Rubella

43
STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK TRISAKTI SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH Nama Mahasiswa : Syafina Wardah Pembimbing : Dr. Harmon Mawardi Sp.A NIM : 030.09.247 Tanda Tangan : I.IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : An. NM No. Rekam Medik : 944473 Jenis kelamin : Perempuan Umur : 1 tahun 5 bulan Suku bangsa : Jawa Agama : Islam Tempat / tanggal lahir : Jakarta / 3 Agustus 2013 Alamat : Manggarai Utara 2, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan Orang Tua / Wali Ayah : Ibu : Nama : Tn. IS Nama : Ny. YA Umur : 26 tahun Umur : 22 tahun Pekerjaan : Security Pekerjaan : Administrasi 1

description

laporan kasus rubella pada anak

Transcript of Rubella

Page 1: Rubella

STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK TRISAKTI

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

Nama Mahasiswa : Syafina Wardah Pembimbing : Dr. Harmon Mawardi Sp.A

NIM : 030.09.247 Tanda Tangan :

I.IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : An. NM

No. Rekam Medik : 944473

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 1 tahun 5 bulan

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Tempat / tanggal lahir : Jakarta / 3 Agustus 2013

Alamat : Manggarai Utara 2, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan

Orang Tua / Wali

Ayah : Ibu :

Nama : Tn. IS Nama : Ny. YA

Umur : 26 tahun Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Security Pekerjaan : Administrasi

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK

Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Manggarai Utara 2 Alamat : Manggarai Utara 2

Kecamatan Tebet Kecamatan Tebet

Jakarta Selatan Jakarta Selatan

Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung.

1

Page 2: Rubella

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu dan nenek pasien.

Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 510

Tanggal / waktu : 12 Januari 2015, pukul 09.30 WIB

a. Keluhan Utama

Demam sejak 2 hari SMRS.

b. Keluhan Tambahan

Nafsu makan turun tiba-tiba, tampak lemas, batuk kering tanpa dahak sejak 2 hari

SMRS.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien seorang anak perempuan usia 1 tahun 5 bulan diantar oleh ibu dan neneknya

dibawa ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 21.00 WIB

dengan keluhan utama demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus

sepanjang hari tanpa menggigil, berkeringat, ataupun kejang. Suhu terukur menggunakan

termometer digital diatas 39°C saat pasien di rumah. Demam turun saat diberikan

paracetamol, namun kembali naik dalam jeda waktu sekitar 3-4 jam. Keluhan disertai

dengan badan lemas, nafsu makan menurun drastis (selama demam 2 hari pasien hanya

mau minum susu), batuk kering tanpa dahak, pasien tampak lemas, dan menurut ibu

pasien tampak lebih kurus dari sebelumnya.

Tidak ada keluhan mual dan muntah, BAB dan BAK dalam batas normal, tidak ada

cairan keluar dari telinga, mata tidak berair dan merah, hidung tidak tersumbat dan

berair, tidak ada perdarahan pada gusi, mimisan ataupun perdarahan mukosa lain, tidak

berpergian ke daerah endemis malaria sebelumnya, tidak tampak bintik-bintik merah

pada kulit.

2

Page 3: Rubella

d. Riwayat Penyakit dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi

Alergi

dingin

(+)

sejak

bayi

Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam

Berdarah- Kejang - Darah -

Demam

Thypoid- Kecelakaan - Radang paru 1 tahun

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi - Lainnya -

Sebulan SMRS, pasien sempat mengalami demam selama 2 hari dengan batuk

dan pilek, demam turun dan tidak naik lagi setelah diberikan obat penurun panas di

poliklinik RSUD Budhi Asih, batuk pilek sembuh total dalam waktu kurang lebih 8 hari.

Kesan : Pasien pernah dicurigai sakit bronkopneumonia pada saat usia 12 bulan, dirawat

kira-kira 1 minggu di bangsal anak lantai VI timur RSUD Budhi Asih, dan satu bulan

SMRS (usia 15-16 bulan) pasien menderita demam, batuk dan pilek selama 8 hari

(ISPA).

