang tersedia; dan

    120. c. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    121. (5) Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

    122. Pasal 14 Pasal 14

    123. (1) Pendidikan tinggi bidang kesehatan diselenggarakan berdasarkan izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Ayat (1)

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Implikasi Ps 14 akan terjadi konflik dengan Kementrian Diknas. Agar dikonsultasikan dengan Kemenhukham. Implikasi dari ayat2 dalam pasal ini, semua FK, FKM, FKG dll harus dalam pembinaan teknis Kemenkes. Sesuatu yang harus dilihat jauh kedepan dan dibicarakan matang2 dg Kemendiknas

    124. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapatkan rekomendasi dari Menteri.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    125. (3) Pembinaan teknis pendidikan tinggi bidang kesehatan dilakukan oleh Menteri.

    Ayat (3)

    Yang dimaksud dengan pembinaan teknis adalah pembinaan teknis keprofesian untuk

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    mencapai standar profesi atau standar kompetensi.

    126. (4) Pembinaan akademik pendidikan tinggi bidang kesehatan dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan nasional.

    Ayat (4)

    Yang dimaksud dengan pembinaan akademik antara lain berupa pemberian izin penyelenggaraan, kurikulum, sistem penjaminan mutu internal dan akreditasi.

    127. (5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Ayat (5)

    Cukup jelas

    128. Pasal 15 Pasal 15

    129. (1) Pendidikan tinggi bidang kesehatan dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan tenaga kesehatan yang mengacu kepada standar profesi dan standar pelayanan profesi.

    Cukup jelas

    130. (2) Standar pendidikan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

    131. (3) Standar pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) disusun oleh asosisasi pendidikan bidang kesehatan, organisasi profesi dan/atau asosiasi rumah sakit pendidikan terkait.

    Standar pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat masukan dari KTKI, organisasi profesi, asosiasi pendidikan bidang kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan.

    Masukan IAKMI: Apa iya hanya disusun oleh itu saja? Sebaiknya perlu melibatkan/koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional.

    132. Bagian Ketiga Pendayagunaan

    133. Pasal 16

    Pasal 16

    Masukan IAKMI: perlu dimasukkan juga:

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    Pendayagunaan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, dengan memperhatikan: a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat; b. jumlah sarana pelayanan kesehatan; c. jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada.

    134. (1) Pendayagunaan tenaga kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    135. (2) Pendayagunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari pendayagunaan tenaga kesehatan di dalam negeri dan luar negeri.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    136. (3) Pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan dan pengembangan.

    Ayat (3)

    Aspek pemerataan merupakan upaya distribusi tenaga kesehatan sesuai kebutuhan melalui proses rekrutmen, seleksi dan penempatan.

    Aspek pemanfaatan merupakan proses pemberdayaan tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.

    Aspek pengembangan merupakan proses pengembangan tenaga kesehatan yang bersifat multi disiplin dan lintas sektor serta lintas program untuk meratakan dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan.

    Masukan IBI: Aspek pemerataan merupakan upaya distribusi tenaga kesehatan sesuai kebutuhan melalui proses rekrutmen, seleksi dan penempatan. Aspek pemanfaatan merupakan proses pemberdayaan tenaga kesehatn sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Aspek pengembangan merupakan proses pengembangan tenaga kesehatan yang bersifat multi disiplin dan lintas sektor serta lintas program untuk meratakan dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan

    137. Pasal 17 Pasal 17

    138. (1) Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah dan pemerintah daerah

    Ayat (1)

    Penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai rencana kebutuhan yang telah dibuat

    Masukan IAKMI: sesuai Pasal 26 ayat (4) UU No.36 Tahun 2009),bahwa:

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    dan/atau masyarakat melakukan penempatan tenaga kesehatan.

    Catt:

    - Apakah penempatan bersifat wajib atau sukarela? Apabila wajib yang berwenang mengatur hanya pemerintah

    - Penempatan wajib dilakukan pemda, apabila pemda tidak mampu maka diambil alih pusat (lihat UU Pemda)

    - Ketentuan mengenai pendayagunaan perlu dikaji lagi oleh BPPSDM

    berdasarkan jumlah, jenis dan kualitas serta distribusi tenaga kesehatan, dengan tetap memperhatikan pemanfaatan dan pengembangan tenaga kesehatan tersebut.

    Penempatan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meletakkan tenaga kesehatan pada daerah yang dibutuhkan, diutamakan untuk DTPK.

    Penempatan tenaga kesehatan dilakukan dengan tetap memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata.

    139. (2) Penempatan tenaga kesehatan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:

    a. pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil;

    b. pengangkatan sebagai Pegawai Tidak Tetap; atau

    c. penugasan khusus.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    140. (3) Selain penempatan tenaga kesehatan dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah dapat menempatkan tenaga kesehatan melalui pengangkatan sebagai anggota TNI/POLRI.

