Ruptur Vena BAB I

23
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan hidayah-Nya panulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Meningokel Nasofrontal dan hidrosefalus”. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Yahya Ari Pramono, Sp. BS atas bimbingan dalam penulisan laporan kasus ini. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Kepaniteraan Klinik (KKS) di bagian Bedah Syaraf Kedokteran Universitas Islam Malang-RSUD ”Kanjuruhan” Kepanjen Malang. Penulis menyadari laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Transcript of Ruptur Vena BAB I

Page 1: Ruptur Vena BAB I

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya panulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Meningokel

Nasofrontal dan hidrosefalus”. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Dr.

Yahya Ari Pramono, Sp. BS atas bimbingan dalam penulisan laporan kasus ini.

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat

kelulusan pada Kepaniteraan Klinik (KKS) di bagian Bedah Syaraf Kedokteran

Universitas Islam Malang-RSUD ”Kanjuruhan” Kepanjen Malang.

Penulis menyadari laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, untuk itu

kritik dan saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan laporan

kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Malang, Mei 2012

Penulis

Page 2: Ruptur Vena BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang sering dijumpai dalam

kehidupan sekarang dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau

skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan

dalam beberapa cara, antaralain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen

elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali

terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga

klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan

trauma.

Pembedahan vaskuler berkembang maju dengan adanya perang terutama PD

II,walau waktu itu kurang memuaskan. Pada perang korea dokter AS dikirim

khusus untuk mengangani trauma vaskuler sebagai bagian dari apa yg disebut

“Battle Injury”.

Beberapa abad silam penanganan terhadap pendarahan akibat adax trauma

vaskuler hanya berupa pengikatan pembuluh darah (ligasi). Thn 1759,Hallowel

berhasil malakukan penjahitan arteri brachialis yg robek (dengan slick). Sama dgn

cabang2 ilmu kedokteran lainnya, ilmu bedah vascular berkembang seirama dgn

perkembangan zaman dimana dulunya rekenstruksi vaskuler terbatas ligasi atau

Page 3: Ruptur Vena BAB I

penjahitan sederhana bagian pembuluh yg robek, sekarang ini para pakar ilmu

bedah vascular berupaya mencari, meneliti penggunaan “graft” yg komplikasinya

minimal.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan rupture vena femoralis ?

1.3. TUJUAN

Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan rupture vena femoralis .

1.4. MANFAAT

I.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya rupture

vena femoralis

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah orthopedi.

Page 4: Ruptur Vena BAB I

BAB II

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 50 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status.Perkawinan : Menikah

Alamat : Sumbermanjing wetan

Tanggal masuk : 15 april 2012

Tanggal Pemeriksaan : 16 april 2012

II. ANAMNESIS

Anamnesis diperoleh dari auto anamnesis dari penderita sendiri tanggal 16

april 2012.

1. Keluhan Utama :

Luka di paha kanan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Page 5: Ruptur Vena BAB I

Pasien datang ke UGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada tanggal

15 april diantar oleh keluarganya dengan keluhan luka benda tajam pada

paha sebelah kanan disertai dengan perdarahan, Kronologis kejadiannya

pada hari minggu tanggal 14 april 2012 pasien sedang memanjat pohon

untuk memotong ranting, pasien menggunakan senjata tajam sejenis

celurit yang di gunakan untuk memotong ranting di letakkan di dahan

diatas pasien, kemudian saat pasien hendak mengambil celurit, celurit

tersebut jatuh dan mengenai paha sebelah kanan pasien, pasien mengaku

tidak jatuh dari pohon dan tidak pingsan saat kejadian, dan ½ jam

kemudian pasien dibawa ke puskesmas oleh temannya, pasien

dipuskesmas tidak mendapatkan perawatan luka dan langsung

dikonsulkan ke bongkor, di bokor pasien mendapat perawatan luka

kemudian dari bokor langsung dikirim ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen.

3. Riwayat trauma sebelumnya

Pasien tidak pernah mengalami trauma yang sama sebelumnya

4. Riwayat operasi

Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya

5. Riwayat penyakit keluarga

Disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Page 6: Ruptur Vena BAB I

A. PRIMARY SURVEY

Airway : tidak ada gangguan jalan nafas

Breathing : Pernafasan 20 x/mnt

Circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 94 x/mnt

Disability : GCS E4 V5 M6, pupil isokor

Exposure : Suhu 36,7oC

B. SECONDARY SURVEY

Status lokalisata: Regio femur

Look : Tampak adanya luka dengan ukuran ± 7 x 5 cm dengan tepi rata

(+) ,penonjolan abnormal dan angulasi (-), oedem sekitar (+), terlihat vena femoralis

ruptur (+).

Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (-), sensibilitas (+), suhu rabaan normal,

NVD (neurovaskuler disturbance) (-), kapiler refil normal < 3 detik.

Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan

persarafan (-), tampak gerakan terbatas (+), gerakan abduksi dan adduksi (-).

A. RESUME

Tn.S laki-laki 50 tahun datang ke UGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen

diantar oleh keluarganya dengan keluhan trauma benda tajam pada paha sebelah

kanan, disertai dengan perdarahan,. ½ jam setelah kejadian pasien dibawa ke

puskesmas, pasien di puskesmas tidak mendapatkan perawatan dan langsung dikirim

ke bokor, di bokor pasien mendapat perawatan luka kemudian dari bokor langsung

dikirim ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen selama di UGD RSUD Kanjuruhan pasien

mendapatkan obat analgetik dan perawatan luka. Pada pemeriksaan fisik, pada regio

Page 7: Ruptur Vena BAB I

femoralis anterior dextra didapatkan luka terbuka (+) ± 7x5 cm, dan, nyeri tekan

setempat (+),dan terlihat vena femoralis ruptur (+),.tampak gerakan terbatas (+)

F. DIAGNOSA KERJA

Ruptur Vena Femoralis distal dextra dan Ruptur Musculus Vastus Medialis dextra

G. PLANNING DIAGNOSA

• Planning pemeriksaan

– Foto rontgen, Lateral

– Lab : DL, CT, BT,GDS, SGOT,SGPT, Ureum, Kreatinin

• Planning Terapi

1. Non operatif

a. Non medikamentosa

Edukasi pasien tentang sakit yang dialami pasien

b. Medikamentosa

Analgetik

antibiotik

2. Operatif

Reposisi luka dan debridemant

Page 8: Ruptur Vena BAB I

BAB III

PEMBAHASAN RUPTUR VENA FEMORALIS

3.1 Definisi

Ruptur adalah robek, pecah dan terputusnya suatu pembuluh darah, Ruptur

Vena femoralis adalah  robek, pecah dan terputusnya suatu pembuluh darah vena

femoralis.

Vena femoralis adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung

yang bersifat tipis dan elastis terletak dalam segitiga femoralis di daerah inguinal-

femoralis, digambarkan pada gambar di bawah. Perbatasan unggul segitiga dibentuk

oleh ligamentum inguinalis, batas medial oleh longus adduktor, dan batas lateral oleh

otot sartorius. Puncak segitiga yang dibentuk oleh sartorius melintasi otot longus

adduktor. Atap segitiga terdiri dari kulit, jaringan subkutan, fasia berkisi, dan fasia

lata. Lantai cekung terbentuk mendasari longus adduktor, adduktor brevis, pectineus,

dan otot iliopsoas. Lihat gambar di bawah ini.

Page 9: Ruptur Vena BAB I

. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau

hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam

beberapa cara, antaralain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen

elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali

terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga

klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan

trauma.

3.1. ETIOLOGI

Menurut sejarah, ruptur pada vena femoralis merupakan cedera yang sering

terjadi akibat trauma vascular disebabkan oleh suatu kekerasan fisikk maupun

kecelakaan baik dalam bentuk trauma tajam, trauma tumpul dan trauma iatrogenik.

Mekanisme trauma dapat berupa:

1. Trauma tajam-luka tembak menyebabkan kerusakan pembuluh darah karena

daya penetrasi dgn kecepatan tinggi, terlebih lagi bila dalam bentuk pecahan

peluru. Luka tusuk benda-benda berujung tajam ataupun luka bacok akibat

suatu kecelakaan ataupun perkelahian tidak jarang menyebabkan trauma

vascular.

2. Trauma tumpul-yg sering adalah akibat kecelakan lalu lintas. Benturan

langsung, terjepit, bila menyertai suatu fraktur pembuluh darah dapat terjepit

atau tertarik melampaui daya elastisitas pembuluh darah tersebut.

