STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK TRISAKTI
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
Nama Mahasiswa : Syafina Wardah Pembimbing : Dr. Harmon Mawardi Sp.A
NIM : 030.09.247 Tanda Tangan :
I.IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. NM
No. Rekam Medik : 944473
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 1 tahun 5 bulan
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tempat / tanggal lahir : Jakarta / 3 Agustus 2013
Alamat : Manggarai Utara 2, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan
Orang Tua / Wali
Ayah : Ibu :
Nama : Tn. IS Nama : Ny. YA
Umur : 26 tahun Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Security Pekerjaan : Administrasi
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Manggarai Utara 2 Alamat : Manggarai Utara 2
Kecamatan Tebet Kecamatan Tebet
Jakarta Selatan Jakarta Selatan
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung.
1
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu dan nenek pasien.
Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 510
Tanggal / waktu : 12 Januari 2015, pukul 09.30 WIB
a. Keluhan Utama
Demam sejak 2 hari SMRS.
b. Keluhan Tambahan
Nafsu makan turun tiba-tiba, tampak lemas, batuk kering tanpa dahak sejak 2 hari
SMRS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak perempuan usia 1 tahun 5 bulan diantar oleh ibu dan neneknya
dibawa ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 21.00 WIB
dengan keluhan utama demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus
sepanjang hari tanpa menggigil, berkeringat, ataupun kejang. Suhu terukur menggunakan
termometer digital diatas 39°C saat pasien di rumah. Demam turun saat diberikan
paracetamol, namun kembali naik dalam jeda waktu sekitar 3-4 jam. Keluhan disertai
dengan badan lemas, nafsu makan menurun drastis (selama demam 2 hari pasien hanya
mau minum susu), batuk kering tanpa dahak, pasien tampak lemas, dan menurut ibu
pasien tampak lebih kurus dari sebelumnya.
Tidak ada keluhan mual dan muntah, BAB dan BAK dalam batas normal, tidak ada
cairan keluar dari telinga, mata tidak berair dan merah, hidung tidak tersumbat dan
berair, tidak ada perdarahan pada gusi, mimisan ataupun perdarahan mukosa lain, tidak
berpergian ke daerah endemis malaria sebelumnya, tidak tampak bintik-bintik merah
pada kulit.
2
d. Riwayat Penyakit dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi
Alergi
dingin
(+)
sejak
bayi
Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
Demam
Berdarah- Kejang - Darah -
Demam
Thypoid- Kecelakaan - Radang paru 1 tahun
Otitis - Morbili - Tuberkulosis -
Parotitis - Operasi - Lainnya -
Sebulan SMRS, pasien sempat mengalami demam selama 2 hari dengan batuk
dan pilek, demam turun dan tidak naik lagi setelah diberikan obat penurun panas di
poliklinik RSUD Budhi Asih, batuk pilek sembuh total dalam waktu kurang lebih 8 hari.
Kesan : Pasien pernah dicurigai sakit bronkopneumonia pada saat usia 12 bulan, dirawat
kira-kira 1 minggu di bangsal anak lantai VI timur RSUD Budhi Asih, dan satu bulan
SMRS (usia 15-16 bulan) pasien menderita demam, batuk dan pilek selama 8 hari
(ISPA).
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah yang menderita keluhan sama
dengan pasien.
Ibu: riwayat alergi udara dingin (+), riwayat stroke ringan dan darah tinggi pada usia 18
tahun dan sudah berobat jalan di dokter spesialis saraf selama 2 tahun, riwayat kejang
demam dan kejang berulang tanpa demam sejak bayi.
3
f. Riwayat Kebiasaan Keluarga
Ayah pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol, tapi menurut pengakuan
ibu pasien, ayah pasien tidak pernah merokok dan minum alkohol saat bersama pasien,
dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Tidak ada kebiasaan merokok, minum alkohol, konsumsi obat-obatan terlarang pada
anggota keluarga lain.
g. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN
Morbiditas kehamilan
Kehamilan dengan penyulit
preeklamsi (+)
Anemia (-), DM (-), penyakit
jantung (-), penyakit paru (-),
infeksi TORCH (-)
Perawatan antenatal
Tidak rutin kontrol, hanya 2x
selama masa kehamilan
kontrol ke praktek bidan
didekat rumah., tidak pernah
imunisasi TT sebelum hamil.