    Ayat (3)

    Cukup Jelas

    141. (4) Penempatan dengan cara pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b serta penempatan melalui pengangkatan sebagai anggota TNI/POLRI dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Ayat (4)

    Cukup Jelas

    142. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan dengan penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diatur dengan Peraturan Menteri.

    Ayat (5)

    Cukup jelas

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    143. (6) Penempatan tenaga kesehatan oleh masyarakat dilaksanakan melalui pemanfaatan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan milik masyarakat.

    Ayat (6)

    Cukup jelas

    144. (7) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap memperhatikan pemanfaatan dan pengembangan tenaga kesehatan tersebut.

    Ayat (7)

    Cukup jelas

    145. (8) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan mempertimbangkan antara lain:

    a. kondisi geografis meliputi daerah terpencil, sangat terpencil, perbatasan dan kepulauan.

    b. masalah kesehatan/pola penyakit;

    c. sarana, prasarana dan infrastruktur yang tersedia;

    d. ratio tenaga kesehatan dengan luas wilayah;

    e. daerah rawan konflik atau bencana;

    f. indeks pembangunan kesehatan masyarakat daerah;

    g. kemampuan fiskal daerah.

    Ayat (8)

    Cukup jelas

    146. Pasal 18 Pasal 18

    147. (1) Tenaga kesehatan yang telah ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan harus dimanfaatkan sesuai kompetensi dan kewenangannya.

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Perlu diberi penjelasan konsekuensi bila Ps18(1) tidak dilaksanakan, sebagaimana diurai pada pasal-pasal tentang sanksi

    148. (2) Pemanfaatan tenaga kesehatan harus mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, lokasi, serta keamanan dan keselamatan kerja tenaga kesehatan.

    Masukan IAKMI: Perlu diberi penjelasan konsekuensi bila Ps18(2) tidak dilaksanakan sebagaimana diurai pada pasal-pasal tentang sanksi

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    149. Pasal 19 Pasal 19

    150. (1) Pengembangan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan karir tenaga kesehatan.

    Ayat (1)

    Pemerintah, pemerintah daerah dan swasta mengembangkan dan menerapkan pola karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara transparan, terbuka dan lintas institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan fungsional.

    Masukan IBI: Pemerintah, pemerintah daerah dan swasta mengembangkan dan menerapkan pola jenjang karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara transparan, terbuka dan lintas institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan fungsional.

    151. (2) Pengembangan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan serta kesinambungan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    152. (3) Dalam rangka pengembangan tenaga kesehatan, pimpinan institusi kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan yang sama kepada tenaga kesehatan dengan mempertimbangkan penilaian kinerja.

    Ayat (3)

    Cukup jelas

    153. Pasal 20 Pasal 20

    154. (1) Pelatihan tenaga kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Perlu dijelaskan yang dimaksud dengan masyarakat termasuk didalamnya adalah organisasi profesi terkait dengan penjenjangan ketrampilan keprofesian

    155. (2) Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan dilaksanakan dengan program pelatihan yang diakreditasi oleh Menteri.

    Masukan IBI: Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan dilaksanakan dengan program pelatihan yang diakreditasi oleh Menteri dan organisasi profesi terkait.

    156. (3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan di institusi penyelenggara pelatihan yang terakreditasi sesuai ketentuan peraturan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    perundang-undangan.

    157. Pasal 21 Pasal 21

    158. (1) Pendayagunaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri dapat dilakukan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia dan peluang kerja bagi tenaga kesehatan Indonesia di luar negeri.

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Perlu dijelaskan bukan saja ke LN tetapi juga nakes asing ke DN

    159. (2) Pendayagunaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    **** akhir pembahasan internal kemenkes 21 maret 2011****

    160. BAB V KTKI

    161. Bagian Kesatu

    Nama dan kedudukan

    162. Pasal 22 Pasal 22

    163. (1) Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dibentuk KTKI.

    Cukup jelas

    164. (2) KTKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Menteri.

    Masukan IAKMI: Mengapa KTKI tidak bertanggung jawab kepada Presiden? Sebagai contoh, Konsil Kedokteran Indonesia bertanggung jawab kepada Presiden (dalam RUU Keperawatan juga)

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    165. Pasal 23 Pasal 23

    166. KTKI berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia.

    Cukup jelas

    167. Bagian Kedua

    Susunan Organisasi dan Keanggotaan

    168. Pasal 24 Pasal 24

    169. (1) Susunan organisasi KTKI terdiri atas:

    a. Konsil-konsil; dan

    b. MKDTKI.

    Cukup jelas

    170. (2) Konsil-Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

    a. Konsil tenaga keperawatan dan kebidanan;

    b. Konsil tenaga kefarmasian;

    c. Konsil tenaga kesehatan masyarakat;

    d. Konsil tenaga kesehatan lingkungan;

    e. Konsil tenaga gizi;

    f. Konsil tenaga keterapian fisik;

    g. Konsil tenaga keteknisian medis;

    h. Konsil tenaga psikososial.