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah yang menderita keluhan sama

dengan pasien.

Ibu: riwayat alergi udara dingin (+), riwayat stroke ringan dan darah tinggi pada usia 18

tahun dan sudah berobat jalan di dokter spesialis saraf selama 2 tahun, riwayat kejang

demam dan kejang berulang tanpa demam sejak bayi.

3

Page 4: Rubella

f. Riwayat Kebiasaan Keluarga

Ayah pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol, tapi menurut pengakuan

ibu pasien, ayah pasien tidak pernah merokok dan minum alkohol saat bersama pasien,

dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Tidak ada kebiasaan merokok, minum alkohol, konsumsi obat-obatan terlarang pada

anggota keluarga lain.

g. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

KEHAMILAN

Morbiditas kehamilan

Kehamilan dengan penyulit

preeklamsi (+)

Anemia (-), DM (-), penyakit

jantung (-), penyakit paru (-),

infeksi TORCH (-)

Perawatan antenatal

Tidak rutin kontrol, hanya 2x

selama masa kehamilan

kontrol ke praktek bidan

didekat rumah., tidak pernah

imunisasi TT sebelum hamil.

KELAHIRAN Tempat kelahiran Praktek bidan

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Pervaginam, spontan

Masa gestasi Kurang bulan (34 minggu)

Keadaan bayi Berat lahir : 1800 gram

Panjang lahir : 40 cm

Lingkar kepala : tidak tahu

Langsung menangis (+)

Kulit kemerahan (+)

4

Page 5: Rubella

Nilai APGAR: tidak tahu

Kelainan bawaan : tidak ada

Kesan : Kehamilan dengan penyulit preeklamsi, tidak rutin kontrol ANC, tidak

imunisasi TT sebelum hamil, bayi lahir secara pervaginam, spontan, ditolong oleh bidan,

lahir kurang bulan dengan BBLR.

h. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan gigi I : Umur 10 bulan (Normal: 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap : Umur 6 bulan (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : Umur 14 bulan (Normal: 13 bulan)

Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Kesan : Riwayat tumbuh kembang pasien agak terlambat karena lahir kurang bulan

dengan BBLR.

i. Riwayat Makanan :

Umur

(bulan

)

ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0 – 2 ASI - - -

2 – 4 ASI - - -

4 – 6 ASI + + -

6 – 8

ASI dan

PASI (susu

formula

+ + -

8 – 10 ASI dan

PASI (susu

+ + +

5

Page 6: Rubella

formula

10 – 12

ASI dan

PASI (susu

formula

+ + +

12-17PASI (susu

formula+ + +

Umur > 1 Tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi/Pengganti 3x/hari, satu mangkuk kecil

Sayur 2x/hari, satu satu piring kecil

Daging 3x/minggu, 1 potong/kali makan

Telur 3x/minggu, ½ - 1butir

Ikan 3x/minggu, 1 potong/ kali makan

Tahu 2-3x/minggu., 1 potong/ kali makan

Tempe 2-3x/minggu., 1 potong / kali makan

Susu (merk/takaran) Ultra milk, 3-4 kotak kecil/minggu

Lain-lain Biskuit/wafer/roti/buah 1x/hari

Kesimpulan: Tidak ada kesulitan makan, riwayat makanan baik (sebelum sakit)

6

Page 7: Rubella

j. Riwayat Imunisasi :

Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )

BCG 2 bulan - - - - -

DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - - -

Campak - - 9 bulan - - -

Hepatitis B 2 bulan 4 bulan 8 bulan - - -

MMR - - - - - -

Hib - - - - - -

TIPA - - - - - -

Kesan : Imunisasi dasar lengkap namun tidak sesuai jadawal karena anak lahir kurang

bulan dan dengan BBLR, belum diberikan imunisasi MMR, Hib, dan TIPA

k. Riwayat Keluarga (corak reproduksi)

1. Corak Reproduksi

No

Tanggal

Lahir

(umur)

Jenis

KelaminHidup

Lahir

MatiAbortus

Mati

(Sebab)

Keterangan

Kesehatan

1 03082013Perempua

n(√) - - - Pasien

7

Page 8: Rubella

2. Riwayat Pernikahan

Ayah Ibu

Nama Tn. IS Ny. YA

Perkawinan ke- Satu Satu

Umur saat menikah 24 Tahun 20 tahun

Pendidikan terakhir SMK SMK

Agama Islam Islam

Suku bangsa Jawa Jawa

Keadaan kesehatan Sehat Sehat

Kosanguinitas - -

Penyakit, bila ada - Riwayat kejang demam,

epilepsi, hipertensi, dan

stroke ringan.

Kesan: Pasien adalah anak pertama. Ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran

atau lahir mati.

3. Riwayat Keluarga Orang Tua Pasien

Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal,

penyakit hati, batuk lama maupun keganasan dalam keluarga.

4. Riwayat Anggota Keluarga Lain yang Serumah

Kedua orang tua pasien dan saudara perempuan ibu pasien berada dalam keadaan sehat.

l. Riwayat Perumahan dan Sanitasi

Pasien tinggal bersama ayah, ibu, nenek, kakek, dan tantenya di sebuah rumah

tinggal milik sendiri. Rumah terdiri 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi.Keadaan lingkungan

rumah padat, ventilasi dan pencahayaan baik. Sumber air minum dari PAM sedangkan air

untuk mencuci dan mandi menggunakan sanyo. Air limbah rumah tangga disalurkan

dengan baik.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan : lingkungan rumah padat, keadaan sekitar rumah

cukup bersih.

8

Page 9: Rubella

III. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 10.00 WIB di bangsal anak lantai VI Timur.

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Kulit : Sawo matang, anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban

cukup, tidak ada efloresensi yang bermakna.

Data Antropometri

Berat Badan : 9 kg

Tinggi Badan : 72 cm

Lingkar Kepala : 44 cm (antara -2 SD dan +2 SD)

Status Gizi

BB/U : (9/10.7) x 100 % = 84.1 % à Gizi baik

TB/U : (72/79) x 100 % = 91.1 % à TB normal Kesan: Gizi Baik

BB/TB: (9/9.2) x 100 % = 97.8% à Gizi baik

Tanda Vital

Tekanan Darah : 90/60 mmHg

Nadi : 100x/menit, kuat, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri

Suhu : 38,9 °C

Pernapasan : 24x/menit

Kepala dan Leher

Kepala : Normosefali, UUB datar.

Rambut : warna hitam, tipis, distribusi merata, tidak mudah dicabut

9

Page 10: Rubella

Mata

Visus : Tidak dinilai Bercak bitot : -/-

Ptosis : -/- Sklera ikterik : -/-

Lagofthalmus : -/- Konjungtiva anemis : -/-

Exophthalmus : -/- Konjungtiva hiperemis: -/-

Strabismus : -/- Kornea jernih : +/+

Nistagmus : -/- Lensa jernih : +/+

Refleks cahaya : Langsung +/+ Pupil : Bulat, isokor

Tidak langsung +/+ Mata cekung : -/-

Hidung

Bentuk : Simetris Konka eutrofi : +/+

Napas cuping hidung : - Sekret : -/-

Deviasi septum : - Mukosa hiperemis : -/-

Telinga

Bentuk : Normotia Tuli : -

Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-

Liang telinga : lapang Membran timpani : tidak dinilai

Serumen : +/+, minimal Refleks cahaya : tidak dinilai

Cairan : -/-

Mulut

Bibir : simetris saat diam, mukosa kering (-), pucat (-), keilosis (-), sianosis (-)

Trismus : -

Halitosis : tidak ada

Langit-langit : sulit dinilai

Mukosa : merah muda, bercak koplik (-), Forschheimer spot (-)

Sianosis : -

Gigi geligi : karies (-)

Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-)

Lain-lain : hipersalivasi (-)

Uvula : Letak di tengah

Tonsil : T3/T3, hiperemis, kripta +/+, detritus -/-

10

Page 11: Rubella

Tenggorokan : Faring hiperemis

Leher : Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar

Kelenjar limfe : teraba membesar di retroaurikuler dextra dan

sinistra, sewarna kulit, bentuk bulat, multiple, diameter ± 3cm,

konsistensi kenyal, immobile, nyeri tekan (+).

Thorax

Paru

Inspeksi Bentuk dada normal, simetris saat statis dan dinamis,tipe

abdomino-thorakal, retraksi (-)

Palpasi Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris sama kuat

Perkusi Sonor di semua lapang paru

Auskultasi Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tampak pada sela iga 5 1 cm medial garis

midklavikularis kiri

Palpasi Ictus cordis teraba pada sela iga 5 1 cm medial garis

midklavikularis kiri, thrill (-)

Perkusi Jantung dalam batas normal

Auskultasi SI SII reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Datar, efloresensi (-), hernia umbilikalis (-)

Palpasi Supel, nyeri tekan sulit dinilai, defense muskular (-),

hepar/lien tidak teraba membesar, turgor kulit baik

Perkusi Timpani di seluruh lapang abdomen

Auskultasi BU (+) 2x/menit

11

Page 12: Rubella

Genitalia : Jenis kelamin perempuan, OUE (+), tanda-tanda radang (-),ulkus (-) sekret (-)

Anggota Gerak

Ekstremitas: akral hangat ++/++

Ruam merah --/--

Tangan Kanan Kiri

Tonus otot normotonus normotonus

Kekuatan otot 5 5

Kaki Kanan Kiri

Tonus otot normotonus normotonus

Kekuatan otot 5 5

Rumple Leed : negatif

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil pemeriksaan pada tanggal 10 Januari 2015:

JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL

Hematologi

Hemoglobin 11.7 g/dL 10.7- 13.1 g/dL

Hematokrit 35 % 35 - 43 %

Leukosit 9.600 /uL 6-17 rb/ul

Trombosit 128 rb/uL 229-553 rb /uL

Eritrosit 4.5 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL

MCV 78.0 fL 73-101 fL

MCH 25.9 pg 23-31 pg

MCHC 33.2 g/dL 26-34 g/dL

RDW 15.2 % <14 %

12

Page 13: Rubella

V. RESUME

Seorang anak perempuan usia 1 tahun 5 bulan datang diantar oleh ibu dan neneknya

ke UGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 21.00 WIB dengan

keluhan utama demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus sepanjang

hari, suhu terukur menggunakan termometer digital diatas 39°C (saat dirumah). Demam

turun saat diberikan paracetamol, namun kembali naik dalam jeda waktu sekitar 3-4 jam.

Nafsu makan menurun drastis (selama demam 2 hari pasien hanya mau minum susu),

batuk kering tanpa dahak, pasien tampak lemas, dan menurut ibu pasien tampak lebih

kurus dari sebelumnya. Dari anamnesis kepada ibunya, pasien belum mendapatkan

imunisasi MMR, Hib, dan TIPA, selain itu riwayat tumbuh kembang pasien agak

terlambat karena lahir kurang bulan dengan BBLR.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38.9°C; tonsil T3/T3, hiperemis, kripta

+/+; faring hiperemis; kelenjar limfe teraba membesar di retroaurikuler dextra dan

sinistra, sewarna kulit, bentuk bulat, multiple, diameter ± 3cm, konsistensi kenyal,

immobile, nyeri tekan (+). Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hasil

trombositopenia.