KELAHIRAN Tempat kelahiran Praktek bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Pervaginam, spontan
Masa gestasi Kurang bulan (34 minggu)
Keadaan bayi Berat lahir : 1800 gram
Panjang lahir : 40 cm
Lingkar kepala : tidak tahu
Langsung menangis (+)
Kulit kemerahan (+)
4
Nilai APGAR: tidak tahu
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesan : Kehamilan dengan penyulit preeklamsi, tidak rutin kontrol ANC, tidak
imunisasi TT sebelum hamil, bayi lahir secara pervaginam, spontan, ditolong oleh bidan,
lahir kurang bulan dengan BBLR.
h. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I : Umur 10 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap : Umur 6 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 14 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Kesan : Riwayat tumbuh kembang pasien agak terlambat karena lahir kurang bulan
dengan BBLR.
i. Riwayat Makanan :
Umur
(bulan
)
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 ASI - - -
2 – 4 ASI - - -
4 – 6 ASI + + -
6 – 8
ASI dan
PASI (susu
formula
+ + -
8 – 10 ASI dan
PASI (susu
+ + +
5
formula
10 – 12
ASI dan
PASI (susu
formula
+ + +
12-17PASI (susu
formula+ + +
Umur > 1 Tahun
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/Pengganti 3x/hari, satu mangkuk kecil
Sayur 2x/hari, satu satu piring kecil
Daging 3x/minggu, 1 potong/kali makan
Telur 3x/minggu, ½ - 1butir
Ikan 3x/minggu, 1 potong/ kali makan
Tahu 2-3x/minggu., 1 potong/ kali makan
Tempe 2-3x/minggu., 1 potong / kali makan
Susu (merk/takaran) Ultra milk, 3-4 kotak kecil/minggu
Lain-lain Biskuit/wafer/roti/buah 1x/hari
Kesimpulan: Tidak ada kesulitan makan, riwayat makanan baik (sebelum sakit)
6
j. Riwayat Imunisasi :
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 2 bulan - - - - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - - -
Campak - - 9 bulan - - -
Hepatitis B 2 bulan 4 bulan 8 bulan - - -
MMR - - - - - -
Hib - - - - - -
TIPA - - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap namun tidak sesuai jadawal karena anak lahir kurang
bulan dan dengan BBLR, belum diberikan imunisasi MMR, Hib, dan TIPA
k. Riwayat Keluarga (corak reproduksi)
1. Corak Reproduksi
No
Tanggal
Lahir
(umur)
Jenis
KelaminHidup
Lahir
MatiAbortus
Mati
(Sebab)
Keterangan
Kesehatan
1 03082013Perempua
n(√) - - - Pasien
7
2. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. IS Ny. YA
Perkawinan ke- Satu Satu
Umur saat menikah 24 Tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir SMK SMK
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - Riwayat kejang demam,
epilepsi, hipertensi, dan
stroke ringan.
Kesan: Pasien adalah anak pertama. Ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran
atau lahir mati.
3. Riwayat Keluarga Orang Tua Pasien
Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit hati, batuk lama maupun keganasan dalam keluarga.
4. Riwayat Anggota Keluarga Lain yang Serumah
Kedua orang tua pasien dan saudara perempuan ibu pasien berada dalam keadaan sehat.
l. Riwayat Perumahan dan Sanitasi
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, nenek, kakek, dan tantenya di sebuah rumah
tinggal milik sendiri. Rumah terdiri 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi.Keadaan lingkungan
rumah padat, ventilasi dan pencahayaan baik. Sumber air minum dari PAM sedangkan air
untuk mencuci dan mandi menggunakan sanyo. Air limbah rumah tangga disalurkan
dengan baik.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : lingkungan rumah padat, keadaan sekitar rumah
cukup bersih.
8
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 10.00 WIB di bangsal anak lantai VI Timur.
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kulit : Sawo matang, anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban
cukup, tidak ada efloresensi yang bermakna.