    Masukan IAKMI: Belum dijelaskan masing-masing konsil ada berapa divisi? Dan divisi apa saja? Ayat 2: c dan d di jadikan satu

    Masukan IBI: Konsil tenaga kebidanan dipisahkan dari konsi tenaga keperawatan.

    Kepentingan bidan tidak terwakili, proporsi jumlah perawat dan bidan jauh melampaui jenis tenaga kesehatan lain.

    Kenyataan dui MTKI saat ini ada perwakilan bidan yang terpisah dari perawat karena sistem uji kompetensi, registrasi dan perizinan memang berbeda.

    171. (3) Selain konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri atas usul KTKI dapat menetapkan konsil untuk

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    tenaga kesehatan lainnya.

    172. (4) KTKI dipimpin oleh seorang Ketua merangkap anggota yang dipilih dari keanggotaan KTKI.

    173. Pasal 25 Pasal 25

    174. Keanggotaan KTKI berjumlah 35 (tiga puluh lima) orang yang terdiri atas keanggotaan konsil-konsil dan keanggotaan MKDTKI dengan unsur-unsur yang berasal dari:

    a. wakil tenaga keperawatan 3 (tiga) orang;

    b. wakil tenaga kefarmasian 3 (tiga) orang;

    c. wakil tenaga kesehatan masyarakat 3 (tiga) orang;

    d. wakil tenaga kesehatan lingkungan 3 (tiga) orang;

    e. wakil tenaga gizi 3 (tiga) orang;

    f. wakil tenaga keterapian fisik 3 (tiga) orang;

    g. wakil tenaga keteknisian medis 3 (tiga) orang;

    h. wakil tenaga psikososial 3 (tiga) orang.

    i. kementerian kesehatan 3 (tiga) orang;

    j. kementerian pendidikan nasional 2 (dua) orang;

    k. asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan 2 (dua) orang;

    l. asosiasi rumah sakit 2 (dua) orang; dan

    m. sarjana hukum 2 (dua) orang.

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Poin c dan d dijadikan satu Masukan IBI: Keanggotaan KTKI 37 (tiga puluh tujuh) orang. Ditambah 2 (dua) dari wakil tenaga kebidanan.

    Saat ini anggota MTKI yang sudah dilantik pada tahun 2011 ini ada 2 (dua) wakil bidan.

    175. Pasal 26 Pasal 26

    176. (1) Keanggotaan masing-masing konsil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 sebanyak 3 (tiga) orang yang terdiri atas:

    Cukup jelas

    177. a. 2 (dua) orang dari unsur tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a sampai huruf h; dan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    178. b. 1 (satu) orang dari unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf i sampai huruf l.

    179. (2) Masing-masing konsil tenaga kesehatan dipimpin seorang ketua yang dipilih dari anggota yang berasal dari unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.

    180. (3) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan registrar yang menandatangani Surat Tanda Registrasi.

    181. Pasal 27 Pasal 27

    182. (1) Keanggotaan MKDTKI sebanyak 11 (sebelas) orang yang terdiri atas:

    a. 1 (satu) orang dari masing-masing unsur tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a sampai huruf h;

    b. 2 (dua) orang sarjana hukum; dan

    c. 1 (satu) orang dari unsur Kementerian Kesehatan.

    Cukup jelas

    Masukan IBI: Keanggotaan MKDTKI sebanyak 12 (dua belas) orang. Ditambahkan satu orang perwakilan bidan.

    183. (2) MKDTKI dipimpin seorang ketua yang dipilih dari unsur sarjana hukum.

    184. Pasal 28 Pasal 28

    185. (1) Menteri menetapkan keanggotaan KTKI.

    Cukup jelas

    186. (2) Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan KTKI diatur dengan Peraturan Menteri.

    187. Pasal 29 Pasal 29

    188. Masa bakti keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

    Cukup jelas Masukan IAKMI: Banyaknya profesi kesehatan (ada 33 lebih kurang) akan menyebabkan persoalan keterwakilan, Masa bakti

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    yang panjang yi 5 tahun dapat menyebabkan semakin kronis permasalahan tersebut. Solusi adalah memperpendek masa jabatan; struktur KTKI yang diperluas dalam Divisi/Komis Keprofesian masing2; rencana kerja yang komprehensif mencakup semua profesi dan disahkan Menkes sebagai pedoman kerja 5 tahunan.

    189. Pasal 30 Pasal 30

    190. (1) Anggota KTKI sebelum memangku jabatan wajib mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya dihadapan Menteri.

    Cukup jelas

    191. (2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut:

    Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.

    Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian.

    Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

    Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia dan taat kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia.

    Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh saksama, obyektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepepnuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.

    Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.

    192. Pasal 31 Pasal 31

    193. Persyaratan untuk dapat menjadi anggota KTKI meliputi: Cukup jelas

    194. a. warga nsure Republik Indonesia; 195. b. sehat jasmani dan rohani;

    196. c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

    197. d. berkelakuan baik;

    198. e. berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam puluh lima) tahun pada waktu diangkat menjadi anggota Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia;

    199. f. pernah menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya paling sedikit 5 (lima) tahun;

    200. g. bagi sarjana hukum, pernah melakukan pekerjaan di bidang hukum paling sedikit 5 (lima) tahun dan memiliki pengetahuan di bidang hukum kesehatan;

    201. h. cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    tinggi serta memiliki reputasi yang baik; dan

    202. i. melepaskan jabatan nsure ral dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama menjadi anggota KTKI.

    203. Pasal 32 Pasal 32

    204. (1) Anggota KTKI berhenti atau diberhentikan karena : Cukup jelas

    205. a. berakhir masa jabatan sebagai anggota ;

    206. b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

    207. c. meninggal dunia;

    208. d. bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;

    209. e. tidak mampu lagi melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan; atau

    210. f. dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

    211. (2) Dalam hal anggota KTKI menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya.

    212. (3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Ketua KTKI.

    213. Pasal 33 Pasal 33

    214. (1) Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia membentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia di Propinsi.

    Cukup jelas

    215. (2) Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia di Propinsi mempunyai tugas:

    216. a. melaksanakan uji kompetensi;

    217. b. menyampaikan laporan pelaksanaan uji kompetensi kepada Konsil Tenaga Kesehatan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    Indonesia; dan

    218. c. melakukan pembinaan dan pengawasan.

    219. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia di Propinsi ditetapkan oleh KTKI.

    220. Bagian Ketiga

    Tugas, Fungsi dan Wewenang

    221. Pasal 34 Pasal 34

    222. KTKI mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan.

    Lingkup tugas KTKI adalah tenaga kesehatan di luar tenaga medis.

    223. Pasal 35 Pasal 35

    224. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, KTKI menyelenggarakan fungsi:

    Cukup jelas

    225. a. pelaksanaan teknis sertifikasi kompetensi;

    226. b. pelaksanaan registrasi tenaga kesehatan;

    227. c. penetapan standar pendidikan tenaga kesehatan; - Menteri menetapkan standar pendidikan tenaga kesehatan

    - Dalam menetapkan standar pendidikan

    228. d. pembinaan terhadap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya;

    229. e. penegakan disiplin tenaga kesehatan.

    230. Pasal 36 Pasal 36

    231. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 KTKI mempunyai wewenang:

    Cukup jelas

    232. a. melaksanakan uji kompetensi; Masukan IAKMI: melaksanakan uji kompetensi bersama Organisasi Profesi;

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    Ketrampilan keprofesian termasuk didalamnya etiak dalam menjalankan keprofesian, sehingga selayaknya bukan saja pembinaan harus melibatkan OP (seperti diusulkan di poin e), tetapi juga uji kompetensi. Perhatikan juga rancangan Ps58(2) dan Ps71.

    233. b. menyetujui atau menolak permohonan registrasi;

    234. c. menerbitkan atau mencabut surat tanda registrasi;

    235. d. menetapkan standar pendidikan tenaga kesehatan yang disusun oleh asosisasi pendidikan tenaga kesehatan, organisasi profesi dan/atau asosiasi rumah sakit pendidikan;

    236. e. melakukan pembinaan terhadap tenaga kesehatan mengenai pelaksanaan etika profesi bersama dengan Organisasi Profesi;

    237. f. melakukan pencatatan terhadap tenaga kesehatan yang dikenakan sanksi oleh organisasi profesi karena melanggar ketentuan etika profesi;

    238. memberikan sanksi disiplin profesi kepada tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran disiplin profesi.

    239. Pasal 37 Pasal 37

    240. (1) Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, KTKI dibantu oleh sekretariat yang dipimpin seorang sekretaris.

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Perlu disebutkan bahwa : Sekretaris bukan anggota Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia

    241. (2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unit struktural di bawah Kementerian Kesehatan yang terdiri atas:

    a. bagian sertifikasi kompetensi;

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    b. bagian registrasi; dan

    c. bagian pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan.

    242. (3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.

    243. (4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan KTKI.

    244. (5) Ketentuan lebih lanjut tentang sekretariat KTKI diatur dengan Peraturan Menteri.

    245. Bagian Keempat

    Tata Kerja

    246. Pasal 38 Pasal 38

    247. (1) KTKI dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi.

    Cukup jelas

    248. (2) Ketua KTKI wajib melaksanakan sistem pengendalian internal.

    249. (3) Ketua KTKI bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan anggotanya dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas anggotanya.

