RPJMD 2010-2015 KOTA TEGAL

136
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010 - 2015 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2010. RPJMD 2010 - 2015 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Desa dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) masing- masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan daerah. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengungkap hal sebagai berikut : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJMD 2010 - 2015 disusun memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi serta prioritas pembangunan daerah dari Bupati   Wakil Bupati, H.A KHOLIQ ARIF dan Hj. MAYA ROSIDA dengan visi: “WONOSOBO YANG SEMAKIN MAJU DAN SEJAHTERA” . Dengan demikian, RPJMD 2010 - 2015 adalah pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo, Pemerintahan Desa, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 - 2015, disusun berdasarkan Visi dan Misi Bupati Wonosobo, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kabupaten

description

berisi tentang Anallisis RPJMD danRPJPD

Transcript of RPJMD 2010-2015 KOTA TEGAL

tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
2005-2025 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2010. RPJMD 2010
- 2015 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Desa
dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) masing-
masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan daerah. Untuk pelaksanaan lebih
lanjut, RPJMD akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD).
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) mengungkap hal sebagai berikut :
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah,
strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat
Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
RPJMD 2010 - 2015 disusun memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka
ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi serta
prioritas pembangunan daerah dari Bupati  – Wakil Bupati, H.A KHOLIQ ARIF dan Hj. MAYA
ROSIDA dengan visi: “WONOSOBO YANG SEMAKIN MAJU DAN SEJAHTERA” .
Dengan demikian, RPJMD 2010 - 2015 adalah pedoman bagi Pemerintah Kabupaten
Wonosobo, Pemerintahan Desa, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan tujuan
bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 - 2015, disusun berdasarkan Visi dan Misi
Bupati Wonosobo, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang
mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kabupaten
 
Wonosobo, serta menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu kemana Kabupaten Wonosobo
akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun
mendatang, bagaimana mencapainya dan menetapkan sasaran-sasaran pembangunan
dalam menentukan tujuan yang akan dicapai.
B.  Dasar Hukum Penyusunan
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah ;
2.  
Republik Indonesia Nomor 4169);
3.   Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4287);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5.  
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6.   Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 ;
7.   Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia; Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8.   Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438).;
 Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan L embaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepada Daerah Kepada Dewan Perwakilan
 Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada
Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737):
16 . Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
17 . Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
18 . Peraturan PresidenNomor 1 Tahun 2007 Tentang Penetapan, Pengesahan,
Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
19 . Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010  – 2014;
20 .  
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008tentangTahapan,Tatacara
Penyusunan Pengendalian, dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
 
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 - 2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6);
22 .  
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133);
23 . Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008  – 2013;
24.  Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 1996 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah
Kabupaten Wonosobo Tahun 1997 Nomor 6 Seri D Nomor 4);
25.  Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupaten
Wonosobo Tahun 2008 Nomor 7,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 7); Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun
2005  –  2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 6).
C.  Hubungan Antar Dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011  –  2015 pada dasarnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Bupati  –  Wakil Bupati, yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten
Wonosobo tahun 2005 - 2025 dengan memperhatikan RPJM Nasional tahun 2010  – 2014,
RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008  –  2013. RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun
2010  –  2015, merupakan tahapan II dari RPJP Kabupaten Wonosobo tahun 2005 - 2025
dimana merupakan tahap dinamisasi kegiatan pembangunan disemua bidang dalam
pembangunan daerah yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas
output yang berupa pelayanan publik dan produksi Daerah. Untuk itu aparatur
pemerintahan dan serta sistem prosedur serta sarana prasarana penunjang yang
dibutuhkan dalam dinamisasi pembangunan Daerah harus sudah tertata dengan baik.
Selain itu, juga memperhatikan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Wonosobo dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Rencana Tata Ruang Nasional.
Oleh karena itu, RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2010  – 2015 menjadi pedoman bagi
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
 
(RPJM Desa) Tahun 2010 – 2015.
D.  Sistematika Penulisan
sebagai berikut :
sistematika penulisan RPJMD.
Bab II Gambaran Umum dan Kondisi Daerah
Bagian ini sangat penting untuk menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-
dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan
demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bagian ini
dijabarkan berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah
pada tahap perumusan capaian hasil pembangunan daerah 2006  – 2010.
Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan serta Kerangka Pendanaan
Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap
pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah dilakukan pada tahap
perumusan ke dalam sub-bab, sebagai berikut kinerja Keuangan Masa Lalu yaitu
Pelaksanaan APBD dan Neraca Daerah, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa
Lalu yaitu Proporsi Penggunaan Anggaran dan Analisis Pembiayaan, Kerangka
Pendanaan yaitu Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas
utama, Proyeksi Data Masa Lalu dan Penghitungan Kerangka Pendanaan
Bab IV Analisis isu – Isu Strategis
Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJMD
karena menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah. Oleh
karena itu, penyajian analisis ini harus dapat menjelaskan butir-butir penting isu  – 
isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun
mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi permasalahan pembangunan
daerah dan isu strategis yang meliputi Permasalahan Pembangunan dan Isu
Strategis
Menggambarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah kabupaten
Wonosobo tahun 2010 – 2015.
Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan
Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan
sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih. Merupakan kebijakan
dalam mengimplementasi program Bupati dan Wakil Bupati yang merupakan
payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam
mewujudkan visi dan misi. Berisi tentang strategi pembangunan dan arah
kebijakan pembangunan dalam tahun 2010  – 2015.
Bab VII Kebijakan Umum dan Program Prioritas Pembangunan Daerah
Dalam bagian ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah
kebijakan pembangunan berdasarkan sasaran yang dipilih dengan target capaian
indikator kinerja, dan program prioritas pembangunan daerah beserta kegiatan
pokok yang menjadi prioritas pembangunan daerah.
Bab VIII Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang
ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala
daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi
pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau
indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang
diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.
Bab IX Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan
Dalam bagian ini dinyatakan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD
dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan Kepala daerah dan wakil
kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada
periode berikutnya. Hal ini penting untuk menjaga kesinambungan pembangunan
dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir. Pedoman transisi
dimaksud antara lain bertujuan menyelesaikan masalah  – masalah pembangunan
yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD dan
masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun pertama masa
pemerintahan baru.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010  – 
2015 dimaksudkan untuk menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah   menjadi
dokumen RPJMD digunakan sebagai arah, dasar, acuan, dan pedoman bagi
penyelenggaraan pembangunan daerah, yang akan dilaksanakan oleh segenap pemangku
 
kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah selama kurun waktu
lima tahun dan untuk menjamin agar kegiatan pembangunan daerah yang berkeadilan dan
demokratis, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan berjalan efektif, efisien,
dan bersasaran. Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo 2011  – 2015,
antara lain :
2.  
Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Wilayah, antar
sektor, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat,
Provinsi, Kabupaten dan Desa;
dan pengawasan;
Memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang memuat strategi dan arah
kebijakan, program kegiatan serta prakiraan maju pendanaan, ; dan
6.  
berkelanjutan.
Wilayah Kabupaten Wonosobo terletak pada 70 .43’.13” dan 7
0 .04’.40” garis
0 .04’.40” garis Bujur Timur (BT), dengan
luas 98.468 ha (984,68 km2) atau 3,03 % luas Jawa Tengah. Komposisi tata guna lahan
terdiri atas tanah sawah mencakup 18.696,68 ha (18,99 %), tanah kering seluas
55.140,80 ha (55,99.%), hutan negara 18.909,72 ha (19.20.%), perkebunan
negara/swasta 2.764,51 ha (2,80.%) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01.%).
Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250 –500 m dpl seluas 33,33% dari seluruh
wilayah. Daerah dengan ketinggian 500 –1.000 m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal
dan daerah dengan ketinggian > 1.000 m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah,
sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten.
Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda
menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal ini sangat mendukung
pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo.
Namun demikian karena topografinya dengan lembah yang masih curam. menyebabkan
sering timbul bencana alam seperti tanah longsor.
Posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara Jalur
Pantai Utara dan Jalur Pantai Selatan. Selain itu menjadi bagian terpenting dari jaringan
Jalan Nasional ruas jalan Buntu-Pringsurat yang memberi akses dari dan menuju dua
 jalur strategis nasional tersebut.
yaitu:
a.  
Kabupaten Batang;
b.  Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang;
c.  Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen;
d.  
Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan.
Suhu udara rata-rata 24  – 30o C di siang hari, turun menjadi 20   o C pada malam hari.
 
siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari, dengan curah hujan rata-rata 3.400
mm, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan
Watumalang (1.554 mm).
Berdasarkan kajian Tata Ruang Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang
dikembangkan sebagai kawasan Agropolitan adalah Kawasan Rojonoto, yang meliputi
Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Pada Kawasan Agropolitan
Rojonoto terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 Kota Tani lainnya
yaitu Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota Tani Kaliwiro.
Sistem Pusat Pelayanan terdiri dari :
  PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo
 
PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek
dan Selomerto
Mojotengah, Kejajar dan Sapuran
Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo dan
Kalibawang.
Berdasarkan pola ruang wilayah dibagi menjadi 2 (dua) besar yaitu Kawasan
Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang
berfungsi melindungi kelestarian lingkungan Hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan. Mengingat posisi geografis Kabupaten Wonosobo yang berada
di wilayah atas maka Kawasan lindung ini hampir meliputi seluruh wilayah. Kawasan ini
terdiri dari :
c.  Kawasan perlindungan setempat.
e.  Kawasan rawan bencana alam, dan
f.  Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah.
Sedangkan Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi:
a.  Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan Budidaya hutan produksi terdapat di Kecamatan Kaliwiro, Leksono,
Watumalang, Sukoharjo, Sapuran, Kalibawang, Wadaslintang dan Kepil.
b.  Kawasan Peruntukan Pertanian yang terdiri dari :
 