Data Antropometri
Berat Badan : 9 kg
Tinggi Badan : 72 cm
Lingkar Kepala : 44 cm (antara -2 SD dan +2 SD)
Status Gizi
BB/U : (9/10.7) x 100 % = 84.1 % à Gizi baik
TB/U : (72/79) x 100 % = 91.1 % à TB normal Kesan: Gizi Baik
BB/TB: (9/9.2) x 100 % = 97.8% à Gizi baik
Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit, kuat, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri
Suhu : 38,9 °C
Pernapasan : 24x/menit
Kepala dan Leher
Kepala : Normosefali, UUB datar.
Rambut : warna hitam, tipis, distribusi merata, tidak mudah dicabut
9
Mata
Visus : Tidak dinilai Bercak bitot : -/-
Ptosis : -/- Sklera ikterik : -/-
Lagofthalmus : -/- Konjungtiva anemis : -/-
Exophthalmus : -/- Konjungtiva hiperemis: -/-
Strabismus : -/- Kornea jernih : +/+
Nistagmus : -/- Lensa jernih : +/+
Refleks cahaya : Langsung +/+ Pupil : Bulat, isokor
Tidak langsung +/+ Mata cekung : -/-
Hidung
Bentuk : Simetris Konka eutrofi : +/+
Napas cuping hidung : - Sekret : -/-
Deviasi septum : - Mukosa hiperemis : -/-
Telinga
Bentuk : Normotia Tuli : -
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : tidak dinilai
Serumen : +/+, minimal Refleks cahaya : tidak dinilai
Cairan : -/-
Mulut
Bibir : simetris saat diam, mukosa kering (-), pucat (-), keilosis (-), sianosis (-)
Trismus : -
Halitosis : tidak ada
Langit-langit : sulit dinilai
Mukosa : merah muda, bercak koplik (-), Forschheimer spot (-)
Sianosis : -
Gigi geligi : karies (-)
Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-)
Lain-lain : hipersalivasi (-)
Uvula : Letak di tengah
Tonsil : T3/T3, hiperemis, kripta +/+, detritus -/-
10
Tenggorokan : Faring hiperemis
Leher : Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar limfe : teraba membesar di retroaurikuler dextra dan
sinistra, sewarna kulit, bentuk bulat, multiple, diameter ± 3cm,
konsistensi kenyal, immobile, nyeri tekan (+).
Thorax
Paru
Inspeksi Bentuk dada normal, simetris saat statis dan dinamis,tipe
abdomino-thorakal, retraksi (-)
Palpasi Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris sama kuat
Perkusi Sonor di semua lapang paru
Auskultasi Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tampak pada sela iga 5 1 cm medial garis
midklavikularis kiri
Palpasi Ictus cordis teraba pada sela iga 5 1 cm medial garis
midklavikularis kiri, thrill (-)
Perkusi Jantung dalam batas normal
Auskultasi SI SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Datar, efloresensi (-), hernia umbilikalis (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan sulit dinilai, defense muskular (-),
hepar/lien tidak teraba membesar, turgor kulit baik
Perkusi Timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi BU (+) 2x/menit
11
Genitalia : Jenis kelamin perempuan, OUE (+), tanda-tanda radang (-),ulkus (-) sekret (-)
Anggota Gerak
Ekstremitas: akral hangat ++/++
Ruam merah --/--
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Kekuatan otot 5 5
Kaki Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Kekuatan otot 5 5
Rumple Leed : negatif
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan pada tanggal 10 Januari 2015:
JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 11.7 g/dL 10.7- 13.1 g/dL
Hematokrit 35 % 35 - 43 %
Leukosit 9.600 /uL 6-17 rb/ul
Trombosit 128 rb/uL 229-553 rb /uL
Eritrosit 4.5 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL
MCV 78.0 fL 73-101 fL
MCH 25.9 pg 23-31 pg
MCHC 33.2 g/dL 26-34 g/dL
RDW 15.2 % <14 %
12
V. RESUME
Seorang anak perempuan usia 1 tahun 5 bulan datang diantar oleh ibu dan neneknya
ke UGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 21.00 WIB dengan
keluhan utama demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus sepanjang
hari, suhu terukur menggunakan termometer digital diatas 39°C (saat dirumah). Demam
turun saat diberikan paracetamol, namun kembali naik dalam jeda waktu sekitar 3-4 jam.
Nafsu makan menurun drastis (selama demam 2 hari pasien hanya mau minum susu),
batuk kering tanpa dahak, pasien tampak lemas, dan menurut ibu pasien tampak lebih
kurus dari sebelumnya. Dari anamnesis kepada ibunya, pasien belum mendapatkan
imunisasi MMR, Hib, dan TIPA, selain itu riwayat tumbuh kembang pasien agak
terlambat karena lahir kurang bulan dengan BBLR.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38.9°C; tonsil T3/T3, hiperemis, kripta
+/+; faring hiperemis; kelenjar limfe teraba membesar di retroaurikuler dextra dan
sinistra, sewarna kulit, bentuk bulat, multiple, diameter ± 3cm, konsistensi kenyal,
immobile, nyeri tekan (+). Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hasil
trombositopenia.
VI. DIAGNOSIS BANDING
Demam Dengue
Demam Tifoid
Morbilli
Rubella
Tonsilofaringitis
Limfadenopati
VII. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Utama:
Susp. Demam Dengue
Diagnosis Tambahan:
Tonsilofaringitis
13
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Darah rutin berkala
Feses lengkap
Urin lengkap
Tubex tifoid / widal
Serologi antibodi spesifik rubella dan rubeola
IX. TERAPI
Non Medikamentosa
1. Pasien inap di bangsal anak.
2. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.
3. Tirah baring.
4. Pantau diuresis.
5. Observasi tanda vital.
6. Makan makanan yang memenuhi gizi seimbang dan lunak (tidak merangsang mukosa
tenggorokan yang sedang meradang).
Medikamentosa
1. IVFD Asering 3 cc/kgBB/jam
2. Paracetamol 100 mg jika suhu diatas 38°C
3. Cefixime Syrup, dosis 2x1,5-3mg /kgBB/hari
X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanasionam : ad bonam
14
XI. FOLLOW UP
Tgl S O A P12/1/2015Hari perawatan ke-2
- demam (+)
hari ke-3
- batuk (+)
tanpa dahak,
pilek (-)
- lemas, nafsu
makan
menurun.
- mual (-)
muntah (-)
- BAB dan BAK
dbn
KU : TSSKesadaran: CMTTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 96x/mSuhu : 38.40 CRR : 22 x/ mKepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (-)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm.Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (-)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++
Obs. Febris ec Susp. Dengue Fever
Tonsilofaringitis
- IVFD Asering 3cc/kgBB/jam- PCT 100mg jika suhu
diatas 38°C
- Cefixime Syr 2x ½ cth
13/1/2015
- demam (-) KU : TSSKesadaran: CM
Rubella - IVFD Asering 3cc/kgBB/jam
15
HP ke-3 - ruam merah
pada wajah
dan leher
- batuk (+)
tanpa dahak,
pilek (-)
- lemas, nafsu
makan
menurun.
- mual (-)
muntah (-)
- BAB dan BAK
dbn
TTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 88x/mSuhu : 36.50 CRR : 20 x/ mKepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (+)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm. Ruam merah (+)Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (-)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++
Tonsilofaringitis
- PCT 100mg jika suhu
diatas 38°C
- Cefixime Syr 2x ½ cth
- Acyclovir 3x30mg
14/1/2015HP ke-4
- Demam (-)- Ruam merah menyebar di seluruh tubuh- batuk (+)
tanpa dahak,
KU: TSSKesadaran: CMTTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 92x/m
Rubella
Tonsilofaringitis
- IVFD Asering 3cc/kgBB/jam- PCT 100mg jika suhu
diatas 38°C
- Cefixime Syr 2x ½ cth
16
pilek (-)
- lemas, nafsu
makan
menurun.
- mual (-)
muntah (-)
- BAB dan BAK
dbn
Suhu : 36.30 CRR : 22 x/ mKepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (+)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm. Ruam merah (+)Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (+)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, ruam merah (+), nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++, ruam merah ++/++
- Acyclovir 3x30mg
15/01/15HP ke 5
- Demam (-)- Ruam merah menyebar di seluruh tubuh, bercak lebih memudar dibanding hari sebelumnya- batuk (+)
KU: TSSKesadaran: CMTTV :Tek. Darah : 90/60 mmHgNadi : 100x/mSuhu : 36.40 CRR : 24 x/ m
Rubella
Tonsilofaringitis
- IVFD Asering 3cc/kgBB/jam- PCT 100mg jika suhu
diatas 38°C
- Cefixime Syr 2x ½ cth
- Acyclovir 3x30mg
17
tanpa dahak,
pilek (-)
- lemas, nafsu
makan
menurun.
- mual (-)
muntah (-)
- BAB dan BAK
dbn
Kepala : normocephaliMata : CA -/- SI -/- cekung -/-Hidung : nch -/- sekret -/-Mulut : kering - sianosis –, faring hiperemis, T3-T3, kripta +/+Wajah : ruam merah (+)Leher : KGB aurikuler dx-sin teraba membesar, bulat, multiple, kenyal, d ± 3cm, NT +, sewarna kulit, immobile. Tiroid ttm. Ruam merah (+)Thoraks: sejajar saat inspirasi dan ekspirasi, ruam merah (+)J: BJ I-II reg, m (-), gallop (-).P: sn vesikuler, rh -/-, wh -/-,Abdomen : supel, ruam merah (+), nyeri tekan epigastrium (-) bu (+) 2x/menit. - Hepar ttm- Lien ttmEkstremitas : akral hangat ++/++, ruam merah ++/++
DATA PEMERIKSAAN LABORATORIUM
18
Tanggal 11/01/2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 12.5 g/dL 10.7- 13.1 g/dL
Hematokrit 37 % 35 - 43 %
Leukosit 8000 /uL 6-17 rb/ul
Trombosit 168 rb/uL 229-553 rb /uL
Eritrosit 4.9 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL
LED 30 mm/jam 0-10 mm/jam
MCV 75.2 fL 73-101 fL
MCH 25.5 pg 23-31 pg
MCHC 33.9 g/dL 26-34 g/dL
RDW 12.6 % <14 %
Hitung Jenis
Basofil 1% 0-1%
Eosinofil 0% 1-5%
Netrofil Batang 0% 0-8%
Netrofil Segmen 51% 17-60%
Limfosit 37% 20-70%
Monosit 11% 1-11%
Tanggal 14/01/2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
19
Hematologi
Hemoglobin 11.6 g/dL 10.7- 13.1 g/dL
Hematokrit 35 % 35 - 43 %
Leukosit 8000 /uL 6-17 rb/ul
Trombosit 111 rb/uL 229-553 rb /uL
Eritrosit 4.5 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL
MCV 78.0 fL 73-101 fL
MCH 25.9 pg 23-31 pg
MCHC 33.2 g/dL 26-34 g/dL
RDW 14.8 % <14 %
Tanggal 15/01/2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 12.6 g/dL 10.7- 13.1 g/dL
Hematokrit 36 % 35 - 43 %
Leukosit 7.600 /uL 6-17 rb/ul
Trombosit 123 rb/uL 229-553 rb /uL
Eritrosit 4.8 juta/uL 3.6-5.2 juta/uL
MCV 75.5 fL 73-101 fL
MCH 26.2 pg 23-31 pg
MCHC 34.7 g/dL 26-34 g/dL
RDW 13.2 % <14 %
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
RUBELLA
(German Measles, Three-days Measles)
II.1. DEFINISI
Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak
dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran
kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang
berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat
infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada
kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941. Rubela
pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan
kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital merupakan penyakit
yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas.
Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan terus diusahakan
eliminasinya.1,2
Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada
janin. Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90%
bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan;
risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan
lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.1,3
Infeksi janin pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim,
abortus spontan dan kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi
bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia,
glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent ductus
arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus
dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat
diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung
atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun
setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai
21
manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi
pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala.3
II.2. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemik terjadi dengan interval 5-7
tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta
dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta pada
infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian paling tinggi terdapat pada anak
usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda.1,2,3
Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubela pada ibu hamil selama
minggu pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan
pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei di Inggris
(1970-1974) menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela klinis dan hanya
19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital mengalami defek.1,3
II.3. FAKTOR RISIKO
Kondisi tubuh yang tidak baik2
Belum pernah imunisasi MMR2
II.4. ETIOLOGI
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus
dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama dengan
anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik berbeda. Pada
waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.1,2,3
Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia
merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata.3
Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi.
Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan
22
tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi.
Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah
besar, sehingga menjadi sumber infeksi.1,3
Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus penyebabnya
berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan
campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit pada penderitanya.1,2
Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular dibandingkan
campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari penderitanya ke orang lain
terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini
cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik
merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut
menghilang.1,2,3
Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru
timbul kira-kira 14 – 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses
penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut
campak 3 hari.2,3
II.5. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya
virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui
patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di
nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih
lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari kelenjar getah
bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.1,2
Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi.
Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan
berlangsung hingga menghilangnya erupsi.1,2,3
23
II.6. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi
minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.1,2
Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan
tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung
1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada
konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi
timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada
beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat
lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu
enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatum molle. Pembesaran
kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar
suboksipital, postaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.1,2
Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat
meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang
berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk
morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan
hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa eksantema. Meskipun
sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.1,2
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya
pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit rubela
yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa
pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata,
rasa gatal selama 7-10 hari.1,2,3
II.7. DIAGNOSIS
Diagnosis seringkali sukar untuk ditegakkan karena tidak ada tanda dan gejala khas
untuk rubella. Seperti dengan penyakit eksantema lain, diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesa yang cermat. Rubella merupakan penyakit epidemik sehingga bila diselidiki
24
dengan cermat , dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita.
Seifat demam dapat membantu menegakkan siagnosis, oleh karena demam pada rubella
jarang sekali di atas 38,5 °C. 1,2
Perubahan hematologi hanya sedikit membantu penegakan diagnosis. Peningkatan sel
plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terjadi leukopenia pada awal
penyakit yang kemudian diikuti dengan limfositosis relatif.1,2
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologi yaitu adanya peningkatan
titer antibodi 4 kali pada HAIR (Haemaglutination Inhibition Test) atau ditemukannya
antibodi IgM spesifik untuk rubella. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah erupsi
timbul dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. Selain pada infeksi primer, antibody IgM
spesifik rubella dapat pula ditemukan pada reinfeksi. Pada kehamilan, 1-2 minggu setelah
timbulnya rash dapat dilakukan pemeriksaaan serologi IgM-immunoassay (dengan sampel
dari tenggorok atau urin) sebanyak 2 kali dengan selang 1-2 minggu. Bila didapatkan
kenaikan titer sebanyak 4 kali, pertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan.1
Pada neonatus, diagnosa rubella intrauterin ditegakkan bila ditemukan 2 dari 3 tanda
klinis utama (ketulian, katarak, dan atau retinopati rubella, lesi jantung congenital) serta
adanya bukti virologik dan atau serologic segera setelah lahir, atau mempunyai bukti infeksi
rubella maternal selama kehamilan1,2
II.8. DIAGNOSA BANDING
Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubella,
yaitu:
a. Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa, dan
pityriasis rosea1
b. Penyakit bakteri : Scarlet fever1
c. Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan
diuretik thiazid1
Bercak erupsi rubella yang berkonfluens sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila
ditemukan bercak koplik yang patognomonik untuk morbili. Erupsi rubella cepat menghilang
sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.1
25
Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna gelap di atasnya,
perlu dibedakan dengan Scarlet fever. Tidak seperti pada Scarlet fever, pada rubella daerah
perioral juga terkena.1
Erupsi pada infeksi mononucleosis dapat menyerupai rubella derajat berat, namun
penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like tonsillitis, demam lebih tinggi,
pembesaran kelenjar getah bening umum dan pembesaran hati dan limpa.1 Erupsi obat
menyerupai rubella dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening disebabkan terutama
oleh senyawa hidantoin.1
II.9. PENATALAKSANAAN
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simtomatis. Adamantanamin
hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium awal
infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita
rubela kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada
wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan
dengan hasil yang terbatas.4
Pengobatan pada rubella secara simptomatik dan suportif, belum ditemukan agen
antiviral tertentu untuk pengobatan dasar virus rubella. Untuk kasus dengan komplikasi
biasanya diberika beberapa terapi berikut: 5
- Untuk arthritis yang cukup parah yang mengenai weight bearing joints, terapinya
dengan mengistirahatkan sendi yang terkena, dan dapat diberikan NSAID sebagai
anti-inflamasi, dalam hal ini kortikosteroid tidak diindikasikan.
- Untuk pasien dengan ensefalitis, diberikan terapi suportif dengan terapi cairan yang
adekuat dan maintenens elektrolit.
- Trombositopenia biasanya bersifat self-limited, tapi jika trombositopenia cukup parah,
dapat diberikan IVIG (intravenous immunoglobulin). Belum ada data penelitian
tentang penggunaan kortikosteroid. Splenectomy tidak diindikasikan.5
26
II.10. PENCEGAHAN
Vaksin rubella biasanya diberikan kombinasi (measles, mumps, rubella / MMR).
Semua anak-anak (dengan sedikit pengecualian) harus diberikan vaksin 2 kali:2,3
12-15 bulan
4-6 tahun (masuk sekolah) atau 11-12 tahun
Orang dengan umur 12 bulan sampai 18 tahun yang belum mendapatkan vaksin,
diberikan 2 dosis MMR (suntikan dipisahkan minimal 4 minggu). Dewasa berumur 19 tahun
atau lebih diberi 1 atau 2 dosis.2,3
Wanita yang tidak yakin telah divaksinasi harus dites. Hal ini sangat penting bila
pekerjaan meraka berisiko tinggi terinfeksi rubella, seperti pekerja kesehatan, guru, dan
pengurus anak-anak.2
Imunisasi dapat diberikan kepada wanita yang reproduktif. Mereka harus vaksinasi 3
bulan sebelum hamil. Vaksinasi yang diberikan memberikan perlindungan seumur hidup
terhadap infeksi rubella.1,3
II.11. KOMPLIKASI
Komplikasi relatif tidak lazim dan jarang pada anak. Pada remaja dan dewasa dapat
terjadi arthritis dan artralgia dari sendi kecil tangan, kaki, lutut, dan bahu yang berupa
pembengkakakn dan nyeri. Khususnya artralgia pada tangan timbul setelah erupsi pada
penderita dewasa, merupakan gejala klinis yang sangat menyakinkan untuk rubella. Arthritis
biasa menghilang dalam 1 bulan. Ensefalitis dapat terjadi tapi sangat jarang sekitar 1/5000
kasus. Satu minggu setelah erupsi timbul dapat terjadi purpura (purpura trombositopenik),
dapat pula terjadi epistaksis, perdarahan gusi dan saluran cerna, hematuria, ekimosis pada
palatum dan periorbita. Penyulit tersebut jarang berakibat fatal dan pasien sembuh dalam 2
minggu.1
Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria
dewasa kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga
wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa
27
menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi
infeksi telinga (otitis media).1
II.12. PROGNOSIS
Prognosis baik (jarang ada penyulit) sementara untuk rubella congenital tergantung
dari beratnya infeksi.3 Kornplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-
kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa
dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut
keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit
neuromotor, termasuk sindrom autistik.4
Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan
seumur hidup terhadap penyakit ini. Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit
ini, yaitu kemampuannya menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita
rubella.4
Cacat bawaan yang dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata,
gangguan pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat
terjadinya keguguran.4
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Soedarmo SSP, Garna H, et.all. Rubella. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis
edisi keduacetakan kedua. Jakarta:Bada Penerbit IDAI.2008; hal.122-27.
2. Garna, Herry dan Heda Melinda D. Nataprawira . 2005 . Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed. 3, Hal 239-240. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Unpad RSHS
3. McCance, Kathryn L. dan Sue E. Huether . 2006 . Pathophysiology The Biologic Basis
for Disease in Adults and Children fifth edition page 1615. Philadelphia, USA :
ELSEVIER Mosby, Inc.
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics, 15th Ed. Editor edisi bahasa
Indonesia A Samik Wahab. Jakarta : EGC, 2000.
5. Ezike E, Pediatric Rubella. 2014. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/968523-overview.html . Accessed on January,
10th 2015.
29
30
Top Related