Ruptur Lien

16
RUPTUR LIEN AKIBAT TRAUMA PADA CEDERA NON-PENETRASI AZHI IMA AWUFI 07700173

description

Bedah

Transcript of Ruptur Lien

Page 1: Ruptur Lien

RUPTUR LIEN AKIBAT TRAUMA PADA CEDERA NON-PENETRASI

AZHI IMA AWUFI07700173

Page 2: Ruptur Lien

Lien/ spleen/ limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial system) yg terletak di cavum abdomen pd regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Lien terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya berjalan ke depan sampai sejauh linea aksillaris media. Lien juga merupakan organ intra peritoneal.

Lien merupakan organ yang paling sering terluka pada trauma tumpul abdomen atau trauma thoraks kiri bagian bawah

Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robek atau pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat bergerak yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung atau tidak langsung

Page 3: Ruptur Lien

Laporan ini difokuskan pada 26 kasus ruptur lien disebabkan oleh cedera non-penetrasi, yang ditangani Rumah Sakit Roosevelt, selama tahun 1941 - 1956. Enam pasien dengan luka tusuk lien, bila dihitung, memberikan jumlah total 32 kasuslaserasi lien, atau 0,06 % dari seluruh kasus bedah (rata-rata dua kasus per tahun).

Selama periode ini, 64 splenektomi primer :- 29 kasus pada laserasi lien- 35 pada kondisi lain.

Page 4: Ruptur Lien

FREKUENSI

Frekuensi ruptur lien karena trauma tumpul dibandingkan dengan cedera abdomen non-penetrasi lainnya, yang ditangani rumah sakit Roosevelt.

Page 5: Ruptur Lien

INSIDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN USIA

Pada kasus ruptur lien akibat trauma- 69 persen terjadi pada pasien pria dan- 31 persen pada wanita,

Perbandingannya adalah 2:1. Perbedaan insidensi di antara kedua jenis kelamin ini terutama terjadi pada dewasa muda, yang pada studi ini mendominasi jumlah kasus, yaitu sebesar 32 kasus.

44 % dari pasien kami berusia 21 sampai 40 tahun ketika ruptur lien terjadi.

Page 6: Ruptur Lien

ETIOLOGI

Page 7: Ruptur Lien

CEDERA PENYERTA

27 % pasien kami mengalami cedera pada lien saja. Cedera penyerta terjadi sekitar 73 % yang tersisa

Page 8: Ruptur Lien

TANDA DAN GEJALA

Gejala ruptur lien sangat bervariasi. Pasien dengan cedera fokal minor mengeluhkan

nyeri perut bagian atas. Kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri perut kiri atas atau punggungkiri.

Nyeri pada puncak bahu kiri yang sering disebut tandaKehr adalah.

Penderita umumnya berada dalam berbagai tingkat syok hipovolemia dengan/tanpa takikardi dan hipotensi

Page 9: Ruptur Lien

Pemeriksaan fisik  Tanda Balance adalah masa di kiri atas dan pada

perkusi terdapat bunyi pekak akibat adanya hematom subkapsular atau omentum yang membungkus suatu hematoma ekstrakapsular.

Dengan adanya darah bebas intraperitoneal, nyeri perut yang meluas, iritasi peritoneal, dan nyeri tekan mudah terjadi, bila darah bebas jumlahnya banyak bisa didapatkan pekak  berpindah.

Bila perdarahan intraabdominal mencapai 5-10% dari volume darah, biasanya tanda-tanda awal syok sudah mulai timbul. tanda-tandanya antara lain takikardi, takipnea,gelisah, pucat, serta melambatnya capillary refill time

. Bila darah terus mengisi rongga intraabdomen, dapat diamati adanya distensi abdomen, tanda rangsangan peritoneal, dan syok berat

Page 10: Ruptur Lien

Ruptur Tertunda (Delayed Rupture)Lima dari 26 pasien diklasifikasikan

sebagai “ruptur lien tertunda” (delayed rupture) dimana gejala akut tidak muncul sampai jangka waktu 48 jam berlalu sejak terjadinya cedera. Periode laten terdiri dari dua, tiga, lima, dan 41 hari berturut-turut. Pada ruptur yang lambat, biasanya penderita datang dalam keadaan syok, tanda perdarahan intra abdomen, atau dengan gambaran seperti ada tumor intra abdome. Pada bagian kiri atas yang nyeri tekan disertai tanda anemia

Page 11: Ruptur Lien

Tanda-tanda ruptur lien pada pemeriksaan rontgen juga sangat dikenal, meliputi:

a) peningkatan densitas di daerah kuadran kiri atas atau daerah bayangan lien,

b) elevasi diafragma yang disertai berkurangnya gerakan diafragma,

c) penurunan posisi dari gelembung lambung dan usus besar,

d) gerigi dari tepi kurvatura mayor lambung, dan

e) pelebaran refleks lambung.

f ) Patah tulang iga kiri

Page 12: Ruptur Lien

Pengobatan :dilakukan Splenektomi pada 23 Pasien dengan ruptur lien akibat cedera non-penetrasi

Indikasi operasiruptur lien grade III dengan hemodinamik tidak stabilruptur lien grade IV-V

Page 13: Ruptur Lien

Grading untuk trauma lien menurut gambaran CT-Scan

Page 14: Ruptur Lien

Komplikasi Pada sembilan dari 23 pasien kami yang mencapai Ruang Operasi, ada sepuluh komplikasi pasca operasi dini dan tiga komplikasi lanjut .

Page 15: Ruptur Lien

Kesimpulan1. Dalam pengalaman kami di Rumah Sakit Roosevelt,

ruptur lien akibat cedera non-penetrasi memiliki frekuensi yang relatif konstan.

2. Lien tampaknya menjadi organ abdomen yang paling sering terkena cedera non-penetrasi. Lokasi dan fitur anatomi lien berperan dalam kerentanannya terkena cedera akibat kekuatan eksternal maupun tindakan operasi pada organ sekitar.

3. Laki-laki dewasa di dekade ketiga dan keempat kehidupannya menunjukkan kecenderungan terbesar untuk terkena cedera ini.

4. Kecelakaan mobil adalah penyebab paling umum dari ruptur lien. Jatuh, seperti terjadi dalam kehidupan normal sehari-hari, adalah penyebab paling umum berikutnya dan hal ini sama pentingnya dengan kejadian kecelakaan mobil pada orang muda.

Page 16: Ruptur Lien

5. Kami tidak menemukan bukti di antara pasien kami yang memperkuat pernyataan terjadinya ruptur lien spontan pada lien normal.

6. Cedera pada ginjal kiri dan patah tulang rusuk kiri merupakan cedera yang paling sering berkaitan dengan ruptur lien.

7. Ruptur yang tertunda atau “delayed rupture” mungkin akibat dari rupturnya hematom subkapsular atau eksaserbasi dari perdarahan yang sebelumnya terkontrol oleh efek tampon dari bekuan darah.

8. Pengobatan untuk suspek ruptur lien adalah celiotomi. Splenektomi adalah pengobatan yang hanya dilakukan pada laserasi lien yang tampak.

9. Kematian pada pasien dengan ruptur lien tergantung pada jumlah dan sifat dari cedera penyerta. Syok yang tidak respon terhadap pengobatan bukan merupakan kontraindikasi untuk operasi.