Rekonstruksi Ruptur Palpebra Fullthickness + Ruptur Sklera ...
Ruptur Vena BAB I
-
Upload
diah-bagus-pitoyo -
Category
Documents
-
view
105 -
download
5
Transcript of Ruptur Vena BAB I
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya panulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Meningokel
Nasofrontal dan hidrosefalus”. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Dr.
Yahya Ari Pramono, Sp. BS atas bimbingan dalam penulisan laporan kasus ini.
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat
kelulusan pada Kepaniteraan Klinik (KKS) di bagian Bedah Syaraf Kedokteran
Universitas Islam Malang-RSUD ”Kanjuruhan” Kepanjen Malang.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, untuk itu
kritik dan saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan laporan
kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Malang, Mei 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang sering dijumpai dalam
kehidupan sekarang dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau
skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan
dalam beberapa cara, antaralain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen
elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali
terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan
trauma.
Pembedahan vaskuler berkembang maju dengan adanya perang terutama PD
II,walau waktu itu kurang memuaskan. Pada perang korea dokter AS dikirim
khusus untuk mengangani trauma vaskuler sebagai bagian dari apa yg disebut
“Battle Injury”.
Beberapa abad silam penanganan terhadap pendarahan akibat adax trauma
vaskuler hanya berupa pengikatan pembuluh darah (ligasi). Thn 1759,Hallowel
berhasil malakukan penjahitan arteri brachialis yg robek (dengan slick). Sama dgn
cabang2 ilmu kedokteran lainnya, ilmu bedah vascular berkembang seirama dgn
perkembangan zaman dimana dulunya rekenstruksi vaskuler terbatas ligasi atau
penjahitan sederhana bagian pembuluh yg robek, sekarang ini para pakar ilmu
bedah vascular berupaya mencari, meneliti penggunaan “graft” yg komplikasinya
minimal.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan
penatalaksanaan rupture vena femoralis ?
1.3. TUJUAN
Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan
penatalaksanaan rupture vena femoralis .
1.4. MANFAAT
I.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya rupture
vena femoralis
I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah orthopedi.
BAB II
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status.Perkawinan : Menikah
Alamat : Sumbermanjing wetan
Tanggal masuk : 15 april 2012
Tanggal Pemeriksaan : 16 april 2012
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dari auto anamnesis dari penderita sendiri tanggal 16
april 2012.
1. Keluhan Utama :
Luka di paha kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada tanggal
15 april diantar oleh keluarganya dengan keluhan luka benda tajam pada
paha sebelah kanan disertai dengan perdarahan, Kronologis kejadiannya
pada hari minggu tanggal 14 april 2012 pasien sedang memanjat pohon
untuk memotong ranting, pasien menggunakan senjata tajam sejenis
celurit yang di gunakan untuk memotong ranting di letakkan di dahan
diatas pasien, kemudian saat pasien hendak mengambil celurit, celurit
tersebut jatuh dan mengenai paha sebelah kanan pasien, pasien mengaku
tidak jatuh dari pohon dan tidak pingsan saat kejadian, dan ½ jam
kemudian pasien dibawa ke puskesmas oleh temannya, pasien
dipuskesmas tidak mendapatkan perawatan luka dan langsung
dikonsulkan ke bongkor, di bokor pasien mendapat perawatan luka
kemudian dari bokor langsung dikirim ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen.
3. Riwayat trauma sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami trauma yang sama sebelumnya
4. Riwayat operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. PRIMARY SURVEY
Airway : tidak ada gangguan jalan nafas
Breathing : Pernafasan 20 x/mnt
Circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 94 x/mnt
Disability : GCS E4 V5 M6, pupil isokor
Exposure : Suhu 36,7oC
B. SECONDARY SURVEY
Status lokalisata: Regio femur
Look : Tampak adanya luka dengan ukuran ± 7 x 5 cm dengan tepi rata
(+) ,penonjolan abnormal dan angulasi (-), oedem sekitar (+), terlihat vena femoralis
ruptur (+).
Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (-), sensibilitas (+), suhu rabaan normal,
NVD (neurovaskuler disturbance) (-), kapiler refil normal < 3 detik.
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan
persarafan (-), tampak gerakan terbatas (+), gerakan abduksi dan adduksi (-).
A. RESUME
Tn.S laki-laki 50 tahun datang ke UGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen
diantar oleh keluarganya dengan keluhan trauma benda tajam pada paha sebelah
kanan, disertai dengan perdarahan,. ½ jam setelah kejadian pasien dibawa ke
puskesmas, pasien di puskesmas tidak mendapatkan perawatan dan langsung dikirim
ke bokor, di bokor pasien mendapat perawatan luka kemudian dari bokor langsung
dikirim ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen selama di UGD RSUD Kanjuruhan pasien
mendapatkan obat analgetik dan perawatan luka. Pada pemeriksaan fisik, pada regio
femoralis anterior dextra didapatkan luka terbuka (+) ± 7x5 cm, dan, nyeri tekan
setempat (+),dan terlihat vena femoralis ruptur (+),.tampak gerakan terbatas (+)
F. DIAGNOSA KERJA
Ruptur Vena Femoralis distal dextra dan Ruptur Musculus Vastus Medialis dextra
G. PLANNING DIAGNOSA
• Planning pemeriksaan
– Foto rontgen, Lateral
– Lab : DL, CT, BT,GDS, SGOT,SGPT, Ureum, Kreatinin
• Planning Terapi
1. Non operatif
a. Non medikamentosa
Edukasi pasien tentang sakit yang dialami pasien
b. Medikamentosa
Analgetik
antibiotik
2. Operatif
Reposisi luka dan debridemant
BAB III
PEMBAHASAN RUPTUR VENA FEMORALIS
3.1 Definisi
Ruptur adalah robek, pecah dan terputusnya suatu pembuluh darah, Ruptur
Vena femoralis adalah robek, pecah dan terputusnya suatu pembuluh darah vena
femoralis.
Vena femoralis adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung
yang bersifat tipis dan elastis terletak dalam segitiga femoralis di daerah inguinal-
femoralis, digambarkan pada gambar di bawah. Perbatasan unggul segitiga dibentuk
oleh ligamentum inguinalis, batas medial oleh longus adduktor, dan batas lateral oleh
otot sartorius. Puncak segitiga yang dibentuk oleh sartorius melintasi otot longus
adduktor. Atap segitiga terdiri dari kulit, jaringan subkutan, fasia berkisi, dan fasia
lata. Lantai cekung terbentuk mendasari longus adduktor, adduktor brevis, pectineus,
dan otot iliopsoas. Lihat gambar di bawah ini.
. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau
hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam
beberapa cara, antaralain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen
elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali
terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan
trauma.
3.1. ETIOLOGI
Menurut sejarah, ruptur pada vena femoralis merupakan cedera yang sering
terjadi akibat trauma vascular disebabkan oleh suatu kekerasan fisikk maupun
kecelakaan baik dalam bentuk trauma tajam, trauma tumpul dan trauma iatrogenik.
Mekanisme trauma dapat berupa:
1. Trauma tajam-luka tembak menyebabkan kerusakan pembuluh darah karena
daya penetrasi dgn kecepatan tinggi, terlebih lagi bila dalam bentuk pecahan
peluru. Luka tusuk benda-benda berujung tajam ataupun luka bacok akibat
suatu kecelakaan ataupun perkelahian tidak jarang menyebabkan trauma
vascular.
2. Trauma tumpul-yg sering adalah akibat kecelakan lalu lintas. Benturan
langsung, terjepit, bila menyertai suatu fraktur pembuluh darah dapat terjepit
atau tertarik melampaui daya elastisitas pembuluh darah tersebut.
3. Iatrogenik-intervensi arteriografi, kateterisasi jantung, kateterisasi
transfemoral bahkan penyuntikan intravena dapat menimbulkan bencana
pembuluh darah.
3.3. PATOGENESIS
Vena femoralis yg mengalami trauma, konsekuensinya terjadi 3 type
kerusakan, yaitu: Ruptur vascular komplet, rupture vaskuler inkomplet dan trauma
vascular tertutup.