1).  Kawasan pertanian lahan basah dikembangkan di semua kecamatan kecuali
Kecamatan Kejajar
2).  Kawasan pertanian lahan kering dikembangkan pada daerah yang tidak
terjangkau jaringan irigasi, bukan hutan lindung atau kemiringan lereng kurang
dari 40 % dan terdapat pada semua kecamatan pada lahan yang sesuai.
c.  Kawasan Peruntukan Perkebunan terdapat pada semua wilayah kecamatan sesuai
dengan komoditas yang berkembang di kabupaten Wonosobo.
d.  Kawasan Peruntukan Perikanan diprioritaskan dikembangkan disemua kecamatan
didaerah yang tersedia pasokan air yang cukup.
e.  Kawasan Peruntukan Peternakan, yang terdiri dari :
1).  
Wadaslintang, Kepil, Leksono, Kalikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang,
Sukoharjo, Kertek, Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah.
2).  Kawasan Peternakan unggas di Kecamatan Kejajar, Kalikajar, Garung,
Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono,
Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto.
f.  
bahan tambang namun bukan pada Kawasan Lindung, yang dikelola secara
berkelanjutan dengan mengedepankan aspek lingkungan dalam ekploitasinya.
g.  Kawasan Peruntukan Pemukiman sebagaimana dikembangkan di daerah yang datar,
bukan lahan irigasi teknis, bukan kawasan lindung, aksesibilitas baik dan tersedia air
bersih.
h.  Kawasan Peruntukan Industri, untuk industri menengah dan besar dikembangkan di
sepanjang jalur regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup
wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur Kertek-Sapuran-Kepil dengan
lokasi di Kecamatan Sapuran. Sedangkan sentra-sentra industri kecil dan Industri
Rumah tangga dikembangkan di seluruh wilayah Kecamatan.
i.  Kawasan peruntukan pariwisata diarahkan pada kawasan sebagai berikut :
1).  Kawasan Wisata Alam,
3).  Kawasan Wisata Religius terdapat di Kecamatan Kaliwiro,Selomerto dan Kejajar,
4).  Kawasan Wisata Buatan terdapat di Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan
Wadaslintang,
5).  
Garung, Kalikajar, Wonosobo,
 
7).  Kawasan wisata minat khusus terdapat di Kecamatan Selomerto dan Kejajar.
2.  Demografi
Sampai dengan akhir bulan Mei 2010, penduduk Kabupaten Wonosobo
berjumlah 888.813 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 451.363 jiwa dan perempuan 437.450
 jiwa. Jika jumlah penduduk tersebut dirinci menurut sebaran wilayah, dan struktur usia
dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel II.1
Jumlah Penduduk dirinci per Wilayah Kecamatan Kondisi Bulan Mei 2010
No Kecamatan Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Prosentase
Laki-laki Perempuan
1. Wonosobo 45.859 45.114 90.973 10,23
2. Kertek 44.848 43.652 88.500 9,96
3. Selomerto 28.658 28.369 57.027 6,42
4. Leksono 23.414 23.015 46.429 5,22
5. Garung 28.123 26.591 54.714 6,16
6. Kejajar 23.316 22.084 45.400 5,11
7. Mojotengah 31.594 29.799 61.393 6,91
8. Watumalang 29.035 28.161 57.196 6,43
9. Sapuran 30.845 30.052 60.897 6,85
10. Kepil 33.906 33.444 67.350 7,57
11. Kalikajar 35.873 34.422 70.295 7,90
12. Kaliwiro 29.492 28.796 58.288 6,56
13. Wadaslintang 33.715 32.626 66.341 7,46
14. Sukoharjo 18.379 17.604 35.983 4,05
15. Kalibawang 14.306 13.721 28.027 3,15
JUMLAH 451.363 437.450 888.813 100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Menurut data dalam tabel di atas jumlah penduduk terbanyak berada di
Kecamatan Wonosobo yang mencapai 10,23 % dan tersedikit di Kecamatan Kalibawang
yang mencapai 3,15 %. Hal ini sejalan dengan luas wilayah Kecamatan Kalibawang yang
lebih sempit dibandingkan dengan Kecamatan Wonosobo.
 
Jumlah Penduduk dirinci menurut Struktur Usia Kondisi Bulan Mei 2010
No Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
16. 74 + 10.413 9.681 20.093 2,26
JUMLAH 451.363 437.450 888.813 100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Menurut tabel 2 diatas, bahwa prosentase terbesar penduduk berada pada
kelompok umur antara 25  – 29 tahun yang mencapai 9,35 % dari seluruh penduduk
dan terkecil berada pada kelompok umur 70  – 74 tahun yang mencapai 1,78 %. 
B.  Kesejahteraan Masyarakat
Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Wonosobo selama periode
tahun 2005-2009 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB
perkapita, dan angka kriminalitas yang tertangani.
Perkembangan kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
adalah sebagai berikut :
Salah satu tolok ukur untuk mengukur pembangunan ekonomi regional adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan Nilai PDRB dari tahun 2005  – 
2009 dapat dilihat dari tabel berikut ini :
 
Tahun 2005 – 2009 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Harga Berlaku Harga Konstan
Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan PDRB
Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun atas dasar harga berlaku sebesar Rp
2.963.929.045.684 atau 217,73%. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp
1.684.574.032.083 atau 123,75%. Kondisi semacam itu menunjukkan bahwa selama 5
tahun penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan terjadi peningkatan di
bidang ekonomi.
Tabel II.4
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Pertumbuhan 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Wonosobo dalam kurun waktu 2005 s/d 2009 mencapai 3,54%. Kondisi
tersebut juga tidak lepas dari kebijakan ekonomi ekonomi regional dan nasional.
Tabel II.5
1 Pertanian 3,41 3,34 3,31 3,36 3,85
2 Pertambangan dan Penggalian 4,33 4,68 3,60 1,67 0,11
3 Industri Pengolahan 1,89 2,77 2,70 2,55 2,41
4 Listrik, Gas, dan Air bersih 3,97 0,32 2,59 3,07 3,34
5 Bangunan 3,38 3,06 4,34 4,39 6,01
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,62 4,03 4,56 4,09 4,62
7 Angkutan dan Komunikasi 2,39 2,75 5,89 5,88 5,6
8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 3,41 2,68 3,98 4,17 4,39
9 Jasa-jasa 3,22 3,14 2,89 3,81 4,16
PDRB 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
 
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB tertinggi
disumbang oleh Sektor Bangunan yang rata-rata setiap tahunnya mencapai 4,23%.
Sedangkan laju pertumbuhan terendah PDRB terletak pada sektor Industri
pengolahan yang rata-rata setiap tahun mencapai 2,46%.
Tabel II.6
1 Pertanian 45,04 45,61 46,88 47,33 47,42
2 Pertambangan dan Penggalian 0,69 0,68 0,66 0,63 0,60
3 Industri Pengolahan 12,17 11,72 11,27 10,86 10,55
4 Listrik, Gas, dan Air bersih 1,08 1,01 0,96 0,94 0,92
5 Bangunan 4,06 4,01 4,01 4,04 4,09
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,54 12,49 12,29 12,33 12,28
7 Angkutan dan Komunikasi 6,67 6,63 6,46 6,43 6,46
8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 6,16 6,18 6,01 6,02 6,06
9 Jasa-jasa 11,58 11,66 11,47 11,43 11,63
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Menurut data dalam tabel diatas, bahwa kontribusi terbesar PDRB Kabupaten
Wonosobo disumbang oleh sektor Pertanian yang setiap tahun rata-rata mencapai
46,45%. Sedangkan kontribusi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian
yang setiap tahun rata-rata mencapai 0,65%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor dominan di Kabupaten Wonosobo.
Tabel II.7
Tahun PDRB Perkapita (Rp)
Harga Konstan Harga Berlaku
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga
konstan rata-rata selama 5 tahun yaitu Rp 2.166.503,37. Sedangkan berdasarkan
harga berlaku rata-rata selama 5 tahun adalah Rp 3.608.721,60.
 
Tahun Kumulatif Inflasi (%)
Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa kumulatif inflasi tertinggi terjadi pada
tahun 2005 yang mencapai 16,77%. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan harga
BBM sedangkan kumulatif inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 yang mencapai
3,01%. Untuk rata-rata kumulatif inflasi selama periode 2005 s/d 2009 mencapai
9,47%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa selama 5 tahun terakhir terjadi kenaikan
indeks harga konsumen sekitar 10%.
2.  
pembangunan dengan dimensi yang lebih luas yaitu dimensi kesehatan, pendidikan dan
ekonomi. Hal ini disebabkan karena pada semua tingkatan pembangunan beberapa
kapasitas dasar diperlukan bagi pembangunan manusia yaitu Sehat dan berumur
panjang, berpengetahuan dan memiliki akses kepada sumber daya ekonomi.
Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Wonosbo telah mencapai 70,40, angka tersebut
masih dibawah angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 72,10. Tabel berikut
menggambarkan perkembangan indikator IPM tahun 2006  – 2009.
Tabel II.9
Komponen Satuan Tahun
Angka melek Huruf % 88,90 88,91 88,91 89,27
Paritas Daya Beli Rupiah 621.000 624.600 626.770 629.260
Rata-rata lama sekolah Tahun 6,00 6,11 6,11 6,27
Indeks Pembangunan Manusia 68,80 69,22 69,55 70,08
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
 
