rumah sakit

29
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat . (zul dahlan, hal 2196) Pneumonia adalah perdanagan parenkim paru yng disbabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parsit, namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi. (darmanto, hal 136-137) Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru (saluran nafas bagian bawah) yang

description

nnhvnbm

Transcript of rumah sakit

Page 1: rumah sakit

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim

paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup

bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas

setempat . (zul dahlan, hal 2196)

Pneumonia adalah perdanagan parenkim paru yng

disbabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parsit,

namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia

ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi.

(darmanto, hal 136-137)

Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru (saluran nafas

bagian bawah) yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri

primer atau sekunder setelah infeksi virus (corwin 2001, hal

411)

Sehingga dapat disimbulkan bahwa pneumonia adalah

penyakit radang pada paru paru, atau disebut juga peradangan

yang mengenai parenkim paru / peradangan alveolar atau

alveolar yang berisi cairan abnormal yang disebabkan oleh

mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasite, ataupun akibat

Page 2: rumah sakit

bahan kimia maupun paparan fisik seperti suhu atau radiasi.

radang pada parenkim paru ini digambarkan dimana asinus

terisi dengan cairan dan sel radang dengan atau tanpa infiltrasi

sel radang ke dalam dinding alveolus dan rongga intestinum .

2. Factor resiko

Secara umum terdapat beberapa factor resiko yang

berhubungan dengan kejadian pneumonia, yaitu : usia > 65

tahun, aspirasi secret orofaringeal, infeksi pernafasan oleh virus,

sakit yang parah dan menyebabkan kelemahan ( diabetes

mellitus, uremia), penyakit pernafasan kronik (PPOK), kanker

(terutama kanker paru), tirah baring yang lama (terutama di

rumah sakit), pemakaian selang endotracheal, bedah thoraks

atau abdominal, pengobatan dengan immunosupresif, pasien

dengan immunocompromised, riwayat merokok, alkoholisme,

serta malnutrisi.

3. Riwayat perjalanan penyakit

Gejala umum pneumonia adalah demam, batuk dan

sesak nafas, gejala lain dapat berupa : sakit tenggorokan, nyeri

pleuritik, gejala intestinal (mual muntah, diare), malaise berat,

sakit kepala berat .

4. Klasifikasi

Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan :

anatomi, etiologi, onset, maupun menurut lingkungannya .

Berdasarkan letak anatomisnya pneumonia dapat dibedakan

menjadi pneumonia yang terbatas pada segmen, lobus, ataupun

menyebar atau diffuse .

Page 3: rumah sakit

berdasarkan etiologi serta onset pneumonia di bedakan

menjadi pneumonia akut dan pneumonia kronis, pneumonia

akut merupakan pneumonia yang terjadi kurang dari 3 minggu,

pneumonia akut itu sendiri terbagi kedalam sub set pneumonia

tipycal ( seperti streptococcus pneumonia), pneumonia atypical

( seperti mycoplascma chlamydia pneumonia) dan sindrom

aspiration pneumonia. Sedangkan pneumonia kronis

merupakan pneumonia yang terjadi lebih dari 3 minggu ,

pneumonia kronis cendrung tidak menular dan biasanya

disebabkan oleh mycobacterial (seperti mycobacterium

tuberculosis, atipycal mycobacteria), fungal (seperti

blasomyces dermatitis), atau campuran yang disebabkan oleh

infeksi bakteri saluran pernafasan . Agen – agen mikroba yang

menyebabkan pneumonia memiliki 3 transmisi primer : 1)

aspirasi sekret berisi mikroorganisme pathogen yang telah

berkolonisasi pada orofaring, 2) inhalasi aerosol yang

infeksius, 3) penyebaran hematogen dari bagian ektrapulmonal,

aspirasi dan inhlasi agen – agen infeksius adalah dua cara

tersering yang menyebabkan pneumonia .

