RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

149
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005 - 2025

description

Perda Kabupaten Bogor No 27 Tahun 2008 tentang RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005 - 2025

Transcript of RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

Page 1: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

TAHUN 2008 NOMOR 27

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2008

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005 - 2025

Page 2: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 1

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR : 27 TAHUN 2008 TANGGAL : 4 DESEMBER 2008

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005-2025

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

1. Kabupaten Bogor terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan

Propinsi Jawa Barat. Sejak saat itu, pembangunan daerah Kabupaten

Bogor mulai dilaksanakan oleh segenap pemangku kepentingan, baik

pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Setelah dua puluh tahun

pertama sejak pembentukannya, atau tepatnya dengan terbitnya

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

di Daerah, maka kabupaten/kotamadya di seluruh Indonesia, termasuk

Kabupaten Bogor mulai diberikan hak dan kewenangan sesuai dengan

prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Namun demikian,

selama dua puluh tahun pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan

daerah di bawah undang-undang tersebut hingga tahun 1990, mulai

muncul tuntutan dari daerah-daerah, agar diberikan kewenangan yang

luas, nyata dan bertanggungjawab, karena selama itu, pelaksanaan

otonomi daerah lebih merupakan kewajiban dari pada hak daerah untuk

mengurus dan mengatur rumah tangganya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah pusat menerbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan

Otonomi Daerah dengan Titik Berat pada Daerah Tingkat II. Uji coba

pelaksanaan otonomi dengan titik berat otonomi daerah pada Daerah

Tingkat II tersebut, dilaksanakan dengan menyerahkan sebagian besar

urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah

Daerah Tingkat I, kepada Pemerintah Daerah Tingkat II secara bertahap

dan berkelanjutan. Oleh karena itu, di beberapa Daerah Tingkat II

dilakukan uji-coba percontohan penyelenggaraan otonomi daerah,

Page 3: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 2

dengan mengutamakan penyerahan sebagian besar urusan pemerintahan

untuk diatur dan diselenggarakan sebagai urusan rumah tangganya. Hasil

penelitian dan penilaian oleh para ahli terhadap hasil uji-coba dimaksud

mengungkapkan bahwa daerah tingkat II sebagian besar mampu

mengurus dan mengatur rumah tangganya sesuai dengan kewenangan

yang telah diserahkan.

3. Seiring dengan bergulirnya era reformasi pada tahun 1998, yang

merupakan dampak dari krisis ekonomi nasional yang berkembang

menjadi krisis multidimensi, tuntutan untuk menyelenggarakan

pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka. Satu tahun

kemudian, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

yang telah disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2005, di dalamnya daerah diberikan hak dan kewenangan sesuai dengan

prinsip otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab serta berhak

mengatur seluruh kewenangannya, baik berupa urusan wajib maupun

urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4. Sejalan dengan terbitnya undang-undang di atas, pemerintah telah

menetapkan pula Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan

pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud

disusun oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dan

penyusunannya dilaksanakan secara berjangka, meliputi : (1) Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah disingkat dengan RPJP Daerah

untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan

arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan/atau

RPJP Provinsi; (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

disingkat dengan RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, yang

merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah, yang

penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan

memperhatikan RPJM Nasional dan/atau RPJM Provinsi; (3) Rencana

Kerja Pembangunan Daerah disingkat menjadi RKPD, yang merupakan

penjabaran dari RPJM Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang

Page 4: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 3

memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan

daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan

langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) dan/atau Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

Provinsi.

5. Untuk itu, RPJP Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2025 disusun

secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan fleksibel

berlandaskan prinsip kebersamaan, berkeadilan, dan berkelanjutan

dengan menjaga keseimbangan kemajuan, kesatuan nasional dan

berorientasi ke masa depan.

I.2. PENGERTIAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah dokumen

perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun,

yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada

RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Barat.

I.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, disusun dengan

maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah dan

masyarakat Kabupaten Bogor dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan

daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati

bersama.

Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJP) Daerah adalah :

1. Memberikan arah/pedoman yang jelas bagi pembangunan di Kabupaten

Bogor selama 20 (dua puluh) tahun;

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar SKPD,

antar pemerintahan, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi

pemerintahan;

3. Mendorong terciptanya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;

4. Mewujudkan rencana pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu

antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi Jawa Barat, dan

Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor.

Page 5: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 4

I.4. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

Daerah adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004;

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025;

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

18. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 20025;

Page 6: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 5

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2025.

I.5. SISTEMATIKA

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Tahun

2005–2025 disusun dalam sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, memuat uraian tentang latar belakang, pengertian,

maksud dan tujuan, landasan hukum, sistematika, kerangka pikir

serta proses penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Bogor Tahun

2005 - 2025;

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, memuat penjelasan umum

mengenai kondisi eksisting sampai dengan titik awal penyusunan

RPJP Daerah dalam setiap sektor pembangunan;

Bab III Analisis Isu-isu Strategis, memuat tentang isu-isu daerah yang

pada dasarnya adalah masalah/persoalan/agenda yang perlu dan

harus dikerjakan oleh Pemerintah Daerah selama 20 (dua puluh)

tahun ke depan;

Bab IV Visi dan Misi Pembangunan Daerah Tahun 2005 - 2025, memuat

visi pembangunan Kabupaten Bogor dan misi pembangunan yang

akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi tersebut;

Bab V Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Tahun 2005 - 2025, memuat upaya-upaya pencapaian visi dan misi

Kabupaten Bogor;

Bab VI Kaidah Pelaksanaan.

I.6. KERANGKA PIKIR RPJP DAERAH

Kabupaten Bogor sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Provinsi

Jawa Barat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia akan menghadapi hal

yang sama di masa-masa yang akan datang, dengan melihat fakta dan

kecenderungan yang ada, berbagai langkah harus ditempuh untuk tetap

menjamin terlaksananya pembangunan pada masa yang akan datang dengan

pencapaian tingkat kesejahteraan yang lebih baik, dan memiliki sinergi yang

kuat dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa

Barat yang pada gilirannya akan mendukung pada pencapaian Arah dan

Kebijakan Pembangunan Nasional yang dituangkan dalam Rencana

Page 7: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 6

Pembangunan Jangka Panjang Nasional serta untuk menjamin terlaksananya

pembangunan Kabupaten Bogor yang berkelanjutan.

Alur pikir penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah

dapat ditunjukkan melalui gambar diagram di bawah ini :

Gambar 1.1. : Alur Pikir Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Bogor

Tahun 2005 - 2025

Dari Gambar 1.1. di atas dapat ditunjukkan bahwa :

1. RPJP Daerah disusun berangkat dari kondisi umum daerah saat ini, yang

meliputi kondisi : sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi,

IPTEK, sarana dan prasarana, politik, ketentraman dan ketertiban

masyarakat, hukum, aparatur, tata ruang dan pengembangan wilayah,

sumber daya alam dan lingkungan hidup;

2. Berdasarkan kondisi umum saat ini, diprediksi kondisi yang diharapkan

pada tahun 2025, sekaligus menjadi tantangan untuk direalisasikan;

3. Modal Dasar adalah seluruh sumber kekuatan daerah, baik yang efektif

maupun potensial, yang dimiliki dan didayagunakan dalam pembangunan

daerah, meliputi sumber daya alam, jumlah penduduk, keanekaragaman

budaya dan kemudahan akses dari ibu kota negara Jakarta, kesemuanya

memenuhi prasyarat untuk mengoptimalkan pembangunan di Kabupaten

Bogor;

4. Untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan tersebut ditetapkanlah visi

dan misi rencana pembangunan jangka panjang daerah. Visi adalah

rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

perencanaan, sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-

upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi;

KONDISI SAAT INI ISU-ISU STRATEGIS

VISI 2005-2025

MISI 2005-2025

MODAL DASAR

DATA & INFORMASI SERTA RENCANA TATA RUANG

ARAH PEMBANGUNAN TAHAPAN DAN

PRIORITAS

Page 8: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 7

5. Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, isu-isu strategis, modal

dasar, visi dan misi, maka dirumuskan Arah Pembangunan Daerah, yaitu

strategi untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang daerah,

meliputi : (i) Arahan Umum Pembangunan Jangka Panjang, utamanya

memuat kaidah dan strategi pelayanan umum pemerintahan dan

pelayanan sosial dasar yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban

Pemerintahan Daerah, dan (ii) fungsi dan peran sub-wilayah

pembangunan di daerah yang mengacu pada data dan informasi serta

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

6. Arahan pembangunan di atas, kemudian dituangkan ke dalam rencana

pembangunan jangka panjang dan RTRW sehingga tercipta sinkronisasi

dan sinergi antara kebijakan pembangunan dan kebijakan penataan

ruang. Kebijakan pembangunan tersebut dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan prioritas pembangunan.

I.7. PROSES PENYUSUNAN

Proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penyiapan Rancangan RPJP Daerah, dilakukan untuk mendapat

gambaran awal dari visi, misi dan arah pembangunan daerah;

2. Konsultasi publik dan/atau penjaringan aspirasi masyarakat atas

Rancangan RPJP Daerah melalui media cetak (surat kabar) dan media

elektronik (radio, website Kabupaten Bogor), untuk mendapatkan saran,

tanggapan dan rekomendasi dari para pemangku kepentingan

(stakeholder);

3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jangka Panjang

Daerah, merupakan forum konsultasi dengan para pemangku

kepentingan pembangunan untuk membahas rancangan visi, misi dan

arah pembangunan daerah serta untuk mendapatkan komitmen dari

seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap penyempurnaan

Rancangan RPJP Daerah;

4. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP Daerah, dengan bahan masukan

utama dari hasil kesepakatan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka

Panjang Daerah;

5. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah beserta lampirannya

disampaikan kepada DPRD sebagai inisiatif Pemerintah Daerah untuk

diproses lebih lanjut menjadi Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah;

Page 9: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

I - 8

6. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJPD, di bawah koordinasi Kepala

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.

Diagram proses penyusunan RPJP Daerah disajikan sebagaimana gambar

berikut ini :

Gambar 1.2. : Diagram Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

RANCANGAN VISI DAN MISI

SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

EKONOMI IPTEK SARANA DAN

PRASARANA POLITIK KETENTRAMAN

DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

HUKUM APARATUR TATARUANG DAN

PENGEMBANGAN WILAYAH

SUMBER DAYA ALAM DAN LH

SARAN,

TANGGAPAN,

REKOMENDASI

STAKEHOLDERS

RUMUSAN HASIL

KESEPAKATAN DAN KOMITMEN

RANCANGAN RPJPD

MERUMUSKAN

GAMBARAN AWAL

VISI

MISI

ARAH PEMBANGUNAN

RANCANGAN ARAH PEMBANGUNAN

RENCANA TATA RUANG

KONSULTASI

PUBLIK, DAN

JARING ASMARA

MUSRENBANG

JANGKA

PANJANG

DAERAH

RANCANGAN

AKHIR

RPJPD

VISI

MISI ARAH PEMBANGUNAN :

- ARAHAN UMUM - ARAHAN

MENURUT RTRW

PENETAPAN

PERDA

TENTANG

RPJPD

PERATURAN

DAERAH

TENTANG RPJPD

KONDISI UMUM DAERAH & PREDIKSI TANTANGAN

Page 10: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 1

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan di berbagai bidang kehidupan

masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama,

ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sarana dan prasarana, politik,

ketentraman dan ketertiban masyarakat, hukum, aparatur, tata ruang dan

pengembangan wilayah, serta sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup,

yang selama ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor telah

mencapai kemajuan. Meskipun demikian, masih banyak masalah/persoalan/

agenda yang perlu diselesaikan untuk 20 (dua puluh) tahun ke depan dengan

memperhatikan modal dasar yang dimiliki.

II.1. KONDISI FISIK WILAYAH

1. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18”0” – 6º47”10”

Lintang Selatan dan 106º 23”45” - 107º 13”30’ Bujur Timur, yang

berdekatan dengan Ibukota Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa

dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup tinggi,

memiliki luas ± 298.838,304 Ha, dengan batasan wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara : Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten),

Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok;

- Sebelah Barat : Kabupaten Lebak (Provinsi Banten);

- Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur

dan Kabupaten Purwakarta;

- Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur;

- BagianTengah : Kota Bogor.

2. Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 desa dan 17

kelurahan (428 desa/kelurahan), 3.639 RW dan 14.403 RT yang

tercakup dalam 40 kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40

tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran

5 (lima) Kecamatan di tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng

(pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan Tanjungsari

(pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran

dari Kecamatan Cijeruk), Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari

Page 11: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 2

Kecamatan Bojonggede) dan Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari

Kecamatan Ciampea). Selain itu, pada akhir tahun 2006 telah dibentuk

pula sebuah desa baru, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran

dari Desa Curug Kecamatan Jasinga.

3. Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi

wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian

Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, sehingga membentuk

bentangan lereng yang menghadap ke utara, dengan klasifikasi

keadaan morfologi wilayah serta prosentasenya sebagai berikut :

a. Dataran rendah (15 - 100 m dpl) sekitar 29,28 %, merupakan

kategori ekologi hilir;

b. Dataran bergelombang (100 - 500 m dpl) sekitar 42,62 %,

merupakan kategori ekologi tengah;

c. Pegunungan (500 – 1.000 m dpl) sekitar 19,53 %, merupakan

kategori ekologi hulu;

d. Pegunungan tinggi (1.000 – 2.000 m dpl) sekitar 8,43 %, merupakan

kategori ekologi hulu;

e. Puncak-puncak gunung (2.000 – 2.500 m dpl) sekitar 0,22 %,

merupakan kategori ekologi hulu;

4. Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di

bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata

curah hujan tahunan 2.500 – 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah

bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari

2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah

20° - 30°C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C. Kelembaban udara

70 %. Kecepatan angin cukup rendah, dengan rata – rata 1,2 m/detik

dengan evaporasi di daerah terbuka rata – rata sebesar 146,2 mm/

bulan.

5. Secara umum wilayah Bogor terbentuk oleh batuan vulkanik yang

bersifat piroklastik, yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua

gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tufaan/

kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal).

Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh

tanah, pasir, dan kerikil hasil dari pelapukan endapan. Bahan induk

geologi tersebut menghasilkan tanah – tanah yang relatif subur.

Page 12: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 3

6. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur untuk

kegiatan pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Jenis tanah di

Kabupaten Bogor terdiri dari 22 jenis, dengan prosentase terbesar

adalah Asosiasi Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit

Air Tanah sebesar 20,20 % (60.439,627 Ha). Sedangkan jenis tanah

lainnya adalah sebagai berikut : Andosol Coklat Kekuningan (1 %);

Asosiasi Aluvial Coklat Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan (4,71 %);

Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat (3,22 %); Asosiasi Latosol

Coklat dan Latosol Kekuningan (3,83 %); Asosiasi Latosol Coklat dan

Regosol Kelabu (5,89 %); Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol

Coklat (8,78 %); Asosiasi Podsolik Kuning dan Hidromorf Kelabu (0,34%);

Asosiasi Podsolik Kuning dan Regosol (0,30 %); Kompleks Grumusol,

Regosol dan Mediteran (5,81 %); Kompleks Latosol Merah Kekuningan,

Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol (6,71 %); Kompleks Latosol Merah

Kekuningan, Latosol Coklat, Podsolik Merah Kekuningan (5,61 %);

Kompleks Podsolik Merah Kekuningan, Podsolik Kuning dan Regosol

(2,84 %); Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol (1,69 %); Kompleks

Resina, Litosol Batu Kapur dan Brown Forest Soil (0,89 %); Latosol

Coklat (7,62 %); Latosol Coklat Kekuningan (1,91 %); Latosol Coklat

Kemerahan (0,001 %); Latosol Coklat Tua Kemerahan (6,32 %); Podsolik

Kuning (1,57 %); Podsolik Merah (2,07 %) dan Podsolik Merah

Kekuningan (7,54 %).

7. Di wilayah Kabupaten Bogor terdapat 6 (enam) Daerah Aliran Sungai

(DAS) yang posisinya membentang dan mengalir dari daerah

pegunungan di bagian Selatan ke arah Utara, yaitu : DAS Cidurian, DAS

Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Kali Bekasi dan DAS

Citarum Hilir. Sungai-sungai pada masing-masing DAS tersebut

mempunyai fungsi dan peranan yang sangat strategis yaitu sebagai

sumber air untuk irigasi, rumah tangga dan industri serta berfungsi

sebagai drainase utama wilayah. Di samping itu, di Kabupaten Bogor

terdapat danau atau situ-situ sebanyak 93 buah dengan luas 496,28 Ha

dan terdapat juga sejumlah mata air. Situ-situ dimaksud berfungsi

sebagai reservoar atau tempat peresapan air dan beberapa diantaranya

dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau tempat rekreasi, budidaya

perikanan dan irigasi untuk pertanian.

Page 13: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 4

Dengan kondisi ekologi dan morfologi tersebut di atas, sebagian besar

wilayah Kabupaten Bogor berfungsi lindung (non budidaya dan

budidaya terbatas), sehingga wilayah yang dapat digunakan untuk

kegiatan budidaya terbatas yakni hanya wilayah dataran rendah bagian

utara.

Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa

dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan

penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari

andesit, tufa, dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam

sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan

air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan

terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang

tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material

vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain :

Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Dengan demikian,

beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.

II.2. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

1. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 menurut hasil

Sensus Daerah (SUSDA) sebanyak 4.215.585 jiwa dan pada tahun 2007

telah mencapai 4.237.962 jiwa (penyempurnaan hasil SUSDA melalui

coklit, 2007) atau 10,32 % dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat

(40.737.594 jiwa). Berarti dalam lingkup Propinsi Jawa Barat, jumlah

penduduk tersebut menempati urutan kedua setelah Kabupaten

Bandung (4.399.128 jiwa). Laju pertumbuhan penduduk (LPP)

Kabupaten Bogor tahun 2006-2007 adalah 0,53 %, lebih rendah

dibandingkan dengan LPP tahun 2005-2006 yang mencapai 2,79 %.

Sementara LPP selama periode 2000-2007, rata-rata mencapai 4 %

atau masih berada di atas 2 % per tahun. Kondisi ini disebabkan oleh

tingginya laju pertumbuhan alami dan migrasi masuk ke Kabupaten

Bogor.

2. Upaya Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mengendalikan

perkembangan jumlah penduduk tersebut, diantaranya dengan

peningkatan pelayanan Keluarga Berencana (KB). Untuk program KB,

selama tahun 2006 pelayanan Keluarga Berencana telah menjangkau

Page 14: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 5

peserta KB Aktif sebanyak 525.657 PUS atau 72,92 % dari jumlah

Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Bogor yang mencapai

720.882 PUS. Dari proporsi 72,92 % tersebut, sebanyak 20,35 %

(106.958 PUS) merupakan Keluarga Miskin, yang telah difasilitasi

untuk mendapatkan alat kontrasepsi secara gratis.

3. Jumlah penduduk sebanyak 4.237.962 jiwa di atas, terdiri dari

penduduk Laki-laki sebanyak 2.178.831 jiwa dan penduduk

Perempuan sebanyak 2.059.131 jiwa atau rasio jenis kelamin (sex

ratio) 105, artinya penduduk Laki-laki lebih banyak daripada

penduduk Perempuan. Sementara itu, komposisi umur penduduk

Kabupaten Bogor pada tahun 2007, yaitu usia 0-14 tahun sebanyak

1.209.386 jiwa, usia 15-64 tahun sebanyak 2.871.380 jiwa, dan usia

65 tahun ke atas sebanyak 157.196 jiwa. Dari komposisi umur

tersebut, maka angka beban ketergantungan (dependency ratio)

mencapai 47,59 yang berarti di antara 100 orang penduduk usia

produktif menanggung sebanyak 48 orang penduduk usia non

produktif.

4. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor rata-rata 1.417 jiwa/

km², sementara tingkat kepadatan terendah adalah 306 jiwa/km²,

terdapat di kecamatan Tanjungsari dan tingkat kepadatan tinggi yaitu

7.854 jiwa/km², terdapat di kecamatan Ciomas. Data ini

menunjukkan bahwa pada wilayah perkotaan tingkat kepadatannya

lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan, terutama yang

berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Kota Bogor.

5. Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut serta diakui oleh

negara, yaitu yang beragama Islam sebanyak 4.142.969 orang

(97,76%), Kristen Katholik sebanyak 25.357 orang (0,60 %), Kristen

Protestan sebanyak 45.957 orang (1,08 %), Hindu sebanyak 2.181

orang (0,05 %), Budha sebanyak 14.125 orang (0,33 %), Kong Hu Chu

sebanyak 6.643 orang (0,16 %) dan agama lainnya sebanyak 730 orang

(0,02%).

6. Kualitas kehidupan beragama di Kabupaten Bogor menunjukkan

adanya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama

masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat. Kondisi tersebut

menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif baik antara

Page 15: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 6

sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama. Intensitas

komunikasi antara sesama alim ulama, tokoh agama dan pemerintah

baik intern maupun antar umat beragama, berjalan dengan harmonis

melalui dialog-dialog, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat

maupun difasilitasi oleh pemerintah. Namun demikian, pada tahun

terakhir ini mulai muncul aliran tertentu yang mengaku pembawa

ajaran agama baru, tetapi sesungguhnya adalah aliran sesat yang

bertentangan dengan keyakinan agama yang dianut oleh masyarakat

Kabupaten Bogor dan Indonesia.

7. Kualitas SDM menjadi semakin baik, yang antara lain ditandai dengan

meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten

Bogor yang telah dicapai pada tahun 2007 yaitu 70,18 poin. Hal ini

menunjukan adanya peningkatan sebesar 0,73 poin dari tahun 2006

yang mencapai 69,45 poin. Secara rinci nilai tersebut merupakan

kontribusi dari komponen pembentuknya, terdiri dari Angka Harapan

Hidup (67,58 tahun), Angka Melek Huruf (95,78 %), Rata-rata Lama

Sekolah (7,11 tahun) dan Kemampuan Daya Beli Masyarakat

(purchasing power parity) sebesar Rp.559.300,-/kapita/bulan.

8. Indeks Pendidikan (IP) Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebesar

79,65 mengalami peningkatan sebesar 1,46 poin dibandingkan tahun

2006 yang mencapai angka 78,19 dan masih lebih rendah dari realisasi

Indeks Pendidikan Jawa Barat tahun 2006 yang mencapai angka

sebesar 80,61. Indeks Pendidikan dihitung berdasarkan Angka Melek

Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS).

AMH di Kabupaten Bogor telah mencapai 95,78 % pada tahun 2007,

atau terdapat kenaikan sebesar 1,50 % dibandingkan dengan AMH

tahun 2006 (94,28 %). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat

4,22 % penduduk Kabupaten Bogor yang berumur 15 tahun ke atas

yang belum bebas dari tiga buta, yakni buta huruf, buta bahasa

Indonesia dan buta pengetahuan dasar.

Sementara RLS tahun 2007 sebesar 7,11 tahun, yang berarti penduduk

Kabupaten Bogor secara rata-rata telah tamat SD, tetapi belum tamat

SMP atau belum mencapai rata-rata wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun. Masih rendahnya RLS Kabupaten Bogor sangat

dipengaruhi oleh angka partisipasi sekolah, baik Angka Partisipasi

Kasar (APK) maupun Angka Partisipasi Murni (APM) terutama pada

Page 16: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 7

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 2007 APK SD/MI

sebesar 123,02 %, SMP/MTs sebesar 84,33 %, SMA/SMK/MA sebesar

37,66 %. Untuk APM SD/MI telah mencapai 98,91 %, sedangkan APM

SMP/MTs baru mencapai 72,72 % dan APM SMA/SMK/ MA sebesar

30,18%.

9. Indeks Kesehatan (IK) sebagai salah satu komponen dalam

perhitungan IPM, pada tahun 2007 mencapai 70,97 mengalami

peningkatan sebesar 0,64 poin dibandingkan tahun 2006 yang

mencapai 70,33. Dengan demikian secara umum kondisi kesehatan

masyarakat dan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bogor

terus mengalami peningkatan, ditandai dengan meningkatnya Angka

Harapan Hidup (AHH) dari 67,20 tahun pada tahun 2006 menjadi

67,58 tahun pada tahun 2007. Angka Kematian Bayi (per 1000

kelahiran) menurun dari 42,42 pada tahun 2005 menjadi 41,82 pada

tahun 2006, Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 307 per 100 ribu

kelahiran serta menurunnya angka gizi kurang pada balita dari 11,70%

(50.499 balita) tahun 2006 menjadi 11,67 % (48.951 balita) tahun 2007

dan balita gizi buruk dari 5.934 balita menjadi 5.040 balita.

Meskipun mengalami peningkatan, tetapi kondisi derajat kesehatan

masyarakat belum memenuhi harapan. Oleh karena itu, dilakukan

upaya-upaya pembangunan bidang kesehatan melalui peningkatan

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pengembangan

peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Upaya peningkatan

akses terhadap pelayanan kesehatan dasar dilakukan melalui : (1)

pembangunan sarana kesehatan khususnya di tingkat desa,

peningkatan status puskesmas menjadi puskesmas dengan tempat

perawatan (DTP); (2) penambahan puskesmas keliling dan ambulans;

(3) pengembangan puskesmas mampu PONED (Pelayanan Obstetri,

Neonatal, Emergensi Dasar) dan klinik gizi. Sedangkan peningkatan

akses terhadap pelayanan kesehatan rujukan dilakukan melalui : (1)

peningkatan kualitas pelayanan di RS Pemda (RS Ciawi dan RS

Cibinong) yaitu dengan peningkatan akreditasi pelayanan; (2)

memfasilitasi penyediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan oleh RS

Swasta, dimana jumlah RS Swasta mengalami peningkatan dari 5

menjadi 8 RS; (3) meningkatkan kerjasama pelayanan kesehatan

rujukan dengan RS Swasta khususnya untuk pelayanan bagi GAKIN.

Page 17: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 8

Sedangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat antara lain melalui :

program desa siaga, poskesdes, poskestren, serta bentuk UKBM

(Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) lainnya. Selain itu,

pemerintah juga mengembangkan asuransi/jaminan sosial bagi

masyarakat miskin dalam bentuk program Askeskin/Jamkesmas,

sedangkan untuk pembiayaan/jaminan kesehatan yang berbasis

masyarakat dikembangkan melalui Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin),

Dana Sosial Bersalin (Dasolin) maupun bentuk dana sehat lainnya.

10. Indeks Daya beli masyarakat Kabupaten Bogor pada tahun 2007

sebesar 59,92 poin dengan tingkat kemampuan daya beli sebesar

Rp.559.300,- atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun

2006 yang mencapai 59,82 poin dengan tingkat kemampuan daya beli

sebesar Rp. 558.870,-

11. Pemberdayaan terhadap perempuan dan anak memiliki peran

strategis dalam upaya meningkatkan harkat, derajat dan martabat

masyarakat secara keseluruhan. Walaupun terjadi peningkatan,

namun dari sisi kuantitas dan kualitas peran perempuan di segala

bidang masih belum optimal. Dalam kurun waktu sampai dengan

tahun 2006 telah dilakukan beberapa usaha perlindungan terutama

berkaitan dengan perlindungan atas hak-hak dasar kesetaraan antara

kaum perempuan dan laki-laki, yang pada akhirnya mendorong

kesadaran individual dan kolektif masyarakat untuk mencegah dan

menghentikan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga serta

trafficking dan eksploitasi kaum perempuan. Namun demikian, di

Kabupaten Bogor upaya pengarusutamaan gender ini belum

sepenuhnya dapat diaktualisasikan. Hal ini terlihat dari implementasi

dan hasil kegiatan yang belum optimal dan pemahaman gender yang

belum merata baik di pemerintahan, legislatif, swasta, LSM,

perguruan tinggi maupun masyarakat. Pemberdayaan dan

perlindungan anak bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah

saja melainkan juga menjadi tanggung jawab instansi sosial, lembaga-

lembaga swadaya masyarakat dan seluruh elemen masyarakat

terutama orang tua. Anak sebagai generasi penerus memiliki hak

asuh, kasih sayang, pendidikan, dan perlindungan serta kelangsungan

hidupnya.

Page 18: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 9

12. Permasalahan yang berkenaan dengan kondisi pemberdayaan

perempuan dan penanggulangan masalah sosial, yaitu : (1) masih

kurangnya pemahaman di semua kalangan akan konsep dan

kesetaraan gender; (2) masih adanya tindak kekerasan terhadap

perempuan, perdagangan dan eksploitasi perempuan; (3) belum

optimalnya fasilitasi dan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar

bagi perempuan lansia, perempuan penyandang cacat dan Wanita

Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) lainnya; (4) masih tingginya jumlah

fakir miskin yaitu 234.836 KK, WRSE 8.318 orang, penyandang cacat

3.702 orang, anak jalanan 207 orang, anak terlantar 4.814 orang dan

lansia terlantar 3.757 orang; (5) masih tingginya jumlah gelandangan,

pengemis, mantan narapidana, maupun WTS; (6) Belum optimalnya

pembinaan dan fasilitasi oleh pekerja sosial masyarakat, saat ini

berjumlah 1.312 orang, orsos/yayasan 244 buah, panti asuhan anak 35

buah, panti wredha 2 buah dan panti rehabilitasi 3 buah.

13. Masalah kepemudaan berkaitan dengan masih rendahnya kualitas,

integritas dan karakter sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena

itu, pemuda sebagai tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa,

harus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya, mulai dari

tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatannya.

Berdasarkan data penyempurnaan hasil SUSDA melalui coklit tahun

2007, jumlah penduduk usia 15 – 34 tahun di Kabupaten Bogor adalah

1.668.048 jiwa atau 39,36 % dari jumlah penduduk. Minimnya

ketersediaan fasilitas dan pusat-pusat aktifitas kepemudaan sehingga

dinamika organisasi kepemudaan kurang berkembang. Kondisi ini

berdampak terhadap peran pemuda dalam mengisi pembangunan

belum optimal.

14. Di bidang olah raga, atlet-atlet Kabupaten Bogor cukup

membanggakan karena telah berprestasi baik di tingkat daerah

(provinsi), nasional maupun internasional. Meskipun demikian,

Kabupaten Bogor belum memiliki sarana olah raga terpadu yang

memadai.

15. Pembangunan kebudayaan di Kabupaten Bogor ditujukan untuk

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta

mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-

Page 19: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 10

tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya

global. Pengembangan seni dan budaya di Kabupaten Bogor

diselenggarakan secara terintegrasi dengan pembangunan

kepariwisataan. Pada tahun 2007 telah dilakukan berbagai macam

kegiatan untuk melestarikan dan mengaktualisasikan adat budaya

daerah sebagai upaya mengelola kekayaan dan keragaman budaya

serta mempromosikan, menjalin kemitraan dan mengembangkan

destinasi pariwisata di Kabupaten Bogor.

II.3. EKONOMI

1. PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007

mencapai Rp. 51,83 triliun, lebih besar dari pada tahun 2006 yaitu

sebesar Rp. 44,79 triliun. Demikian juga dengan nilai PDRB

berdasarkan harga konstan, yaitu semula sebesar Rp. 26,55 triliun

pada tahun 2006, kemudian naik menjadi Rp. 28,15 triliun pada tahun

2007. Sedangkan pendapatan per kapita menurut PDRB harga berlaku,

pada tahun 2007 sebesar Rp. 12.230.072,-/kapita/tahun, sedangkan

menurut PDRB harga konstan, sebesar Rp. 6.642.355,-/kapita/tahun.

2. Selama lima tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan pada setiap tahun, yaitu

semula LPE adalah 4,81 % pada tahun 2003, kemudian secara

berurutan meningkat menjadi 5,56 % pada tahun 2004, dan 5,85 %

pada tahun 2005 serta 5,95 % pada tahun 2006, dan terakhir mencapai

6,04 % pada tahun 2007. Kondisi ini mengungkapkan bahwa telah

terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakan selama lima

tahun terakhir di wilayah Kabupaten Bogor, dengan kontribusi

terbesarnya berasal dari sektor sekunder. Kondisi struktur ekonomi

Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 2003 - 2007, bila dilihat

berdasarkan nilai PDRB harga berlaku, maka kelompok sektor

sekunder (industri manufaktur, listrik, gas dan air serta bangunan)

memberikan kontribusi terbesar, yaitu rata-rata sebesar 70,01 %,

kemudian sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran,

pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaaan dan jasa

perusahaan, jasa-jasa lainnya) dengan rata-rata sebesar 23,40 % dan

kontribusi terkecil adalah dari sektor primer (pertanian dan

pertambangan), yaitu rata-rata hanya 6,04 % dari total PDRB

Page 20: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 11

Kabupaten Bogor dan kontribusi dari sektor primer ini menunjukan

kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

3. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pasca krisis tahun 1997

menunjukkan kecenderungan meningkat, yang dikontribusikan oleh

tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Namun

demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan masih tingginya

jumlah pengangguran dan penduduk miskin.

4. Jumlah penduduk dalam usia kerja (10-64 tahun) pada tahun 2007

berjumlah 3.334.930 orang, terdiri dari penduduk usia kerja 10-14

tahun sebanyak 463.550 orang dan penduduk usia kerja 15-64 tahun

sebanyak 2.871.380 orang. Dari penduduk usia kerja 10-14 tahun,

terdapat 6.489 orang atau 1,4 %, yang telah bekerja atau disebut

sebagai pekerja anak. Sementara itu, pada penduduk usia kerja 15-64

tahun yang telah bekerja sebanyak 1.214.942 orang atau 42,31 %,

yang tidak/belum bekerja, seperti mahasiswa/pelajar, ibu rumah

tangga dan lainnya sebanyak 346.055 orang (12,05 %) dan yang sedang

mencari kerja/pengangguran terbuka berjumlah 459.167 orang

(15,99%). Sedang sisanya (29,65 %) merupakan pengangguran

terselubung.

5. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan mata pencaharian/

profesi, terdiri dari PNS sebanyak 52.923 orang (4,36 %), TNI/Polri

sebanyak 11.328 orang (0,93 %), karyawan/pegawai swasta sebanyak

327.350 orang (26,95 %), wiraswasta/pengusaha sebanyak 361.463

orang (29,75 %), petani sebanyak 71.010 orang (5,85 %), peternak

sebanyak 1.211 orang (0,10 %), jasa sebanyak 56.354 orang (4,64 %),

buruh sebanyak 325.718 orang (26,81 %) dan profesi lainnya sebanyak

7.489 orang (0,62 %). Sementara itu, jumlah penduduk yang berumur

15 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan yang telah ditamatkan,

yaitu tamat SD/sederajat sebanyak 1.810.208 orang (47,28 %),

SLTP/sederajat sebanyak 1.319.564 orang (34,47 %), SLTA/sederajat

sebanyak 549.871 orang (14,36 %), Diploma I/II sebanyak 30.618

orang (0,80 %), Diploma III/Sarjana Muda sebanyak 31.018 orang

(0,81%), Diploma IV/Sarjana (S-1) sebanyak 62.241 orang (1,63 %),

Page 21: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 12

Pasca Sarjana/Magister (S-2) sebanyak 23.388 orang (0,61 %) dan

Pasca Sarjana/Doktor (S-3) sebanyak 1.432 orang (0,04 %).