Dalam konteks pencapaian IPM sesuai target 72 pada tahun 2010, memang
harus disadari ada beberapa point titik lemah yaitu belum optimalnya penganggaran
pada beberapa prioritas pembangunan yang bisa meningkatkan IPM. Ke depan,
merumuskan konsensus dan mengawalnya pada tahap implementasi merupakan
agenda bersama bagi eksekutif dan legislatif agar sumber daya APBD yang terbatas bisa
efektif dalam mencapai sasaran visi dan misi RPJMD pada periode lima tahun
berikutnya.
bidang pendidikan (Angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar,
Angka Partisipasi Murni , kesehatan (Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka
Kematian Ibu, Prevalensi Gizi Kurang), Kemiskinan, Kepemilikan Tanah, tenaga kerja dan
keamanan dan ketertiban umum. Capaian Kinerja pembangunan focus kesejahteraan
sosial Kabupaten Wonosbo periode 2006-2010 pada masing-masing bidang sebagai
berikut :
a.  
Pendidikan
keseluruhan upaya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana
dicita-citakan oleh para pendiri bangsa dan dirumuskan dalam Pasal 31 ayat (1) UUD
1945 yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pendidikan. Selain
itu, berbagai kesepakatan internasional khususnya millennium development goals 
(MDGs), yang menetapkan bahwa sebelum tahun 2015 semua anak baik laki-laki
maupun perempuan menyelesaikan pendidikan dasar, dan Deklarasi UNESCO
tentang Education for All (EFA) telah pula menjadi dasar pelaksanaan pembangunan
pendidikan di Indonesia.
masyarakat Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah
dari 5,70 tahun pada tahun 2005 menjadi sebesar 6,18 tahun pada tahun 2009,
meningkatnya angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dari 85,60 persen
pada tahun 2005 menjadi 89,15 persen pada tahun 2009, serta meningkatnya angka
partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) pada semua jenjang
pendidikan.
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada tahun 2005 sebesar
95,15 persen meningkat menjadi 97,26 persen pada tahun 2009, dan APK
SMP/MTs/sederajat pada tahun 2005 adalah sebesar 65,12 persen meningkat
menjadi 68,98 persen pada tahun 2009. Sementara itu, APK
SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005 sebesar 25,00 persen meningkat menjadi
 
29,13 persen pada tahun 2009. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/sederajat
pada tahun 2005 adalah sebesar 49,15 persen meningkat menjadi 52,00 persen
pada tahun 2009. Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005
sebesar 17,12 persen meningkat menjadi 20,38 persen pada tahun 2009.
Angka putus sekolah SD dan SLTP, dari 0,36 persen pada tahun 2005 turun
menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 untuk tingkat SD, dan untuk tingkat SLTP dari
1,29 persen turun menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 sedangkan tingkat SLTA
dari 2,80 persen menjadi 0,42 persen pada tahun 2009.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan akses pelayanan pendidikan baik pada tingkatan Pendidikan Usia
Dini, Pendidikan Dasar 9 tahun maupun tingkat Pendidikan Menengah yang diikuti
oleh upaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan disemua jenjang pendidikan.
Dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pendidikan, kualifikasi guru
ditingkatkan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen. Dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, terdapat
peningkatan persentase guru yang telah memenuhi kualifikasi akademik D4/S1
menjadi sebesar 14,66 persen untuk SD/MI, 76,15 persen untuk SMP/MTs, 88,47
persen untuk SMA/SMK.
Untuk meningkatkan standar dan kualitas tata kelola pendidikan, telah dilakukan
penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif sesuai dengan
Permendiknas Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Sistem Perencanaan Tahunan dan
Permendiknas Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Koordinasi dan Pengendalian Program.
b .  Kesehatan 
kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah serta berbagai
komponen masyarakat. Kinerja pembangunan kesehatan dicapai melalui
pendekatan enam sub-sistem dalam sistem kesehatan nasional (SKN), yaitu sub-
sistem: (1) upaya kesehatan; (2) pembiayaan kesehatan; (3) sumberdaya manusia
kesehatan; (4) sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; (5) manajemen dan
informasi kesehatan; dan (6) pemberdayaan masyarakat. Keenam sub sistem
 
tersebut saling terkait dengan berbagai sistem lain di luar SKN antara lain sistem
pendidikan, sistem ekonomi, dan sistem budaya.
Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari umur harapan hidup
(UHH), angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan prevalensi
kekurangan gizi pada balita terus menunjukkan perbaikan selama kurun waktu 2006
 – 2009.
No. Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009
1 Angka Harapan Hidup Tahun 68,9 69,2 69.5 70,44
2 Angka Kematian Ibu per seratus ribu
kelahiran hidup 71,68 174,68 123,39 115,75
3 Angka Kematian Bayi per mil kelahiran
hidup 14,34 21,51 15,35 15,84
4 Prevalensi Gizi Kurang % 11,33 10,26 14,03 10,02
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 
Derajat kesehatan Ibu dan anak terus mengalami perbaikan, hal ini dapat
dilihat dari menurunnya Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adanya
peningkatan kualitas pelayanan ibu hamil melalui peningkatan sarana kesehatan
dasar maupun rujukan dan kemampuan tenaga kesehatan, meningkatnya
kesadaran ibu untuk menggunakan tenaga kesehatan dalam proses persalinan. Hal
ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel II.11
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
Status Gizi masyarakat juga mengalami peningkatan selama 2006  –  2009.
Hal ini disebabkan karena disamping adanya peningkatan ekonomi keluarga juga
karena adanya peningkatan keluarga sadar gizi, adanya surveylens gizi buruk melalui
posyandu dan pemberian makanan tambahan bagi balita. Capaian indikator
program gizi masyarakat seperti tabel berikut :
No. Indikator Cakupan Tahun
1 Persalinan ditolong tenaga kesehatan Orang 11.143 11.727 12.437 12.734
2 Prosentase % 67,96 69,42 79,92 86,4,42
 
No. Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009
1 Berat bayi lahir rendah Anak 264 208 246 238
2 Prosentase dari total kelahiran % 1,99 1,65 1,68 1,69%
3 Berat bayi lahir normal Anak 13.244 12.332 14.352 13.771
4 Prosentase dari total kelahiran % 98,01 98,35 98,32 98,30
5 Prevalensi Status Gizi Balita:
a. Gizi Buruk % 1,79 1,21 1,40 0.73
b. Gizi Kurang % 11,33 10,26 14,03 10.02
c. Gizi Baik % 84,60 86,75 79,36 84,28
d. Gizi Lebih % 2,28 1,78 4,81 3,96
6 Prevalensi kurang energi kronik
(KEK) pada ibu hamil % 3,51 3,51 3,25 2,67
7 Rata-rata konsumsi energi K.kal 2050 1892 1884 1905
8 Rata-rata konsumsi protein Gr 49,9 39,6 39,6 40,1
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 
Upaya perbaikan layanan kesehatan kepada masyarakat terus dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Wonosobo termasuk juga upaya perbaikan manajemen
kesehatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan
dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan terus dikembangkan. Upaya
untuk menyusun perumusan kebijakan kesehatan yang berbasis bukti, survailans
secara menyeluruh juga terus ditingkatkan. Sementara itu, pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan juga terus dikembangkan melalui upaya kesehatan
berbasis masyarakat (UKBM) dengan pelibatan lintas sektor. 
c.  Kepemilikan tanah
2010, Masih rendahnya kepemilikan sertifikat tanah sebagai bukti sah atas
kepemilikan tanah merupakan permasalahan pertanahan yang mendasar di
Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi permasalahan serius. Sampai dengan
tahun 2009 dari 620.641 bidang tanah sudah 126.660 bidang atau 20,41 % tanah
bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun
terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat yang berarti bahwa
kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti penting sertifikat sebagai alat bukti
sah kepemilikan atas tanah.
melalui perluasan kesempatan kerja. Selama tahun 2006-2010 jumlah angkatan
kerja yang ditempatkan dapat dilihat pada tabel berikut :
 
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Perluasan kesempatan kerja dilakukan melalui penyiapan tenaga kerja siap
pakai, peningkatan pelayanan transmigrasi, pengembangan sistem informasi pasar
kerja melalui bursa kerja on line (BKO) sehingga informasi lowongan pekerjaan lebih
mudah dan cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan dan keterampilan
penerapan teknologi tepat guna (TTG). Padat Karya Infrastruktur sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam
pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat juga
dilakukan untuk meningkatkan kesempatan kerja yang bersifat sementara.
Upaya perlindungan tenaga kerja juga dilakukan melalui penetapan Upah
Minimum Kegional (UMK) yang disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Perkembangan Upah Minimum
Kabupaten Kabupaten Wonosobo, dapat dilihat pada tabel sebagi berikut :
Gambar II.1
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN
183 502 2.557 95 1.451 1.751 22 979 1.217 327 1.399 935
3.242 3.297 2.218 2.661
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
e. Angka Kriminalitas
gangguan keamanan dan hambatan. Upaya pemberantasan yang relatif intensif
dengan penggelaran Operasi Kepolisian Kewilayahan maupun Operasi Kepolisian
terpadu dengan Instansi terkait menunjukkan hasil yang signifikan. Langkah
Pemerintah tersebut akan terus dilakukan secara konsisten dan seyogyanya
didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar kondisi aman dan tertib
dapat semakin diwujudkan.
tindak kejahatan yang semakin berani berakibat pudarnya rasa persatuan dan
kesatuan masyarakat. Kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum
merupakan prasyarat sekaligus tantangan dalam menciptakan kondisi keamanan
dan ketertiban masyarakat yang kondusif. Perbedaan pemahaman terhadap
keanekaragaman budaya, kondisi sosial, kesenjangan kesejahteraan, tingkat
pengangguran, tingkat kemiskinan, serta kepadatan penduduk juga merupakan
faktor korelatif kriminogen yang apabila tidak dibina dan dikelola secara baik dapat
mendorong munculnya kejahatan dan konflik horizontal. Faktor korelatif
kriminogen ini hanya dapat diredam oleh sikap, perilaku dan tindakan masyarakat
yang patuh dan disiplin terhadap hukum. Perkembangan jumlah kasus kriminalitas di
Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut ini :
 
