RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika...

15
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Internet merupakan salah satu media perwujudan hak asasi manusia melalui kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi yang dilaksanakan secara bertanggung jawab, selaras dan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik serta melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik yang mengganggu ketertiban umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; bahwa Hak Kekayaan Intelektual yang ada dalam situs internet dilindungi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; bahwa Pemerintah dan masyarakat perlu melindungi informasi elektronik dan/atau situs internet dari muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, dan muatan yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan kelompok masyarakat tertentu atas suku, agama, ras, dan antar golongan; bahwa untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat terhadap nilai-nilai etika, moral, dan kaidah-kaidah yang tidak sesuai dengan citra bangsa Indonesia;

description

Racangan Peraturan Menteri (RPM) ini berpotensi melanggar hak warga negara atas informasi, Yuk, mari kita kritisi bersama...

Transcript of RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika...

Page 1: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

PERATURAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN 2013

TENTANG

PENGENDALIAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a.

bahwa Internet merupakan salah satu media perwujudan

hak asasi manusia melalui kemerdekaan menyampaikan

pendapat dan memperoleh informasi yang dilaksanakan

secara bertanggung jawab, selaras dan seimbang antara

kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

bahwa Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan teknologi

informasi dan transaksi elektronik serta melindungi

kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai

akibat penyalahgunaan informasi elektronik yang

mengganggu ketertiban umum sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

bahwa Hak Kekayaan Intelektual yang ada dalam situs

internet dilindungi berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

bahwa Pemerintah dan masyarakat perlu melindungi

informasi elektronik dan/atau situs internet dari muatan

yang melanggar kesusilaan, perjudian, dan muatan yang

menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan kelompok

masyarakat tertentu atas suku, agama, ras, dan antar

golongan;

bahwa untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat

terhadap nilai-nilai etika, moral, dan kaidah-kaidah yang

tidak sesuai dengan citra bangsa Indonesia;

Page 2: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

bahwa untuk memberikan akses internet yang sehat dan

aman bagi masyarakat dengan memberikan perlindungan

berdasarkan daftar informasi sehat dan terpercaya;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a sampai dengan huruf f, maka dipandang

perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

Informatika tentang Pengendalian Situs Internet Muatan

Negatif.

Menging

at

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4843);

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4928);

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 61);

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian

Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi

Eselon I Kementerian Negara;

5. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

17/P/M.KOMINFO/10/2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika;

MEMUTUSKAN:

Menetap

kan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

TENTANG PENGENDALIAN SITUS INTERNET MUATAN

NEGATIF

BAB I

KETENTUAN UMUM

Page 3: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Pemblokiran Situs Internet Bermuatan Negatif yang selanjutnya disebut

Pemblokiran adalah aksi yang diambil untuk menghentikan masyarakat

untuk mengakses informasi dari sebuah situs bermuatan negatif.

2. Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,

gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk

pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau

pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi

seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. (cat. Definisi

UU No. 44/2008 tentang Pornografi)

3. Penyelenggara Jasa Akses Internet adalah penyelenggara jasa telekomunikasi

yang menyediakan akses internet ( internet service provider).

Penyelenggara Telekomunikasi adalah adalah perseorangan, koperasi, badan

usaha milik daerah, badan usaha milik negara, badan usaha swasta,

instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara. (cat.

Definisi UU No. 36/1999 tentang Telekomunikasi dan KM Perhubungan No.

21/2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi)

(cat: penyelenggara telekomunikasi dibatasi menjadi ISP

4. Tim Manajemen TRUST+Positif adalah tim yang dibentuk untuk melakukan

pengelolaan manajemen TRUST+Positif dan apabila diperlukan melakukan

verifikasi atas muatan dari website/situs yang dilaporkan.

5. Sampel adalah sampel laman situs yang diambil dengan bentuk image.

6. Normalisasi adalah proses penghapusan alamat situs dari TRUST+Positif.

7. Menteri adalah Menteri Komunikasi dan Informatika.

8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi aplikasi

informatika.