6. Pada tahun 2006, jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor

masih relatif tinggi, yaitu mencapai 193.244 orang atau proporsinya

sebesar 11,73 % dari total angkatan kerja sebanyak 1.646.811 orang

(Suseda Jabar 2006). Jika dirinci berdasarkan jenis kelamin, maka

tingkat pengangguran terbuka untuk laki-laki sebanyak 113.364 orang

(6,88 %) dan perempuan sebanyak 79.880 orang (4,85 %). Bila

dibandingkan dengan tahun 2005 (204.858 orang), angka tersebut

sedikit mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2007 mengalami

kenaikan menjadi 459.167 orang atau 15,99 %. Tingginya jumlah

pengangguran ini disebabkan oleh rendahnya peluang dan kesempatan

kerja yang bisa dimasuki oleh tenaga kerja yang ada di wilayah

Kabupaten Bogor.

7. Tingkat pengangguran terbuka di atas, bilamana dilihat berdasarkan

latar belakang pendidikannya, maka komposisinya terdiri dari tamat

SD/sederajat sebanyak 282.137 orang (9,82 %), tamat SLTP/sederajat

sebanyak 12.209 orang (0.43 %), SLTA/sederajat sebanyak 14.431

orang (0,5 %), Diploma I/II sebanyak 26.130 orang (0,91 %), Diploma

III/Sarjana Muda sebanyak 10.698 orang (0,37 %), Diploma IV/Sarjana

(S-1) sebanyak 450 orang (0,02 %). Alasan-alasan yang dikemukakan

berkenaan pengangguran terbuka tersebut diantaranya adalah :

sedang mencari kerja/melamar, sementara belum/tidak bekerja,

merasa tidak akan memperoleh pekerjaan, merasa sudah cukup dan

tidak ingin mencari kerja, dan alasan lainnya.

8. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2006

tercatat sebanyak 1.157.391 jiwa, atau 27,46 % dari jumlah total

penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 yang berjumlah

4.215.585 jiwa. Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin turun

menjadi 1.017.879 jiwa, atau mencapai proporsi sebesar 24,02 % dari

jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 4.237.962 jiwa. Data ini

diperoleh berdasarkan 14 indikator yang lazim digunakan oleh BPS

untuk menentukan keluarga miskin yang akan menerima Bantuan

Langsung Tunai/Subsidi Langsung Tunai (BLT/SLT) serta datanya telah

dilakukan “cross check” dengan keluarga miskin yang telah

Page 22: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 13

memanfaatkan Askeskin maupun penerima Raskin di Kabupaten

Bogor. Kondisi ini sejalan dengan situasi yang berlangsung di tingkat

nasional, dimana jumlah penduduk miskin mengalami penurunan pada

tahun 2007 ini, dibandingkan dengan tahun 2006 dan tahun

sebelumnya. Jumlah penduduk miskin yang mencapai sekitar 24,02 %

dari total penduduk tersebut di atas, berpotensi menimbulkan

masalah PMKS, kesehatan, gangguan keamanan, prostitusi dan gizi

buruk, sehingga membutuhkan penanganan secara terpadu dan

berkesinambungan.

9. Selama periode 2003 - 2007, Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor

mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, baik dilihat

dari sisi target maupun realisasi. Dari sisi target, kenaikan

pendapatan daerah secara rata-rata mencapai 15,59 %, tetapi dari sisi

realisasi rata-rata kenaikannya mencapai 17,85 %. Pada tahun 2007,

Pendapatan Daerah telah mencapai sebesar Rp.1.624.534.357.430,-.

Komponen Pendapatan Daerah yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap realisasi Pendapatan Daerah tersebut, yaitu berasal dari

Dana Perimbangan sebesar 73,57 %, kemudian dikontribusikan oleh

Pendapatan Asli Daerah sebesar 17,22 % dan Lain-Lain Pendapatan

Asli Daerah yang Sah sebesar 9,21 %. Kondisi ini mengungkapkan

bahwa penerimaan Pendapatan Daerah untuk Kabupaten Bogor sangat

dipengaruhi oleh penerimaan dari pemerintah pusat, sementara dari

PAD belum mencapai rasio kecukupan penerimaan sebesar 20 % dari

total pendapatan daerah.

10. Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor periode 2003 - 2007

setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, baik dilihat dari sisi

rencana maupun realisasinya. Dari sisi rencana, kenaikan belanja

daerah rata-rata mencapai 17,06 %, sedangkan dari sisi realisasi

kenaikan rata-ratanya sebesar 16,80 %. Realisasi belanja daerah pada

tahun 2007 mencapai Rp.1.481.781.846.228,- yang terdiri dari belanja

tidak langsung sebesar Rp. 753.676.571.799,- (50,86 %) dan belanja

langsung mencapai Rp. 728.105.274.429,- (49,14 %).

11. Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari pertanian pangan, sayuran

dan hortikultura dan perkebunan. Tanaman pangan padi menyebar

hampir di semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda.

Page 23: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 14

Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana

sudah tersedia irigasi, seperti di Rumpin, Cigudeg, Sukajaya,

Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur

dan Cariu dan lainnya (nilai LQ lebih dari 1). Tanaman padi gogo

menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan terbatas.

Produktivitas tanaman padi sawah adalah berkisar 4 - 5 ton per Ha,

sedangkan produktivitas padi gogo 2 – 3 ton per Ha. Produktivitas ini

sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi

lingkungan, seperti menekan bahaya banjir, dan lain-lain dan

perbaikan manajemen usaha tani seperti pemberian pupuk tepat dosis

dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana seperti

pembangunan pasar, gilingan padi, dan seterusnya.

Kendala penting tanaman padi sawah lainnya adalah luasan padi

sawah rata-rata adalah 2.500 m²/keluarga. Dengan luasan

kepemilikan yang rendah ini maka penciptaan usaha selain bertani

sawah harus dilakukan terutama dari perikanan atau peternakan.

Daerah pertanian hortikultur seperti sayuran dan buah juga menyebar

pada hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu

hanya menyebar pada wilayah tertentu. Tanaman jagung menyebar

di kecamatan Dramaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi,

Klapanunggal, Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan

Rumpin. Sedangkan tanaman kedelai menyebar hanya di Tamansari,

Kemang, Rancabungur dan Megamendung. Situasi yang sama juga

terjadi pada sayuran dan buah. Daerah sayuran mendominasi

terbatas pada beberapa kecamatan seperti Cisarua, Dramaga,

Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal dari Tanjungsari,

Mekarsari, Jasinga, Tajurhalang, dan lain-lain. Kendala utama dalam

komoditas lahan kering (semusim dan tahunan) adalah masih

rendahnya produktivitas yang terkait dengan manajemen usaha tani,

dan pemasaran. Khususnya untuk tanaman buah, sebenarnya ada

varietas lokal yang sudah dikenal tetapi produksi masih rendah.

Upaya pengembangan komoditas bersifat lokal perlu dilakukan.

Tanaman perkebunan relatif terbatas di Kabupaten Bogor, tetapi ada

daerah utama perkebunan penyebaran untuk teh di Ciawi, karet di

Tanjungsari, dan kelapa sawit di Kecamatan Leuwiliang,

Page 24: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 15

Leuwisadeng, Pamijahan, dan Rumpin. Tanaman perkebunan ini

secara keseluruhan terdapat pada lahan yang berkategori kelas 3

dengan kendala utama pada kelerengan, sehingga degradasi lahan

melalui proses erosi dan penurunan kesuburan menjadi kendala

utama. Dari sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk

tanaman perkebunan relatif terbatas (total sekitar 27.000 hektar),

sehingga bentuk usaha skala besar tidak dianjurkan, tetapi ke bentuk

usaha perkebunan skala kecil dan bekerjasama dengan usaha yang

sudah besar.

12. Kabupaten Bogor memiliki potensi yang cukup besar di bidang

peternakan. Perkembangan populasi ruminansia dan unggas pada

umumnya meningkat setiap tahun, terutama berkembang di Bogor

Barat dan Bogor Timur, yang didukung oleh sumber daya alamnya

sebagai daerah pertanian yang sangat sesuai untuk berkembangnya

kegiatan usaha peternakan, terutama dipandang dari segi

ketersediaan pakan, dimana kegiatan usaha tersebut merupakan

kegiatan yang saling bersinergi.

Perkembangan usaha peternakan di Kabupaten Bogor sangat ditunjang

oleh lokasi yang strategis sebagai daerah yang berbatasan dengan ibu

kota negara. Berkembangnya industri hulu dan hilir di bidang

peternakan serta keberadaan Perguruan Tinggi dan Lembaga

Penelitian di Kabupaten Bogor sebagai sumber informasi dan teknologi

berpengaruh besar pada perilaku usaha peternak. Hal tersebut di atas

dapat merupakan suatu pendorong bagi calon investor untuk

membuka usaha peternakan di Kabupaten Bogor.

Kenyataan di atas didukung oleh data meningkatnya produksi

peternakan berupa daging, telur dan susu. Pada kurun waktu 5 tahun

(2000 - 2005) rata-rata peningkatan per tahun untuk daging sebesar

9,25 %, telur sebesar 1,01 % dan susu sebesar 5,90 %.

Dibalik potensi yang mendukung usaha peternakan di Kabupaten

Bogor, terdapat ancaman yang harus diwaspadai yaitu adanya

penyakit hewan menular seperti penyakit anthrax dan AI (Avian

Influenza) yang dapat mempengaruhi upaya peningkatan produksi.

Disamping itu kewaspadaan terhadap upaya-upaya pemalsuan produk

peternakan dan penggunaan Bahan Tambahan Makanan Berbahaya

Page 25: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 16

pada produk peternakan perlu ditingkatkan. Kendala lain dalam

pengembangan kawasan peternakan adalah semakin terdesak oleh

pengembangan pemukiman dan sarana perkotaan.

Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan komitmen yang

kuat antara pemangku kebijakan dan pemangku usaha agar

menggunakan pola usaha dan memanfaatkan lahan seoptimal

mungkin yang didukung oleh teknologi yang ramah lingkungan.

13. Usaha perikanan di Kabupaten Bogor cukup potensial untuk

dikembangkan, baik budidaya ikan hias, pembenihan maupun

pembesaran ikan konsumsi. Untuk ikan konsumsi antara lain : mas,

lele, nila, gurame dan patin, yang dapat dikembangkan hampir di

setiap kecamatan di Kabupaten Bogor. Saat ini perkembangan usaha

perikanan terutama di Bogor Barat dan sebagian wilayah Bogor

Tengah.

Produksi perikanan pada kurun waktu 5 tahun (2000 - 2005) rata-rata

peningkatannya per tahun untuk ikan hias sebesar 7 %, ikan konsumsi

sebesar 4 %, dan benih ikan sebesar 3 %. Produksi ikan konsumsi yang

diperoleh dari cabang usaha Kolam Air Tenang mencapai 61,74 %,

Kolam Air Deras sebesar 27,89 %, Perikanan Sawah sebesar 6,84 %,

Jaring Apung sebesar 1,44 %, Karamba sebesar 0,62 % dan Perikanan

Tangkap di Perairan Umum sebesar 1,34 %.

Gambaran umum potensi perikanan di atas dapat menjadi pendorong

bagi calon investor untuk membuka usaha perikanan, baik komoditas

ikan hias, usaha pembenihan maupun pembesaran ikan konsumsi.

Untuk usaha budidaya pembesaran ikan konsumsi peluang besar

terutama masih terdapat pada cabang usaha perikanan Kolam Air

Tenang (KAT) dan cabang usaha Karamba Jaring Apung (KJA) di

perairan umum (setu).

Dalam pengembangan usaha perikanan hambatan yang akan dihadapi

ke depan adalah semakin berkurangnya daerah-daerah sumber air

yang secara otomatis akan mengurangi debit air yang sudah ada.

Ditambah dengan permasalahan semakin terdesaknya lahan-lahan

oleh pengembangan pemukiman dan sarana perkotaan.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan komitmen yang

kuat antara pemangku kebijakan dan pemangku usaha agar

Page 26: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 17

menggunakan pola usaha dan memanfaatkan lahan seoptimal

mungkin yang didukung oleh teknologi yang ramah lingkungan.

14. Kabupaten Bogor mempunyai daerah kawasan hutan yang terdiri dari

hutan lindung dan hutan produksi. Daerah hutan lindung umumnya

terdapat di daerah dataran tinggi dan berfungsi sebagai daerah

tangkapan air, sedangkan hutan produksi relatif terbatas dan

menyebar terutama di daerah Cigudeg dan Klapanunggal.

Luas kawasan hutan Kabupaten Bogor seluas 84.047,02 Ha atau

sebesar 28,12 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor.

Berdasarkan fungsinya, dari 84.047,02 Ha kawasan hutan tersebut

sebesar 8,67 % atau 25.912,29 Ha merupakan Hutan Produksi dan

sisanya sebesar 19,45 % atau 58.134,73 Ha merupakan Hutan Lindung.

Dari sisi luasan kawasan lindung, maka target lokasi 45 % sebagai

kawasan lindung di provinsi Jabar, kawasan lindung di Kabupaten

Bogor tidak cukup. Dalam hal ini upaya meningkatkan kawasan yang

bersifat lindung akan berasal dari kawasan non hutan, yang berarti

perlu ada usaha mengembangkan kawasan hutan kerakyatan.

Daerah kawasan hutan tersebut saat ini cenderung berkurang tutupan

hutannya. Dari data citra landsat tahun 1999, diketahui kawasan yang

bervegetasi hutan adalah seluas 110.720,03 Ha atau 37,05 %,

sedangkan sisanya sebesar 62,95 % atau 188.118,27 Ha merupakan

kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan

sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar.

Jika dilihat kondisi citra landsat pada tahun 2002 (Marisan, 2006),

maka daerah kawasan lindung yang berhutan tinggal 60 %, sedangkan

daerah berhutan di kawasan hutan produksi tinggal 20 %.

15. Kabupaten Bogor mempunyai sumberdaya galian baik non-logam

maupun logam. Untuk bahan non-logam terutama untuk galian C,

berupa bahan piroklastik dan lava atau batuan terobosan dari gunung

berapi, yang menghasilkan bahan seperti pasir gunung, tanah urug,

zeolit, dan seterusnya. Sedangkan bahan galian logam yang utama

adalah emas. Bahan galian non logam ini menyebar terutama di

bagian Barat dan Timur kabupaten, dan sangat sedikit di bagian

tengah. Sedangkan bahan galian logam seperti emas dan besi

menyebar di daerah Bogor Barat di sekitar Nanggung dan Leuwiliang.

Page 27: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 18

Bahan-bahan tersebut saat ini sebagian sudah dieksploitasi dan

sebagian belum. Di lokasi bahan yang sudah dieksploitasi dihasilkan

kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Tetapi pengelolaan dampak

negatif yang ditimbulkan belum dikelola sehingga menghasilkan

kerusakan lingkungan dan pencemaran. Galian C yang paling banyak

di kabupaten Bogor, pada lokasi tertentu sudah mengganggu air

tanah dan menimbulkan bahaya tanah longsor, dan mungkin ekonomi

masyarakat pasca tambang juga sudah terganggu. Sehingga

perencanaan perbaikan lingkungan dan penyediaan alternatif

aktivitas ekonomi harus dilakukan. Sedangkan yang belum

dieksploitasi selain karena belum ekonomis, mungkin juga karena

belum diketahui kapasitas terukurnya. Untuk bahan tambang yang

belum tereksploitasi ini maka upaya menekan kerusakan lingkungan

harus dilakukan.

16. Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah

yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar,

tingkat penyerapan tenaga kerja yang banyak, dan terjadinya

transformasi kultural daerah menuju ke arah modernisasi kehidupan

masyarakat. Kinerja sektor industri pada tahun 2007, dengan nilai

investasi sebesar Rp. 2.158.725.511.039,- menyerap sebanyak 80.280

orang tenaga kerja, dengan kontribusi sebesar 64,48 % terhadap PDRB

tahun 2007 (merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi). Kendala

utama dalam pembangunan industri adalah dukungan infrastruktur

yang masih belum memadai terutama jalan, dan terminal (dry port),

rendahnya kemampuan dalam pengembangan teknologi, rendahnya

kemampuan dan keterampilan sumber daya industri serta

pencemaran limbah industri.

17. Pengembangan perdagangan di Kabupaten Bogor difokuskan pada

pengembangan sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar,

baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan

sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang,

memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan

menjamin ketersediaan barang kebutuhan yang cukup dan terjangkau

oleh masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar, baik dalam

negeri maupun luar negeri dilakukan melalui promosi/pameran

produk.

Page 28: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 19

18. Potensi pariwisata di Kabupaten Bogor cukup menjanjikan, namun

belum dikelola secara optimal, proporsional dan profesional, serta

belum ditempatkan sebagai kegiatan industri pariwisata. Potensi

pariwisata yang saat ini dimiliki oleh Kabupaten Bogor antara lain :

wisata alam, wisata budaya dan wisata belanja. Kawasan Puncak (di

sepanjang koridor jalan) pada waktu-waktu tertentu menjadi daya

tarik wisata. Hal ini terlihat dari kunjungan wisatawan domestik

(sebagian besar berasal dari penduduk Kota Jakarta) yang jumlahnya

cukup signifikan, terutama pada waktu akhir pekan atau libur

nasional. Upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan

para pelaku pariwisata belum memberikan dampak signifikan

terhadap kemajuan industri pariwisata Kabupaten Bogor. Jumlah

kunjungan wisatawan tahun 2007 sebanyak 2.120.019 orang, dengan

prosentasi sebesar 98,86 % adalah wisatawan nusantara dan 1,13 %

merupakan wisatawan asing.

19. Dari hasil pengawasan dan pengendalian yang telah dilakukan,

diketahui bahwa realisasi kegiatan penanaman modal yang telah

mendapatkan persetujuan sampai dengan tahun 2007 adalah

sebanyak 388 perusahaan PMA dengan nilai investasi mencapai US$

9.064.562.826.358,- sedangkan untuk PMDN berjumlah 187

perusahaan dengan nilai investasi sebesar Rp. 5.555.733.117.530,-.

Sementara apabila didasarkan pada jenis usahanya, terdapat 33

usaha primer PMA dengan nilai investasi sebesar

Rp.1.045.148.937.200,-; 300 usaha sekunder pada PMA dengan nilai

investasi sebesar Rp. 6.819.616.078.958,- dan US$ 1.179,568.157,

sedangkan untuk jenis usaha tersier PMA sebanyak 55 perusahaan

dengan nilai investasi sebesar Rp.23.881.600.000,- dan US$

1.811.400. Sedangkan untuk PMDN, terdapat 8 usaha primer dengan

nilai investasi sebesar Rp.67.942.057.991,-; 162 usaha sekunder

dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.390.660.605.025,- dan 17 usaha

tersier dengan nilai investasi sebesar Rp. 256.303.341.936,-

20. Jumlah usaha kecil menengah (UKM) yang dibina oleh Kantor Koperasi

dan UKM Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 276 %

selama tahun 2003 – 2007, yaitu dari 997 usaha pada tahun 2003

menjadi 3.751 pada tahun 2007.

Page 29: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 20

Sementara kualitas kelembagaan UKM yang ada di Kabupaten Bogor

tersebut ditunjukkan dengan hasil klasifikasi yang telah dilakukan,

terhadap UKM yang ada di Kabupaten Bogor. Sampai dengan tahun

2007, berdasarkan kriteria permodalan dan omzet, dari 203 UKM yang

dievaluasi, 37 UKM terklasifikasi sebagai UKM Unggul, 104 sebagai

UKM Mandiri, dan 62 sebagai UKM Tangguh. Berdasarkan hasil

klasifikasi tersebut, ditentukan langkah pembinaan yang perlu

difasilitasi oleh Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor kepada

UKM-UKM tersebut. Bagi UKM Mandiri, yang permodalannya di bawah

Rp.100 juta dan omzetnya di bawah Rp. 500 juta, fasilitasi dilakukan

pada aspek permodalan dan teknik produksinya, sementara bagi UKM

Tangguh, yang permodalannya di atas Rp. 200 juta dan omzetnya di

atas Rp. 1 miliar, fasilitasi hanya dilakukan pada aspek pemasaran

dan pengembangan kemitraan dengan UKM-UKM lainnya.

Perkembangan koperasi selama kurun waktu 2003 – 2007 telah terjadi

peningkatan jumlah koperasi sebanyak 165 %, yaitu dari sebanyak 932

koperasi pada tahun 2003 menjadi 1.535 pada tahun 2007. Dari

jumlah tersebut, yang termasuk ke dalam koperasi aktif adalah

sebanyak 1.183 unit pada tahun 2003, dan meningkat menjadi 1.115

unit pada tahun 2007. Sementara yang terdaftar sebagai anggota

koperasi pada tahun 2003 adalah sebanyak 179.459 orang, dan

meningkat 13 % pada tahun 2007, menjadi sebanyak 202.840 orang.

Seiring dengan peningkatan jumlahnya, telah terjadi peningkatan

kualitas kelembagaan koperasi, yang ditunjukkan oleh pemenuhan

klasifikasi dan kelas koperasi. Klasifikasi koperasi tersebut ditujukan

untuk mengetahui kondisi keanggotaan (kualitas dan kuantitas),

keuangan (permodalan dan sirkulasinya) serta penyelenggaraan RAT

(Rapat Anggaran Tahunan) yang wajib untuk dilaksanakan setiap

tahun sekali.

Pada tahun 2003, jumlah koperasi yang sudah diklasifikasi adalah

sebanyak 101 unit koperasi dengan hasil : Kelas A = 0, Kelas B = 39

unit, Kelas C = 48 unit, dan Kelas D = 4 unit. Kemudian sampai akhir

tahun 2007, total koperasi yang telah diklasifikasi adalah sebanyak

992 unit koperasi dengan hasil : Kelas A = 27 unit, Kelas B = 597 unit,

Kelas C = 287 unit, dan Kelas D = 81 unit.

Page 30: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 21

Sebagai upaya pembinaan dan dalam rangka mengetahui

perkembangannya (aktif – tidak aktifnya), telah dilakukan advokasi

kepada koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Bogor. Dengan

demikian, koperasi yang bermasalah dapat difasilitasi untuk

diselesaikan permasalahannya, misalnya melalui pembubaran,

amalgamasi, atau pembenahan. Untuk itu, dalam kurun waktu 2003 –

2007, jumlah koperasi yang telah diadvokasi adalah sebanyak 735

unit koperasi. Dari hasil advokasi tersebut telah dilakukan

pembubaran terhadap 171 unit koperasi dan pembenahan pada 564

unit koperasi.

II.4. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sejalan dengan

perubahan peradaban dan budaya manusia, yang berdampak positif dan

negatif bagi kehidupan manusia, termasuk bagi pelaksanaan pembangunan

daerah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

telah banyak diaplikasikan hasil-hasil pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, disertai dengan adanya berbagai penelitian dan

pengembangan untuk mengatasi berbagai permasalahan strategis daerah

secara terarah dan berkelanjutan.

Walaupun demikian, kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan

iptek dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing. Hal itu

antara lain ditunjukan dengan masih rendahnya sumbangan iptek di sektor

produksi, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi

kebijakan, belum berkembangnya budaya iptek di masyarakat, dan

terbatasnya sumber daya iptek.

II.5. SARANA DAN PRASARANA

1. Sarana dan prasarana wilayah yang meliputi infrastruktur

transportasi, sumber daya air dan irigasi, telekomunikasi, listrik dan

energi serta sarana dan prasarana dasar permukiman merupakan

aspek yang utama dalam pembangunan suatu daerah serta memiliki

peran yang penting bagi peningkatan perekonomian dan kehidupan

sosial masyarakat.

Page 31: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 22

2. Prasarana transportasi merupakan tulang punggung pengembangan

wilayah sehingga sangat penting untuk menunjang kelancaran

aktivitas sosial dan ekonomi. Pada saat ini prasarana transportasi

belum maksimal dalam memfasilitasi tingginya pergerakan

masyarakat yang ditunjukkan oleh masih terdapat jalan dalam kondisi

rusak, dimensi jalan masih kecil, geometrik belum memenuhi standar

teknis, dan panjang jalan masih terbatas.

Panjang ideal jalan dalam melayani pergerakan masyarakat

berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan PDRB Kabupaten

Bogor adalah sepanjang 3.680,60 km. Sedangkan panjang jalan yang

ada adalah 1.758,041 km atau 47,77 % dari kebutuhan ideal, yang

terdiri dari Jalan Nasional sepanjang 121,497 km, Jalan Provinsi

sepanjang 129,989 km dan Jalan Kabupaten yang bernomor ruas

sepanjang 1.506,570 km. Selain itu, terdapat pula jalan-jalan yang

tidak bernomor ruas dan jalan-jalan desa dengan jumlah yang terus

bertambah pada setiap tahun, akibat pembukaan jalan baru atau

peningkatan jalan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat

ataupun pengusaha.

Panjang jalan di Kabupaten Bogor sampai dengan bulan Desember

2007 dalam kondisi mantap (kondisi baik dan sedang) adalah

sepanjang 1.032,60 km atau 68,54 %, sedangkan sisanya sepanjang

473,97 km atau sebesar 31,46 % dalam kondisi rusak.

Belum maksimalnya infrastruktur transportasi dalam memfasilitasi

pergerakan masyarakat disebabkan rendahnya jumlah jalan mantap

dan pembangunan jalan-jalan baru, serta belum maksimalnya

struktur konstruksi jalan. Kondisi tersebut diperburuk dengan

tingginya frekuensi bencana alam dan beban lalu lintas yang sering

melampaui kapasitas.

3. Jumlah jembatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 adalah

sebanyak 682 buah, yang terdiri dari jembatan negara sebanyak 25

buah, jembatan provinsi sebanyak 98 buah, dan jembatan kabupaten

pada jalan yang bernomor ruas sebanyak 559 buah dengan total

panjang 5.784,4 m. Dari 559 jembatan pada jalan Kabupaten yang

bernomor ruas, terdapat 443 buah (79,24 %) berada dalam kondisi

baik, 83 buah (14,85 %) dalam kondisi sedang dan 33 buah (5,90 %)

dalam kondisi rusak.

Page 32: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 23

4. Jaringan irigasi sangat berperan dalam mendukung produksi

pertanian, karena dengan keberlanjutan aliran air irigasi ke lahan-

lahan pertanian akan menentukan tingkat produksi yang dicapai. Dari

879 jaringan irigasi, terdapat 549 jaringan (62,46 %) dengan kondisi

baik dan sedang, serta 330 jaringan (37,54 %) dalam kondisi rusak.

Sedangkan kondisi setu sebagai sumber air sebanyak 81 setu (87,10 %)

dalam kondisi baik dan sedang, dan 12 setu (12,90 %) dalam kondisi

rusak dari 93 setu yang ada. Di luar 93 setu tersebut, terdapat dua

setu yang telah berubah fungsi yaitu Setu Cipambuan berubah

menjadi jalan tol Jagorawi dan Setu Ciangsana berubah menjadi

SMPN Ciangsana.

5. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman seperti,

perumahan dan cakupan layanan air bersih sangat penting bagi

masyarakat. Jumlah rumah di Kabupaten Bogor pada tahun 2006

sebanyak 635.662 unit, dengan jumlah rumah terbanyak terdapat di

Kecamatan Ciampea sebanyak 32.243 unit (rumah permanen 13.834

unit dan rumah tidak permanen 18.409 unit), dan jumlah rumah

paling sedikit terdapat di Kecamatan Rancabungur sebanyak 8.324

unit. Permukiman kumuh tersebar di 187 lokasi pada lahan seluas

240 Ha dengan jumlah bangunan sebanyak 7.797 unit dan dihuni oleh

11.220 keluarga (KK). Jumlah rumah yang berdiri di daerah limitasi

sebanyak 11.622 rumah dan dihuni oleh 5.442 KK, yaitu terletak di

bantaran sungai sebanyak 8.128 rumah dihuni oleh 2.701 KK, serta

terletak di bawah jaringan listrik tegangan tinggi sebanyak 3.494

rumah dihuni oleh 2.741 KK.

Dari jumlah bangunan rumah tinggal yang layak huni sebanyak

486.051 bangunan yang ada di Kabupaten Bogor, sampai saat ini yang

memiliki IMB baru mencapai 52 % sedangkan bangunan lainnya

sebanyak 1.807 bangunan antara lain bangunan industri, bangunan

perdagangan dan bangunan peribadatan serta perkantoran yang

memiliki IMB sebanyak 74,2 %.

6. Ketersediaan air bersih merupakan salah satu prasyarat bagi

terwujudnya permukiman yang sehat. Oleh karena itu akses

masyarakat terhadap air bersih merupakan hal yang mutlak dipenuhi.

Untuk cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 56,86 % dari total

Page 33: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 24

penduduk Kabupaten Bogor. Cakupan tersebut merupakan gabungan

dengan pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM di 80 desa/

kelurahan di 19 kecamatan, yang memiliki kapasitas produksi sebesar

2.098,5 liter/detik. Sementara pelayanan air bersih di luar PDAM,

yaitu melalui penyediaan sarana prasarana air bersih pedesaan oleh

pemerintah, cakupan pelayanannya hanya mengalami peningkatan

1 % - 2 % per tahun.

7. Sedangkan untuk jaringan listrik, maka rasio elektrivikasinya baru

mencapai 50,96 %, berarti masih sekitar 49,14 % kepala keluarga di

Kabupaten Bogor yang belum menikmati listrik, terutama pada

kantong-kantong permukiman/kampung yang sulit dijangkau oleh

jaringan listrik yang telah ada di setiap desa. Hal ini disebabkan

tingginya kebutuhan energi/listrik akibat pertambahan penduduk,

tetapi pada sisi lain tidak diimbangi dengan peningkatan pengadaan

listrik sebagaimana yang diharapkan.

8. Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan sampah sangat besar

sejalan dengan banyaknya jumlah penduduk dan diiringi aktivitas

yang tinggi, sehingga menyebabkan volume sampah rata-rata setiap

hari mencapai 3.065 m3. Kondisi ini menuntut penyediaan sarana dan

prasarana pengelolaan sampah yang memadai, karena baru terlayani/

terangkut sebanyak 736 m3/hari atau 24,17 % dari timbunan sampah

di wilayah perkotaan atau hanya 22 kecamatan dari 40 kecamatan di

Kabupaten Bogor.

9. Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan limbah cair sangat besar

sejalan dengan banyaknya industri pengolahan, dan kegiatan usaha

lainnya yang menghasilkan limbah cair. Rata-rata volume limbah cair

per tahun selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2007, yang

dihasilkan dari industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya

sebanyak 314.178,92 m3/bulan.

10. Penerangan jalan dan sarana jaringan utilitas di Kabupaten Bogor

telah dibangun cukup memadai. Namun masih belum mencapai

standar yang diinginkan dan belum dibentuk ke dalam suatu jaringan

utilitas terpadu. Pengelolaan prasarana Penerangan Jalan Umum

(PJU) tetap diprioritaskan pembangunannya pada daerah-daerah

tertentu, dengan pertimbangan lokasi daerah-daerah rawan sosial

Page 34: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 25

yang sampai dengan saat ini mencapai 33,16 % atau 9.567 titik lampu

dari rencana jumlah titik lampu 28.848 titik (berdasarkan setiap 50 m

dari panjang jalan provinsi). Kegiatan ini akan secara terarah

dilaksanakan pembangunannya termasuk pemeliharaannya.

11. Telekomunikasi di Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang

pesat sebagai imbas dari perkembangan teknologi dan informasi.

Pemanfaatan ruang udara untuk telekomunikasi yang menunjang

kegiatan ekonomi serta peningkatan akses masyarakat masih

memerlukan perhatian dari Pemerintah Daerah.

II.6. POLITIK

1. Perkembangan politik di Kabupaten Bogor sudah cukup kondusif,

khususnya dilihat dari harmonisasi hubungan legislatif dan eksekutif

serta masyarakat. Komposisi anggota DPRD yang didominasi oleh partai

tertentu diharapkan tidak mengurangi penyerapan aspirasi masyarakat

untuk menghasilkan keputusan yang bisa dinikmati secara bersama

tanpa melihat golongan dan partai;

2. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah berkembang

kesadaran-kesadaran terhadap hak-hak sah masyarakat dalam

kehidupan politik, yang dalam jangka panjang diharapkan mampu

menstimulasi masyarakat lebih jauh untuk makin aktif berpartisipasi

dalam mengambil inisiatif bagi pengelolaan urusan-urusan publik.

Perkembangan ini tidak terlepas dari berkembangnya peran partai

politik dan masyarakat sipil. Disamping itu, kebebasan pers dan media

telah jauh berkembang, antara lain ditandai dengan adanya peran aktif

pers dan media dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dan

melakukan pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan;

3. Kesadaran masyarakat dalam berpolitik telah diwujudkan dalam

kegiatan pemilihan umum (pemilu) tahun 2004 yang diikuti oleh 2,7

juta orang pemilih atau mencapai lebih dari 70 % (KPU, 2006). Tingkat

partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum lebih dari 70 % tersebut

menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam momen politik

sangat tinggi. Melalui pemilu tahun 2004, masyarakat Kabupaten Bogor

telah memilih 45 orang wakil-wakilnya sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan rincian : 13 orang dari

Page 35: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 26

Golkar, 7 orang dari PKS, 8 orang dari PDIP, 3 orang dari PAN, 5 orang

dari Partai Demokrat, 8 orang dari PPP, 1 orang dari PKPB.

II.7. KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

1. Ketertiban masyarakat diperlukan untuk menciptakan stabilitas daerah

dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram.

Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Kabupaten

Bogor secara umum relatif cukup baik, relatif tenang, tidak ada

pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Kondisi ini

tercipta karena adanya peran serta aktif aparat pemerintah dan

masyarakat di bidang keamanan dan ketertiban;

2. Namun demikian masih terjadi peristiwa kriminalitas. Pada tahun 2007

di Kabupaten Bogor telah terjadi : 162 kejadian kecelakaan lalulintas,

3.165 kejadian kriminalitas dan 248 kasus lainnya (ketertiban umum)

(data Kepolisian Resor Bogor).