2 Aniaya Berat - - - 1
5 Curanmor 20 21 31 43
6 Kebakaran / pembakaran 29 31 23 30
7 Uang Palsu 3 6 1 -
8 Narkotika 3 1 1 4
9 Perkosaan 2 1 1 1
10 Kenakalan Remaja - - - -
12 Aniaya ringan / biasa 13 39 17 16
13 Penipuan 2 8 31 17
14 Penggelapan 3 18 20 30
15 Perjudian 17 6 17 12
16 Pengrusakan 2 3 1 2
17 Pengroyokan 3 6 7 9
18 Pemerasan 1 2 1 4
19 Perbuatan cabul / zinah 4 4 3 12
20 Pencurian kayu 6 5 1 3
21 UU Darurat (petasan, bw sajam) - - - 1
22 Buang bayi 1 - - -
24 Penyuapan - 1 - -
28 Melarikan Perempuan - 1 1 2
29 K D R T - 1 7 12
30 TKI Illegal 1 - 1 -
31 Korupsi 1 - 1 1
32 Subsidi Pupuk - - - 1
36 BBM / Minyak Tanah bersubsidi - - - 1
JUMLAH TINDAK KRIMINAL 163 258 280 322
JUMLAH PENDUDUK 773.967 778.711 784.226 789.848
ANGKA KRIMINALITAS 2,11 3,31 3,57 4,08
Sumber : Polres Kabupaten Wonosobo
pencurian dengan pemberatan, pencurian biasa/ringan dan pencurian kendaraan
bermotor. Kasus pencurian cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2006
 
atau meningkat 78,3% . Sedangkan jumlah tindak kriminal secara keseluruhan
mengalami peningkatan sebesar 97,54%, yaitu dari tahun 2006 sebesar 163 kasus
menjadi 322 kasus pada tahun 2009, sehingga terjadi peningkatan angka
kriminalitas sebesar 1,97.
Kinerja Pembangunan dibidang seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup
kesenian dan gedung olahraga. Upaya mengembangkan kesenian tradisional diharapkan
akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi para pelaku seni. Dalam
pelaksanaan pengembangan nilai budaya kegiatan seremonial seperti peringatan HUT
Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 24 Juli dan Peringatan HUT RI setiap tanggal 17
Agustus terus dilaksanakan tidak ketinggalan. Pentas Seni dan Budaya yang
diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah yang menampilkan bakat dan potensi
seniman-seniman lokal dalam memperkenalkan dan mempromosikan budaya
Kabupaten Wonosobo pun terus digalakkan. Kesemuanya itu dilakukan dalam upaya
mengembangkan dan melestarikan seni budaya daerah. Pembinaan terhadap seni
budaya daerah dilakukan melalui pembinaan terhadap grup kesenian dan
penyelenggaraan event-event baik yang bersifat Lokal maupun internasional. Dibawah
ini tersaji data jumlah event yang diselenggarakan di Kabupaten Wonosobo :
Tabel II.15
Fasilitas Pementasan Tahun
Lokal 18 18 21 21 25
Regional 1 1 3 3 10
Nasional 9 7 1 1 2
Internasional 0 0 0 0 0
Jumlah 28 25 25 25 37
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo
 
Tahun 2006-2009
2 Kuda Kepang 448 455 455 463
3 Daeng 12 15 15 12
4 Rodat 54 64 64 54
5 Bangilun 16 16 16 16
6 Kubrosiswo 17 17 17 17
7 Cepetan 3 3 3 3
8 Dayakan 20 22 22 20
9 Monyetan 1 1 1 1
10 Gambus 26 30 30 26
11 Cekok Mondol 4 4 4 4
12 Barongsay 6 16 16 6
13 Liongsay 6 9 9 6
14 Andu 2 2 2 2
15 Reog 3 5 5 3
16 Wulang Bunu 16 16 16 16
17 Campur Bawur 5 5 5 5
18 Sanggar Tari 4 8 8 4
19 Rebana 427 438 438 127
20 Band 46 50 50 100
21 Karawitan Campursari 50 56 56 60
22 Rosidah 23 23 23 0
23 Jamjanen 22 22 22 0
24 Genjringan 12 12 12 6
25 Ayun - Ayun 44 44 44 0
26 Kulintang 4 4 4 0
27 Keroncong 9 9 9 0
28 Solo Organ 5 5 5 0
29 Terbang Jawa 43 43 43 0
30 Bundengan 1 1 1 2
31 Calung 1 1 1 0
32 Dangdut/Orkes Melayu 30 30 30 0
33 Thek – Thek 5 7 7 5
34 Terbang Arab 30 30 30 30
35 Lainnya 6 6 6 12
Jumlah 1426 1506 1506 1025
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo
C.  Pelayanan Umum
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan,
baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab
Pemerintah Kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil
dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan
 
budaya dan olahraga. Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan
gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap
kondisi pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib. Hasil evaluasi pelaksanaan
pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode 2005-2009 adalah sebagai
berikut :
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan
adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan
di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan
perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah.
Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin
meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh
semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan
ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga
partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah.
Capaian APS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 pada pendidikan dasar
mencapai 71,91%, pada jenjang pendidikan menengah mencapai 32,61%. Rasio
ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada pendidikan dasar
sebesar 1 : 222,5. Pada jenjang pendidikan menengah mencapai 1 : 3,93. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan
dasar.
Rasio guru dengan murid pada tahun 2009 untuk tingkat SD/MI mencapai 1 :
18, untuk tingkat SMP/MTS 1 : 14 sedangkan untuk tingkat SMA/SMA/MA 1 : 14.
Rasio murid dengan kelas untuk jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2009
mencapai 1 : 26, jenjang SMP/MTS mencapai 1 : 33 sedangkan jenjang
SMA/SMK/MA mencapai 1 : 33.
Upaya peningkatan daya tampung sekolah diarahkan pada pendidikan
 
keberhasilan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Dari
tahun 2006  – 2010 dalam hal penyediaan prasarana dan sarana kesehatan, sudah
dibangun/direhab 87 PKD, 9 Puskesmas, 14 Puskesmas Pembantu, dan membangun
3 Puskesmas Rawat Inap, sehingga pada setiap desa/kelurahan sudah tersedia
prasarana kesehatan dasar (PKD) berikut dengan tenaga kesehatannya.
Tabel II.17 
No Kecamatan
Fasilitas Kesehatan
Puskes
mas /
Pustu
Pos-
Yandu
Pus-
Ling
1 Wonosobo 2 1 1 2 4 15 2/3 121 4
2 Kertek 1 1 3 2/4 102 2
3 Selomerto 2 1/5 88 2
4 Leksono 2/2 86 2
5 Kalikajar 1 2/4 104 1
6 Sapuran 1 1 1 1/2 76 2
7 Kepil 2/5 124 3
8 Kalibawang 1/2 55 1
9 Garung 2 1/3 73 2
10 Mojotengah 1 1/1 92 1
11 Kejajar 1 1 1 2/1 78 3
12 Watumalang 1 1/3 70 1
13 Kaliwiro 1 1 1 1 1/3 93 2
14 adaslintang 1 2/6 65 3
15 Sukoharjo 2/4 73 2
JUMLAH 2 1 2 4 5 7 28 24/48 1.300 31
Sumber data Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo
Capaian pelayanan kesehatan tercermin pada upaya untuk menyediakan
pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten maupun desa. Pada tahun 2009, rasio
Posyandu persatuan balita sudah mencapai 1: 39, Rasio Puskesmas, Poliklinik Pustu
per satuan penduduk sudah mencapai 1 : 9.079 , Rasio Rumah Sakit per satuan
penduduk mencapai , Rasio Dokter per satuan penduduk mencapai 1 : 10.393 dan
cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 100 %, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
mencapai 86,41 %, Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
mencapai 87,17%, Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan mencapai 100%,
Angka kesembuhan penderita penyakit TBC BTA (+) mencapai 93 %, Cakupan
penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD mencapai 100 %, Cakupan
 
Cakupan kunjungan bayi mencapai 98,24 %.
c.  Pekerjaan Umum
kualitas dan efektifitas pembangunan infrastruktur yang juga diharapkan dapat
mendorong kebijakan pemerintah daerah dalam pengurangan ketimpangan antar
wilayah.
urusan pekerjaan umum dijabarkan dalam berbagai program untuk kemudian
dilaksanakan dalam paket-paket pekerjaan pengadaan saran dan prasarana
infrastruktur. Program Pembangunan/Rehabilitasi Jalan dan Jembatan, Program
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
lainnya dan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan merupakan tiga besar
program priotas pemerintah daerah dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan fungsi pembangunan infrastruktur fasilitas umum, adalah
fungsi yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui
peningkatan kualitas dan efektivitas pembangunan infrastruktur, yang mencakup
urusan pekerjaan umum dan urusan perumahan dan permukiman. Dalam konteks
Urusan Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah memiliki tanggungjawab penanganan
 jalan sepanjang 810 km dan jembatan mencapai 2.622 m, irigasi mencapai 718
Daerah Irigasi (DI) terdiri dari irigasi teknis mencapai 9.030 Ha, irigasi ½ teknis
mencapai 710 Ha dan irigasi sederhana mencapai 11.310 Ha. Selama kurun waktu
2006 – 2010 sudah dilakukan pembangunan / rehabilitasi jalan, jembatan dan irigasi.
Dalam tahun 2006 panjang jalan dalam kondisi baik mencapai 386,752km atau
47,75% dan tahun 2009 mencapai 408,55 km atau 50,43 %. Jembatan dalam kondisi
baik tahun 2009 mencapai 1,85 km / 230 (buah) atau 76,16 %. Sedangkan dalam hal
penyediaan sarana dan prasarana umum tempat pemakaman umum, rasio per 1000
penduduknya tahun 2006 mencapai 10 dan tahun 2009 mencapai Untuk tempat
pembuangan sampah (TPS), rasio per 1.000 penduduknya tahun 2006 mencapai 2
dan tahun 2009 mencapai 3.
 