9. Direktur adalah Direktur yang membidangi e-Business.

BAB II

TUJUAN

Pasal 2

Tujuan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, yaitu: antara lain:

1. memberikan acuan bagi pemerintah dan masyarakat terhadap pemahaman situs internet bermuatan negatif dan peran bersama dalam penanganannya;

2. memberikan acuan bagi Pemerintah untuk berperan dalam pemblokiran situs

internet;

3. memberikan rasa aman kepada pengguna situs internet;

4. melindungi kepentingan umum dari konten internet yang berpotensi

memberikan dampak negatif/merugikan;

Page 4: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

5. memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, yaitu: mengatur tentang pemblokiran situs

internet yang meliputi:

1. Penentuan situs internet bermuatan negatif yang perlu ditangani;

situs internet bermuatan negatif;

2. Peran pemerintah dan masyarakat dalam penanganan situs internet bermuatan

negatif;

peran dan tanggung jawab Pemerintah dan;

3. tanggung jawab penyelenggara jasa akses internet dalam penanganan situs

internet bermuatan negatif;

peran dan tanggung jawab masyarakat;

4. tata cara penanganan situs internet bermuatan negatif.

peran dan tanggung jawab Penyelenggara Telekomunikasi;

tata cara pemblokiran dan normalisasi pemblokiran.

BAB III

SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

Pasal 4

(1) Jenis situs internet bermuatan negatif yang ditangani sebagaimana dimaksud

pada Pasal 3 butir 1, yaitu: terdiri dari:

1. pornografi;

2. perjudian; dan/atau

3. kegiatan ilegal lainnya. (2) Kegiatan ilegal lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 3 merupakan kegiatan ilegal yang pelaporannya berasal dari lembaga pemerintah yang berwenang. perhatian! tidak jadi: (3) Kegiatan ilegal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 3, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. pelanggaran hak cipta; b. peredaran obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan, makanan dan minuman tanpa

izin edar untuk beredar di Indonesia; c. narkotika dan prekusor narkotika; d. praktek perdagangan dan investasi ilegal.

BAB IV

PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

Pasal 5

(1) Masyarakat dapat mengajukan pelaporan untuk meminta pemblokiran atas

muatan negatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) butir 1 dan

butir 2.

(2) Instansi Pemerintah dapat meminta pemblokiran situs internet bermuatan negatif yang menjadi bidang kewenangannya.

Page 5: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

5. memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam

(3) Instansi Penegak hukum dan/atau lembaga peradilan dapat meminta pemblokiran situs internet bermuatan negatif. Penyelenggara Negara, Instansi Penegak Hukum, dan/atau lembaga

peradilan dapat meminta pemblokiran situs internet bermuatan negatif yang

menjadi bidang kewenangannya.

(3) Pengajuan permohonan pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) ditujukan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal.

Pasal 6

(1) Terhadap pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Direktur

Jenderal melakukan pengecekan dan pemantauan terhadap situs internet

muatan negatif yang dilaporkan.

Page 6: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

(2) Direktur Jenderal menyediakan daftar atau referensi situs internet muatan

negatif.

(3) Daftar atau referensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disebut

TRUST+Positif.

(4) Direktur Jenderal memerintahkan kepada Penyelenggara Jasa Akses

Internet Penyelenggara Telekomunikasi untuk melaksanakan

pemblokiran pada sisi layanan mereka mengacu kepada TRUST+Positif

atau menggunakan layanan pemblokiran dari Penyelenggara Layanan

Pemblokiran yang terdaftar.

(5) Daftar Trust Positif disediakan secara khusus untuk Penyelenggara Jasa Akses

Internet atau Penyedia Layanan Pemblokiran yang terdaftar.

Pasal 7

(1) Direktur Jenderal dapat melakukan pengecekan dan pemantauan terhadap

situs internet global.