II.8. HUKUM

1. Pembangunan hukum di daerah selama ini lebih difokuskan pada

penyusunan produk hukum daerah dalam upaya penguatan otonomi

daerah dan penyelenggaraan pemerintah daerah sejalan dengan

berkembangnya dinamika penyelenggaraan tata kepemerintahan yang

baik. Selama lima tahun terakhir (2002 - 2007) telah dihasilkan

berbagai produk legislasi daerah (khususnya Perda) sebanyak 136 buah

Perda yang berupa Perda baru maupun revisi atas Perda lama yang

sudah tidak sesuai dengan kondisi dinamika penyelenggaraan

pemerintahan;

2. Berbagai permasalahan selama ini yang terkait dengan aspek hukum

adalah masih lemahnya kinerja penegakan hukum daerah terhadap

berbagai pelanggaran yang terjadi, masih perlu ditingkatkannya

kualitas dan kuantitas produk hukum daerah, serta belum

berkembangnya budaya/kesadaran hukum masyarakat;

3. Belum berkembangnya budaya/kesadaran hukum masyarakat

Kabupaten Bogor, ditunjukkan oleh masih adanya warga masyarakat

yang tidak mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,

seperti pelanggaran atas pemanfaatan tanah, rendahnya disiplin

Page 36: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 27

berlalulintas, penyalahgunaan ruangan publik untuk kepentingan

individu, dan pembuangan sampah secara liar.

II.9. APARATUR

Secara umum, penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance)

sampai saat ini belum dapat diwujudkan dengan memuaskan. Hal ini

terlihat dari belum optimalnya pelayanan publik kepada masyarakat

Kabupaten Bogor, rendahnya kinerja sumber daya aparatur, belum

memadainya sistem kelembagaan (organisasi perangkat daerah) dan

kelembagaan (manajemen) pemerintah yang didukung dengan data yang

akurat dan up to date sehingga pelayanan publik tidak memuaskan. Selain

itu, rendahnya kesejahteraan PNS dan masih terjadinya penyalahgunaan

dan penyimpangan prosedur pelayanan, serta masih adanya budaya

permissive (toleransi terhadap penyimpangan) sehingga ”good

governance” dan ”clean government” semakin sulit diwujudkan.

II.10. TATA RUANG DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

1. Pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor sepenuhnya mengacu pada

RTRW Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Bogor Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025. Sebagai upaya pengendalian

terhadap perizinan pemanfaatan ruang, telah dibuat Kriteria Lokasi

dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang yang menetapkan secara rinci

aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan peruntukan ruang

di lokasi yang akan dimanfaatkan.

2. Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor mencakup pemanfaatan

kawasan lindung dan budidaya. Sebagian besar wilayah di sebelah

Selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Bogor menjadi kawasan

lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan

curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di

beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor.

3. Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur

ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan

permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan

pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan

Page 37: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 28

berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan

serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di

wilayah Kabupaten Bogor.

a. Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya

yang terdiri atas penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran,

semak/belukar, tanah kosong, pemukiman, sawah irigasi, sawah

tadah hujan dengan luasan untuk kegiatan kebun campuran

85.202,5 Ha (28,48 %), pemukiman 47.831,2 Ha (15,99 %), semak

belukar 44.956,1 Ha (15,03 %), hutan vegetasi lebat dan

perkebunan/tanaman tahunan 57.827,3 Ha (19,33 %), sawah

irigasi/tadah hujan 23,794 Ha (7,95 %), tanah kosong 36.351,9 Ha

(12,15 %).

Masalah yang dihadapi adalah meningkatnya konversi lahan dari

pertanian ke non pertanian yaitu peningkatan luas permukiman

sebesar 4.197 Ha dan menjadi tanah kosong seluas 16.703 Ha,

kebun campuran seluas 28.973 Ha, sebagian besar menggunakan

lahan semak/belukar seluas 1.015 Ha, sawah irigasi seluas 1.028

Ha, kebun campuran seluas 552,6 Ha, sawah tadah hujan seluas 676

Ha, perkebunan 712 Ha, hutan/vegetasi lebat 126 Ha dan badan air

seluas 242 Ha.

Areal lahan yang mengalami penurunan yaitu pada lahan sawah

irigasi seluas 12.367 Ha, sawah tadah hujan seluas 3.401 Ha,

perkebunan seluas 2.071 Ha, hutan seluas 2.312 Ha dan badan-

badan air seluas 707 Ha.

b. Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk

permukiman perkotaan dalam kurun waktu 5 tahun mencapai ±

7.503 Ha. Penggunaan lahan dari kebun campuran seluas 1.863 Ha

(17,6%), sawah tadah hujan seluas 1.793 Ha (17 %), perkebunan

seluas 1.658 Ha (16 %) dan sawah irigasi seluas 1.345 Ha (13 %),

hutan/vegetasi lebat seluas 720 Ha (6,8 %) dan badan air seluas 124

Ha (1,2 %).

c. Kondisi pelayanan transportasi darat antara lain:

1) Belum terealisasikannya rencana pembangunan terminal pada

masing – masing wilayah pengembangan yang telah ditetapkan

dalam RTRW, dan saat ini baru 1 (satu) terminal Cileungsi yang

Page 38: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 29

sudah operasional, sedangkan rencana yang lainnya masih

terkendala dengan masalah pembebasan lahan;

2) Pengembangan jaringan jalan pada ruas-ruas yang berfungsi

regional belum banyak perubahan yang berarti, khususnya pada

ruas jalan yang menghubungkan wilayah barat dengan

Kabupaten Tangerang, juga di wilayah timur pada ruas jalan

Babakan Madang – Tanjungsari.

d. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi

hutan/vegetasi lebat, perkebunan, kebun campuran, semak/

belukar, tanah kosong, kawasan terbangun/pemukiman, sawah

irigasi, sawah tadah hujan. Penggunaan tanah yang dominan adalah

penggunaan tanah kebun campuran yaitu mencapai luasan 85.202,5

Ha (28,48 %), kawasan terbangun/pemukiman seluas 47.831,2 Ha

(15,99%), semak belukar seluas 44.956,1 Ha (15,03 %), hutan

vegetasi lebat/perkebunan seluas 57.827,3 Ha (19,33 %), sawah

irigasi/tadah hujan seluas 23.794 Ha (7,95 %), dan tanah

kosongseluas 36.351,9 Ha (12,15 %).

Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006,

yaitu untuk kawasan hutan lindung seluas 42.175 Ha (13,30 %),

kawasan lahan basah seluas 56.888 Ha (17,94 %), kawasan lahan

kering seluas 47.756 Ha (15,06 %), kawasan tanaman tahunan

seluas 24.797 Ha (7,82 %), kawasan hutan produksi seluas 51.529 Ha

(16,25 %), kawasan pariwisata seluas 1.681 Ha (0,53 %), kawasan

permukiman perdesaan seluas 20.326 Ha (6,41 %), kawasan

permukiman perkotaan seluas 52.036 Ha (16,41 %), kawasan

pengembangan perkotaan seluas 14.527 Ha (4,60 %), dan kawasan

peruntukan industri seluas 5.327 Ha (1,68 %).

4. Masalah aktual yang terjadi di bidang penataan ruang antara lain

adalah : (1) masih terbatasnya rencana tata ruang skala detail dan

teknis di Kabupaten Bogor; (2) belum tersedianya data base perizinan

pemanfaatan ruang yang akurat dan lengkap, sehingga berpengaruh

pada kemungkinan terjadinya tumpang tindih dalam pemberian

perizinan pemanfaatan ruang/izin lokasi. Hal ini akan berdampak pada

peluang investasi akibat tidak adanya jaminan pemanfaatan ruang.

Page 39: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 30

II.11. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Luas kawasan hutan Kabupaten Bogor adalah 84.047,02 Ha atau 28,12%

dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan fungsinya,

seluas 25.912,29 Ha atau 8,67 % merupakan Hutan Produksi dan sisanya

seluas 58.134,73 Ha atau 19,45 % merupakan Hutan Lindung.

2. Berdasarkan penutupan vegetasinya, kawasan hutan yang berhutan

(bervegetasi hutan) adalah seluas 110.720,03 Ha (37,05 %), sedangkan

sisanya sebesar 62,95 % atau seluas 188.118,27 Ha merupakan kawasan

hutan yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan sawah,

pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar.

3. Potensi sumberdaya air suatu daerah merupakan kemampuan

sumberdaya air wilayah tersebut baik sumberdaya air hujan, air

permukaan maupun air tanah, guna memenuhi kebutuhan terhadap air

baku yang dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, industri maupun

pertanian.

4. Sumberdaya air permukaan di Kabupaten Bogor terdiri dari air sungai,

mata air dan air genangan/setu/danau, baik alam maupun buatan.

Sungai-sungai yang ada, pada umumnya mempunyai hulu di bagian

selatan, yaitu pada bagian tubuh pegunungan di sekitar Gunung Salak,

Gunung Gede - Pangranggo dan Gunung Halimun, dengan karakteristik

alirannya mengalir sepanjang tahun. Pada waktu musim hujan

mempunyai debit yang besar dan mengakibatkan banjir setempat,

sedangkan pada waktu musim kemarau, di beberapa alur sungai

menunjukkan kecenderungan kondisi surut minimum.

Kondisi fisik sungai-sungai di DAS dan Sub DAS di bagian selatan

umumnya memiliki beda tinggi antara dasar sungai dengan lahan di

sekitar berkisar antara 3,0 – 5,0 m, sehingga aliran sungai berpotensi

untuk meluap di sekitarnya, baik akibat banjir maupun arus balik

akibat pembendungan. Sedangkan untuk bagian utara-barat

(Cimanceuri dan Cidurian Hilir) beda tinggi antara dasar sungai dan

lahan bantaran di sekitarnya umumnya > 5 m, sehingga umumnya

menyulitkan untuk pengambilan langsung, maupun pembendungan.

Berdasarkan hasil studi “Preliminary Stydy on Ciliwung Cisadane Flood

Control Project, 2001” di Kabupaten Bogor terdapat lokasi yang

berpotensi untuk pembuatan waduk, yaitu Waduk Sodong dan Waduk

Page 40: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 31

Parung Badak. Waduk ini berfungsi sebagai pengendali banjir maupun

irigasi. Rencana waduk Sodong berlokasi di Sungai Cikaniki Kecamatan

Leuwiliang, anak sungai Cisadane dengan potensi genangan 3,069 km²

dan volume 24,027 juta m³. Sedangkan Waduk Parung Badak berada di

bagian Hulu Sungai Cisadane di Kecamatan Rancabungur, dengan

potensi genangan 2,75 km² dan volume 40,069 juta m³.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai tahun 2007 diketahui

bahwa :

- Sungai Ciliwung, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas

mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III dan IV;

- Sungai Cileungsi, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui

kelas mutu I – IV;

- Sungai Cisadane, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui

kelas mutu I dan II tetapi memenuhi kelas mutu II dan IV;

- Sungai Kalibaru, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas

mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;

- Sungai Cikeas, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas

mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;

- Sungai Cikaniki, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas

mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III;

- Sungai Cibeet, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas

mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;

- Sungai Cipamingkis, kadar rata-rata parameter BOD memenuhi

untuk kelas mutu IV.

5. Di Kabupaten Bogor terdapat sejumlah mata air dan berdasarkan data

dari Dinas Bina Marga dan Pengairan tahun 2006 terdapat danau atau

setu sebanyak 95 buah dengan luas 496,28 Ha, 2 buah setu diantaranya

telah berubah fungsi, yaitu : (1) Situ Cipambuan Udik berubah fungsi

menjadi jalan tol Jagorawi; dan (2) Situ Ciangsana berubah fungsi

menjadi SLTPN Ciangsana.

Situ-situ dimaksud berfungsi sebagai reservoar atau tempat peresapan

air dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau

tempat rekreasi dan budidaya perikanan.

Dari segi topografi wilayah masih ada beberapa lokasi yang

memungkinkan untuk dikembangkan situ-situ buatan yang dapat

Page 41: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

II - 32

dimanfaatkan sebagai tampungan air baku, resapan air, maupun

pengendali banjir (Retarding Basin).

6. Air tanah merupakan sumber alam yang potensinya (kuantitas dan

kualitasnya) tergantung pada kondisi lingkungan tempat proses

pengimbuhan (groundwater recharge), pengaliran (groundwater flow),

dan pelepasan air bawah tanah (groundwater discharge) yang

berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air bawah tanah,

terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah dalam.

Volume air tanah yang digunakan untuk berbagai kegiatan usaha di

Kabupaten Bogor sebanyak 338.727,2 m3/hari (data SoER Kabupaten

Bogor, 2007)

Secara umum kualitas air permukaan di Kabupaten Bogor masih cukup

baik, dalam artian belum ada pencemaran oleh industri yang

mengkhawatirkan.

7. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum telah dilakukan

terhadap pencemar dan perusak lingkungan, peningkatan kesadaran

semua lapisan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan

penyebarluasan informasi dan isu lingkungan hidup yang diharapkan

akan meningkatkan kepedulian banyak pihak terhadap kondisi

lingkungan hidup Kabupaten Bogor. Upaya tersebut dilakukan melalui

pelatihan/pemantapan kader lingkungan hidup tingkat kecamatan dan

desa, pembinaan dan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada

berbagai jenis kegiatan dan usaha masyarakat serta swasta/dunia

usaha terhadap penerapan ketentuan AMDAL dan UKL/UPL,

penanganan kasus pencemaran lingkungan hidup, serta pemberlakuan

izin pembuangan air limbah bagi setiap kegiatan yang berpotensi

mengeluarkan limbah cair. Sejak tahun 2003 sampai tahun 2007 telah

berhasil dilatih 650 orang kader lingkungan hidup yang terdiri dari

berbagai unsur masyarakat, dengan rincian sebagai berikut :

Tahun 2003 : 150 orang kader lingkungan hidup.

Tahun 2005 : 150 orang kader lingkungan hidup.

Tahun 2006 : 160 orang kader lingkungan hidup.

Tahun 2007 : 190 orang kader lingkunga hidup.

Sedangkan pada tahun 2004 telah dilakukan pendidikan lingkungan

hidup terhadap 75 orang guru sekolah dasar.

Page 42: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 1

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

III.1 POLA PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah dalam Pasal 40 menyatakan bahwa dalam

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

antara lain mencakup analisis isu-isu strategis. Dalam upaya menganalisis

isu-isu strategis tersebut maka digunakan metoda SWOT.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan peluang (Opportunities), dan

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan

ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT membandingkan antara faktor

eksternal Peluang dan Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan

Kelemahan.

Matriks SWOT menampilkan delapan kotak, yaitu dua kotak sebelah

kiri menampilkan faktor eksternal (peluang dan ancaman), dua kotak

paling atas menampilkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

empat kotak lainnya merupakan isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil

pertemuan antara faktor eksternal dan internal.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, terdapat empat bentuk interaksi

yang merupakan alternatif strategi sebagai berikut :

S-O : penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented

strategy).

S-T : penggunaan kekuatan untuk menghindari atau mengatasi

ancaman. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

dengan cara strategi diversifikasi tindakan.

W-O: mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang, atau

memanfaatkan peluang dengan meminimalkan kelemahan. Fokus

strategi pada situasi ini adalah stabilisasi atau rasionalisasi.

Page 43: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 2

W-T: meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi

yang perlu dilakukan dalam kondisi ini adalah defensif atau

survival.

Isu-isu strategis daerah pada dasarnya adalah masalah/persoalan

atau agenda yang perlu/harus atau dapat dilakukan atau dikerjakan oleh

pemerintah daerah selang waktu 20 tahun. Strategis tidaknya suatu isu

tentu harus dinilai dari kerangka urgensitas dan relevansi penanganannya

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Pemerintah Kabupaten Bogor.

III.2. ANALISIS SWOT / ANALISIS ALI DAN ALE

Analisis lingkungan strategis dengan pendekatan SWOT dilakukan

dalam upaya untuk mengidentifikasi semua faktor yang mendukung dan

menghambat terhadap pencapaian tujuan, baik yang berkenaan dengan

Analisis Lingkungan Internal (ALI) maupun Analisis Lingkungan Eksternal

(ALE). Rincian ALI dan ALE Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :

A. KEKUATAN (STRENGTHS)

1. Secara geografis, Kabupaten Bogor berdekatan dengan Ibukota

Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan

aktifitas pembangunan yang cukup tinggi.

2. Struktur tata ruang eksisting telah terbentuk secara hirarkis

berdasarkan wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP)

mencakup WP Barat, Tengah, dan Timur.

3. Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor didominasi oleh kebun

campuran. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor

memiliki potensi yang besar dalam bidang agraria yaitu hasil

perkebunan.

4. Di samping potensi perkebunan, Kabupaten Bogor juga memiliki

potensi di pertanian lahan basah (khususnya tanaman padi sawah)

yang tersebar terutama di wilayah dataran. Begitu juga potensi di

bidang peternakan (ternak besar, ternak kecil, dan ternak unggas)

dan di bidang perikanan terutama usaha perikanan Kolam Air

Tenang (KAT) dan Karamba Jaring Apung (KJA).

5. Penyebaran fasilitas pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Bogor

relatif merata di seluruh kecamatan. Artinya bahwa Kabupaten

Page 44: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 3

Bogor memiliki potensi pengembangan kualitas pendidikan dan

kesehatan karena telah memiliki kuantitas infrastruktur yang

memadai.

6. Pada tahun 2007, jalan yang ada di Kabupaten Bogor terdiri atas

Jalan Nasional sepanjang 121,497 km (5 ruas), jalan provinsi

129,989 km (5 ruas), jalan Kabupaten yang bernomor ruas

1,506,570 Km (383 ruas), jalan kabupaten yang belum bernomor

ruas 47,285 Km (28 ruas). Kondisi jalan yang mantap (baik dan

sedang) yang mencapai 68,54 % dari total panjang jalan menjadi

potensi utama dalam mendukung aktifitas perekonomian di

Kabupaten Bogor.

7. Kondisi bahwa Kabupaten Bogor merupakan daerah agraris

didukung oleh jaringan irigasi yang memadai serta sumber daya air

lainnya seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) di beberapa sungai yang

melewati Kabupaten Bogor dan keberadaan beberapa Danau/Situ.

8. Pariwisata di Kabupaten Bogor sangat beragam dan menyebar.

Mulai dari obyek wisata alam, wisata budaya, maupun kegiatan

wisata lainnya. Yang paling terkenal tentunya kawasan wisata

Puncak.

9. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bogor masih sangat baik

(kondisi vegetasi termasuk kawasan hutan lebat). Luas hutan

lindung yang mencapai 19,45 % dari luas Kabupaten Bogor menjadi

area penyangga untuk menjaga potensi sumber air bersih.

10. Terdapat potensi pertambangan khususnya sumber daya bahan

galian non logam, yaitu Batu Belah dan Batu Gamping.

11. Industri merupakan penyumbang terbesar PDRB di Kabupaten

Bogor. Potensi industri ini didominasi oleh industri skala kecil,

dalam hal ini home industry. Selain itu terdapat juga beberapa

industri menengah yang tersebar berdasarkan pola kluster yang

terbentuk di koridor jalan utama di Kabupaten Bogor. Terdapat

juga beberapa kawasan industri di wilayah Botabek yang cukup

berkembang.

B. KELEMAHAN (WEAKNESSES)

1. Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe

morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif

Page 45: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 4

rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan.

Dengan kondisi ekologi dan morfologi yang ada tersebut, wilayah

Kabupaten Bogor sebagian besar berfungsi lindung (non budidaya

dan budidaya terbatas), sehingga wilayah yang dapat terbangun

terbatas untuk kegiatan budidaya hanya wilayah dataran rendah

bagian utara.

2. Terjadi peningkatan luasan lahan permukiman dapat berdampak

pada kualitas lahan di Kabupaten Bogor. Seperti diketahui bahwa

Kabupaten Bogor merupakan Kawasan Resapan Air. Pengalihan

guna lahan untuk permukiman secara tidak terkendali dapat

mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya air.

3. Masih rendahnya rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf

dan masih terdapatnya tenaga guru yang terkategori tidak layak

mengajar.

4. Rendahnya usia harapan hidup sebagai akibat dari masih tingginya

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),

tingginya angka gizi buruk, rendahnya pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan, dan rendahnya angka aksesibilitas

pelayanan kesehatan dan masih rendahnya cakupan sarana air

bersih (SAB).

5. Tidak optimalnya pengelolaan jaringan irigasi dan sumber daya

air lainnya seperti danau/waduk.

6. Masih rendahnya cakupan pelayanan prasarana dasar masyarakat,

dimana tingkat kerusakan prasarana yang ada semakin tinggi,

terbatasnya akses infrastruktur dalam menunjang pengembangan

kawasan perdesaan sebagai kawasan pengembangan ekonomi

(rural development), termasuk kurangnya akses transportasi

sebagai sarana penghubung antar sentra kegiatan, seperti

terminal, perparkiran, halte, dan pangkalan angkutan umum

serta kurangnya jumlah trayek dibandingkan dengan konsentrasi

kegiatan ekonomi atau permukiman.

7. Pengembangan infrastruktur wilayah masih terkendala kepada

pembebasan lahan.

8. Pengembangan jaringan jalan pada ruas-ruas yang berfungsi

regional belum banyak perubahan yang berarti.

Page 46: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 5

9. Keterbatasan sumber air baku di wilayah Kabupaten Bogor untuk

pengembangan dan kuantitas air tanah pada musim kemarau

cenderung berkurang.

10. Kekurangan lahan untuk TPA di daerah perkotaan yang kurang

dapat diakomodasi oleh daerah di sekitarnya. Hal ini disebabkan

belum adanya mekanisme penyelenggaraan penanganan

persampahan secara bersama antara kabupaten dan kota.

11. Belum adanya prediksi yang rinci mengenai komposisi sampah,

sehingga potensi bahan inorganik untuk pendaurulangan skala

besar belum dapat dilaksanakan, sehingga dapat menurunkan

volume sampah yang terkumpul.

12. Pemanfaatan lahan untuk tanaman padi sawah memiliki sedikit

hambatan karena adanya kerikil/batuan pada permukaan tanah

(stoniness).

13. Pemanfaatan lahan untuk persawahan di dataran banjir dan

dataran aluvial seperti yang ada di Kecamatan Tenjo, Parung

Panjang, Jasinga, Cigudeg, Leuwiliang, Jonggol dan Ciseeng

memiliki hambatan adanya ancaman banjir akibat meluapnya air

sungai.

14. Rendahnya produktivitas dan kualitas hasil pertanian, disebabkan

belum meratanya penerapan teknologi, kualitas SDM serta

kurangnya minat generasi muda untuk terjun dalam usaha tani,

dukungan sarana dan prasarana pertanian yang belum memadai,

disamping kekurangan modal, dan tingginya biaya operasional

usaha pertanian.

15. Pengembangan wisata alam Puncak akan dihadapkan kepada isu

terganggunya fungsi wilayah sebagai daerah konservasi.

16. Belum terbentuknya pola kawasan industri yang baik di

Kabupaten Bogor. Hal ini mengakibatkan tidak terakomodasinya

kegiatan industri di Kabupaten Bogor.

17. Masyarakat tidak tahu tentang arahan kebijakan tata guna tanah,

air dan udara termasuk dalam batasan melakukan kegiatan.

Page 47: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 6

C. PELUANG (OPPORTUNITIES)

1. Kabupaten Bogor, sebagai salah satu hinterland di bagian Selatan

Kota Jakarta merupakan kawasan yang banyak menarik minat

investor untuk menanamkan modalnya berusaha di bidang-bidang

perumahan, industri, peternakan, pertanian, dan lain-lain.

2. Dalam arahan rencana pengembangan kawasan andalan di Jawa

Barat, Kabupaten Bogor diklasifikasikan sebagai Kawasan Andalan

Bogor Depok Bekasi (Bodebek) dengan kegiatan utama industri,

pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia; dan Kawasan Andalan

Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dengan kegiatan utama

agribisnis dan pariwisata.

3. Arahan pemanfaatan ruang sebagai kawasan hutan lindung

(Gunung Halimun-Salak, Gunung Gede-Pangrango dan sekitarnya)

pada bagian Timur dan Barat wilayah Kabupaten Bogor dan

sekitarnya.

4. Pengembangan infrastruktur transportasi darat diarahkan melalui

peningkatan jalur Bogor - Sukabumi – Cianjur.

5. Fungsi Wilayah Jabodetabekjur sebagai satu kawasan

Metropolitan yang merupakan satu kesatuan ekosistem dengan

Kabupaten/Kota lain di Wilayah Jabodetabekjur, memerlukan

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang yang terpadu.

6. Perlu adanya usaha peningkatan keterampilan usaha tani yang

bukan saja mampu menghasilkan komoditas berkualitas dan

bernilai tinggi, tetapi juga mampu menghasilkan produk olahan

lanjutan yang memiliki nilai tambah.

7. Perlu juga dikembangkan pasar lokal yang telah ada yang selama

ini menjadi outlet hasil pertanian, menjadi pusat pengumpul

hasil pertanian dan sarana transaksi antara produsen dengan

pedagang yang terdekat dengan sentra produksi hasil pertanian

tersebut.

8. Pengembangan pariwisata di masa mendatang memiliki prospek

berkembang, khususnya pada Kawasan Wisata GSE seiring

semakin meningkatnya kunjungan dan memilki akses yang cukup

baik apabila pelaksanaan pembangunan Bogor Outer Ring Road

Page 48: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 7

yang akan menghubungkan antara Kota Bogor dengan akses

menuju Kawasan Wisata GSE.

9. Melihat banyaknya usaha pertambangan saat ini, kaitannya

dengan upaya peningkatan devisa bagi daerah, maka pengelolaan

bahan tambang menjadi bahan setengah jadi melalui

pembangunan pabrik pengolahan diharapkan dapat memberikan

nilai tambah baik secara sosial dan ekonomi.

10. Adanya rencana pengembangan infrastruktur khususnya yang

menghubungkan Tol Jagorawi dengan Parung (alternatif menuju

Serang Banten), serta rencana pengembangan jalan yang

menghubungkan Sentul dengan Sukamakmur-Tanjungsari sebagai

alternatif Puncak menuju Bandung, serta rencana pembangunan

Sport Center (pengganti Senayan) memungkinkan Kabupaten

Bogor untuk dapat lebih berkembang lagi.

11. Adanya wacana pemekaran sebagian wilayah Kabupaten Bogor

menjadi Bogor Barat merupakan peluang dalam hal

pengembangan wilayah. Diharapkan dengan terbentuknya Bogor

Barat menjadi kabupaten, akan meningkatkan perekonomian di

wilayah Bogor Barat sehingga berdampak kepada peningkatan

mobilitas, aksesibilitas, serta distribusi orang dan barang.

D. ANCAMAN (THREATS)

1. Pengalihan guna lahan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan

peruntukannya dapat mengakibatkan terjadinya degradasi lahan.

Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan potensi bencana yang

timbul seperti erosi, banjir, polusi, dan lain-lain.

2. Wacana pemekaran sebagian wilayah Kabupaten Bogor menjadi

Bogor Barat berpengaruh terhadap keberadaan sumber daya

alam. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap berkurangnya

potensi pendapatan daerah Kabupaten Bogor.

3. Peningkatan pembangunan aksesibilitas jalan secara berlebihan

akan mempengaruhi aktifitas pertanian di Kabupaten Bogor.

Semakin banyak jaringan jalan yang ada, maka kegiatan

pertanian akan semakin terdesak akibat berkurangnya lahan

pertanian.

Page 49: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 8

4. Pemanfaatan air bersih secara berlebihan dapat mengakibatkan

menurunnya kuantitas dan kualitas sumber air khususnya air

tanah.

5. Kecenderungan menurunnya luasan kawasan lindung akibat

pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bogor.

6. Pemanfaatan potensi pertambangan yang tidak terkendali dapat

mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat lahan galian yang

ditinggalkan.

7. Pembangunan kawasan-kawasan industri dapat meningkatkan

polusi baik polusi udara, air, maupun suara. Hal ini dapat

mengurangi kualitas kesehatan masyarakat di sekitar kawasan

industri.

8. Untuk peningkatan pelayanan birokrasi, perlu menerapkan sistem

pengembangan karir PNS (pola dan jenjang karir) terutama

dengan mengintegrasikan komponen Diklat (baik Diklat

kepemimpinan, fungsional maupun teknis) sebagai salah satu

persyaratan dalam melakukan promosi, rotasi dan mutasi

aparatur.

Faktor-faktor internal yang dimiliki dan faktor-faktor eksternal yang

dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Bogor yang kemudian

diformulasikan ke dalam Matriks SWOT, diperoleh 4 (empat) kelompok

strategi yang secara lengkap tercantum dalam Lampiran.

III.3. ISU-ISU STRATEGIS

A. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

1. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor diperkirakan akan meningkat

mencapai sekitar 5.642.969 jiwa pada tahun 2025 (BPS Jawa

Barat). Diperlukan pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan

penduduk untuk menciptakan penduduk tumbuh seimbang dalam

rangka mendukung terjadinya bonus demografi, yang dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas SDM

yang mandiri untuk mencapai kesejahteraan. Untuk mewujudkan

hal ini, Kabupaten Bogor harus bekerja sama dengan wilayah-

wilayah lain dalam lingkup Kawasan Jabodetabek, mengingat

Page 50: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 9

mobilitas orang antar wilayah Kabupaten/Kota di kawasan ini

cukup intensif.

2. Kualitas penduduk, dari sisi Rata-rata Lama Sekolah (RLS) masih

7,11 tahun sehingga membuat sebagian besar penduduk, lebih

dari 80 %, hanya berpendidikan paling tinggi SLTP/sederajat. Di

dalam jumlah itu, jumlah penduduk yang hanya tamat SD lebih

dari separuhnya.

3. Menurunkan AKI dan AKB secara signifikan, baik melalui

pendekatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan oleh pemerintah

dan swasta, maupun melalui pendekatan pemberdayaan

masyarakat dengan menumbuhkan kemandirian masyarakat

dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan.

4. Kualitas hidup dan peran perempuan dan anak di berbagai bidang

pembangunan masih rendah, yang ditandai oleh rendahnya angka

indeks pembangunan gender (IPG) dan tingginya tindak

kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi terhadap perempuan dan

anak, serta kurang memadainya kesejahteraan, partisipasi dan

perlindungan anak.

B. EKONOMI

1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama 5 tahun terakhir

yang terus mengalami peningkatan, dengan kontribusi terbesar

berasal dari sektor sekunder, menunjukkan bahwa perekonomian

Kabupaten Bogor banyak dipengaruhi oleh spill over effect dari

pertumbuhan aktivitas ekonomi di Jakarta. Hal ini karena sektor

sekunder dan tersier yang berkembang sifatnya lebih

terkait/berorientasi ke Jakarta dari pada terkait/berorientasi

untuk pembangunan kapasitas sumber daya lokal. Dapat dilihat

bagaimana perkembangan sektor industri, properti dan

perdagangan semuanya berkembang karena adanya proses urban

sprawl yang terjadi hingga meluas ke wilayah-wilayah penyangga

Jakarta. Banyak penduduk yang bertempat tinggal di Bogor

bekerja di Jakarta, dan banyak industri di Bogor yang berkantor

pusat di Jakarta. Karena itu wajar apabila pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Bogor tidak memberikan multiplier effect yang

Page 51: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 10

signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten

Bogor;

2. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat juga diiringi dengan

tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Ini berarti

masih banyak aktivitas ekonomi yang tidak memberikan

multiplier effect bagi perluasan kesempatan kerja dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apabila aktivitas

ekonomi seperti ini terus didorong maka akan memicu terjadinya

kesenjangan sosial yang makin meningkat;

3. Jumlah penganggur adalah lebih dari seperempat penduduk usia

kerja. Tingkat pengangguran cenderung bertambah dikarenakan

ada kecenderungan penurunan investasi dan relokasi industri

yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Selain itu, di

sektor pertanian dan kawasan perdesaan juga terjadi konversi

lahan pertanian ke guna lahan lain yang menyebabkan pelepasan

petani dari tanah dan kegiatan dasarnya;

4. Pengembangan perdagangan di Kabupaten Bogor difokuskan

kepada sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar,

baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri, tetapi belum

ada orientasi untuk mengembangkan sektor perdagangan yang

mampu memberikan insentif bagi tumbuhnya komoditas-

komoditas unggulan lokal. Sehingga perkembangan sektor

perdagangan tidak cukup hanya difokuskan pada distribusi barang

dan perluasan akses pasar melalui pameran atau promosi saja,

tetapi institusi pasar lokal harus dibangun agar sektor

perdagangan dapat mendorong pengembangan komoditas

unggulan lokal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

5. Meskipun pertumbuhan koperasi dan usaha kecil cukup signifikan,

tetapi dalam pengembangannya masih mengahadapi sejumlah

masalah, antara lain :

Masih terbatasnya kemampuan, keterampilan, wawasan SDM

koperasi sehingga mengakibatkan masih lemahnya kinerja

organisasi, manajemen dan usaha.

Lemahnya struktur permodalan, pemupukan modal sendiri

dan terbatasnya akses permodalan pada sumber modal dari

luar.

Page 52: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 11

Masih terbatasnya akses pemasaran terutama dalam

menghadapi persaingan usaha.

6. Kinerja sektor pertanian masih lemah karena hubungan yang

belum sinergis antar berbagai sub sistem pertanian, dan kinerja

masing-masing subsistem terutama budidaya (on farm) masih

lemah. Aktivitas budidaya dihadapkan pada permasalahan luasan

lahan petani yang makin sempit, teknologinya masih tradisional,

mutu produk masih rendah, harga tidak mendukung dan struktur

pasar juga cenderung merugikan petani. Apabila Kabupaten

Bogor ingin mengoptimalkan keunggulan agroekosistem yang

dimilikinya, maka prasyarat utama yang harus dilakukan adalah

reforma agraria dan kebijakan penataan ruang yang mampu

memberikan insentif bagi tumbuhnya sektor pertanian;

7. Potensi pariwisata Kabupaten Bogor berupa alam, adat istiadat,

seni dan budaya perlu dikembangkan sebagai modal dasar

pembangunan kepariwisataan, dengan teap menjaga kelestarian

lingkungan dan nilai-nilai setempat.

Ekowisata dan desa wisata lebih ditekankan/menjadi prioritas

sebagai bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan dan

berbasis masyarakat.