yang hendak dicapai dalam RPJMD yaitu meningkatkan kualitas dan efektivitas
penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman, telah pula
dilaksanakan pembangunan fisik terhadap sarana dan prasarana dasar. Selama
kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2009 tidak kurang 12 kegiatan
pengembangan perumahan, 230 kegiatan lingkungan sehat perumahan juga
dilaksanakan 21 kegiatan pembangunan fasilitas penunjang areal pemakaman, 1
kegiatan rehabilitasi rumah korban terorisme dan pengadaan fasilitas pemadam
kebakaran berupa 2 mobil pemadam kebakaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas penanggulangan pemadam kebakaran.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga terlihat dari tercukupinya
kebutuhan perumahan. Oleh karena itu, pengelolaan Urusan Perumahan dan
Permukiman, terus diupayakan dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas
penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman,
meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat termasuk PNS yang belum
memiliki rumah dalam pembangunan dan perbaikan rumah, meningkatkan
pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan bangunan
perumahan dan gedung lainnya.
Untuk luas wilayah permukiman kumuh tahun 2009 seluas 242,81 Ha atau 3
%. Tahun 2009 jumlah yang layak huni sebanyak 200.709 rumah atau 91,51 % dan
yang tidak layak huni 18.621 rumah atau 8,49 %. Tahun 2009 yang mengakses air
bersih sebanyak 219.330 rumah tangga (KK) atau 98,23 %. Untuk sanitasi, pada
tahun 2006 rumah tangga (KK) yang sudah bersanitasi sebanyak 128.581 rumah
tangga (KK) atau 57,6 % sedangkan yang belum bersanitasi sebanyak 94.650 rumah
tangga (KK) atau 42,4 %, tahun 2009 yang bersanitasi mencapai 128.615 rumah
tangga (KK) atau 57,6 %.
Wonosobo yang memiliki luas wilayah 98.468 ha terbagi atas beberapa
wilayah yang bersifat pedesaan maupun perkotaan. Perkembangan wilayah beserta
komunitasnya antara satu wilayah dengan wilayah yang lain cenderung tidak sama.
Hal ini tidak saja karena perbedaan kondisi geografis maupun kultur masyarakat
namun juga dipengaruhi kebijakan pembangunan dan pengelolaan tata ruang.
Degradasi lingkungan bisa menjadi penyebab munculnya ketimpangan
 
penyebab lambatnya pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh
karenanya selama kurun 2006 – 2010 sudah dilakukan berbagai upaya pengurangan
ketimpangan wilayah, dengan mengoptimalkan pengelolaan urusan Penataan Ruang
dan urusan Pertanahan. Dalam konteks Urusan Penataan Ruang, Pemerintah Daerah
terus berupaya meningkatkan akselarasi pembangunan di wilayah-wilayah strategis
dan wilayah-wilayah tertinggal, meningkatkan keseimbangan pertumbuhan antar
kawasan pedesaan dan perkotaan, menyerasikan pemanfaatan dan pengendalian
ruang dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan, dan
meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan pedesaan
dalam suatu sistem pengembangan ekonomi yang saling menguntungkan.
Wonosobo dengan luas wilayah 98.468 Ha, memiliki luas ruang terbuka hijau dalam
tahun 2006 seluas 28,5 Ha atau 28,9 % dan tahun 2009 seluas 25,78 Ha atau 26,2 %. .
Kegiatan perencanaan tata ruang yang telah dilaksanakan adalah Revisi RIK
Wonosobo, Penyusunan Masterplan Kawasan Alun-Alun dan DED Alun-Alun Kota
Wonosobo, Penyusunan RTRW Kabupaten Wonosobo, Masterplan GOR,
Perencanaan Lingkungan Pendopo, Penyusunan RDTRK Kec. Watumalang, RDTRK
Kec. Kalibawang, Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Data Spasial,
Penyusunan RDTRK Kec. Wadaslintang dan RDTRK Kec. Kertek.
f.  Perhubungan
Kabupaten Wonosbo selama periode 2005-2009 dilihat dari jumlah arus
penumpang angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari
11.742.718 penumpang tahun 2005 menjadi 5.702.073 penumpang pada tahun
2009. Penurunan jumlah penumpang lebih disebabkan adanya pergeseran
penggunaan moda angkutan umum ke angkutan pribadi. Persentase jumlah
angkutan darat dibanding jumlah penumpang angkutan darat mengalami
peningkatan dari tahun 2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009,
 jumlah terminal dan sub terminal tidak mengalami perubahan atau tetap sebanyak
7 unit. Tantangan kedepan adalah bagaimana menyediakan pelayanan angkutan
masal yang murah, nyaman, aman dan tepat waktu agar kemacetan yang
disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak terjadi.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo sangat didukung
dengan pembangunan di sektor perhubungan. Perhubungan yang lancar dan
 
lain. Distribusi barang dan jasa yang lancar akan menekan biaya produksi dan pada
muaranya akan menekan harga pasar. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana perhubungan dimaksudkan untuk meningkatkan ketertiban lalu
lintas dan kenyamanan pengguna jalan, sehingga diharapkan dapat meminimalisasi
resiko yang diakibatkan dalam berlalu lintas. Data Sarana prasarana
pendukkungkeselatan dan kenyamanan dapat dilihat pada tabel berikut :  
Tabel II.18
No. Fasilitas
4 Lampu Pengatur Lalu Lintas 2 2 6 17
5 Rambu-Rambu 72 72 158 458
6 Marka Jalan (m2) - - - 6.287
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, Pemerintah Kabupaten
Wonosobo memberikan pelayanan ijin trayek dan pengujian kendaraan bermotor
bagi angkutan umum dan angkutan barang. Kegiatan pengujian kendaraan
bermotor bertujuan agar tingkat kelaikan kendaraan dapat dipertanggungjawabkan,
sehingga kecelakaan lalu lintas akibat dari penggunaan kendaraan dapat ditekan.
Untuk mendukung kegiatan tersebut dilaksanakan kegiatan perbaikan dan
modifikasi peralatan pengujian kendaraan guna lebih mengoptimalkan kegiatan
pelayanan pengujian kendaraan bermotor.
No. Trayek Jarak
8 Wonosobo- Andongsili- Keseneng 10 12 12 12 12
9 Wonosobo- Wonolelo 8 14 14 17 17
10 Wonosobo- Pacarmulyo- Gondang 9 13 13 13 13
11 Wonosobo- Madukoro- Keseneng 8 8 8 8 8
12 Wonosobo- Jetis- Wonokasihan 8 6 6 6 6
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
 
dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) No.
Trayek Jarak
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
Peningkatan ketersediaan sarana pendukung transportasi berupa rambu-
rambu lalu-lintas sejumlah 72 unit pada tahun 2006 menjadi 458 unit pada tahun
2009 dan pengadaan marka jalan sepanjang 6287 m2 pada tahun 2009.
g.  Lingkungan Hidup
penurunan kualitas lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup memerlukan
perhatian serius karena sifatnya yang khusus dan melibatkan banyak sektor. Adanya
keterkaitan ini membuat urusan lingkungan hidup harus dilihat secara menyeluruh
dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta dalam penanganannya tidak bisa
dilakukan secara sektoral. 
keikutsertaan pihak ketiga (Yayasan Danamon Peduli) dalam pengelolaan sampah.
Wonosobo merupakan salah satu daerah (Wonosobo merupakan peringkat ke
empat terbaik dari 30 daerah di Indonesia) yang menjalin kerjasama dengan Yayasan
Danamon Peduli, membangun fasilitas sampah pasar tradisional yang bertujuan
untuk mengkonversi sampah pasar tradisional menjadi kompos berkualitas tinggi
untuk didistribusikan kepada para petani. Program ini secara sistematis
meningkatkan kondisi kesehatan dan kebersihan serta memberikan manfaat sosial
ekonomi bagi komunitas pasar tradisional dan petani.
Program Kompos Sampah Pasar ‘NOTHING WASTED’ ini juga telah mendapat
apresiasi dari dunia internasional, tahun lalu, program ini terpilih menjadi juara 2
 
masyarakat di seluruh dunia, dan juga menjadi pemenang Metro TV/MDGs Award
2009 untuk pengentasan kemiskinan
perubahan sistem pengelolaan tanah agar efisien, efektif serta terlaksananya
penegakan hukum terhadap hak atas tanah masyarakat dengan menerapkan prinsip-
prinsip keadilan, transparansi dan demokrasi. Masih rendahnya kepemilikan
sertifikat tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan tanah merupakan permasalahan
pertanahan yang mendasar di Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi
permasalahan serius. Sampai dengan tahun 2009 dari 620.641 bidang tanah sudah
126.660 bidang atau 20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun
waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah
bersertifikat yang berarti bahwa kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti
penting sertifikat sebagai alat bukti sah kempemilikan atas tanah.
Sedangkan untuk pemenuhan sarana kesehatan berupa pengadaan tanah
untuk puskesmas yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan
masyarakat demikian juga penyediaan tanah yang akan digunakan untuk
pembangunan GOR yang bertujuan untuk menyediakan sarana olah raga bagi
masyarakat Wonosobo. Disisi lain pemerintah juga menyediakan sarana untuk
pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo berupa pengadaan tanah untuk
menunjang kelancaran lalu lintas yang menguhubungkan objek pariwisata maupun
penunjang pengembangan sektor pariwisata itu sendiri. Seperti pengadaan tanah
untuk Tuk Bimo Lukar yang ditujukan untuk pengembangan obyek wisata Tuk Bimo
Lukar dimana menurut sejarahnya merupakan sumber mata air Sungai Serayu yang
kondisinya pada saat ini debit airnya sudah sangat minim apalagi bila musim
kemarau tiba. Sebagai antisipasinya ada beberapa lahan yang harus dibebaskan
untuk penyelamatan sumber mata air yang selanjutnya untuk reboisasi di sekitar
lahan tersebut mengingat kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya
penyelamatan wilayah Dieng sudah relatif kurang.
Dalam rangka peningkatan sarana perekonomian maka pemerintah daerah
memfasilitasi melalui pengadaan tanah yang ditujukan untuk pembangunan pasar,
baik pasar sayur maupun pasar buah yang nantinya dapat menampung dan
memasarkan komoditi buah dan sayur dikarenakan Wonosobo merupakan salah
 
