RPK

13
LAPORAN PENDAHULUAN I. Pengertian Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan adalah reaksi yang ditampakan/ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor, dapat juga merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan setiap bermusuhan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Dari beberapa teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku kekerasan adalah seseorang melakukan tindakan yang berakibat tidak baik pada dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan. II. Proses Terjadinya Masalah A. Faktor Predisposisi Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural. 1. Faktor biologis

description

keperawatan

Transcript of RPK

LAPORAN PENDAHULUAN

I. PengertianKemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Perilaku kekerasan adalah reaksi yang ditampakan/ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor, dapat juga merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan setiap bermusuhan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Dari beberapa teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku kekerasan adalah seseorang melakukan tindakan yang berakibat tidak baik pada dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan.II. Proses Terjadinya MasalahA. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural.1. Faktor biologis

a. Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.b. Psycomatic theory (teori psikomatik)Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

2. Faktor psikologis

a. Frustasion aggresion theory (teori agresif frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

b. Behaviororal theory (teori perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Existential theory (teori eksistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.3. Faktro sosial kulturala. Social environment theory (teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.b. Social learning theory (teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.

B. Faktor Presipitasi

Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang dan lain-lain. Sedangkan stresor yang berasal dari luar adalah serangan fisik, kehilangan, kematian, lingkungan yang padat dan terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan juga dapat memicu terjadinya perilaku kekerasan.C. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement (pengalihan emosi yang semula ditujukkan kepada seseorang atau benda lainnya dan biasanya netral atau sedikit berbahaya untuk seseorang atau benda lainnya tersebut), sublimasi (penerimaan yang disetujui oleh masyarakat untuk mengganti sebuah sasaran untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal), proyeksi (menghubungkan pikiran seseorang atau impuls kepada orang lain), denial (menghindar atau menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengabaikan atau mengingkari realitas tersebut), dan reaksi formasi (pengembangan sikap dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang ia rasakan atau ia ingin lakukan.

D. Rentang ResponRentang Respon MarahRespon adaptifRespon Maladaptif

AsertifFrustasiPasifAgresifAmuk

Gambar 1 : Rentang Respon Marah (Stuart dan Sundeen)

1. Respon Adaptif.

a. Asertif

Adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.

b. Frustasi

Adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau menunda sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif.2. Respon transisi

Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya. Klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang mampu, rendah diri atau kurang menghargai dirinya.

3. Respon maladaptif

a. AgresifAdalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol. Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif agresif.

1) Pasif agresif

Adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendendam, bermuka asam, keras kepala, suka menghambat dan bermalas-malasan.

2) Aktif agresif

Adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras, cenderung menu0ntut secara terus menerus, bertingkah laku kasar disertai kekerasan.

b. AmukAdalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan. III. A. Pohon Masalah

Risiko Menciderai Diri, Orang Lain dan LingkunganAkibat

Perilaku Kekerasan Core problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Penyebab

Gambar 2 : Pohon Masalah Perilaku Kekerasan (Kelliat)B. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan:

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganb. Perilaku kekerasan / amuk

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah2. Data yang perlu dikaji:a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1). Data Subyektif :

a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Objektif :

a) Mata merah, wajah agak merah.b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.d) Merusak dan melempar barangbarang.

b. Perilaku kekerasan / amuk1). Data Subyektif :a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Obyektifa) Mata merah, wajah agak merah.b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.d) Merusak dan melempar barangbarang.c. Gangguan harga diri : harga diri rendah1). Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

2). Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.IV. Diagnosa Keperawatan

A. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk.B. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

V. Rencana Tindakan Keperawatan

A. Tujuan Umum: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasanB. Tujuan Khusus:1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.a. Tindakan:

1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

a. Tindakan:

1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan.

a. Tindakan :

1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

2) Observasi tanda perilaku kekerasan.3) Simpulkan bersama klien tandatanda jengkel/kesal yang dialami klien.4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

a. Tindakan:

1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

3) Tanyakan "Apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ?"5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

a. Tindakan:

1) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon thd kemarahan.

a. Tindakan :

1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

2) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal/kasur.

3) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung.4) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

a. Tindakan:

1) Bantu memilih cara yang paling tepat.2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.3) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.

a. Tindakan :

1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melaluit pertemuan keluarga.

2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

a. Tindakan:

1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).

2) Bantu klien mengpnakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

VI. Referensi Stuart GW, Sundeen. 2009. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (9 thed.). St.Louis : Mosby Year Book.Keliat, Budi Ana. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC.Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi `

1. Bandung: RSJP Bandung.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta : Fajar Inter Pratama.

Townsend, MC. 2010. Buku saku diagnosa keperawatan psikiatri. Edisi 5. Jakarta : EGC.