3.3.1.Ruptur vaskuler komplet
Ruptur vaskuler komplet umumnya disebabkan o/ luka bacok atau iris kadang
disebabkan o/ luka tusuk atau trauma tumpul. Pd keadaan ini pembuluh darah putus
total sehingga kedua ujung terpisah satu sama lain. Sifat khas pembuluh darah
sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh untuk menghentikan pendarahan
yaitu konstriksi dan retraksi kedua ujung, serta pembentukan thrombus dan kompresi
jaringan di sekitarnya. Manifestasi klinik yg timbul merupakan akibat terhentinya
aliran darah ke distal seperti hilangnya pulsasi arteri bgian distal dan iskemi jaringan.
3.3.2. Ruptur vascular inkomplet
Ruptur vaskuler inkomlet banyak disebabkan o/ luka tusuk, luka tembak.
Patah tulang dapat menyebabkan trauma vaskuler macam ini. Segera setelah trauma,
terjadi perdarahan, terbentuk hemaoma, sedangkan bagian pembuluh darah yang
rupture mengalami retraksi dan konstriksi terbatas. Peristiwa ini justru memperbesar
defe, sehingga perdarahan sulit untuk berhenti. Manifestasi klinik berupa hematoma
dgn perdarahan yg sukar berhenti. Pulsasi bagian distal tidak menghilang. Manifestasi
lanjut berupa “false aneuryme” yaitu hematoma dengan pembentukan jaringan
fibrous disekitarnya. Aneurysma palsu ini membesar secara progresif, dapat teraba
fulsasi diatasnya. Bila trauma ini juga merobek vena di dekatnya akan terjadi fistula
arterio-venosa dimana terjadi pengaliran darah dari arteri ke vena akibat adanya
perbedaan tekanan intra luminal.
3.3.3. Trauma Vascular Tertutup
Trauma tumpul merupakan penyebab trauma vaskuler tertutup dimana
pembuluh darah terjepit diantara dua frakmen tulang atau teregang. Akibat yang
didapat terjadi pada pembuluh darah berupa trombosis intra luminal karena kerusakan
lapisan intima yang robek ini menjadi klep sehingga menutup aliran darah,
hematoma subintima juga dapat menyebabkan obstruksi dan bila teregang timbul
spasme. Manifestasi klinik adalah pulsasi arteri bagian distal berkurang sampai
hilang iskemia tanpa disertai perdarahan pada daerah trauma.
4. DIAGNOSA
Anamnesis tentang mekanisme trauma, macam trauma, arah dan waktu yg
tepat sangat membantu diagnosa. Perdarahan, pulsasi vena bagian distal dan adanya
ischemia merupakan manifestasi klinik yang perlu diperhatikan. Fteeark menulis
beberapa tanda atau gejala yg menggambarkan adanya trauma vascular terutama vena
yaitu:
1.Hilangnya atau berkurangnya pulsasi vena bagian distal dari daerah trauma.
2.Kulit pucat, suhu pada perabaan lebih dingin dibandingkan dengan sisi sehat.
3.Sensibilitas bagian distal berkurang.
4.Adanya riwayat perdarahan banyak pd daerah luka.
5.Adanya perdarahan rekuren dari luka.
6.adanya hematoma yang berpulsasi.
7.Adanya bising sistolis diatas hematoma.
8.Shok yang terjadi setelah mengalami trauma pada daerah pembuluh besar harus
dicurigai adanya trauma vascular.
5. PENANGANAN
Penanganan trauma vena dibagi atas penangan darurat yg ditujukan pada
perdarahan definitive yg ditujukan langsung terhadap pembuluh darah.
5.1.Penganganan Darurat
Secara umum penanganan bertujuan memperbaiki dan mempertahankan
keadaan optimal pasien misalnya dengan memberikan cairan intravena dalam bentuk
apapun bila ditemukan tanda-tanda shock. Secara khusus penanganan darurat
ditujukan kepada membatasi atau menghentikan perdarahan dari luka. Cara-cara
sederhana yg dapat dikerjakan bila ada perlukaaan dengan perdarahan (P3K
Vasculer).