Untuk pelaksanaan program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah dari tahun 2006 s/d Tahun 2009 juga diperuntukkan bagi
pelaksanaan kegiatan program daerah (PRODA) berupa pensertifikatan hak milik
masyarakat ekonomi kurang mampu sebanyak 800 bidang yang seluruh
pembiayaannya ditanggung pemerintah daerah .  
Selain itu untuk tertib administrasi dan kejelasan status tanah baik tanah
milik pemerintah daerah termasuk di dalamnya tanah-tanah hasil penyerahan eks
instansi vertikal/ departemen sebagai akibat dari penyerahan otonomi daerah
maupun eks tanah bengkok dari desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan,
telah dilaksanakan kegiatan pensertifikatan 108 bidang eks tanah bengkok dan 38
bidang eks tanah instansi vertikal/departemen. Untuk tahun 2010 sebagian besar
kegiatan telah selesai dilaksanakan yaitu berupa pengadaan tanah untuk Tuk Bimo
Lukar serta pengadaan tanah untuk SMK Kalikajar tinggal penyelasaian administrasi,
sedangkan kegiatan lainnya baru dalam tahap proses pelaksanaan.
i.  
Penanganan tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil berupa KTP,
KK, akte kelahiran dan dokumen lainnya sudah cukup optimal. Adapun kelemahan
yang masih sering terjadi antara lain kesadaran penduduk untuk melaporkan setiap
peristiwa penting kependudukan dan catatan sipil masih rendah, padahal hal ini
berpengaruh besar bagi kesempurnaan administrasi kependudukan.
Pada tahun 2007 program penataan administrasi kependudukan difokuskan
pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian SIAK secara terpadu, yang
merupakan program pembangunan di bidang sistem administrasi kependudukan
dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi serta
penerapan sistem komputerisasi yang semakin maju. Pada awalnya spesifikasi SIAK
yang dikeluarkan oleh Depdagri bersifat online yang menghubungkan setiap
Kabupaten/Kota dengan Depdagri. Pada sistem online ini, data kependudukan setiap
daerah diverifikasi secara nasional dan real time.
Penerapan sistem online tersebut banyak mengalami kendala. Pada akhirnya
kebijakan SIAK itu mengalami beberapa perubahan fundamental. Kebijakan offline
yang hanya menghubungkan semua data kependudukan dalam satu daerah
(Kabupaten/Kota) mulai ditoleran. Depdagri pun pada akhirnya memberikan
bantuan sarana komputer sebagai salah satu upaya untuk merespon keterbatasan
daerah dalam mempersiapkan sarana dan pra sarana pendukung SIAK.
 
Pembangunan jaringan hingga ke titik lokasi unit pelayanan telah dirintis
antara lain dengan memanfaatkan jaringan yang sudah ada di Kabupaten Wonosobo
dengan melakukan beberapa penyempurnaan. Dengan alokasi dana yang tersedia
pada tahun 2007, pembangunan jaringan hanya cukup dilaksanakan di 6 kecamatan.
Walaupun program SIAK ini belum dapat dioperasionalisasikan secara
serentak di 15 kecamatan , akan tetapi program SIAK ini sudah mulai diujicoba untuk
dioperasikan pada pembuatan KK gratis dan KTP masal. Keduanya telah
menggunakan spesifikasi model SIAK Depdagri, atau lebih dikenal dengan sebutan
KK/KTP Nasional. KK/KTP Nasional ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan amanat
Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 yang menyebutkan perlunya penerapan
suatu standar nasional di bidang administrasi kependudukan.
Kegiatan pembuatan KK gratis dan KTP masal dilaksanakan oleh Kantor
Kependudukan dan Catatan Sipil bekerja sama dengan pihak ketiga (CV DELTRON
COMPUTER, Boyolali) dalam hal pencetakannya, sedangkan dalam hal pendaftaran
dan pendistribusiannya bekerja sama dengan pemerintahan kecamatan,
kelurahan/desa.
kependudukan, dimana setiap kepala keluarga wajib mengisi dokumen F1-01 dengan
data pribadi yang lengkap. Kegiatan ini berhasil menyusun data kependudukan
sebanyak ± 212.163 KK. Karena keterbatasan dana yang dimiliki, maka untuk tahun
2007 hanya mampu mencetak 100.000 lembar KK. Sedangkan sisanya akan dicetak
pada tahun anggaran 2008. Untuk kegiatan penyediaan KTP masal berhasil
menyerap ± 143.849 pemohon.
Kependudukan (SIAK) terdiri dari pengadaan sarana perangkat keras seperti
komputer, kemudian SDM, kabel jaringan, revisi peraturan daerah Kabupaten
Wonosobo tentang SIAK, serta perangkat pendukung lainnya seperti blanko, format
dan buku register. Untuk keperluan tersebut pemerintah daerah sudah mulai
merintis mempersiapkan pada tahun 2005.
Untuk rasio kepemilikan Kartu Keluarga dengan jumlah Kepala Keluarga
sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 96,19% (target RPJMD sebesar 95%).
Jumlah Kepala Keluarga adalah 326.527 orang dan jumlah Kepala Keluarga yang
memiliki kartu keluarga adalah 314.094 orang. Untuk rasio kepemilikan KTP dengan
 jumlah penduduk wajib KTP yang memiliki KTP adalah sebesar 98,8% (target RPJMD
 
penduduk wajib KTP yang memiliki KTP sebanyak 653.581 orang.
Untuk kepemilikan akte kelahiran belum mencapai target yang diinginkan
yaitu sebesar 60%. Sampai dengan tahun 2010 rasio kepemilikan akte kelahiran
dengan jumlah penduduk adalah 53,44%. Jumlah penduduk adalah 888.813 orang
dan penduduk yang memiliki akte kelahiran sebanyak 475.023 orang.
 j.  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, permasalahan mendasar
yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam
pembangunan, disamping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi
terhadap perempuan. Permasalahan mendasar lainnya adalah masih terdapat
kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan, hal ini tercermin pada tahun 2006
dari 45 anggota DPRD Kabupaten Wonosobo hanya 4 orang (8,89%) yang berjenis
kelamin perempuan. Pada tahun 2007 meningkat dari 45 anggota DPRD tercatat 5
orang (11,11 %), sementara hasil Pemilu Legislatif tahun 2009 menurun dari 45
anggota DPRD hanya 3 orang wakil rakyat perempuan (6,67 %). Sementara untuk
Jabatan Ketua Partai Politik di Kabupaten Wonosobo sampai dengan tahun 2009
kedudukan perempuan belum nampak.
faktor, diantaranya masih adanya pandangan gender yang mensubordinasi
perempuan, anggapan bahwa perempuan irrasional dan emosional yang
menyebabkan perempuan dianggap tidak layak memimpin, akibatnya muncul sikap
yang menempatkan perempuan pada posisi tidak penting serta diragukan kapasitas
dan kompetensinya, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses
sebagian besar perempuan dalam kegiatan publik yang lebih luas.
Secara umum, keberhasilan pelaksanaan urusan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak selama tahun 2006 s.d. 2010 adalah adalah sebagai berikut :
1.  Meningkatnya komitmen daerah, dukungan dan peran stakeholders melalui
pelaksanaan dan penerapan strategi pengarusutamaan gender dalam
pembangunan daerah.
2.  Meningkatnya partisipasi, akses, kontrol dan peran serta manfaat perempuan
dalam jabatan publik dan politik yang ditandai dengan peningkatan pejabat dan
anggota legislatif perempuan.
perlindungan terhadap perempuan dan anak.
 
kekerasan berbasis gender.
No. Jumlah Kasus Tahun
2006 2007 2008 2009
2 Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya 15 74 100 95
3 Kekerasan yang sudah selesai ditangani 15 74 100 74
4 Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian 0 0 0 21
5 Kekerasan yang belum tertangani 0 0 0 0
Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap
perempuan cenderung menurun. Walaupun demikian, masih ada beberapa kasus
yang belum selesai tertangani karena beberapa kendala.
Tabel II.22
No. Jumlah Kasus Tahun
2006 2007 2008 2009
2 Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya 12 12 18 0
3 Kekerasan yang sudah selesai ditangani 12 12 18 20
4 Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian 0 0 0 1
5 Kekerasan yang belum tertangani 0 0 0 2
Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap anak
cenderung meningkat. Peningkatan yang terjadi bukan bermakna peningkatan
 jumlah kasus semata setiap tahunnya, akan tetapi juga menunjukkan
peningkatan responsivitas pemerintah Kabupaten Wonosobo terhadap kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak serta peningkatan kesadaran dan
keberanian masyarakat utamanya perempuan dan anak untuk melaporkan
kekerasan yang menimpa mereka. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari
peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan sosialisasi tentang kekerasan dalam
rumah tangga dan juga berkat kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti
UPIPA GOW Wonosobo, Kepolisian dan Kejaksaan.
Tolok ukur keberhasilan pengintegrasian strategi pengarusutamaan
 
Pembangunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (GEM).
Gambar II.3
Tahun 2006 – 2008
Merujuk pada data tiga tahun terakhir tahun 2006 s/d 2008
menunjukkan adanya tren peningkatan dalam pencapaian GDI maupun GEM di
Kabupaten Wonosobo. Namun jika dibandingkan dengan capaian GDI dan GEM
Provinsi Jawa Tengah capaian tersebut masih tergolong rendah, dimana pada
tahun 2008 capaian GDI Provinsi Jawa Tengah sebesar 64.66 dan GEM Provinsi
Jawa Tengah sebesar 59.76.
Indek (HDI) Kabupaten Wonosobo masih terlihat adanya kesenjangan yang ada
sebagaimana tabel berikut :
Tahun 2006 - 2008
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan selama 5 tahun (2006-
2010) untuk menunjang keberhasilan pembinaan keluarga kecil dan sejahtera,
alokasi dana yang signifikan pada program pelayanan kontrasepsi dengan kegiatan
pengadaan alat dan obat kontrasepsi pil KB, pengelolaan data keluarga berencana
serta pelayanan KB medis operasi bagi keluarga miskin yang bertujuan
mempermudah akses serta penggunaan metode kontrasepsi yang aman, efisien,
 
berencana yang dilaksanakan pada tahun 2008 di 265 desa/kelurahan membentuk
sistem informasi manajemen yang dikelola secara efektif dan efisien sebagai satu
pusat pangkalan data dan informasi bagi pengembangan program. Kesadaran akan
pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu ditingkatkan guna mencegah
terjadinya ledakan penduduk di Indonesia pada masa yang akan datang. Saat ini,
ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di
seluruh dunia, di samping isu tentang global warming, keterpurukan ekonomi,
masalah pangan serta kesehatan penduduk.
Demi tercapainya suatu masyarakat yang sejahtera melalui upaya
perencanaan dan pengendalian jumlah kelahiran, dilaksanakan program keluarga
berencana dengan kegiatan penerangan KB, pelatihan, peningkatan partisipasi pria
dalam KB dan KR, pelaksanaan pengumpulan data berbasis RT yang meliputi 15
kecamatan dan 267 desa, operasional untuk PPKBD dan sub PPKDB untuk
memaksimalkan informasi dan akses serta pemerataan pelayanan KB. Pelayanan KIE
KRR (Komunikasi Informasi Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja) mencapai hasil
terbinanya kelompok sebaya yang diharapkan mampu menyebarluaskan
pengetahuan yang diterimanya kepada teman-teman lingkungannya.
Peningkatan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
keluarga berencana yang ditunjukkan dengan meningkatnya kepesertaan KB aktif
sebagai salah satu faktor terkendalinya laju pertumbuhan penduduk, dengan data
sebagai berikut :
Tabel II.23
(%)
Sumber : BKBKS Kabupaten Wonosobo
Sementara ini animo masyarakat untuk menggunakan alat atau obat
kontrasepsi yang permanen (MOP dan MOW) masih sangat rendah, disamping itu
masih kurangnya sarana dan prasarana pendukung serta jumlah pelayanan gratis
terbatas dan hanya diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang rentan atau
 
penggunaan alat atau obat kontrasepsi masih rendah dan masih didominasi
perempuan dalam penggunaan kontrasepsi dimana prosentasenya mencapai
97,62% (persen). Perkembangan penduduk laki-laki yang mengikuti KB di Kabupaten
Wonosobo tahun 2005 s/d 2010 sebagaimana pada Tabel berikut:
Tabel II.24 
Tahun 2006 - 2009
2006 119.377 2.565 2,15 15.373 219 1,42
2007 119.605 2.458 2,06 15.418 112 0,73
2008 127.371 2.769 2,17 22.739 546 2,40
2009 130.025 2.921 2,25 25.586 1.354 5,29
Sumber Data Badan Keluarga Berencana Kab.Wonosobo
l.  Sosial
kesejahteraan sosial yang kemudian seiring dengan adanya dinamika kehidupan
masyarakat, masalah kesejahteraan sosial pun ikut berkembang dan cenderung
semakin kompleks. Saat ini identifikasi masalah kesejahteraan sosial telah
memunculkan 27 penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Selama
periode 2006-2009, angka penyandang masalah kesejahteraan sosial masyarakat
(PMKS) di Kabupaten Wonosobo telah berkurang. Jumlah PMKS yang tercatat pada
tahun 2007 yaitu sebesar 111.224 orang, yang kemudian pada tahun 2009 telah
mengalami penurunan menjadi sebesar 72.396 orang (35%). Dari total PMKS yang
ada, pada tahun 2006 jumlah anak terlantar di Kabupaten Wonosobo tercatat
sekitar 52.725, yang terdiri dari 830 balita terlantar dan 51.895 anak usia 5-21
tahun. Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2009 mencapai 7,16% sehingga
 jumlah anak terlantar di Kabupaten Wonosobo tercatat sekitar 48.950 jiwa, yang
terdiri dari 174 balita terlantar dan 48.776 anak usia 5-21 tahun. Sedangkan jumlah
lanjut usia terlantar pada tahun 2006 tercatat sebanyak 8.809 jiwa yang kemudian
pada tahun 2009 telah turun mencapai 49% sehingga keberadaan lanjut usia
terlantar menjadi 4.506 jiwa.
khususnya kepada fakir miskin apabila tidak dilakukan secara tepat akan berakibat
pada kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada melemahnya
ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial,
 
terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan
perbatasan. Berdasarkan data Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo, pada tahun 2006
 jumlah fakir miskin di Kabupaten Wonosobo berjumlah sekitar 98.347 jiwa yang
 juga telah mengalami penurunan sebesar 25,4% sehingga pada tahun 2009 menjadi
berjumlah sekitar 73.335 jiwa.
dasar dari pemerintah meliputi, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Beberapa
program kegiatan dalam urusan sosial mempunyai orientasi untuk mengentaskan,
membantu, mengembangkan ekonomi masyarakat yang membutuhkan, atau secara
tidak langsung/jangka panjang memberikan pengaruh yang positif dalam perbaikan
ekonomi bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial dan harapannya untuk
menuju pertumbuhan ekonomi yang tinggi menuju pembangunan manusia yang
cepat dan merata. Program kegiatan tersebut antara lain pemberian bantuan
stimulan untuk merangsang pengembangan usaha seperti pemberian Usaha
Ekonomi Produktif, pemberian bantuan dan pendampingan pada KUB (kelompok
usaha bersama), pelatihan keterampilan kewirausahaan yang akhirnya dapat
menunjang perekonomian masyarakat, pemberian alat bantu bagi penderita cacat
sehingga mereka bisa mengoptimalkan fungsi sosialnya. Disamping itu bantuan
pangan atau penyediaan bahan pokok pangan berupa penyaluran raskin bagi
masyarakat miskin secara merata dan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi
keluarga miskin secara terus-menerus telah dilakukan dengan harga terjangkau
sehingga masyarakat miskin tidak perlu merealokasikan pengeluarannya. Kegiatan
monitoring harga maupun ketersediaan kebutuhan pokok pun telah digalakkan
setiap tahunnya, utamanya adalah menjelang lebaran sehingga harga maupun
ketersediaan bahan makanan pokok dapat terkontrol dan dapat mencukupi
kebutuhan masyarakat.
Selain itu pemenuhan hak sosial dasar terhadap PMKS adalah kesehatan,
dalam arti pembangunan urusan sosial juga menjadi salah satu agen yang
mempunyai peran/mengambil kedudukan dalam mengkampanyekan hidup sehat.
Peran Pemerintah Kabupaten Wonosobo tersebut berbentuk kegiatan/program
kerja praktis mengarah langsung kepada keterlantaran, kecacatan, dan dalam
ketidakmampuan secara sosial atau sehat mengajarkan mereka kepada
keberfungsiannya secara optimal dalam segala bidang kehidupan, sehingga sehat
yang dimiliki oleh titik sasaran tersebut mampu memberikan sumbangsih optimal
bagi hidupnya, keluarga, masyarakat ataupun untuk bangsa. Program kegiatan
 