Disamping itu harus didukung sumber daya manusia, fasilitas

pariwisata yang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya

adalah sarana wisata belanja untuk menampung produk khas

Bogor termasuk industri kecil/kerajinan;

8. Jumlah warga yang miskin lebih dari seperempat jumlah

penduduk. Angka ini ada kecenderungan terus meningkat terkait

dengan kebijakan nasional berupa kenaikan harga bahan bakar

minyak dan gas untuk kebutuhan konsumsi yang memicu

meningkatnya biaya hidup secara keseluruhan.

C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Hasil-hasil riset yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga

penelitian dan lembaga pendidikan tinggi yang tersebar di Kabupaten

Bogor belum dapat didesiminasikan dan dimanfaatkan secara nyata

dalam proses pelaksanaan pembangunan, karena IPTEK ini sangat

Page 53: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 12

diperlukan dalam pemberdayaan UKM, pertanian, peternakan dan

perdagangan.

D. SARANA DAN PRASARANA

1. Perubahan fungsi lahan untuk kebutuhan prasarana kota

mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau semakin kecil. Oleh

karena itu, dibutuhkan pengawasan pemerintah daerah untuk

menjaga dan memelihara kualitas dan kuantitas lahan ruang

terbuka hijau serta memulihkan ruang terbuka hijau yang

menurun fungsinya;

2. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bogor perlu

ditingkatkan. Hal ini berkaitan dengan masih banyaknya

permasalahan TPA-TPA di Kabupaten Bogor, baik dari sisi kondisi,

sistem pengoperasian, pemilihan lokasi TPA yang baru, maupun

alokasi anggaran pemerintah daerah;

3. Prasarana dan sarana lingkungan perumahan di Kabupaten Bogor,

khususnya di kawasan pedesaan memerlukan perhatian

pemerintah dan mengingat keterbatasan kemampuan masyarakat

desa;

4. Penanggulangan bahaya kebakaran di Kabupaten Bogor perlu

ditingkatkan dengan mencakup upaya penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

pencegahan bahaya kebakaran;

5. Penataan reklame di kawasan perkotaan dan jaringan jalan perlu

ditingkatkan dengan meningkatkan kesadaran pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk masyarakat;

6. Penerbitan IMB masih dirasakan berbelit, birokratis, lama dan

mahal sehingga menyebabkan masyarakat enggan untuk

mengurus IMB terutama untuk rumah tinggal di perdesaan dan di

luar kawasan perumahan;

7. Penyesuaian ruang milik jalan pada jalan bernomor ruas dengan

mengikuti peraturan perundangan yang berlaku dan juga

penambahan penomoran ruas jalan dalam rangka kemudahan

inventarisasi dan penanganan permasalahan;

Page 54: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 13

8. Penataan sistem jaringan jalan yang nyaman dan memadai

menuju obyek wisata di Kabupaten Bogor;

9. Pengelolaan dan sistem informasi penanganan situ yang belum

optimal terkait dengan status kewenangannya sedangkan

fungsinya secara lokal sangat penting. Upaya kerjasama dengan

pihak yang berwenang yang dalam hal ini adalah Provinsi Jawa

Barat perlu diupayakan dan terus ditingkatkan;

10. Permasalahan irigasi di Kabupaten Bogor memerlukan upaya

penataan data inventarisasi irigasi yang terintegrasi dengan

melibatkan dan memberdayakan P3A Mitra Cai;

11. Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan daerah,

pertambahan kendaraan bermotor, dan pergerakan penduduk,

maka jumlah titik kemacetan juga bertambah. Penambahan

sarana dan prasarana pengamanan lalu-lintas beserta aparatnya

perlu memperoleh perhatian;

12. Perlu menjaga fungsi terminal-terminal supaya tidak turun

kualitasnya atau beralih fungsi ke penggunaan lain;

13. Sehubungan dengan pemekaran Bogor Barat, maka perlu

penyesuaian jaringan angkutan umum beserta jumlah armadanya

disesuaikan dengan permintaannya;

14. Peningkatan dan pembangunan kapasitas maupun sarana di

bidang pos dan telekomunikasi di Kabupaten Bogor beserta

dengan sumberdaya manusianya;

15. Perlu penataan perparkiran yang sesuai dengan kondisi

masyarakat setempat sehingga retribusi yang diharapkan

terkumpul bisa terus meningkat.

E. POLITIK

Menjaga proses konsolidasi demokrasi ke arah terwujudnya

pengawasan dan penyeimbangan kekuasaan politik terutama

kejelasan di lingkup penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Bogor

yang lebih mendorong kemandirian di daerah.

Pada lingkup pemerintahan daerah, konsolidasi demokrasi perlu

didukung dengan kebijakan daerah yang reformis dan birokrasi yang

Page 55: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 14

memenuhi syarat profesionalisme, efektivitas, dan mandiri serta baik

dan bersih.

F. KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

Kedepan upaya meningkatkan ketertiban dan ketentraman

masyarakat masih dihadapkan pada berbagai persoalan seperti

banyaknya berbagai masalah sosial yang dapat menjadi faktor

pencetus kriminal bagi timbulnya gangguan trantibmas, seperti

menekan pengangguran, keadilan dan ketersediaan pelayanan publik,

pengembangan motivasi hidup disiplin, serta transparansi

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

G. HUKUM

1. Berbagai permasalahan selama ini yang terkait dengan aspek

hukum adalah masih lemahnya kinerja penegakkan hukum daerah

terhadap berbagai pelanggaran yang terjadi, dan masih perlu

ditingkatkannya kualitas dan kuantitas produk hukum daerah,

serta belum berkembangnya budaya/kesadaran hukum

masyarakat;

2. Perangkat hukum masih belum mampu melandasi semua aktifitas

masyarakat dan pemerintah, karena masih ditemukannya kasus-

kasus pelanggaran hukum baik berupa KKN (Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme) maupun tindak kekerasan yang lain, yang

menunjukkan penegakkan hukum masih belum mampu membuat

masyarakat sadar hukum.

H. APARATUR

1. Penempatan aparatur pemerintah sebagai salah satu pilar dalam

penyelenggaraan pemerintahan memiliki peran yang sangat

strategis dalam mewujudkan pelayanan prima aparatur

pemerintah kepada masyarakat. Penempatan posisi dan jabatan

aparatur belum mengedepankan pola pengembangan karir yang

berbasis pada profesionalitas dan kompetensi aparatur atau

belum menggunakan pola “merit system”;

Page 56: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 15

2. Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik

(good governance), dengan meningkatkan kompetensi aparatur

pemerintah Kabupaten berdasarkan standarisasi nasional dan

peningkatan kualitas kinerja organisasi publik berdasarkan

standar pelayanan minimal disertai dengan kesiapan mental dan

peningkatan kinerja aparatur pemerintah Kabupaten Bogor, agar

mampu memberikan pelayanan publik yang dapat mememenuhi

aspek transparansi dan akuntabilitas yang lebih sederhana,

murah dan cepat dengan pemanfaatan e-government,

e-procurement dan pelayanan satu pintu;

3. Perlunya peningkatan dan diversifikasi jaringan sistem informasi

manajemen (bidang kepegawaian, kearsipan, keuangan, dsb)

yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi sebagai

perwujudan electronic government (e-gov) bagi optimalisasi

kinerja dan layanan organisasi publik dalam pembangunan.

I. TATA RUANG DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

1. Penyusunan dokumen rencana yang belum tersistematis, hal ini

berkaitan dengan tingkat kedetailan produk peta. Di beberapa

wilayah kecamatan masih ada yang belum memiliki dokumen

rencana, sementara di wilayah kecamatan lain banyak yang

memiliki dokumen rencana bahkan sampai tingkat detail

(perencanaan tapak);

2. Perlunya ketersediaan rencana tata ruang secara merata bagi

semua wilayah administrasi pemerintahan dengan kelengkapan

tema yang diarahkan oleh peraturan perundangan berlaku;

3. Perlu kajian yang komprehensif dalam menentukan struktur

ruang yang baru setelah Kabupaten Bogor Barat terbentuk

nantinya, sehingga dapat meningkatkan pola pemanfaatan ruang;

4. Kawasan pertanian perlu terus dipertahankan, khususnya di

kawasan yang sangat produktif. Hal ini terkait dengan kondisi

bahwa konversi lahan dari pertanian ke perumahan/

komersial/industri cenderung meningkat. Sawah produktif sangat

berkontribusi terhadap perekonomian di Kabupaten Bogor;

Page 57: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 16

5. Pengendalian Pemanfaatan Ruang perlu terus ditingkatkan

mengingat secara regional Kabupaten Bogor berperan dalam

masalah banjir di Jakarta;

6. Penataan kawasan perbatasan, dengan penentuan titik ordinat

dan pemasangan patok, baik perbatasan Kabupaten Bogor dengan

Kabupaten/Kota di sekitarnya, perbatasan antar kecamatan di

Kabupaten Bogor, maupun perbatasan dengan Propinsi Jawa

Barat dan Propinsi Banten yang berada di Kabupaten Bogor;

7. Penertiban kepemilikan tanah oleh Pemerintah Daerah untuk

cadangan tanah pemakaman;

8. Penyelesaian permasalahan, konflik/sengketa pertanahan tanah

terhadap ex HGU di beberapa perusahaan, baik dengan

masyarakat maupun dengan pihak yang menguasai tanah

dimaksud;

9. Penyelesaian permasalahan konflik pertanahan di beberapa desa

yang telah digarap oleh masyarakat.

J. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Penilaian AMDAL menjadi isu yang strategis terkait dengan

seberapa besar komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap

pembangunan wilayah berbasiskan ramah lingkungan.

Kenyataannya, kondisi sungai-sungai umumnya sudah tercemar

limbah dari berbagai kegiatan produktif warga dan swasta;

2. Terwujudnya ketersediaan sumber daya alam bagi sumber energi

dan sebagai bagian penyeimbang iklim global;

3. Meningkatnya pengembangan potensi wilayah baik pada daerah

sekitar hutan, persawahan, dan daerah-daerah sekitar kawasan

industri dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik

dan kompetitif serta mempunyai dampak langsung terhadap

percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan

kerja dengan mempertimbangkan kelestarian alam.

Page 58: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

III - 17

III.4 MODAL DASAR

Modal dasar pembangunan daerah adalah seluruh sumber kekuatan

daerah, baik yang efektif maupun potensial, yang dimiliki dan

didayagunakan dalam pembangunan daerah.

1. Kabupaten Bogor mempunyai bentang alam pegunungan vulkanik yang

memiliki keindahan panorama alam didukung kesejukan dengan suhu

rata-rata 250C dengan rata-rata curah hujan tahunan 2,500 - 5,000

mm/tahun mempunyai jenis tanah yang subur, kelimpahan sumber air

dan keanekaragaman hayati, menjadi sumber potensial bagi

kemakmuran masyarakat dan menjadi daya tarik wisatawan.

2. Sebagai salah satu hinterland di bagian selatan kota Jakarta, dengan

akses yang mudah dicapai dan masih luasnya ketersediaan lahan,

menjadikan Kabupaten Bogor sebagai wilayah yang banyak menarik

minat investor untuk menanamkan modalnya berusaha di bidang

perumahan, industri agro, resort dan lain-lain.

3. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang relatif besar dan

homogenitas kesukuan merupakan sumber daya potensial dan

produktif bagi pembangunan daerah.

4. Keramahtamahan yang merupakan karakteristik kebudayaan

masyarakat setempat memudahkan asimilasi sosial, merupakan modal

sosial yang mempercepat masuknya investasi dari luar.

5. Infrastruktur yang relatif memadai terutama di sekitar wilayah

perbatasan dengan Jakarta mengakibatkan kabupaten Bogor menjadi

salah satu wilayah di hinterland Jakarta yang sesuai untuk

pengembangan permukiman, perdagangan dan industri.

6. Kabupaten Bogor memiliki produk-produk pertanian unggulan seperti

komoditas teh di kawasan Puncak, buah-buahan; komoditas unggulan

peternakan di wilayah Bogor Barat dan Timur serta perikanan di

wilayah Bogor Barat dan Tengah.

7. Kabupaten Bogor memiliki produk-produk UKM unggulan seperti

kerajinan tas, sepatu dan sebagainya.

8. Kabupaten Bogor memiliki kawasan industri yang cukup berkembang

terutama di daerah Cibinong, Cileungsi dan sekitarnya.

9. Kabupaten Bogor memiliki individu-individu SDM yang unggul

mengingat banyaknya institusi penelitian maupun pendidikan tinggi

yang ada di wilayahnya.

Page 59: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

IV - 1

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH

TAHUN 2005–2025

III.1. Visi Pembangunan Daerah

Berdasarkan kondisi Kabupaten Bogor sampai saat ini, isu-isu

strategis dan dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka

Visi Pembangunan Kabupaten Bogor tahun 2005–2025 adalah :

“KABUPATEN BOGOR MAJU DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN

IMAN DAN TAKWA”

Pernyataan Visi Kabupaten Bogor di atas, memiliki makna :

- Maju, berarti masyarakat telah mencapai atau berada pada tingkat

kemajuan yang lebih tinggi atau masyarakat telah menuju ke arah yang

lebih baik maupun berkembang ke arah yang lebih baik. Maju juga

berarti bahwa Kabupaten Bogor sebagai wilayah terus melakukan

pengembangan diri untuk terus menyesuaikan diri terhadap perubahan

yang terjadi di dalam maupun di luar. Tingkat kemajuan dapat diukur

berdasarkan kualitas SDM, tingkat kemakmuran, terkendalinya

perubahan lingkungan alam dan binaan melalui kesadaran

pembangunan yang berkelanjutan, serta kemantapan sistem dan

kelembagaan politik dan hukum.

- Sejahtera, berarti masyarakat telah berada dalam kondisi aman dan

sentosa (terlepas dari segala gangguan dan kesulitan), makmur (telah

terpenuhinya seluruh kebutuhan dasarnya sesuai dengan standar hidup

yang layak bagi kemanusiaan) dan tentram (gemah ripah, repeh,

rapih). Tingkat sejahtera masyarakat Kabupaten Bogor diukur

berdasarkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

- Iman dan Takwa sebagai landasan dalam melaksanakan aktivitas guna

pencapaian visi dan misi yang ditetapkan melalui pengamalan ajaran

agama. Pengamalan ajaran agama secara konsisten dalam kehidupan

bermasyarakat akan mewujudkan situasi yang kondusif untuk

melaksanakan pembangunan daerah.

Page 60: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

IV - 2

III.2. Misi Pembangunan Daerah

Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh

melalui 4 (empat) misi pembangunan jangka panjang Kabupaten Bogor

sebagai berikut :

Misi Pertama : Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

adalah membangun sumber daya manusia yang sehat,

cerdas, produktif, kompetitif dan berakhlak mulia,

serta menghargai dan menerapkan nilai-nilai luhur

budaya.

Misi Kedua : Mewujudkan perekonomian rakyat yang maju adalah

mengembangkan dan memperkuat perekonomian

regional berorientasi pada keunggulan komparatif,

kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada

potensi lokal sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi

yang stabil dan berkesinambungan dengan mekanisme

pasar yang berlandaskan persaingan sehat.

Perkembangan ekonomi regional didukung oleh

penyediaan infrastruktur yang memadai, tenaga kerja

yang berkualitas dan regulasi yang mendukung

penciptaan iklim investasi yang kondusif.

Misi Ketiga : Mewujudkan Kabupaten Bogor yang TEGAR BERIMAN

(Tertib, Segar, Bersih, Indah, Mandiri, Aman dan

Nyaman) dan berkelanjutan adalah membentuk suatu

kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu

prasyarat terselenggaranya proses pembangunan

daerah dalam rangka mewujudkan masyarakat

Kabupaten Bogor yang maju dan sejahtera yang

ditandai dengan terjaminnya ketertiban dan

keamanan serta pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang berkelanjutan, menjaga fungsi

dan daya dukung lingkungan, serta keseimbangan

pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan

untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan

upaya konservasi di kawasan perkotaan dan kawasan

perdesaan.

Page 61: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

IV - 3

Misi Keempat : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

adalah membangun akuntabilitas kepemerintahan

yang bertanggung jawab, peningkatan efisiensi

birokrasi, kemitraan yang serasi antara legislatif

dengan eksekutif, penciptaan stabilitas politik dan

konsistensi dalam penegakan hukum serta peningkatan

pelibatan dan partisipasi masyarakat dan swasta

dalam pelaksanaan pembangunan daerah sehingga

pelayanan umum terus dapat ditingkatkan.

Page 62: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 1

BAB V ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005–2025

V.1 SASARAN PEMBANGUNAN MENURUT MISI

Untuk memberikan arah yang jelas bagi pelaksanaan pembangunan jangka

panjang daerah selama 20 (dua puluh) tahun yang akan datang, maka

ditentukan sasaran pokok pembangunan pada setiap Misi sebagai berikut :

A. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, ditandai oleh

hal-hal berikut :

1. Terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia dan bermoral

berdasarkan falsafah negara Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang ditunjukkan dengan kesolehan

individu dan kesolehan sosial dalam perilaku sehari-hari;

2. Meningkatnya tingkat pendidikan dan derajat kesehatan

masyarakat, yang ditunjukkan dengan meningkatnya Rata-rata

Lama Sekolah (RLS), Angka Melek Huruf (AMH), tingkat partisipasi

pendidikan, Angka Harapan Hidup (AHH), status gizi anak serta

menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB)

dan angka kesakitan;

3. Terwujudnya sumberdaya manusia yang berdaya saing yang

ditunjukkan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan

keterampilan;

4. Terkendalinya pertumbuhan penduduk beserta persebarannya dan

tercapainya keseimbangan antara jumlah penduduk terhadap daya

dukung dan daya tampung lingkungannya;

5. Meningkatnya kompetensi, penempatan, perlindungan dan

pengawasan tenaga kerja;

6. Meningkatnya kualitas hidup lansia, kesejahteraan para penyandang

masalah sosial serta perlindungan terhadap perempuan dan anak;

7. Meningkatnya ketahanan budaya, jatidiri masyarakat dan

terimplementasinya nilai luhur budaya dan kearifan lokal dalam

kehidupan masyarakat.

Page 63: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 2

B. Terwujudnya perekonomian rakyat yang maju, ditandai oleh hal-hal

berikut :

1. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

keunggulan kompetitif di sektor industri dan perdagangan serta

didukung oleh pertanian yang tangguh dan pariwisata yang

berbasis masyarakat;

2. Meningkatnya daya tahan dan daya saing dunia usaha di

Kabupaten Bogor, terutama Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (KUMKM) serta tumbuhnya wirausaha baru;

3. Meningkatnya pelayanan jaringan infrastruktur transportasi yang

andal dan terintegrasi serta terwujudnya kemudahan dan efisiensi

bagi pergerakan orang, barang dan jasa;

4. Meningkatnya pelayanan jaringan irigasi untuk pemenuhan

kebutuhan air bagi pertanian;

5. Terwujudnya pengendalian pemanfaatan sumber daya air secara

berkelanjutan untuk kemajuan perekonomian daerah;

6. Meningkatnya pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman

sesuai dengan lingkungan yang sehat dan layak huni, baik di

perkotaan maupun di perdesaan;

7. Terpenuhinya kebutuhan energi listrik bagi seluruh masyarakat;

8. Meningkatnya jangkauan pelayanan jaringan komunikasi dan

teknologi informasi (telematika) yang efisien dan modern ke

seluruh wilayah;

9. Meningkatnya pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif dan

terbarukan, seperti energi hidro, surya, angin, panas bumi dan bio

–energi lainnya untuk pembangunan daerah;

10. Terjaminnya ketersediaan kebutuhan pangan masyarakat;

11. Meningkatnya investasi di daerah, perluasan lapangan kerja, nilai

tambah produk unggulan Kabupaten Bogor disertai dengan

meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat dan pendapatan

per kapita masyarakat, sehingga menurunnya jumlah

pengangguran terbuka dan penduduk miskin di Kabupaten Bogor.

Page 64: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 3

C. Terwujudnya Kabupaten Bogor yang TEGAR BERIMAN (Tertib, Segar,

Bersih, Indah, Mandiri, Aman dan Nyaman) dan Berkelanjutan

ditandai oleh hal-hal berikut :

1. Meningkatnya penegakan hukum demi terwujudnya stabilitas

keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat serta

tercapainya situasi dan kondisi yang kondusif bagi keberlanjutan

pembangunan di Kabupaten Bogor;

2. Meningkatnya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam mentaati

dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Tercapainya penataan ruang yang memperhatikan keseimbangan

antara fungsi lindung dan fungsi budidaya;

4. Terwujudnya keselarasan, keserasian, keseimbangan dan keindahan

dalam pengaturan tata ruang dan tata hijau kawasan;

5. Meningkatnya kualitas lingkungan dan perilaku hidup bersih dan

sehat;

6. Meningkatnya kemampuan untuk mendayagunakan segenap potensi

daerah dan potensi masyarakat untuk mencapai kemandirian

daerah;

7. Terciptanya suasana aman dan nyaman dalam lingkungan

permukiman, wilayah dan daerah;

8. Meningkatnya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sumber daya alam serta pelestarian fungsi lingkungan

hidup yang berkelanjutan;

9. Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya

alam setempat untuk mewujudkan nilai tambah sosial, ekonomi,

budaya dan menjadi modal dasar pembangunan daerah.

D. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, ditandai oleh hal-

hal berikut :

1. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan

dan pelaksanaan pembangunan daerah yang didukung oleh kondisi

politik yang demokratis;

2. Meningkatnya profesionalisme aparatur, efisiensi birokrasi dan

akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bermuara

Page 65: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 4

kepada peningkatan pelayanan publik, sehingga terwujud

pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab;

3. Meningkatnya penegakan hukum dan perlindungan hak asasi

manusia yang menjamin terwujudnya ketentraman dan ketertiban

masyarakat;

4. Meningkatnya kapasitas pemerintahan desa untuk memperkuat

penyelenggaraan pemerintahan daerah;

5. Meningkatnya transparansi dan akses masyarakat terhadap

penyelenggaraan pemerintahan daerah serta pelayanan publik,

dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang efisien

dan modern.

Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut, arah pembangunan

jangka panjang daerah selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang

akan datang adalah sebagai berikut :

V.2 ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005–2025

V.2.1 ARAHAN UMUM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BOGOR

A. MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) memiliki peran yang sangat

penting dalam mewujudkan masyarakat Kabupaten Bogor yang maju dan

sejahtera, sehingga mampu berdaya saing dalam era globalisasi.

Disamping itu, terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia,

bermoral dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana

kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa dan

harmonis. Oleh karena itu, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di

Kabupaten Bogor diarahkan pada :

Arah pembangunan keagamaan adalah :

1. Peningkatan pemahaman ajaran agama melalui pendidikan agama

dan dakwah serta syiar-syiar keagamaan;

2. Penciptaan kerukunan hidup beragama, baik kerukunan intern umat

beragama maupun antar umat bergama;

Page 66: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 5

3. Peningkatan pelayanan keagamaan serta partisipasi umat beragama

dalam pembangunan daerah;

4. Peningkatan pengamalan ajaran agama secara utuh, sehingga

terwujud kesolehan individu dan kesolehan sosial.

Arah pembangunan pendidikan adalah :

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan;

2. Peningkatan akses pelayanan pendidikan yang berkualitas, terutama

kelompok masyarakat miskin dan perdesaan;

3. Peningkatan mutu pendidikan yang didasarkan pada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP);

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dan

kependidikan, baik teknis maupun non teknis, agar lebih mampu

mengembangkan kompetensinya;

5. Peningkatan peranserta masyarakat, orang tua dan swasta dalam

pembangunan pendidikan;

6. Optimalisasi peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah guna

peningkatan mutu lembaga pendidikan;

7. Peningkatan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah melalui

otonomi dalam menyelenggarakan pendidikan.

8. Peningkatan minat baca dan budaya baca masyarakat dalam rangka

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta

peningkatan iman dan takwa (Imtak) disertai dengan ketersediaan

sarana perpustakaan yang merata di setiap wilayah.

Arah pembangunan kesehatan adalah :

1. Peningkatan kualitas upaya kesehatan, baik upaya kesehatan

perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM);

2. Pemenuhan sarana dan perbekalan kesehatan sesuai dengan standar

yang berlaku;

3. Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia

kesehatan/tenaga kesehatan;

Page 67: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 6

4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam bidang

kesehatan;

5. Pengembangan pembiayaan kesehatan melalui sistem jaminan

pemeliharaan kesehatan;

6. Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan termasuk regulasi

dalam bidang kesehatan.

Arah pembangunan kependudukan adalah :

1. Pengendalian pertumbuhan penduduk alamiah, migrasi penduduk

beserta persebarannya;

2. Peningkatan kualitas dan tertib administrasi kependudukan sebagai

kebutuhan dasar;

3. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan keluarga berencana,

ketahanan keluarga dan keluarga sejahtera serta pendewasaan usia

perkawinan.

Arah pembangunan ketenagakerjaan adalah :

1. Peningkatan keterampilan pencari kerja;

2. Perluasan lapangan kerja, baik di sektor formal maupun sektor

informal;

3. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja;

4. Peningkatan hubungan industrial yang harmonis;

5. Peningkatan kerja sama dengan lembaga-lembaga jasa

ketenagakerjaan, perguruan tinggi serta dunia usaha dalam rangka

penciptaan kesempatan kerja;

6. Peningkatan fasilitasi untuk perbaikan taraf hidup pekerja di sektor

formal.

Arah pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah :

1. Peningkatan kualitas hidup, taraf kesejahteraan perempuan dan

anak serta pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

2. Peningkatan peran perempuan, kesetaraan dan keadilan gender di

berbagai bidang pembangunan.

Arah pemberdayaan masyarakat desa adalah :

1. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa dan potensi ekonomi

desa serta penciptaan suasana dan iklim yang kondusif bagi

perkembangan potensi desa;

Page 68: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 7

2. Peningkatan partisipasi dan pengembangan kemampuan swadaya

masyarakat dalam pembangunan desa;

3. Peningkatan fasilitasi untuk mendorong pelembagaan (institution)

sistem pembangunan desa secara partisipatif;

4. Peningkatan fasilitasi untuk pemenuhan cakupan pelayanan sarana

dan prasarana desa.

Arah pembangunan sosial adalah :

1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar yang

memadai dan merata di setiap wilayah;

2. Peningkatan kualitas hidup lansia, korban bencana dan para

penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya;

3. Peningkatan dan penggalian potensi sumber kehidupan penyandang

masalah kesejahteraan sosial untuk perbaikan taraf hidupnya;

4. Peningkatan pelayanan sosial dan fasilitasi untuk perbaikan

kesejahteraan masyarakat, termasuk melalui transmigrasi;

5. Peningkatan kualitas dan peran pemuda serta kelembagaan pemuda

dalam pembangunan daerah;

6. Peningkatan budaya olahraga dan prestasi olahraga di kalangan

masyarakat.

Arah pembangunan kebudayaan adalah :

1. Pemantapan ketahanan budaya masyarakat Kabupaten Bogor;

2. Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya daerah, kearifan

lokal serta nilai-nilai sejarah dan kejuangan bangsa;

3. Penumbuhan budaya inovatif dan kreatif yang positif disertai dengan

pengembangan nilai-nilai budaya masyarakat yang dilandasi oleh

falsafah “Prayoga, Tohaga, Sayaga” (mengutamakan persatuan,

kekokohan dan kekuatan pendirian serta perjuangan) maupun nilai-

nilai budaya agung lainnya yang hidup dalam masyarakat;

4. Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai sejarah, tradisi dan

kepurbakalaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

obyek wisata budaya;

5. Peningkatan kualitas kesenian daerah, komunitas beserta lingkung

seni-budaya dan perkuatan keanekaragaman seni budaya dengan

Page 69: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 8

tetap memperhatikan nilai-nilai budaya yang hidup dalam

masyarakat.

Arah pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah :

1. Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

terapan yang mampu mendorong percepatan pembangunan ekonomi,

kualitas SDM, sarana dan prasarana dan layanan Pemerintah

Kabupaten Bogor yang berbasis teknologi informasi;

2. Pendayagunaan dan pengembangan hasil-hasil penelitian terapan,

baik yang bersumber dari hasil-hasil kerjasama penelitian dan

pengembangan antara Pemerintah Kabupaten Bogor dengan

perguruan tinggi, lembaga penelitian maupun lembaga-lembaga

ilmiah lainnya dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi

daerah.

B. MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN RAKYAT YANG MAJU

Perekonomian Kabupaten Bogor sangat dipengaruhi oleh keberadaan

sektor riil yang menjadi lapangan usaha masyarakat Kabupaten Bogor,

baik di sektor primer, sekunder maupun sektor tersier. Untuk sektor

primer, seperti pertanian dalam arti luas, selama ini sudah ada dan

tumbuh di masyarakat serta menyerap tenaga kerja yang banyak dan

masih memiliki potensi yang besar dan cukup variatif karena didukung

pula oleh agro ekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas

pertanian, sehingga komoditas pertanian memiliki daya saing, baik di

tingkat lokal dan regional. Demikian juga dengan sektor sekunder,

seperti industri manufaktur dan kegiatan perdagangan dan jasa telah

memberikan kontribusi yang sangat dominan terhadap pergerakan

ekonomi Kabupaten Bogor. Selama ini, sektor-sektor lapangan usaha riil

dimaksud memiliki daya saing yang tinggi, sehingga membuka peluang

kerja dan kesempatan usaha bagi kemajuan dan kesejahteraan

masyarakat Kabupaten Bogor. Untuk memperkuat daya saing tersebut,

pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor diarahkan pada :

Page 70: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 9

Arah pembangunan pekerjaan umum adalah :

1. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi, sumber daya air

dan irigasi, energi dan telekomunikasi untuk mendukung aktivitas

perekonomian, sosial, dan budaya;

2. Pengembangan infrastruktur wilayah dengan meningkatkan

peranserta masyarakat dan investasi swasta demi peningkatan

kuantitas dan kualitas ketersediaan infrastruktur di wilayah

Kabupaten Bogor;

3. Pembangunan prasarana sumber daya air diarahkan untuk

mewujudkan fungsi air sebagai sumber daya sosial (social goods) dan

sumber daya ekonomi (economic goods) yang seimbang melalui

pengelolaan yang berkelanjutan, sehingga dapat menjamin

kebutuhan pokok hidup dan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat;

4. Pembangunan infrastruktur transportasi yang efektif dan efisien,

handal dan terintegrasi untuk kemudahan pergerakan orang, barang

dan jasa;

5. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air, konservasi sumberdaya

air, pendayagunaan sumberdaya air, pengendalian banjir dan daya

rusak air serta pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

sumberdaya air;

6. Peningkatan penyediaan air baku melalui pengembangan dan

pengelolaan sumberdaya air sekaligus sebagai pengendali banjir dan

daya rusak air maupun keterpaduan pengelolaan daerah aliran

sungai, optimalisasi penggunaan air permukaan dan peningkatan

peranserta masyarakat dalam pemanfaatan air sesuai dengan prinsip

pembangunan yang berwawasan lingkungan;

7. Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui optimalisasi dalam

penyediaan air irigasi bagi pertanian.

Arah pembangunan perhubungan adalah :

1. Peningkatan pelayanan perhubungan untuk mempercepat dan

memperlancar pergerakan orang, barang dan jasa;

Page 71: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 10

2. Optimalisasi manajemen transportasi, pengaturan moda transportasi

angkutan umum dan angkutan massal untuk keselamatan pengguna

sarana transportasi;

3. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan,

berupa terminal, fasilitas lalu-lintas dan sarana perhubungan

lainnya.

Arah pembangunan perumahan adalah :

1. Pengembangan sarana dan prasarana dasar permukiman, mancakup

air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah dengan sistem

“on-site” maupun sistem komunal, terutama di perkotaan;

2. Pembangunan prasarana pengelolaan sampah, tempat pemrosesan

akhir sampah terpadu disertai dengan penerapan pola 3-R (Recycle =

daur ulang; Reduce = pengurangan; dan Reuse = pemakaian ulang)

dari timbulan sampah;

3. Pembangunan dan pengembangan sarana pemakaman umum dan

pemakaman bukan umum untuk memenuhi skala pelayanan

kabupaten dan regional;

4. Peningkatan sarana dan prasarana serta kemahiran aparat untuk

antisipasi dan kesiapsiagaan dalam rangka pencegahan dan

penanganan kebakaran di wilayah Kabupaten Bogor;

5. Peningkatan pengawasan atas pengelolaan limbah bahan berbahaya

dan beracun (limbah B-3) sesuai dengan pembangunan yang

berwawasan lingkungan;

6. Peningkatan cakupan pelayanan perumahan yang layak huni dan

memenuhi persyaratan teknis bangunan serta penataan kawasan

kumuh perkotaan maupun pemugaran perumahan dan lingkungan

desa terpadu.

Arah pembangunan penanaman modal adalah :

1. Pengembangan kerjasama ekonomi yang sinergis dan saling

memperkuat antara Kabupaten Bogor dengan daerah sekitarnya,

sehingga tercapai akselerasi pertumbuhan ekonomi secara

berkelanjutan;

Page 72: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 11

2. Perwujudan iklim investasi yang menarik bagi investor melalui

kemudahan-kemudahan dalam bentuk penyediaan sarana, prasarana,

pemberian bantuan teknis, keringanan biaya dan percepatan

pemberian ijin usaha;

3. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah.

Arah pembangunan koperasi dan UKM adalah :

1. Peningkatan daya saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(KUMKM) yang berbasis IPTEK, sehingga menjadi bagian integral dari

keseluruhan kegiatan ekonomi dan memperkuat basis ekonomi lokal

dan daerah;

2. Peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan,

pengembangan kemitraan di antara pelaku ekonomi lainnya, untuk

memperkuat perekonomian daerah;

3. Perkuatan kelembagaan dan usaha, kapasitas sumber daya manusia

KUMKM, pembiayaan dan pengembangan peluang pasar bagi produk

KUMKM;

4. Peningkatan daya saing industri kecil dan menengah serta

pemantapan sistem dan jaringan distribusi barang untuk pasar dalam

negeri maupun pasar luar negeri.

Arah pembangunan pertanian adalah :

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan nilai tambah hasil

pertanian;

2. Pelaksanaan revitalisasi pertanian dalam arti luas melalui penguatan

sistem agribisnis dan penerapan hasil inovasi serta teknologi terkini

dalam lingkup pertanian;

3. Peningkatan ketersediaan, akses dan distribusi serta keamanan

pangan;

4. Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit tanaman,

ternak dan ikan;

5. Menumbuhkembangkan industri agro yang tersebar di pedesaan

untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan menyerap

tenaga kerja.