(2) Terhadap pengecekan dan pemantauan terhadap situs internet global

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila ditemukenali sebagai situs

internet muatan negatif yang terkait dengan pornografi dan perjudian,

Direktur Jenderal memasukkan situs tersebut kedalam TRUST+Positif.

Pasal 8

Masyarakat dapat ikut serta menyelenggarakan layanan pemblokiran dengan

memuat paling sedikit situs-situs dalam TRUST+Positif.

(2) Dalam hal keikutsertaan masyarakat menyediakan layanan pemblokiran,

memuat sekurang-kurangnya situs-situs dalam TRUST+Positif.

Pasal 9

(1) Penyelenggaraan layanan pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (1) dilakukan oleh Penyelenggara Layanan Pemblokiran.

(2) Penyelenggara Layanan Pemblokiran harus memiliki kriteria sekurang-

kurangnya:

a. terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik;

b. berbadan hukum Indonesia;

c. menempatkan pusat datanya di Indonesia; memiliki pusat datanya data

center di Indonesia;

d. memiliki prosedur operasi yang transparan dan akuntabel;

Pasal 10

(1) Penyelenggara Layanan Pemblokiran dapat menambahkan situs muatan

negatif kedalam daftar layanannya diluar TRUST+Positif.

(2) Daftar situs muatan negatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaporkan kepada Direktur Jenderal.

(3) Daftar situs muatan negatif selain TRUST+Positif yang tidak dilaporkan

kepada Direktur Jenderal menjadi tanggung jawab Penyelenggara Layanan

Pemblokiran.

Page 7: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

BAB V

TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA JASA AKSES

INTERNET PENYELENGGARA TELEKOMUNIKASI

Pasal 11

(1) Penyelenggara Jasa Akses Internet Penyelenggara Telekomunikasi wajib melakukan pemblokiran terhadap situs- situs yang terdapat dalam TRUST+Positif.

(2) Pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sebagai

berikut:

a. pemblokiran mandiri; atau

b. pemblokiran menggunakan layanan pemblokiran yang disediakan

Penyelenggara Layanan Pemblokiran.

(3) Dalam hal Penyelenggara Jasa Akses Internet Penyelenggara Telekomunikasi

tidak melakukan pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Penyelenggara Jasa Akses Internet Penyelenggara Telekomunikasi dapat

dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(4) Penyelenggara Jasa Akses Internet yang telah menjalankan pemblokiran

sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Penyelenggara Jasa Akses

Internet tersebut telah memenuhi kewajiban ketentuan peraturan perundang-

undangan

yang berlaku.

Pasal 12

Penyelenggara Jasa Akses Internet yang telah menjalankan pemblokiran sebagai

mana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Penyelenggara Jasa Akses Internet tersebut telah memenuhi kewajiban ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam hal pemblokiran mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) butir a, Penyelenggara Jasa Akses Internet Penyelenggara

Telekomunikasi dikatakan menjalankan pemblokiran minimal apabila

telah melaksanakan pemblokiran mengacu kepada TRUST+Positif.

(2) Atas dasar pelaksanaan pemblokiran minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara Jasa Akses Internet Penyelenggara Telekomunikasi terbebas dari tanggungjawab hukum kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

(3) Penyelenggara Jasa Akses Internet Penyelenggara Telekomunikasi dapat

menambahkan situs muatan negatif kedalam pemblokiran mandirinya

diluar TRUST+Positif.

(4) Penambahan situs muatan negatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dapat dilaporkan kepada Direktur Jenderal.

(5) Daftar situs muatan negatif selain TRUST+Positif yang tidak dilaporkan kepada Direktur Jenderal menjadi tanggung jawab Penyelenggara Telekomunikasi.

Pasal 13

Page 8: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

BAB V

Dalam hal pemblokiran menggunakan layanan pemblokiran yang disediakan

Penyelenggara Layanan Pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat

(2) butir b, Penyelenggara Telekomunikasi terbebas dari tanggungjawab hukum,

kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

Pasal 14

(1) Penyelenggara Jasa Akses Internet Telekomunikasi wajib melakukan

pembaruan data atas daftar baru yang masuk kedalam TRUST+Positif.