tersebut antara lain: permakanan bagi lanjut usia maupun anak panti sehingga
terpenuhi gizinya.
Secara tidak langsung jaminan sosial kepada PMKS yang menjadi salah satu
sasaran pembangunan urusan sosial dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo
mempunyai peranan dalam pemenuhan salah satu hak sosial dasar yaitu
pendidikan. Pendidikan dalam bentuk pelatihan/pemberdayaan bagi PMKS lebih
ditujukan untuk memberikan bekal keterampilan hidup agar mampu mencukupi
kebutuhan dasarnya secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan ini merupakan upaya
pemerintah dalam meningkatkan aksesibilitas penyandang masalah kesejahteraan
sosial terhadap layanan sosial dasar.
Peningkatan urusan sosial untuk menumbuh kembangkan kepedulian
masyarakat dalam penanggulangan masalah sosial, dilaksanakan dengan program
pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial yang dilaksanakan selama tahun
2006-2009. Program ini dilaksanakan dengan kegiatan pembinaan dan rehabilitasi
penyandang masalah sosial yang dimulai dari tahun 2006 dengan jumlah
keseluruhan penyandang masalah sosial yang dapat dibina sebanyak 225 orang
terjadi peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 1.955 orang dengan rata-rata
peningkatan sebesar 8,68%.
Jumlah PMKS Yang Tertangani (jenis) 22 23 25 25
Persentase Jumlah PMKS yang
Jumlah PMKS Yang Menerima
Sumber : Dinas Sosial Kab. Wonosobo
Untuk melihat perkembangan jumlah fasilitas sosial yang ada di Kabupaten
Wonosobo yang dapat juga berarti menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap
PMKS, dalam perkembangannya selama periode tahun 2006-2009 memperlihatkan
peningkatan hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 dengan jumlah keseluruhan
fasilitas sosial masyarakat sebanyak 12 buah jika dibandingkan dengan tahun 2009
meningkat menjadi sebanyak 14 buah, dilihat dari jenisnya, panti asuhan mengalami
peningkatan sebesar 18,2%.
kini ditambah dengan adanya krisis global, Indonesia makin dihadapkan pada
masalah yang lebih besar. Sebagai dampak krisis, banyak negara yang mengalami
perlambatan ekonomi. Konsekuensinya daya beli menurun, permintaan produk
barang dan jasa turun yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
meningkatkan pengangguran. Kondisi tersebut ikut mendorong tingginya angka
kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.
Berbagai program Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dilakukan dalam upaya peningkatan kesempatan kerja, antara lain
melalui transmigrasi, penempatan tenaga kerja lokal (AKL), penempatan tenaga
kerja antar daerah (AKAD), dan penempatan kerja antar negara (AKAN), di mana
prioritas kegiatan diarahkan pada masyarakat buruh tani dan petani subsisten yang
perlu mendapatkan mata pencaharian yang layak, dengan data sebagai berikut :
Tabel II.26
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Implementasi program ini terwujud pada beberapa kegiatan yaitu penyiapan
tenaga kerja siap pakai, peningkatan pelayanan transmigrasi, pengembangan sistem
informasi pasar kerja melalui bursa kerja on line (BKO) sehingga informasi lowongan
pekerjaan lebih mudah dan cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan dan
keterampilan penerapan teknologi tepat guna (TTG). Kegiatan Pelatihan penerapan
TTG ini merupakan salah satu upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dengan
memanfaatkan potensi lokal. Padat Karya Infrastruktur sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam
pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat.
Berikut adalah data pelatihan WUB, TTG dan padat karya dari tahun 2006 -
bulan Mei 2010 melalui dana APBD Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN
183 502 2.557 95 1.451 1.751 22 979 1.217 327 1.399 935
3.242 3.297 2.218 2.661
No. Tahun Jenis Kegiatan Jumlah
Peserta
Pelatihan Pengolahan Hasil pertanian 2 paket
Penerapan Teknologi Tepat Guna
Pelatihan Pengolahan Hasil pertanian 1 paket 20 orang
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo 
Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat tercipta kesempatan berusaha yang
dapat memperbaiki taraf hidup tenaga kerja dan keluarganya yang berdampak pada
penanggulangan kemiskinan serta kelancaran pembangunan daerah. Melalui
pemberlakuan Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 yang dapat
dipatuhi oleh pekerja dan pengusaha, akan menciptakan kondisi iklim kerja yang
kondusif dan perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sebagai hak
dasar pekerja akan lebih terjamin. Implementasi program ini dalam beberapa
kegiatan yaitu penyelesaian perselisihan hubungan industrial, pemutusan hubungan
kerja, peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum tehadap
keselamatan dan kesehatan kerja, peningkatan kegiatan dewan pengupahan
kabupaten, penyelesaian kasus TKI bermasalah, penyelesaian klaim JHT Jamsostek,
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan peningkatan lembaga ketenagakerjaan
LKS bipartit, tripartit, dan serikat pekerja sehingga diharapkan adanya hubungan
harmonis antara pemerintah, perusahaan dan serikat pekerja yang akan
mendukung terciptanya iklim usaha kondusif, pada akhirnya mampu menarik
investor masuk ke Wonosobo.
2006-2009 :
No. Jenis Data Tahun
2006 2007 2008 2009
5 Jumlah kesepakatan kerja bersama 10 10 10 10
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
 
Salah satu capaian dalam urusan ketenagakerjaan adalah serapan tenaga
kerja formal Kabupaten Wonosobo yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi adalah sebagai berikut :
Data Serapan Tenaga Kerja Formal Yang Terdaftar
No Jenis Data 2006 (org) 2007 (org) 2008 (org) 2009 (org)
1 Pencari kerja terdaftar (AK I) 6.257 7.118 10.136 3.310
2 Lowongan pasar kerja
terserap (%)
Pada tahun 2006 - 2009, kesempatan kerja dan berusaha semakin terbuka,
hal ini dapat dilihat dari peningkatan prosentase pencari kerja yang terserap
sehingga dapat memicu perkembangan perekonomian. Keterbukaan kesempatan
bekerja dan berusaha tersebut terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan. Oleh
karena itu, alokasi anggaran pembangunan ketenagakerjaan ditargetkan minimal 25
% untuk penanggulangan kemiskinan.
Kabupaten Wonosobo berdasarkan kualifikasi usaha adalah sebagai berikut :
Tabel II.30
No. Jenis Data Tahun
2006 2007 2008 2009
Jumlah 10.723 13.271 13.280 13.280
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo 
n.  Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan dalam berusaha
untuk menggiatkan usaha masyarakat Pemerintah Daerah telah memberikan
perijinan gratis kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo meliputi perijinan Ijin Mendirikan Bangunan
 
Perusahaan (TDP) dan Tanda Daftar Industri (TDI) yang dilaksanakan oleh Kantor
Perijinan dan Pelayanan Terpadu.
No. Izin Jumlah
3 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 6.936 SK
4 Tanda Daftar perusahaan (TDP) 6.936 SK
5 Tanda Daftar Industri (TDI)/ Izin Usaha Industri
(IUI)
Sampai dengan tahun 2009 jumlah koperasi di Kabupaten Wonosobo
sebanyak 334 buah meningkat 38,81 % bila dibandingkan dengan tahun 2006
sejumlah 237 buah. Jenis koperasi yang meningkat adalah koperasi perternakan dan
koperasi perempuan. Kenaikan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya koperasi. Dari segi kuantitas, koperasi di
kabupaten Wonosobo cukup menggembirakan. Akan tetapi dari segi kualitas baik
produk/layanan maupun manajemennya masih perlu perbaikan. Permodalan yang
menjadi kendala hampir semua unit usaha juga tak luput dari perhatian pemerintah
daerah. Bantuan permodalan diberikan dalam bentuk modal bergulir yang diberikan
kepada kelompok penerima. Dengan bantuan modal tersebut diharapkan akan
meningkatkan kapasitas produksi dan layanan koperasi dan UMKM. Bantuan
permodalan tidak hanya diberikan kepada unit usaha produksi tetapi juga diberikan
kepada lembaga keuangan mikro (LKM). Sebagaimana diketahui ketersediaan
 jaminan masih menjadi hambatan UMKM untuk mengakses sumber utama
pendanaan yaitu bank. keberadaan LKM sangat membantu usaha mikro yang
memberikan alternatif layanan keuangan.
2 Koperasi tidak aktif 0 104 102 46
Jumlah Koperasi 237 319 330 329
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo
o.  Penanaman Modal
 
penyusunan Profil investasi Kabupaten Wonosobo. Selain itu juga melaksanakan
kegiatan merger BPR-BKK dan bintek BPR-BKK / BKK. Dari kegiatan program ini
dihasilkan adanya informasi potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
sehingga memudahkan investor untuk melakukan investasi. Terlaksananya
Merger/penggabungan 9 BPR BKK menjadi PD BPR BKK Wonosobo; Terlaksananya
Bintek yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perbankan bagi
para karyawan dan pengelola PD BPR BKK/PD BKK; Meningkatnya kesehatan,
kinerja pengelola bank dan permodalan semakin kuat; Meningkatkan efektifitas
pengendalian/pengawasan internal, efisiensi biaya serta meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
investasi dengan penyederhanakan prosedur perizinan, walaupun urusan
penanaman modal tidak identik dengan pelayanan perizinan, tetapi dalam
menangani penanaman modal pelayanan perizinan menjadi salah satu kebijakan
yang sangat krusial. Perlu upaya untuk mengkaji, merumuskan, dan menyusun
pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu. Berkaitan
dengan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Wonosobo telah melakukan kebijakan
kemudahan pelayanan perizinan dengan system One Stop Service dimana pelayanan
dilakukan dalam satu pintu. Kondisi yang diharapkan para investor agar mereka
tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak jelas untuk mengurus
izin usaha. Jenis perizinan untuk mendukung investasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Wonosobo sesuai dengan Peraturan Bupati Wonosobo
Nomor 22 tahun 2007 tentang Jenis-jenis Pelayanan Umum/Perizinan.
Pada tahun 2006 sampai dengan 2009 Kantor pelayanan dan perijinan
Terpadu telah menerbitkan Surat keterangan jenis perizinan berupa Izin Prinsip 648
buah, Izin gangguan (HO) 2088 buah, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 1026 buah
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 2124 buah, Izin Usaha Industri danTanda
Daftar Industri 270 buah, Tanda Daftar Perusahaan 2.444 buah, Tanda Daftar
Gudang 31 buah, Izin Pemasangan Reklame 1.552 buah, Izin Usaha Jasa Kontruksi
389 buah.
Nilai rata-rata per tahun Insvestasi swasta berdasarkan pengajuan perizinan
usaha kecil sebesar 54 milyar, usaha menengah 29 milyar dan usaha besar 48,5
milyar. Sebagimana terlihat pada grafik nilai investasi bersifat fluktuatif bahkan
cenderung mengalami penurunan. Guna meningkatkan nilai investasi swasta, maka
 
berinvestasi.
atau mengalami peningkatan sebesar 69,4% dibandingkan tahun 2006. Demikian
 juga dengan kunjungan wisatawan domestik yang berkunjung, wisatawan domestik
pun mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009 sebanyak 243.205 orang
yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006 sebesar 50,9%. Diharapkan
 jumlah ini akan terus bertambah seiring meningkatnya kondisi keamanan dan
ekonomi dalam negeri