Page 73: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 12

Arah pembangunan energi dan sumber daya mineral adalah :

1. Pemenuhan kebutuhan listrik dan cakupan pelayanan listrik

pedesaan ke seluruh wilayah;

2. Fasilitasi untuk pemenuhan pasokan energi dan listrik yang

bersumber dari potensi energi alternatif dan terbarukan, seperti

potensi hidro, surya, angin, panas bumi dan bio-energi lainnya;

3. Peningkatan pengelolaan utilitas umum berupa penerangan jalan

umum yang merata dan efisien di setiap wilayah;

4. Pengelolaan pertambangan bahan galian non-strategis dan non-vital

atau bahan galian C secara seimbang tanpa mengabaikan nilai

konservasinya;

5. Pengembangan kawasan pertambangan dengan mempertimbangkan

potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi;

6. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/

direklamasi sesuai dengan zona peruntukan yang telah ditetapkan;

7. Pengembangan dan pembinaan usaha pertambangan skala kecil

dengan tetap memperhatikan pembangunan yang berwawasan

lingkungan;

8. Peningkatan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan air bawah

tanah sesuai dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Arah pembangunan pariwisata adalah :

1. Peningkatan pelayanan pariwisata dengan menjaga dan memelihara

kualitas sumber daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan

aktivitas ekowisata yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi

bagi kesejahteraan masyarakat;

2. Peningkatan kualitas pelayanan pariwisata yang didukung dengan

sarana dan prasarana yang memadai serta memiliki kearifan dan

kekhasan lokal;

3. Peningkatan daya tarik wisata, destinasi dan pemasaran pariwisata

melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan

kekhasan lokal serta mencerminkan jati diri masyarakat Kabupaten

Bogor.

Page 74: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 13

Arah pembangunan industri dan perdagangan adalah :

1. Penguatan struktur perekonomian dengan mendudukkan sektor

industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan

pertanian dalam arti luas serta pariwisata yang berbasis masyarakat;

2. Pengembangan industri yang bersifat padat karya dan berbasis

sumber daya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

mengurangi kemiskinan, menurunkan pengangguran, dan mendorong

pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bogor;

3. Pengembangan perdagangan yang mampu mendorong distribusi

barang dan jasa, dan pengembangan produk-produk unggulan lokal

yang mampu meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha serta

masyarakat.

C. MEWUJUDKAN KABUPATEN BOGOR YANG TEGAR BERIMAN (TERTIB, SEGAR, BERSIH, INDAH, MANDIRI, AMAN DAN NYAMAN) DAN BERKELANJUTAN

Pembangunan daerah yang berkelanjutan harus senantiasa didukung

oleh suasana tertib dan aman di masyarakat, sehingga pelaksanaan

pembangunan dapat terselenggara sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Selain itu, sumber daya alam yang lestari dan lingkungan

hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia serta

menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi

pembangunan. Untuk mewujudkan Kabupaten Bogor yang maju dan

sejahtera, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara

seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan. Penerapan

prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan

wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan

pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan Kabupaten Bogor yang

Tegar Beriman dan Berkelanjutan diarahkan pada :

Arah pembangunan lingkungan hidup adalah :

1. Pendayagunaan sumber daya alam yang terbarukan dan pengelolaan

sumber daya alam yang tidak terbarukan secara seimbang;

2. Peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup yang efisien, efektif dan berwawasan lingkungan;

Page 75: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 14

3. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan

hidup dan berperilaku ramah lingkungan;

4. Peningkatan keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai,

rehabilitasi lahan kritis serta reklamasi lahan bekas dan pasca

penambangan;

5. Peningkatan penataan daerah rawan bencana dan daerah resiko

tinggi bencana, pemulihan ekosistem kawasan lindung serta

perlindungan atau pemulihan daerah resapan air;

6. Peningkatan kemitraan dengan masyarakat untuk lebih memacu

pelaksanaan pemulihan kualitas lingkungan;

7. Pemanfaatan kawasan lindung harus tetap dalam kaidah konservasi

yang telah ditentukan dan pemanfaatan potensinya hanya dari sisi

jasa lingkungan;

8. Peningkatan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

sesuai dengan kaidah pembangunan yang berwawasan lingkungan,

serta peran serta masyarakat dalam pencegahan maupun kontrol

atas pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Arah pembangunan penataan ruang adalah :

1. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang

berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Rinci

Tata Ruang, mencakup Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana

Teknis Tata Ruang yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

2. Perwujudan struktur ruang wilayah Kabupaten Bogor meliputi sistem

pusat permukiman perdesaan, sistem pusat permukiman perkotaan

dan sistem prasarana wilayah yang telah direncanakan dalam RTRW

Kabupaten Bogor;

3. Perwujudan pola ruang Kabupaten Bogor yang ditandai dengan

peningkatan fungsi dan luasan kawasan lindung sebesar 45 % dan

kawasan budidaya sebesar 55 %;

4. Peningkatan pelaksanaan koordinasi penataan ruang dengan

Kabupaten/Kota yang berbatasan, serta dengan Kabupaten Kota dan

Provinsi yang termasuk dalam kawasan strategis Jabodetabekpunjur

melalui kelembagaan BKPRD atau TKPRD.

Page 76: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 15

Arah pembangunan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri adalah :

1. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mentaati dan mematuhi

peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga terwujud

suasana dan kondisi yang aman, tentram dan tertib di masyarakat;

2. Perwujudan suasana dan kondisi aman, tentram dan tertib demi

kelancaran pelaksanaan pembangunan daerah;

3. Peningkatan kualitas pelayanan dan penguatan peranserta

masyarakat dalam mewujudkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat;

4. Pemberdayaan potensi keamanan dan perlindungan masyarakat

dalam rangka menghadapi bencana maupun berbagai Ancaman,

Gangguan, Hambatan dan Tantangan (AGHT).

D. MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK

Untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik tersebut,

perlu perubahan perilaku politik seluruh kekuatan politik masyarakat

dalam menciptakan demokrasi berbasis etika dan nilai-nilai budaya

daerah, sehingga mampu mewujudkan keadaan yang aman, tertib, dan

tenteram dalam melaksanakan pembangunan. Hal tersebut didukung

oleh supremasi hukum dan penegakan hukum yang konsisten, produk

hukum yang mendukung peningkatan kualitas penyelenggaraan

pemerintahan daerah, dan diperkuat oleh perubahan perilaku aparatur

pemerintah yang dilandasi peningkatan etos kerja, profesionalisme, taat

pada peraturan, sistem dan prosedur, serta sistem karier yang lebih

terarah dan mampu menjamin kesejahteraan pegawai sesuai dengan

kinerjanya. Kapasitas dan kapabilitas aparatur pemerintah disertai

dengan kemahiran beradaptasi dan menggunakan perangkat teknologi

berbasis informasi, terutama dalam proses pengambilan keputusan yang

berdampak terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat, yang

ditunjang oleh struktur organisasi tata kerja yang lebih efisien dan

efektif sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Oleh karena itu, pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik,

diarahkan pada :

Page 77: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 16

Arah pembangunan perencanaan pembangunan daerah adalah :

1. Peningkatan dayaguna dan hasilguna perencanaan pembangunan

daerah, baik perencanaan ruang, bidang/sektor pembangunan,

urusan pemerintahan maupun perencanaan pembangunan secara

berjangka menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

demi kemajuan Kabupaten Bogor;

2. Peningkatan ketersediaan data yang akurat, valid dan terpercaya

untuk kebutuhan perencanaan pembangunan daerah;

3. Peningkatan penelitian dan pengembangan serta kerjasama

penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya untuk mendukung kinerja

perencanaan pembangunan serta membangunan daya saing ekonomi

daerah;

4. Pemantapan evaluasi kinerja pembangunan daerah, baik tahunan

maupun lima tahunan untuk meningkatkan akuntabilitas atas

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Arah pembangunan otonomi daerah, pemerintahan umum,

administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan

persandian adalah :

1. Pelaksanaan reformasi birokrasi untuk meningkatkan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah demi terwujudnya tata kelola

pemerintahan yang baik di daerah;

2. Penguatan manajemen dan tata kelola pemerintahan daerah disertai

dengan pembenahan norma, standar, prosedur dan kriteria untuk

peningkatan pelayanan publik di setiap SKPD dan segenap jenjang

pemerintahan;

3. Penataan organisasi perangkat daerah beserta ketatalaksanaannya

secara efisien, efektif dan memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan daerah;

4. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme aparatur, peningkatan

manajemen kepegawaian beserta peningkatan kesejahteraan

aparatur;

5. Peningkatan kemampuan keuangan daerah untuk memenuhi

kebutuhan pembangunan daerah melalui optimalisasi penerimaan

pendapatan daerah disertai dengan pengelolaan keuangan daerah

Page 78: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 17

yang tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan,

bertanggungjawab serta taat pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan;

6. Pemantapan hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD sesuai

dengan prinsip kemitraan sebagaimana peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

7. Perwujudan produk hukum daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta memenuhi tuntutan

penyelenggaraan pemerintahan daerah;

8. Peningkatan intensitas, efektivitas, sinergitas, pembinaan

pengawasan kinerja aparatur melalui pengawasan melekat/sistem

pengendalian intern pemerintah, optimalisasi satuan pengawas

internal, pengawasan fungsional, pengawasan legislatif dan

pengawasan masyarakat;

9. Penuntasan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan aparatur

sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

10. Peningkatan kinerja pelayanan pemerintahan umum, wilayah dan

kecamatan serta penyelesaian permasalahan pertanahan dan aspek-

aspek pemerintahan umum lainnya;

11. Penataan wilayah Kabupaten Bogor dalam rangka pemerataan

pembangunan, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan

efektivitas rentang kendali pemerintahan;

12. Penguatan kapasitas dan fasilitasi untuk peningkatan pelayanan

pemerintahan desa dalam rangka penguatan penyelenggaraan

pemerintahan daerah;

13. Pengembangan kerja sama dengan daerah yang berbatasan, daerah

lain di seluruh Indonesia maupun daerah lain di luar wilayah

Indonesia;

Arah pembangunan komunikasi dan informasi adalah :

1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan publik dengan

dukungan sistem administrasi/manajemen pemerintahan yang

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang modern;

Page 79: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 18

2. Peningkatan hubungan yang kondusif antara pemerintah daerah

dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam

rangka penyebarluasan informasi pembangunan daerah, baik dengan

media komunikasi tradisional maupun dengan menggunakan media

komunikasi massa lainnya.

Arah pembangunan Kearsipan dan Perpustakaan, adalah :

1. Peningkatan tertib pengelolaan arsip sebagai bukti

pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah;

2. Peningkatan dan pengembangan pengelolaan arsip dengan

memanfaatkan teknologi informasi yang maju dan modern;

3. Peningkatan minat baca dan budaya baca masyarakat serta

pemenuhan sarana perpustakaan daerah hingga ke setiap

kecamatan.

Arah pembangunan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri adalah :

1. Perwujudan demokrasi yang diarahkan untuk memperkuat otonomi

daerah yang menjamin partisipasi masyarakat dalam proses

pengambilan keputusan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

serta penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM);

2. Penegakkan hukum yang konsisten disertai dengan peningkatan

pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat yang tinggi dan

penyelesaian perkara maupun tuntutan hukum sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Peningkatan wawasan kebangsaan untuk perwujudan suasana dan

kondisi aman, tentram dan tertib demi kelancaran pelaksanaan

pembangunan daerah;

4. Peningkatan kapasitas manajemen, sarana dan prasarana untuk

perlindungan masyarakat disertai dengan pemberdayaan potensi

keamanan dan perlindungan masyarakat secara swadaya dalam

rangka menghadapi bencana maupun berbagai Ancaman, Gangguan,

Hambatan dan Tantangan (AGHT).

Page 80: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 19

V.2.2 ARAHAN PEMBANGUNAN DAERAH MENURUT RTRW KABUPATEN BOGOR

Untuk mewujudkan keterpaduan dan sinergitas antara Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan RPJPD, maka arahan pembangunan

yang telah ditetapkan dalam RTRW menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dengan substansi dari RPJPD. Oleh karena itu, dalam sub-

bab ini akan dijelaskan secara garis besar dari substansi RTRW

sebagaimana yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang

RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025. Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Bogor disusun berasaskan keterpaduan, keserasian,

keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan

keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan,

perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan serta

berasaskan akuntabilitas.

Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi kebijakan

pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Dalam kebijakan

pengembangan struktur ruang, ruang lingkupnya meliputi :

1. Kebijakan pengembangan struktur ruang, meliputi : (1) Peningkatan

akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah

yang merata dan berhirarki; (2) Peningkatan kualitas dan jangkauan

pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,

dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah

nasional.

2. Kebijakan pengembangan pola ruang, meliputi : (1) Kebijakan

pengembangan kawasan lindung; (2) Kebijakan pengembangan

kawasan budi daya; (3) Kebijakan pengembangan kawasan strategis.

Sementara itu, dalam kebijakan pengembangan pola ruang,

ruang lingkupnya meliputi :

1. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi : (1)

Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

(2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

2. Kebijakan pengembangan kawasan budi daya, meliputi : (1)

Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar

kegiatan budi daya; (2) Pengendalian perkembangan kegiatan budi

Page 81: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 20

daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung

lingkungan.

3. Kebijakan pengembangan kawasan strategis, meliputi : (1)

Pengembangan kawasan strategis puncak sebagai kawasan strategis

lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan andalan pariwisata

melalui pembatasan pemanfaatan ruang yang lebih selektif dan

efisien; (2) Pengembangan kawasan strategis industri sebagai

kawasan strategis sosial ekonomi melalui penataan dan pemanfaatan

ruang serta pembangunan jaringan infrastruktur yang mendorong

perkembangan kawasan; (3) Pengembangan kawasan strategis

pertambangan sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang

berperan sebagai kawasan andalan sumber daya alam melalui

konservasi bahan galian; (4) Pengembangan kawasan strategis lintas

administrasi kabupaten sebagai kawasan strategis sosial ekonomi

melalui sinkronisasi sistem jaringan.

Sesuai dengan kebijakan struktur ruang dan pola ruang wilayah di

atas, maka rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah, meliputi :

1. Rencana Struktur Ruang Wilayah, meliputi :

a. Sistem pusat permukiman perdesaan dilakukan dengan

membentuk pusat pelayanan desa secara hirarkis dan

dikembangkan berdasarkan pelayanan perdesaan melalui

pembangunan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), mencakup :

1) Desa Tenjo, Desa Batok dan Desa Tapos Kecamatan Tenjo

2) Desa Sukamulih Kecamatan Sukajaya

3) Desa Banyuasih, Desa Cintamanik dan Desa Bangunjaya

Kecamatan Cigudeg

4) Desa Cikuda Kecamatan Parungpanjang

5) Desa Cijujung Kecamatan Cibungbulang

6) Desa Pabangbon, Desa Situ Udik, Desa Cibeber Dua dan Desa

Karacak Kecamatan Leuwiliang

7) Desa Padurenan Desa Gunung Sindur Kecamatan Gunung

Sindur

8) Desa Ciasmara, Desa Ciasihan dan Desa Cibunian Kecamatan

Pamijahan

Page 82: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 21

9) Desa Ciampea Udik, Desa Ciampea Kecamatan Ciampea

10) Desa Sukadamai Kecamatan Dramaga

11) Desa Ciomas Rahayu Kecamatan Ciomas

12) Desa Sirnagalih Kecamatan Taman Sari

13) Desa Cidokom, Desa Tamansari, Desa Sukasari, Desa Rumpin,

Desa Gobang Kecamatan Rumpin

14) Desa Cibitung Tengah Desa Gunung Malang Kecamatan

Tenjolaya

15) Desa Leuwibatu Kecamatan Leuwisadeng

16) Desa Sukaraksa, Desa Cisarua Kecamatan Nanggung

17) Desa Parigimekar dan Desa Ciseeng Kecamatan Ciseeng

18) Desa Warujaya Kecamatan Parung

19) Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang

20) Desa Pasir Gaok Kecamatan Rancabungur

21) Desa Susukan Kecamatan Bojonggede

22) Desa Hambalang dan Desa Puspanegara Kecamatan Citeureup

23) Desa Tengah dan Desa Cirimekar Kecamatan Cibinong

24) Desa Setu, Desa Koleang Kecamatan Jasinga

25) Desa Tajurhalang Kecamatan Tajurhalang

26) Desa Cisalada Kecamatan Cigombong

27) Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk

28) Desa Ciderum dan Desa Lemah Duhur Kecamatan Caringin

29) Desa Cibeduk Kecamatan Ciawi

30) Desa Cipayung Girang, Desa Sukamaju dan Desa Citeko

Kecamatan Megamendung

31) Desa Cisarua Kecamatan Cisarua

32) Desa Cijayanti, Desa Babakan Madang Kecamatan Babakan

Madang

33) Desa Gunung Geulis, Desa Cijujung dan Desa Karadenan

Kecamatan Sukaraja

34) Desa Sirnajaya, Desa Sukadamai, dan Desa Sukamulya

Kecamatan Sukamakmur

35) Desa Sirnagalih, Desa Singasari, Desa Jonggol dan Desa

Sukajaya Kecamatan Jonggol

Page 83: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 22

36) Desa Limusnunggal, Desa Mekarsari, Desa Gandoang

Kecamatan Cileungsi

37) Desa Wanaherang Kecamatan Gunung Putri

38) Desa Cariu, Desa Cikutamahi Kecamatan Cariu

39) Desa Buana Jaya, Desa Sirnasari, Desa Selawangi, Desa

Tanjungrasa, Desa Sirnarasa, dan Desa Pasirtanjung

Kecamatan Tanjungsari

40) Desa Cikahuripan dan Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal.

b. Sistem pusat permukiman perkotaan, meliputi : (1) Orde I, yaitu

Cibinong yang memiliki aksesibilitas tinggi terhadap PKN lainnya

(PKN JABODETABEKJUR); (2) Orde II, yaitu Cileungsi dan

Leuwiliang yang memiliki aksesibilitas tinggi terhadap Cibinong;

(3) Orde III, yaitu Jasinga, Parung Panjang, Parung, Ciawi,

Cigombong, dan Cariu.

c. Sistem prasarana wilayah, meliputi : (1) sistem prasarana

transportasi meliputi sistem transportasi jalan, sistem

transportasi perkereta-apian dan sistem transportasi udara; (2)

sistem prasarana telekomunikasi; (3) sistem prasarana

sumberdaya energi; (4) sistem prasarana sumberdaya air; (5)

sistem prasarana gas; dan (6) sistem prasarana lingkungan.

2. Rencana Pola Ruang Wilayah menggambarkan rencana sebaran

Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.

Untuk rencana pola ruang kawasan lindung, meliputi kawasan

yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan kawasan yang

berfungsi lindung di luar kawasan hutan. Pola ruang ini ditujukan

untuk mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan

yang berfungsi hidro-orologis untuk menjamin ketersediaan sumber

daya air dan mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan

hutan sehingga tetap berfungsi lindung. Sedangkan untuk kawasan

yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan, terdiri dari hutan

konservasi (HK) dan hutan lindung (HL), dimana hutan konservasi

(HK) mencakup taman nasional dan taman wisata alam, sedangkan

kawasan yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan (HL), terdiri

Page 84: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 23

dari kawasan lindung lainnya di luar kawasan hutan yang menunjang

fungsi lindung.

a. Ruang lingkup dari rencana pola ruang kawasan lindung, terdiri

dari :

1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

bawahannya, meliputi kawasan hutan yang berfungsi lindung

(HL) dan kawasan resapan air.

2) Kawasan perlindungan setempat, meliputi kawasan sempadan

sungai, kawasan sekitar waduk/situ, kawasan sekitar mata

air, kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman dan

kawasan terbuka hijau.

3) Kawasan suaka alam, meliputi cagar alam Arca Domas di

Kecamatan Megamendung, cagar alam Dungus Iwul di

Kecamatan Parung dan cagar alam Yanlapa di Kecamatan

Rumpin.

4) Kawasan pelestarian alam, meliputi Taman Nasional dan

Taman Wisata Alam. Untuk kawasan Taman Nasional terdiri

atas : (1) Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak,

terletak pada sebagian wilayah Kecamatan Leuwiliang,

Kecamatan Nanggung, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan

Cigombong, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Tamansari,

Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan; (2) Taman

Nasional Gunung Gede dan Gunung Pangrango, terletak pada

sebagaian wilayah Kecamatan Cisarua, Kecamatan

Megamendung, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Caringin, dan

Kecamatan Cigombong. Sedangkan kawasan Taman Wisata

Alam, terdiri atas : (1) Taman Wisata Alam Gunung Pancar di

Kecamatan Babakan Madang; dan (2) Taman Wisata Alam

Telaga Warna di Kecamatan Cisarua.

5) Kawasan perlindungan plasma nutfah, meliputi : (1) Taman

Safari Indonesia di Kecamatan Cisarua; (2) Taman Buah

Mekarsari di Cileungsi; dan (3) Gunung Salak Endah di

Kecamatan Ciampea, Ciomas dan Cibungbulang.

Page 85: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 24

6) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi : (1)

lingkungan non bangunan, terdiri dari Goa Gudawang di

Kecamatan Cigudeg; Situs Purbakala Cibalay di Kecamatan

Tenjolaya; Situs Purbakala Megalit di Kecamatan Ciampea;

Situs Purbakala Ciaruten di Kecamatan Cibungbulang; dan

Situs Purbakala Garisul di Kecamatan Jasinga; (2) lingkungan

bangunan non gedung, terdiri dari Arca Wisnu di Kecamatan

Sukamakmur dan Makam Jerman di Kecamatan

Megamendung; (3) lingkungan bangunan gedung dan

halamannya, terdiri dari bangunan Kampung Adat Urug di

Kecamatan Sukajaya; bangunan Museum Pasir Angin di

Kecamatan Cibungbulang; dan Monumen Jambu di Kecamatan

Nanggung.

7) Kawasan rawan konservasi geologi adalah kawasan karst kelas

I yang berfungsi sebagai perlindungan hidrologi dan ekologi,

meliputi : (1) Gunung Kapur (Air Panas) di Kecamatan

Ciseeng; (2) Gunung Cibodas di Kecamatan Ciampea; dan (3)

Gunung Rengganis (Gua Gudawang) di Kecamatan Cigudeg.

8) Kawasan rawan bencana alam, meliputi kawasan rawan

letusan gunung api serta kawasan rawan gempa, gerakan

tanah, dan longsor. Untuk kawasan rawan letusan gunung

api, terdiri dari : (1) Gunung Salak di Kecamatan Cigombong,

Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Tamansari, Kecamatan

Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan; (2) Gunung Gede

Pangrango di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung,

dan Kecamatan Caringin; dan (3) Gunung Halimun di

Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Nanggung, dan Kecamatan

Sukajaya. Sedangkan untuk kawasan gerakan tanah tinggi,

meliputi wilayah Kecamatan Nanggung, Jasinga, Cigudeg,

Sukajaya, Pamijahan, Leuwiliang, Megamendung, Citeureup,

Babakan Madang, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, dan

Kecamatan Tanjungsari.

Page 86: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 25

b. Ruang lingkup dari rencana pola ruang kawasan budidaya,

meliputi Kawasan Budidaya di dalam kawasan hutan dan kawasan

budidaya di luar kawasan, terdiri dari :

1) Kawasan Budidaya di dalam kawasan hutan meliputi : (1)

Kawasan hutan produksi terbatas (HPT), terletak di sebagian

wilayah Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung,

Citeureup, Babakan Madang, Klapanunggal, Jonggol,

Sukamakmur dan Kecamatan Tanjungsari; (2) Kawasan hutan

produksi tetap (HP), terletak di sebagian wilayah Kecamatan

Tenjo, Parung Panjang, Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga,

Nanggung, Leuwisadeng, Leuwiliang, Cibungbulang,

Ciampea, Klapanunggal, Babakan Madang, Megamendung,

Cisarua, Cariu, Tanjungsari dan kecamatan Sukamakmur.

2) Kawasan pertanian, meliputi : (1) pertanian lahan basah

(LB); (2) pertanian lahan kering (LK); (3) tanaman tahunan

(TT); (4) perkebunan (PB); (5) peternakan dan (6)

perikanan.

3) Kawasan pertanian lahan basah (LB) merupakan sawah

beririgasi teknis yang direncanakan sebagai lahan sawah

produktif, terletak di sebagian wilayah Kecamatan Tenjo,

Jasinga, Parung Panjang, Sukajaya, Cigudeg, Nanggung,

Rumpin, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang,

Pamijahan, Tenjolaya, Ciampea, Rancabungur, Kemang,

Parung, Ciseeng, Gunung Sindur, Dramaga, Ciomas,

Tamansari, Caringin, Cijeruk, Cigombong, Ciawi,

Klapanunggal, Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan

Kecamatan Tanjungsari.

4) Kawasan pertanian lahan kering (LK), dapat berupa sawah

tadah hujan dan lahan yang tidak berpengairan irigasi,

terletak di sebagian wilayah Kecamatan Tenjo, Jasinga,

Sukajaya, Cigudeg, Parung Panjang, Rumpin, Leuwiliang,

Leuwisadeng, Pamijahan, Rancabungur, Sukaraja, Caringin,

Cijeruk, Cisarua, Ciawi, Megamendung, Babakan Madang,

Page 87: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 26

Klapanunggal, Citeureup, Jonggol, Cariu, Sukamakmur dan

Kecamatan Tanjungsari.

5) Kawasan tanaman tahunan (TT), terletak di sebagian

wilayah Kecamatan Tenjo, Jasinga, Sukajaya, Nanggung,

Cigudeg, Parung Panjang, Rumpin, Tenjolaya, Cibungbulang,

Leuwiliang, Pamijahan, Tamansari, Gunung Sindur, Cisarua,

Megamendung, Ciawi, Babakan Madang, Klapanunggal,

Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan Kecamatan Tanjungsari.

6) Kawasan perkebunan (PB), terletak di sebagian wilayah

Kecamatan Jasinga, Nanggung, Sukajaya, Cigudeg, Rumpin,

Rancabungur, Kemang, Citeureup, Caringin, Ciawi, Cisarua,

Megamendung, Sukamakmur, Cariu, dan Kecamatan

Tanjungsari.

7) Kawasan peternakan meliputi : (1) peternakan kecil, antara

lain domba dan kambing, terletak di sebagian wilayah

kecamatan Leuwiliang, Nanggung, Cigudeg, Ciampea, Cariu,

Cijeruk, Jasinga, Sukaraja dan Kecamatan Babakan Madang;

(2) peternakan besar, antara lain sapi potong dan sapi

perah, terletak di sebagian wilayah Kecamatan Leuwiliang,

Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Tajurhalang, Cisarua,

Ciawi, Tanjungsari, Cariu, Jonggol, Cileungsi dan Kecamatan

Cijeruk; (3) peternakan unggas, terletak di sebagian wilayah

Kecamatan Tenjo, Rumpin, Parung Panjang, Leuwiliang,

Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Gunung Sindur, Parung,

Caringin dan Kecamatan Ciawi; (4) tempat pemotongan dan

rumah kesehatan hewan, dapat dikembangkan pada sentra

produksi ternak.

8) Kawasan perikanan dikembangkan pada wilayah/kawasan

yang secara teknis, sosial, dan ekonomi memiliki potensi

untuk kegiatan perikanan, kolam air tenang, air deras,

pembenihan, kolam ikan hias/aquarium, dan budidaya ikan

di perairan umum, meliputi : (1) pengembangan kegiatan

perikanan, terletak di sebagian wilayah Kecamatan

Leuwiliang, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Dramaga,

Page 88: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 27

Ciomas, Kemang, Parung, Ciseeng, Cibinong, Sukaraja,

Ciawi, Caringin, Cijeruk, Cigombong, Cileungsi, Jonggol,

Cariu dan Kecamatan Tanjungsari; (2) pasar pengumpul dan

pelelangan ikan air tawar dapat dibangun pada sentra

produksi ikan di Kecamatan Cibinong, Kecamatan Sukaraja,

dan Kecamatan Ciseeng.

9) Pemanfaatan kawasan pertambangan, meliputi : (1)

pertambangan bahan galian golongan strategis yang terletak

di wilayah kecamatan Jasinga, Cariu dan kecamatan

Jonggol; (2) golongan bahan galian vital terletak di wilayah

kecamatan Jasinga, Cigudeg, Rumpin, Nanggung, Sukajaya,

Sukamakmur, Cariu dan Kecamatan Tanjungsari; (3)

golongan bahan galian di luar bahan galian strategis dan

bahan galian vital (golongan C), terletak di wilayah

Kecamatan Tenjo, Parung Panjang, Jasinga, Sukajaya,

Cigudeg, Nanggung, Rumpin, Leuwiliang, Leuwisadeng,

Citeureup, Klapanunggal, Sukamakmur, Jonggol, Cariu dan

Kecamatan Tanjungsari; (4) Dalam hal terdapat potensi

tambang di luar lokasi tambang, maka pemanfaatan potensi

tambang harus memenuhi kelayakan secara teknis,

ekonomis dan lingkungan, serta dapat menunjang kegiatan

pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

10) Pemanfaatan kawasan industri sebagaimana, meliputi : (1)

Kawasan Industri Estate (KIE), terletak di sebagian wilayah

Kecamatan Klapanunggal, Cileungsi, Cibinong, Babakan

Madang dan Kecamatan Citeureup; (2) Zona Industri (ZI)

terletak di sebagian wilayah kecamatan Cibinong, Jonggol,

Klapanunggal, Cileungsi, Gunung Putri, Citeureup, Gunung

Sindur, Leuwiliang, Jasinga dan Kecamatan Parung Panjang;

(3) Sentra Industri Kecil, terletak di sebagian wilayah

Kecamatan Leuwiliang, Ciampea, Cibungbulang, Nanggung,

Parung Panjang, Ciomas, Cibinong, Gunung Sindur, Ciawi,

Cisarua, Cijeruk, Parung dan Kecamatan Pamijahan.

Page 89: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 28

11) Kawasan pariwisata meliputi kawasan wisata alam, kawasan

wisata budaya dan kawasan wisata minat khusus.

Pemanfaatan kawasan pariwisata alam, meliputi : (1) Taman

Safari Indonesia, Wisata Agro Gunung Mas, Telaga Warna,

Panorama Alam Riung Gunung, dan Curug Cilember di

Kecamatan Cisarua; (2) Wanawisata Bodogol dan Taman

Rekreasi Lido di Kecamatan Caringin; (3) Curug Nangka di

Kecamatan Tamansari; (4) Kawah Ratu, Curug Cigamea,

Curug Seribu, Curug Ngumpet, Air Panas Gunung Salak

Endah, Air Panas Ciasmara, Air Panas Gunungsari, Bumi

Perkemahan Gunung Bunder, Bumi Perkemahan Pancasila,

Telaga Ciputri, dan Panorama Alam Ciasihan di Kecamatan

Pamijahan; (5) Air Panas Jugalajaya, Air Panas Kembang

Kuning, Situ Cikadondong, Situ Jantungen, Situ Wedana, dan

Curug Bandung di Kecamatan Jasinga; (6) Bumi Perkemahan

Sukamantri di Kecamatan Tamansari; (7) Arum Jeram

Cianten di Kecamatan Leuwiliang; (8) Situ Rancabungur di

Kecamatan Rancabungur; (9) Situ Tonjong dan Situ

Kemuning di Kecamatan Bojong Gede; (10) Gua Gudawang di

Kecamatan Cigudeg; (11) Situ Cikaret dan Situ Ciriung di

Kecamatan Cibinong; (12) Air Panas Bojong Koneng, Wahana

Wisata Gunung Pancar dan Kawah Hitam di Kecamatan

Babakan Madang; (13) Air Panas di Kecamatan Ciseeng; (14)

Situ Gunung Putri dan Taman Reakreasi Gunung Putri Indah

di Kecamatan Gunung Putri; (15) Taman Buah Mekarsari di

Kecamatan Cileungsi; dan (16) Penangkaran Rusa Giri Jaya

di Kecamatan Tanjungsari. Sementara itu, kawasan wisata

budaya, meliputi : (1) Desa Wisata, Tapak Kaki Gajah, dan

Situs Megalit di Kecamatan Ciampea; (2) Prasasti Muara di

Kecamatan Rumpin; (3) Tapak Kaki Purnawarman dan

Prasasti Batu Tulis Ciaruteun di Kecamatan Cibungbulang;

(4) Kampung Adat di Kecamatan Cigudeg; (5) Prasasti Batu

Tulis Pasir Awi, Taman Budaya, Arca Wisnu, dan Arca Domas

di Kecamatan Sukamakmur; dan (6) Taman Budaya di

Kecamatan Cisarua. Sedangkan kawasan pariwisata minat

Page 90: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 29

khusus, meliputi : (1) Taman Safari Indonesia dan Wisata

Agro Gunung Mas di Kecamatan Cisarua; (2) Goa Gudawang

di Kecamatan Cigudeg; dan (3) Taman Buah Mekarsari di

Kecamatan Cileungsi.

12) Kawasan permukiman meliputi permukiman perdesaan dan

permukiman perkotaan. Untuk kawasan permukiman

perdesaan terdiri dari permukiman pedesaan diluar kawasan

yang berfungsi lindung (PD 1) dan permukiman pedesaan

yang berada di dalam kawasan lindung di luar kawasan

hutan (PD 2), sedangkan kawasan permukiman perkotaan,

terdiri dari permukiman perkotaan kepadatan tinggi (Pp 1),

permukiman perkotaan kepadatan sedang (Pp 2) dan

permukiman perkotaan kepadatan rendah (Pp 3).

Kawasan permukiman pedesaan diluar kawasan yang

berfungsi lindung (PD 1) adalah kawasan untuk permukiman/

hunian kepadatan rendah yang mendukung kegiatan jasa

perdagangan dan industri berbasis bahan baku lokal dan

berorientasi tenaga kerja. Penyebarannya terletak di

sebagian wilayah kecamatan Sukaraja, Citeureup, Babakan

Madang, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur,

Cariu, Tanjungsari, Jasinga, Cigudeg, Rumpin, Nanggung,

Pamijahan, Tenjo, Parung Panjang, Leuwisadeng,

Leuwiliang, Ciampea, Dramaga, Cibungbulang, Parung,

Kemang, Ciseeng, Gunung Sindur, Rancabungur, Cisarua,

Megamendung, Ciawi, Caringin, Cigombong, Tamansari,

Ciomas, Sukajaya dan Kecamatan Tenjolaya.

Kawasan permukiman pedesaan yang berada di dalam

kawasan lindung di luar kawasan hutan (PD 2) diarahkan

untuk hunian kepadatan rendah (jarang) bangunan yang

tidak memiliki beban berat terhadap tanah dan memiliki

keterkaitan dengan aktivitas masyarakat desa maupun

terhadap potensi lingkungannya (pertanian, peternakan,

kehutanan, pariwisata/agrowisata). Penyebarannya terletak

di sebagian wilayah Kecamatan Sukaraja, Citeureup,

Page 91: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 30

Babakan Madang, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur,

Cariu, Tanjungsari, Jasinga, Cigudeg, Rumpin, Nanggung,

Pamijahan, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cisarua,

Megamendung, Ciawi, Caringin, Cijeruk, Cigombong,

Tamansari dan Kecamatan Sukajaya.

Kawasan permukiman perkotaan kepadatan tinggi (Pp 1)

diarahkan untuk permukiman/hunian padat, dan

pengembangan bangunan vertikal (rusun), kegiatan

perdagangan dan jasa skala regional, serta industri non-

polutan yang berorientasi pasar. Penyebarannya terletak di

sebagian wilayah Kecamatan Cibinong, Bojonggede,

Tajurhalang, Parung, Kemang, Ciseeng, Gunung Sindur,

Rumpin, Jasinga, Leuwiliang, Sukaraja, Citeureup,

Gunungputri, Cileungsi dan Kecamatan Klapanunggal;

Kawasan permukiman perkotaan kepadatan sedang (Pp 2)

diarahkan untuk permukiman/hunian sedang, industri

berbasis tenaga kerja non polutan, jasa dan perdagangan.

Penyebarannya terletak di sebagian wilayah Kecamatan

Sukaraja, Babakan Madang, Citeureup, Klapanunggal,

Cileungsi, Sukamakmur, Jonggol, Tanjungsari, Jasinga,

Cigudeg, Rumpin, Nanggung, Tenjo, Parung Panjang,

Leuwisadeng, Leuwiliang, Ciampea, Dramaga, Cibungbulang,

Cisarua, Megamendung, Ciawi, Caringin, Cijeruk,

Cigombong, Tamansari, Ciomas, Sukamakmur dan

Kecamatan Tanjungsari.

Kawasan permukiman perkotaan kepadatan rendah (Pp 3)

adalah kawasan permukiman perkotaan yang berada dalam

kawasan lindung di luar kawasan hutan. Pemanfaatan

ruangnya diarahkan untuk hunian rendah sampai sangat

rendah/jarang merupakan bangunan tunggal, yang

berorientasi terhadap lingkungannya (pertanian, peternakan

dan perikanan, kehutanan, agrowisata dan pariwisata)

melalui rekayasa teknologi dan serta bangunan yang tidak

memiliki beban berat terhadap tanah. Penyebarannya

Page 92: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 31

terletak di sebagian wilayah kecamatan Sukaraja,

Citeureup, Babakan Madang, Jonggol, Sukamakmur, Cariu,

Tanjungsari, Cigudeg, Rumpin, Nanggung, Leuwisadeng,

Leuwiliang, Cisarua, Megamendung, Ciawi, Caringin dan

Kecamatan Cijeruk.

3. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

a. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung

Arahan pengelolaan kawasan lindung meliputi upaya

perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian fungsi

sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan

secara serasi yang berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan

menjadi kawasan budidaya. Rencana pengelolaan kawasan

lindung, meliputi :

1) Arahan pengelolaan kawasan lindung di dalam kawasan

hutan, terdiri dari Hutan Konservasi dan Hutan Lindung.

Sedangkan arahan pengelolaan kawasan lindung di luar

kawasan hutan, terdiri dari : (1) Kawasan perlindungan

setempat; (2) suaka alam; (3) kawasan rawan bencana alam;

dan (4) kawasan lindung lainnya.

2) Arahan pengelolaan kawasan lindung di dalam kawasan

hutan, antara lain : (1) pengawasan dan pemantauan untuk

pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung; (2)

penambahan luasan kawasan lindung, yang merupakan hasil

alih fungsi hutan produksi menjadi hutan lindung; (3)

percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang

termasuk di dalam kriteria kawasan lindung dengan

melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan

sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat

diambil hasil hutan non-kayu; (4) membuka jalur wisata

jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa mencintai alam,

serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana

pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan

terhadap alam; (5) percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi

hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi

Page 93: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 32

lindung; (6) pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas

kawasan melalui tindakan pencegahan perusakan dan upaya

pengembalian pada rona awal sesuai ekosistem yang pernah

ada; (7) peningkatan kualitas lingkungan sekitar taman

nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam melalui

upaya pencegahan kegiatan yang mempunyai potensi

menimbulkan pencemaran.

3) Arahan pengelolaan kawasan perlindungan setempat, antara

lain : (1) perlindungan kawasan melalui tindakan

pencegahan, pemanfaatan kawasan pada kawasan lindung

setempat; (2) pengembangan kegiatan yang bersifat alami

dan mempunyai kemampuan memberikan perlindungan

kawasan seperti wisata air; (3) perlindungan kualitas air

melalui pencegahan penggunaan area di sekitar kawasan

lindung; (4) penindakan secara tegas perilaku vandalisme

terhadap fungsi lindung.

4) Arahan pengelolaan kawasan suaka alam, antara lain : (1)

perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; (2)

perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala

dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu

pengetahuan dan pembangunan; (3) mempertahankan fungsi

ekologis kawasan alami pemeliharaan biota maupun fisiknya

melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada

kawasan suaka alam dan upaya konservasi; (4) perlindungan

dan pelestarian habitat alami hutan bakau (mangrove) yang

berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan

pantai dan lautan; (5) pengembangan dan perlindungan

kegiatan budidaya di kawasan sekitar pantai dan lautan; (6)

perlindungan kekayaan budaya berupa peninggalan-

peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen

nasional, dan keragaman bentuk geologi; (7) pengembangan

kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan

yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

Page 94: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 33

5) Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana alam, antara

lain : (1) pencegahan pemanfaatan kawasan sekitar jalur

aliran larva gunung berapi untuk kegiatan permukiman; (2)

perlindungan kawasan yang berpontensi mengalami gempa

bumi melalui upaya mitigasi; (3) pelarangan kegiatan

pemanfaatan tanah yang mempunyai potensi longsor; (4)

menindak tegas perilaku vandalisme terhadap obyek wisata.

6) Arahan pengelolaan kawasan lindung lainnya bertujuan

untuk membatasi kegiatan di luar fungsi kawasan serta

mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup yang

mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai

sejarah, serta budaya bangsa, antara lain : (1)

meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim,

tumbuhan dan satwa, serta nilai sejarah budaya bangsa; (2)

penetapan areal pemindahan satwa yang merupakan tempat

kehidupan baru bagi satwa tersebut.

b. Arahan Pengelolaan Kawasan Budidaya

Arahan pengelolaan Kawasan Budidaya meliputi segala usaha

untuk meningkatkan pendayagunaan lahan yang dilakukan di luar

kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya

dianggap potensial untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu

keseimbangan dan kelestarian ekosistemnya. Arahan pengelolaan

dimaksud, meliputi :

1) Arahan pengelolaan kawasan Budidaya, mencakup : (1)

kawasan Budidaya di dalam kawasan lindung di luar kawasan

hutan, terdiri dari hutan produksi terbatas dan hutan

produksi tetap; (2) kawasan Budidaya di dalam kawasan

lindung di luar kawasan hutan, terdiri dari : pertanian lahan

basah, pertanian lahan kering, tanaman tahunan/

perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan,

industri, pariwisata dan permukiman; (3) kawasan Budidaya

di luar kawasan lindung, terdiri dari permukiman perkotaan,

permukiman perdesaan, pertanian, perdagangan, jasa dan

industri.

Page 95: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 34

2) Arahan pengelolaan kawasan Budidaya di dalam kawasan

lindung, di luar kawasan hutan dilakukan pada kawasan

hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap, antara

lain : (1) pengelolaan Budidaya hutan dan hasil hutan yang

ditujukan untuk kesinambungan produksi dengan

memperhatikan kualitas lingkungan melalui pencegahan

kerusakan tanah, penurunan kesuburan tanah, dan menjaga

ketersediaan air; (2) pengembangan kegiatan Budidaya

hutan yang dapat mendorong terwujudnya kegiatan industri

pengolahan hasil hutan, dengan pengembangan jenis

tanaman hutan industri melalui pola kemitraan/hutan

kemasyarakatan; (3) pemanfaatan kegiatan hutan produksi

untuk kegiatan di luar Budidaya hutan dan hasil hutan yang

penggunaannya untuk kepentingan umum dan bersifat

strategis, dilakukan dengan memperhatikan asas konservasi

air dan tanah; (4) percepatan reboisasi dan percepatan

pembangunan hutan rakyat pada hutan produksi yang

mempunyai tingkat kerapatan tegakan rendah; (5)

mengarahkan di setiap wilayah kabupaten mewujudkan

hutan kota.

3) Arahan pengelolaan kawasan Budidaya di dalam kawasan

lindung, di luar kawasan hutan, meliputi berikut ini :

Arahan pengelolaan kawasan pertanian lahan basah, sebagai

berikut : (1) pengembangan sawah beririgasi teknis,

dilakukan dengan memprioritaskan perubahan dari sawah

tadah hujan menjadi sawah irigasi sejalan dengan perluasan

jaringan irigasi dan pengembangan waduk/embung; (2)

perubahan kawasan pertanian tetap memperhatikan luas

kawasan yang dipertahankan, konversi lahan dapat

dilakukan selama tersedia lahan pengganti; (3) pemanfaatan

kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi

dan produktifitas tanaman pangan melalui pengembangan

kawasan konsolidasi lahan pertanian.

Page 96: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 35

Arahan pengelolaan kawasan pertanian lahan kering, sebagai

berikut : (1) pengembangan dan peningkatan kawasan

Budidaya lahan kering, dilakukan melalui intensifikasi,

ekstensifikasi, dan/atau diversifikasi dengan komoditas

tanaman bernilai ekonomi tinggi; (2) pengembangan

agribisnis yang dapat mendorong terwujudnya kegiatan

agroindustri untuk memperkuat Budidaya pertanian sebagai

basis perekonomian masyarakat dan mewujudkan kawasan

agropolitan; (3) konversi lahan ke kegiatan non pertanian,

dengan tujuan untuk menunjang peningkatan perekonomian

masyarakat, dan diprioritaskan pada lahan yang kurang

produktif secara teknis, ekonomis, dan fisik; (4) penggunaan

untuk kepentingan umum maupun kegiatan lain yang dinilai

dapat memberikan manfaat terhadap perekonomian

masyarakat.

Arahan pengelolaan kawasan tanaman tahunan/perkebunan,

sebagai berikut : (1) pengembangan kawasan perkebunan

hanya di kawasan yang dinyatakan memenuhi syarat, serta

berada di luar area rawan banjir dan longsor; (2) dalam

penetapan komoditi tanaman tahunan, selain

mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan

air juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan

keindahan/estetika; (3) peningkatan pemanfaatan kawasan

perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran serta

masyarakat yang tergabung dalam kawasan permukiman

dalam perkebunan masing-masing.

Arahan pengelolaan kawasan peternakan, sebagai berikut :

(1) meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan

mengembangkan padang penggembalaan; (2) kawasan

peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat

distribusi pakan ternak; (3) mempertahankan ternak plasma

nutfah sebagai potensi daerah; (4) pengembangan kawasan

peternakan yang memiliki komoditas ternak unggulan

komparatif dan kompetitif; (5) budidaya ternak yang

Page 97: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 36

berpotensi dapat menularkan penyakit dari hewan ke

manusia atau sebaliknya dijauhkan dari permukiman

penduduk; (6) pembangunan industri pengolahan hasil

ternak dikembangkan untuk meningkatkan nilai ekonomi

ternak.

Arahan pengelolaan kawasan perikanan, sebagai berikut :

(1) menjaga kelestarian sumber daya air terhadap

pencemaran limbah industri maupun limbah lainnya; (2)

pengendalian melalui sarana kualitas air dan

mempertahankan habitat alami ikan; (3) peningkatan

produksi dengan memperhatikan ketersediaan sarana dan

prasarana perikanan.

Arahan pengelolaan kawasan pertambangan, meliputi

pengelolaan pertambangan bahan galian strategis dan bahan

galian vital dapat dikembangkan pada semua peruntukan

ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, pengelolaan pertambangan golongan bahan galian

di luar bahan galian strategis dan bahan galian vital dapat

dikembangkan pada lokasi peruntukan ruang Budidaya

pedesaan, sebagai berikut : (1) lahan basah, sepanjang tidak

terletak pada lokasi sawah beririgasi teknis; (2) lahan

kering; (3) hutan produksi sepanjang tidak mengurangi nilai

konservasi; dan (4) perkebunan/tanaman tahunan sepanjang

tidak mengurangi nilai konservasi.

Arahan pengelolaan kawasan tambang untuk kegiatan yang

memerlukan sistem pengangkutan dengan menggunakan

conveyor, harus terpisah dari aktifitas penduduk yang

dibatasi dengan jalur hijau (buffer zone) pada sepanjang

lintasannya dan merupakan bagian dari kawasan industri.

Selain itu, pengelolaan kegiatan pertambangan dilakukan

dengan mempertimbangkan keterkaitan proses

penambangan sampai proses pengolahan, dengan

mempertimbangkan efisiensi biaya produksi, biaya

keseimbangan lingkungan, biaya aktifitas sosial, potensi

Page 98: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 37

bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam

kaitannya dengan kelestarian lingkungan. Sementara itu,

pengelolaan kawasan bekas penambangan harus

direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukan

yang ditetapkan dengan melakukan penimbunan tanah subur

dan/atau bahan-bahan lainnya sehingga menjadi lahan yang

dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau ataupun

kegiatan budidaya lainnya. Oleh karenanya, setiap kegiatan

usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan

tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi

lahan bekas penambangan.

4) Arahan pengelolaan kawasan industri, sebagai berikut : (1)

pengembangan kawasan industri dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek ekologis; (2) pengembangan

kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau

sebagai penyangga antar fungsi kawasan; (3) pengembangan

zona industri pada daerah aliran sungai harus didasari

dengan perhitungan kemampuan daya dukung sungai; (4)

pengembangan kegiatan industri yang didukung oleh sarana

dan prasarana industri, antara lain penyediaan hunian

sebagai pendukung kegiatan; (5) pengelolaan kegiatan

industri dilakukan dengan mempertimbangkan keterkaitan

proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri

hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan

pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan

lingkungan, dan biaya aktifitas sosial; (6) penggunaan

metoda atau teknologi ramah lingkungan dan harus

dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan

adanya bencana industri.

5) Arahan pengelolaan kawasan pariwisata, sebagai berikut :

(1) tetap melestarikan alam sekitar untuk menjaga

keindahan obyek wisata; (2) tidak melakukan pengrusakan

terhadap obyek wisata alam; (3) menjaga dan melestarikan

peninggalan bersejarah; (4) meningkatkan pencarian/

penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah

Page 99: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 38

koleksi budaya; (5) peningkatan dan pengendalian

pembangunan sarana dan prasarana transportasi ke obyek-

obyek wisata alam, budaya, dan minat khusus pada obyek

yang tidak memiliki akses yang cukup; (6) merencanakan

kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain

untuk keserasian lingkungan; (7) meningkatkan daya tarik

wisata melalui penetapan jalur wisata, kalender wisata,

informasi, dan promosi wisata; (8) menjaga keserasian

lingkungan alam dan buatan sehingga kualitas visual

kawasan wisata tidak terganggu; (9) meningkatkan peran

serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata,

dan daya jual/saing; (10) mengembangkan kegiatan

pariwisata yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang dan

pendukung pariwisata.

6) Arahan pengelolaan kawasan permukiman meliputi : (1)

pengembangan kawasan budidaya yang secara teknis dapat

digunakan untuk permukiman harus aman dari bencana alam

serta mempunyai akses untuk kesempatan berusaha dan

dapat memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan

permukiman, mendayagunakan fasilitas dan utilitas di

sekitarnya dan meningkatkan sarana dan prasarana

perkembangan kegiatan sektor ekonomi yang ada; (2)

pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan

menyediakan fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki

sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pelayanan antar

desa, pusat pelayanan setiap desa, dan pusat pelayanan

pada setiap dusun atau kelompok permukiman; (3) menjaga

kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan

pertanian; (4) pengembangan permukiman perkotaan

dilakukan dengan tetap memperhatikan fungsi kawasan

sebagai kawasan yang harus dijaga dan tidak mengganggu

ekosistem air dan pedesaan; (5) membentuk cluster-cluster

permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan

antar kawasan permukiman, dan di antara cluster

permukiman disediakan ruang terbuka hijau;

Page 100: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 39

(6) pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan

melalui pembentukan pusat pelayanan skala lokal

kecamatan; (7) pengembangan permukiman kawasan khusus

perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat

pelayanan skala kecamatan; (8) pengembangan pemukiman

kawasan khusus, antara lain penyediaan tempat

peristirahatan pada kawasan pariwisata, sebagai akibat

perkembangan infrastruktur, kegiatan ekonomi kawasan,

dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup

dan selaras dengan rencana tata ruang.

4. Arahan Pengelolaan Kawasan Perdesaan dan Kawasan Perkotaan

a. Arahan Pengelolaan Kawasan Perdesaan

1) Arahan pengelolaan kawasan perdesaan ditujukan untuk :

(1) mendukung kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya

masyarakat; (2) pengembangan lingkungan permukiman

pedesaan sehingga dapat membentuk suatu kesatuan

lingkungan/kawasan pedesaan yang utuh sesuai dengan

fungsi dan peranan perdesaan; (3) meningkatkan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi

masyarakat desa; (4) pengembangan kawasan agropolitan

sebagai alternatif pembangunan perdesaan melalui

keterkaitan kawasan perkotaan-perdesaan untuk

meningkatkan peran perkembangan kawasan perdesaan; (5)

intensitas pemanfaatan lahan diarahkan untuk menjamin

kelangsungan Budidaya pertanian dan pelestarian

lingkungan, dengan pemberian koefisien tutupan rendah

antara 10 – 20 %.

2) Arahan pengelolaan kawasan perkotaan ditujukan untuk :

(1) mendukung fungsi kawasan perkotaan antara lain sebagai

pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan

distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan,

pendidikan, kesehatan, serta transportasi, dan

pergudangan; (2) mendukung fungsi perkotaan sedang dan

Page 101: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 40

kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan

agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis; (3)

mendukung fungsi kota sebagai pusat pelayanan serta pusat

prasarana dan sarana sosial ekonomi yang dapat mendorong

wilayah pedesaan dalam peningkatan produktifitasnya; (4)

menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan

melalui upaya menjaga keseimbangan wilayah terbangun

dan tidak terbangun, mengembangkan hutan kota dan

menjaga eksistensi wilayah yang bersifat perdesaan di

sekitar kawasan perkotaan.

3) Arahan pengelolaan kawasan strategis, yaitu kawasan yang

dipandang strategis berdasarkan kepentingan sosial ekonomi

dan lingkungan di wilayah Kabupaten Bogor meliputi : (1)

kawasan strategis Puncak; (2) kawasan strategis Industri; (3)

kawasan strategis Pertambangan; dan (4) kawasan strategis

Perbatasan Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, dengan arahan

pengelolaan berikut ini :

Arahan pengelolaan kawasan strategis Puncak adalah untuk

terselenggaranya keseimbangan ekologi sebagai kawasan

resapan air dan pengendali banjir meliputi seluruh wilayah

Kecamatan Cisarua, Megamendung dan sebagian wilayah

Kecamatan Ciawi.

Arahan pengelolaan kawasan strategis Industri adalah untuk

terselenggaranya fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan

industri yang didukung oleh sistem jaringan dan terintegrasi

dengan pusat – pusat hunian serta terhadap Pusat Kegiatan

Nasional lainnya, meliputi seluruh wilayah Kecamatan

Gunung Putri, Citeureup, Klapanunggal, Cileungsi dan

Kecamatan Jonggol.

Arahan pengelolaan kawasan strategis pertambangan adalah

untuk terselenggaranya kegiatan pertambangan dan pasca

tambang yang meliputi wilayah Kecamatan Cigudeg, Rumpin

dan Kecamatan Nanggung.

Page 102: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 41

Arahan pengelolaan kawasan strategis perbatasan adalah

untuk mengintegrasikan pemanfaatan ruang wilayah

berbatasan sebagai daerah penyangga dengan

pengembangan jasa sekunder, sistem jaringan dan sistem

transportasi yang komplementer antara Kota Bogor dengan

wilayah perbatasan, meliputi sebagian wilayah Kecamatan

Cibinong, Ciomas, Dramaga, Kemang, Bojonggede, Sukaraja

dan Kecamatan Ciawi.

b. Arahan Pengelolaan Sistem Permukiman Perdesaan dan

Permukiman Perkotaan

Arahan pengembangan pusat permukiman perdesaan

merupakan upaya penataan struktur ruang pedesaan sebagai

sistem pusat permukiman di pedesaan yang berpotensi menjadi

pusat pertumbuhan di perdesaan. Pengelolaan struktur ruang

pedesaan merupakan upaya untuk mempercepat pertumbuhan di

kawasan perdesaan, dilakukan melalui pengembangan Desa Pusat

Pertumbuhan (DPP). Setiap pusat pelayanan di permukiman

perdesaan dikembangkan melalui penyediaan berbagai fasilitas

sosial-ekonomi yang mampu mendorong perkembangan kawasan

perdesaan.

Sementara itu, arahan pengembangan sistem pusat

permukiman perkotaan meliputi arahan terhadap fungsi pusat

kegiatan dan arahan terhadap penataan struktur ruang pusat-

pusat permukiman perkotaan. Arahan dimaksud meliputi pusat

kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal di wilayah perkotaan.

5. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

a. Arahan Pengembangan Sistem Transportasi Jalan

Pengembangan sistem transportasi jalan, terdiri dari sistem

jaringan jalan, fungsi jalan dan status jalan. Pengelompokan

jalan berdasarkan sistem jaringan jalan dibagi menjadi sistem

jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

Sementara itu, pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan,

yaitu jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder dibagi

kedalam jalan arteri, jalan kolektor primer, jalan lokal, dan

Page 103: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 42

jalan lingkungan, sedangkan pengelompokan jalan berdasarkan

status jalan dibagi menjadi : jalan nasional, jalan provinsi, jalan

kabupaten, jalan kota dan jalan desa.

Arahan pengelolaan prasarana transportasi jalan meliputi

pengembangan jalan nasional seperti jalan tol, jalan nasional

bukan jalan tol, jalan provinsi, jalan lintas/tembus kabupaten,

jalan lingkar dan terminal dilakukan melalui pengembangan jalan

baru dan pengembangan jalan yang ada. Selain itu, pengelolaan

dan pengembangan sarana prasarana transportasi, terdiri dari

pengelolaan jaringan jalan yang ada dan rencana pengembangan

jalan baru sebagai berikut.

1) Arahan pengelolaan jalan yang ada dilakukan melalui

program peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan rutin

untuk ruas-ruas jalan Nasional, jalan Provinsi, jalan

Kabupaten, dan jalan Kota, terdiri dari :

Jaringan jalan Nasional, meliputi :

(1) Jaringan jalan arteri primer, yaitu : (a)Jalan Cilodong/

Batas Depok – Bogor; dan (b) Jalan Ciawi – Benda.

(2) Jaringan jalan arteri sekunder, yaitu Jalan Raya

Semplak – Kemang.

(3) Jaringan jalan kolektor primer I, meliputi : (a)Jalan

Raya Ciawi; (b) Jalan Ciawi – Cisarua; (c)Jalan Raya

Cisarua (Cisarua); (d) Jalan Cisarua – Puncak; (e)Jalan

Bogor – Leuwiliang; (f)Jalan Raya Leuwiliang

(Leuwiliang); (g)Jalan Leuwiliang – Jasinga; (h)Jalan

Raya Jasinga (Jasinga); (i)Jalan Jasinga – Cigelung;

(j)Jalan Batas Depok/Kabupaten Bogor – Kota Bogor.

(4) Jalan tol Jakarta – Bogor – Ciawi (Tol Jagorawi).

Jaringan jalan provinsi (kolektor primer II), meliputi :

(1) Jalan Narogong – Cibinong (Citeureup);

(2) Jalan Mayor Oking (Citeureup);

(3) Jalan Mayor Oking (Cibinong);

(4) Jalan Cileungsi–Cibeet;

(5) Jalan Cibubur–Cileungsi;

Page 104: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 43

(6) Jalan Batas Tangerang/Bogor–Parung;

(7) Jalan Moch. Toha (Parung Panjang);

(8) Jalan Parungpanjang – Bunar;

(9) Jalan Pondok Rajeg – KSR. Didi Kusmayadi – Tegar

Beriman;

(10) Jalan Cibarusah – Cibucil.

Arahan pengelolaan jaringan jalan kabupaten (lokal

sekunder, lokal I, lokal II dan lokal III) dan jalan desa

(lingkungan), dilakukan terhadap seluruh jalan kabupaten

dan desa di wilayah Kabupaten Bogor, yang jaringan

jalannya terlampir pada Dokumen Rencana Tata Ruang

Wilayah.

2) Arahan pengembangan jalan baru dilakukan untuk

menghubungkan antar wilayah dan antar pusat-pusat

permukiman, industri, pertanian, perdagangan, jasa dan

simpul-simpul transportasi serta pengembangan jalan

penghubung antara jalan tol dan bukan jalan tol, terdiri

dari:

Rencana pengembangan jaringan jalan baru Nasional,

meliputi :

(1) Jalan tol Bojong Gede – Antasari – Depok;

(2) Jalan tol Cimanggis – Cibitung (Jakarta Outer Ring

Road/JORR II);

(3) Jalan tol Ciawi – Sukabumi;

(4) Jalan tol Jasinga –Tenjo dan Bintaro-Rumpin-Cigudeg;

(5) Jalan tol Kemang – Parung – Pasar Jum’at (Depok);

(6) Jalan tol Gunung Putri (Cibubur) – Cileungsi – Batas

Kabupaten Bekasi (JORR III);

(7) Bukaan jalan tol dan jalan tol lingkar luar Bogor (Bogor

Outer Ring Road); dan

(8) Bukaan jalan tol kawasan Sport Center dan Wisata

Gunung Geulis;

Page 105: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 44

Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi

kolektor primer II, yang merupakan jalan tembus antar

wilayah kabupaten/kota perbatasan, meliputi ruas :

(1) Tegar Beriman (Cibinong) – Bojong Gede – Kemang -

Rumpin;

(2) Cibinong–Karadenan–Kedung Halang (Batas Kota Bogor);

(3) Cicangkal – Legok (Gunung Sindur);

(4) Pintu Tol Sentul – Jalan Raya Bogor;

(5) Parungpanjang – Jagabita;

(6) Lapan – Mekarsari;

(7) Jasinga–Koleang–LebakPinang (Batas Kabupaten Lebak);

(8) Jampang – Ciseeng – Prumpung;

(9) Sentul – Kandang Roda;

(10) Gunung Putri – Wanaherang – Cileungsi; dan

(11) Cariu – Jagatamu (Batas Kabupaten Kerawang).

Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi

kolektor primer III, yang merupakan jalan lingkar kabupaten

dan jalan tembus antar wilayah kabupaten/kota perbatasan,

meliputi ruas jalan :

(1) Citeureup – Sukamakmur – Batas Kabupaten Cianjur;

(2) Cigombong – Caringin – Ciawi – Megamendung – Cisarua;

(3) Cigombong – Cijeruk – Tamansari – Tenjolaya –

Pamijahan – Leuwiliang – Leuwisadeng – Nanggung;

(4) Nanggung – Cigudeg – Rumpin – Ciseeng – Parung –

Tajurhalang – Bojong Gede – Cibinong (Tegar Beriman) –

Citeureup;

(5) Jasinga – Tenjo – Singa Bangsa (Batas Kabupaten

Tangerang);

(6) Gunung Putri – Bojong Kulur – Batas Kota Bekasi;

(7) Cariu – Babakan Raden – Batas Kabupaten Bekasi;

(8) Cemplang – Galuga;

(9) Cijayanti – Citaringgul – Babakan Madang;

(10) Gunung Putri – Klapanunggal – Batas Kabupaten Bekasi;

(11) Leuwiliang – Batas Kabupaten Sukabumi;

(12) Leuwisadeng – Nanggung – Batas Kabupaten Sukabumi.

Page 106: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 45

Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi lokal

primer I, meliputi ruas jalan :

(1) Kranggan – Gunung Putri;

(2) Sentul – Kandang Roda – Pakansari - Tegar Beriman;

(3) Kebon Pedes – Ratujaya;

(4) Ragajaya – Susukan – Kampung Pulo;

(5) Kemang – Kedung Waringin;

(6) Tonjong – Ragajaya;

(7) Cipayung Jaya – Arco;

(8) Tajur Halang – Kali Suren;

(9) Cijayanti – Babakanmadang – Citaringgul – Sukamantri;

(10) Warung Nangka – Bitungsari;

(11) Seuseupan – Banjarwaru – Tapos;

(12) Bendungan – Sukabirus;

(13) Cipayung – Megamendung;

(14) Cibanon – Gadog – Cikopo Selatan – Cisarua – Jogjogan;

(15) Pasir Kaliki – Kampung Jawa;

(16) Cilember – Batulayang – Ciburial – Tugu – Cisarua –

Cibeureum – Taman Safari;

(17) Pasar Cisarua – Kopo;

(18) Sukagalih – Cibeureum;

(19) Cilebut Barat – Susukan;

(20) Laladon – Dramaga (Lingkar Dramaga);

(21) Cemplang – Leuwimekar (Lingkar Leuwiliang);

(22) Sirnagalih – Waninggalih;

(23) Gunungputri–Klapanunggal–Cikahuripan– Linggar Mukti;

(24) Sentul – Bakanmadang – Sukamakmur – Tanjungsari;

(25) Gunung Sari – Gunung Picung; dan

(26) Karacak – Pamijahan.

3) Rencana pengembangan terminal, terdiri dari :

Terminal angkutan penumpang, meliputi :

(1) terminal tipe B Cibinong;

(2) terminal tipe B Leuwiliang;

(3) terminal tipe B Cileungsi;

(4) terminal tipe B Parung;

Page 107: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 46

(5) terminal tipe B Dramaga;

(6) terminal tipe B Ciawi;

(7) terminal tipe B Cigudeg;

(8) terminal tipe C Parung Panjang;

(9) terminal tipe C Jasinga;

(10) terminal tipe C Rumpin;

(11) terminal tipe C/Terpadu Bojonggede;

(12) terminal tipe C Laladon;

(13) terminal tipe C Jonggol; dan

(14) terminal tipe C Cariu.

Terminal untuk tujuan wisata, meliputi :

(1) terminal wisata di Kecamatan Pamijahan;

(2) terminal wisata di Kecamatan Tamansari; dan

(3) terminal wisata di Kecamatan Ciawi.

Terminal barang/peti kemas, meliputi :

(1) terminal barang/peti kemas Kecamatan Cileungsi;

(2) terminal barang/peti kemas Kecamatan Citeureup/

Kecamatan Babakan Madang.

b. Arahan Pengembangan Sistem Transportasi Perkeretaapian

Rencana pengembangan sistem transportasi perkeretaapian

meliputi pengelolaan jalur perkeretaapian, pengembangan

prasarana transportasi kereta api untuk keperluan

penyelenggaraan perkeretaapian komuter, dry port, terminal

barang, serta konservasi rel mati, meliputi :

1) Rencana pengembangan jalur kereta api perkotaan meliputi

pengembangan jalur kereta api ganda dan penataan jalur

kereta api yang beroperasi saat ini, meliputi :

(1) jalur Cibinong – Citayam;

(2) jalur ganda Parungpanjang – Tenjo;

(3) jalur perkotaan Cigombong – Citayam; dan

(4) pembangunan stasiun penumpang kereta api di

Kecamatan Cibinong, peningkatan stasiun penumpang di

Kecamatan Tenjo dan Kecamatan Parung Panjang.

Page 108: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 47

2) Rencana pengembangan jalur kereta api antarkota pada ruas

tertentu, disesuaikan dengan rencana pengembangan

jaringan kereta api (rail way master plan) nasional,

meliputi:

(1) Jalur Nambo – Cileungsi – Bekasi;

(2) Jalur Cileungsi – Cianjur; dan

(3) Jalur Citayam – Parung Panjang - Tangerang.

3) Rencana pengembangan transportasi perkeretaapian harus

menjamin keselamatan perkeretapian dan keberlanjutan

pengoperasian fasilitas keselamatan perkeretaapian,

penataan ruang di sekitar dan di kawasan stasiun dan

sepanjang jaringan jalur kereta api harus memperhatikan

rencana pengembangan perkeretaapian dan ketentuan

keselamatan perkeretaapian pada Ruang Lingkungan Kerja

Stasiun dan jaringan jalur kereta api, yang meliputi Ruang

Milik Jalan Kereta Api, Ruang Manfaat Jalan Kereta Api dan

Ruang Pengawasan Sarana Jalan Kereta Api, termasuk

bagian bawahnya serta ruang bebas di atasnya.

c. Arahan Pengembangan Sistem Transportasi Udara

Sistem transportasi udara, terdiri dari lapangan udara dan

ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk

operasi penerbangan. Lapangan udara yang terdapat di wilayah

Kabupaten Bogor, adalah : (1) lapangan udara untuk pertahanan

keamanan (Hankam), Atang Senjaya di Kecamatan Kemang; (2)

lapangan udara untuk penelitian, Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional (LAPAN) di Kecamatan Rumpin; dan (3)

lapangan udara untuk pendidikan/pelatihan, Sekolah Polisi

Negara (SPN) Lido di Kecamatan Cigombong.

Arahan penataan dan pengembangan ruang udara di sekitar

bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan

sebagaimana dimaksud di atas, dilakukan untuk menjamin

keselamatan operasi penerbangan dan keberlanjutan

pengoperasian lapangan udara, dimana penataan ruang di sekitar

dan di kawasan lapangan udara harus memperhatikan kegiatan

Page 109: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 48

kebandaraan sesuai dengan rencana induk bandar udara dan

ketentuan kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP).

d. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi

Prasarana telekomunikasi merupakan perangkat komunikasi

dan transformasi informasi yang dikembangkan, meliputi sistem

kabel, sistem seluler dan sistem satelit. Rencana pengembangan

prasarana telekomunikasi dilakukan hingga mencapai pelosok

wilayah yang belum terjangkau serta mendorong kualitas

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk

meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah

daerah memberikan dukungan dalam pengembangan kemudahan

jaringan telematika. Pengembangan sistem jaringan

telekomunikasi harus memperhatikan kapasitas yang telah

terpasang dan kebutuhan jangka panjang.

Arahan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi

dilakukan berdasarkan kriteria teknis sebagai berikut : (1)

meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan dan

keselamatan masyarakat serta keselamatan penerbangan; (2)

mendukung perwujudan struktur ruang kawasan; dan (3) kriteria

teknis lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dapat

juga dilakukan melalui kerjasama antar daerah serta peran

masyarakat dan dunia usaha.

e. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Sumberdaya Energi

Sumberdaya energi merupakan sebagian dari sumberdaya

alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dan atau

energi baik secara langsung maupun dengan proses konservasi

atau transportasi. Pengembangan sumberdaya energi

dimaksudkan untuk menunjang penyediaan jaringan energi listrik

dan pemenuhan energi lainnya.

Pengembangan sarana untuk pengembangan listrik jaringan

Saluran Udara atau Kabel Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV diperlukan

untuk menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan oleh

Page 110: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 49

pembangkit baru, yaitu SUTET 500 KV di wilayah Kecamatan

Ciawi, Cijeruk dan Kecamatan Caringin.

Pengembangan energi baru dan terbarukan oleh Pemerintah

Kabupaten Bogor, meliputi energi mikrohidro di kecamatan

Leuwiliang dan energi panas bumi di kecamatan Pamijahan.

Arahan pengembangan sistem jaringan tenaga listrik harus

memperhatikan kapasitas yang telah terpasang dan kebutuhan

jangka panjang. Pengembangan sistem jaringan tenaga listrik

tersebut dilakukan berdasarkan kriteria teknis sebagai berikut :

(1) meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan dan

keselamatan masyarakat; (2) mendukung perwujudan struktur

ruang kawasan; (3) kriteria teknis lainnya sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan. Pengembangan sistem

jaringan tenaga listrik dapat dilakukan melalui kerjasama antar

daerah, peran masyarakat dan dunia usaha.

f. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Sumberdaya Air

1) Arahan pengelolaan sumberdaya air, meliputi :

(1) Pembangunan sistem prasarana sumber daya air, terdiri

dari : (1) saluran dan bangunan irigasi untuk keperluan

air pertanian; dan (2) jaringan pipanisasi untuk

keperluan air bersih rumah tangga dan industri.

(2) Seluruh sumber air baku dari dam, embung, waduk,

telaga, bendungan serta sungai - sungai klasifikasi I – IV

yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan

dikembangkan untuk berbagai kepentingan.

(3) Zona pemanfaatan Daerah Aliran Sungai dilakukan

dengan membagi tipologi Daerah Aliran Sungai

berdasarkan tipologinya.

(4) Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai

dengan keberadaan wilayah sungai tersebut pada zona

kawasan lindung tidak diijinkan pemanfaatan sumber

daya air untuk fungsi budidaya.

(5) Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air untuk

air bersih dilakukan dengan memanfaatkan sumber mata

air dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air

Page 111: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 50

permukaan dan sumber air tanah pada wilayah Cekungan

Air Tanah (CAT) meliputi cekungan Bogor dan cekungan

Tangerang.

(6) Rencana pengembangan prasarana sumber air

permukaan untuk air bersih dikembangkan di lokasi : (1)

Waduk Cijurei di Kecamatan Sukamakmur; (2) Waduk

Cidurian di Kecamatan Nanggung; dan (3) Embung di

Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cariu, Kecamatan

Jonggol dan Kecamatan Megamendung.

2) Arahan pengembangan Prasarana Pengairan, meliputi :

(1) Prasarana pengairan direncanakan sesuai dengan

kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis dan non

teknis serta pemeliharaan untuk irigasi air permukaan

maupun air tanah.

(2) Rencana pengembangan pengairan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan Daerah

Aliran Sungai.

(3) Pengembangan waduk, dam, dan embung terkait

dilakukan dengan mempertimbangkan : (1) daya dukung

sumber daya air; (2) kekhasan dan aspirasi daerah serta

masyarakat setempat; (3) kemampuan pembiayaan; dan

(4) kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber

air.

(4) Area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar

tidak berubah fungsi menjadi peruntukan yang lain, dan

apabila areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi,

maka disediakan lahan areal baru yang menggantikannya

dengan luasan minimal sama ditambah dengan biaya

investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.

g. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Migas

Rencana pengembangan prasarana migas adalah jaringan/

distribusi minyak dan gas bumi melalui pipa di darat, kereta api

dan angkutan jalan raya. Rencana pengembangan sumber migas,

meliputi wilayah Kecamatan Jonggol dan Kecamatan Cariu,

Page 112: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 51

sedangkan rencana pengembangan prasarana migas dilakukan

pada seluruh wilayah kabupaten.

h. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan

Prasarana lingkungan meliputi, sarana Tempat Pengelolaan

Sampah (TPS), sarana Tempat Pemakaman Umum dan Bukan

Umum (TPU/TPBU), sarana Pendidikan dan Balai Latihan Kerja,

Sarana Olahraga, sarana Kesehatan, sarana Kebudayaan dan

Peribadatan; dan sarana Perdagangan, dengan arahan

pengembangan berikut ini.

1) Arahan pengembangan sarana tempat pengolahan sampah,

meliputi : (1) tempat pengolahan sampah (TPS) terpadu baik

lokal maupun regional menjadi bagian industri; (2) tempat

pengelolaan limbah industri B3 dan non B3. Rencana

pengembangannya dialokasikan pada : (1) Wilayah Barat di

Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang, Desa Growong dan

Desa Dago Kecamatan Parung Panjang, serta Desa Cigudeg

Kecamatan Cigudeg; (2) Wilayah Tengah di Desa Candali dan

Desa Pasir Gaok Kecamatan Rancabungur; (3) Wilayah Timur

di Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal dan Desa Sukasirna

Kecamatan Jonggol; (4) Khusus untuk limbah industri yang

mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tempat

pengelolaan sampah dialokasikan di Desa Nambo Kecamatan

Klapanunggal.

2) Arahan pengembangan tempat pemakaman umum (TPU) dan

tempat pemakaman bukan umum (TPBU), dilakukan melalui :

(1) pengembangan area TPU regional untuk memenuhi

kebutuhan tanah kuburan yang diarahkan pada pemanfaatan

lahan cadangan tanah pemakaman dan terintegrasi dengan

tanah pemakaman masyarakat yang tersebar di setiap

kecamatan; dan (2) pengembangan area TPBU yang diarahkan

pada kawasan yang dinyatakan memungkinkan secara teknis

dan fisik lingkungan, serta tidak berdampak sosial pada

lingkungan sekitarnya.

Page 113: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 52

3) Arahan pengembangan sarana pendidikan dan balai latihan

kerja, meliputi :

(1) pembangunan sarana pendidikan, mulai tingkat dasar

sampai dengan tingkat menengah pada pusat permukiman

disesuaikan dengan kebutuhan standar pelayanan

minimal;

(2) pengembangan sarana pendidikan setingkat sekolah

menengah umum tersebar di setiap wilayah kecamatan;

(3) pengembangan sarana penddikan setingkat sekolah

menengah kejuruan di setiap kecamatan disesuai dengan

tingkat kebutuhan dan potensi wilayahnya;

(4) pengembangan pelayanan pendidikan setingkat perguruan

tinggi pada Kota Orde I atau Orde II; dan

(5) pembangunan balai latihan kerja dialokasi pada

wilayah/daerah yang memiliki angkatan kerja sesuai

dengan potensi wilayahnya.

4) Arahan pengembangan sarana olahraga, dilakukan melalui :

(1) pengembangan dan penyediaan fasilitas olahraga yang

mampu mendukung kegiatan olah raga skala regional,

nasional, maupun internasional; dan

(2) menumbuhkembangkan kegiatan olah raga di masyarakat

dengan membangun/memanfaatkan fasilitas lingkungan

dan/atau penyediaan sarana dan prasarana olah raga di

tiap kecamatan.

5) Arahan pengembangan sarana kesehatan, dilakukan melalui :

(1) peningkatan pelayanan kesehatan melalui pembangunan

sarana kesehatan dan peningkatan pelayanan rumah sakit,

serta membangun rumah sakit pada kawasan perkotaan

dan industri;

(2) peningkatan dan optimalisasi peranan Pusat Kesehatan

Masyarakat (PUSKESMAS) dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat di setiap wilayah

kecamatan dan atau pada daerah yang berdasarkan

Page 114: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 53

kepadatan penduduknya membutuhkan pelayanan

kesehatan; dan

(3) pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) pada

Kota Orde I dan Orde II, serta pada beberapa Kota Orde III

yang strategis.

6) Arahan pengembangan sarana kebudayaan dan peribadatan,

dilakukan untuk :

(1) memenuhi kebutuhan keagamaan masyarakat dengan

memperhatikan keharmonisan kehidupan keagamaan dan

kondisi sosial budaya masyarakat setempat;

(2) pengembangan parasarana peribadatan yang disesuaikan

dengan kebutuhan/pelayanan masyarakat setempat; dan

(3) pengembangan prasarana ibadah sebagaimana dimaksud

dalam nomor (2).

7) Arahan pengembangan tempat ibadah umat muslim dengan

pembangunan masjid agung di setiap wilayah kecamatan dan

pembangunan tempat ibadah umat lainnya disesuaikan

dengan kebutuhan berdasarkan keadaan masyarakat

setempat dan memenuhi ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

8) Arahan pengembangan sarana perdagangan, dilakukan

melalui:

(1) pengembangan perdagangan skala wilayah yang meliputi:

pusat belanja eceran, pasar, pasar induk dan grosir,

diarahkan pada kota Orde I dan Orde II (sesuai dengan

peraturan yang berlaku);

(2) pengembangan pasar regional jabodetabek di Kecamatan

Ciawi;

(3) pengembangan perdagangan skala kecamatan meliputi

pasar, pertokoan dan perdagangan eceran (mini market)

yang diarahkan di setiap pusat kota kecamatan.

Page 115: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 54

i. Arahan Pengelolaan Tata Guna Tanah, Tata Guna Air, Tata Guna

Udara, dan Tata Guna Sumber Daya alam Lainnya

Rencana pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata

guna udara, dan tata guna sumberdaya alam lainnya, terdiri dari:

(1) tata guna tanah meliputi kebijakan penatagunaan tanah dan

penyelenggaraan penatagunaan tanah; (2) tata guna air meliputi

kebijakan penatagunaan dan penyelenggaraan air permukaan dan

air tanah; (3) tata guna udara meliputi kebijakan penatagunaan

dan penyelenggaraan ketinggian bangunan, lintasan pesawat,

saluran udara tegangan tinggi, dan saluran udara tegangan

ekstra tinggi; (4) tata guna sumber daya alam lainnya diarahkan

pada pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap

memperhatikan fungsi kelestarian kemampuan lingkungan hidup

untuk mendukung kehidupan secara berkelanjutan, dengan

arahan pengembangan berikut ini.

1) Arahan pengelolaan tata guna tanah, dilakukan melalui upaya

perlindungan tanah dan perlindungan/ pengawetan

keseimbangannya terhadap kelestarian lingkungan hidup,

meliputi :

(1) pengaturan peruntukan dan penggunaan tanah yang

memperhatikan daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup.

(2) penggunaan tanah yang mengacu pada fungsi (zona)

yang telah ditetapkan untuk kawasan lindung dengan

pemanfaatan sebagai kawasan konservasi.

(3) lahan yang berperan strategis bagi kelestarian

lingkungan seperti pengembangan tanaman lindung pada

kawasan konservasi.

(4) Lahan yang dipandang strategis bagi perkembangan

sosial ekonomi seperti pengembangan bangunan tinggi.

(5) penggunaan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang

tidak dapat diperluas atau dikembangkan

penggunaannya.

(6) pola penyesuaian penggunaan/pemanfaatan tanah

dilakukan melalui penataan kembali (konsolidasi tanah),

Page 116: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 55

upaya kemitraan dan penyerahan/pelepasan hak atas

tanah pada negara atau pihak lain dengan penggantian

sesuai peraturan perundang-undangan.

(7) menunjang keseimbangan pembangunan dengan

penyediaan tanah disetiap tingkatan pemerintahan

Pemeliharaan provinsi maupun kabupaten/kota yang

selaras dengan rencana tata ruang.

(8) rencana pengelolaan bangunan bawah tanah, melalui :

(1) pengembangan utilitas perkotaan (manhole); (2)

pengembangan fasilitas parkir bawah tanah (basement);

(3) penembangan sistem transportasi dan jaringan

lainnya bawah tanah.

2) Pengelolaan tata guna air, dilakukan melalui upaya

kelestarian sumberdaya air terdiri dari :

(1) penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian Pemeliharaan air permukaan dan/atau air

tanah.

(2) pengembangan daerah rawa untuk pertanian dan/atau

untuk Budidaya perikanan.

(3) pengendalian dan pengaturan banjir serta usaha untuk

pemeliharaanan sungai, situ, waduk, serta pengaturan

prasarana dan sarana sanitasi.

(4) pengaturan dan penyediaan air minum, air perkotaan,

air industri, dan pencegahan terhadap pencemaran atau

pengotoran air.

(5) pemeliharaan ketersediaan kuantitas dan kualitas air

yang berkelanjutan melalui pemeliharaan kelangsungan

fungsi resapan air dan daerah tangkapan air, pengisian

air pada sumber air, pengendalian pengolahan tanah di

daerah hulu, pengaturan daerah sempadan sumber air,

rehabilitasi hutan dan lahan dan/atau pelestarian hutan

lindung, kawasan suaka alam, dan pelestarian alam.

(6) pemanfaatan sumber air untuk kepentingan komersial

dilakukan melalui pengkajian terlebih dahulu guna

Page 117: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 56

terjaminnya ketersediaan air baku pertanian maupun

rumah tangga.

3) Pengelolaan tata guna udara ditujukan untuk menjaga

kelestarian kualitas udara, estetika, dan keselamatan,

meliputi :

(1) pengaturan jalur SUTT dan SUTET, dengan

mempertahankan garis sempadannya sebagai jalur hijau

dan terbebas dari aktifitas hunian penduduk.

(2) pemanfaatan ruang udara untuk transmisi listrik, melalui

pengembangan jaringan listrik tenaga tinggi dan

distribusi listrik.

(3) pengaturan jaringan komunikasi selular dikembangkan

pada penggunaan bangunan Base Transceiver Station

(BTS) bersama.

(4) pemanfaatan ruang udara untuk transportasi, dilakukan

melalui pengembangan frekuensi radio, gelombang

microwave, dan seluler.

(5) pengaturan jalur penerbangan khusus, dengan

membatasi bangunan yang memiliki ketinggian pada

jalur terbang (runway) sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang penerbangan.

(6) pemanfaatan ruang udara untuk transportasi, melalui

pengembangan dan pengamanan jalur keselamatan

operasi penerbangan sekitar lapangan udara.

(7) pengembangan ruang udara untuk atmosfir kehidupan,

melalui pengembangan hutan kota dan program

penghijauan hutan kota dengan besarnya emisi gas hasil

bakar atau perubahan iklim.

(8) pemanfaatan ruang udara untuk ruang pandang, melalui

pengembangan bentang alam (skyline) atau unsur buatan

yang dijadikan orientasi kawasan.

(9) pengembangan ruang udara untuk bangunan atas tanah,

melalui pemanfaatan bangunan tinggi (Rumah Susun/

Page 118: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 57

Apartemen, Hotel dan bangunan tinggi lainnya), jalan

layang, simpang susun, kereta layang, dan jembatan

penyeberangan.

j. Arahan Pemanfaatan Jasa lingkungan

Arahan pemanfaatan jasa lingkungan merupakan acuan

dalam pengenaan kompensasi bagi pengguna jasa lingkungan.

Jasa lingkungan dimaksud berupa jasa lingkungan air, udara

bersih dan penyerapan karbon, serta wisata alam, meliputi :

1) Kawasan lindung dan kawasan budidaya yang dikelola secara

berkelanjutan dapat memberikan jasa lingkungan yang

penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat dan

lingkunganhidupnya.

2) Kawasan yang menghasilkan jasa lingkungan harus dilindungi

dari kegiatan yang dapat merusak fungsinya sebagai penyedia

jasa lingkungan.

3) Upaya perlindungan kawasan penyedia jasa lingkungan harus

diapresiasi oleh pengguna jasa lingkungan yang selama ini

menggunakannya.

4) Pengguna jasa lingkungan memberikan sejumlah kompensasi

sebagai bentuk apresiasi dan tanggung jawab bersama untuk

melindungi dan melestarikan kawasan penyedia jasa

lingkungan. Bentuk kompensasi dimaksud, berupa dana

kompensasi konservasi dan/atau bentuk lainnya yang diatur

menurut kesepakatan bersama antara pengelola kawasan

penyedia jasa lingkungan dengan pengguna jasa lingkungan.

Dana kompensasi harus lebih besar atau sama dengan

kebutuhan total biaya konservasi kawasan penyedia jasa

lingkungan selama kurun waktu tertentu.

5) Pemilik lahan perorangan yang lahannya berfungsi sebagai

penyedia jasa lingkungan dapat menerima dana kompensasi

konservasi dari pengguna jasa lingkungannya berdasarkan

kesepakatan diantara keduanya.

6) Dana kompensasi konservasi hanya dapat digunakan untuk

mebiayai upaya konservasi kawasan yang menyediakan jasa

lingkungan.

Page 119: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 58

7) Pemerintah Kabupaten Bogor dapat mengadakan perjanjian

kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan yang ada di dalam

wilayahnya dengan pengguna jasa lingkungan di wilayah

Kabupaten Bogor dan/atau wilayah lain disekitarnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

V.2.3 ARAHAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM HAL TERJADI PEMISAHAN

WILAYAH BOGOR BARAT

Arahan pembangunan daerah dalam hal terjadi pemisahan

wilayah Bogor Barat, adalah :

A. Arahan pembangunan daerah menurut misi pembangunan dan

menurut RTRW Kabupaten Bogor yang tertera dalam RPJPD ini

dinyatakan tetap berlaku sepanjang berkenaan dengan 26 wilayah

kecamatan yang masih termasuk dalam Kabupaten Bogor atau

dengan kata lain, tidak termasuk 14 kecamatan yang tercakup dalam

wilayah Bogor Barat.

B. Kabupaten Bogor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku akan memfasilitasi pemisahan wilayah Bogor Barat hingga

terbentuknya pemerintahan daerah yang baru dalam tahapan dan

waktu yang telah direncanakan, termasuk pasca pembentukan,

seperti penyerahan Pembiayaan, Personil, Perlengkapan dan

Dokumentasi (P3D), termasuk alokasi dana untuk kabupaten baru

sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Dalam hal dibutuhkan penyesuaian atau revisi atas naskah RPJPD

dan/atau RTRW Kabupaten Bogor berkenaan dengan pemisahan

wilayah Bogor Barat, maka hal tersebut dapat dilakukan sepanjang

memenuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

V.3. TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS

Upaya perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang

Kabupaten Bogor dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka

pembangunan jangka menengah daerah dengan periodisasi pembangunan

yang dibagi kedalam tahapan lima tahunan atau tahun perencanaannya

Page 120: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 59

disesuaikan dengan masa jabatan Bupati Bogor terpilih, yaitu RPJMD

kesatu (tahun 2005-2008), RPJMD kedua (tahun 2008-2013), RPJMD ketiga

(tahun 2013-2018), RPJMD keempat (tahun 2018-2023) dan RPJMD

kelima(tahun 2023-2025) dengan uraian sebagai berikut :

V.3.1 RPJM Daerah Pertama (2005 – 2008)

Tahapan pembangunan pada tahap pertama Kabupaten Bogor

dilaksanakan melalui Renstra Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2003-

2008 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004.

Dengan berlandaskan pada pencapaian hasil-hasil pembangunan periode

sebelumnya, pembangunan daerah pada tahap ini untuk mendukung

pencapaian visi : “Tercapainya Pelayanan Prima demi Terwujudnya

Masyarakat Kabupaten Bogor yang Maju, Mandiri, Sejahtera

Berlandaskan Iman dan Takwa”.

Upaya pencapaian visi tersebut diiplementasikan ke dalam 6 misi

pembangunan sebagai berikut :

1. Melakukan Reformasi Pelayanan Publik Menuju Tata Pemerintahan

yang Baik (good governance);

2. Meningkatkan Profesionalisme Aparatur dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah;

3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan;

4. Menumbuhkembangkan Potensi Industri, Pertanian dan Pariwisata

secara Optimal dan Lestari;

5. Meningkatkan Kualitas dan Menata Sarana, Prasarana dan

Infrastruktur Wilayah;

6. Memajukan Kehidupan Keagamaan dan Kondisi Sosial

Kemasyarakatan.

Renstra Kabupaten Bogor dapat dikatakan sebagai dokumen RPJM

Daerah pertama dengan sasaran pokok, yaitu meningkatnya

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor dengan indikator kinerja

utama adalah : (1) meningkatnya capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) beserta komponen pembentuknya, terdiri atas Angka Harapan

Hidup (AHH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Melek Huruf (AMH),

Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity); (2)

menurunnya jumlah penduduk miskin; (3) berkurangnya jumlah

Page 121: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 60

pengangguran terbuka; (4) terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk; (5) bertambahnya nilai PDRB dan bergesernya struktur

ekonomi ke arah sektor sekunder dan tersier; (6) meningkatnya laju

pertumbuhan ekonomi; dan (7) meningkatnya pendapatan per kapita.

Prioritas utama pada tahapan ini adalah peletakkan fondasi untuk

mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera melalui peningkatan

pelayanan pendidikan dan kesehatan; peningkatan kemampuan daya

beli masyarakat; peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang baik

dan peningkatan pelayanan dasar, terutama infrastruktur wilayah dan

mitigasi bencana; serta penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang

baik.

V.3.2 RPJM Daerah Kedua (2008 – 2013)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan

RPJM Daerah pertama, maka RPJM Daerah kedua ditujukan untuk

merealisasikan visi pembangunan daerah hingga tahun 2025 menurut

dokumen RPJPD, yaitu “Kabupaten Bogor Maju dan Sejahtera

Berlandaskan Iman dan Takwa”. Pada tahapan ini Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) diproyeksikan sebesar 74,03 pada tahun 2013.

Prioritas pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai

berikut :

Urusan Pendidikan. Pembangunan pendidikan diprioritaskan untuk

peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH)

melalui Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 (sembilan) Tahun.

Upaya yang dilakukan untuk mendukung target tersebut melalui

pembagian peran (Role Sharing) pendanaan antara Pusat, Provinsi dan

Kabupaten dalam rangka rehabilitasi dan penambahan ruang kelas baru

SD/MI dan SMP/MTs, serta bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari

keluarga tidak mampu.

Selain itu, rintisan munculnya sekolah-sekolah unggulan di

Kabupaten Bogor menjadi prioritas pada priode ini. Demikian pula

pemberantasan buta aksara, melalui pengembangan pendidikan

keaksaraan dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terutama

untuk daerah terpencil yang sulit mengakses pendidikan formal.

Page 122: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 61

Urusan Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada periode ini

diprioritaskan untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH),

penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, melalui

peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan, peningkatan balita gizi

baik dan yang diimunisasi lengkap, peningkatan cakupan sanitasi dasar,

peningkatan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan dasar dan

rujukan, peningkatan angka kesembuhan penderita penyakit tertentu,

penyusunan rancangan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan, dan

peningkatan manajemen kesehatan yang akuntabel.

Urusan Lingkungan Hidup. Pembangunan lingkungan hidup

diprioritaskan pada optimalisasi pengelolaan lingkungan hidup melalui

kelayakan AMDAL, UKL/UPL dan RKL/RPL yang bersersifikat dalam

kegiatan usaha, tersedianya akses informasi terhadap lingkungan hidup,

peningkatan jumlah kelompok masyarakat dan organisasi masyarakat

yang peduli lingkungan hidup, tersedianya peraturan daerah tentang

pengaturan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta bertambahnya

revegetasi lahan kritis.

Urusan Pekerjaan Umum. Pada periode ini pembangunan

diprioritaskan pada peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan

infrastruktur wilayah, antara lain : pembangunan jaringan infrastruktur

transportasi yang mantap dan handal serta terintegrasi, disertai dengan

bukaan akses jalan baru ke wilayah Barat, ke wilayah Timur yang

berbatasan dengan Cianjur, ke wilayah Selatan yang berbatasan dengan

Sukabumi serta ke arah Utara yang berbatasan dengan Depok maupun

Tangerang; terbukanya akses jalan ke sentra-sentra produksi, baik

pertanian, obyek wisata, pertambangan dan daerah terisolir, serta

peningkatan rasio aksesibilitas jalan terhadap luas daerah.

Selain sarana transportasi, dilakukan upaya perintisan

pembangunan waduk dan embung untuk pemenuhan kecukupan air bagi

aktivitas ekonomi masyarakat, dan peningkatan rasio pelayanan jaringan

irigasi terhadap luas areal irigasi, serta penambahan ruang terbuka hijau

dan taman-taman kota di setiap wilayah kecamatan.

Urusan Penataan Ruang. Penyelenggaraan penataan ruang

diprioritaskan pada peningkatan kualitas perencanaan tata ruang

wilayah, kota dan kawasan serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan

Page 123: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 62

mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan

secara berjangka dan penegakan peraturan atau ketentuan teknis

pemanfaatannya dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang;

pelaksanaan rencana pengembangan kawasan budidaya dan kawasan

non-budidaya atau wilayah konservasi melalui kesepakatan kerjasama

sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku; pencapaian rencana

pemanfaatan ruang yang serasi dengan ekosistemnya serta mampu

mewadahi perkembangan wilayah dan aktifitas perekonomian

masyarakat; pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan kaidah

pengelolaan ruang dan lingkungan hidup yang berkelanjutan; serta

tersedianya rencana tata ruang secara detail di setiap kecamatan dan

kawasan cepat tumbuh.

Urusan Perencanaan Pembangunan. Pada tahap ini diprioritaskan

pada terwujudnya perencanaan pembangunan daerah secara berjangka

meliputi jangka panjang, menengah dan tahunan serta rencana

pembangunan daerah menurut urusan pemerintahan bagi kemajuan

daerah; serta peningkatan peran serta masyarakat dan lembaga-lembaga

masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan

pengawasan pembangunan daerah yang mendukung penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Selain itu, peningkatan ketersediaan data yang akurat untuk

kebutuhan perencanaan pembangunan daerah.

Perencanaan pembangunan juga diarahkan untuk peningkatan nilai

tambah PDRB, Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan per Kapita,

serta mulai bergesernya struktur ekonomi ke sektor tersier.

Urusan Perumahan. Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan

cakupan layanan air bersih di perdesaan dan perkotaan, peningkatan

cakupan layanan persampahan, terutama di wilayah perkotaan,

peningkatan ketersediaan sarana tempat layanan pemakaman umum di

setiap wilayah kecamatan, serta peningkatan rasio dan cakupan rumah

layak huni.

Urusan Kepemudaan dan Olah Raga. Pembangunan kepemudaan

diupayakan melalui peningkatan kualitas pemuda sebagai individu dan

dalam organisasi kepemudaan. Sedangkan pembangunan bidang olah

Page 124: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 63

raga diarahkan pada terpenuhinya sarana olah raga sehingga dapat

meningkatkan prestasi olah raga.

Urusan Penanaman Modal, diprioritaskan pada upaya-upaya yang

mendorong tumbuhnya investasi di wilayah Kabupaten Bogor.

Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Pembangunan

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dilakukan melalui optimalisasi

sumber daya produktif dengan peningkatan pemberdayaan Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah yang sejalan dengan perkembangan dunia usaha;

serta bangkitnya sentra-sentra industri, koperasi dan UKM/IKM sesuai

dengan keunggulan masing-masing wilayah.

Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil. Pembangunan

kependudukan dan catatan sipil pada tahap ini diprioritaskan pada

pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, melalui

peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan Keluarga Berencana. Selain

itu, diarahkan pada peningkatan kualitas dan tertib administrasi

kependudukan.

Urusan Ketenagakerjaan. Pembangunan urusan ketenagakerjaan

pada aspek peningkatan kompetensi dan daya saing yang diarahkan

untuk pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana dan kurikulum pelatihan

tenaga kerja. Selain itu, hubungan industrial diarahkan untuk

menciptakan produktifitas, kualitas, dan peningkatan kesejahteraan

pekerja.

Untuk transmigrasi diarahkan pada peningkatan persebaran penduduk

sesuai dengan potensinya serta penyelengaraan program transmigrasi.

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pembangunan urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

diarahkan untuk peningkatan indeks pembangunan gender,

pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender serta rasio perempuan

pada pemerintahan daerah dan DPRD serta jabatan strategis lainnya.

Urusan Perhubungan. Pembangunan Perhubungan diprioritaskan

pada upaya penambahan jangkauan wilayah pelayanan moda

transportasi.

Urusan Komunikasi dan Informatika, diprioritaskan pada

peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap teknologi informasi

melalui peningkatan jangkauan layanan telekomunikasi di setiap

Page 125: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 64

kecamatan serta peningkatan rasio pemanfaatan sarana komunikasi

maupun telematika. Selain itu, dilakukan upaya penguasaan dan

pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dilandasi

oleh nilai-nilai Iman dan Takwa (IMTAQ).

Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, diprioritaskan

pada terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa di Kabupaten Bogor,

dengan upaya membangun kondisi politik lokal yang demokratis melalui

penguatan kelembagaan politik yang ada. Sementara itu, upaya lainnya

adalah peningkatan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta

kondisi keamanan wilayah yang kondusif demi kelancaran pelaksanaan

pembangunan daerah, tersedianya teknologi dan alat deteksi dini

terhadap bencana gempa, banjir dan tanah longsor, bertambahnya

jumlah aparat, anggota masyarakat dan kelompok masyarakat yang

terampil dalam menangani bahaya bencana alam, pencegahan bencana

alam maupun mitigasi bencana serta meningkatnya perlindungan

masyarakat dan penanggulangan/penanganan korban bencana alam

maupun korban bencana sosial.

Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.

Pembangunan diprioritaskan pada : peningkatan kapasitas Pemerintah

Kabupaten Bogor dan DPRD Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah; peningkatan kualitas pelayanan dasar, perizinan

dan pelayanan publik yang lebih baik (better), lebih cepat (faster)

dengan biaya wajar menurut peraturan yang berlaku (cheaper) dalam

lingkup kewenangan Kabupaten Bogor serta memenuhi kepuasan

pelanggan; peningkatan kapasitas keuangan daerah untuk memenuhi

kebutuhan dana pembangunan disertai dengan pengelolaan keuangan

yang efisien, efektif, transparan, akuntabel dan taat pada peraturan

yang berlaku; peningkatan tertib pengelolaan aset dan barang daerah

serta pendayagunaannya untuk kemajuan daerah; keterbukaan informasi

dan komunikasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah, baik

melalui media cetak, elektronik dan media teknologi terkini lainnya

sesuai dengan perkembangan IPTEK; terbangunnya hukum dan tata

peraturan daerah sebagai landasan penyelenggaraan otonomi daerah

dan penegakkan hukum di daerah; tercapainya peningkatan kapasitas

Page 126: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 65

pelayanan kecamatan dan kelurahan sesuai dengan kewenangan yang

telah dilimpahkan; terlaksananya fasilitasi untuk peningkatan kepasitas

pelayanan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa,

kelembagaan desa maupun usaha-usaha ekonomi pedesaan; tercapainya

tata kelola pemerintahan umum dan bina wilayah serta fasilitasi

penyelesaian masalah pertanahan antara masyarakat dan pihak-pihak

yang bersengketa sesuai ketentuan yang berlaku; peningkatan

pengendalian pelaksanaan pembangunan daerah dari berbagai sumber

dana pembangunan; terlaksananya fasilitasi untuk mendorong kemajuan

ekonomi dan sektor-sektor unggulan Kabupaten Bogor; terwujudnya

organisasi perangkat daerah yang ramping struktur tetapi kaya fungsi

dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

peningkatan profesionalisme aparatur, baik dalam kompetensi teknis

dan substantif menurut tupoksinya maupun untuk pelayanan kepada

masyarakat disertai dengan perbaikan kesejahteraan aparatur;

mendorong peningkatan kinerja aparatur; mendorong peningkatan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah; pengembangan SIMWASDA

(Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Daerah); terwujudnya

pembentukan daerah otonom baru di wilayah Barat Kabupaten Bogor;

terlaksananya reformasi birokrasi di daerah secara menyeluruh sesuai

dengan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan

bertanggungjawab.

Khusus bidang pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan

kapasitas pendapatan daerah, melalui : (1) penggalian sumber-sumber

Pendapatan Daerah, terutama sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; (2) penataan

dan revitalisasi perangkat peraturan daerah di bidang pendapatan

daerah dan investasi, khususnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

serta komponen pendapatan daerah lainnya yang mendorong

peningkatan penerimaan; (3) optimalisasi sistem dan prosedur

keorganisasian dan kelembagaan pendapatan daerah termasuk di

dalamnya menyangkut kelengkapan perangkat pelaksanaan pemeriksaan

(auditor atau pemeriksaan serta juru sita di bidang pajak pendapatan

daerah); (4) peningkatan kapasitas aparat pemungut pendapatan

daerah; (5) peningkatan penerapan teknologi informasi yang mendorong

Page 127: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 66

efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendapatan daerah; dan (6)

peningkatan kesadaran masyarakat di bidang pendapatan daerah.

Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada terwujudnya

pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa dan potensi ekonomi

desa, antara lain melaui peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap

teknologi tepat guna, dan teknologi terkini lainnya, serta adanya

penghargaan terhadap prestasi masyarakat atas pencapaiannya di

bidang ilmu pengetahuan dan penelitian.

Urusan Sosial, diprioritaskan pada terpenuhinya pelayanan sosial

dasar bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial, fasilitasi untuk

meningkatkan pelayanan sosial kemasyarakatan. Selain itu, termasuk

juga bantuan dan syiar-syiar keagamaan serta aspek sosial lainnya,

terciptanya kerukunan hidup antar dan inter umat beragama serta sikap

kesalehan sosial umat beragama, serta terpenuhinya sarana dan

prasarana ibadah yang merata di setiap wilayah sesuai dengan

kebutuhan umat beragama.

Urusan Kebudayaan, diprioritaskan pada terpenuhinya jumlah

sarana, kelembagaan kebudayaan dan lingkung seni, budaya lokal,

kekhasan Kabupaten Bogor; tercapainya pelestarian benda-benda

kepurbakalaan, situs-situs dan benda-benda kepurbakalaan; peningkatan

keunggulan daya tarik wisata melalui pengembangan produk wisata yang

unik dan tradisional; adanya penghargaan terhadap prestasi masyarakat

atas pencapaiannya di bidang kesenian dan olah raga.

Urusan Kearsipan dan Perpustakaan, diprioritaskan pada

tercapainya tata pengelolaan kearsipan daerah yang lebih maju di setiap

SKPD hingga kecamatan, dan desa/kelurahan sesuai dengan

perkembangan IPTEK; terbangunnya sarana dan prasarana layanan

perpustakaan daerah untuk meningkatkan minat dan budaya baca pada

masyarakat dan pelajar di Kabupaten Bogor; peningkatan kualitas dan

kuantitas perpustakaan desa/kelurahan di Kabupaten Bogor.

Urusan Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kehutanan,

diprioritaskan pada mantapnya ketahanan pangan yang berarti

terpenuhinya pasokan pangan terutama beras dan terjaminnya akses

pangan sesuai kebutuhan; mantapnya produksi dan produktivitas dengan

Page 128: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 67

didukung oleh terpenuhinya benih berkualitas, infrastruktur pertanian

yang memadai, penerapan inovasi serta sistem pembiayaan yang tepat

guna; munculnya sentra-sentra produk unggulan baru produk-produk

pertanian, perikanan, peternakan maupun perkebunan baru;

berkembangnya hutan rakyat, aneka usaha kehutanan dan mantapnya

pengelolaan hutan bersama masyarakat; serta terwujudnya revegetasi

pada lahan kritis.

Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral, diprioritaskan pada

peningkatan rasio pemanfaatan potensi sumber daya mineral dan

energi dengan mengembangkan data dan potensi, inventarisasi geologi,

pendistribusian BBM serta penetapan lingkungan geologi. Menyusun

perencanaan di sektor energi dan sumber daya mineral dan ketersediaan

akses informasi terhadap data dan potensi, tersedianya peraturan

daerah tentang migas dan ketenagalistrikan serta upaya konservasi

sumber daya alam.

Melakukan pemantauan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap pengusahaan energi dan sumber daya mineral, pendistribusian

BBM serta dimulainya pengembangan energi aternatif, yang pada

akhirnya dapat menentukan besaran target Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dari sektor ESDM dalam kurun waktu tertentu dan penambangan

berwawasan lingkungan serta berkelanjutan dapat tercapai.

Selain itu, diarahkan pada peningkatan cakupan layanan

penerangan jalan umum pada ruas jalan kabupaten di setiap wilayah

kecamatan.

Urusan Pariwisata, diprioritaskan pada peningkatan dan

pengembangan sistem/upaya koordinasi dan kerjasama dengan pihak-

pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terkait kegiatan

pariwisata. Upaya lainnya adalah menigkatkan kualitas sumber daya

manusia dan menggalakan sadar wisata kepada masyarakat.

Urusan Industri dan Perdagangan. Mengembangkan usaha industri

dan perdagangan berdaya saing industri yang berkelanjutan berbasis

sumberdaya lokal melalui klaster dan diarahkan untuk memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan

masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di

daerah, melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih

Page 129: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 68

profesional dan penggalian potensi sumber daya alam lokal sebagai

bahan baku industri.

Pembangunan di sektor perdagangan diarahkan pada distribusi arus

barang dan jasa kebutuhan bahan pokok masyarakat, baik untuk

konsumsi maupun industri serta perlindungan konsumen dan peningkatan

akses pasar hasil industri dalam dan luar negeri.

Prioritas utama pada tahapan ini adalah penguatan dan

pemantapan pembangunan daerah untuk mewujudkan masyarakat

yang maju dan sejahtera melalui peningkatan kualitas dan pemerataan

pelayanan pendidikan dan kesehatan; peningkatan kemampuan daya

beli masyarakat; pemenuhan pelayanan dasar, terutama infrastruktur

wilayah untuk percepatan pembangunan di setiap wilayah; pengendalian

pemanfaatan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup secara

berkelanjutan serta mitigasi bencana di kabupaten Bogor; reformasi

birokrasi sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih,

berwibawa dan bertanggungjawab.

V.3.3 RPJM Daerah Ketiga (2013 – 2018)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan

RPJM Daerah kedua, maka RPJM Daerah ketiga ditujukan untuk

merealisasikan visi dan misi pembangunan daerah melalui

pengembangan dan percepatan pembangunan daerah secara

menyeluruh di berbagai bidang/urusan pemerintahan sesuai dengan

kewenangan Kabupaten Bogor dengan menekankan pada pencapaian

daya saing kompetitif perekonomian daerah berlandaskan keunggulan

sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta

kemampuan ilmu dan teknologi yang berlandaskan pada nilai-nilai

agama, moral dan kearifan lokal, pembangunan daerah secara

berkelanjutan dengan pemantapan tata kelola pemerintahan yang baik,

bersih, berwibawa dan bertanggungjawab. Pada tahapan ini Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) diproyeksikan sebesar 77,34 pada tahun

2018.

Pada RPJM Daerah ketiga ini, tahapan dan prioritasnya semakin

dikembangkan dan dipercepat pencapaiannya, sehingga prioritas

pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 130: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 69

Urusan Pendidikan. Pembangunan pendidikan diprioritaskan untuk

peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH)

melalui Perintisan Wajib Belajar 12 (dua belas) Tahun. Upaya yang

dilakukan untuk mendukung antara lain yaitu pengembangan pendidikan

satu atap (sembilan tahun), peningkatan sarana dan prasarana

pendidikan menengah dan bantuan beasiswa bagi siswa dari keluarga

tidak mampu.

Urusan Kesehatan. Pembangunan kesehatan diprioritaskan untuk

meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH), penurunan Angka Kematian

Ibu dan Angka Kematian Bayi, melalui peningkatan persalinan oleh

tenaga kesehatan, peningkatan balita gizi baik dan yang diimunisasi

lengkap, peningkatan cakupan sanitasi dasar, peningkatan pemanfaatan

sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, peningkatan angka

kesembuhan penderita penyakit tertentu, penyusunan rancangan sistem

jaminan pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan manajemen

kesehatan yang akuntabel, serta penuntasan jumlah penduduk miskin

yang menjadi program jaminan pemeliharaan kesehatan.

Urusan Lingkungan Hidup, diprioritaskan pada pemantapan

pengelolaan lingkungan hidup melalui kelayakan AMDAL, UKL/UPL dan

RKL/RPL yang bersertifikat dalam kegiatan usaha dan mulai

terpenuhinya baku mutu lingkungan yang berlaku; serta cakupan

revegetasi lahan kritis telah menjangkau separoh dari luas lahan kritis

yang ada.

Urusan Pekerjaan Umum. Pembangunan diprioritaskan pada

percepatan pembangunan infrastruktur wilayah, yang diindikasikan oleh

berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi, ketersediaan

jaringan irigasi, penambahan ruang terbuka hijau dan taman-taman kota

di setiap wilayah kecamatan.

Urusan Penataan Ruang. Pembangunan Penataan Ruang

diprioritaskan melalui upaya yang mendukung semakin terpenuhinya

rencana tata ruang secara detail untuk kota dan kawasan serta daerah

yang tumbuh dengan pesat; dan semakin terkendalinya pemanfaatan

ruang sesuai dengan kaidah pengelolaan ruang dan lingkungan hidup

yang berkelanjutan.

Page 131: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 70

Urusan Perencanaan Pembangunan, diprioritaskan pada semakin

mantapnya peran serta masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat

dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan pengawasan

pembangunan daerah yang mendukung penyelenggaraan pemerintahan

daerah, serta ketersediaan data akurat yang semakin mantap untuk

kebutuhan perencanaan pembangunan daerah.

Selain itu, perencanaan pembangunan diarahkan pada upaya yang

mendukung semakin tingginya nilai tambah PDRB dan mulai bergesernya

struktur ekonomi ke dalam sektor tersier dengan laju pertumbuhan

ekonomi yang berada di atas angka inflasi regional Jawa Barat; semakin

tingginya pendapatan per kapita dan upah minimum kabupaten serta

upah minimum regional Jawa Barat dan mulai memenuhi kebutuhan

hidup minimum.

Urusan Perumahan. Pembangunan urusan perumahan diarahkan

pada semakin mantapnya cakupan layanan air bersih di perdesaan dan

perkotaan, cakupan layanan persampahan, ketersediaan sarana tempat

layanan pemakaman umum di setiap wilayah kecamatan, serta rasio dan

cakupan rumah layak huni.

Urusan Kepemudaan dan Olah Raga. Pembangunan kepemudaan

diupayakan melalui peningkatan kualitas pemuda sebagai individu dan

dalam organisasi kepemudaan. Sedangkan pembangunan bidang olah

raga diarahkan pada terpenuhinya sarana olah raga sehingga dapat

meningkatkan prestasi olah raga.

Urusan Penanaman Modal. Pembangunan urusan Penanaman Modal

diprioritaskan pada jumlah dan laju investasi di wilayah Kabupaten

Bogor proporsional dengan wilayah BODEBEK lainnya; dan munculnya

sentra-sentra unggulan baru di setiap wilayah Kabupaten Bogor.

Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Pembangunan

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dilakukan melalui optimalisasi

sumber daya produktif dengan peningkatan pemberdayaan Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah yang sejalan dengan perkembangan dunia usaha;

serta bangkitnya sentra-sentra industri, koperasi dan UKM/IKM sesuai

dengan keunggulan masing-masing wilayah.

Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil. Pembangunan

Kependudukan dan Catatan Sipil diprioritaskan pada upaya semakin

Page 132: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 71

mantapnya sistem administrasi kependudukan, serta pengendalian

jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di bawah laju Provinsi Jawa

Barat, melalui peningkatan kuantitas dan kualitas akseptor KB.

Urusan Ketenagakerjaan. Pembangunan urusan ketenagakerjaan

pada aspek peningkatan kompetensi dan daya saing yang diarahkan

untuk peningkatan sarana, prasarana dan kurikulum pelatihan tenaga

kerja. Selain itu, peningkatan hubungan industrial melalui pemantapan

unsur tripartit untuk menciptakan produktifitas, kualitas, dan

peningkatan kesejahteraan pekerja.

Untuk transmigrasi diarahkan pada semakin mantapnya penyelenggaraan

program transmigrasi.

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pembangunan bidang Bidang Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak diarahkan untuk peningkatan upaya pemberdayaan

perempuan berbasis kemandirian ekonomi, pendidikan dan kesehatan,

peningkatan upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui

pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pengembangan partisipasi

lembaga sosial masyarakat dalam penanganan permasalahan perempuan

dan anak dan peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam

pembangunan.

Urusan Perhubungan. Pembangunan Perhubungan diprioritaskan

pada upaya penambahan jangkauan wilayah pelayanan moda

transportasi.

Urusan Komunikasi dan Informatika. Pembangunan Komunikasi

dan Informatika diprioritaskan pada peningkatan aksesibilitas

masyarakat terhadap teknologi informasi melalui upaya perintisan

jangkauan layanan telekomunikasi di setiap desa/kelurahan.

Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, diprioritaskan

pada semakin mantapnya persatuan dan kesatuan bangsa di Kabupaten

Bogor berdasarkan agama; semakin mantapnya keamanan, ketertiban

dan ketentraman demi kelancaran pembangunan daerah; semakin

mantapnya kondisi politik lokal yang demokratis melalui penguatan

kelembagaan politik yang ada; semakin mantapnya teknologi dan alat

deteksi dini terhadap bencana gempa, banjir dan tanah longsor; serta

semakin mantapnya kemampuan aparat, anggota masyarakat dan

Page 133: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 72

kelompok masyarakat terampil dalam menangani bahaya bencana alam,

pencegahan bencana alam maupun mitigasi bencana serta meningkatnya

perlindungan masyarakat dan penanggulangan/penanganan korban

bencana alam maupun korban bencana sosial.

Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian,

diprioritaskana pada pemantapan kapasitas Pemerintah Kabupaten

Bogor dan DPRD Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah; semakin mantapnya kualitas pelayanan dasar, perizinan dan

pelayanan publik yang lebih baik (better), lebih cepat (faster) dengan

biaya wajar menurut peraturan yang berlaku (cheaper) dalam lingkup

kewenangan Kabupaten Bogor serta memenuhi kepuasan pelanggan;

pemantapan reformasi birokrasi mulai berkembang ke arah pelayanan

publik dengan dukungan teknologi e-government dan teknologi informasi

yang terkini, serta pemantapan kapasitas inspektorat Kabupaten Bogor;

Untuk bidang pendapatan daerah diprioritaskan pada optimalisasi

kinerja pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah, penegakan

peraturan bidang pendapatan daerah, intensifikasi dan ekstensifikasi

obyek-obyek pendapatan daerah, revitalisasi Administrasi Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain melalui optimalisasi

penerapan fungsi-fungsi teknologi informasi yang mendorong efektifitas

dan efisiensi sistem pemungutan pendapatan daerah, optimalisasi

koordinasi, konsultasi dan pembinaan pengelolaan pendapatan daerah,

peningkkatan kompetensi aparatur pemungut pendapatan; peningkatan

sarana dan prasarana pelayanan.

Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peningkatan

pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa dan potensi ekonomi

desa.

Urusan Sosial, diprioritaskan pada berkurangnya secara signifikan

jumlah pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin di bawah

rata-rata Provinsi Jawa Barat.

Urusan Kebudayaan. Dalam Pembangunan bidang kebudayaan

diprioritaskan pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal

masyarakat Kabupaten Bogor. Upaya yang dilakukan antara lain

Page 134: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 73

menanamkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat

terutama pada kalangan generasi muda dalam peran sertanya untuk

pembangunan.

Urusan Kearsipan dan Perpustakaan. Pembangunan Kearsipan

diprioritaskan pada tercapainya tata pengelolaan kearsipan daerah yang

lebih maju hingga pemerintahan desa sesuai perkembangan teknologi

informasi dan komunkasi; penuntasan pembangunan sarana dan

prasarana layanan perpustakaan daerah untuk meningkatkan minat dan

budaya baca pada masyarakat dan pelajar Kabupaten Bogor; dan

pengembangan perpustakaan tingkat SKPD, kecamatan hinga kelurahan

dan desa.

Urusan Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kehutanan

diprioritaskan untuk mempertahankan mantapnya ketahanan pangan;

terwujudnya sistem pertanian industrial yang berdaya saing dengan

dicirikan oleh peningkatan usaha pertanian, peternakan, perikanan,

perkebunan serta kehutanan yang bernilai tambah tinggi dan

terintegrasi dalam satu sistem yang dibangun dengan kemitraan yang

sinergis dan adil dengan bertumpu pada sumberdaya lokal serta ilmu

pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem pertanian

industrial adalah sistem pertanian ideal agar usaha pertanian dapat

bertahan hidup, tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan dalam

lingkungan persaingan global yang makin ketat.

Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahap ini

diprioritaskan pada meningkatkan pasokan, cakupan dan kualitas

pelayanan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan, meningkatkan

konservasi sumber daya mineral, meningkatkan pemantauan,

pembinaan, pengawasan pengusahaan dan nilai tambah sumber daya

mineral.

Urusan Pariwisata, diprioritaskan pada peningkatan kualitas

produk wisata yang didukung dengan sarana dan prasarana yang

memamdai serta mendorong tumbuhnya peluang usaha dan kesempatan

kerja untuk masyarakat sekitar.

Urusan Industri dan Perdagangan. Optimalisasi potensi sumber

daya industri dan perdagangan sebagai motor penggerak perekonomian

daerah di masa yang akan datang dan sebagai perwujudan kekuatan

Page 135: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 74

ekonomi kerakyatan yang mampu bersaing di pasar lokal maupun global

melalui peningkatan kemampuan kelembagaan, permodalan,

produktifitas dan pemasaran sehingga mampu meningkatkan pendapatan

masyarakat.

Memperkuat kelembagaan usaha industri dan perdagangan dalam

mengakses permodalan, memperbaiki lingkungan usaha dan

penyederhanaan proses perizinan serta memperluas dan meningkatkan

kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi intermediasi

sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi, manajemen,

pemasaran dan informasi.

Prioritas utama pada tahapan ini adalah pengembangan dan

percepatan pembangunan daerah untuk mewujudkan masyarakat

yang maju dan sejahtera melalui peningkatan kualitas dan relevansi

pendidikan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu;

peningkatan kemampuan daya beli masyarakat; pemenuhan pelayanan

dasar yang bermutu, terutama infrastruktur wilayah untuk percepatan

pembangunan di setiap wilayah dan mengatasi ketimpangan

pembangunan antar wilayah; pengendalian pemanfaatan ruang dan

pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan disertai dengan

indikator pengelolaan lingkungan yang memenuhi baku mutu lingkungan

yang berlaku serta peningkatan penangulangan mitigasi bencana;

keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai dengan prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan

bertanggungjawab.

V.3.4 RPJM Daerah Keempat (2018 – 2023)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan

RPJM Daerah ketiga, maka RPJM Daerah keempat ditujukan untuk

optimalisasi pembangunan daerah di seluruh bidang/urusan

pemerintahan dengan menekankan pada terbangunnya struktur

perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang

didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing, dengan tetap

mempertimbangkan pembangunan daerah yang berkelanjutan dan

reformasi birokrasi yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola

Page 136: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 75

pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab

sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada RPJM Daerah keempat ini, tahapan dan prioritasnya semakin

dioptimalkan pencapaiannya. Pada tahap ini, batas bawah status

pembangunan manusia terkategorikan tinggi (IPM=80) diproyeksikan

terwujud pada tahun 2022, dan di akhir tahapan akan terwujud IPM

sebesar 80,81.

Prioritas pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai

berikut :

Urusan Pendidikan. Pembangunan pendidikan diprioritaskan untuk

peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH)

melalui Pemantapan Wajib Belajar 12 (dua belas) Tahun, serta

munculnya sekolah-sekolah unggulan di Kabupaten Bogor.

Urusan Kesehatan. Pembangunan kesehatan diprioritaskan untuk

meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH), penurunan Angka Kematian

Ibu dan Angka Kematian Bayi, melalui peningkatan persalinan oleh

tenaga kesehatan, peningkatan balita gizi baik dan yang diimunisasi

lengkap, peningkatan cakupan sanitasi dasar, peningkatan pemanfaatan

sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, peningkatan angka

kesembuhan penderita penyakit tertentu, penyusunan rancangan sistem

jaminan pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan manajemen

kesehatan yang akuntabel, serta perintisan jumlah penduduk miskin

beserta anggota masyarakat lainnya untuk memasuki program jaminan

pemeliharaan kesehatan.

Urusan Lingkungan Hidup. Pembangunan Urusan Lingkungan Hidup

diprioritaskan pada optimalisasi pengelolaan lingkungan hidup melalui

kelayakan AMDAL, UKL/UPL dan RKL/RPL yang bersertifikat dalam

kegiatan usaha dan mulai terpenuhinya baku mutu lingkungan yang

berlaku; serta semakin optimalnya cakupan revegetasi lahan kritis dan

telah menjangkau sebagian besar dari luas lahan kritis yang ada.

Urusan Pekerjaan Umum, diprioritaskan pada mantapnya

penambahnya ruang terbuka hijau dan taman-taman kota di setiap

wilayah kecamatan.

Urusan Penataan Ruang. Pembangunan Penataan Ruang

diprioritaskan pada terpenuhinya seluruh rencana tata ruang secara

Page 137: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 76

detail untuk kota dan kawasan serta daerah yang tumbuh dengan pesat;

serta terkendalinya dengan optimal pemanfaatan ruang sesuai dengan

kaidah pengelolaan ruang dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Urusan Perencanaan Pembangunan, diprioritaskan pada

optimalisasi peran serta masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat

dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan pengawasan

pembangunan daerah yang mendukung penyelenggaraan pemerintahan

daerah, serta optimalisasi ketersediaan data akurat untuk kebutuhan

perencanaan pembangunan daerah.

Selain itu, perencanaan pembangunan diarahkan pada upaya yang

mendukung semakin mantapnya kenaikan nilai tambah PDRB dan

struktur ekonomi telah berada dalam sektor tersier dengan laju

pertumbuhan ekonomi yang berada di atas angka inflasi regional dan

rata-rata pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat; serta pendapatan

per kapita dan upah minimum kabupaten serta upah minimum regional

mampu memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Urusan Perumahan. Pembangunan urusan perumahan diarahkan

pada optimalisasi cakupan layanan air bersih di perdesaan dan

perkotaan, cakupan layanan persampahan, ketersediaan sarana tempat

layanan pemakaman umum, serta rasio dan cakupan rumah layak huni.

Urusan Kepemudaan dan Olah Raga. Pembangunan urusan

kepemudaan diarahkan pada penyiapan kemandirian pemuda dalam

mensejahterakan dirinya dan masyarakat di sekitarnya tanpa banyak

tergantung pada pihak lain. Adapun pengembangan keolahragaan

dilakukan melalui perwujudan Kabupaten Bogor sebagai kabupaten yang

mampu mencetak atlet berprestasi pada event provinsi dan nasional.

Urusan Penanaman Modal, diprioritaskan pada semakin mantapnya

tambahan jumlah maupun laju investasi di wilayah Kabupaten Bogor;

dan terus berkembangnya sentra-sentra unggulan yang baru tumbuh di

setiap wilayah Kabupaten Bogor.

Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Pengembangan

KUKM di berbagai sektor perekonomian melalui peningkatan kualitas

serta kehandalan sehingga mempunyai daya tawar usaha dengan

meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam melakukan aktivitas

bisnisnya.

Page 138: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 77

Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil, diprioritaskan pada

upaya mewujudkan kemandirian keluarga untuk menuju keluarga kecil

berkualitas serta peningkatkan kualitas data kependudukan.

Urusan Ketenagakerjaan. Pembangunan urusan ketenagakerjaan

pada aspek peningkatan kompetensi dan daya saing yang diarahkan

untuk peningkatan sarana, prasarana dan memperluas kurikulum yang

terkait dengan dengan dunia kerja pada pelatihan tenaga kerja yang

berbasis peluang kerja dan potensi lokal serta kewirausahaan.

Selain itu, penumbuhkembangan pelaksanaan hubungan industrial untuk

menciptakan produktivitas, kualitas, dan kesejahteraan pekerja.

Untuk transmigrasi diarahkan pada optimalisasi penyelenggaraan

program transmigrasi.

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pembangunan bidang Bidang Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak diarahkan untuk peningkatan upaya pemberdayaan

perempuan berbasis kemandirian ekonomi, pendidikan dan kesehatan,

peningkatan upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui

pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pengembangan partisipasi

lembaga sosial masyarakat dalam penanganan permasalahan perempuan

dan anak dan peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam

pembangunan.

Urusan Perhubungan. Pembangunan Perhubungan diprioritaskan

pada upaya penambahan jangkauan wilayah pelayanan moda

transportasi.

Urusan Komunikasi dan Informatika. Pembangunan Komunikasi

dan Informatika diprioritaskan pada pemantaban aksesibilitas

masyarakat terhadap teknologi informasi melalui upaya peningkatan

jangkauan layanan telekomunikasi di setiap desa/kelurahan.

Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, diprioritaskan

untuk optimalisasi persatuan dan kesatuan bangsa di Kabupaten Bogor

berdasarkan agama; optimalisasi peran serta masyarakat dalam

memelihara keamanan, ketertiban dan ketentraman; optimalisasi

kondisi politik lokal yang demokratis melalui penguatan kelembagaan

politik yang ada ; optimalisasi teknologi dan alat deteksi dini terhadap

bencana gempa, banjir dan tanah longsor; serta optimalisasi

Page 139: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 78

kemampuan aparat, anggota masyarakat dan kelompok masyarakat

terampil dalam menangani bahaya bencana alam, pencegahan bencana

alam maupun mitigasi bencana serta meningkatnya perlindungan

masyarakat dan penanggulangan/penanganan korban bencana alam

maupun korban bencana sosial.

Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian,

diprioritaskan pada optimalisasi kapasitas Pemerintah Kabupaten Bogor

dan DPRD Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah; optimalisasi kualitas pelayanan dasar, perizinan dan pelayanan

publik yang lebih baik (better), lebih cepat (faster) dengan biaya wajar

menurut peraturan yang berlaku (cheaper) dalam lingkup kewenangan

Kabupaten Bogor serta memenuhi kepuasan pelanggan; optimalisasi

reformasi birokrasi ke arah pelayanan publik dengan dukungan teknologi

e-government dan teknologi informasi yang terkini untuk aspek

pelayanan perizinan investasi dan perizinan lainnya.

Bidang pendapatan daerah diarahkan pada optimalisasi kapasitas

pendapatan daerah yang lebih menekankan pada terbangunnya struktur

pendapatan yang kokoh, dengan prioritas : (1) optimalisasi kinerja

pemungutan pendapatan daerah dari semua sektor pendapatan daerah,

baik Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan serta Lain-lain

Pendapatan yang Sah; (2) optimalisasi penerapan sistem informasi

manajemen yang berbasis teknologi informasi dalam mengoptimalkan

efektifitas administrasi pendapatan daerah; (3) optimalisasi peningkatan

kompetensi dan kapasitas aparatur pemungut pendapatan dalam

mendorong pengembangan profesionalisme aparatur; (4) optimalisasi

pelaksanaan dan penggunaan media sosialisasi sehingga lebih mendorong

peningkatan pemahaman dan partsipasi masyarakat di bidang

pendapatan daerah.

Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peningkatan

pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa dan potensi ekonomi

desa.

Urusan Sosial, diprioritaskan pada berkurangnya secara signifikan

jumlah pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin di bawah

Page 140: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 79

rata-rata Provinsi Jawa Barat; serta pendapatan per kapita dan upah

minimum kabupaten serta upah minimum regional mampu memenuhi

kebutuhan hidup minimum.

Urusan Kebudayaan. Dalam Pembangunan urusan kebudayaan

diprioritaskan pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal

masyarakat Kabupaten Bogor. Upaya yang dilakukan antara lain

mengembangkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat

yang dapat dijadikan faktor penyeimbang terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Urusan Kearsipan dan Perpustakaan. Pembangunan Kearsipan

diprioritaskan pada terciptanya tata pengelolaan kearsipan yang

terintegrasi (integrated system) antara manual dan elektronik pada

tingkat SKPD dan kecamatan; serta perintisan pengembangan

perpustakaan desa/kelurahan yang berbasis teknologi informasi dan

komunkasi.

Urusan Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kehutanan

diprioritaskan untuk mempertahankan mantapnya ketahanan pangan;

terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian. Dalam

jangka panjang diharapkan seluruh angkatan kerja pertanian

mendapatkan pekerjaan penuh sehingga pengangguran terbuka maupun

terselubung tidak lagi permanen. Faktor kunci untuk itu adalah

meningkatnya kesempatan kerja di pedesaan dan meningkatnya

penyerapan tenaga kerja di pertanian, khususnya subsistem hilir.

Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahap ini,

diharapkan semakin mantapnya pranata pengelolaan energi dan sumber

daya mineral dalam upaya kemandirian energi regional dengan

mengembangkan energi alternatif dan gerakan hemat energi bagi

masyarakat dan pelaku usaha.

Urusan Pariwisata, diprioritaskan pada pemasaran dan promosi

pariwisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang akan

berdampak pada investasi, tenaga kerja, kesejahteraan masyarakat dan

pendapatan daerah.

Urusan Industri dan Perdagangan. Pembangunan bidang

perindustrian dan perdagangan diarahkan untuk memperluas basis

kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru yang memiliki

Page 141: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 80

keunggulan untk mendorong pertumbuhan peningkatan ekspor dan

penciptaan lapangan kerja melalui pembangunan sentra-sentra industri,

pendekatan sistem kluster di sektor agribisnis dan agroindustri serta

meningkatkan keterkaitan industri kecil menengah dengan industri besar

dan sektor lainnya.

Pembangunan pusat-pusat perdagangan yang mampu menampung

ketersediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok

masyarakat dan pusat promosi dan penjualan hasil industri kecil

menengah.

Prioritas utama pada tahapan ini adalah optimalisasi pembangunan

daerah untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera

melalui peningkatan kualitas dan relevansi pelayanan pendidikan di

jenjang SMA/SMK dan peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu

dan terjangkau dengan program jaminan pemeliharaan kesehatan;

peningkatan kemampuan daya beli masyarakat yang memenuhi

kebutuhan hidup minimum; pemenuhan pelayanan dasar yang bermutu,

mantap dan merata di setiap wilayah, terutama infrastruktur wilayah

untuk setiap wilayah dan teratasinya ketimpangan pembangunan antar

wilayah; optimalisasi pengendalian pemanfaatan ruang dan pengelolaan

lingkungan hidup secara berkelanjutan disertai dengan indikator

pengelolaan lingkungan yang memenuhi baku mutu lingkungan yang

berlaku serta peningkatan kapasitas dalam mitigasi bencana di

kabupaten Bogor; pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai

dengan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan

bertanggungjawab.

V.3.5 RPJM Daerah Kelima (2023 – 2025)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan

RPJM Daerah keempat, maka RPJM Daerah kelima ditujukan untuk

menyempurnakan pembangunan daerah di seluruh bidang/urusan

pemerintahan dengan tata ruang dan infrastruktur yang sudah melayani

seluruh wilayah di Kabupaten Bogor. Struktur dan pola pemanfaatan

ruang yang sudah sistematis akan memudahkan distribusi perekonomian

yang merata dengan pembangunan berkelanjutan, sehingga

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor diharapkan semakin

Page 142: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

V - 81

terwujud. Kondisi pendidikan masyarakat telah berada pada penuntasan

wajib belajar 12 (dua belas) tahun disertai dengan derajat kesehatan

yang tinggi. Hal ini didukung sepenuhnya oleh optimalisasi pelaksanaan

reformasi birokrasi secara menyeluruh dengan menegakkan secara

konsisten prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, bersih,

berwibawa dan bertanggungjawab.

Pada periode ini merupakan puncak atau klimaks dari

pembangunan menyeluruh di segala bidang di Kabupaten Bogor,

sehingga diharapkan visi dan misi Kabupaten Bogor dapat tercapai

secara optimal. Proyeksi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada akhir

kurun waktu RPJP Daerah 2005 - 2025 adalah sebesar 82,24.

Untuk periode berikutnya, harus dilakukan terlebih dahulu

evaluasi daerah secara menyeluruh sesuai dengan indikator Evaluasi

Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah (EKPOD) sebagaimana

ketentuan yang berlaku. Hasil dari EKPOD harus dijadikan sebagai dasar

untuk merumuskan kembali visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten

Bogor untuk 20 (dua puluh) tahun tahap kedua RPJPD Kabupaten Bogor.

Page 143: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

VI - 1

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun

2005–2025 yang berisi visi, misi, dan arah pembangunan merupakan pedoman

bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bogor di dalam penyelenggaraan

pembangunan daerah 20 (dua puluh) tahun ke depan.

RPJPD ini disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa

Barat, dan menjadi pedoman bagi Kepala Daerah terpilih dalam menyusun visi,

misi, dan program prioritas yang akan menjadi dasar dalam penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD). Keberhasilan pembangunan daerah dalam mewujudkan visi

“Kabupaten Bogor Maju dan Sejahtera Berlandaskan Iman dan Takwa” perlu

didukung oleh : (1) komitmen dari kepemimpinan daerah yang kuat dan

demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah; (3) keberpihakan kepada

rakyat; dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif.

PENJABAT BUPATI BOGOR,

SOEMIRAT

Page 144: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

NOMOR TAHUN

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005 – 2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR,

Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bogor memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah pembangunan secara menyeluruh, yang dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bogor yang maju dan sejahtera;

b. bahwa Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

c. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b, merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2025;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang...

Page 145: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

- 2 -

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15. Peraturan...

Page 146: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

- 3 -

15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

18. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 8 Seri E);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 7).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR

dan

BUPATI BOGOR

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005 – 2025.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Bogor.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bogor.

3. Bupati ...

Page 147: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

- 4 -

3. Bupati adalah Bupati Bogor.

4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor untuk periode 20 (dua puluh) tahun, terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah.

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bogor, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran visi, misi dan program Bupati dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memperhatikan RPJM Provinsi.

6. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor yang selanjutnya disebut RKPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor untuk periode 1 (satu) tahunan yang digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bogor;

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bogor.

BAB II

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah

Pasal 2

(1) RPJP Daerah berpedoman pada RPJP Provinsi dan RPJP Nasional.

(2) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Program Bupati.

(3) Periodisasi pembangunan jangka panjang daerah dibagi dalam tahapan pembangunan jangka menengah daerah, dengan tahun perencanaan yang disesuaikan dengan masa jabatan Bupati, yaitu RPJMD kesatu (tahun 2005-2008), RPJMD kedua (tahun 2008-2013), RPJMD ketiga (tahun 2013-2018), RPJMD keempat (tahun 2018-2023), dan RPJMD kelima (tahun 2023-2025).

Pasal 3 ...

Page 148: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

- 5 -

Pasal 3

(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan kekosongan rencana pembangunan daerah, Bupati yang sedang menjabat pada tahun terakhir jabatannya, diwajibkan menyusun RKPD untuk tahun pertama periode jabatan Bupati berikutnya.

(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman untuk menyusun APBD tahun pertama periode jabatan Bupati berikutnya.

BAB III

SISTEMATIKA RPJP DAERAH

Pasal 4

Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, pengertian, maksud dan tujuan, landasan penyusunan, sistematika, kerangka pikir serta proses penyusunan.

BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Berisi tentang kondisi umum daerah menurut bidang pembangunan/urusan pemerintahan daerah.

BAB III : ANALISIS ISU – ISU STRATEGIS

Berisi pola penentuan isu-isu strategis, analisis SWOT, isu-isu strategis dan modal dasar.

BAB IV : VISI DAN MISI DAERAH

Berisi tentang Visi Pembangunan Daerah dan Misi Pembangunan Daerah.

BAB V : ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

Berisi tentang arah, tahapan dan prioritas pembangunan.

BAB VI : KAIDAH PELAKSANAAN

Pasal 5

Isi beserta uraian RPJP Daerah tercantum dalam Lampiran, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IV ...

Page 149: RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025

- 6 -

BAB IV

PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah.

(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 7

Program Pembangunan Daerah Periode Tahun 2005-2025 disusun dan dilaksanakan sesuai dengan RPJP Daerah.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 8

Pada saat Peraturan Daerah ini diberlakukan, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun Anggaran 2009 dinyatakan tetap berlaku.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan di Cibinong pada tanggal

PENJABAT BUPATI BOGOR,

SOEMIRAT Diundangkan di Cibinong pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOGOR,

ACHMAD SUNDAWA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008 NOMOR ....