(2) Pembaharuan data pada sisi Penyelenggara Jasa Akses Internet

Penyelenggara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. wajib terlaksana paling sedikit 1 x seminggu untuk pembaharuan

rutin.

b. wajib terlaksana paling sedikit 1 x 24 jam untuk pembaharuan yang

bersifat darurat.

wajib terlaksana sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

Page 9: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

BAB VI

TATA CARA PEMBLOKIRAN DAN NORMALISASI PEMBLOKIRAN

Bagian Kesatu

Penerimaan Laporan

Pasal 15

Tata cara penerimaan laporan meliputi:

1. Penerimaan laporan berupa pelaporan atas:

a. situs internet muatan negatif; atau

b. permintaan normalisasi pemblokiran situs.

2. Pelaporan disampaikan oleh masyarakat kepada Menteri c.q. Direktur

Jenderal melalui fasilitas penerimaan pelaporan berupa e-mail aduan

dan/atau pelaporan berbasis situs yang disediakan;

3. Pelaporan yang disampaikan disarankan menyertakan beberapa sampel

gambar (image) situs;

4. Pelaporan dari masyarakat dapat dikategorikan sebagai pelaporan darurat

emergency apabila menyangkut hak pribadi musibah, pornografi anak, dan

dampak negatif yang cepat di masyarakat dan/atau permintaan yang bersifat

khusus.

Pasal 16

baru

(1) Kementerian/Lembaga Negara dapat menyampaikan laporan situs internet

muatan negatif sesuai dengan lingkup kewenangannya

Kementerian/Lembaga;

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah melalui penilaian

di Kementerian/Lembaga terkait dimaksud dengan memuat alamat situs,

jenis muatan negatif, jenis pelanggaran dan keterangan;

(3) Laporan disampaikan oleh Pejabat berwenang kepada Menteri c.q. dengan tembusan Direktur Jenderal yang menangani bidang aplikasi informatika dan Direktorat Jenderal yang menangani bidang penyelenggaraan pos dan informatika, dengan dilampiri daftar alamat situs dan hasil penilaian yang dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2);

(4)

Direktur Jenderal mengumumkan melalui situs yang telah disediakan atas

permintaan pemblokiran dari kementerian/lembaga sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

Bagian Kedua

Tindak Lanjut dan Pemberkasan Laporan

Pasal 16

Tata cara tindak lanjut dan pemberkasan laporan meliputi:

Page 10: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

1. Memberikan jawaban awal atas diterimanya pelaporan yang disampaikan

melalui e-mail;

2. Melakukan kegiatan pemberkasan pelaporan yang meliputi:

a. Pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik

berikut penguraian pelaporan;

b. peninjauan ke situs internet yang dituju dan mengambil beberapa sampel

situs gambar (image) situs;

c. penampungan sampel gambar situs internet ke dalam berkas dan database

elektronik.

3. Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 1 x

24 jam 2 (dua) hari kerja sejak pelaporan diterima;

4. Apabila situs internet dimaksud merupakan situs bermuatan negatif:

a. Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut ke dalam Trust+

Positif dalam periode pemberkasan;

b. Apabila merupakan kondisi darurat, Direktur Jenderal menempatkan

alamat situs tersebut dalam Trust Positif dalam periode 12 jam sejak

laporan diterima dan dilakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa

Akses Internet.

5. Dalam hal jenis pelaporan merupakan kondisi darurat emergency, maka Direktur Jenderal wajib melakukan pemberkasan dalam waktu paling lambat 12

jam.

5. Apabila situs internet dimaksud merupakan situs bermuatan negatif, Direktur Jenderal menempatkan ke dalam Trust Positif dalam periode pemberkasan.