Berdasarkan lingkungan kejadiannya, pneumonia dapat

diklasifikasikan menjadi community acquired pneumonia dan

hospital acquired pneumonia .

a. Community acquired pneumonia

Community acquired pneumonia ( CAP ) atau

pneumonia komunitas adalah pneumonia menular yang

tidak didapat dari rumah sakit, CAP adalah pneumonia

yang paling umum terjadi, penyebab paling umum CAP

beragam, tergantung pda usia seseorang, contoh

penyebabnya streptococcus pneumonia, virus, bakteri yg

atypical, dan haemophilus influenza. Secara keseluruhan,

Page 4: rumah sakit

streptococcus pneumonia adalah yang paling umum

menjadi penyebab CAP diseluruh dunia . CAP memiliki

urutan keempat penyebab kematian terbesar di Inggris, dan

keenam di Amerika serikat. Istilah “walking pneumonia”

telah digunakan untuk menjelaskan suatu jenis CAP yang

kurang ganas (karena fakta bahwa penderita ini dapat terus

“berjalan” daripada memerlukan rumah sakit). Walking

pneumonia biasanya disebabkan oleh atypical bakteri

mycoplasma pneumonia .

b. Hospital acquired pneumonia

Hospital acquired pneumonia, juga disebut

nosocomial pneumonia, adalah pneumonia yang terjadi

setelah pasien 48 jam dirawat dirumah sakit dan

disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk

rumah sakit. Diikuti oleh infeksi saluran kemih pneumonia

nososkomial adalah infeksi nosocomial yan umum kedua

dengan prevalensi 15-20%. Penyebab kematian utama pada

infeksi nosocomial dan menyebabkan memanjangnya masa

rawat inap adalah mikrobiologi, pengobatan dan prognosa

yang berbeda dari yang CAP. Factor resiko lain dari

pneumonia nosocomial adalah Me-rumahsakit-kan pasien

contohnya pasien dengan ventilasi mekanik (alat pernafasan

buatan), kekurangan gizi yang bekepanjangan, penyakit

jantung dan paru, serta gangguan system kekebalan tubuh.

sebagai tambahan, mikroorganisme pada seseorang yang

terpapar dari rumah sakit sering berbeda dari yang ada

dirumah. Mikrorganisme yang diperoleh dari rumah sakit

mungkin termasuk bakteri yang ( umumnya resisten

terhadap obat) seperti MRSA (Methicillin-resistant

Staphylococcus aureus), Pseudomonas, Enterobacter, dan

Serratia. Karena seseorang yang mendapat pneumonia dari

Page 5: rumah sakit

rumah sakit biasanya terkena bakteri yang lebih berbahaya

dibandingkan bakteri dari luar rumah sakit, maka HAP

cendrung lebih mematikan daripada CAP. Ventilator-

associated pneumonia (VAP) adalah subset dari pneumonia

yang diperoleh dari rumah sakit atau HAP. VAP adalah

pneumonia yang terjadi setidak-tidaknya 48 jam intubation

( penggunaan tabung ekternal atau internal melalui lubang

tubuh misalkan mulut) dan ventilasi mekanik .

5. Etiologi

Pathogen penyebab hospital acquired pneumonia

( pneumonia nosocomial) berbeda dengan pneumonia

komunitas. Etiologi dari pneumonia nosocomial tergantung

pada 3 factor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko untuk

jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset

pneumonia .

FAKTOR RESIKO UTAMA UNTUK PATOGEN

TERTENTU PADA PNEUMONIA NOSOKOMIAL

PATOGEN Factor resiko

STAPHYLOCOCCUS

AUREUS

Koma, edera kepala,

influenza

METHICILLIN

RESISTEN S.

AUREUS

Pemakaian obat IV, Diabetes

Melitus, gagal ginjal

PS. AERUGINOSA Pernah dapat antibiotic,

ventilator >2hari, lama

dirawat di ICU, terapi

steroid/antibiotic, kelainan

struktur paru (bronkiektasis,

Page 6: rumah sakit

kistik fibrosis), malnutrisi

ANAEROB Aspirasi, pasca bedah

abdomen

ACINOBACTER SPP Antibiotic sebelum onset

pneumonia, dan ventilator

mekanik

Karena etiologi pathogen setiap pneumonia berbeda beda,

ini berdampak terhadap jenis pengobatan yang akan

diberikan .