1. Elevasi. Mengangkat bagian yang mengalami trauma lebih tinggi dari pada
posisi jantung dapat membantu mengurangi atau menghentikan perdarahan
vena.
2. Penekanan langsung. Penekanan ini dikerjakan selama lima menit.
3. “Pressure points”. Adalah tempat penekanan pada vena yang dapat menghambat
pengaliran darah ke bagian distal
4. Tampon (“packing”) bila cara diatas tidak dapat mengatasi perdarahan terutama
pembuluh darah yg letaknya dalam digunakan kain kasa atau verban steril
dimasukkan ke dalam luka dalam jumlah secukupnya.
5.2.Penanganan Definitif.
Tempat penanganan adalah puskesmas atau rumah sakit dengan fasilitas yg
lengkap (tergantung fasilitas dan interfensi bedah yg harus dikerjakan).
1. Ruptur komplet. Ligasi dapat saja dikerjakan bila sirkulasi kolateral cukup. Bila
sirkulasi kolateral tidak atau meragukan maka penyambungan atau penggunaan
graft merupakan pilihan.. Penyambungan vena dikerjakan bila disebabkan oleh
trauma tajam tanpa kehilangan jaringan pembuluh darah. Bila kehilangan sebagian
jaringan pembuluh darah atau sengaja dibuang karena rusak maka “grafting”
merupakan pilihan. Donor biasanya diambil dari vena, seperti v.Saphena magna.
Pengguanaan graft dari vena harus dipasang terbalik mengingat dalam vena
tungkai terdapat klep.
2. Ruptur inkomlet. Bentuk robekan dapat linier, oblik atau transversal, satu sisi atau
dua sisi. Pada oblik dan transversal langsung dijahit sedangkan pada linier terlebih
dua sisi, sebaiknya dengan “patch graft” u/ mencegah penyempitan lumen.
3. Trauma tertutup. Pada Keadaan ini penentuan panjang kerusakan perlu karena
tindakan terbaik adalah reseksi, kemuadian dipasang graft.
Dinding vena jauh lebih tipis daripada arteri, faktor-faktor pembekuan darah
vena lebih kurang disbanding arteri sehingga perdarahan dari vena lebih sulit
dikontrol dibandingkan dari arteri. Kelebihan vena adalah mempunyai kolaterale
lebih banyak. Tindakan yang dikerjakan u/ trauma vena adalah ligasi atau penjahitan
atau penyambungan pd vena tetentu. Ligasi sebaiknya dihindarkan pada vena
femoralis komunis dan vena poplitea, disamping vena-vena besar intra abdominal dan
intra torakal.
Fistula arteriovenosa. Keadaan ini merupakan komplikasi dari rupture
inkomplet arteri dan vena letaknya berdekatan dimana terjadi pengaliran sebagian
darah arteri ke dalam vena. Sebelum tindakan perlu menentukan apakah lesi
pembuluh darah ini dijahit atau diligasi. Setelah itu arteri dan vena ditangani masing-
masing sesuai dijelaskan sebelumnya.
6. PROGNOSA
Beberapa faKtor yang turut menentukan keberhasilan pembedahan vaskuler yaitu:
Waktu antara kejadian sampai waktu melakukan pembedahan.
Bentuk kerusakan pembuluh vena.
Fasilitas rumah sakit.
Keadaan umum penderita.
Ada tidaknya infeksi pasca bedah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta.
2. Decker GAG, Du Plessis DJ. 1986. Synopsis of Surgical Anatomy. 12 Th
Edition. The Bath Press. Great Britain. P 440-444.
3. Jhunz. 2009. Trauma jaringan vasculer.
http://annsilva.wordpress.com/2010/03/13/vaskuler/. Diakses tanggal 24 April
2012.
4. Fraser, Traumatic rupture of femoral vein, Diakses tanggal 24 April 2012.
5. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1996
6. Steven R., EndovasculerWidya Medika, Jakarta. Repair of spontaneous or
traumatic vein rupture. Diakses tanggal 23 April 2012.