VI. DIAGNOSIS BANDING

Demam Dengue

Demam Tifoid

Morbilli

Rubella

Tonsilofaringitis

Limfadenopati

VII. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis Utama:

Susp. Demam Dengue

Diagnosis Tambahan:

Tonsilofaringitis

13

Page 14: Rubella

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

Darah rutin berkala

Feses lengkap

Urin lengkap

Tubex tifoid / widal

Serologi antibodi spesifik rubella dan rubeola

IX. TERAPI

Non Medikamentosa

1. Pasien inap di bangsal anak.

2. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.

3. Tirah baring.

4. Pantau diuresis.

5. Observasi tanda vital.

6. Makan makanan yang memenuhi gizi seimbang dan lunak (tidak merangsang mukosa

tenggorokan yang sedang meradang).

Medikamentosa

1. IVFD Asering 3 cc/kgBB/jam

2. Paracetamol 100 mg jika suhu diatas 38°C

3. Cefixime Syrup, dosis 2x1,5-3mg /kgBB/hari

X. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanasionam : ad bonam

14

Page 15: Rubella

XI. FOLLOW UP

Tgl S O A P12/1/2015Hari perawatan ke-2

- demam (+)

hari ke-3

- batuk (+)

tanpa dahak,

pilek (-)

- lemas, nafsu

makan

menurun.

- mual (-)

muntah (-)

- BAB dan BAK

dbn

KU : TSSKesadaran: CMTTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 96x/mSuhu : 38.40 CRR : 22 x/ mKepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (-)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm.Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (-)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++

Obs. Febris ec Susp. Dengue Fever

Tonsilofaringitis

- IVFD Asering 3cc/kgBB/jam- PCT 100mg jika suhu

diatas 38°C

- Cefixime Syr 2x ½ cth

13/1/2015

- demam (-) KU : TSSKesadaran: CM

Rubella - IVFD Asering 3cc/kgBB/jam

15

Page 16: Rubella

HP ke-3 - ruam merah

pada wajah

dan leher

- batuk (+)

tanpa dahak,

pilek (-)

- lemas, nafsu

makan

menurun.

- mual (-)

muntah (-)

- BAB dan BAK

dbn

TTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 88x/mSuhu : 36.50 CRR : 20 x/ mKepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (+)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm. Ruam merah (+)Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (-)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++

Tonsilofaringitis

- PCT 100mg jika suhu

diatas 38°C

- Cefixime Syr 2x ½ cth

- Acyclovir 3x30mg

14/1/2015HP ke-4

- Demam (-)- Ruam merah menyebar di seluruh tubuh- batuk (+)

tanpa dahak,

KU: TSSKesadaran: CMTTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 92x/m

Rubella

Tonsilofaringitis

- IVFD Asering 3cc/kgBB/jam- PCT 100mg jika suhu

diatas 38°C

- Cefixime Syr 2x ½ cth

16

Page 17: Rubella

pilek (-)

- lemas, nafsu

makan

menurun.

- mual (-)

muntah (-)

- BAB dan BAK

dbn

Suhu : 36.30 CRR : 22 x/ mKepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (+)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm. Ruam merah (+)Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (+)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, ruam merah (+), nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++, ruam merah ++/++

- Acyclovir 3x30mg

15/01/15HP ke 5

- Demam (-)- Ruam merah menyebar di seluruh tubuh, bercak lebih memudar dibanding hari sebelumnya- batuk (+)

KU: TSSKesadaran: CMTTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 100x/mSuhu : 36.40 CRR : 24 x/ m

Rubella

Tonsilofaringitis

- IVFD Asering 3cc/kgBB/jam- PCT 100mg jika suhu

diatas 38°C

- Cefixime Syr 2x ½ cth

- Acyclovir 3x30mg

17

Page 18: Rubella

tanpa dahak,

pilek (-)

- lemas, nafsu

makan

menurun.