6. Factor resiko atau factor predisposisi pneumonia nosocomial

Factor resiko terjadinya pneumonia nosocomial dapat

dikelompokkan atas 2 golongan yaitu :

a. Factor yang tidak bisa berubah atau factor endogen factor

yang berasal dari inang dan daya tahan tubuh, seperti :

jenis kelamin pria, usia lanjut, penyakit paru kronik atau

gagal organ jamak ( diabetes mellitus, azotemia) dan terkait

tindakan yang diberikan ( intubasi atau pemasanga selang

nasogastric), pengobatan steroid, malnutrisi .

b. Factor yang dapat berubah atau factor eksogen. Pada factor

yang dapat dirubah dapat dilakukan upaya berupa

mengontrol infeksi, disinfeksi dengan alcohol, pengawasan

pathogen resisten ( Multi drug resisten- MDR) ,

pengehentian dini pemakaian alat invasive, dan pengaturan

tata cara pemakaian antibiotic.

Factor resiko lain berupa factor resiko kritis adalah

ventilasi mekanik >48 jam, lamanya perawatan di ICU,

skor APACHE, adanya ARDS (Acute Respiratory Distress

Syndrome) .

Page 7: rumah sakit

faktor resiko terinfeksi patogen multi resisten yang

menyebabkan pneumonia nosocomial, dan pneumonia

yang berhubungan dengan ventilator

Terapi dalam 90 hari sebelumnya

Perawatan RS dalam 5 hari atau lebih

Frekuensi tinggi kuman resiten AB di RS atau

lingkungan pasien

Factor resiko pusat perawatan kesehatan :

a. Rawat di RS 2 hari atau lebih dalam 90 hari

terakhir

b. Berdiam dirumah jompo

c. Terapi infus dirumah (termasuk antibiotic)

d. Dialysis kronik dalam 30 hari

e. Perawatan luka dirumah

f. Anggota keluarga terinfeksi pathogen multi

resisten

Penyakit immunosupresif

Lingkungan rumah sakit juga merupakan factor resiko dari

pneumonia nosocomial yaitu : hieginitas lingkungan yg kurang

baik, petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai

prosedur, penatalaksanaan dan penggunaan alat yang tidak sesuai

prosedur ( alat bantu nafas, selang makanan, selang infus, kateter)

serta pasien dengan kuman MDR yang tidak dirawat diruang

isolasi.

7. Pathogenesis

Page 8: rumah sakit

8. DIAGNOSIS

Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control

(CDC-Atlanta), diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai

berikut :

1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah

sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi

pada waktu masuk rumah sakit

2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :

• Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif

• Ditambah 2 diantara kriteria berikut:

- suhu tubuh > 38oC

- sekret purulen

Page 9: rumah sakit

- leukositosis

Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS

1. Dirawat di ruang rawat intensif

2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau

membutuhkan O2 > 35 % untuk mempertahankan saturasi O2

> 90%

3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia

multilobar atau kaviti dari infiltrat paru

4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan

hipotensi dan atau disfungsi organ yaitu :

• Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60

mmHg)

• Memerlukan vasopresor > 4 jam

• Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam

• Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis

Pemeriksaan yang diperlukan adalah :

a. Pewarnaan Gram dan kultur dahak yang dibatukkan, induksi sputum

atau aspirasi sekret dari selang endotrakeal atau trakeostomi. Jika fasiliti

memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan biakan kuman secara

semikuantitatif atau kuantitatif dan dianggap bermakna jika ditemukan ≥

106 colony-forming units/ml dari sputum, ≥ 105 – 106 colony-forming

units/ml dari aspirasi endotrracheal tube, ≥ 104 – 105 colony-forming

units/ml dari bronchoalveolar lavage (BAL) , ≥ 103 colony-forming

units/ml dari sikatan bronkus dan paling sedikit 102 colony-forming

units/ml dari vena kateter sentral . Dua set kultur darah aerobik dan

anaerobik dari tempat yang berbeda (lengan kiri dan kanan) sebanyak 7

ml. Kultur darah dapat mengisolasi bakteri patogen pada > 20% pasien.

Jika hasil kultur darah (+) maka sangat penting untuk menyingkirkan

Page 10: rumah sakit

infeksi di tempat lain. Pada semua pasien pneumonia nosokomial harus

dilakukan pemeriksaan kultur darah.

Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan

langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan

pandang kecil (lpk) dan sel epitel < 10 / lpk.

b. Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat penyakit c.

c. Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan

maka dilakukan pemeriksaan secara invasif. Bahan kultur dapat diambil

melalui tindakan bronkoskopi dengan cara bilasan, sikatan bronkus

dengan kateter ganda terlindung dan bronchoalveolar lavage (BAL).

Tindakan lain adalah aspirasi transtorakal

Tentang Rumah Sakit

2.1.1. Pengertian Rumah Sakit

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan

pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan

medik spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik

rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai

salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan

atau masyarakat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang

juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap

Page 11: rumah sakit

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan

paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang

dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan, dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

Page 12: rumah sakit

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

2.1.3. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

A. Jenis Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan

dan pengelolaannya.

1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit

dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus :

a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi

rumah sakit publik dan rumah sakit privat :

a. Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat

nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan

pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan

Page 13: rumah sakit

Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit

publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah

sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah

Sakit privat.

b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas

atau persero. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat

ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi

persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.

B. Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia

Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan

fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus

diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan

rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum

diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Rumah Sakit umum kelas A

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis

lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

Page 14: rumah sakit

b) Rumah Sakit umum kelas B

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis

lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

c) Rumah Sakit umum kelas C

Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis

penunjang medik.

d) Rumah Sakit umum kelas D.

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis

dasar.

Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas :

a. Rumah Sakit khusus kelas A

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

b. Rumah Sakit khusus kelas B

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.

Page 15: rumah sakit

c. Rumah Sakit khusus kelas C.

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis

b. Kewajiban dan hak

Kewajiban rumah sakit

(1) Setiap rumah sakit memiliki kewajiban :

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya

e. Menyedikan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin

f. Melaksanakan fungsi social anatara lain dengan emberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti social bagi misi kemanusiaan

g. Membua, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien

h. Menyelenggarakan rekam medisi. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak

anatara lainsarana ibadah, parker, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia

j. Melaksanakan system rujukank. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan

standar profesidan etika serta peraturan perundang-undangan

Page 16: rumah sakit

l. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien

m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasienn. Melaksanankan etika Rumah Sakito. Memiliki system pencegahan kecelakaan dan

penanggulangan bencanap. Melaksanakan program pemerintah dibidang kesehatan

baik secara regional maupun nasionalq. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik

kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya

r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit ( hospital by laws)

s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas

t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok

(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimasksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administrative berupa :

a. Teguranb. Teguran tertulis atauc. Denda dan pencabutan izin Rumah Sakit

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Mentri

Hak Rumah sakit

(1) Setiap rumah sakit mempunyai hak :

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit

b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perndang-undangan

c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan

d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuia dengan ketentuan perundang-undangan

e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugianf. Mendapatkan perlindungan hukum dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan

Page 17: rumah sakit

g. Memperomosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

h. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit public dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai promosi layanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dengan Peraturan Mentri

(3)(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Perturan Pemerintah.

Kewajiban Pasien

(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Mentri

Hak Pasien

Setiap pasien mempunyai hak :

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien

c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi

d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi dan standar prosedur oprasional

e. Memperoleh layanan yang efekti dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi

f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang di dapatkan

g. Memilih dokter dankelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit

Page 18: rumah sakit

i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang di derita termasuk data-data medisnya

j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko, dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan

k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya

l. Didampingi keluarga dalam keadaan kritism. Menjalankan ibadah sesuai agama aau kepercayaan

yang dianutnta selama kegiatan itu tidak mengganggu pasien lainnya

n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit

o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhdap dirinya

p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya

q. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai engan standar baik secara perdata ataupun pidana

r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melaui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Keselamatan Pasien

(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien

(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan

(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Mentri

(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengkoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamata pasien

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Mentri

Page 19: rumah sakit

Perlindungan hukum Rumah Sakit

Berdasarkan UU No. 44 tentang Rumah Sakit

Pasal 44

(1) Rumah sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada public yang berkaitan dengan rahasia kedokteran

(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan meninformasikan melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum

(3) Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit

Pasal 45

(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif

(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.

Tanggung jawab Hukum

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkam atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit