Bab Isi Rubella
-
Upload
monita-lia-anggraeni -
Category
Documents
-
view
88 -
download
8
Transcript of Bab Isi Rubella
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rubella dan Kehamilan Di Indonesia, akhir-akhir ini mulai merebak
kembali penyakit yang namanya Rubella. Dulu, dikatakan bahwa penyakit ini
sudah semakin menurun angka kejadiannya di Indonesia. Namun, di Bogor
bulan Juni 2008 ditemukan 108 anak positif terkena Rubella dan telah
dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Dinas Kesehatan Kota
Bogor.
Rubella atau yang sering disebut Campak Jerman ini adalah
penyakit virus akut yang menyerang baik anak-anak maupun dewasa dengan
gejala umum yang meliputi bercak kemerahan pada kulit, demam serta
pembesaran kelenjar getah bening (lymphadenopathy). Gejala Bercak merah
yang ditimbulkan biasanya mulai dari wajah lalu menyebar ke batang tubuh.
Sedangkan kelenjar getah bening yang terlibat dan membesar biasanya kelenjar
getah bening yang terletak di belakang telinga (postauricular), tengkuk
(suboccipital) serta leher (cervical). Dibanding anak-anak, jika virus ini
menyerang orang dewasa biasanya mengalami gejala yang lebih berat. Mungkin
disertai radang selaput mata (conjunctivitis), pilek yang berat (coryza) dan juga
radang sendi (arthritis). Radang sendi ini lebih sering terjadi pada wanita.
Namun umumnya infeksi penyakit ini biasanya tidak menunjukan gejala klinis
yang berarti. Gejala yang muncul hanya seperti lemas, tidak nafsu makan,
demam sedikit. Oleh sebab itu ibu hamil sering tidak tahu dirinya menderita
Rubella.
Virus Rubella ini mudah menyebar lewat hubungan yang dekat
(close contact) antar individu misalnya dengan orang yang tinggal serumah.
Berbicara, batuk dan bersin juga dapat membantu penyebaran virus ini jika
orang tersebut sudah terjangkit. Satu serangan penyakit Rubella mengakibatkan
1
kekebalan seumur hidup. Namun jangan sampai ada yang mengalaminya,
apalagi ibu hamil. Karena infeksi Rubella akibat pada janin lebih serius dan
meliputi abortus spontan, anomali kongenital (disebut juga sindrom rubella
kongenital), dan bahkan kematian. Oleh karena itu kita harus mengetahui
penyebab, gejala, penatalaksanaan serta hal – hal yang berhubungan dengan
Rubella.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud infeksi Rubella pada kehamilan?
2) Apa penyebab atau etiologi dari infeksi Rubella?
3) Bagaimana tanda dan gejala infeksi rubella?
4) Bgaiamana Patofisiologi dari infksi Rubella pada kehamilan?
5) Bagaimana penatalaksanaan infeki penyakit rubella pada ibu hamil?
6) Bagaimana konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan infeksi Rubella?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan patologi yang
sesuai dan komprehensif pada ibu hamil yang menderita infeksi Rubella
Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat :
1) Mengetahui definisi dari infeksi Rubella pada kehamilan
2) Mengeahui penyebab atau etiologi dari infeksi Rubella
3) Mengetahui tanda dan gejala dari infeksi rubella
4) Menghetahui Patofisiologi dari infeksi Rubella pada kehamilan
5) Mengetahui penatalaksanaan infeki penyakit rubella pada ibu hamil
6) Mengetahui konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan infeksi Rubella
2
3
BAB II
ISI
2.1 Definisi Rubella
Rubella, dikenal dengan nama campak jerman atau campak 3 hari
adalah infeksi yang utamanya mengenai kulit dan kelenjar getah bening.
Penyakit ini disebabkan virus rubella, yang biasanya ditularkan melalui droplet
(percikan cairan) dari hidung atau tenggorokan yang dihirup orang lain. Bisa
juga ditularkan oleh ibu hamil melalui plasenta ke bayi yang sedang
dikandungnya.
Rubella adalah penyakit yang biasanya ringan pada anak-anak, akan
tetapi infeksi rubella sangat berbahaya bagi wanita hamil karena dapat
menyebabkan sindrom rubella kongenital pada bayi yang dikandungnya.
Sebelum vaksin rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella
terjadi setiap 6-9 tahun, paling sering pada anak usia 5-9 tahun. Banyak kasus
rubella kongenital pun terjadi. Setelah ada imunisasi, baik kasus rubella
maupun rubella kongenital menurun.
Kebanyak infeksi rubella saat ini muncul pada dewasa muda yang
tidak diimunisasi dibandingkan pada anak-anak. Bahkan, para ahli
memperkirakan 10% dewasa muda saat ini rentan terhadap rubella, yang tentu
saja dapat menimbulkan bahaya bagi anak mereka nantinya.
Waktu inkubasi rubella adalah 14-21 hari. Artinya, mungkin
seseorang anak yang terinfeksi rubella baru menunjukkan gejalanya setelah 2-3
minggu kemudian.
Ruam pada rubella biasanya bertahan selama 3 hari. Kelenjar getah
bening akan tetap bengkak selama 1 minggu atau lebih dan nyeri sendi dapat
bertahan lebih dari 2 minggu. Anak dengan rubella biasanya pulih dalam waktu
1 minggu, tetapi pada orang dewasa bisa lebih lama.
4
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit menular dengan
eksantema, biasanya ditandai oleh gejala konstitusional yang ringan tetapi dapat
menyebabkan abortus, lahir mati atau kelainankongenital pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi selama kehamilan muda.
2.2 Etiologi
Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam penyababnya
tidak membutuhkan vector. Virus rubella (virus RNA berserat tunggal)
ditularkan melalui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan
penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada
di dalam kandungannya. Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat 1
minggu sebelum munculnya ruam sampai 1 minggu setelah ruam menghilang.
Bayi baru lahir yang terinfeksi ketika masih berada dalam kandungan, selama
beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan penyakit ini. Kekebalan seumur
hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini.
Gambar virus Rubella
5
Gambar struktur virus Rubella
Wabah bisa terjadi dengan interval 6-9 tahun. Sindroma rubella
kongenital terjadi pada 25%-50% bayi yang lahir dari ibu yang menderita
rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan
berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak,
mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan
lainnya.
Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal
musim semi dan biasanya menyerang kelompok usia sekolah, pada orang
dewasa 80 – 90 telah imun. Epidemi besar terjadi setiap 6 – 9 th. Penularan
biasanya lewat kontak erat misalnya lewat sekolah / tempat kerja.
Virus rubella menular dari satu orang ke orang lainnya melalui
droplet dari hidung atau tenggorokan. Orang dengan rubella dapat
menularkannya mulai dari 1 minggu sebelum sampai dengan 1 minggu sesudah
ruam muncul. Orang yang terinfeksi meskipun tanpa gejala tetap dapat
menularkan virus.
Bayi yang menderita sindrom rubella congenital dapat
mengeluarkan virus di air kencingnya dan cairan dari hidung dan tenggorokan
6
selama setahun atau lebih dan virus dapat mengenai orang yang tidak
diimunisasi.
Gambar bayi terinfeksi Rubella
2.3 Tanda dan Gejala
Penyakit Rubella tidak seberat penyakit Campak yang banyak
menimbulkan kematian pada anak-anak. Penyakit Rubella paling hanya
menimbulkan demam ringan (anak meriang = subfebril), dan sedikit rewel.
Pada dewasa, gejala awal tersebut sifatnya ringan atau sama sekali tidak timbul.
Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari etelah terinfeksi.
Infeksi rubella dimulai dengan demam ringan (37,2 – 37,8oC)
selama 1-5 hari disertai rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening,
biasanya di daerah leher belakang atau di belakang telinga. Ruam kemudian
muncul di muka dan menyebar ke bawah. Sambil menyebar ke bawah, ruam
yang sudah lebih muncul di atas biasanya menghilang. Ruam inilah yang sering
menjadi pertanda pertama penyakit yang disadari oleh orang tua.
