Rumah sehat

34
BAB I PROFIL KELUARGA SEHAT I. IDENTITAS Nama : Ny. RM Umur : 32 tahun Jenis kelamin : Perempuan Bangsa/suku : Makassar Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jln. Sukamaju 4 nomor 10 II. ANGGOTA KELUARGA 1) Identitas Nama : Ny. SM Umur : 62 tahun Jenis kelamin : Perempuan Bangsa/suku : Makassar Agama : Islam Pekerjaan : IRT Hubungan keluarga : Orang tua (ibu) 2) Identitas Nama : Ny.KM 1

description

rumah sehat

Transcript of Rumah sehat

BAB I

PROFIL KELUARGA SEHAT

I. IDENTITAS

Nama : Ny. RM

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/suku : Makassar

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Sukamaju 4 nomor 10

II. ANGGOTA KELUARGA

1) Identitas

Nama : Ny. SM

Umur : 62 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/suku : Makassar

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Hubungan keluarga : Orang tua (ibu)

2) Identitas

Nama : Ny.KM

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/suku : Makassar

Agama : Islam

1

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan keluarga : Saudara perempuan

3) Identitas

Nama : LM

Umur : 5 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/suku : Makassar

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Hubungan keluarga : Anak

III. PROFIL KELUARGA

Ny. RM tinggal di sebuah rumah yang didiaminya bersama ibu,

saudara prempuan, dan anak perempuannya. Suami Ny. RM tinggal di luar kota

karena bekerja di sana. Suami saudara perempuan Ny. RM juga bekerja dan

tinggal di luar kota. Bapak Ny. RM sudah meninggal, sehingga ibu Ny. RM

tinggal bersama mereka.

IV. STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Ny. RM adalah seorang wiraswasta dengan usaha d bidang Multi

Level Marketing sedangkan suaminya merupakan PNS di BAPEDA Kendari.

Kondisi rumah yang ditempati oleh Ny.RM terbilang cukup baik,

dengan kondisi rumah batu berlantai keramik, 2 lantai, dengan 4 kamar tidur,

sekitar rumah yaitu bagian samping kanannya berbatasan dengan rumah batu dan

samping kirinya berbatasan dengan jalan. Meskipun berada di lingkungan

perumahan yang cukup padat, tetapi rumah Ny. RM cukup memiliki pekarangan

yang luas dan rimbun karena ditanami pohon mangga, pohon pepaya, dan

2

beberapa tanaman-tanaman hias. Ny. RM menempati sebuah kamar dengan luas

sekitar 2,5 x 2 m2. Perabot tertata rapi dan kebersihan kamar cukup memuaskan.

Rumah itu memiliki 3 kamar mandi yang terletak di dekat dapur, di lantai 2, dan

di dalam kamar Ny. RM. Kondisi kamar mandi dan dapur cukup bersih. Ventilasi

dan pencahayaan cukup memadai serta memenuhi syarat. Sumber air untuk

kebutuhan mandi, mencuci dan memasak diperoleh dari air PAM, dan air galon

untuk minum. Septic tank terletak di belakang rumah dan tertutup dengan baik.

Rumah Ny. RM juga dilengkapi saluran pembuangan air di depan rumah, hanya

saja saluran pembuangannya belum terlalu baik sehingga airnya tergenang

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Menurut Ny.RM, dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit yang bermakna, hanya dirinya yang sering sakit kepala namun dari

hasil pemeriksaan tidak menunjukkan kondisi yang serius. Dokter hanya

menyarankan Ny. RM untuk banyak istirahat dan tidak boleh terlalu lelah.

VI. POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA

Menu makanan keluarga sehari-hari bervariasi dengan menu makanan

sederhana seperti nasi, tempe, tahu, ikan, telur, sayur, dan sebagainya yang

diolahnya sendiri atau di pesan pada katering rumahan.

VII. PSIKOLOGI DALAM HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA

Hubungan Ny. RM dengan keluarganya sangat dekat dan komunikasi

berjalan dengan lancar dan selalu melakukan aktivitas bersama misalnya rekreasi

keluarga jika ada hari libur.

3

VIII. LINGKUNGAN

Lingkungan tempat tinggal terbilang cukup padat. Kebersihan

lingkungan rumah terjaga, lingkungan rumah tetangga sekitar rumah Ny. RM

juga cukup terjaga, meskipun masih ada beberapa rumah yang tidak terlalu

memperhatikan kebersihan lingkungan rumahnya. Jalanan di depan rumah dalam

keadaan baik.