    250. (4) KTKI wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap KTKI di Propinsi.

    251. Pasal 39 Pasal 39

    252. (1) MKDTKI menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin tenaga kesehatan yang diajukan.

    Cukup jelas

    253. (2) Dalam menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), MKDTKI dapat membentuk panitia adhoc dari nsure organisasi profesi tenaga

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    kesehatan sesuai kebutuhan.

    254. (3) Tata cara pengaduan, pemeriksaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan atas kasus pelanggaran disiplin tenaga kesehatan ditetapkan dengan peraturan Menteri.

    255. Pasal 40 Pasal 40

    256. Ketentuan lebih lanjut tentang tata kerja KTKI diatur dengan Peraturan KTKI.

    Cukup jelas

    257. Bagian Kelima

    Pendanaan

    258. Pasal 41 Pasal 41

    259. (1) Pendanaan penyelenggaraan tugas-tugas KTKI dan KTKI di provinsi dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

    Cukup jelas

    260. (2) Selain sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap penyelenggaraan atas tugas-tugas KTKI dapat dibiayai oleh masyarakat sebagai pendapatan negara bukan pajak.

    261. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran pendapatan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    262. BAB VI SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN PERIZINAN TENAGA

    KESEHATAN

    263. Bagian Kesatu

    Sertifikasi

    264. Pasal 42 Pasal 42

    265. (1) Setiap tenaga kesehatan harus memiliki kompetensi Cukup jelas

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.

    266. (2) Untuk memperoleh sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap tenaga kesehatan harus mengikuti uji kompetensi.

    267. (3) Tenaga kesehatan yang telah lulus uji kompetensi diberikan sertifikat kompetensi yang berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

    268. (4) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

    Masukan IAKMI: Lihat usulan IAKMI ttg Ps36, setidaknya dalam menetapkan uji kompetensi OP masing-masing dilibatkan sebagai pemangku kepentingan kunci. Perhatikan permasalahan ketwerwakilan semua OP tdk dapat ditampung dalam RUU ini.

    269. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh sertifikat kompetensi diatur dengan Peraturan Menteri.

    270. Bagian Kedua

    Registrasi

    271. Pasal 43 Pasal 43

    272. (1) Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya wajib memiliki STR.

    Cukup jelas

    Masukan IAKMI: Catatan: Belum dijelaskan mengenai pengaturan STR tidak berlaku karena..

    273. (2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia setelah memenuhi persyaratan.

    274. (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;

    b. memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan paling lama 1 (satu) tahun sebelum pengajuan permohonan registrasi;

    c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

    d. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi, dan

    e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

    275. (4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.

    276. (5) Persyaratan untuk registrasi ulang sebagai mana dimaksud pada ayat (4) meliputi:

    a. STR lama;

    b. memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan paling lama 1 (satu) tahun sebelum pengajuan permohonan registrasi ulang;

    c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

    d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

    277. Bagian Ketiga

    Izin Tenaga Kesehatan

    278. Pasal 44 Pasal 44

    279. (1) Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di bidang pelayanan kesehatan perseorangan wajib memiliki izin.

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan profesi di bidang pelayanan kesehatan perseorangan adalah profesi yang berhubungan langsung dengan pasien, baik dalam kegiatan promotif, preventif, diagnostik, kuratif, ataupun rehabilitatif.

    MasukanIFI:

    UntukFisioterapis,izinpraktikdiberikandalambentukSIP

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    280. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP atau SIK.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    281. (3) SIP atau SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat tenaga kesehatan menjalankan pekerjaan keprofesiannya.

    Ayat (3)

    Cukup jelas

    Masukan IBI: SIP atau SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atas rekomendasi organisasi profesi terkait.

    282. (4) Untuk mendapatkan SIP atau SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tenaga kesehatan harus memiliki: a. surat tanda registrasi yang masih berlaku; dan

    b. tempat praktik dan/atau tempat kerja.

    Ayat (4)

    Cukup jelas

    Masukan IBI: b. tempat praktik dan/atau tempat

    kerja yang memenuhi persyaratan dan ketentuan dari organisasi profesi terkait.

    283. (5) SIP atau SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing berlaku untuk 1 (satu) tempat.

    Ayat (5)

    Cukup jelas

    284. (6) SIP atau SIK masih berlaku sepanjang : a. STR masih berlaku; dan

    b. tempat praktik atau tempat kerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP atau SIK.

    Ayat (6)

    Cukup jelas

    285. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai SIP atau SIK diatur dengan Peraturan Menteri.

    Ayat (7)

    Cukup jelas

    286. Pasal 45 Pasal 45

    287. (1) Tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki SIP dan memasang papan nama praktik.

    Cukup jelas

    288. (2) Tenaga kesehatan yang tidak memasang papan nama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis, atau pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang.