Page 10: Ruptur Vena BAB I

3. Iatrogenik-intervensi arteriografi, kateterisasi jantung, kateterisasi

transfemoral bahkan penyuntikan intravena dapat menimbulkan bencana

pembuluh darah.

3.3. PATOGENESIS

Vena femoralis yg mengalami trauma, konsekuensinya terjadi 3 type

kerusakan, yaitu: Ruptur vascular komplet, rupture vaskuler inkomplet dan trauma

vascular tertutup.

3.3.1.Ruptur vaskuler komplet

Ruptur vaskuler komplet umumnya disebabkan o/ luka bacok atau iris kadang

disebabkan o/ luka tusuk atau trauma tumpul. Pd keadaan ini pembuluh darah putus

total sehingga kedua ujung terpisah satu sama lain. Sifat khas pembuluh darah

sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh untuk menghentikan pendarahan

yaitu konstriksi dan retraksi kedua ujung, serta pembentukan thrombus dan kompresi

jaringan di sekitarnya. Manifestasi klinik yg timbul merupakan akibat terhentinya

aliran darah ke distal seperti hilangnya pulsasi arteri bgian distal dan iskemi jaringan.

3.3.2. Ruptur vascular inkomplet

Ruptur vaskuler inkomlet banyak disebabkan o/ luka tusuk, luka tembak.

Patah tulang dapat menyebabkan trauma vaskuler macam ini. Segera setelah trauma,

Page 11: Ruptur Vena BAB I

terjadi perdarahan, terbentuk hemaoma, sedangkan bagian pembuluh darah yang

rupture mengalami retraksi dan konstriksi terbatas. Peristiwa ini justru memperbesar

defe, sehingga perdarahan sulit untuk berhenti. Manifestasi klinik berupa hematoma

dgn perdarahan yg sukar berhenti. Pulsasi bagian distal tidak menghilang. Manifestasi

lanjut berupa “false aneuryme” yaitu hematoma dengan pembentukan jaringan

fibrous disekitarnya. Aneurysma palsu ini membesar secara progresif, dapat teraba

fulsasi diatasnya. Bila trauma ini juga merobek vena di dekatnya akan terjadi fistula

arterio-venosa dimana terjadi pengaliran darah dari arteri ke vena akibat adanya

perbedaan tekanan intra luminal.

3.3.3. Trauma Vascular Tertutup

Trauma tumpul merupakan penyebab trauma vaskuler tertutup dimana

pembuluh darah terjepit diantara dua frakmen tulang atau teregang. Akibat yang

didapat terjadi pada pembuluh darah berupa trombosis intra luminal karena kerusakan

lapisan intima yang robek ini menjadi klep sehingga menutup aliran  darah,

hematoma subintima juga dapat menyebabkan obstruksi dan bila teregang timbul

spasme. Manifestasi klinik adalah pulsasi arteri bagian distal berkurang sampai 

hilang iskemia tanpa disertai perdarahan pada daerah trauma.

4. DIAGNOSA

Anamnesis tentang mekanisme trauma, macam trauma, arah dan waktu yg

tepat sangat membantu diagnosa. Perdarahan, pulsasi vena bagian distal dan adanya

Page 12: Ruptur Vena BAB I

ischemia merupakan manifestasi klinik yang perlu diperhatikan. Fteeark menulis

beberapa tanda atau gejala yg menggambarkan adanya trauma vascular terutama vena

yaitu:

1.Hilangnya atau berkurangnya pulsasi vena bagian distal dari daerah trauma.

2.Kulit pucat, suhu pada perabaan  lebih dingin dibandingkan dengan sisi sehat.

3.Sensibilitas bagian distal berkurang.

4.Adanya riwayat perdarahan banyak pd daerah luka.

5.Adanya perdarahan rekuren dari luka.

6.adanya hematoma yang berpulsasi.

7.Adanya bising sistolis diatas hematoma.

8.Shok yang terjadi setelah mengalami trauma pada daerah pembuluh besar harus 

dicurigai adanya trauma vascular.

5. PENANGANAN

Penanganan trauma vena dibagi atas penangan darurat yg ditujukan pada

perdarahan definitive yg ditujukan langsung terhadap pembuluh darah.

5.1.Penganganan Darurat

Page 13: Ruptur Vena BAB I

Secara umum penanganan bertujuan memperbaiki dan mempertahankan

keadaan optimal pasien misalnya dengan memberikan cairan intravena dalam bentuk

apapun bila ditemukan tanda-tanda shock. Secara khusus penanganan darurat

ditujukan kepada membatasi atau menghentikan perdarahan dari luka. Cara-cara

sederhana yg dapat dikerjakan bila ada perlukaaan dengan perdarahan (P3K

Vasculer).

1.    Elevasi.  Mengangkat bagian yang mengalami trauma lebih tinggi dari pada

posisi jantung dapat membantu mengurangi atau menghentikan perdarahan

vena.

2. Penekanan langsung. Penekanan ini dikerjakan selama lima menit.

3. “Pressure points”.  Adalah tempat penekanan pada vena yang dapat menghambat

pengaliran darah ke bagian distal

4. Tampon (“packing”) bila cara diatas tidak dapat mengatasi perdarahan terutama

pembuluh darah yg letaknya dalam digunakan kain kasa atau verban steril

dimasukkan ke dalam luka dalam jumlah secukupnya.

5.2.Penanganan Definitif.

Tempat penanganan adalah puskesmas atau rumah sakit dengan fasilitas yg

lengkap (tergantung fasilitas dan interfensi bedah yg harus dikerjakan).

Page 14: Ruptur Vena BAB I

1. Ruptur komplet.  Ligasi dapat saja dikerjakan bila sirkulasi kolateral cukup. Bila

sirkulasi kolateral tidak atau meragukan maka penyambungan atau penggunaan

graft merupakan pilihan.. Penyambungan vena dikerjakan bila disebabkan oleh

trauma tajam tanpa kehilangan jaringan pembuluh darah. Bila kehilangan sebagian

jaringan pembuluh darah atau sengaja dibuang karena rusak maka “grafting”

merupakan pilihan. Donor biasanya diambil dari vena, seperti v.Saphena magna.

Pengguanaan graft dari vena harus dipasang terbalik mengingat dalam vena

tungkai terdapat klep.

2. Ruptur inkomlet. Bentuk robekan dapat linier, oblik atau transversal, satu sisi atau

dua sisi. Pada oblik dan transversal langsung dijahit sedangkan pada linier terlebih

dua sisi, sebaiknya dengan “patch graft” u/ mencegah penyempitan lumen.

3. Trauma tertutup.  Pada Keadaan ini penentuan panjang kerusakan perlu karena

tindakan terbaik adalah reseksi, kemuadian dipasang graft.

Dinding vena jauh lebih tipis daripada arteri, faktor-faktor pembekuan darah

vena lebih kurang disbanding arteri sehingga perdarahan dari vena lebih sulit

dikontrol dibandingkan dari arteri. Kelebihan vena adalah mempunyai kolaterale

lebih banyak. Tindakan yang dikerjakan u/ trauma vena adalah ligasi atau penjahitan

atau penyambungan pd vena tetentu. Ligasi sebaiknya dihindarkan pada vena

femoralis komunis dan vena poplitea, disamping vena-vena besar intra abdominal dan

intra torakal.

Page 15: Ruptur Vena BAB I

Fistula arteriovenosa. Keadaan ini merupakan komplikasi dari rupture

inkomplet arteri dan vena letaknya berdekatan dimana terjadi pengaliran sebagian

darah arteri ke dalam vena. Sebelum tindakan perlu menentukan apakah lesi

pembuluh darah ini dijahit atau diligasi. Setelah itu arteri dan vena ditangani masing-

masing sesuai dijelaskan sebelumnya.

6. PROGNOSA

Beberapa faKtor yang turut menentukan keberhasilan pembedahan vaskuler yaitu:

Waktu antara kejadian sampai waktu melakukan pembedahan.

Bentuk kerusakan pembuluh vena.

Fasilitas rumah sakit.

Keadaan umum penderita.

Ada tidaknya infeksi pasca bedah.

Page 16: Ruptur Vena BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta.

2. Decker GAG, Du Plessis DJ. 1986. Synopsis of Surgical Anatomy. 12 Th

Edition. The Bath Press. Great Britain. P 440-444.

3. Jhunz. 2009. Trauma jaringan vasculer.

http://annsilva.wordpress.com/2010/03/13/vaskuler/. Diakses tanggal 24 April

2012.

4. Fraser, Traumatic rupture of femoral vein, Diakses tanggal 24 April 2012.

5. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1996

6. Steven R., EndovasculerWidya Medika, Jakarta. Repair of spontaneous or

traumatic vein rupture. Diakses tanggal 23 April 2012.