4

Gambar 2 : Pemilik RumahGambar 1: Tampak Depan

Gambar 3: Ruang tamu Gambar 4: Halaman

5

Gambar 5: Kamar Tidur Gambar 6: Kamar Mandi

Gambar 7: Dapur Gambar 8: Septic Tank

Gambar 9: Ventilasi Gambar 10: Saluran air

Gambar 11: Halaman

BAB II

SYARAT RUMAH SEHAT

I. RUMAH SEHAT MENURUT WINSLOW

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan

hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan

yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit

dalam masyarakat.1

Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow1:

1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis

a. Suhu ruangan

Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Sebaiknya tetap

berkisar antara 18-20oC. suhu ruangan ini tergantung pada:

– Suhu udara luar

– Pergerakan udara

– Kelembaban udara

– Suhu benda-benda di sekitarnya

Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan air-

conditioning.

b. Harus cukup mendapat penerangan

Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari.

Yang ideal adalah penerangan listrik.diusahakan agar ruangan-ruangan

mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar

(cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus cukup 6

mempunyai jendela. Luas jendela keseluruhan + 15% dari luas lantai.

Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas

bila jendela dibuka.

d. Harus cukup mempunyai isolasi suara

Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara yang

berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari sumber-

sumber suara yang gaduh, misalnya: pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang,

stasiun bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.

2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis

a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa

keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan

rumah tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga yang

tinggal di rumah tersebut.

c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus

mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya tidak terganggu.

d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di mana semua

anggota keluarga dapat berkumpul.

e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang untuk

menerima tamu.

3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak

mudah ambruk.

b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-

tempat lain, terutama untuk anak-anak.

c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.

d. Adanya alat pemadam kebakaran terytama yang menggunakan gas.

7

4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit

a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitasnya.

b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.

c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit, seperti: nyamuk,

lalat, tikus, dan sebagainya.

d. Harus cukup luas. Kuas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.

II. BAHAN BANGUNAN

a. Lantai: Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen

atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Ubin atau semen

adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai

kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan

ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk rumah pedesaan cukuplah tanah biasa

yang dipadatkan. Syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu pada

musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh

lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air

kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan

berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.2,3

b. Dinding: tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya

kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup.

Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik dinding

atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada

dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah

penerangan alamiah.2,3

c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di

pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat

terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya

sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu

untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.

8

Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal

juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.2,3

d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)

Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.

Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi perlu diperhatikan

bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk

menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu

tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bambu

yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.2

III. VENTILASI

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya

ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2

yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu, tidak

cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik

karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.

Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen

(bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3

Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan

dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran

udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.

Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam

kelambaban (humudity) yang optimum.2,3

Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:

a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara

alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding, dan

9

sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena

juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangan lainnya ke dalam

rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari

gigitan nyamuk tersebut.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mangalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara.

Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.

Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar

udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya dalam

ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan

alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan

silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: 2

Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.

Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir

keluar ruangan.

Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar

mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,

yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower

atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan

disekitarnya.

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan

kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

IV. CAHAYA

10

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan

tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama

cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat

yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu

banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat

merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni2,3:

a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat

membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil TBC.

Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya

yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-

kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan

rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat jendela diusahakan agar sinar

matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh

bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga

sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar

sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka

sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok).

Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.

Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi

genteng biasa pada waktu pembuatannya, kemudian menutupnya dengan

pecahan kaca.

b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,

seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

V. LUAS BANGUNAN RUMAH

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia

di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan,

kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya.

11

Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu memperhatikan beberapa

ketentuan sebagai berikut: 2

kebutuhan luas per jiwa

kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)

kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)

kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan

yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan

(overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya

konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan

mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang

optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang.2,3

Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit1:

1. Kebersihan udara

Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka ruangan-

ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya

daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Penularan

penyakit-penyakit saluran pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di

antara penghuni rumah. Dari penelitian berjudul Hubungan Antara

Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada

Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, yang dilakukan oleh

Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara

luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan

penghuni rumah dengan kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable

suhu tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis

pada anak.1,4

2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang

12

Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus dibagi

dalam jumlah yang banyak. Misalnya air. Walaupun kwalitasnya baik, tapi

karena pemakainya banyak maka kwantitasnya menjadi kurang, sehingga

penghuni rumah tidak tiap hari mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini

akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.

3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit

Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit penykait

dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi,

misalnya: TBC, penyakit-penyakit kulit, dan penyakit-penyakit saluran

pernapasan.