Ruam pada rubella bisa Nampak seperti ruam yang disebabkan oleh virus
pada umumnya. Tampilannya berupa bercak merah muda atau merah terang
yang dapat menyatu membentuk bercak yang lebih besar lagi. Ruam bisa gatal
dan bertahan selama 3 hari. Sejalan dengan menghilangnya ruam, kulit yang
terkena biasanya mengelupas dengan halus.Gejala lain dari rubella antara lain
(lebih sering pada remaja dan orang dewasa) sakit kepala, hilang nafsu makan,
7
konjungtivitis ringan, hidung mampet atau meler, pembesaran kelenjar getah
bening di bagian tubuh lainnya, nyeri dan pembengkakan sendi (terutama pada
wanita muda). Banyak orang dengan rubella tidak bergejala sama sekali atau
sedikit sekali gejalanya. Sepertiga wanita mengalami nyeri sendi atau artritis.
Pada wanita hamil, campak Jerman bisa menyebabkan keguguran, kematian
bayi dalam kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi telinga (otitis
media). Infeksi otak (ensefalitis) jarang terjadi.
Untuk mengenal Rubella secara klinis juga sangat sulit. Bintik-
bintik merah di kulit yang pada Campak mudah dikenal baik oleh masyarakat
awam, pada Rubella jarang ditemukan. Menurut para peneliti hanya pada 15-50
persen penderita Rubella yang memperlihatkan gejala bintik-bintik merah di
kulit.
Resiko Kecacatan Pada Kehamilan dengan Infeksi Rubella
Usia Kehamilan % terinfeksi % kecacatan
<11 minggu 90% 90%
11-12 minggu 67% 33%
13-14 minggu 67% 11%
8
15-16 minggu 47% 24%
17-18 minggu 39% Ringan
19-22 minggu 34% Ringan
23-26 minggu 25% Ringan
27-28 minggu 12% Ringan
Bulan 7 35% Ringan
Bulan 8 60% Ringan
Bulan 9 100% Ringan
2.4 Patofisiologi
9
2.5 Penatalaksanaan
Rubella tidak dapat diobati dengan antibiotik karena antibiotik tidak
bekerja untuk infeksi virus. Kecuali timbul komplikasi, maka rubella akan
sembuh dengan sendirinya.Wanita hamil yang berkontak dengan infeksi rubella
harus segera menghubungi dokter kebidanannya.
Rubella biasanya ringan pada anak-anak, biasanya cukup dirawat di
rumah saja. Amati suhu tubuh anak anda dan hubungi dokter jika demam naik
terlalu tinggi. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, anda dapat memberikan
anak anda paracetamol atau ibuprofen. Jangan berikan asipirin karena dapat
timbul sindrom Reye yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan
kematian.
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah
satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara
subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan
kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella dapat
diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella
tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan
setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang
dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada
orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi
rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi
rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari
infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila
diagnosis dibuat secara tepat.
Vaksinasi MMR tidak boleh diberikn pada Mereka yang alergi terhadap
antibiotik neomicyn. Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam
waktu satu bulan setelah imunisasi. Mereka yang menderita penyakit apa saja
10
atau menerima pengobatan yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone
atau prednisolone. Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan pasien
terinfeksi virus Rubella adalah pemeriksaan serologis respon imun. Respon
imun yang diperiksa adalah IgM dan IgG Rubella.
IgM
Muncul 2-3 hari setelah ruam
Kadar puncak dicapai sekitar 1-4 minggu
Dapat dideteksi pada 3-8 minggu
Menetap hingga 6-12 bulan
IgG
Terdeteksi 5-10 hari setelah ruam (bisa lebih awal)
Kadar puncak dicapai sekitar 15-30 hari
Menurun perlahan sampai beberapa tahun hingga mencapai titer
rendah dan konstan
Gambar
Jika hasil IgG (-) dan IgM negatif,
lakukan vaksinasi, baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi
Jika hasil IgG (-) dan IgM (+)
11
Tidak boleh hamil selama 3 bulan, infeksi harus diobati terlebih dahulu.
Jika sudah sembuh, tidak perlu melakukan vaksinasi lagi karena sudah
memiliki kekebalan.
Jika hasil IgG(+) dan IgM(-)
Berarti pernah terinfeksi dan antibodi yang terdapat dalam tubuh, dapat
melindungi dari virus rubella. Bila hamil, bayi akan terhindar dari
sindrom rubella konginetal.
Jika hasil IgG(+) dan IgM(+)
Sedang terinfeksi harus mendapat pengobatan
2.6 Sindroma Rubella Konginetal
Infeksi rubella selma kehamilan infeksi plasenta dan janin. Sejumlah
sel janin yang terbatas terkena infeksi. Meskipun virus tidak merusak sel-sel,
laju pertumbuhan sel-sel yang terkena infeksi berkurang dengan akibat adanya
lebih sedikit sel normal dalam alat – alat tubuh etika lahir. Infeksi intrauterin
dihubungkan dengan menetapnya virus dalam neonatus yang bisa berlangsung
selama 12-18 bulan setelah kelahiran
Bayi dengan sindroma rubella kongenital dapat memilih satu atau lebih
kelainan, termasuk cacat pada jantung dan pembuluh darah besar (patent ductus
arteriosus, stenosa arteri pulmoner, atenosa katup pulmoner, cacat septu
ventrikuler dan cacat septum atrium), cacat mata (katarak, glaukoma dan
korioerentinitis), dan ketulian neurosensoris. Bayi dapat pula menunjukkan
gangguan pertumbuhan, kegagalan pertumbuhan, hepatosplenomegali,
trombositopenia dengan purpura, anemia, osteitis, dan suatu sindroma
ensefalitik yang mengakibatkan cerebal palsy.
Spektrum gangguan neurologis dan neurosensoris dalam bayi yang
hidup setelah infeksi rubela, sangat luas. Di antara 100 penderita dengan infeksi
rubella kongenital, ditemukan kelainan neurologik pada 81 kasus antara
kelahiran dan umur 18 bulan. Sisa penyakit meliputi gangguan pendengaran,
12
gangguan pengelihatan, gangguan pertumbuhan mikrosefali, keterbelakangan
mental dan disfungsi serebral. Masalah keseimbangan tubuh dan keterampilan
motoris berkembang pada anak – anak pra sekolah. Gangguan psikhiatrik dan
manifestasi tingkah laku terjadi pada anak – anak berumur pra sekolah dan
sekolah.
Bayi dengan sindrom rubella kongenital sering memiliki kepekaan
yang lebih terhadap infeksi dan imunoglobulin abnormal, biasanya kenaikan
IgM dengan kadar IgG dan IgA yang rendah. Terdapat suatu angka mortalitas
20% diantara bayi yang terkena infeksi virus kongenital dan ada gejala pada
waktu lahir. Beberapa bayi yang terkena infeksi virus dan terlihat normal pada
waktu lahir, dapat memperlihatkan kelainan pada umur yang lebih tua. Bayi
yang terkena infeksi hebat mungkin memerlukan perawatan dalam rumah
perawatan seumur hidupnya.
Kekebalan
Biasanya, antibodi rubella dari ibu dalam bentuk IgG dipindahkan ke
bayi dan berangsur – angsur berkurang setelah masa 6 bulan. Pada bayi yang
terinfeksi dalam kandungan, virus rubella yang menetap menyebabkan
peningkatan titer IgM spesifik rubella maupun peningkatan kadar IgG spesifik
yang bertahan lama seteah kadar IgG dari ibu menurun.
Epidemiologi
Biasanya bayi tetap bersifat infeksius, dengan virus ditemukan pada
tenggorokan sampai umur 18 bulan setelah lahir. Bayi yang terkena infeksi
kongenital dan kelihatan normal tetapi mengeluarkan virus, sanggup
menularkan rubella. Rubella tanpa ruam penting karena infeksi rubella yang
tidak nyata (dengan viremia) yang didapat pada masa hamil memiliki efek
merusak yang sama pada janin seperti rubella yang memiliki ruam khas.
13
BAB III
KONSEP ASKEB TEORI
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT RUBELLA
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Boidata
Nama :
Umur :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluhan utama
- Demam ringan
- Pembengkakan pada kelenjar getah bening (biasanya di belakang leher
atau dibelakang telinga dan akan berlangsung selama 1 minggu atau
lebih)
- Flu
- mata terasa nyeri
- Muncul bintik-bintik merah
- sakit pada persendian kurang lebih selama 2 minggu
- Sakit kepala
- hilang atau kurang nafsu makan
14
- conjungtivitis ringan (pembengkakan pada kelopak dan bola mata)
- hidung meler atau mampet
3. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan terdapat bintik-bintik merah pada kulit dan nyeri sendi.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit rubella sebelum hamil dan
menederita flu sebelumnya
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular
yaitu flu(gejala rubella).
6. Riwayat menstruasi
Menarche :
Siklus :
Lama haid :
Jumlah :
HPHT : untuk mengetahui usia kehamilan ibu, yang
berhubungan dengan resiko kecacatan pada janin. Semakin muda usia
kehamilan saat terinfeksi rubella, semakin tinggi resiko kecacatan
pada janin
7. Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, ibu mengatakan
pernah mengalami keguguran yang berulang.
8. Riwayat kehamilan sekarang
Gejala rubella sejak uk......
15
TM I : …x di…
Keluhan: ibu mengeluh menggigil, berkeringat, sakit kepala, hilang
nafsu makan, sakit pada persendian
Terapi :
HE :
TM II: …x di…
Keluhan :
Terapi :
HE :
TM III: …x di…
Keluhan:
Terapi :
HE :
9. Riwayat perkawinan
Status perkawinan :
Menikah :
Lama Menikah :
Usia menikah :
10. Riwayat KB
11. Riwayat psiko spiritual
12. Perilaku kesehatan
13. Latar belakang sosial budaya
14. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : Makan
Minum
Eliminasi : BAB
16
BAK
Aktivitas :
Istirahat : Siang
Malam
Personal hygiene : Mandi
Gosok gigi
Keramas
Potong kuku
Ganti CD
A. Data obyektif
15. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik- lemah
Kesadaran : composmentis
TD : dbn
N : dbn
RR : dbn
Suhu : 37,2-37,8 oC
17
16. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam
Kepala :
Mata : konjungtiva = konjungtivitis
Hidung : Ada Sekret
Gigi dan Mulut :
Telinga :
Leher : Pembesaran kelenjar limfe
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
Ekstremitas :
Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium pemeriksaan tes serologi rubella IgG dan IgM dengan
hasil:
1. IgG (-) dan IgM (+)
2. IgG (+) dan IgM (+)
II. INTERPRESTASI DATA
Dx : Ibu G..P… hamil . . . minggu I/T/H dengan Rubella
18
Ds : Ibu mengatakan hamil … bulan sedang flu dan demam, sakit kepala, nafsu
makan menurun atau hilang, mata bengkak, ada ruam di kulit dan nyeri sendi
Do : kulit : ruam
Leher : Pembesaran Kelenjar Limfe
Mata : konjungtivitis
Ekstrimitas; sakit pada persendian
ig M Rubella : (+)
III. DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Abortus
Kelainan Kongenital Pada Bayi
Kelainan jantung dan pembuluh darah pada bayi
Gangguan pertumbuhan pada bayi
Kerusakan lensa mata pada janin
IV. KEBUTUHAN SEGERA
Mengurangi rasa cemas pada ibu dan keluarga, dan memberikan obat turun
panas
Memberikan obat untuk mengurangi gejala-gejala ringan yang timbul
Berkolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan terapi lebih
lanjut
V. INTERVENSI
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang penyebab keluhan yang dialami
dan cara mengatasinya
R/ Mengatasi kecemasan ibu
2. Memberiken KIE tentang Rubella
R/ Menambah pengetahuan ibu tentang infeksi Rubella
19
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan tes laboratorium yaitu tes serologis
respon imun IgG dan IgM Rubella di rumah sakit
R/ Memastikan penyebab penyakit ibu
4. Mendampingi ibu saat dirujuk
R/ Pemantauan keadaan ibu
5. Menganjurkan ibu tetap makan makanan dan minum yang bergizi
R/ Memenuhi asupan nutrisi dan mempertahankan kondisi ibu
6. Kolaborasi dengan dokter yang sesuai dengan dampak atau efek samping
yang di alami (dr. Obgyn, dr. Penyakit dalam dll)
R/ Penanganan lebih lanjut
VI. IMPLEMENTASI
Melakukan Intervensi sesuai kebutuhan ibu
VII. EVALUASI
S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang
penyakit rubella yang dideritanya
O : Ibu mampu menjawab pertanyaan bidan
A : Ibu G... P... UK..... minggu dengan rubella
P :
Anjurkan ibu untuk melakukan ters serologo
Anjurkan ibu untuk kontrol 3 bulan lagi setelah dilakukan pengobatan untuk
dilakukan tes serologi kembali
Anjurkan ibu kontrol kembali bila ada keluhan
20
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rubella, dikenal dengan nama campak jerman adalah infeksi yang
utamanya mengenai kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan
virus rubella, yang biasanya ditularkan melalui droplet (percikan cairan) dari
hidung atau tenggorokan yang dihirup orang lain.
Infeksi rubella dimulai dengan demam ringan (37,2 – 37,8oC)
selama 1-5 hari disertai rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening,
biasanya di daerah leher belakang atau di belakang telinga. Ruam kemudian
muncul di muka dan menyebar ke bawah. Sambil menyebar ke bawah, ruam
yang sudah lebih muncul di atas biasanya menghilang. Ruam inilah yang sering
menjadi pertanda pertama penyakit yang disadari oleh orang tua.
Banyak orang dengan rubella tidak bergejala sama sekali atau sedikit
sekali gejalanya. Pada wanita hamil, campak Jerman bisa menyebabkan
keguguran, kematian bayi dalam kandungan ataupun keguguran.
Rubella biasanya ringan pada anak-anak, biasanya cukup dirawat di
rumah saja. Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi
salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella
secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan
kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella tidak boleh
diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah
pemberian vaksin. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu
diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya
kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat
memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.
21
3.2 Saran
Mengingat dampak infeksi Rubella yang berbahaya pada kehamilan,
maka lebih baik mencegah dari pada mengobati. Pencegahan dengan imunisasi
MMR (mumps-measles-rubela). Cara lainnya dengan melakukan pemeriksaan
darah uuntuk mengetahui ada tidaknya kekebalan terhadap penyakit rubella.
Jika belum ada kekebalan maka harus dilakukan imunisasi, sekurang-kurangnya
tiga bulan sebelum berencana untuk hamil. Konsultasi ke dokter segera bagi
wanita hamil yang terkena rubella
22
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta : Trans Info
Media
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams Edisi 18. Jakarta: EGC
Jawetz,E, J.L.Melnick & E.A. Adelberg. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan. Jakarta: EGC
Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Kehamilan. Jakarta: Puspa Swara
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Norman, f. Gant, F. Gary Cunningham. 2010. Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri.
Jakarta: EGC
Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta:
Binarupa Aksara
23
DAFTAR PERTANYAAN
1) Bagaimana jika ada seorang remaja yang terkena rubella?
Jawaban :
Rubella yang menginfeksi seorang remaja, biasanya tidak menimbulkan dampak
yang serius. Rubella bisa menyebabkan demam, gejala flu dan ruam. Namun
karena Rubella merupakan virus, infeksi rubella tidak perlu diobati dengan
antibiotik. Bila perlu, cukup mengobati gejalanya saja, misal demam bisa diatasi
dengan parasetamol. Dengan sistem imunitas yang baik, Rubella bisa sembuh
sendiri, oleh karena itu pasien perlu mengkonsumsi makanan tinggi protein,
vitamin dan mineral serta istirahat cukup. Sebaiknya pasien dengan infeksi
Rubella tidak hamil dulu sampai dipastikan benar-benar sembuh dengan tes
serologis. Bila pasien sudah sembuh dari Rubella, pasien akan mendapat
kekebalan terhadap Rubella.
Sanggahan :
Bagaimana jika saya tidak tahu saya pernah terinfeksi Rubella atau tidak, apa
sebaiknya saya test serologis dulu atau langsung imunisasi saja?
Secara prosedur memang tes serologis perlu untuk memastikan apakah kita
sudah memiliki kekebalan IgG. Jika belum maka 3 bulan atau lebih sebelum
merencanakan hamil sebaiknya mendapatkan imunisasi MMR. Namun atas
pertimbangan biaya tes serologis yang mahal, boleh saja ibu langsung
mengikuti imunisasi MMR 3 bulan atau lebih sebelum merencanakan hamil
2) Jika ada ibu hamil datang dengan keluhan menyerupai gejala rubella (batuk,
demam, flu, ada bintik kemerahan) apakah kita sebagai bidan dapat langsung
mendiagnosa ibu itu menderita penyakit rubella?
Jawaban :
Kita tidak boleh mendiagnosa ibu tersebut menderita rubella sebelum dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan serologi
24
untuk memeriksa kadar IgG dan IgM rubella. Penegakan diagnosa hanya bisa
dilakukan setelah ada hasil pemeriksaan laboratorium dan hanya boleh
ditegakkan oleh dokter ahli kandungan (spesialis obgyn).
3) Pada askeb teori di data penunjng terdapat beberapa hasil dari IgG. Apakah
perbedaan dari setiap hasil tersebut dan apakah ada perbedaan intervensi yang
kita berikan?
Jawaban :
Pada data penunjang terdapat pemeriksaan serologi dengan hasil sebagai berikut :
IgG (-) IgM (+)
Berarti saat ini ibu sedang menderita penyakit rubella dan sebelumnya ibu
belum mempunyai kekebalan terhadap penyakit rubella.
IgG (+) IgM (+)
Berarti saat ini ibu sedang terinfeksi rubella
Untuk penanganan ibu hamil yang positif terinfeksi dan menderita rubella
maka perlu dilihat dari umur kehamilannya. Apabila ibu hamil tersebut
menderita rubella pada UK kurang dari 8 minggu dapat dipertimbangkan
untuk melakukan aborsi (pengguguran) karena resiko kecacatan
kongenital pada janin (mencapai 90%). Apabila ibu hamil menderita
penyakit rubella pada UK lebih dari 8 minggu kehamilan dapat
dipertahankan dengan pemberian pengobatan pada ibu.
namu perlu diingat bahwa tindakan aborsi dan pemberian pengbatan pada
ibu hamil bukan kewenangan kita sebagai bidan melainkan kewenangan
dari dokter obgyn untuk mengetahui resiko pengobatan pada janin.
Sanggahan :
Bagaimana jika seorang wanita itu diketahui positif menderita rubella pada saat
dia belum hamil tetapi ia merencanakan kehamilan?
Jika seorang wanita diketahui menderita rubella saat ia belum hamil maka
dilakukan pengobatan pada wanita tersebut. Namun hingga saat ini masih
25
belum ditemukan obat untuk mengobati penyakit rubella. Pengobatan yang
diberikan hanya untuk mengobati gejala-gejala penyerta rubella, seperti flu,
demam, sakit kepala, ruam pada kulit, nyeri pada sendi, dan lain-lain.
Pengobatan dilakukan selama 3 bulan, setelah pengobatan selama 3 bulan
maka wanita tersebut perlu untuk melakukan pemeriksaan serologi lagi. Jika
hasil pemeriksaan ditemukan hasil kadar IgM masih (+) maka wanita
tersebut dianjurkan untuk menunda terlebih dahulu kehamilannya dan
melanjutkan pengobatan. Jika ditemukan kadar IgM (-) berarti infeksi wanita
tersebut sudah sembuh dari infeksi rubella dan telah memiliki kekebalan
terhadap penyakit rubella dan wanita ini aman untuk hamil.
26