- mual (-)

muntah (-)

- BAB dan BAK

dbn

Kepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (+)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm. Ruam merah (+)Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (+)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, ruam merah (+), nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++, ruam merah ++/++

DATA PEMERIKSAAN LABORATORIUM

18

Page 19: Rubella

Tanggal 11/01/2015

JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL

Hematologi Lengkap

Hemoglobin 12.5 g/dL 10.7- 13.1 g/dL

Hematokrit 37 % 35 - 43 %

Leukosit 8000 /uL 6-17 rb/ul

Trombosit 168 rb/uL 229-553 rb /uL

Eritrosit 4.9 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL

LED 30 mm/jam 0-10 mm/jam

MCV 75.2 fL 73-101 fL

MCH 25.5 pg 23-31 pg

MCHC 33.9 g/dL 26-34 g/dL

RDW 12.6 % <14 %

Hitung Jenis

Basofil 1% 0-1%

Eosinofil 0% 1-5%

Netrofil Batang 0% 0-8%

Netrofil Segmen 51% 17-60%

Limfosit 37% 20-70%

Monosit 11% 1-11%

Tanggal 14/01/2015

JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL

19

Page 20: Rubella

Hematologi

Hemoglobin 11.6 g/dL 10.7- 13.1 g/dL

Hematokrit 35 % 35 - 43 %

Leukosit 8000 /uL 6-17 rb/ul

Trombosit 111 rb/uL 229-553 rb /uL

Eritrosit 4.5 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL

MCV 78.0 fL 73-101 fL

MCH 25.9 pg 23-31 pg

MCHC 33.2 g/dL 26-34 g/dL

RDW 14.8 % <14 %

Tanggal 15/01/2015

JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL

Hematologi

Hemoglobin 12.6 g/dL 10.7- 13.1 g/dL

Hematokrit 36 % 35 - 43 %

Leukosit 7.600 /uL 6-17 rb/ul

Trombosit 123 rb/uL 229-553 rb /uL

Eritrosit 4.8 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL

MCV 75.5 fL 73-101 fL

MCH 26.2 pg 23-31 pg

MCHC 34.7 g/dL 26-34 g/dL

RDW 13.2 % <14 %

20

Page 21: Rubella

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RUBELLA

(German Measles, Three-days Measles)

II.1. DEFINISI

Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak

dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran

kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang

berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat

infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada

kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941. Rubela

pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan

kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital merupakan penyakit

yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas.

Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan terus diusahakan

eliminasinya.1,2

Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada

janin. Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90%

bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan;

risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan

lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.1,3

Infeksi janin pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim,

abortus spontan dan kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi

bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia,

glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent ductus

arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus

dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat

diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung

atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun

setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai

21

Page 22: Rubella

manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi

pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala.3

II.2. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemik terjadi dengan interval 5-7

tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta

dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta pada

infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian paling tinggi terdapat pada anak

usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda.1,2,3

Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubela pada ibu hamil selama

minggu pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan

pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei di Inggris

(1970-1974) menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela klinis dan hanya

19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital mengalami defek.1,3

II.3. FAKTOR RISIKO

Kondisi tubuh yang tidak baik2

Belum pernah imunisasi MMR2

II.4. ETIOLOGI

Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus

dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama dengan

anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik berbeda. Pada

waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.1,2,3

Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia

merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata.3

Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi.

Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan

22

Page 23: Rubella

tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi.

Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah

besar, sehingga menjadi sumber infeksi.1,3

Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus penyebabnya

berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan

campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit pada penderitanya.1,2

Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular dibandingkan

campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari penderitanya ke orang lain

terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini

cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik

merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut

menghilang.1,2,3

Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru

timbul kira-kira 14 – 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses

penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut

campak 3 hari.2,3

II.5. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya

virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui

patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di

nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih

lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari kelenjar getah

bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.1,2

Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi.

Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan

berlangsung hingga menghilangnya erupsi.1,2,3

23

Page 24: Rubella

II.6. MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasi

Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi

minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.1,2

Masa prodromal

Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan

tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung

1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada

konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi

timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada

beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat

lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu

enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatum molle. Pembesaran

kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar

suboksipital, postaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.1,2

Masa eksantema

Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat

meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang

berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk

morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan

hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa eksantema. Meskipun

sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.1,2

Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya

pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit rubela

yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa

pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata,

rasa gatal selama 7-10 hari.1,2,3

II.7. DIAGNOSIS

Diagnosis seringkali sukar untuk ditegakkan karena tidak ada tanda dan gejala khas

untuk rubella. Seperti dengan penyakit eksantema lain, diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesa yang cermat. Rubella merupakan penyakit epidemik sehingga bila diselidiki

24

Page 25: Rubella

dengan cermat , dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita.

Seifat demam dapat membantu menegakkan siagnosis, oleh karena demam pada rubella

jarang sekali di atas 38,5 °C. 1,2

Perubahan hematologi hanya sedikit membantu penegakan diagnosis. Peningkatan sel

plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terjadi leukopenia pada awal

penyakit yang kemudian diikuti dengan limfositosis relatif.1,2

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologi yaitu adanya peningkatan

titer antibodi 4 kali pada HAIR (Haemaglutination Inhibition Test) atau ditemukannya

antibodi IgM spesifik untuk rubella. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah erupsi

timbul dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. Selain pada infeksi primer, antibody IgM

spesifik rubella dapat pula ditemukan pada reinfeksi. Pada kehamilan, 1-2 minggu setelah

timbulnya rash dapat dilakukan pemeriksaaan serologi IgM-immunoassay (dengan sampel

dari tenggorok atau urin) sebanyak 2 kali dengan selang 1-2 minggu. Bila didapatkan

kenaikan titer sebanyak 4 kali, pertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan.1

Pada neonatus, diagnosa rubella intrauterin ditegakkan bila ditemukan 2 dari 3 tanda

klinis utama (ketulian, katarak, dan atau retinopati rubella, lesi jantung congenital) serta

adanya bukti virologik dan atau serologic segera setelah lahir, atau mempunyai bukti infeksi

rubella maternal selama kehamilan1,2

II.8. DIAGNOSA BANDING

Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubella,

yaitu:

a. Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa, dan

pityriasis rosea1

b. Penyakit bakteri : Scarlet fever1

c. Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan

diuretik thiazid1

Bercak erupsi rubella yang berkonfluens sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila

ditemukan bercak koplik yang patognomonik untuk morbili. Erupsi rubella cepat menghilang

sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.1

25

Page 26: Rubella

Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna gelap di atasnya,

perlu dibedakan dengan Scarlet fever. Tidak seperti pada Scarlet fever, pada rubella daerah

perioral juga terkena.1

Erupsi pada infeksi mononucleosis dapat menyerupai rubella derajat berat, namun

penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like tonsillitis, demam lebih tinggi,

pembesaran kelenjar getah bening umum dan pembesaran hati dan limpa.1 Erupsi obat

menyerupai rubella dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening disebabkan terutama

oleh senyawa hidantoin.1

II.9. PENATALAKSANAAN

Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simtomatis. Adamantanamin

hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium awal

infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita

rubela kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada

wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan

dengan hasil yang terbatas.4

Pengobatan pada rubella secara simptomatik dan suportif, belum ditemukan agen

antiviral tertentu untuk pengobatan dasar virus rubella. Untuk kasus dengan komplikasi

biasanya diberika beberapa terapi berikut: 5

- Untuk arthritis yang cukup parah yang mengenai weight bearing joints, terapinya

dengan mengistirahatkan sendi yang terkena, dan dapat diberikan NSAID sebagai

anti-inflamasi, dalam hal ini kortikosteroid tidak diindikasikan.

- Untuk pasien dengan ensefalitis, diberikan terapi suportif dengan terapi cairan yang

adekuat dan maintenens elektrolit.