4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu

Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga mempunyai

kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu. Hal ini akan

menyebabkan tiap anggota keluarga, teruama anak-anak muda tida suka

tinggal di rumah, yang akan memudahkan timbulnya kejahatan dan

kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis.

Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di samping menyebabkan

perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga menimbulkna

masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

VI. FASILITAS-FASILITAS DALAM RUMAH SEHAT

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai berikut2,3:

a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan tinja

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

d. Pembuangn sampah

e. Fasilitas dapur

f. Ruang berkumpul keluarga

13

Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor vatiabel rumah sehat yang

digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Rumah

Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data SUSENAS 2001 dan 2004.5

VII. 10 PATOKAN UNTUK RUMAH EKOLOGIS SEBAGAI RUMAH

SEHAT

14

10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam perencanaan

rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan berkelanjutan di daerah

tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua seminar dan lokakarya internasional

tentang arsitektur ekologis dan lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan

2005, serta 25 asas tentang Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesünder Wohnen

durch biologisches Bauen. Neubeuren 1982).6

Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari, maka

planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang dibangun

seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan belum pernah

sepenting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak

lingkungan sebagai dasar kehidupannya.6

Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan lingkungan,

manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai standar rumah ekologis

yang sehat.6

1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan

sebagai paru-paru hijau

Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari wilayah

kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi 300 m, serta utilitas

dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok tata kota kontemporer. Alun-alun

sebagai taman/hutan kota merupakan ruang beraneka-ragam yang sangat

mempengaruhi kualitaskehidupan dalam kota. Letak dan pengaturan penghijauan

dalam tata-kota menentukan ciri-khas kota tersebut. Di wilayah kota lama sering

terjadi kekurangan lahan hijau seperti jaringan penghubung (biotop

interconnection) dengan penghijauan berbentuk bahu jalan yang ditanami dengan

pohon peneduh dan semak belukar. Penghijauan di lingkungan kota akan

meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota dengan produksi oksigennya yang

mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, serta

15

meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan

kemudian menguap kembali, dengan demikian, tanaman ikut mengelola air hujan

dan melindungi lereng gunung terhadap tanah longsor.6

2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis

Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir

menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada juga yang

bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock, dan peneliti yang lain

membuktikan bahwa setiap materi juga mengandung semacam kesadaran.

Manusia merupakan penengah di antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-

satunya makhluk yang memiliki badan material dan kerohanian. Dengan

demikian manusia juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-benda yang

tidak dapat ditangkap dengan pancainderanya.

Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi technik tersebut, maka di

dalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut:

– sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung fluoresensi

– semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus, netral,

pembumian)

– menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat menyalurkan

medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di atasnya

– mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari keadaan

standby

– memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv

– menghalangi anak dan remaja menggunakan telefon genggam (hand phone),

juga

– orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.

Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah tanah dan

patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann (tanpa perhatian pada

16

jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan orang yang sedang tidur.6

3. Menggunakan bahan bangunan alamiah

Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan

macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Keadaan

tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan

guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru

juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika

bangunan.Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber

daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka

terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi baru

menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan

yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan

pandangan pembangunan yang menyeluruh. rantai bahan bangunan.6

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan

Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup di

antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan

ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin. Sebagai kompromi letak

gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah

angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang sehingga menguntungkan

bagi penerapan ventilasi silang. Letak gedung terhadap sinar matahari yang Letak

gedung terhadap arah angin yang paling paling menguntungkan bila memilih

arah dari menguntungkan bila memilihi arah tegak lurus timur ke barat terhadap

arah angin itu Ruang di sekitar bangunan sebaiknya dilengkapi pohon peneduh

tanpa mengganggu gerak udara.6

5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu

mengalirkan uap air

17

Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan

kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung terutama

pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut). Selanjutnya

harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan

yang menolak air. Bahan bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan

berbagai cara. Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap

air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti

bahwa air bisa masuk ke dalam bahan bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh

atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang

terekena angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau

kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air). Kelebihan

kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan

kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni karena

mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.6

6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan

dan memajukan sistem bangunan kering

Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan merupakan

permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya, karena lapisan

yang kedap air tidak ada.6

7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa pakai bagian

gedung yang menerima beban dan yang membagi saja

Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan akan

mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Bahan

bangunan apapun yang dipilih sebagai bagian struktur (sebaiknya tahan minimal

60 tahun), bagian sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang tahan hanya

sekitar 5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya (life span).6

18

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonis

Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam

perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika. Proporsi dan

keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat menentukan bentuk arsitektur. Oleh

karena itu, semua buku arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi. Pengertian

proporsi dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang maupun bentuk proporsi

ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan penganutnya.6

9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari

lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan

Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber

alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus dipilih

dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang eksploitasinya

berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan

secara holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya penduduk dan

ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan

kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah. Kebebasan untuk memilih

dan tugas untuk merawat dunia ini dengan penuh rasa tanggungjawab dan secara

berkesinambungan adalah dasar etika lingkungan.6

10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara

luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan

Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan

patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan perhatian

khusus pada etika lingkungan masalah efek samping yang merugikan tetangga

atau manusia yang lain dapat dihindarkan.6

BAB III

PEMBAHASAN

19

Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang

disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul

dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat

berlindung dan menyimpan barang berharga. Rumah yang sehat merupakan rumah

yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana

pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan

sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.

Adapun tabel hasil observasi penilaian terhadap rumah yang dimiliki oleh Ny.

RM untuk dikategorikan sebagai rumah sehat :

No.

Variabel yang dinilaiCek

Skor

1. Lokasia. tidak rawan banjirb. rawan banjir

√ 3

2. Kepadatan hunian a. tidak padat (>8m2/orang)b. padat (<8m2/orang)

√ 3

3. Lantai a. Semen ubin, keramik, kayub. Tanah

√ 3

4. Pencahayaan a. cukupb. tidak cukup

√ 3

5. Ventilasia. ada ventilasib. tidak ada

√ 3

6. Air bersiha. air dalam kemasanb. ledeng/PAM √ 3

20

c. mata air pelindungd. sumum pompa tangane. sumur terlindungf. sumur tidak terlindungg. mata air tidak terlindungh. lain-lain

7. Pembuangan kotoran (kakus)a. leher angsab. plengsenganc. cemplung/cublukd. kolam ikan/sungai/kebune. tidak ada

√ 3

8. Septic tanka. septic tank dengan jarak >10 meter dari sumber

air minumb. lainnya

√ 3

9. Kepemilikan WCa. sendirib. bersamac. tidak ada

√ 3

10. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)a. saluran tertutupb. saluran terbukac. tanpa saluran

√ 3

11. Saluran gota. mengalir lancarb. mengalir lambatc. tergenangd. tidak ada got

√ 1

12. Pengelolaan sampaha. diangkut petugasb. ditimbunc. dibuat kompos

√ 3

13. Polusi udaraa. tidak ada gangguan polusib. ada gangguan

√ 3

21

14. Bahan bakar masaka. listrik, gasb. minyak tanahc. kayu bakard. arang/batu bara

√ 3

Total 40

Berdasarkan 14 parameter yang dipakai sebagai parameter rumah sehat

didapatkan bahwa rumah yang dimiliki oleh Ny. RM memenuhi syarat kesehatan baik

yakni : ventilasi, pencahayaan alami, lokasi, kepadatan hunian, lantai, dan polusi

udara. Hanya saja, saluran got dari rumah Ny. RM perlu diperbaiki sehingga airnya

bisa mengalir dan tidak tergenang.

Adapun status kesehatan yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga dalam

kondisi sehat dan didukung oleh lingkungan yang sehat pula. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

22

1. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya

Bakti; 2000. Hal.105-8.

2. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta, 2007. p. 167-172

3. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009. Available from :

URL: http://www.smallcrabonline619-syarat-syarat-rumah-sehat.htm

4. Heinz Frick. 10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat. [online].

2009. Available from URL :

http://www.panda.org/downloads/general/lpr2004.pdf

5. Supraptini. Gambaran Rumah Sehat Di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data

Susenas 2001 Dan 2004. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan Badan

Litbangkes; 2004.hal 1-12

6. Nurhidayah, I., dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkunga Rumah

dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh

Kabupaten Sumedang. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu

Keperawatan; 2007.

7. Anonymous. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. [online]. 2005.

Available from : URL: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf

8. Profil Kesehatan. Rumah Sehat. Dalam: Profil Kesehatan Kalimantan Tengah.

2005. hal 1-5

9. Manda et al. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pemerintah. Dinas Kesehatan

Subdin Promosi Dan Kesehatan Masyarakat. 2006. hal. 14-21

10. Persit Kartika Chandra Kirana. Tolok Ukur Rumah Tangga Bahagia. [online].

2009. Available from URL : http://[email protected]

23