    289. BAB VII

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    ORGANISASI PROFESI

    290. Pasal 46 Pasal 46 Masukan IAKMI: Ps46 hanya menjelaskan hak pemerintah terhadap OP. Selayaknya kewajiban pemerintah juga dijelaskan (bila ada), termasuk pembinaan, pengawasan, pengembangan dll

    291. (1) Tenaga kesehatan harus membentuk organisasi profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat dan etika profesi tenaga kesehatan.

    Cukup jelas

    292. (2) Setiap jenis tenaga kesehatan hanya dapat membentuk 1 (satu) Organisasi profesi.

    293. (3) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    294. BAB VIII TENAGA KESEHATAN LULUSAN LUAR NEGERI DAN

    TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING

    295. Pasal 47 Pasal 47

    296. (1) Tenaga kesehatan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan upaya kesehatan di Indonesia harus dilakukan evaluasi.

    Ayat (1)

    Cukup Jelas

    297. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan penilaian:

    a. keabsahan ijazah; dan

    b. kemampuan untuk menjalankan pekerjaan keprofesiannya yang dinyatakan dengan sertifikat kompetensi setelah dilakukan uji kompetensi.

    Ayat (2)

    Huruf a

    Cukup Jelas

    Huruf b

    dalam evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat dilakukan program adaptasi sebelum dilakukan uji kompetensi

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    298. (3) Selain harus memenuhi persyaratan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tenaga kesehatan lulusan luar negeri harus memenuhi persyaratan registrasi dan perizinan.

    Ayat (3)

    Cukup Jelas

    299. (4) Pelaksanaan sertifikasi kompetensi, registrasi, dan perizinan tenaga kesehatan lulusan luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

    Ayat (4)

    Cukup Jelas

    300. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

    Ayat (5)

    Cukup Jelas

    301. Pasal 48 Pasal 48 Masukan IAKMI: Ps48 ini hanya menjelaskan penapisan awal dan berkala 5 tahunan, tetapi tidak diatur pengawasan kontinyu. Diusulkan agar civil society selengkapnya ikut mengawasi dan melaporkan setiap kejadian kepada KTKI untuk tindak lanjut

    302. (1) Fasilitas pelayanan kesehatan dapat mendayagunakan tenaga kesehatan warga negara asing.

    Cukup jelas

    303. (2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan alih teknologi dan ilmu pengetahuan, dan ketersediaan tenaga kesehatan setempat.

    304. (3) Tenaga kesehatan warga negara asing yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya harus mengikuti evaluasi, sertifikasi kompetensi, serta memiliki STR dan SIP atau SIK.

    305. (4) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tenaga kesehatan warga negara asing harus memenuhi persyaratan lainnya sesuai ketentuan peraturan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    perundang-undangan.

    306. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga kesehatan asing diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    307. BAB IX HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN

    308. Pasal 49 Pasal 49

    309. Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya berhak:

    Cukup jelas

    310. a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional;

    311. b. memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar profesi, standar pelayanan profesi dan standar prosedur operasional;

    312. c. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien atau keluarganya;

    313. d. menerima imbalan jasa;

    314. e. memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan serta nilai-nilai agama;

    315. f. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;

    316. g. atas hak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    317. Pasal 50 Pasal 50

    318. (1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib:

    Ayat (1)

    Cukup jelas

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    319. a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional, etika profesi serta kebutuhan kesehatan pasien;

    320. b. memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;

    321. c. menjaga kerahasiaan pasien dan/atau keluarganya;

    322. d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan, asuhan dan tindakan yang dilakukan; dan

    Masukan PORMIKI:

    Catatan dan Dokumen pasien - di ganti dengan rekam medis/kesehatan.

    Medical records are very important. They are a written collection of information about a patient's health care and are essential for his or her present and future care. Information contained in medical records is also used for the management and planning of health care facilities and services; for medical research and the production of health care statistics. Doctors, nurses and other health care professionals write in medical records so that they can use the information again when the patient comes back to the hospital or health care centre. (Medical Record Manual for developing Countries, WHO, 2006)

    Rekam medis adalah fakta yang berkaitan dengan keadaan pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang ditulis

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut (Health Information Management, Edna K Huffman, 1999)

    Rekam kesehatan adalah kumpulan data keadaan kesehatan individu yang mendapat pelayanan kesehatan, meliputi data sosial pasien, catatan imunisasi, hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan penyakit dan pengobatan yang diperoleh selama mendapat pelayanan kesehatan. (Health Information Management, Edna K Huffman, 1999)

    Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes 269/2008)

    Rekam kesehatan adalah kumpulan data keadaan kesehatan individu yang mendapat pelayanan kesehatan, meliputi data sosial pasien, catatan imunisasi, hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan penyakit dan pengobatan yang diperoleh selama mendapat pelayanan kesehatan. (Health Information Management, Edna K Huffman, 1999)

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    323. merujuk pasien ke tenaga kesehatan lain yang mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

    324. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan d hanya berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perseorangan.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    325. (3) Tenaga kesehatan yang dengan sengaja memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tanpa alasan yang sah, dikenakan sanksi disiplin berupa:

    a. pemberian peringatan tertulis;

    b. pencabutan sementara surat tanda registrasi atau surat izin praktik paling lama 1 (satu) tahun;

    c. pencabutan selamanya surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau

    d. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kesehatan.