Pasal 17 (baru)

Tata Cara tindak lanjut dan pemberkasan laporan dari Kementerian/Lembaga, meliputi: 1. Direktur Jenderal memberikan peringatan melalui e-mail kepada Penyedia Situs untuk menyampaikan adanya muatan negatif 2. Dalam hal Penyedia Situs tidak mengindahkan peringatan sebagaimana butir 1 dalam waktu 2 x 24 jam, maka dilakukan pemberkasan. 3. Dalam hal tidak ada alamat komunikasi yang dapat dihubungi maka langsung dilakukan pemberkasan. 4. Melakukan kegiatan pemberkasan pelaporan yang meliputi:

a. Pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik

berikut penguraian pelaporan;

b. peninjauan ke situs internet yang dituju dan mengambil beberapa sampel

situs gambar (image) situs;

c. penampungan sampel gambar situs internet ke dalam berkas dan database

elektronik.

2. Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 5

hari kerja 1 x 24 jam 2 (dua) hari kerja sejak pelaporan diterima;

3. Apabila situs internet dimaksud merupakan situs bermuatan negatif:

Page 11: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

a. Direktur Jenderal melakukan komunikasi kepada Penyedia Situs

b. Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut ke dalam Trust+

Positif dalam periode pemberkasan;

c. Apabila merupakan kondisi darurat, Direktur Jenderal menempatkan alamat

situs tersebut dalam Trust Positif dalam periode 24 jam sejak laporan

diterima dan dilakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses

Internet.

d.

Page 12: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

Bagian Ketiga

Tata Cara Normalisasi

Pasal 17

(1) Pengelola situs atau masyarakat dapat mengajukan normalisasi atas

pemblokiran situs.

(2) Tata cara pelaporan normalisasi dilakukan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15.

(3) Dalam hal pelaporan berupa permintaan normalisasi pemblokiran situs,

Direktur Jenderal melakukan hal sebagai berikut:

a. Melakukan pemberkasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16;

b. Melakukan pengecekan dan pemantauan terhadap situs internet dimaksud;

c. Menghilangkan dari TRUST+Positif apabila situs internet dimaksud tidak termasuk situs internet muatan negatif;

d. melakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet atas

proses normalisasi tersebut.

e. Melakukan pemberitahuan (notifikasi) secara elektronik atas hasil penilaian kepada pelapor

Bagian Keempat

Tata Cara Kajian Internal

Pasal 18

Dalam hal pemantauan dan pengecekan pada situs global sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7, proses pemberkasannya mengikuti prosedur proses pemberkasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 poin 2.

Bagian Kelima

Penerimaan Laporan Kementerian/Lembaga Negara Terkait

Pasal 19

(1) Kementerian/Lembaga Negara terkait dapat menyampaikan laporan situs

internet muatan negatif sesuai dengan lingkup kewenangan

Kementerian/Lembaga;

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah melalui penilaian

di Kementerian/Lembaga terkait dimaksud dengan memuat alamat situs,

jenis muatan negatif, jenis pelanggaran dan keterangan;

(3) Laporan disampaikan oleh Pejabat berwenang kepada Menteri c.q. dengan tembusan Direktur Jenderal yang menangani bidang aplikasi informatika dan Direktorat Jenderal yang menangani bidang penyelenggaraan pos dan informatika, dengan dilampiri daftar alamat situs yang dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2);

Page 13: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

(4) Direktur Jenderal mengumumkan melalui situs yang telah disediakan atas

permintaan pemblokiran dari kementerian/lembaga sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

Page 14: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf

No. Jabatan Paraf

1. Sekjen Kominfo

2. Dirjen Aptika

3. Sesditjen Aptika

4. Direktur e-

Business

5. Kepala Biro Hukum dan KLN

6. Bagian Hukum DJ Aptika

BAB VIII KETENTUAN

PENUTUP

Pasal 20

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal :

2013

MENTERI KOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA,

TIFATUL SEMBIRING

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR

Page 15: RPM (Pemblokiran Website) tentang Pengendalian Situs Internet Bermuatan Negatif 8112013 santika serpong.pdf