- Trombositopenia biasanya bersifat self-limited, tapi jika trombositopenia cukup parah,

dapat diberikan IVIG (intravenous immunoglobulin). Belum ada data penelitian

tentang penggunaan kortikosteroid. Splenectomy tidak diindikasikan.5

26

Page 27: Rubella

II.10. PENCEGAHAN

Vaksin rubella biasanya diberikan kombinasi (measles, mumps, rubella / MMR).

Semua anak-anak (dengan sedikit pengecualian) harus diberikan vaksin 2 kali:2,3

12-15 bulan

4-6 tahun (masuk sekolah) atau 11-12 tahun

Orang dengan umur 12 bulan sampai 18 tahun yang belum mendapatkan vaksin,

diberikan 2 dosis MMR (suntikan dipisahkan minimal 4 minggu). Dewasa berumur 19 tahun

atau lebih diberi 1 atau 2 dosis.2,3

Wanita yang tidak yakin telah divaksinasi harus dites. Hal ini sangat penting bila

pekerjaan meraka berisiko tinggi terinfeksi rubella, seperti pekerja kesehatan, guru, dan

pengurus anak-anak.2

Imunisasi dapat diberikan kepada wanita yang reproduktif. Mereka harus vaksinasi 3

bulan sebelum hamil. Vaksinasi yang diberikan memberikan perlindungan seumur hidup

terhadap infeksi rubella.1,3

II.11. KOMPLIKASI

Komplikasi relatif tidak lazim dan jarang pada anak. Pada remaja dan dewasa dapat

terjadi arthritis dan artralgia dari sendi kecil tangan, kaki, lutut, dan bahu yang berupa

pembengkakakn dan nyeri. Khususnya artralgia pada tangan timbul setelah erupsi pada

penderita dewasa, merupakan gejala klinis yang sangat menyakinkan untuk rubella. Arthritis

biasa menghilang dalam 1 bulan. Ensefalitis dapat terjadi tapi sangat jarang sekitar 1/5000

kasus. Satu minggu setelah erupsi timbul dapat terjadi purpura (purpura trombositopenik),

dapat pula terjadi epistaksis, perdarahan gusi dan saluran cerna, hematuria, ekimosis pada

palatum dan periorbita. Penyulit tersebut jarang berakibat fatal dan pasien sembuh dalam 2

minggu.1

Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria

dewasa kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga

wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa

27

Page 28: Rubella

menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi

infeksi telinga (otitis media).1

II.12. PROGNOSIS

Prognosis baik (jarang ada penyulit) sementara untuk rubella congenital tergantung

dari beratnya infeksi.3 Kornplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-

kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa

dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.

Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut

keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit

neuromotor, termasuk sindrom autistik.4

Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan

seumur hidup terhadap penyakit ini. Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit

ini, yaitu kemampuannya menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita

rubella.4

Cacat bawaan yang dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata,

gangguan pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat

terjadinya keguguran.4

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: Rubella

1. Soedarmo SSP, Garna H, et.all. Rubella. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis

edisi keduacetakan kedua. Jakarta:Bada Penerbit IDAI.2008; hal.122-27.

2. Garna, Herry dan Heda Melinda D. Nataprawira . 2005 . Pedoman Diagnosis dan Terapi

Ilmu Kesehatan Anak Ed. 3, Hal 239-240. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK

Unpad RSHS

3. McCance, Kathryn L. dan Sue E. Huether . 2006 . Pathophysiology The Biologic Basis

for Disease in Adults and Children fifth edition page 1615. Philadelphia, USA :

ELSEVIER Mosby, Inc.

4. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics, 15th Ed. Editor edisi bahasa

Indonesia A Samik Wahab. Jakarta : EGC, 2000.

5. Ezike E, Pediatric Rubella. 2014. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/968523-overview.html . Accessed on January,

10th 2015.

29

Page 30: Rubella

30