    Ayat (3)

    Yang dimaksud alasan yang sah antara lain dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan pasien, bencana serta keterbatasan sumber daya.

    326. Pasal 51 Pasal 51

    327. (1) Tenaga kesehatan yang menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan gawat darurat dan pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

    Cukup jelas

    328. (2) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka terlebih dahulu.

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    329. (3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    330. BAB X PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN

    331. Bagian Kesatu

    Umum

    332. Pasal 52 Pasal 52

    333. Tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk:

    a. mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki;

    b. memelihara dan meningkatkan kompetensi;

    c. bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi;

    d. mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau kelompok;

    e. melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.

    Cukup jelas

    334. Pasal 53 Pasal 53

    335. (1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya harus sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.

    Ayat (1)

    Cukup jelas

    336. (2) Dalam keadaan tertentu tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan di luar kewenangannya.

    Ayat (2)

    Yang dimaksud dengan keadaan tertentu adalah suatu kondisi dimana tidak adanya tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk di rujuk. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan di luar kewenangannya antara lain perawat atau bidan memberikan pelayanan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    kedokteran dalam batas tertentu, tenaga teknis kefarmasian memberikan pelayanan kefarmasian yang menjadi kewenangan apoteker dalam batas tertentu.

    337. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai menjalankan keprofesian di luar kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

    Ayat (3)

    Cukup jelas

    338. Pasal 54 Pasal 54

    339. Setiap tenaga kesehatan dilarang memberikan pelayanan kesehatan perseorangan dengan menggunakan metode atau tata cara nonkonvensional yang belum ditetapkan sebagai metode pengobatan komplementer-alternatif.

    Yang dimaksud dengan metode atau tata cara pengobatan nonkonvensional adalah metode atau tata cara pengobatan di luar kedokteran modern, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional.

    Suatu metode atau tata-cara pengobatan nonkonvensial ditetapkan sebagai suatu metode komplementer/alternatif oleh Menteri setelah dilakukan penapisan oleh Kelompok Kerja yang dibentuk khusus untuk itu.

    340. Pasal 55 Pasal 55

    341. (1) Upaya kesehatan masyarakat dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.

    Cukup jelas

    342. (2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mengendalikan penyakit di masyarakat.

    343. (3) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, perbaikan sanitasi lingkungan, atau kegiatan lain yang menunjang perilaku hidup bersih dan sehat.

    Masukan IAKMI: Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penataan sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan, penyuluhan, penyebarluasan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    informasi, perbaikan sanitasi lingkungan, atau kegiatan lain yang menunjang perilaku hidup bersih dan sehat dan mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara luas. Ruang lingkup kesmas dengan mengikuti teori Belum menjelaskan lbh luas dari sekedar intervensi lingkungan dan perilaku. Termasuk didalamnya adalah merencanakan, menata, mengembangkan, mengawasi, dan mengevaluasi sistem pelayanan kesehatan dari sisi efektifitas, efisiensi, mutu, ekuitas, sustainabilitas dan kemandiran masyarakat untuk menumbuh kembangkan sistem layanan kesehatan bagi diri mereka sendiri. Ke masa depan persoalan genetic hijacking dan polimerasi genetik akibat lingkungan akan menyebakan pentingnya kebijakan kesehatan yang sesuai kebutuhan yang berbeda mengikuti prinsip ekuitas. Peran ahli kebijakan kesehatan yang memahami genome, konteks keluarga, lingk dan masy adalah sangat penting untuk kembangkan sistem kesehatan yang efektif.

    344. (4) Pengendalian penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.

    Masukan IAKMI: Pengendalian penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit bagi kesejahteraan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    masyarakat secara luas. Kesehatan sudah terbukti dapat mengancam bukan saja tk kesehatan masyarakat tetapi dapat mengguncangkan sistem geopolitik kawasan, ketahanan nasional, perekonomian, dll, sehingga seharus pada ayat(4) dijelaskan persoalan tersebut. Masukan HAKLI: Agar ditambahkan satu Pasal sebelum Pasal 56 dengan rumusan sebagai berikut: (1) Upaya kesehatan lingkungan

    dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.

    (2) Pelayanan kesehatan lingkungan ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan dan mengendalikan pencemaran lingkungan yang berdampak pada gangguan kesehatan.

    345. Pasal 56 Pasal 56

    346. (1) Pelayanan kesehatan perseorangan dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.

    Cukup jelas

    347. (2) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

    348. (3) Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit diselenggarakan melalui penyuluhan, konseling, dan

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    imunisasi.

    349. (4) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat guna mencapai kualitas hidup yang optimal.

    350. Bagian Kedua

    Delegasi Tindakan

    351. Pasal 57 Pasal 57

    352. (1) Dalam melakukan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dapat menerima pendelegasian tindakan medis dari tenaga medis.

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan dalam ketentuan ini antara lain perawat, bidan, perawat gigi, perawat anestesi, tenaga keterapian fisik dan keteknisian medis.

    Masukan IFI: Untuk Fisioterapis, izin praktik diberikandalambentukSIP

    353. (2) Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, tenaga teknis kefarmasian dapat menerima pendelegasian pekerjaan kefarmasian dari tenaga apoteker.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    354. (3) Pendelegasian tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan ketentuan:

    a. tindakan yang didelegasikan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima delegasi;

    b. pelaksanaan tindakan yang didelegasikan tetap dibawah pengawasan pemberi delegasi;

    c. pemberi delegasi tetap bertanggung jawab atas tindakan yang didelegasikan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan delegasi yang diberikan; dan

    d. tindakan yang didelegasikan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan.

    Ayat (3)

    Cukup jelas

    355. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian Ayat (4)

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

    Cukup jelas

    356. Bagian Ketiga

    Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi dan

    Standar Prosedur Operasional

    357. Pasal 58 Pasal 58

    358. (1) Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional.

    Ayat (1)

    Cukup Jelas

    359. (2) Standar profesi dan standar pelayanan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk masing-masing jenis tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi dan disahkan oleh Menteri.

    Ayat (2)

    Cukup Jelas

    360. (3) Standar pelayanan profesi yang berlaku universal ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

    Ayat (3)

    Yang dimaksud dengan standar pelayanan profesi yang bersifat universal antara lain Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan lain-lain.

    361. (4) Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.

    Ayat (4)

    Cukup Jelas

    362. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional diatur oleh Menteri.

    Ayat (5)

    Cukup jelas

    363. Pasal 59 Pasal 59

    364. (1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya dapat melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    Cukup jelas

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    kesehatan.

    365. (2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan, teknologi, produk teknologi dan teknologi informasi kesehatan untuk mendukung pembangunan kesehatan.

    366. (3) Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    367. Bagian Keempat

    Persetujuan Tindakan Tenaga Kesehatan

    368. Pasal 60 Pasal 60

    369. (1) Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penerima pelayanan kesehatan harus mendapat persetujuan.

    Cukup jelas

    370. (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah penerima pelayanan kesehatan mendapat penjelasan secara cukup dan patut.

    371. (3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:

    a. tata cara tindakan pelayanan;

    b. tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan;

    c. alternatif tindakan lain dan risikonya;

    d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

    e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

    372. (4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.

    373. (5) Setiap tindakan tenaga kesehatan yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis

    Masukan IBI:

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.

    Setiap tindakan tenaga kesehatan yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan dan satu saksi lain baik pihak keluarga atau tenaga kesehatan yang kompeten.

    374. (6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

    375. Pasal 61 Pasal 61

    376. (1) Pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah dimana pelayanan tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan tidak diperlukan.

    Cukup jelas

    377. (2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap harus diinformasikan kepada masyarakat penerima pelayanan kesehatan tersebut.

    378. Bagian Kelima

    Catatan dan Dokumen Pasien

    379. Pasal 62 Pasal 62

    380. (1) Setiap tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan perseorangan wajib membuat catatan dan dokumen pasien.

    Cukup jelas

    381. (2) Catatan dan dokumen pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

    382. (3) Setiap catatan dan dokumen pasien harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan atau paraf petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

  • Draft Tanggal 21 Maret 2011

    383. (4) Catatan dan dokumen pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan merupakan satu kesatuan dalam berkas rekam medis.

    384. (5) Setiap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan mengenai catatan dan dokumen pasien, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dikenakan sanksi administratif dan/atau disiplin berupa teguran lisan, teguran tertulis atau pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang.

    385. Pasal 63 Pasal 63

    386. (1) Catatan dan dokumen pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 merupakan milik fasilitas pelayanan kesehatan, sedangkan isi catatan status kesehatan adalah milik pasien.

    Cukup jelas

    387. (2) Catatan dan dokumen pasien lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh tenaga kesehatan dan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.

    388. Pasal 64 Pasal 64

    389. (1) Setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan wajib menyimpan rahasia kesehatan pasien.

    Cukup jelas

    390. (2) Rahasia kesehatan pasien dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum untuk kepentingan pada saat sidang pengadilan, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

    391. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang rahasia kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri.

    392. Bagian Keenam

    Hubungan Tenaga Kesehatan dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan