RPJMD 2010-2015

168
1 | RPJMD Kab. Purbalingga Tahun 2010-2015 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan struktural yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Besarnya kompleksitas permasalahan pembangunan akibat terus bertambahnya tantangan, dinamika lingkungan internal maupun eksternal, serta adanya pergeseran standar atau ukuran-ukuran mengenai kualitas hidup dan kesejahteraan sebagai suatu kondisi ideal yang ingin diwujudkan menyebabkan upaya pembangunan menjadi suatu proses yang harus terus berlanjut dan tidak pernah berakhir. Sementara itu sejalan dengan diterapkannya otonomi daerah, maka beban dan tanggung jawab Pemerintah Daerah menjadi semakin berat dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan kualitas pelayanan publik bersamaan dengan semakin luasnya kewenangan daerah. Di sisi lain, daerah dihadapkan pada berbagai kendala dalam pelaksanaan otonominya antara lain terbatasnya ketersediaan sumberdaya pembangunan terutama sumberdaya finansial. Semakin besar dan luasnya permasalahan pembangunan, terus meningkatnya tantangan dan dinamika lingkungan internal maupun eksternal, meningkatnya tuntutan peningkatan kualitas pelayanan publik serta peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di tengah terbatasnya potensi sumberdaya yang dimiliki daerah, maka penyelenggaraan pembangunan harus dilaksanakan secara sistematis, terarah, dan berkelanjutan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara efektif dan efisien. Untuk itu, diperlukan adanya manajemen pembangunan yang mampu mengarahkan setiap kegiatan pembangunan agar secara efektif mampu memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan serta mendukung terwujudnya visi daerah. Lampiran I Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor : 06 Tahun 2011 Tanggal : 29 September 2011 :

Transcript of RPJMD 2010-2015

Page 1: RPJMD 2010-2015

1 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan struktural yang

dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Besarnya kompleksitas

permasalahan pembangunan akibat terus bertambahnya tantangan,

dinamika lingkungan internal maupun eksternal, serta adanya pergeseran

standar atau ukuran-ukuran mengenai kualitas hidup dan kesejahteraan

sebagai suatu kondisi ideal yang ingin diwujudkan menyebabkan upaya

pembangunan menjadi suatu proses yang harus terus berlanjut dan tidak

pernah berakhir.

Sementara itu sejalan dengan diterapkannya otonomi daerah, maka

beban dan tanggung jawab Pemerintah Daerah menjadi semakin berat

dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat

serta peningkatan kualitas pelayanan publik bersamaan dengan semakin

luasnya kewenangan daerah. Di sisi lain, daerah dihadapkan pada

berbagai kendala dalam pelaksanaan otonominya antara lain terbatasnya

ketersediaan sumberdaya pembangunan terutama sumberdaya finansial.

Semakin besar dan luasnya permasalahan pembangunan, terus

meningkatnya tantangan dan dinamika lingkungan internal maupun

eksternal, meningkatnya tuntutan peningkatan kualitas pelayanan publik

serta peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di tengah

terbatasnya potensi sumberdaya yang dimiliki daerah, maka

penyelenggaraan pembangunan harus dilaksanakan secara sistematis,

terarah, dan berkelanjutan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia

secara efektif dan efisien. Untuk itu, diperlukan adanya manajemen

pembangunan yang mampu mengarahkan setiap kegiatan pembangunan

agar secara efektif mampu memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan

dan sasaran pembangunan serta mendukung terwujudnya visi daerah.

Lampiran I Peraturan Daerah Kabupaten

Purbalingga

Nomor : 06 Tahun 2011

Tanggal : 29 September 2011

:

Page 2: RPJMD 2010-2015

2 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Oleh karena itu setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan harus

memiliki benang merah dengan Misi dan Visi Pembangunan Daerah

sehingga mampu memberikan peran yang optimal bagi pelaksanaan Misi

dan perwujudan Visi Pembangunan Daerah.

Di samping itu, pelaksanakan kegiatan pembangunan harus

berdasarkan skala prioritas yang tajam sesuai dengan tingkat urgensi dan

tingkat pengaruhnya terhadap pencapaian sasaran dan tujuan

pembangunan daerah, serta terhadap pelaksanaan Misi dan terwujudnya

Visi Pembangunan Daerah. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan pembangunan, harus diupayakan agar setiap program dan

kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan saling bersinergi satu

sama lain, serta harus mampu memanfaatkan sumberdaya secara efisien

dengan mengutamakan orientasi setiap kegiatan kepada pencapaian

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan menghasilkan outputs,

outcomes, benefits, serta impacts secara optimal. Dalam rangka itu,

dibutuhkan adanya panduan bagi penyelenggaraan pembangunan berupa

dokumen perencanaan pembangunan baik yang bersifat jangka panjang,

jangka menengah, maupun jangka pendek.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah

diwajibkan menyusun dokumen perencanaan pembangunan yang berupa

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang merupakan

dokumen perencanaan pembangunan duapuluh tahunan; Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan

dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan; dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan. Pasal 5 Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan

penjabaran visi dan misi kepala daerah terpilih yang berpedoman pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta

memperhatikan RPJMD Provinsi dan RPJM Nasional. Sedangkan Pasal 19

Page 3: RPJMD 2010-2015

3 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

ayat (3) undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa RPJMD harus

sudah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah paling lambat 3 (tiga)

bulan setelah kepala daerah dilantik.

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 merupakan

penjabaran Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2010-

2015 yang telah dilantik pada tanggal 27 Juli 2010. RPJMD ini disusun

dengan memperhatikan kewenangan daerah, mempertimbangkan hasil

evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun-tahun sebelumnya, mencermati

hasil-hasil yang telah dicapai, mewaspadai permasalahan dan tantangan

yang dihadapi, serta memperhatikan aspirasi masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya dengan memperhatikan juga RPJM Nasional dan

RPJMD Provinsi Jawa Tengah.

I.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan

I.2.1. Maksud

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2010 memuat Visi dan

Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Purbalingga yang dijabarkan dalam

bentuk tujuan-tujuan jangka menengah dan sasaran-sasaran yang bersifat

jangka pendek pada setiap bidang pembangunan serta memuat strategi

untuk mencapai tujuan tersebut yang meliputi prioritas, kebijakan, dan

program pembangunan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 5

(lima) tahun kedepan. RPJM Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 – 2010

disusun dengan maksud untuk menjabarkan Visi dan Misi Bupati dan

Wakil Bupati Purbalingga terpilih hasil pemilihan kepala daerah langsung

yang telah dilantik pada tanggal 27 Juli 2010 agar menjadi panduan bagi

seluruh jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dan pemangku

kepentingan lainnya dalam penyelenggaraan pembangunan selama kurun

waktu tahun 2010-2015.

I.2.2. Tujuan

Tujuan Penyusunan RPJM Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-

2015 adalah :

Page 4: RPJMD 2010-2015

4 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

1. Mendorong terwujudnya Visi dan terlaksananya Misi Bupati dan Wakil

Bupati Purbalingga terpilih periode 2010 - 2015.

2. Mewujudkan keterkaitan antara setiap kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam lingkup

Pemerintah Kabupaten Purbalingga dengan Visi dan Misi Bupati dan

Wakil Bupati Purbalingga terpilih.

3. Meningkatkan sinergi, integrasi, dan sinkronisasi antar bidang, antar

program, dan antar wilayah dalam penyelenggaraan pembangunan

sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas pendayagunaan sumberdaya

pembangunan.

4. Menjadi acuan dalam peningkatan kinerja penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Purbalingga selama kurun

waktu 2010-2015.

5. Menjadi pedoman dalam penyusunan RKPD yang memuat strategi,

arah kebijakan, program dan prakiraan maju pendanaan.

I.3. Landasan Hukum

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Purbalingga Tahun 2010-2015 disusun berdasarkan landasan hukum

sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4389);

Page 5: RPJMD 2010-2015

5 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), yang

telah direvisi dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia 2005 Nomor 137,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578);

Page 6: RPJMD 2010-2015

6 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan

dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4614);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyenggaraan

Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4693);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4697);

Page 7: RPJMD 2010-2015

7 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4698);

19. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005 – 2009;

20. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28 Tahun

2010);

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006

tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa

Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006

Nomor 8 Seri E Nomor 1);

23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun

2008 Nomor 3);

24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Tengah Nomor 4 Tahun 2009 Tambahan Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2009);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa tengah (Lembaran Daerah

Page 8: RPJMD 2010-2015

8 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 nomor 6, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 23 Tahun 2003

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun

2004-2014 (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2003 Seri

D Nomor 12);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 1 Tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten

Purbalingga Tahun 2009 Nomor 1).

I.4. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan

Lainnya

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tujuan perencanaan

pembangunan nasional antara lain adalah menjamin terciptanya integrasi,

sinkronisasi, dan sinergi, baik antardaerah, antarruang, antarwaktu,

antarurusan pemerintah, maupun antara pusat dan daerah. Oleh karena

itu, RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010 – 2015 disusun dengan

memperhatikan dokumen perencanaan pembangunan pada tingkat

nasional, provinsi, maupun dokumen perencanaan tingkat kabupaten yang

sudah ada, baik dokumen perencanaan pembangunan yang bersifat spasial

maupun aspasial. Substansi RPJMD Kabupaten Purbalingga ini

menyelaraskan dengan prioritas pembangunan yang tertuang dalam RPJM

Nasional; prioritas, kebijakan dan program yang ada pada dokumen

perencanaan pembangunan Propinsi Jawa Tengah; serta berpedoman pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Purbalingga. Mengingat Kabupaten Purbalingga secara administratif dan

geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Pemalang, Banyumas,

dan Banjarnegara, maka penyusunan RPJMD Kabupaten Purbalingga juga

memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ketiga kabupaten

Page 9: RPJMD 2010-2015

9 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

tersebut sehingga dapat terwujud keselarasan antar wilayah dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan selama lima tahun ke depan.

Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD

Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 harus menjadi pedoman dan

acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam penyusunan

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) yang

merupakan dokumen perencanaan jangka menengah pada tingkat SKPD.

Untuk operasionalisasi lebih lanjut, RPJMD ini akan dijabarkan dalam

perencanaan pembangunan tahunan daerah berupa Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD).

Gambar 1. Hubungan RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya

I.5. Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Purbalingga Tahun 2010-2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. KONDISI UMUM DAERAH

BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA

KERANGKA PENDANAAN

Page 10: RPJMD 2010-2015

10 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB IV. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN PRIORITAS

PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB VII. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB VIII. P E N U T U P

Page 11: RPJMD 2010-2015

11 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB II. KONDISI UMUM DAERAH

II.1. Kondisi Geografis

II.1.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis

Kabupaten Purbalingga secara geografis terletak di bagian barat

daya wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan posisi pada 101011’ – 109035’

Bujur Timur dan 7010’ – 7029’ Lintang Selatan. Adapun batas wilayah

administrasi Kabupaten Purbalingga adalah:

Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Pemalang

Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan

Banyumas

Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara

Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Banyumas.

Jarak Ibu Kota Kabupaten Purbalingga ke Ibu Kota Provinsi Jawa

Tengah adalah 191 km. Kabupaten Purbalingga memiliki wilayah seluas

77.764 ha atau sekitar 2,39 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Secara administratif Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 kecamatan, 224

desa, 15 kelurahan, 886 dusun, 1.530 RW, dan 4.968 RT. Distribusi luasan

dari setiap wilayah kecamatan dan jumlah desa/kelurahan per kecamatan

ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel II.1.1-1. Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2009

No Kecamatan Luas kecamatan Jumlah desa/kelurahan Ha Persentase

1. Kemangkon 4.514 5.80 19

2. Bukateja 4.240 5.45 14

3. Kejobong 3.998 5.14 13

4. Pengadegan 4.174 5.37 9

5. Kaligondang 5.054 6.45 18

6. Purbalingga 1.473 1.92 13

7. Kalimanah 2.251 2.89 17

8. Padamara 1.726 2.23 14

9. Kutasari 5.289 6.80 14

10. Bojongsari 2.925 3.76 13

11. Mrebet 4.788 6.16 19

12. Bobotsari 3.228 4.16 16

Page 12: RPJMD 2010-2015

12 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

13. Karangreja 6.459 8.31 7

14. Karangjambu 5.621 7.23 6

15. Karanganyar 3.459 4.45 13

16. Kertanegara 3.377 4.34 11

17. Karangmoncol 6.028 7.75 11

18. Rembang 9.160 11.79 12

Jumlah 77.764 100,00 239 Sumber: Purbalingga Dalam Angka 2009

II.1.2. Kondisi Topografis

Secara fisiografis, Kabupaten Purbalingga terletak pada wilayah

perbatasan antara Zona Serayu Utara dan Zona Vulkanik Kwarter. Wilayah

Kabupaten Purbalingga memiliki ketinggian tempat antara 23 meter –

3.432 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kondisi topografi,

wilayah Kabupaten Purbalingga dibagi dalam dua katagori wilayah, yakni :

1. Bagian utara merupakan wilayah berbukit-bukit dengan kelerengan

lebih dari 40 persen. Wilayah ini meliputi Kecamatan Karangreja,

Karangjambu, Bobotsari, Karanganyar, Kertanegara, Rembang,

sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet.

2. Bagian selatan merupakan wilayah dengan tingkat kemiringan berkisar

antara 0 – 25 persen. Wilayah ini meliputi Kecamatan Kalimanah,

Padamara, Purbalingga, Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan,

serta sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet.

II.1.3. Klimatologi dan Hidrologi

Wilayah Kabupaten Purbalingga sebagian wilayahnya terletak di

lereng bagian selatan Gunung Slamet dengan rata-rata curah hujan 3.337

mm/tahun (2008) dan suhu udara berkisar antara 220C – 330C.

Kabupaten Purbalingga termasuk dalam Daerah Aliran Sungai

(DAS) Serayu, Sub-DAS Pekacangan dan Klawing dengan anak-anak

sungai sebagai berikut :

1. Sungai Ponggawa

2. Sungai Gemuruh

3. Sungai Kajar

4. Sungai Lemberang

5. Sungai Tlahap

Page 13: RPJMD 2010-2015

13 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

6. Sungai Soso

7. Sungai Lebak

8. Sungai Tungtunggunung

9. Sungai Laban

10. Sungai Kuning

11. Sungai Wotan

12. Sungai Gintung

13. Sungai Tambra

14. Sungai Muli

II.1.4. Geologi dan Bahan Tambang

Berdasarkan kondisi geologi, wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri

dari batuan sedimen klasik berupa batuan andesit, sirtu, batu pasir darat,

batu lempung, dan trass dengan persebaran sebagai berikut:

Tabel II.1.4-1. Sebaran Sumber Daya Mineral Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Tahun 2009

Kecamatan Sumber daya mineral

Ands Btgp Blp Bps Lp Tras Sirtu Kal

1. Kemangkon √ √

2. Bukateja √ √

3. Kejobong √

4. Pengadegan √

5. Kaligondang √ √ √

6. Purbalingga √

7. Kalimanah √

8. Padamara

9. Kutasari √

10. Bojongsari √ √

11. Mrebet √ √ √

12. Bobotsari √

13. Karangreja √

14. Karangjambu √ √ √

15. Karanganyar √ √

16. Kertanegara √ √

17. Karangmoncol √ √ √ √ √

18.Rembang √ √ √ √ √ √ Sumber: Inventarisasi Geologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Mineral-BPPT

Ket: Ands : Andesit

Btgp : Batu gamping

Blp : Batu lempung

Bps : Batupasir

Lp : Lempung

Kal : Kalsit

II.1.5. Jenis Tanah

Berdasarkan peta tinjauan skala 1 : 250.000 (CPT Bogor), jenis

tanah yang ada di Kabupaten Purbalingga terdiri dari tanah aluvial, latosol,

Page 14: RPJMD 2010-2015

14 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

andosol, grumusol, litosol, podzolik, dan regosol. Adapun rincian jenis

tanah di Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut:

Tabel II.1.5-1. Jenis Tanah di Kabupaten Purbalingga

No Jenis tanah Luas wilayah

Ha % 1 Latosol coklat dan regosol coklat 14.943,750 19,22

2 Aluvial coklat tua 13.837,500 17,79

3 Latosol coklat dari bahan induk vulkanik 8.490,625 10,92

4 Latosol merah kuning 4.498,375 5,78

5 Latosol coklat tua 6.237,500 8,02

6 Andosol coklat 5.662,500 7,28

7 Litosol 568,750 0,73

8 Padzolik merah kuning 10.050,000 12,92

9 Grumusol kelabu 13.475,122 17,33

Jumlah 77.764,122 100,00

Sumber: RTRW Kabupaten Purbalingga 2004-2014

II.1.6. Penggunaan Lahan

II.1.6.1. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung

yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan

perlu dimanfaatkan untuk kepentingan produksi dalam rangka memenuhi

kebutuhan manusia. Kawasan budidaya meliputi kawasan hutan produksi,

kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan

peruntukan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan

industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan terbuka hijau

kota, kawasan khusus, dan kawasan transportasi.

II.1.6.1.1. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi yang terdapat di Kabupaten Purbalingga

adalah kawasan hutan produksi tetap, yaitu kawasan hutan produksi yang

eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Kawasan ini

merupakan areal hutan yang dikuasai oleh Perum Perhutani. Kawasan

hutan produksi diperuntukkan bagi areal hutan yang menghasilkan produk

baik melalui tebangan maupun pengambilan hasil produksi bentuk lainnya.

Page 15: RPJMD 2010-2015

15 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Lokasi hutan produksi di Kabupaten Purbalingga sesuai dengan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2004 dapat

dibedakan dalam dua kelompok, dengan lokasi sebagai berikut:

1. Hutan Produksi (HP) dengan luas 629,1 Ha terdapat di Kecamatan

Karangreja, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Bobotsari, Kecamatan

Kertanegara, Kecamatan Karangjambu, dan Kecamatan Karangmoncol.

2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) dengan luas 4.726,8 Ha terdapat di

Kecamatan Karangreja, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Bobotsari,

Kecamatan Karangjambu, Kecamatan Kertanegara, Kecamatan

Karangmoncol, dan Kecamatan Rembang.

II.1.6.1.2. Kawasan Hutan Rakyat

Kawasan hutan rakyat di Kabupaten Purbalingga adalah kawasan

hutan yang dikelola dan dimanfaatkan oleh rakyat. Hutan rakyat di

Kabupaten Purbalingga tersebar di wilayah bagian utara yang meliputi

Kecamatan Karangreja, Kecamatan Karangjambu, Kecamatan Kutasari,

Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Karangmoncol,

Kecamatan Rembang, dan Kecamatan Bobotsari dengan luas total 30.539,

58 Ha.

II.1.6.1.3. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri atas

kawasan pertanian lahan sawah, kawasan pertanian tanaman lahan kering

dan tanaman tahunan/perkebunan. Termasuk kawasan budidaya pertanian

adalah unit lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian bagi peruntukan

usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan petemakan

serta unit lahan yang tidak dialokasikan untuk kawasan lindung.

Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka pengaturan kawasan budidaya

pertanian dilakukan berdasarkan sebaran potensi sumber daya lahan yang

memenuhi syarat untuk dijadikan kawasan tersebut. Alih fungsi lahan pada

kawasan budidaya pertanian untuk perluasan permukiman yang telah ada

Page 16: RPJMD 2010-2015

16 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

dan lokasi industri diizinkan secara terbatas pada kawasan pertanian lahan

kering dan kawasan pertanian lahan sawah dengan persyaratan tertentu.

II.1.6.1.3.1. Peruntukan Pertanian Lahan Sawah

Kawasan peruntukan pertanian lahan sawah adalah kawasan yang

pengairannya dapat diperoleh secara alamiah, setengah teknis maupun

teknis. Kawasan pertanian lahan sawah yang ada di Kabupaten Purbalingga

pada saat ini seluas 25.207 hektar yang terdapat di seluruh wilayah

kecamatan.

II.1.6.1.3.2. Peruntukan Pertanian Hortikultura

Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan pertanian bagi

tanaman palawija, sayuran, bunga, dan buah-buahan yang pada umumnya

menempati lahan kering.

Kawasan pertanian hortikultura terdapat di Kecamatan Bobotsari,

Kecamatan Padamara, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Mrebet,

Kecamatan Karangreja, Kecamatan Bukateja, Kecamatan Kemangkon,

Kecamatan Kaligondang, Kecamatan Pengadegan, Kecamatan Kejobong,

Kecamatan Rembang, Kecamatan Kertanegara, Kecamatan Karangmoncol,

Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kutasari.

II.1.6.1.3.3. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan tanaman perkebunan adalah kawasan bagi tanaman

perkebunan yang menghasilkan bahan pangan atau bahan baku industri.

Kawasan tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Purbalingga pada

saat ini seluas 14.764 hektar yang terdapat di Kecamatan Kemangkon,

Kecamatan Kejobong, Kecamatan Bukateja, Kecamatan Pengadegan,

Kecamatan Karangmoncol, Kecamatan Kertanegara, Kecamatan

Karanganyar, Kecamatan Kaligondang, Kecamatan Rembang, Kecamatan

Page 17: RPJMD 2010-2015

17 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Karangreja, Kecamatan Karangjambu, Kecamatan Mrebet, Kecamatan

Bojongsari, dan Kecamatan Kutasari.

II.1.6.1.3.4. Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

budidaya peternakan baik ternak besar, ternak kecil dan unggas serta

lahan untuk padang penggembalaan ternak.

Lokasi kawasan peternakan terdapat di Kecamatan Karangreja,

Kecamatan Padamara, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Mrebet,

Kecamatan Kejobong, Kecamatan Rembang, Kecamatan Pengadegan,

Kecamatan Bukateja, Kecamatan Kalimanah, Kecamatan Kaligondang, dan

Kecamatan Kemangkon.

II.1.6.1.4. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan peruntukan perikanan adalah kawasan yang

diperuntukkan bagi usaha budidaya perikanan. Kawasan perikanan di

Kabupaten Purbalingga tersebar di beberapa wilayah yang meliputi

Kecamatan Purbalingga, Kecamatan Kalimanah, Kecamatan Padamara,

Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Kutasari, dan Kecamatan Mrebet.

II.1.6.1.5. Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan adalah kawasan yang memiliki potensi

bahan galian yang bernilai ekonomis yang pemanfaatannya perlu

dikendalikan agar terjaga kelestariannya sehingga tidak menyebabkan

terjadinya kerusakan lingkungan. Penetapan kawasan pertambangan

merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial

menjadi kekuatan ekonomi riil.

Jenis bahan tambang yang terdapat di Kabupaten Purbalingga

berupa batuan non mineral yang antara lain terdapat di wilayah Kecamatan

Rembang seluas 4,973 hektar.

Page 18: RPJMD 2010-2015

18 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.6.1.6. Kawasan Peruntukan Industri

Penentuan lokasi industri di Kabupaten Purbalingga diarahkan pada

pengembangan lokasi industri yang dapat menampung industri kecil,

sedang dan besar. Penentuan lokasi industri kecil diarahkan dalam rangka

pengembangan sentra-sentra industri rumah tangga terutama yang

berbasis pada potensi setempat. Sedangkan lokasi industri sedang dan

besar diarahkan pada kawasan-kawasan tertentu.

Lokasi peruntukan industri di Kabupaten Purbalingga meliputi :

1. Kawasan Industri yang direncanakan di Desa Kebutuh Kecamatan

Bukateja dengan luas 110 Hektar.

2. Zona Industri direncanakan di Kecamatan Bobotsari seluas 6,1 hektar

(Desa Banjarsari), Kecamatan Kemangkon seluas 38 hektar (Desa Jetis

dan Desa Toyareka), dan wilayah perkotaan Purbalingga seluas 64

hektar (Kelurahan Mewek dan Kelurahan Karangmanyar), serta

beberapa wilayah kecamatan yang meliputi Kecamatan Karangmoncol,

Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Karangreja, Kecamatan

Bojongsari, Kecamatan Kalimanah, Kecaatan Kaligonang, dan

Kecamatan Padamara.

3. Lokasi industri eksisting yang tersebar di Kecamatan Purbalingga

(Kelurahan Kandanggampang, Kelurahan Bojong, Kelurahan

Penambongan, Desa Toyareka, Kelurahan Purbalingga Lor), Kecamaan

Padamara (Desa Karanggambas, Desa Karangjambe, Desa

Karangsentul), Kecamatan Bukateja (Desa Cipawon), Kecamatan

Kaligondang (Desa Penolih), dan Kecamatan Kalimanah (Kelurahan

Kalikabong, Kelurahan Mewek, Kelurahan Karangmanyar).

4. Sentra industri kecil dan rumah tangga yang membaur di permukiman.

Page 19: RPJMD 2010-2015

19 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.6.1.7. Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata adalah kawasan yang memiliki potensi (baik

alam, ilmu pengetahuan, sejarah, budaya, dan buatan) yang dapat

mendatangkan kunjungan wisatawan.

Lokasi kawasan pariwisata Kabupaten Purbalingga meliputi:

1. Peruntukan pariwisata alam yang terdapat di Kecamatan Karangreja

(Pendakian Gunung Slamet, Goa Lawa, Agrowisata Serang, Gunung

Lompong, Curug Silintang, dan Bumi Perkemahan Serang), Kecamatan

Bojongsari (Desa Wisata Karangbanjar dan Bumi Perkemahan Munjul

Luhur), Kecamatan Rembang (Curug Karang dan Curug Panyatan), dan

Kecamatan Kemangkon (Wisata Air Congot di Desa Kedungbenda).

2. Peruntukan pariwisata budaya dan pengetahuan yang terdapat di

Kecamatan Rembang ( Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman),

Kecamatan Karangjambu (Situs Bandagai), Kecamatan Bobotsari (Situs

Mujan), dan Kecamatan Karanganyar (Wisata Batu Menhier),

Kecamatan Kertanegara (Wisata Batu Gilang), Kecamatan Purbalingga

(Musium Profesor Purwakawaca, dan Masjid Agung Darussalam),

Kecamatan Mrebet (Wisata Batu Putin, Situs Onje, dan Situs Batu Tulis

Cipaku).

3. Peruntukan pariwisata buatan terdapat di Kecamatan Bojongsari

(Owabong), Kecamatan Kutasari (Sanggaluri Park dan Kolam Renang

Tirta Asri), dan Kecamatan Padamara (Akuarium Air Tawar Purbayasa

Pancuran Mas).

II.1.6.1.8. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman yaitu kawasan selain kawasan lindung yang

tidak/belum didayagunakan sebagai kawasan peruntukkan lain. Kawasan

permukiman dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu kawasan permukiman

perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan.

Page 20: RPJMD 2010-2015

20 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.6.1.8.1. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah ruang yang diperuntukkan

bagi pengelompokkan permukiman penduduk dengan dominasi kegiatan

non pertanian (pemerintahan, industri, perdagangan, jasa dan lain lain)

untuk menampung penduduk pada saat sekarang maupun

perkembangannya di masa yang akan datang.

Kawasan permukiman perkotaan meliputi Kawasan Perkotaan

Purbalingga, Kawasan Perkotaan Bobotsari, Kawasan Perkotaan Bukateja,

Kawasan Perkotaan Rembang dan IKK di sekitar Kawasan Perkotaan

Purbalingga (IKK Kaliondang, IKK Kalimanah, IKK Padamara dan IKK

Bojongsari). Lingkup kawasan perkotaan Purbalingga meliputi seluruh

wilayah Kecamatan Purbalingga, sebagian Kecamatan Kalimanah, sebagian

Kecamatan Kaligondang, sebagian Kecamatan Bojongsari dan sebagian

Kecamatan Padamara. Sedangkan kawasan permukiman perkotaan lingkup

IKK meliputi permukiman yang termasuk dalam delineasi IKK. Total

seluruh kawasan permukiman perkotaan adalah seluas 4.969,28 hektar.

II.1.6.1.8.2. Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah ruang yang diperuntukkan

bagi pengelompokkan permukiman penduduk yang terikat dengan pola

lingkungan perdesaan yang bercirikan masyarakat agraris.

Kawasan permukiman perdesaan meliputi batas fisik permukiman di

luar Kawasan Perkotaan Purbalingga, Kawasan Perkotaan Bobotsari,

Kawasan Perkotaan Rembang, Kawasan Perkotaan Bukateja dan 4 (empat)

IKK di sekitar Kawasan Perkotaan Purbalingga (IKK Kalimanah, IKK

Padamara, IKK Bojongsari, dan IKK Kaligondang) serta permukiman di luar

masing-masing IKK di Kabupaten Purbalingga dengan luas mencapai

10.350,4 Ha.

Page 21: RPJMD 2010-2015

21 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.6.1.9. Kawasan Terbuka Hijau Kota

Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/ jalur

dan/ atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,

tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

sengaja ditanam. Fungsi utama (intrinsik) RTH adalah sebagai fungsi

ekologis sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota),

sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, habitat satwa,

serta penahan angin.

Fungsi RTH dari aspek sosial adalah untuk memberi ruang ekspresi

budaya lokal, media komunikasi warga, tempat rekreasi serta wadah

dan/atau objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan. Fungsi RTH dari

aspek ekonomi adalah sumber produk pertanian yang bisa dijual, seperti

tanaman bunga, buah, daun dan sayur mayur serta bisa menjadi bagian

dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain lain. Sedangkan dari

fungsi estetika, RTH dapat meningkatkan kenyamanan, memperindah

lingkungan kota, menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota,

pembentuk faktor keindahan arsitektural dan menciptakan suasana serasi

dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Sesuai Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, luas ruang terbuka hijau kawasan perkotaan sekurang-kurangnya

30 persen dari total luas wilayah. Mempertimbangkan luas wilayah

perkotaan di Kabupaten Purbalingga pada akhir tahun perencanaan yaitu

seluas 4.897,6 hektar, maka dibutuhkan lahan RTH perkotaan minimal

seluas 1.469,3 hektar, dengan perincian 979,5 hektar RTH publik dan

489,8 hektar RTH privat.

RTH yang terdapat di kawasan perkotaan di Kabupaten Purbalingga

meliputi beberapa fungsi lahan sebagai berikut:

1. RTH Pekarangan meliputi sebagian dari pekarangan rumah tinggal,

halaman perkantoran, pertokoan, dan taman atap rumah;

Page 22: RPJMD 2010-2015

22 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

2. RTH taman dan hutan kota meliputi taman lingkungan Rukun Tetangga

(RT), taman lingkungan Rukun Warga (RW), taman kelurahan, taman

kecamatan, taman kota, hutan kota dan sabuk hijau (green belt);

3. RTH jalur hijau meliputi pulau jalan, median jalan, dan jalur pejalan

kaki;

4. RTH fungsi tertentu meliputi sempadan sungai, sempadan mata air, dan

pemakaman.

Adapun RTH Kawasan Perkotaan Purbalingga yang telah berfungsi

selama ini antara lain berupa Alun-Alun Kota Purbalingga, Taman Kota

Purbalingga (Taman Usman Janatin), Taman Gringsing, Stadion Gelora

Goentoer Darjono di Kecamatan Purbalingga, Taman Sentul Garden di

Kecamatan Padamara, dan sempadan sungai.

II.1.6.1.10. Kawasan Khusus

Kawasan khusus adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

pengembangan pelayanan administrasi kepemerintahan serta pertahanan

dan keamanan negara untuk menjamin keamanan dan pelayanan kepada

masyarakat.

Lokasi kawasan khusus di Kabupaten Purbalingga adalah :

1. Perkantoran pemerintah dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga

kelurahan/desa, serta perkantoran instansi vertikal.

2. Perkantoran atau instalasi militer termasuk Pangkalan Udara Wirasaba

yang merupakan lapangan udara militer dengan luas mencapai 115,042

hektar dan Kawasan Batalyon Infanteri 406 Candrakusuma.

II.1.6.1.11. Kawasan Transportasi

Kawasan transportasi adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

penyelenggaraan pelayanan transportasi. Penyediaan kawasan ini

dilaksanakan dalam rangka mengakomodir kebutuhan pelayanan

transportasi.

Page 23: RPJMD 2010-2015

23 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kawasan transportasi di Kabupaten Purbalingga meliputi lima

terminal tipe C yang berlokasi di Kecamatan Kalimanah, Kecamatan

Bobotsari, Kecamatan Bukateja, Kecamatan Rembang dan Kecamatan

Kejobong.

II.1.6.2. Kawasan lindung

II.1.6.2.1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah hutan yang memiliki sifat khas yang

mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun

bawahnya yang berfungsi sebagai pengatur tata air yaitu menjaga fungsi

hidrologi tanah agar memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air

hujan pada daerah resapan air tanah dan air permukaan, pencegah banjir

dan erosi serta memelihara kesuburan tanah (mencegah terjadinya lahan

kritis).

Luas hutan lindung di Kabupaten Purbalingga sesuai Surat Keputusan

Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2004 adalah 9.236,1 hektar,

dengan lokasi menyebar di Kecamatan Karangreja, Kecamatan

Karangjambu, Kecamatan Kutasari, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan

Bobotsari, Kecamatan Karangmoncol, Kecamatan Karanganyar, dan

Kecamatan Rembang.

II.1.6.2.2. Kawasan yang Memberi Perlindungan Kawasan

Bawahannya

Kawasan yang Memberikan Perlindungan pada Kawasan

Bawahannya yang terdapat di wilayah Kabupaten Purbalingga meliputi

kawasan yang mempunyai kriteria fisik sama dengan kriteria hutan lindung

tetapi letaknya di luar kawasan hutan (kawasan konservasi lahan dan

resapan air). Kawasan yang Memberikan Perlindungan pada Kawasan

Bawahannya yang ada di Kabupaten Purbalingga seluas 3.529 hektar.

Lokasi kawasan resapan air di Kabupaten Purbalingga berada di

sekitar kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Purbalingga bagian

Page 24: RPJMD 2010-2015

24 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

utara, yaitu Kecamatan Kutasari (Desa Cendana, Karangcegak,

Candiwulan, Karangjengkol, Candinata), Kecamatan Bojongsari (Desa

Bumisari, Banjaran), Kecamatan Karangreja (Desa Serang, Kutabawa,

Siwarak, Karangreja, Gondang, Tlahab Kidul, Tlahab Lor), Kecamatan

Mrebet (Desa Binangun, Pengalusan, Sangkanayu, Onje, Tangkisan,

Sindang), Kecamatan Bobotsari (Desa Talagening, Tlagayasa,

Palumbungan, Limbasari, Banjarsari, Karangmalang), Kecamatan

Karanganyar (Desa Ponjen, Karanganyar), Kecamatan Kertanegara (Desa

Krangean, Darma), Kecamatan Karangjambu (Desa Sirandu, Purbasari,

Karangjambu, Sanguwatang, Jingkang, Danasari), Kecamatan

Karangmoncol (Desa Sirau, Kramat, Tunjungmuli), dan Kecamatan

Rembang (Desa Panusupan, Tanalum, Gunungwuled, Losari, Bantarbarang,

Karangbawang, Bodaskarangjati, Wanogara Kulon).

II.1.6.2.3. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan lindung setempat berfungsi untuk melindungi lahan pada

fungsi tertentu. Di wilayah Kabupaten Purbalingga kawasan ini antara lain:

kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan

sekitar mata air. Secara rinci rencana pengelolaan kawasan lindung

setempat dapat dijabarkan sebagai berikut:

II.1.6.2.3.1. Sempadan Sungai

Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan

sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

sungai. Tujuan perlindungan ialah untuk melindungi sungai dari kegiatan

manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi

fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Lokasi sempadan sungai di Kabupaten Purbalingga adalah:

Page 25: RPJMD 2010-2015

25 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

1. Wilayah perlindungan Sungai Besar yang meliputi kawasan sepanjang

kanan dan kiri sungai sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai

yaitu: Sungai Pekacangan, Sungai Serayu, dan Sungai Klawing;

2. Wilayah perlindungan Sungai Kecil yang meliputi kawasan sepanjang

kanan dan kiri sungai sekurang-kurangnya 50 meter dari tepi sungai,

yaitu: Sungai Ponggawa, Sungai Gemuruh, Sungai Kajar, Sungai

Lembereng, Sungai Tlahab, Sungai Soso, Sungai Lebak, Sungai

Tungtunggunung, Sungai Laban, Sungai Kuning, Sungai Wotan, Sungai

Gintung, Sungai Tambra, dan Sungai Muli.

II.1.6.2.3.2. Kawasan Sekitar Danau/Waduk

Kawasan sekitar danau/waduk/bendungan adalah kawasan tertentu

di sekeliling danau/waduk/bendungan yang mempunyai manfaat penting

untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk/bendungan.

Lokasi kawasan sekitar danau/waduk di Kabupaten Purbalingga

adalah di sekitar Bendung Slinga di Desa Kalikajar perbatasan Kecamatan

Kaligondang dengan Kecamatan Mrebet yang memanfaatkan Kali Kemusuk

dan Kali Klawing.

II.1.6.2.3.3. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi utama air.

Lokasi Kawasan Sekitar Mata Air di Kabupaten Purbalingga

meliputi : Mata Air Situ Tirtomarto Desa Karangcegak, Mata Air Walik Desa

Kutasari, Mata Air Tuk Gunung Desa Limbangan, Mata Air Bandawayu Desa

Karangduren, Mata Air Mudal Desa Dagan, Mata Air Tuk Arus Desa Serayu

Larangan, Mata Air Kali Talun Desa Karangtalun, Mata Air Cupit Urang dan

Mata Air Kali Pulus Desa Karanggambas.

Page 26: RPJMD 2010-2015

26 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.6.2.3.4. Kawasan Lindung Spiritual

Kawasan Lindung Spiritual adalah kawasan yang dilindungi karena

memiliki nilai spiritual bagi masyarakat luas. Kawasan Lindung Spiritual di

Kabupaten Purbalingga meliputi Petilasan Ardi Lawet di Desa Panusupan

Kecamatan Rembang dan Masjid Onje di Desa Onje Kecamatan Mrebet.

II.1.6.3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar

Budaya

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan diperuntukkan bagi

kegiatan yang bertujuan untuk melindungi atau melestarikan budaya dan

kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan Cagar Budaya dan

Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai nilai penting bagi

sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kawasan tersebut dapat

berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional dan

keanekaragaman bentukan geologi yang berguna untuk ilmu pengetahuan

yang harus dilindungi dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh alam

dan kegiatan manusia. Kriteria Kawasan Sekitar Cagar Budaya dan Ilmu

Pengetahuan adalah batas lingkar sejauh 50 sampai 200 meter dari tempat

tersebut.

Lokasi Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan di Kabupaten

Purbalingga meliputi Monumen tempat Lahir Jenderal Soedirman di Desa

Bantarbarang, Petilasan Ardi Lawet di Desa Panusupan Kecamatan

Rembang, Desa Wisata Karangbanjar (Kecamatan Bojongsari), Situs Onje

di Desa Onje Kecamatan Mrebet, Situs Mujan di Desa Banjarsari

Kecamatan Bobotsari, Situs Bandagai di Kecamatan Karangjambu dan Situs

Batu Tulis di Desa Cipaku Kecamatan Mrebet.

II.1.6.4. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan Rawan Bencana Alam merupakan wilayah dengan kondisi

fisik (terutama geologis dan topografis) yang sangat memungkinkan

terjadinya bencana alam. Di wilayah Kabupaten Purbalingga kawasan ini

Page 27: RPJMD 2010-2015

27 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

antara lain berupa kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan

bencana banjir, kekeringan, letusan gunung berapi, dan angin topan.

Secara rinci rencana pengelolaan kawasan rawan bencana alam dapat

dijabarkan sebagai berikut:

II.1.6.4.1. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor

Wilayah rawan longsor di Kabupaten Purbalingga terdapat di

kawasan lereng perbukitan terjal dan di tepian sungai. Kawasan rawan

tanah longsor di Kabupaten Purbalingga merupakan kawasan yang rentan

terhadap gerakan tanah dan termasuk kawasan gerakan tanah dengan

tingkat menengah dan tinggi. Tanah di kawasan tersebut umumnya masih

merupakan tanah lepas yang masih menumpang pada batuan dasarnya

dengan kondisi tanah yang lapuk. Wilayah rawan longsor juga dapat

diakibatkan oleh gerusan air sungai yang membentuk tebing terjal atau

adanya penggundulan hutan. Selain itu, tingkat kelerengan juga

merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya longsor.

Lokasi kawasan bencana tanah longsor meliputi sebagian kecil

wilayah Kecamatan Kemangkon (Desa Jetis, Kedungbenda, Pegandekan),

sebagian kecil wilayah Kecamatan Kaligondang (Desa Sidareja, Cilapar),

sebagian wilayah Kecamatan Karangjambu (Desa Karangjambu, Sirandu,

Sanguwatang, Purbasari, Jingkang, Danasari), sebagian kecil wilayah

Kecamatan Karanganyar, sebagian kecil wilayah Kecamatan Kertanegara,

sebagian kecil wilayah Kecamatan Bojongsari (Desa Banjaran), sebagian

kecil wilayah Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari, Karangmalang),

sebagian kecil wilayah Kecamatan Karanganyar (Desa Kalijaran, Brakas,

Kaliori), dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Mrebet (Desa Sindang,

Tangkisan), sebagian wilayah Kecamatan Rembang (Desa Wlahar,

Tanalum, Bodaskarangjati, Bantarbarang, Wanogara Wetan, Panusupan,

Gunungwuled, Karangbawang), dan sebagian wilayah Kecamatan

Karangmoncol (Desa Sirau, Tajug, Pepedan).

Page 28: RPJMD 2010-2015

28 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.6.4.2. Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan Rawan Bencana Banjir merupakan kawasan yang

sering/berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir atau tempat-

tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih

dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal.

Kawasan Rawan Bencana Banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat

sementara sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh

dan permanen di tempat tersebut. Kriteria kawasan yang teridentifikasi

sering dan berpotensi mengalami bencana banjir adalah di kawasan

cekungan maupun kawasan sekitar sungai.

Lokasi Kawasan Bencana Banjir di Kabupaten Purbalingga meliputi

kawasan di sekitar Sungai Klawing, Sungai Serayu, dan Sungai

Pekacangan, serta sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten

Purbalingga. Kawasan rawan bencana banjir yang terdapat di Kabupaten

Purbalingga yaitu Kecamatan Kemangkon (Desa Kalialang, Muntang,

Sumilir, Jetis, Gambarsari, Toyareka), Kecamatan Purbalingga (Desa

Toyareja, Jatisaba, Bancar), Kecamatan Kaligondang (Desa Lamongan,

Penaruban, Tejasari, Cilapar), Kecamatan Kalimanah (Desa Sidakangen,

Blater), Kecamatan Bojongsari (Desa Galuh, Banjaran), Kecamatan

Bobotsari (Desa Banjarsari), Kecamatan Karanganyar (Desa Kaliori,

Margasana, Kalijaran, Ponjen), Kecamatan Mrebet (Desa Sindang,

Tangkisan), Kecamatan Bukateja (Desa Bajong, Kedungjati), Kecamatan

Kejobong (Desa Lamuk), Kecamatan Rembang (Desa Makam, Sumampir,

Bodaskarangjati, Bantarbarang, Wanogara Wetan). Kecamatan

Karangmoncol (Desa Tajug, Pekiringan, Pepedan, Grantung), dan

Kecamatan Kertanegara (Desa Kertanegara).

II.1.6.4.3. Kawasan Rawan Bencana Kekeringan

Kawasan Rawan Bencana Kekeringan merupakan kawasan yang

sering/berpotensi tinggi mengalami bencana alam kekeringan atau tempat-

tempat yang secara rutin setiap musim kemarau mengalami kekeringan

dan kesulitan memperoleh air bersih.

Page 29: RPJMD 2010-2015

29 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Lokasi Kawasan Rawan Bencana Kekeringan di Kabupaten

Purbalingga meliputi Kecamatan Pengadegan, Kecamatan Kejobong,

Kecamatan Kemangkon, Kecamatan Kaligondang, sebagian kecil

Kecamatan Kutasari, dan sebagian kecil Kecamatan Bojongsari.

II.1.6.4.4. Kawasan Rawan Bencana Angin Topan

Kawasan Rawan Bencana Angin Topan merupakan kawasan yang

sering/berpotensi tinggi mengalami bencana angin topan atau tempat-

tempat yang secara rutin dilanda angin topan. Angin topan adalah pusaran

angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering

terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di

kawasan yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan

disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin

paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan

radius ratusan kilometer di sekitar kawasan sistem tekanan rendah yang

ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.

Lokasi kawasan bencana angin topab di Kabupaten Purbalingga

seluas 41.532 hektar yang meliputi Kecamatan Kemangkon (Desa

Kedungbenda, Bokol, Majasem, Senon, Pelumutan, Jetis), Kecamatan

Kaligondang (Desa Pagerandong, Sidanegara, Arenan, Sempor Lor, Brecek,

Cilapar), Kecamatan Kutasari (Desa Karangreja, Candinata, Karangklesem,

Sumingkir, Meri, Kutasari, Munjul), Kecamatan Bojongsari (Desa

Pekalongan, Beji, Metenggeng, Karangcegak, Bumisari), Kecamatan

Bobotsari (Desa Banjarsari, Tlagayasa, Majapura, Karangduren,

Kalapacung, Pakuncen, Gunungkarang), Kecamatan Karangreja (Desa

Serang, Kutabawa, Karangreja, Siwarak, Tlahap Lor, Gondang), Kecamatan

Karangjambu (Desa Sanguwatang, Purbasari, Sirandu, Karangjambu,

Jingkang, Danasari), Kecamatan Karanganyar (Desa Ponjen, Krangean,

Langkat, Kalijajar, Brakas, Maribaya), Kecamatan Mrebet (Desa

Sangkanayu, Pengalusan, Cipaku), Kecamatan Kejobong (Desa Kejobong,

Pangempon, Langgar, Nangkod, Kedarpan), Kecamatan Pengadegan (Desa

Tetel, Tumanggal, Bedagas, Larangan, Karangjoho), Kecamatan Rembang

Page 30: RPJMD 2010-2015

30 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

(Desa Panunggalan, Tegalpingen, Gunungwuled, Losari, Bantarbarang,

Wanogara Wetan, Lahar, Tanalun, Panusupan, Wanogara Kulon),

Kecamatan Karangmoncol (Desa Kramat, Tunjungmuli, Tamansari),

Kecamatan Padamara, (Desa Purbayasa, Bojanegara, Karangsentul),

Kecamatan Bukateja (Desa Bukateja, Bajong, Kutawis), Kecamatan

Kalimanah (Desa Kalikabong, Karangmanyar, Mewek, Selabaya, Babakan).

II.1.6.4.5. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi

Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi merupakan

kawasan yang sering/berpotensi tinggi mengalami/terkena dampak dari

letusan gunung berapi, baik bahaya primer (awan panas, lontaran material

pijar, hujan abu lebat, lava, dan gas beracun) mapun bahaya

sekunder/ikutan yaitu bahaya yang terjadi setelah proses peletusan

berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan

material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada

saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air

hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir lahar

dingin.

Wilayah yang potensial terkena letusan gunung berapi di Kabupaten

Purbalingga mencapai luasan 8.015 hektar yang berada di wilayah lereng

Gunung Slamet meliputi Kecamatan Karangreja (Desa Siwarak, Kutabawa,

Serang, Karangreja, Tlahab Lor, Tlahab Kidul), Kecamatan Mrebet (Desa

Pengalusan, Binangun, Sangkanayu), Kecamatan Bojongsari (Desa

Bumisari, Metenggeng), dan Kecamatan Kutasari (Desa Karangjengkol,

Candinata, Candiwulan, Cendana).

II.1.6.5. Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi meliputi kawasan cagar alam geologi yang

berada di daerah aliran sungai Klawing dan kawasan imbuhan air tanah

berupa Cekungan Air Tanah Puwokerto-Purbalingga.

Page 31: RPJMD 2010-2015

31 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.6.6. Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya berupa kawasan lindung plasma nutfah

meliputi buah duku berada di Desa Kalikajar Kecamatan Kaligondang dan

Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja serta kambing khas Kejobong di

Kecamatan Kejobong.

II.2. Capaian Hasil-Hasil Pembangunan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di suatu daerah

adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari Usia Harapan

Hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan paritas daya beli

masyarakat. Semakin tinggi nilai IPM mencerminkan semakin tinggi pula

tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Di samping itu tingkat

kesejahteraan masyarakat juga diukur berdasarkan beberapa indikator

yang telah menjadi kesepakatan global dalam rangka pengurangan jumlah

keluarga miskin yang tertuang dalam Tujuan Pembangunan Milenium atau

Millenium Development Goals (MDG’s). Hakekat MDG’s adalah perbaikan

kondisi kesehatan dan pendidikan secara substansial di negara-negara

yang ikut menandatangani kesepakatan tersebut, termasuk Indonesia.

Adapun target-target MDG’s yang harus dicapai sampai dengan tahun 2015

adalah :

1. Mengurangi separuh proporsi penduduk dengan pendapatan kurang

dari $ US 1 per kapita per hari.

2. Mengurangi separuh proporsi penduduk yang menderita kelaparan.

3. Menjamin baik laki-laki maupun perempuan di manapun untuk dapat

menamatkan pendidikan dasar.

4. Mengurangi kesenjangan gender dalam pendidikan dasar dan

menengah (Dikdasmen) pada tahun 2010 dan di semua tingkat pada

tahun 2015.

5. Memberantas HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya,

dimana pada tahun 2015 diharapkan mampu membalikkan tren

penularan dari semakin meluas menjadi semakin sedikit.

6. Menurunkan dua pertiga Angka Kematian Bayi (AKB).

Page 32: RPJMD 2010-2015

32 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

7. Menurunkan tiga perempat Angka Kematian Ibu (AKI).

8. Mengurangi hingga separuh penduduk tanpa akses air bersih, juga

sebagai upaya pelestarian lingkungan.

Konsep pembangunan Pemerintah Kabupaten Purbalingga

berusaha sejalan dengan Millenium Development Goals (MDG’s). Selain itu

juga mengacu pada konsep pembangunan global yang dipublikasikan tahun

1990 oleh UNDP dalam Human Development Report (HDR). Konsep

pembangunan global menyatakan bahwa pembangunan manusia adalah

suatu proses untuk memperbanyak pilihan yang dimiliki manusia, yaitu

kebebasan politik, hak asasi manusia dan harga diri, hidup sehat dan

berumur panjang, berilmu pengetahuan, serta mempunyai akses terhadap

sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat hidup layak.

IPM Kabupaten Purbalingga dari tahun 2005 sampai dengan 2008

senantiasa mengalami peningkatan, dari sebesar 68,5 pada tahun 2005

menjadi sebesar 70,9 pada tahun 2008. Bila dibandingkan dengan rata-

rata IPM Jawa Tengah, IPM Kabupaten Purbalingga masih berada di

bawahnya. Namun dalam skala wilayah, IPM Kabupaten Purbalingga

berada di atas Kabupaten Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, dan masih

mengejar IPM Banyumas yang sudah mencapai 71,77 pada tahun 2008.

Selengkapnya perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten

Purbalingga selama lima tahun seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II.2-1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005 – 2009

Tahun IPM Kab.

Purbalingga

IPM Provinsi Jawa

Tengah

2005 68,5 69,8

2006 69,9 70,3

2007 70,38 71,2

2008 70,9 71,6

2009 71,51 72,1

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Page 33: RPJMD 2010-2015

33 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Berdasarkan berbagai komponen IPM di atas, terlihat adanya

peningkatan kualitas masyarakat Purbalingga secara cukup signifikan

dalam beberapa tahun terakhir. Dalam jangka waktu lima tahun, Usia

Harapan Hidup meningkat dari 68,5 tahun pada tahun 2005 menjadi 69,8

tahun pada tahun 2009. Angka melek huruf meningkat menjadi 94,67

persen di tahun 2009 dari 93,1 persen di tahun 2007. Rata-rata angka

lama sekolah juga meningkat tajam dari 6 tahun pada tahun 2005 menjadi

6,5 tahun di tahun 2008. Sementara paritas daya beli masyarakat juga

meningkat dari Rp. 586.600,- pada tahun 2004 menjadi Rp. 627.570,-

pada tahun 2008.

Tabel II.2-2. IPM Kabupaten Purbalingga per Komponen Tahun 2005-2009

No Komponen Skor per komponen

2005 2006 2007 2008 2009

1. Usia Harapan Hidup

(th) 68,5 69 69,6 69,6 69,8

2. Angka melek huruf

(%) 91,27 91,72 89,17 91,00 91,26

3. Rata-rata lama

sekolah (th) 6 6,80 6,46 6,5 7,00

4. Paritas daya beli

(ribu rp) 620,1 621,01 623,06 627,57 630,44

Sumber:Jawa Tengah Dalam Angka 2005-2009

Keberhasilan pembangunan juga diukur dari seberapa jauh

kegiatan pembangunan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin.

Secara nominal jumlah penduduk miskin sulit untuk dikurangi, namun

secara proporsional dapat berkurang. Berdasarkan data makro hasil survey

BPS, penduduk miskin di Kabupaten Purbalingga terus mengalami

penurunan selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2005, penduduk miskin

di Kabupaten Purbalingga sebesar 29,95 persen, berkurang menjadi

sebesar 24,97 persen pada tahun 2009. Sementara persentase penduduk

miskin Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 20,43. Berikut

kondisi penduduk miskin Kabupaten Purbalingga selengkapnya seperti

terlihat pada tabel II.2-3.

Page 34: RPJMD 2010-2015

34 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel II.2-3. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Purbalingga

Tahun 2005-2009

Tahun Kabupaten

Purbalingga

Provinsi

Jawa Tengah

2005 29,95 20,9

2006 32,38 22,19

2007 30,24 20,43

2008 27,12 19,23

2009 24,97 17,72

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2005-2009

Dari aspek ekonomi, pembangunan Kabupaten Purbalingga juga

menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Secara absolut PDRB Kabupaten

Purbalingga baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

konstan, mengalami kenaikan yang cukup stabil. Laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Purbalingga berkisar antara 3 sampai dengan 6

persen. Lesunya pasar dunia, kenaikan harga BBM dunia, dan turunnya

permintaan pasar internasional dan nasional, ternyata tidak terlalu terasa

dampaknya terhadap perekonomian Purbalingga. Bahkan pada tahun 2007

dan 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga melampaui

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah maupun nasional.

Pada tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Purbalingga berada pada angka 4,18 persen dan pada tahun 2009 berada

pada angka 5,84 persen. Berikut ini perbandingan laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Purbalingga dengan Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-

2009.

Tabel II.2-4. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009

Tahun Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan

Ekonomi (%) Inflasi

Pertumbuhan

ekonomi (%) Inflasi

2005 4.18 18,71 5.35

2006 5.06 6,90 5.33 6.5

2007 6.19 6,52 5.59 6.24

2008 5.30 9,51 5.50

2009 5.61 3.35 4.70 3.32

Sumber: BPS Kab. Purbalingga, diolah.

Page 35: RPJMD 2010-2015

35 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga yang pada tahun

2005 masih di bawah pertumbuhan Jawa Tengah, pada tahun-tahun

berikutnya mulai mengimbangi, bahkan berada di atas pertumbuhan Jawa

Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Purbalingga memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah. Gambaran pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga per

sektor dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel II.2-5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Purbalingga per Lapangan

Usaha Tahun 2005-2009

No. Lapangan Usaha Tahun (%) Rata -

rata 2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan,

perikanan

2.78 3.07 4.23 2.81 3.95 3.30

2. Pertambangan dan penggalian 9.73 8.47 8.82 9.64 10.12 4.30

3. Industri pengolahan 5.37 6.42 6.59 6.09 7.30 6.35

4. Listrik, gas dan air minum 9.28 12.42 0.32 5.48 9.72 7.44

5. Bangunan 8.36 6.82 6.93 7.54 8.37 7.60

6. Perdagangan, hotel dan restoran

3.72 4.60 7.16 5.00 7.19 5.53

7. Pengangkutan dan komunikasi 1.45 2.04 5.33 6.58 6.64 4.41

8. Keuangan, persewaan dan jasa 4.15 8.04 12.10 6.32 8.62 7.85

9. Jasa-jasa 6.33 7.83 7.06 8.22 7.83 7.45

Sumber: BPS Kab. Purbalingga

Dalam lima tahun terakhir, sektor pertambangan dan penggalian

mengalami pertumbuhan tertinggi dibanding sektor ekonomi lainnya di

Kabupaten Purbalingga, diikuti sektor keuangan, persewaan, dan jasa;

listrik, gas dan air minum; bangunan; jasa-jasa; dan terakhir sektor

industri pengolahan.

Struktur ekonomi secara kuantitatif digambarkan dengan

menghitung besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-

masing sektor terhadap nilai total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Struktur ekonomi Kabupaten Purbalingga tahun 2005-2009 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Page 36: RPJMD 2010-2015

36 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel II.2-6. Struktur PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 -2009 Atas

Dasar Harga Berlaku

No.

Sektor Tahun (%)

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7

1. Pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan

33.44 33.52 33.44 33.06 32.75

2. Pertambangan dan penggalian 0.65 0.65 0.67 0.68 0.71

3. Industri pengolahan 10.41 10.35 10.40 10.43 10.08

4. Listrik, gas, dan air minum 1.09 1.09 1.00 0.92 0.68

5. Bangunan 8.05 8.10 8.05 8.01 8.15

6. Perdagangan, hotel dan restoran 17.67 17.46 17.93 17.97 18.70

7. Pengangkutan dan komunikasi 6.07 5.76 5.62 5.40 5.26

8. Keuangan, persewaan, dan jasa 6.15 6.36 8.63 6.50 6.28

9. Jasa-jasa 16.46 16.72 16.43 17.03 17.39

Sumber: BPS Kab. Purbalingga, diolah

Struktur ekonomi Kabupaten Purbalingga dalam kurun waktu 2005

– 2009 masih didominasi sektor pertanian. Pada tahun 2009, sumbangan

sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 32,75 persen, menurun dibanding

tahun sebelumnya yang sebesar 33,06 persen. Sementara itu tingkat

kesejahteraan petani di Kabupaten Purbalingga masih perlu untuk

ditingkatkan. Nilai Tukar Petani (NTP) di Kabupaten Purbalingga pada

tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 101,59.

Sektor penyumbang PDRB yang cenderung naik dibanding tahun

2008 antara lain sektor penggalian, sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, dan sektor jasa-jasa. Meskipun masih didominasi sektor

primer (pertanian), struktur ekonomi Kabupaten Purbalingga terus

mengalami pergeseran yang ditunjukkan dengan terus menurunnya peran

sektor primer (pertanian) dan meningkatnya sektor sekunder dan tersier

(industri dan jasa) meskipun berlangsung relatif lambat. Kondisi ini

berbeda dengan Provinsi Jawa Tengah yang memiliki struktur ekonomi

dengan kontribusi yang besar di sektor industri pengolahan.

PDRB per kapita Kabupaten Purbalingga terus mengalami kenaikan

selama lima tahun terakhir, meskipun masih lebih rendah dibanding PDRB

per kapita Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2005 PDRB per kapita

penduduk Kabupaten Purbalingga mencapai Rp 3.325.494,00 dan pada

tahun 2009 meningkat tajam menjadi Rp 5.838.901,00. Namun demikian,

Page 37: RPJMD 2010-2015

37 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

peningkatan yang sangat signifikan ini belum bisa mengimbangi PDRB per

kapita Provinsi Jawa Tengah karena struktur ekonomi Kabupaten

Purbalingga masih didominasi oleh sektor ekonomi tradisional yakni sektor

pertanian yang memiliki nilai tambah relatif kecil. Kondisi ini berbeda

dengan Provinsi Jawa Tengah yang telah memiliki struktur ekonomi dengan

kontribusi yang besar di sektor industri pengolahan yang memiliki nilai

tambah besar. PDRB per kapita Kabupaten Purbalingga dan

perbandingannya dengan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel II.2-7. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten

Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009

Tahun PDRB per kapita (Rp.)

Kab. Purbalingga Prov. Jawa Tengah

2005 3.325.494 6.275.651

2006 3.862.595 7.538.997

2007 4.377.449 8.281.309

2008 4.970.626 9.522.019

2009 5.838.901 10.228.762

Sumber: BPS Kab. Purbalingga & Provinsi Jawa Tengah

Meskipun PDRB per kapita Kabupaten Purbalingga relatif kecil

namun terdistribusi secara relatif merata. Hal ini terlihat dari Gini Ratio

yang berada pada angka di bawah 0,3 (ketimpangan rendah). Gini Ratio

Kabupaten Purbalingga tahun 2005–2009 adalah sebagaimana pada tabel

II.2-8.

Tabel II.2-8. Indeks Gini Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005-2009

Tahun Indeks Gini

Kab. Purbalingga Prov. Jawa Tengah

2005 0.2713 0,28

2006 0.2873 0,27

2007 0.2727 0,25

2008 0.2676 0,25

2009 0.2625 0,25

Sumber: BPS Kab. Purbalingga & Prov. Jawa Tengah

Keterangan : a. G < 0,3 = ketimpangan rendah b. 0,3 ≤ G ≤ 0,5 = ketimpangan sedang c. G > 0,5 = ketimpangan tinggi

Page 38: RPJMD 2010-2015

38 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kondisi perekonomian Kabupaten Purbalingga juga menunjukkan

pemerataan yang cukup baik dilihat berdasarkan ketimpangan

antarwilayah. Berdasarkan Indeks Williamson (Indeks Ketimpangan

Regional/IKR), IKR Kabupaten Purbalingga berada pada kisaran angka 0,3

– 0,5 (ketimpangan sedang).

Tabel II.2-9. Indeks Williamson Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2005-2009

Tahun Indeks Williamson

Kab. Purbalingga Prov. Jawa Tengah

2005 0.46 0,72

2006 0.47 0,75

2007 0.48 0,73

2008 0.49 0,74

2009 0.49 0,70

Sumber: BPS Kab. Purbalingga & Prov. Jawa Tengah

Keterangan : a. Indeks Williamson = 0, kesenjangan sangat rendah (merata

sempurna) b. Indeks Williamson = 0,5 – 1, kesenjangan sangat tinggi (tidak merata

sempurna) c. Indeks Williamson = 0,3 – 0,5, kesenjangan sedang d. Indeks Williamson = < 0,3, kesenjangan rendah

Peran besar sektor pertanian dalam pembentukan PDRB

Kabupaten Purbalingga serta besarnya proporsi angkatan kerja yang

bekerja di sektor pertanian menyebabkan tingginya pengaruh sektor

pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan

pendapatan perkapita serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara

umum. Naik turunnya produksi dan nilai produksi sektor pertanian sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita

masyarakat. Meskipun demikian, apabila peningkatan produksi maupun

nilai produksi tidak sebanding dengan kenaikan harga-harga kebutuhan

hidup maka peningkatan produksi dan nilai produksi tersebut tidak akan

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Indikator yang

dapat digunakan untuk mengukur nilai produk pertanian dibanding dengan

kebutuhan hidup lainnya adalah nilai tukar petani (NTP). Nilai Tukar Petani

(NTP) Kabupaten Purbalingga tidak jauh berbeda dengan dibandingkan

Page 39: RPJMD 2010-2015

39 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

dengan NTP Provinsi Jawa Tengah, NTP Provinsi Jawa Tengah sebesar

103,18 (2007) dan NTP Kabupaten Purbalingga sebesar 103,24 (2008).

Hasil-hasil pembangunan Kabupaten Purbalingga yang telah

dicapai pada tahap lima tahun kedua Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 – 2025

adalah sebagai berikut :

II.2.1. Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi

Otonomi telah memunculkan sikap percaya diri perangkat daerah

untuk menciptakan kreativitas, inovasi, dan terobosan-terobosan baru

dalam penyelenggaraan pemerintahan; meningkatkan kemampuan

merumuskan kebijakan (policy) dan pengambilan keputusan secara lebih

tepat, cepat, dan sesuai kebutuhan daerah; menumbuhkan upaya

memberikan pelayanan secara lebih prima kepada masyarakat dan upaya

menyelesaikan permasalahan-permasalahan lokal yang bersifat mendesak

secara lebih cepat; serta semakin mendorong kehidupan sosial budaya

masyarakat, ekonomi kerakyatan, dan kehidupan demokrasi. Dampak

nyata dari penerapan otonomi daerah di Kabupaten Purbalingga antara lain

adalah meningkatnya kualitas dan kapasitas pelayanan publik, serta

meningkatnya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan.

Kondisi umum pemerintahan dan aparatur di Kabupaten

Purbalingga adalah sebagai berikut:

1. Kelembagaan pemerintahan daerah dan pemerintahan desa masih

memerlukan penyesuaian secara terus-menerus sejalan dengan

dinamika lingkungan, kebutuhan, dan peraturan perundang-

undangan.

2. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan belum optimal

menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Sementara kualitas SDM aparatur masih perlu ditingkatkan sesuai

tuntutan dinamika perubahan dan kebutuhan. Dari sisi kuantitas, pada

Page 40: RPJMD 2010-2015

40 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

tahun 2009 jumlah PNS di Kabupaten Purbalingga sebanyak 10.010

orang dengan rincian menurut golongan : golongan I sebanyak 423

orang, golongan II sebanyak 2.481 orang, golongan III sebanyak

4.150 orang, dan golongan IV sebanyak 2.956 orang. Dilihat dari

tingkat pendidikan, PNS yang berpendidikan SD atau sederajat

sebanyak 333 orang (3,33 %), berpendidikan SMP atau sederajat

sebanyak 486 orang (4,85 %), berpendidikan SMA atau sederajat

sebanyak 2.508 orang (25,05 %), berpendidikan D1 sebanyak

sbanyak 160 orang (1,60 %), berpendidikan D2 sebanyak 2.296 orang

(22,94%), berpendidikan D3 sebanyak 1.009 orang(10 %),

berpendidikan D4 sebanyak 7 orang (0,07 %), berpendidikan S1

sebanyak 3.078 orang (30,75 %), dan pendidikan S2 sebanyak 133

orang (1,33%).

3. Ketersediaan dan mutu prasarana, sarana, dan sistem pelayanan

umum relatif masih kurang.

4. Kualitas pelayanan publik yang dilakukan Pemerintah Kabupaten

Purbalingga telah cukup memadai. Di bidang pelayanan perijinan

melalui kebijakan one stop service, Kantor Penanaman Modal dan

Perijinan Terpadu (KPMPT) telah mampu melayani 13 jenis perijinan

dengan penerapan Standard ISO 14001. Sementara pelayanan

administrasi kependudukan telah menggunakan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan (SIAK) yang didelegasikan ke setiap

kecamatan.

II.2.2. Politik, Hukum, Keamanan, dan Ketertiban

Di tengah semakin derasnya arus penetrasi budaya global,

semakin berkembang nilai-nilai individualisme, materialisme, dan

hedonisme. Nilai-nilai ini berdampak pada terabaikannya nilai-nilai

kesetiakawanan sosial dan kejujuran. Sementara di sisi lain perhatian

terhadap pembangunan kebudayaan dan pembinaan serta pengembangan

nilai-nilai nasionalisme, terutama pada kalangan generasi muda terasa

Page 41: RPJMD 2010-2015

41 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

sangat kurang. Kondisi ini telah menyebabkan semakin melemahnya

semangat nasionalisme serta menurunnya solidaritas sosial. Adanya

indikasi kerawanan sosial yang muncul dalam bentuk gangguan keamanan

dan ketertiban umum, menunjukkan belum berkembangnya budaya

hukum. Berbagai gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat

mengganggu dan mengurangi intensitas aktivitas sosial ekonomi

masyarakat sehingga berpengaruh negatif terhadap kinerja pembangunan

secara keseluruhan. Pada tahun 2009 angka pelanggaran hukum yang

dilaporkan di Kabupaten Purbalinga sebanyak 309 kasus dan

kecelakaan/pelanggaran lalu lintas sebesar 12.302 kasus. Sementara itu

jumlah kejadian unjuk rasa politik sebanyak 15 kasus dan unjuk rasa

terkait masalah ekonomi sebanyak 3 kasus. Berikut ditampilkan kondisi

politik, hukum, keamanan, dan ketertiban selama tahun 2005-2009.

Tabel II.2.2-1. Kondisi Politik, Hukum, Keamanan, dan

Ketertiban di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Tahun Kasus pelanggaran hukum Kasus unjuk rasa

Pidana Pelanggaran lantas. Politik Ekonomi

1. 2005 181 2.532 10 11

2. 2006 224 4.406 11 5

3. 2007 264 9.369 13 3

4. 2008 326 17.423 11 3

5. 2009 309 12.302 15 3

Sumber:SIPD Kabupaten Purbalingga

Proses demokratisasi yang telah berlangsung seiring dengan

bergulirnya reformasi politik telah membawa perubahan mendasar

terhadap kehidupan politik. Terbukanya keran demokrasi telah

memungkinkan partisipasi politik rakyat yang semakin besar dalam segala

jenjang. Namun demikian, berkembangnya kehidupan demokrasi belum

diikuti dengan etika dan kedewasaan berpolitik. Demokrasi baru dimaknai

sekadar sebagai kebebasan mengaktualisasikan dan mengartikulasikan

pendapat, gagasan, dan aspirasi. Euforia politik di tengah irasionalitas

politik dan kurangnya pemahaman dan penghayatan terhadap etika politik

sangat rawan menimbulkan friksi dan konflik.

Page 42: RPJMD 2010-2015

42 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kesadaran politik rakyat antara lain dapat diukur dari tingkat

partisipasi rakyat dalam pemilihan umum (Pemilu). Tingkat partisipasi

rakyat di Kabupaten Purbalingga dalam Pemilu tahun 2009 sebesar 71,23

atau turun sebesar 13 persen dari Pemilu tahun 2004 yang tingkat

partisipasinya sebesar 84,3 persen.

Peta politik Kabupaten Purbalingga dapat dilihat dari keterwakilan

partai politik di lembaga legislatif. Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) memperoleh suara terbanyak

yakni 13 kursi, turun 4 kursi dibanding pemilu Tahun 2004 sejumlah 17

kursi. Secara lebih rinci, perolehan kursi hasil Pemilu Legislatif Tahun 2004

dan 2009 di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.2.2-2. Perolehan Kursi Parpol di Kabupaten

Purbalingga pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009

No Nama parpol

Perolehan kursi pada Pemilu 2004

Perolehan kursi pada Pemilu 2009

L P Jumlah L P Jumlah

1. PDI-P 14 3 17 12 1 13

2. Golkar 8 2 10 4 2 6

3. PKB 5 1 6 4 1 5

4. PAN 5 1 6 4 1 5

5. PD 1 0 1 5 2 7

6. PDP 0 0 0 1 1 2

7. PMB 0 0 0 1 1

8. PPP 3 1 4 1 1 2

9. PKS 1 0 1 4 - 4

Jumlah 37 8 45 35 10 45

Sumber: KPU Kabupaten Purbalingga

II.2.3. Kondisi Sosial Budaya

II.2.3.1. Gambaran Umum Kependudukan dan Keluarga Berencana

Penduduk merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan pembangunan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

sebagai tujuan yang ingin diwujudkan melalui upaya pembangunan sangat

ditentukan oleh pertumbuhan jumlah penduduk. Jumlah penduduk sangat

menentukan tingkat efektifitas pendayagunaan sumber daya pembangunan

serta efektifitas penyelenggaraan pembangunan secara keseluruhan karena

jumlah penduduk merupakan faktor pembagi dalam alokasi pemanfaatan

Page 43: RPJMD 2010-2015

43 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

sumberdaya pembangunan maupun dalam pemanfaatan dan

pendistribusian hasil pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dengan

sendirinya menuntut penyediaan alokasi belanja pemerintah yang besar

pula guna memenuhi kebutuhan pelayanan sosial dan ekonomi. Dengan

terbatasnya kemampuan anggaran pemerintah maka besarnya jumlah

penduduk dengan sendirinya juga akan menyebabkan terbatasnya akses

masyarakat terhadap berbagai fasilitas pelayanan sosial. Rendahnya

derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan ketrampilan akan menyebabkan

rendahnya kualitas dan produktivitas penduduk. Di samping itu jumlah

penduduk yang besar juga akan meningkatkan faktor pembagi terhadap

pendapatan regional sehingga menyebabkan kecilnya tingkat pendapatan

per kapita. Penurunan pendapatan dan rendahnya kualitas penduduk

dalam jangka panjang dapat menimbulkan implikasi yang kurang

menguntungkan. Di bidang ekonomi, rendahnya tingkat pendapatan

perkapita akan berimplikasi terhadap tingkat tabungan, investasi, distribusi

pendapatan, migrasi penduduk, dan faktor lain yang mempengaruhi laju

pembangunan. Sedangkan di bidang sosial, rendahnya tingkat pendapatan

per kapita dan rendahnya kualitas penduduk akan saling mempengaruhi,

yang kemudian akan berimplikasi terhadap peningkatan berbagai

permasalahan sosial seperti meningkatnya angka kriminalitas, konflik

sosial, kemiskinan dan sebagainya.

Jumlah penduduk di Kabupaten Purbalingga terus menunjukkan

peningkatan dari waktu kewaktu. Keadaan ini mengharuskan pemerintah

untuk lebih memperhatikan upaya-upaya pengendalian laju pertumbuhan

penduduk. Penduduk Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009 mencapai

896.272 atau bertambah sebesar 16.321 jiwa dari keadaan tahun 2005

yang berjumlah 879.951 orang. Secara rinci jumlah penduduk Kabupaten

Purbalingga tahun 2005-2009 disajikan pada tabel berikut.

Tabel II.2.3.1-1. Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga

Menurut Kecamatan Tahun 2005-2009

No Kecamatan Banyaknya penduduk (jiwa)

2005 2006 2007 2008 2009

1 Kemangkon 53.646 53.854 54.121 54.434 54.730

2 Bukateja 67.317 67.869 68.281 68.937 69.469

Page 44: RPJMD 2010-2015

44 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Kecamatan Banyaknya penduduk (jiwa)

2005 2006 2007 2008 2009

3 Kejobong 41.923 41.966 42.109 42.363 42.632

4 Pengadegan 37.064 37.466 37.924 38.234 38.515

5 Kaligondang 58.428 58.643 58.954 59.146 59.352

6 Purbalingga 56.191 56.607 57.043 57.232 57.387

7 Kalimanah 49.166 49.447 50.207 50.791 51.094

8 Padamara 34.068 34.122 34.181 34.475 34.877

9 Kutasari 53.768 54.252 54.775 55.240 55.540

10 Bojongsari 54.644 54.895 55.129 55.349 55.697

11 Mrebet 69.698 70.037 70.620 71.152 71.518

12 Bobotsari 51.492 51.794 52.215 52.418 52.795

13 Karangreja 39.344 39.842 40.379 40.868 41.359

14 Karangjambu 23.350 23.461 23.501 23.668 23.776

15 Karanganyar 37.485 37.611 37.656 37.711 37.774

16 Kertanegara 33.918 34.016 34.101 34.155 34.248

17 Karangmoncol 55.850 56.134 56.319 56.559 56.817

18 Rembang 62.599 63.023 63.264 63.540 63.789

Jumlah 879.951 885.039 890.779 896.272 901.369

% Pertumbuhan 0,92 0,57 0,64 0,61 0,57

Sumber: Purbalingga dalam Angka Tahun 2005 – 2010

Dari sisi distribusi, persebaran penduduk Kabupaten Purbalingga

relatif merata. Pada tahun 2009, jumlah penduduk terbesar ada di

Kecamatan Mrebet yaitu sebanyak 72.153 jiwa, sedangkan jumlah

penduduk paling sedikit ada di Kecamatan Karangjambu yaitu sebanyak

23.668 jiwa. Adapun rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 0,68

persen pertahun.

Berdasarkan umur, kondisi penduduk Kabupaten Purbalingga usia

produktif (15 - 64 tahun) menunjukkan angka tertinggi, disusul kelompok

usia belum produktif (0 – 14 tahun). Sedangkan kelompok umur yang

sudah tidak produktif (65 tahun ke atas) menempati posisi paling

rendah. Pada tahun 2009 penduduk usia produktif (15-64 tahun) di

Kabupaten Purbalingga mencapai 63,54 persen. Sementara kelompok usia

belum produktif (0 – 14 tahun) sebesar 28,63 persen dan kelompok usia

yang sudah tidak produktif (65 tahun ke atas) ada 7,83 persen. Komposisi

ini memperlihatkan bahwa struktur penduduk Kabupaten Purbalingga

tergolong penduduk muda dengan tingkat pertumbuhan tinggi.

Page 45: RPJMD 2010-2015

45 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Berdasarkan tingkat pendidikan, pada tahun 2009 jumlah

penduduk di Kabupaten Purbalingga sebagian besar masih berpendidikan

SD atau sederajat (SD dan MI), yaitu sebesar 36,66%, disusul dengan

jumlah penduduk lulusan SLTP (SMP dan MTs) sebesar 16,16% orang.

Jumlah penduduk berpendidikan SLTA (SMA, MA, dan SMK) sebesar 9,34

orang, D1 dan D2 sebesar 0,85%, D3/D4/S1/S2/S3 sebesar 2,74%,

sedangkan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 6,09% serta yang

tidak/belum tamat SD sebesar 28,11%.

Tabel II.2.3.1-2. Perkembangan Penduduk Menurut tingkat Pendidikan di

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Pendidikan Tahun (%)

2005 2006 2007 2008 2009

1. Tidak/belum sekolah 8,10 8,30 6,83 6,09 4,94

2. Tidak/belum tamat SD 29,20 29,10 23,22 28,16 25,25

3. SD dan sederajat 38,30 37,50 37,34 36,66 38,93

4. SMP dan sederajat 14,20 14,80 18,13 16,16 17,82

5. SMA dan sederajat 8,70 8,70 8,44 9,34 9,27

6. DI dan DII, D III, D IV, S1, S2, S3

1,40 1,50 3,26 3,59 3,79

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Purbalingga Dalam Angka Tahun 2005-2010

Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Purbalingga cenderung

meningkat, hal ini mengindikasikan keberhasilan berbagai program

pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Kondisi ini antara lain tercermin dari tren menurunnya

proporsi Keluarga Pra Sejahtera dari tahun 2005-2009, meski sempat

meningkat di tahun 2006 akibat kenaikan harga BBM.

Tabel II.2.3.1-3. Perkembangan Tahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005 - 2009

No Tahun Kategori keluarga

Pra- sejahtera KS1 KS2 KS3 KS3+

1 2005 76.049 61.064 70.329 37.312 1.541

2 2006 88.334 46.226 58.541 61.755 2.697

3 2007 86.598 48.128 55.577 62.100 2.640

4 2008 82.785 50.413 60.232 63.945 2.395

5 2009 80.074 50.820 62.951 68.506 2.396 Sumber: BKBPP Kabupaten Purbalingga

Page 46: RPJMD 2010-2015

46 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Proporsi keluarga pra sejahtera di Kabupaten Purbalingga dalam

kurun waktu lima tahun terakhir cenderung menurun. Pada tahun 2005,

penduduk yang masuk kategori keluarga pra sejahtera sebanyak 33,28

persen, namun pada tahun 2009 proporsinya menurun menjadi 30,88

persen.

Beberapa indikator menunjukkan kualitas pelayanan Keluarga

Berencana (KB) sudah memenuhi harapan Program KB. Hal ini terlihat dari

angka kepesertaan Keluarga Berencana aktif (peserta aktif/PA)

menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) tahun 2009

yang hanya sebesar 25,15 persen, sedangkan peserta non-MKJP sebesar

74,85 persen. Sementara prevalensi pemakaian alat kontrasepsi pada

pasangan usia subur (15 – 49 tahun) sebesar 78,67 persen.

Tabel II.2.3.1-4. Peserta KB Aktif dan Metode Kontrasepsi di

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 - 2009

No Kecamatan Jumlah

PUS

Metode kontrasepsi Persentase

perserta KB

aktif MKJP Non

MKJP Jumlah

1 2005 168.132 34.522 97.501 132.023 78,52

2 2006 170.522 31.287 102.996 134.253 78,73

3 2007 174.760 22.710 115.898 138.608 79,31

4 2008 178.054 35.184 108.183 143.367 80,52

5 2009 181.490 35.915 108.484 144.399 79,56

Sumber: BKBPP Kabupaten Purbalingga

II.2.3.2. Pendidikan

Sumber daya manusia memiliki posisi strategis dalam

pembangunan suatu negara. Upaya terpenting untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Perkembangan

pembangunan pendidikan di Kabupaten Purbalingga dalam kurun waktu

tahun 2005–2009 dapat dilihat dari beberapa indikator pembangunan

Page 47: RPJMD 2010-2015

47 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

pendidikan yang meliputi Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Melek

Huruf (AMH), serta Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi

Murni (APM) SD, SLTP, dan SLTA, Angka Putus Sekolah, dan Angka

Melanjutkan Sekolah.

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah angka lama sekolah

didasarkan pada data jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk

penduduk berusia 15 tahun ke atas. Berdasarkan rekomendasi UNDP,

tingkat capaian pendidikan ideal yang harus diraih oleh seorang penduduk

adalah 15 tahun. Target angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan

capaian tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Purbalingga. Tingkat

capaian Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Purbalingga tahun 2005-

2009 adalah sebagai berikut.

Tabel II.2.3.2-1. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Penduduk Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Tahun Rata-rata lama sekolah (tahun)

Kab. Purbalingga Prov. Jateng

1. 2005 6,00 6,60

2. 2006 6,80 6,80

3. 2007 6,46 6,80

4. 2008 6,50 6,86

5. 2009 7,00 7,07

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah

Tabel di atas menunjukkan tahun 2005 rata-rata lama sekolah

penduduk Kabupaten Purbalingga mencapai 6 tahun, tahun 2006

mengalami peningkatan menjadi 6,80, tahun 2007 turun menjadi 6,46

tahun. Pada tahun 2008 rata-rata lama sekolah mencapai 6,5 tahun, dan

tahun 2009 diestimasi mencapai angka 7 tahun. Angka ini masih jauh dari

target Wajib Belajar 9 Tahun, yaitu RLS sebesar 9 tahun.

Angka Melek Huruf (AMH) pada tahun 2009 diestimasi sebesar

94,67 persen, artinya penduduk usia 15 tahun ke atas sudah 94,67 persen

dapat membaca dan menulis, sedangan sisanya sebesar 5,33 persen masih

buta huruf. Dari tahun 2005 sampai 2009 terjadi peningkatan AMH sebesar

3 persen. Meningkatnya AMH merupakan hasil dari berbagai kebijakan dan

Page 48: RPJMD 2010-2015

48 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

program pemerintah dalam memberantas buta huruf, baik melalui jalur

pendidikan formal maupun nonformal.

Tabel II.2.3.2-2. Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Tahun Angka Melek Huruf (%)

Kab. Purbalingga Prov. Jateng

1. 2005 91,27 87,40

2. 2006 91,72 88,20

3. 2007 89,17 92,30

4. 2008 91,00 89,24

5. 2009 91,26 89,46

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah

Capaian Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Purbalingga tahun

2005-2009 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 AMH mencapai

91,27 persen, tahun 2006 AMH mencapai 91,72 persen, dan tahun 2007

AMH mencapai 89,17 persen. Pada tahun 2008 AMH mencapai 91,00

persen, sedangkan tahun 2009 AMH mencapai 91,26 persen.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) digunakan untuk melihat berapa

banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas

pendidikan. Dari data Angka Partisipasi Murni (APM) di bawah ini terlihat

bahwa penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di SD sebesar

100 persen. Kelompok penduduk usia 13-15 tahun yang sedang bersekolah

di SLTP sebanyak 66,22 persen, sedangkan sisanya tidak/belum sekolah

atau tidak bersekolah lagi. Kelompok penduduk usia 16-18 tahun yang

sedang bersekolah di SLTA sebanyak 37,72 persen, sedangkan sisanya

tidak/belum sekolah atau tidak bersekolah lagi.

Tabel II.2.3.2-3. APK SD, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005- 2009

No. TAHUN SD SMP/MTs SMA/ MA/ SMK

1 2005 101,54 93,67 40,93

2 2006 111,51 94,96 38,08

3 2007 111,36 92,17 40,93

4 2008 113,66 96,69 38,08

5 2009 108,38 96,06 41,77

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga

Page 49: RPJMD 2010-2015

49 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel II.2.3.2-4. APM SD, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No. TAHUN SD SMP/MTs SMA/ MA/ SMK

1 2005 93,44 70,60 25,31

2 2006 92,79 62,09 25,42

3 2007 94,78 68,93 25,67

4 2008 93,59 70,84 30,64

5 2009 91,07 68,49 31,24

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Purbalingga yang telah

dilaksanakan melalui berbagai kebijakan, program, dan kegiatan, telah

menunjukkan capaian kinerja yang cukup baik sebagaimana tercermin

pada data-data indikator kinerja sebagai berikut:

1. Meningkatnya cakupan siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) usia 4

- 6 tahun dari 29,34 persen pada tahun 2005; 30,60 persen pada

tahun 2006; 33,05 persen pada tahun 2007; dan 37,25 persen pada

tahun 2008; menjadi 38,56 persen pada tahun 2009.

2. Menurunnya Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI dari 0,28 persen pada

tahun 2005; 0,28 persen pada tahun 2006; 0,71 persen pada tahun

2007; 0,17 persen pada tahun 2008; menjadi 0,15 persen pada tahun

2009. APS SMP/MTs meningkat dari 0,62 persen pada tahun 2005

menjadi 1,11 persen pada tahun 2006. Kondisi ini terjadi seiring

dengan memburuknya kondisi ekonomi akibat kenaikan harga BBM.

Sedangkan pada tahun 2007-2009 APS terus mengalami penurunan.

Pada tahun 2007 APS SMP/MTs sebesar 0,62 persen, pada tahun 2008

sebesar 0,18 persen, dan pada tahun 2009 menjadi sebesar 0,08

persen. Angka putus sekolah di tingkat SLTA pada tahun 2005 sebesar

0,89 persen dan pada tahun 2006 turun sedikit menjadi 0,88 persen.

Sedangkan pada tahun 2007 menjadi 0,75 persen dan pada tahun

2008 turun cukup signifikan menjadi 0,31 persen. Namun pada tahun

2009 naik tajam menjadi 0,80 persen.

3. Pada tahun 2005 Angka Kelulusan SD/MI sebesar 98,01 persen, pada

tahun 2006 sebesar 98,91 persen, pada tahun 2007 sebesar 99,39

persen, pada tahun 2008 sebesar 98,76 persen, dan pada tahun 2009

sebesar 97,79 persen. Pada tahun 2005 Angka Kelulusan SMP/MTs

Page 50: RPJMD 2010-2015

50 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

sebesar 84,56 persen, pada tahun 2006 sebesar 84,87 persen, pada

tahun 2007 sebesar 86,15 persen, pada tahun 2008 sebesar 87,98

persen, dan pada tahun 2009 menjadi sebesar 90,51 persen.

Sedangkan Angka Kelulusan SLTA pada tahun 2005 sebesar 75,33

persen, pada tahun 2006 sebesar 75,33 persen, pada tahun 2007

sebesar 85,00 persen, pada tahun 2008 sebesar 81,66 persen, dan

pada tahun 2009 menjadi sebesar 88,28 persen.

4. Meningkatnya Angka Melanjutkan Sekolah ke jenjang SMP/MTs pada

tahun 2005 sebesar 81,36 persen menjadi 94,06 persen pada tahun

2009; dan Angka Melanjutkan Sekolah ke jenjang SLTA pada tahun

2005 sebesar 53,02 persen menjadi 85,25 persen pada tahun 2009.

5. Meningkatnya jumlah guru yang memenuhi kualifikasi S1/D IV pada

tahun 2005 sebesar 24,05 persen, pada tahun 2006 sebesar 24,97

persen, pada tahun 2007 sebesar 31,36 persen, pada tahun 2008

sebesar 32,30 persen, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 48,94

persen.

6. Meningkatnya jumlah guru yang bersertifikat profesi sampai dengan

akhir tahun 2009 mencapai 1.991 orang (33,02 persen) dari total

pengajar/ guru PNS sebanyak 6.029 orang.

II.2.3.3. Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi

salah satu hak dasar rakyat. Pemenuhan hak atas pelayanan kesehatan

kepada masyarakat dilakukan melalui pemberian pelayanan kesehatan di

puskesmas dan jaringannya serta peningkatan pelayanan kesehatan

dasar lainnya.

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui upaya preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Pembangunan di bidang kesehatan

dapat diukur dengan indikator meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH),

menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu

melahirkan (AKI), persentase tenaga kesehatan penolong kelahiran,

jumlah fasilitas pengobatan, jumlah tenaga kesehatan baik medis

maupun non medis dan lain-lain.

Page 51: RPJMD 2010-2015

51 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Salah satu indikator IPM adalah Usia Harapan Hidup (UHH), yakni

rata-rata ketahanan hidup yang dijalani seseorang hingga akhir hayatnya

di suatu wilayah. Indikator ini mencerminkan lama hidup dan hidup sehat.

Angka ini secara teoritis mempunyai hubungan terbalik dan korelasi yang

tinggi dengan Angka Kematian Bayi. Artinya, jika terjadi penurunan

Angka Kematian Bayi maka akan terjadi peningkatan Usia Harapan Hidup.

Selain dipengaruhi oleh Angka Kematian Bayi, Usia Harapan Hidup juga

menggambarkan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,

membaiknya sistem pelayanan kesehatan, dan meningkatnya kesadaran

masyarakat dalam perilaku hidup sehat dan bersih.

Dalam upaya meningkatkan Usia Harapan Hidup juga perlu

diperhatikan upaya menurunkan Angka Kematian Bayi / Infant Mortality

Rate (AKB/IMR) dan Angka Kematian Ibu / Maternal Mortality Rate

(AKI/MMR). Upaya yang dilakukan tidak hanya meningkatkan pelayanan

dan/atau meningkatkan sarana kesehatan tetapi juga mengidentifikasi

permasalahan sosial ekonomi masyarakat, serta kultur dan tata nilai

masyarakat terhadap kesehatan anak.

Tabel II.2.3.3-1. Usia Harapan Hidup Kabupaten Purbalingga

Tahun 2005-2009

Indikator 2005 2006 2007 2008 2009

Usia Harapan Hidup

(tahun) 68,5 69,00 69,60 69,60 69,80

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

Usia Harapan Hidup di Kabupaten Purbalingga selama kurun waktu 2005-

2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005

sebesar 68,50 tahun. Tahun 2006-2008 berturut-turut sebesar 69 tahun;

69,6 tahun; dan 69,6 tahun. Sedangkan pada tahun 2009 meningkat

menjadi 69,8 tahun.

Angka Kematian Bayi (AKB/IMR) Kabupaten Purbalingga pada

tahun 2005 sebesar 10 jiwa/1000 kelahiran hidup (kh), sedangkan pada

tahun 2009 sebesar 5 jiwa/1000 kh. AKB ini dapat dipengaruhi oleh

Page 52: RPJMD 2010-2015

52 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

kematian bayi akibat kesulitan pada saat persalinan dan kematian setelah

persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI/MMR) pada tahun 2005

menunjukkan angka 110 jiwa/100.000 kh, dan pada tahun 2009

mengalami penurunan menjadi 103 jiwa/100.000 kh.

Penolong persalinan menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu

(AKI). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga medis yang memiliki

kompetensi kebidanan terus meningkat dari 69,20 persen pada tahun

2005; 69,30 persen pada tahun 2006; 84,65 persen pada tahun 2007,

dan 88,24 persen pada tahun 2008, menjadi 94,40 persen pada tahun

2009. Bayi yang ditolong oleh tenaga kesehatan seperti dokter, bidan,

dan tenaga medis lain mempunyai peluang selamat lebih besar

dibandingkan bayi yang ditolong oleh dukun bayi. Hal ini disebabkan

tenaga kesehatan lebih memperhatikan tingkat kebersihan, pencegahan

infeksi, memiliki alat-alat persalinan yang lengkap, dan melakukan

pemeliharaan bayi pasca persalinan (post partum).

Data status kesehatan balita menunjukkan bahwa 96,73 persen

balita pernah diberi Air Susu Ibu (ASI). Lamanya diberi ASI bervariasi

antara 1 bulan sampai lebih dari 24 bulan. Inisiasi menyusui dini dan ASI

dini sangat penting karena membangkitkan kedekatan emosional antara

ibu dengan bayinya. Bayi yang mendapatkan ASI akan lebih tahan

terhadap penyakit karena memperoleh kekebalan (imune) secara

alamiah. Kesehatan yang baik pada masa balita akan menentukan

kesehatan anak pada masa berikutnya, yang berimbas pada peningkatan

kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.

Kejadian gizi buruk pada balita tahun 2005 sebanyak 298 anak,

sedangkan tahun 2009 sebanyak 600 anak. Secara nominal, kejadian gizi

buruk menunjukkan peningkatan, tetapi jika dibandingkan dengan

perkembangan jumlah penduduk, persentasenya mengalami penurunan.

Imunisasi merupakan faktor yang sangat menentukan bagi

kesehatan anak. Cakupan desa/kelurahan yang termasuk Universal Child

Immunization (UCI) mengalami fluktuasi, meskipun ada kecenderungan

terus meningkat. Pada tahun 2005 cakupan UCI sebesar 77,00 persen,

Page 53: RPJMD 2010-2015

53 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

pada tahun 2006 sebesar 78,60 persen, dan pada tahun 2007 mengalami

penurunan menjadi sebesar 60,67 persen. Pada tahun 2008 cakupannya

meningkat menjadi 82,00 persen dan pada tahun 2009 menjadi 88,70

persen.

Tabel II.2.3.3-2. Kondisi Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-

2009 No Indikator 2005 2006 2007 2008 2009

1. Usia Harapan Hidup (tahun) 68,5 69,00 69,60 69,60 69,80

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

NA 8,11 6,34

6,75

10,8

3. Angka Kematian

Ibu (AKI)

NA 69,34

110,34

105,98

121,17

4. Penolong kelahiran oleh tenaga medis (%)

69,20

69,30

85,04

85,40

91,09

5. Cakupan pemberian ASI (%)

97,67 99,54 97,32 96,73 98,05

6. Kejadian balita gizi buruk (kejadian)

298 264 204 90 600

7. Cakupan imunisasi balita (%)

77,0 78,6 60,67 82,0 88,7

8. Keluhan Kesehatan Utama Penduduk (%)

-Panas 13,39 14,25 14,93 10,96 13,87

-Batuk 22,62 24,38 21,19 15,47 18,78

-Pilek 23,27 26,51 19,30 17,54 22,84

-Asma/sesak napas 3,12 2,81 2,80 1,74 1,19

-Diare 1,81 2,55 1,89 1,44 1,21

-Sakit kepala 12,84 12,38 13,30 8,97 8,31

-Sakit gigi 1,82 2,31 2,41 2,47 1,61

-Lainnya 21,13 14,81 24,18 15,76 17,97

9. Kasus Penyakit Menular Berbahaya

-DBD - 102 137 312 658

-HIV/AID 0 0 2 1 1

-Malaria - 1332 478 130 668

-CDR TB - 36,38% 37,32% 46,57% 44,21%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

Kualitas hunian sangat menentukan kualitas kesehatan

masyarakat. Perkembangan cakupan hunian sehat dari tahun 2005

sampai dengan 2009 terus mengalami peningkatan yang sangat

signifikan. Cakupan rumah sehat pada tahun 2005 sebesar 69,50 persen,

sedangkan pada tahun 2009 menjadi 91,05 persen.

Page 54: RPJMD 2010-2015

54 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Pemerintah

Kabupaten Purbalingga memfasilitasi masyarakat dengan berbagai

jaminan pembiayaan kesehatan. Ketersediaan jaminan

pembiayaan/asuransi kesehatan pada tahun 2009 berupa jaminan

Astek/Jamsostek sebesar 8.805 jiwa, Askes sebesar 47.413 jiwa, Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sebesar 253.273, Jamninan

kesehatan masyarakat (Jamkesmas) sebesar 420.972 jiwa, dan

ASABRI/POLRI sebesar 1.359 jiwa. Secara umum, ketersediaan jaminan

kesehatan di Kabupaten Purbalingga terus meningkat.

Tabel II.2.3.3-3. Perkembangan Jaminan Kesehatan

Masyarakat Kabupaten Purbalingga 2009

No Jaminan

kesehatan

Jumlah peserta (jiwa)

2009

1. JPKM 253.273 2. Jamkesmas 420.972 3. Jamkesda 123.248 4. Askes PNS 47.413 5. Jamsostek 8.805 6. Asabri/Polri 1.359

Jumlah 855.070

6. Belum dijamin 62.106 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

Tenaga kesehatan yang dimiliki Pemerintah Kabupaten

Purbalingga guna mendukung pembangunan kesehatan pada tahun 2009

terdiri dari : dokter spesialis sebanyak 17 orang; dokter umum sebanyak

70 orang; dokter gigi sebanyak 21 orang; tenaga apoteker sebanyak 11

orang; tenaga perawat sebanyak 376 orang; bidan sebanyak 345 orang;

ahli kesehatan masyarakat sebanyak 22 orang; ahli gizi sebanyak 34

orang; analisis laboratorium sebanyak 30 orang, ahli rontgen sebanyak

11 orang, dan bidan desa sebanyak 224 orang.

Tabel II.2.3.3-4. Perkembangan Tenaga Kesehatan Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005-2009

No. Tenaga kesehatan Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Dokter spesialis 12 17 17 18 21

2. Dokter umum 43 58 65 65 70

Page 55: RPJMD 2010-2015

55 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

3. Dokter gigi 20 19 18 18 21

4. Apoteker 6 9 10 10 11

5. Perawat 348 411 376 376 376

6. Bidan 197 219 312 342 345

7. Ahli Kesmas 10 20 18 18 22

8. Ahli gizi 26 27 32 32 34

9. Analisis laboratorium 23 25 27 27 30

10. Ahli rontgen 5 7 9 9 11

11. Ahli Kesehatan Lingkungan 57 53 53 53 54

12. Dukun bayi - - - - -

13. Bidan desa 133 189 207 224 224

14. Pendamping Bidan Desa 133 168 214 224 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

Upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dan sekaligus mendorong semangat masyarakat dalam

pembangunan kesehatan dan Program Keluarga Berencana juga terus

dilakukan. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan antara lain juga

dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana dan

prasarana pelayanan kesehatan masyarakat khususnya di Poliklinik

Kesehatan Desa (PKD), puskesmas pembantu (pustu), puskesmas,

puskesmas rawat inap, dan Rumah Sakit Bersalin (RSB).

Untuk meningkatkan layanan kesehatan rujukan, Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) terus dikembangkan, baik dari sisi kelengkapan

fasilitas maupun tenaga medisnya.

Peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan di

Kabupaten Purbalingga pada saat ini cukup menggembirakan. Hal ini

ditandai dengan terus meningkatnya jumlah lembaga keswadayaan

masyarakat di bidang kesehatan. Pada tahun 2005 jumlah posyandu

sebanyak 1.150 kelompok, sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 1.179

kelompok sehingga mengalami peningkatan sebanyak 29 kelompok.

Tabel II.2.3.3-5. Perkembangan Prasarana/Lembaga Pelayanan

Kesehatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 - 2009

No. Sarana kesehatan Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Puskesmas 22 22 22 22 22

2. Puskesmas keliling 22 22 22 22 22

3. Puskesmas pembantu 49 49 50 52 53

4. Rumah Sakit 4 4 4 4 4

Page 56: RPJMD 2010-2015

56 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

5. Balai pengobatan 26 26 27 27 27

6. Rumah sakit bersalin 1 1 2 2 2

7. Apotik 24 35 40 40 41

8. Poliklinik Kesehatan Desa 87 133 150 170 186

9. Posyandu 1.150 1.158 1.179 1.179 1.179 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

Dari jumlah Posyandu yang ada, sebagian besar telah melakukan

aktivitas secara rutin dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Pada tahun 2009, rasio balita per posyandu sebesar 39 sementara

pada tahun 2005 sebesar 38. Kegiatan Posyandu dalam bidang kesehatan

antara lain: penimbangan balita, imunisasi, pelayanan Keluarga

Berencana, penyuluhan kesehatan, serta pencatatan dan pelaporan hasil

kegiatan

Tabel II.2.3.3-6. Jumlah Posyandu, Jumlah Balita yang ada, Rasio Balita

per Posyandu di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No. Tahun Jumlah

posyandu

Jumlah

balita

Rasio balita

per posyandu

1 2005 1.150 44.010 38

2 2006 1.158 43.265 37

3 2007 1.179 44.495 38

4 2008 1.179 46.404 39

5 2009 1.179 46.404 39 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

II.2.3.4. Kepemudaan dan Olahraga

Kecenderungan meningkatnya angka kenakalan remaja dan

meningkatnya kecenderungan perilaku negatif yang dilakukan oleh anak-

anak muda, seperti konsumsi minuman keras dan narkoba, pencurian,

perampokan, dan tindak kekerasan lainnya, menunjukkan adanya

sesuatu yang luput dari perhatian dalam proses pembangunan selama ini.

Gejala lain yang semakin kasat mata dalam kehidupan generasi muda

adalah lunturnya semangat kebangsaan dan cinta tanah air, serta

lunturnya apresiasi terhadap budaya bangsa dan nilai-nilai luhur yang

ada di dalamnya. Jumlah kasus penyalahgunaan napza pada tahun 2009

sebanyak 197 kasus, sedangkan kasus kenakalan remaja sebanyak 223

kasus.

Page 57: RPJMD 2010-2015

57 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kondisi keolahragaan di Kabupaten Purbalingga baik olahraga

prestasi maupun olahraga masyarakat, masih memerlukan perhatian

berkelanjutan. Jumlah organisasi olahraga dan kepemudaan di Kabupaten

Purbalingga tidak mengalami perubahan sejak tahun 2006 sampai dengan

tahun 2009, yakni sebanyak 38 organisasi pemuda dan 20 organisasi

olahraga. Dari sisi ketersediaan prasarana, sampai tahun 2009

Kabupaten Purbalingga belum memiliki gelanggang olahraga berstandar

nasional. Ketersediaan prasarana olahraga yang ada di Kabupaten

Purbalingga pada tahun 2009 antara lain satu buah stadion olahraga,

240 lapangan sepak bola, 31 unit lapangan tenis terbuka, dua unit

lapangan tenis tertutup, 152 lapangan bulu tangkis, dan tiga unit kolam

renang.

II.2.3.5. Kesejahteraan Sosial

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di

Kabupaten Purbalingga masih cukup besar. Pada tahun 2009 jumlah PMKS

di Kabupaten Purbalingga sebanyak 26.947 orang dan baru ditangani

sebanyak 6.628 orang.

Tabel II.2.3.5-1. Rekap Data Anak Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) di Kabupaten Purbalingga Tahun 2009

No. Jenis PMKS L P Jumlah Sudah

Dilayani

1 Anak balita terlantar (ABT) 788 734 1,522 242

2 Anak terlantar (AT) 2179 1629 3,808 442

3 Anak yang menjadi korban

tindak kekerasan (AKTK)

20 57 77

30

4.a Anak nakal (AN)

143 2 145 260

4.b Anak yang mengalami masalah

hukum

72 6 78

5 Anak jalanan (AJ)

140 17 157 147

6 Anak cacat (AC)

1,474 1,213 2,687 161

a. Cacat tubuh (CT)

492 379 871 6

b. Cacat rungu wicara (CRW)

242 186 428

c. Cacat netra (CN)

175 205 380

d. Cacat mental retardasi (CMR)

281 209 490

e. Cacat mental eks psikotik

101 96 197

f. Cacat ganda (CG)

117 82 199

g. Cacat bibir sumbing (CBS)

66 56 122

Page 58: RPJMD 2010-2015

58 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel II.2.3.5-2. Rekap Data Keluarga Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) di Kabupaten Purbalingga Tahun 2009

No. Jenis PMKS KK JIWA

Sudah

terlayani

1

Keluarga fakir miskin (KFM)

48656

63767

73331 3,175

2

Keluarga berumah tak layak huni

7631

11779

12353 319

3 Keluarga bermasalah sosial

psikologis

110 148 177 3

4 Keluarga rentan

381 585 683 1

5 Komunitas adat terpencil (KAT)

143 382 406

6 Korban bencana alam (KBA)

469 1052 1150 469

7 Korban bencana sosial (KBS)

45 94 105 45

Tabel II.2.3.5-3. Rekap Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) di Kabupaten Purbalingga Tahun 2009

No. Jenis PMKS L P Jumlah Sudah

Terlayani

1 Wanita rawan sosial ekonomi

(WRSE)

5210 5,210

264

2 Wanita yg menjadi korban tindak

kekerasan/diperlakukan salah

(WKTK)

44 44

3 Lanjut usia terlantar (LUT)

1764 4068 5,832 232

4 Lanjut Usia yang Menjadi Korban

Tindak kekerasan (LUTK)

1 - 1

5

Penyandang cacat (Paca)

3,047

2,452 5,499 544

a. Cacat tubuh (CT)

1054 588 1,642 54

b. Cacat rungu wicara (CRW)

551 445 996 4

c. Cacat netra (CN)

570 661 1,231 3

d. Cacat mental retardasi (CMR)

417 366 783

e. Cacat mental eks psikotik

344 304 648 4

f. Cacat ganda (CG)

111 88 199

6 a Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis

(PACABK)

320 335 655 50

b. Penyandang cacat bekas

penderita penyakit kronis (eks-

kusta)

52 39 91

7 Penyandang HIV / AIDS

0 1 1

8 Tuna susila (TS) 91 91

9 Pengemis 61 61 122

30

10 Gelandangan 9 0

9 21

11 Bekas narapidana (bekas napi) 678 19

697 142

12 Pekerja migran bermasalah

(PMB)

13 11 24

19 Korban penyalahgunaan napza

196 1 197 51

Page 59: RPJMD 2010-2015

59 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.2.3.6. Budaya dan Kehidupan Beragama

Pada saat ini telah terjadi pelunturan nilai-nilai luhur yang selama

ini menjadi penuntun norma dan etika sosial di berbagai bidang kehidupan.

Orientasi pembangunan pada masa lalu yang lebih difokuskan pada

pertumbuhan ekonomi dan kurang memperhatikan pembangunan bidang

sosial budaya, telah mengakibatkan berbagai dampak negatif, khususnya

bagi pembangunan karakter bangsa. Berkembangnya budaya materialisme,

konsumerisme, dan hedonisme; berkembangnya mentalitas menerabas

dan kurangnya penghargaan terhadap kerja keras, karya, dan inovasi;

serta meningkatnya tindak kekerasan, premanisme, dan kriminalitas,

merupakan akibat kebijakan pembangunan yang mengabaikan

pembangunan budaya. Nilai-nilai kesetiakawanan sosial, kekeluargaan, dan

keramahtamahan semakin pudar bersamaan dengan menguatnya nilai-nilai

individualisme dan materialisme. Demikian pula kebanggaan terhadap

jatidiri bangsa semakin terkikis oleh nilai-nilai budaya asing yang dianggap

lebih superior. Identitas nasional meluntur oleh cepatnya penyerapan

budaya global yang negatif, sementara nilai positif yang lebih relevan bagi

upaya pembangunan bangsa dan karakter bangsa (nation and character

building) justru diabaikan. Pembangunan bidang kebudayaan melalui

pengembangan seni budaya sebagai media internalisasi nilai-nilai luhur

guna mewujudkan harmoni sosial dan membangun karakter bangsa masih

belum optimal.

Dalam kehidupan beragama, nilai-nilai agama masih belum

sepenuhnya diaktualisasikan dalam kehidupan nyata. Kehidupan beragama

baru pada tataran ritual belum dalam bentuk pengamalan. Hal ini

tercermin pada masih banyaknya perilaku asusila, penyalahgunaan

narkoba, perjudian, serta praktik-praktik lain yang bertentangan dengan

nilai-nilai agama. Selain itu, meningkatnya angka perceraian,

ketidakharmonisan keluarga, pornografi dan pornoaksi, menunjukkan

semakin lemahnya sendi-sendi moral masyarakat. Berbagai perilaku

masyarakat yang menyimpang ini menggambarkan adanya kesenjangan

Page 60: RPJMD 2010-2015

60 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

antara pemahaman ajaran agama dengan pengamalannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di

kalangan peserta didik juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Hal ini dikarenakan belum optimalnya pelaksanaan pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan. Kendala utama adalah kurangnya jumlah dan mutu

tenaga pendidik, kurang tertatanya kurikulum, terbatasnya sarana dan

prasarana, serta kurangnya fasilitas pendukung lainnya. Sementara itu,

lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan belum

mampu memerankan fungsi sebagai penjaga moralitas dalam masyarakat

yang dinamis.

Peningkatan prasarana ibadah di Kabupaten Purbalingga cukup

signifikan, yakni dari 4.821 buah pada tahun 2005 menjadi 5.110 buah

pada tahun 2009, atau meningkat sebanyak 289 buah. Adapun lembaga

pendidikan agama yang ada di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009

berupa 69 pondok pesantren dan satu lembaga pendidikan Al Kitab.

Tabel II.2.3.6-1. Perkembangan Sarana Ibadah Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005-2009

No Sarana Ibadah 2005 2006 2007 2008 2009

1. Masjid 848 848 857 1.119 1.121

2. Langgar/mushola 3.952 3.952 3.957 3.958 3.960

3. Gereja Kristen 16 16 16 18 18

4. Gereja Katolik 4 4 5 10 10

5. Pura/kuil/sanggah - - - - -

6. Vihara/cetya/klenteng 1 1 1 1 1

Jumlah 4.821 4.821 4.836 5.106 5.110

Sumber : Sistem Informasi Profile Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2010

II.2.3.7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Ketidaksetaraan posisi perempuan dan laki-laki dipengaruhi oleh

berbagai norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersumber pada

kultur patriarki. Konstruksi sosial budaya ini mengatur status dan peranan,

Page 61: RPJMD 2010-2015

61 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

atribut, stereotip, hak dan kewajiban, serta tanggung jawab laki-laki dan

perempuan. Perbedaaan gender ini tidak jarang merugikan laki-laki dan

(terutama) perempuan. Peminggiran (marginalisasi) dan

penidakberdayaan (subordinasi) terhadap perempuan membuat daya saing

perempuan dalam berbagai aspek kehidupan relatif tertinggal dibanding

laki-laki. Konstruksi gender yang tidak adil ini membawa implikasi yang

sangat luas. Misalnya, rendahnya akses terhadap sumber daya ekonomi

membuat posisi tawar perempuan terhadap laki-laki menjadi rendah.

Relasi kuasa yang tidak seimbang ini tidak jarang melahirkan kekerasan

terhadap perempuan. Rendahnya posisi tawar juga menyebabkan peran

mereka dalam pengambilan keputusan keluarga rendah, bahkan untuk hal-

hal yang menyangkut diri perempuan sendiri (seperti dalam pengambilan

keputusan untuk ber-KB dan pemilihan alat kontrasepsi). Konstruksi

gender yang memposisikan laki-laki sebagai pencari nafkah tidak jarang

menyebabkan pendidikan laki-laki lebih diutamakan dibanding perempuan.

Akibatnya kualitas sumber daya perempuan menjadi relatif rendah.

Perempuan tidak jarang dihadapkan pada kondisi dilematis. Di

satu sisi, perempuan dituntut untuk berperan di sektor publik, namun di

sisi lain muncul tuntutan agar perempuan tidak melupakan “kodrat”nya

sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab sepenuhnya di sektor

domestik. Tuntutan demikian membuat perempuan memikul beban ganda

(double burden).

Kemiskinan perempuan secara langsung terkait pada status

ekonomi yang rendah akibat rendahnya kualitas sumber daya (tingkat

pendidikan dan ketrampilan yang rendah) dan akses ekonomi (akses

terhadap kredit, pemilikan lahan, dan sistem pewarisan), serta minimnya

partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Kombinasi ketiadaan

akses pada unsur ekonomi, sosial, dan kekuasaan yang dihadapi

perempuan menyebabkan “feminization of poverty”. Kondisi ini dapat

mendorong perempuan ke dalam situasi rawan diperdagangkan

(trafficking) dan dieksploitasi secara seksual.

Page 62: RPJMD 2010-2015

62 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Pemerintah Kabupaten Purbalingga tidak akan optimal dalam

mengurangi kemiskinan jika tidak menghilangkan diskriminasi gender.

Membiarkan kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan perempuan

sama artinya dengan mempersiapkan generasi yang bodoh dan miskin.

Tanpa kesetaraan gender, kemiskinan dan keterbelakangan tidak mungkin

dapat diatasi sepenuhnya.

Cara strategis untuk menanggulangi kemiskinan adalah

menciptakan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) serta kebijakan yang

sensitif gender. Perempuan harus diperlakukan secara terhormat dan

dihargai setara dengan laki-laki. Semakin lama seorang ibu mengenyam

pendidikan, maka semakin menurun angka kematian ibu dan bayi karena

perempuan yang berpendidikan, lebih tahu mengenai kesehatan,

perencanaan kehamilan, dan keluarga berencana. Kemiskinan seringkali

diwariskan dari generasi ke generasi. Karena itu, rantai pewarisan

kemiskinan harus diputus. Meningkatkan pendidikan dan peranan

perempuan adalah salah satu kunci memutus rantai kemiskinan.

Upaya pemberdayaan perempuan tidak bisa dari satu sektor saja.

Perubahan harus dilakukan dalam berbagai sektor, mulai dari

pemberdayaan ekonomi perempuan, pendidikan perempuan, hingga iklim

dan tatanan sosial yang ramah terhadap perempuan. Hal penting lainnya

adalah perubahan sistem yang selama ini timpang dan telah meminggirkan

perempuan dari haknya sebagai manusia merdeka. Sistem yang tidak adil

harus diubah menjadi sistem yang berperspektif keadilan agar mampu

mendorong terciptanya sistem hukum, terwujudnya tata nilai serta

moralitas yang adil gender.

Pemberdayaan perempuan menjadi penting untuk menekan angka

kemiskinan. Melalui pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan

kapasitas dan rasa percaya diri (self confidence), sehingga berdampak

pada peningkatan kemampuan perempuan untuk mencapai tujuan

pembangunan, termasuk untuk menekan angka kemiskinan.

Page 63: RPJMD 2010-2015

63 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Pemberdayaan perempuan yang dicanangkan dalam Tujuan

Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) untuk

mengurangi kemiskinan perempuan memiliki tiga dimensi. Pertama, human

capability, yakni kemampuan manusia dalam hal pendidikan, kesehatan

dan gizi, dengan menghilangkan kesenjangan pendidikan bagi perempuan

dan laki-laki hingga sekolah menengah. Kedua, acces to resources and

opportunity, akses terhadap sumber daya dan kesempatan yang mengacu

pada aset ekonomi dan partisipasi politik. Ketiga, security, terutama

kerentanan perempuan terhadap kekerasan.

Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measure)

diukur dari partisipasi perempuan di parlemen, persentase perempuan

pekerja profesional, teknisi, kepemimpinan ketatalaksanaan, dan

persentase perempuan pada angkatan kerja. Di Kabupaten Purbalingga

partisipasi perempuan di parlemen tahun 2009 sebanyak 10 orang dari 45

orang atau sebesar 22,22 persen. Berdasarkan status pekerjaannya,

persentase perempuan yang bekerja sebagai buruh/karyawan di Kabupaten

Purbalingga lebih tinggi dibanding buruh/karyawan laki-laki, di mana

persentase buruh perempuan sebesar 30,01%, sedang persentase buruh

laki-laki sebesar 26,19%. Di samping itu persentase jumlah perempuan

yang bekerja namun tidak dibayar angkanya jauh lebih tinggi dibanding

pekerja laki-laki yang tidak dibayar, yaitu sebesar 25,93 persen untuk

perempuan dan 5,80 persen untuk laki-laki. Oleh karena itu, upaya

pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender (PUG) masih

perlu terus didorong. Program pembangunan yang sensitif gender perlu

ditingkatkan agar perempuan dapat terlibat aktif dalam setiap tahap

pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi, hingga pemanfaatan hasil pembangunan.

II.2.4. Perekonomian Daerah

Kondisi perekonomian wilayah Kabupaten Purbalingga yang terdiri

dari 18 kecamatan bila dibagi dalam Kuadran Tipologi Klasen terbagi

menjadi empat kuadran, yakni daerah cepat maju dan cepat tumbuh,

Page 64: RPJMD 2010-2015

64 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

daerah berkembang cepat, daerah maju tetapi tertekan, dan daerah relatif

tertinggal.

Gambar 2. Dimensi Tipologi Klasen 18 Kecamatan di Kabupaten Purbaligga

Tahun 2009

III

Kemangkon

Bukateja

Bojongsari

Mrebet

Bobotsari

Kertanegara

Karangmoncol

I

Purbalingga

Kalimanah

Padamara

Karangreja

Rembang

IV

Kejobong

Kaligondang

II

Pengadegan

Kutasari

Karangjambu

Karanganyar

Berdasarkan tipologi tersebut, terdapat kesenjangan perolehan

PDRB kecamatan dan pendapatan per kapita antarkecamatan. Tipologi I

adalah kecamatan yang sangat pesat pertumbuhan ekonominya dan

pendapatan per kapitanya tinggi, meliputi Kecamatan Purbalingga,

Kalimanah, Padamara, Karangreja, dan Rembang. Ini menunjukkan kelima

kecamatan tersebut merupakan pusat pertumbuhan, dan sebagian aktivitas

perekonomian ada di lima kecamatan tersebut.

Tipologi II meliputi Kecamatan Pengadegan, Kutasari, Karangjambu,

dan Karanganyar. Kecamatan tersebut memiliki pendapatan per kapita

yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah. Hal ini diduga berkaitan

dengan investasi regional dan lokal yang berkembang di Kabupaten

Purbalingga sebagian besar berada di kecamatan tersebut. Demikian juga

kecenderungan arah perkembangan kotanya.

Tipologi III yang meliputi Kecamatan Kemangkon, Bukateja,

Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Kertanegara, dan Karangmoncol,

merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi

pendapatan per kapita lebih rendah dari Kabupaten Purbalingga. Ini

Pendapatan per kapita

Pertu

mbu

han

PD

RB

2,38

5,32

Page 65: RPJMD 2010-2015

65 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

mengindikasikan terjadinya kejenuhan pengembangan di daerah tersebut.

Sementara kecamatan yang tertinggal, baik dilihat dari laju pertumbuhan

PDRB maupun pendapatan per kapitanya, adalah kecamatan di tipologi IV

meliputi Kecamatan Kejobong dan Kaligondang.

Perkembangan sektor-sektor ekonomi dengan menggunakan

analisis Indeks Dominasi Sektor dan Indeks Potensi Pengembangan Sektor

diperoleh sektor yang tidak dominan sampai dengan dominan dan sektor

yang memiliki potensi perkembangan rendah sampai tinggi terlihat pada

tabel 2.2.

Tabel II.2.4-1.Matriks Indeks Dominasi Sektor (IDS) dan

Indeks Potensi Pengembangan Sektor (IPPS)

Kriteria IPPSi < 1 IPPSi >1

IDSi < 1 (1)

(2) Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Bangunan Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan Pengangkutan, dan komunikasi Listrik, gas, dan air bersih

IDSi >1

(3) Pertanian Perdagangan,

hotel dan restoran

(4) Jasa-jasa

Sumber: Analisis, 2009

Berdasarkan tabel di atas, tidak ada satu pun sektor pembentuk

PDRB yang termasuk dalam sektor (1), yakni sektor yang tidak dominan

yang belum berpotensi berkembang. Sektor (2) merupakan sektor yang

tidak dominan yang berpotensi berkembang, meliputi sektor

pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, bangunan, keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, pengangkutan dan komunikasi, serta

listrik, gas dan air bersih. Sektor ini di kemudian hari dapat dijadikan

andalan daerah. Sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran masuk dalam sektor (3), yaitu sektor dominan yang belum

berpotensi berkembang. Sementara sektor jasa-jasa masuk ke dalam

sektor (4), yaitu sektor dominan yang berpotensi berkembang dan dapat

dijadikan andalan daerah.

Page 66: RPJMD 2010-2015

66 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Sektor Pertanian merupakan pemberi kontribusi terbesar dalam

pembentukan PDRB Kabupaten Purbalingga di mana sub sektor tanaman

bahan makanan merupakan penyumbang terbesar di antara sub sektor

lainnya. Produksi padi di Kabupaten Purbalingga, terutama padi sawah,

secara umum selalu mengalami kenaikan. Padi sawah merupakan

komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Purbalingga. Produksi

tanaman padi sawah mengalami kenaikan berturut-turut mulai tahun 2005

sampai dengan tahun 2009, sehingga dalam lima tahun ke depan produksi

padi sawah diharapkan akan terus mengalami peningkatan. Hal ini sangat

berbeda dengan produksi padi ladang yang senantiasa berfluktuasi.

Produksi padi ladang di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2005 sekitar

2.163 ton, turun 36,86 persen dari tahun sebelumnya, dan mengalami

kenaikan berturut-turut mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009,

seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II.2.4-2. Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005 – 2009

Produksi Padi Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Padi Sawah

Produksi (ton) 207.916 206.262 219.610 216.216 196.536

Rata-rata produksi (kw/ha) 63,31 62,54 62,79 63,92 56,65

Padi Ladang

Produksi (ton) 2.162 2.075 2.920 2.879 3.129

Rata-rata produksi (kw/ha) 45,52 46,11 47,33 48,55 42,17

Sumber: PDA Kabupaten Purbalingga Tahun 2010

Perkembangan produksi palawija selama tahun 2005 – 2009 di

Kabupaten Purbalingga secara umum cenderung berfluktuasi. Pada tahun

2007 produksi palawija mengalami penurunan tajam hingga mencapai

angka 290.322 ton. Sedang pada tahun sebelumnya produksi palawija

telah mencapai angka 299.639 ton. Akan tetapi kenaikan yang cukup

tajam kembali terjadi di tahun 2008, yaitu mencapai 293.676 ton.

Page 67: RPJMD 2010-2015

67 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kemudian pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan menjadi

236.868 ton.

Tabel II.2.4-3. Perkembangan Produksi Palawija di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005 – 2009

No Jenis Komoditas Produksi (ton)

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 4 5 6 7 8

II Palawija : - Jagung 36.526 37.708 43.714 43.994 47.638 - Ketela pohon 256.486 253.207 240.152 242.777 182.901 - Ketela rambat 3.699 4.700 4.085 4.399 4.003 - Kacang tanah 3.064 3.211 1.911 2.016 1.885

- Kedelai 771 659 388 406 393

- Kacang hijau 150 154 72 84 48

Jumlah 200.696 299.639 290.322 293.676 236.868 Sumber: PDA Kabupaten Purbalingga Tahun 2010

Produksi tanaman sayur-mayur di Kabupaten Purbalingga

cenderung fluktuatif. Produksi jenis sayur-mayur terbesar adalah kentang,

dan yang paling rendah adalah labu siam. Produksi tanaman sayur-mayur

pada tahun 2009 untuk kentang sebesar 6.122 ton dengan rata-rata

produksi 183,84 kw/ha. Sedangkan produksi labu siam sebesar 51 ton

dengan rata-rata produksi 85,00 kw/ha.

Tabel II.2.4-4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-mayur di

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No

Jenis

Sayur-Sayuran

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Hasil Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi Hasil

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi Hasil

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi Hasil

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi Hasil

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi

(Kw/Ha) (Kw/Ha) (Kw/Ha) (Kw/Ha) (Kw/Ha)

1 Bawang

daun

1.303 73,2 1.292 75,12 910 78,45 986 80,16 1.116 83,92

2 Cabe

besar

1.498 60,4 1.569 61,77 1.243 58,36 1.488 59,06 1.558 59,92

3 Cabe

rawit

221 19,91 229 19,91 239 19,92 252 20,17 349 25,84

4 Ketimun 442 119,46 568 135,24 1.041 130,13 1.088 134,30 706 135,81

5 Tomat 1.105 143,51 1.126 148,16 1.207 149,01 1.319 157,07 1.438 163,39

6 Buncis 413 60,74 411 61,34 307 80,79 369 85,87 318 83,63

7 Labu

siam

- 0 35 70 77 85,56 67 83,20 51 85,00

8 Bayam 73 25,17 105 29,17 135 28,72 209 33,11 238 33,48

9 Kangkung 616 116,23 827 118,14 788 112,57 893 115,95 976 119,00

10 Terong 715 89,38 784 92,24 1.060 121,84 1.121 123,17 843 123,91

11 Kobis 7.932 229,25 8.550 232,34 6.255 239,66 6.058 240,38 5.524 247,70

12 Kacang-

kacangan

1.801 37,29 1.767 36,66 2.404 54,51 2.762 62,07 3.084 67,78

Page 68: RPJMD 2010-2015

68 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

13 Kentang 8.031 175,73 7.703 173,88 6.182 174,63 6.344 182,29 6.122 183,84

14 Pitsay 862 90,74 1.113 96,78 1.216 90,07 1.027 81,47 980 81,00

15 Wortel 3.685 188,97 3.890 195,48 3.673 190,31 3.261 182,18 3.596 197,60

16 Pete 6.584 4,22 1.000 0,43 1.206 3,96 1.404 40,83 2.734 42,08

17 Mlinjo 4.428 3,48 332 0,26 537 2,35 809 29,46 3.146 29,77

Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2005- 2010

Sementara itu produksi buah-buahan di Kabupaten Purbalingga

tidak terlalu tinggi. Produksi buah tertinggi adalah jeruk siam, sedangkan

yang paling rendah produksinya adalah buah sirsak. Produksi buah jeruk

siam pada tahun 2008 sebesar 145.066 ton dengan rata-rata produksi

52,42 kw/ha. Sedangkan produksi buah sirsak sebesar 494 ton dengan

rata-rata produksi 40,13 kw/ha.

Tabel II.2.4-5. Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No

Jenis

Buah-

Buahan

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Produksi

(Kw)

Rata-

rata

Produksi (Kg/Ph)

Produksi

(Kw)

Rata-

rata

Produksi (Kg/Ph)

Produksi

(Kw)

Rata-

rata

Produksi (Kg/Ph)

Produksi

(Kw)

Rata-

rata

Produksi (Kg/Ph)

Produksi

(Kw)

Rata-

rata

Produksi (Kg/Ph)

1 Alpokat 793 46,4 964 51,55 702 58,50 889 58,78 150 59,88

2 Mangga 15.356 52,69 17.470 62,02 14.313 51,93 13.239 50,61 1.575 53,18

3 Rambutan 57.637 66,42 66.251 75,91 42.366 76,16 58.730 84,55 9.980 87,77

4 Duku /

langsat

53.550 100,83 56.642 112,34 31.167 110,83 40.132 115,57 3.929 114,84

5 Jeruk

siam

102.790 55,54 112.654 57,16 160.413 54,16 145.066 52,42 13.962 58,40

6 Durian 49.437 186,38 48.835 185,43 91.562 167,43 87.521 165,76 9.129 166,92

7 Jambu biji 11.074 28,14 12.178 30,81 9.625 35,29 8.977 33,59 935 37,08

8 Jambu air 2.866 39,75 1.457 52,17 570 66,20 3.018 53,89 314 56,64

9 Sawo 1.371 52,15 15.247 44,79 6.347 51,86 702 67,26 77 68,86

10 Pepaya 15.305 43,84 109.686 20,04 135.351 21,13 7.008 51,95 780 57,75

11 Pisang 93.290 18,13 39.967 14,23 40.435 13,62 172.086 22,29 17.668 25,43

12 Salak 41.964 15,54 1.840 50,15 862 49,34 41.128 14,34 3.765 14,66

13 Belimbing 1.622 49,41 7.081 54,98 7.618 56,26 1.173 59,14 134 59,31

14 Sukun 6.535 51,23 8.857 2,57 4.158 2,28 7.618 59,92 684 53,96

15 Nanas 9.938 2,8 2.208 51,53 2.626 58,51 5.116 2,38 470 2,21

16 Manggis 1.919 45,02 10.021 66,55 16.161 91,48 3.191 64,10 677 65,45

17 Nangka 9.128 61,67 463 30,99 379 39,64 21.059 102,06 2.500 109,90

18 Sirsak 515 28,02 3.732 47,51 3.224 57,25 494 40,13 62 42,82

Sumber Data: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2005- 2010

Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Purbalingga yang

tertinggi adalah kelapa, dan yang paling rendah adalah kapuk randu.

Produksi kelapa di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009 sebesar 12.801

ton dengan luas panen 12,149 ha. Sedangkan produksi kapuk randu

sebesar 1 ton dengan luas panen 7 ha.

Page 69: RPJMD 2010-2015

69 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel II.2.4-6. Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Jenis

Tanaman

Tahun

Produksi 2005 2006 2007 2008 2009

Luas

Panen (Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen (Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen (Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen (Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen (Ha)

Produksi

(Ton)

1 Kelapa 12.032 13.366 12.149 12.549 12.149 12.575 12.149 12.575 12.149 12.801 Kopra

2 Kelapa deres 5.168 52.879 5.219 53.490 5.249 53.860 5.249 53.860 5.249 54.942 Gula

Cetak

3 Kopi robusta 14.644 824 1.320 619 1.268 611 1.268 611 1.268 18 Ose

4 Kopi arabika - - - - 54 18 54 18 84 623 Ose

5 Cengkeh 221 26 557 39 557 39 557 39 557 72 Bunga

Kering

6 Panili - - 4 1 4 1 4 1 4 1 Biji

Kering

7 Teh rakyat 164 101 169 106 169 112 169 112 169 114 Daun

Basah

8 Lada 212 307 455 594 455 597 455 597 455 608 Biji Kering

9 Tebu 56 215 178 927 245 1.677 245 1.677 622 3.904 Gula

10 Kapuk randu 4 1 4 1 4 1 4 1 7 1 Serat

11 Melati Gambir

425 3.269 489 3.719 489 3.737 489 3.737 489 3.913 Bunga Basah

12 Nilam 607 5.039 785 5.481 766 5.345 766 5.345 797 5.561 Daun Kering

13 Casiavera 60 377 111 435 130 513 130 513 130 1.530 Kulit

14 Pinang 78 142 88 149 88 151 88 151 88 152 Biji Kering

15 Gelagah

Arjuna

628 908 890 1.262 909 1.335 909 1.335 909 1.520 Bunga

16 Melinjo 146 419 90 422 90 428 90 428 90 436 Buah

Basah

17 Pandan 58 310 57 311 57 322 57 322 57 328 Daun

Basah

18 Sereh 70 670 70 672 70 675 70 675 70 689 Daun

Basah

19 Kapulaga - - - - 45 13 45 13 45 14 Biji

Kering

20 Karet - 16 525 18 10 18 10 18 10 Getah

21 Kakao - - - 246 10 2 10 2 10 3 Biji

Kering

22 Empon-empon

37 382 42 400 - - - - - - Rimpang bsh

Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2005- 2010

Populasi ternak (sapi perah, sapi potong, kuda, kerbau, domba,

kambing, babi, ayam, dan itik) di Kabupaten Purbalingga terbanyak adalah

ayam ras dan yang paling rendah populasinya adalah kuda. Populasi ternak

ayam ras pada tahun 2009 sebesar 3.462.700 ekor. Sedangkan populasi

sapi perah sebesar 112 ekor.

Tabel II.2.4-7. Populasi Ternak di Kabupaten Purbalingga

Tahun 2005 - 2009

No Jenis Ternak

2009

2005 2006 2007 2008 2009

1 Sapi perah 95 97 101 129 158

2 Sapi potong 17.435 18.147 18.982 20.498 21.536

3 Kuda 149 151 155 106 112

Page 70: RPJMD 2010-2015

70 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Jenis Ternak 2009

2005 2006 2007 2008 2009

4 Kerbau 4.978 5.078 5.269 5.417 5.581

5 Domba 29.042 31.318 35.175 37.333 40.719

6 Kambing 160.086 181.055 199.534 227.143 252.725

7 Babi 5.981 6.759 7.246 13.681 16.029

8 Ayam ras 2.480.950 2.557.674 2.700.980 2.873.600 3.462.700

9 Ayam buras 1.096.458 1.119.085 1.120.172 1.128.787 1.344.403

10 Itik 106.850 111.545 111.538 112.850 132.069

Sumber : Kabupaten Purbalingga Dalam Angka Tahun 2010

Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan perkapita

menyebabkan peningkatan permintaan terhadap produk daging, telur,

susu, dan ikan. Peningkatan permintaan terhadap produk peternakan dan

perikanan tersebut harus diimbangi dengan pertumbuhan populasi serta

peningkatan produktivitas ternak dan ikan.

Produksi daging di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009 telah

mencapai 4.871.168 kg, yang sebagian besar disumbang dari produksi

ayam ras pedaging. Sedangkan produksi telur di Kabupaten Purbalingga

sampai dengan tahun 2009 telah mencapai 11.897.777 kg, dan produksi

susu mencapai 24.638 liter.

Tabel II.2.4-8. Produksi Daging, Telur dan Susu di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005–2009

No Produksi Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 4 5 6 7 8

1. Daging ( kg ) 3.962.521 4.249.142 4.197.589 4.292.985 4.871.168

2. Telur ( kg ) 5.812.046 8.078.685 8.185.998 9.235.231 11.897.777

3. Susu ( liter ) 31.306 26.456 24.638 34.638 24.638

Sumber : Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2010

Pembangunan perikanan merupakan bagian dari pembangunan

ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan,

taraf hidup, dan kemandirian petani ikan dalam rangka pencapaian

kecukupan pangan dengan mengembangkan usaha yang berwawasan

agribisnis.

Produksi ikan (kolam, sawah, dan sungai) di Kabupaten

Purbalingga yang tertinggi adalah ikan kolam, dan yang paling rendah

produksinya adalah ikan sawah. Produksi ikan kolam pada tahun 2009

Page 71: RPJMD 2010-2015

71 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

sebesar 8.134.950 kg dengan nilai produksi sebesar Rp. 107.879.141

Sedangkan produksi ikan sawah sebesar 64.320 kg dengan nilai produksi

sebesar Rp 1.625.620.

Tabel II.2.4-9. Produksi dan Nilai Produksi Ikan di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005-2009

No Jenis Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7

1 Kolam

Produksi (kg) 3.341.993 3.676.000 6.337.629 7.757.680 8.134.950

Nilai (Rp.) 375.888.942 39.804.825 65.952.839 94.446.767 107.879.141

2 Sawah

Produksi (kg) 57.764 57.764 23.340 54.020 64.320

Nilai (Rp.) 519.875 519.875 1.006.811 1.395.575 1.625.620

3 Sungai

Produksi (kg) 220.525 231.000 250.001 253.185 257.006

Nilai (Rp.) 1.984.724 2.663.636 2.858.195 2.557.294 3.027.050

4 UPR

Produksi (kg) 94.500 96.422 171.741 158.780 204.884

Nilai (Rp.) 4.725.000 7.886.159 2.081.583 2.900.860 3.706.159

Sumber : Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2010

Sektor industri di Kabupaten Purbalingga merupakan sektor yang

dinamis. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan tingginya pertumbuhan

PDRB sektor industri melampaui pertumbuhan sektor-sektor lainnya

sehingga kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga juga terus

mengalami peningkatan.

Perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Purbalingga

pada tahun 2009 tercatat sebanyak 94 perusahaan dengan 27.225 orang

tenaga kerja. Jumlah industri besar tercatat sebanyak 32 perusahaan

dengan menyerap tenaga kerja 24.116 orang, sedangkan jumlah industri

sedang sebanyak 62 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak

3.109 orang.

Tabel II.2.4-10. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Jenis Industri Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7

1 Industri Besar

Perusahaan 26 25 29 32 32

Page 72: RPJMD 2010-2015

72 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tenaga Kerja 13.031 12.635 21.311 23.918 24.116

2 Industri Sedang

Perusahaan 29 30 77 62 62

Tenaga Kerja 1.344 1.415 3.501 3.065 3.109

Jumlah

Perusahaan 55 55 106 94 94

Tenaga Kerja 14.375 14.050 24.812 26.983 27.225

Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka

Jumlah industri kecil berdasarkan sektor yang terbina di

Kabupaten Purbalingga selama tahun 2005-2009 mengalami peningkatan

yang cukup signifikan, yaitu dari sejumlah 21.563 unit pada tahun 2005

menjadi 35.868 unit pada tahun 2009.

Serapan tenaga kerja pada sektor industri kecil di Kabupaten

Purbalingga selama tahun 2005 - 2009 secara umum terus mengalami

peningkatan, yaitu dari sebesar 68.290 orang pada tahun 2005 menjadi

98.670 orang di tahun 2009

Tabel II.2.4-11. Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja pada Industri

Kecil di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005–2009

No Sektor Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7

1. Unit Usaha (Unit)

21.563 21.653 34.236 34.261 35.868

2. Tenaga Kerja (Orang)

68.290 68.942 92.011 92.011 98.670

3. Nilai Produksi (Rupiah)

374.182.000 374.182.000 734.666.026 734.666.026 743.124.413

Sumber: SIPD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010

Berbagai kebijakan dan langkah yang telah ditempuh oleh

Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam rangka mewujudkan iklim

investasi yang kondusif telah membuahkan hasil berupa berkembangnya

investasi di Kabupaten Purbalingga. Perkembangan investasi di Kabupaten

Purbalingga ditunjukkan dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan

swasta asing yang berorientasi ekspor. Pada saat ini tercatat sebanyak 17

perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berorientasi ekspor

dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 20.772 orang. Dari

perusahaan PMA yang ada di Kabupaten Purbalingga, terdapat 260 plasma

yang menyerap tenaga kerja sebanyak 11.183 orang. Nilai realisasi

investasi PMA setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Pada tahun

Page 73: RPJMD 2010-2015

73 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

2005 total nilai investasi PMA sebesar Rp. 95.009.996.000,- dan pada

tahun 2009 meningkat menjadi sebesar Rp. 176.727.900.000,-.

Berkembangnya investasi PMA maupun Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) di Kabupaten Purbalingga terbukti telah memberikan kontribusi

yang cukup besar bagi peningkatan dan pemerataan pendapatan perkapita

masyarakat serta pengurangan angka pengangguran yang pada akhirnya

juga meningkatkan daya beli masyarakat.

Tabel II.2.4-12.Pertambahan Nilai Investasi dan Total Nilai Investasi PMA

di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Tahun Pertambahan Nilai

Investasi Total Nilai Investasi

Jumlah Perusahan

1. 2005 17.812.996.000 95.009.996.000 13

2. 2006 11.317.270.052 106.327.266.052 13

3. 2007 38.498.975.508 144.826.241.560 13

4. 2008 24.853.500.000 169.679.741.560 17

5. 2009 7.048.158.440 176.727.900.000 17

Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Purbalingga

Perkembangan nilai ekspor di Kabupaten Purbalingga selama

tahun 2005 – 2009 selalu menunjukan peningkatan. Pada tahun 2009

jumlah perusahaan eksportir yang ada di Kabupaten Purbalingga mencapai

sebesar 25 unit dengan nilai ekspor sebesar Rp. 710,411,243,221.82. Kondisi

ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2005, dimana

perusahaan eksportir yang ada baru mencapai 15 unit dengan nilai ekspor

mencapai sebesar Rp. 161,316,714,374.40. Berikut adalah data

perkembangan ekspor di Kabupaten Purbalingga tahun 2005-2009 :

Tabel II.2.4-13 Perkembangan Ekspor Di Kabupaten Purbalingga Tahun

2003 – 2009

No Tahun Jumlah Perusahaan ( Unit ) Nilai Ekspor ( Rp ) 1 2 3 4

1. 2005 15 161,316,714,374.40 2. 2006 18 236,754,397,519.60 3. 2007 19 383,202,191,467.28 4. 2008 23 559,564,178,822.33 5. 2009 25 710,411,243,221.82

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2010

Page 74: RPJMD 2010-2015

74 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Dalam upaya meningkatkan aktivitas perdagangan, Pemerintah

Kabupaten Purbalingga terus mendorong peningkatan kapasitas dan

kualitas prasarana perdagangan yang berupa pasar tradisional, kios, toko

dan sebagainya. Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana

perdagangan khususnya pasar tradisional sangat diperlukan dalam rangka

meningkatkan aktivitas jual beli masyarakat, mengingat perekonomian

Kabupaten Purbalingga sebagian besar didukung oleh perekonomian

rakyat. Kecenderungan terus berkembangnya pasar modern di tengah

kondisi ekonomi masyarakat yang masih bertumpu pada sektor-sektor

tradisional akan berdampak buruk terhadap perekonomian rakyat akibat

membanjirnya berbagai produk industri yang akan mengancam produk-

produk lokal sejenis. Di samping itu, berkembangnya pasar modern akan

memarginalkan usaha perdagangan retail rakyat sehingga lambat laun

akan merusak perekonomian rakyat secara keseluruhan.

Jumlah prasarana perdagangan di Kabupaten Purbalingga terus

mengalami peningkatan selama tahun 2005 – 2009, kecuali untuk jumlah

pasar tradisional yang tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 34 unit.

Di sisi lain, jumlah pasar modern mengalami peningkatan yang sangat

pesat. Pada tahun 2005 terdapat 3 unit pasar modern, selanjutnya pada

tahun 2008 berkembang menjadi 30 unit, dan pada tahun 2009 meningkat

sangat pesat menjadi 37 unit.

Tabel II.2.4-14. Pasar di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 – 2009

Tahun Jenis Pasar

Toko Modern Pasar Tradisional 1 2 3

2005 3 34

2006 5 34

2007 5 34

2008 30 34

2009 37 34

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Tahun 2009

Page 75: RPJMD 2010-2015

75 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Sektor koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi cukup besar

dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Purbalingga. Data yang ada

menunjukkan bahwa perkembangan jumlah koperasi secara umum

mengalami peningkatan yang signifikan, dari 417 unit pada tahun 2007

menjadi 539 unit pada tahun 2009. Adapun jumlah koperasi unit desa tidak

mengalami perkembangan yakni sejumlah 16 koperasi unit desa.

Tabel II.2.4-15. Jumlah Koperasi di Kabupaten Purbalingga Tahun

2007–2009

No Uraian Satuan TAHUN

2007 2008 2009 1 2 3 6 7 8

1. Koperasi Berbadan

Hukum Unit 181 223 224

2. Koperasi Tidak Berbadan Hukum

Unit 220 220 299

3. Koperasi Unit Desa unit 16 16 16 Jumlah Unit 417 459 539

Sumber: Kabupaten Purbalingga Dalam Angka

Kabupaten Purbalingga memiliki cukup banyak potensi wisata baik

yang sudah dikembangkan maupun yang belum. Secara umum, sektor

pariwisata di Kabupaten Purbalingga mengalami perkembangan yang

cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir.

Tabel II.2.4-16. Penyebaran Obyek Wisata di Kabupaten Purbalingga

Tahun 2009

Wilayah Potensi Jenis Obyek Wisata

Alam Buatan Sejarah

Wilayah I

Kec. Purbalingga

Makam Arsantaka, Makam Narasoma

Kec. Kutasari Sendang Semingkir Kolam renang Tirta Asri Taman Reptil Museum Uang

Kec. Bojongsari

Desa Wisata Karangbanjar

Obyek Wisata Air Bojongsari (OWABONG)

Makam Giri Cendana Alang-alang Bundel

Kec. Padamara

Taman Aquarium-Purbasari Pancuran Mas

Kec. Kemangkon Batu Lingga Yoni dan Palus

Page 76: RPJMD 2010-2015

76 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Wilayah Potensi Jenis Obyek Wisata

Alam Buatan Sejarah

Wilayah II

Kec. Bukateja Batu Lingga, Makam Adipati Wirasaba

Kec. Karangmoncol Makam Machdum Cahyana,

Kec. Rembang Curug Panyatan, Curug Aul, Curug Karang

Batu Balincung, Archa Shiwa Ardi Lawet Monumen Jend. Sudirman

Kec. Pengadegan Mahadewa, Arca Ganesa

Wilayah III

Kec. Bobotsari Batu Balok, Kemongkrong

Kec. Mrebet

Curug Nini dan Putut Curug Ilang, G.Lampang,

Curug Slintang dan Silawang, Tuk Arus

Juru Sekam, Batu Arkeologi

Kec. Karangreja

Pendakian G. Slamet,Gua Lawa,

Wana Wisata Serang

Kebun Strobery

Sumber: Disbudparpora Kabupaten Purbalingga

Upaya pengembangan obyek wisata di Kabupaten Purbalingga

telah menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari semakin

meningkatnya angka kunjungan wisata dari tahun ke tahun. Pada tahun

2005 jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Purbalingga sebanyak

387.310 orang, dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2008

dengan angka kunjungan sebanyak 1.256.517 orang. Pada tahun 2009

angka kunjungan wisata di Kabupaten Purbalingga sedikit mengalami

penurunan menjadi 1.090.113 orang. Hal ini dimungkinkan karena

tumbuhnya beberapa obyek wisata sejenis di daerah lain. Dengan

memperhatikan hal tersebut maka perlu dilakukan upaya terus menerus

untuk mengembangkan obyek dan potensi wisata yang ada guna

meningkatkan daya tarik pariwisata di Kabupaten Purbalingga terutama

potensi wisata yang belum sepenuhnya dikembangkan seperti potensi agro

wisata di Desa Serang, Goa Lawa, Monumen Tempat Lahir Jenderal

Soedirman dan sebagainya.

Meskipun angka kunjungan wisata di Kabupaten Purbalingga

terus mengalami peningkatan tetapi dilihat dari sisi lama tinggal wisatawan

masih belum mengalami peningkatan yang berarti yaitu rata-rata hanya 1

Page 77: RPJMD 2010-2015

77 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

(satu) hari. Hal ini di samping disebabkan terbatasnya obyek wisata juga

karena kurang tersedianya sarana penunjang pariwisata khususnya sarana

penginapan yang memadai.

Tabel II.2.4-17. Banyaknya Pengunjung Obyek Wisata di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005-2009

No Obyek Wisata Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7

1 Walik 73.635 49.973 55.856 53.218 53.780

2 Goa Lawa 51.503 46.549 54.145 62.752 37.640

3 Owabong 260.988 577.700 930.297 1.147.540 994.476

4 Monumen Jenderal

Soedirman

1.184 1.597 1.338 2.007 4.217

Jumlah 387.310 675.819 1.041.636 1.256.517 1.090.113

Sumber: Kabupaten Purbalingga Dalam Angka 2010

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Purbalingga cenderung

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ketersediaan lapangan kerja di

Kabupaten Purbalingga cenderung tidak sebanding dengan jumlah

angkatan kerja yang ada, terutama lapangan kerja bagi penduduk laki-laki.

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2005

mencapai 406.236 orang. Angka tersebut cenderung mengalami

peningkatan dan sampai dengan tahun 2009 jumlahnya mencapai 455.325

orang. Salah satu faktor yang menyebabkan makin tingginya jumlah

angkatan kerja ini adalah banyaknya lulusan sekolah, terutama SMP, SMA

yang tidak dapat melanjutkan sekolah dan lulusan perguruan tinggi yang

tidak mendapatkan pekerjaan.

Jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Purbalingga

(berdasarkan definisi angkatan kerja dikurangi kesempatan kerja yang

tersedia) selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 secara umum

cenderung mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2007 yang

mengalami peningkatan.

Tabel II.2.4-18. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat

Pengangguran di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005- 2009

2

No Uraian Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7

Kabupaten Purbalingga

1. Angkatan Kerja 421.062 385.800 423.566 410.516 423.566

2. Pengangguran 19.202 17.187 32.008 29.058 27.785

Page 78: RPJMD 2010-2015

78 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

(berdasarkan definisi angkatan kerja dikurangi oleh kesempatan kerja yang tersedia)

(4,56%) (4.45%) (7,56%) (7.08%) (6,56%)

Provinsi Jawa Tengah

1. Angkatan Kerja 16.634.255 16.408.175 17.664.277 16.690.966 17.087.649

2. Pengangguran (berdasarkan definisi angkatan kerja dikurangi oleh kesempatan kerja yang tersedia)

978.952 (5.89%)

1.197.244 (7.29%)

1.360.219 (7.70%)

1.227.308 (7.35%)

1.152.267 (7,33 %)

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Purbalingga berkaitan

erat dengan jumlah penduduk yang termasuk usia kerja. Jumlah penduduk

di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009 yang sudah bekerja adalah

420.125 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar bekerja pada sektor

Pertanian, kehutanan, pekebunan dan perikanan sebanyak 157.577 orang,

sedangkan proporsi paling kecil bekerja pada sektor Listrik, gas dan air

sebanyak 1.079 orang. Adapun sektor industri pengolahan menyerap

angkatan kerja terbesar kedua yakni sebanyak 56.920 orang.

Tabel II.2.4-19. Banyaknya Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Lapangan

Usaha di Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 – 2009

No Lapangan Usaha

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pertanian, Kehutanan, Pekebunan, Peternakan dan Perikanan

138.837 36,86 154.006 37,59 154.006 37,59 113.157 29,51 157.577 37,51

2 Pertambangan dan Penggalian

1.188 0,32 2.339 0,57 2.339 0,57 2.263 0,59 2.402 0,57

3 Industri Pengolahan 84.378 22,40 88.201 21,53 88.201 21,53 107.716 28,09 90.562 21,56

4 Listrik, Gas dan Air Minum

606 0,16 1.051 0,26 1.051 0,26 847 0,22 1.079 0,26

5 Bangunan 28.491 7,56 26.143 6,38 26.143 6,38 26.811 6,99 26.843 6,39

6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel

75.435 20,03 81.064 19,79 81.064 19,79 74.063 19,31 83.234 19,81

7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi

11.394 3,03 15.094 3,68 15.094 3,68 13.398 3,49 15.498 3,69

Page 79: RPJMD 2010-2015

79 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

8 Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan

3.600 0,96 2.526 0,62 2.526 0,62 2.631 0,69 2.594 0,62

9 Jasa Kemasyarakatan 32.697 8,68 39.276 9,59 39.276 9,59 42.604 11,11 40.336 9,60

Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Purbalingga

Pada sub sektor kehutanan, produksi kayu bulat merupakan

produksi hasil hutan yang paling dominan di Kabupaten Purbalingga.

Produksi kayu bulat antara tahun 2005-2009 mengalami perkembangan

yang fluktuatif dengan jumlah produksi pada tahun terakhir mencapai

sebesar 20.326,16 m³. Produksi hasil hutan lainnya adalah kayu gergajian

sebanyak 14.228,31 m³, kayu olahan sebanyak 8.130,46 m³ dan hasil

hutan ikutan (gondorukem dan damar) sebanyak 110.285 m³.

Tabel II.2.4-20. Produksi Hutan non-HPH Kabupaten Purbalingga Tahun

2005-2009

Jenis produksi Produksi (m3)

2005 2006 2007 2008 2009

Kayu bulat 65.210 81.855 2.402,06 23.554,98 20.326,16

Kayu gergajian 43.473 45.656 4.453 164.488,48 14.228,31

Kayu olahan 324,82 9.421,99 8.130,46

Hasil hutan ikutan

a) Gondorukem 673,33 423,85 0 108.275

b) Damar 14.839 21.148 12.031 0 2.010

Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Purbalingga

Luas areal hutan hasil reboisasi di Kabupaten Purbalingga pada

tahun 2009 telah mencapai 5.373 ha. Kondisi ini menunjukan peningkatan

yang sangat tajam bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

hanya seluas 400 ha.

Tabel II.2.4-21. Luas Rehabilitasi Hutan Kabupaten Purbalingga Tahun

2005-2009

Jenis Luas (Ha)

2005 2006 2007 2008 2009

Lahan Kritis 16.809,69 14.584,51 11.903,11 8.695,25 8.343,25

Lahan Reboisasi 95,20 81,70 883,30 400 5.373,35

Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Purbalingga

Page 80: RPJMD 2010-2015

80 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Di sektor pertambangan, potensi terbesar yang dimiliki oleh

Kabupaten Purbalingga adalah berupa bahan galian golongan C. Jenis

bahan tambang yang dihasilkan Kabupaten Purbalingga antara lain batu

belah, batu olahan, andesit, tanah urug, pasir dan tanah liat. Lokasi

penambangan bahan galian golongan C sebagian besar dilakukan di Sungai

Klawing dan Sungai Serayu berupa pasir dan sirtu. Adapun persebaran

data penambangan pasir dan sirtu di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat

dalam tabel di bawah.

Tabel II.2.4-22. Data Penambangan Bahan Galian Pasir dan Sirtu di

Kabupaten Purbalingga Tahun 2009

No Jenis bahan galian

Lokasi Luas areal (m²)

Kapasitas produksi per

bulan

1 Pasir Sungai Klawing, Desa Toyareja Kec. Purbalingga 900 7560 ton

2 Pasir Sungai Klawing, Desa Toyareja Kec. Purbalingga 600 5490 ton

3 Pasir Sungai Klawing, Desa Bokol Kec. Kemangkon 300 3240 ton

4 Pasir Sungai Klawing, Desa Karang Kemiri Kec. Kemangkon

100 3240 ton

5 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 3240 ton

6 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 4320 ton

7 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 400 3240 ton

8 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 2160 ton

9 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 3240 ton

10 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 100 1080 ton

11 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 2160 ton

12 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 3240 ton

13 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 200 2160 ton

14 Sirtu Sungai Serayu, Desa Karanggedang Kec. Kemangkon

400 3240 ton

15 Sirtu Sungai Serayu, Desa Karanggedang Kec. Kemangkon

250 2160 ton

16 Sirtu Sungai Serayu, Desa Karanggedang Kec. Kemangkon

750 3240 ton

17 Sirtu Sungai Serayu, Desa Karanggedang Kec. Kemangkon

750 3240 ton

18 Sirtu Sungai Serayu, Desa Cipawon Kec. Bukateja 100 1080 ton

19 Sirtu Sungai Serayu, Desa Karangcengis Kec. Bukateja 750 4320 ton

20 Sirtu Sungai Klawing, Desa Muntang Kec. Bukateja 500 3240 ton

21 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 300 90 m³

22 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 1000 1440 m³

23 Pasir Sungai Klawing, Desa Kedungbenda Kec. Kemangkon

6000 Tidak tersedia

24 Pasir Sungai Klawing, Desa Senon Kec. Kemangkon 3750 75 m³

25 Pasir Sungai Klawing, Desa Bokol Kec. Kemangkon 600 30 m³

26 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 1000 450 m³

27 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 450 m³

28 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon 500 400 m³

29 Pasir Sungai Klawing, Desa Senon Kec. Kemangkon 2700 120 m³

30 Pasir Sungai Klawing, Desa Toyareja Kec. Purbalingga 900 700 m³

31 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon Tidak tersedia

Tidak tersedia

Page 81: RPJMD 2010-2015

81 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Jenis bahan galian

Lokasi Luas areal (m²)

Kapasitas produksi per

bulan

32 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon Tidak tersedia

Tidak tersedia

33 Pasir Sungai Klawing. Desa Karanggedang Kec. Bukateja

Tidak tersedia

Tidak tersedia

34 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon Tidak tersedia

Tidak tersedia

35 Pasir Sungai Klawing, Desa Jetis Kec. Kemangkon Tidak tersedia

Tidak tersedia

Sumber : Inventarisasi Data Sektoral Pertambangan dan Energi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Purbalingga Tahun 2009

Berikut adalah perkembangan produksi hasil tambang di

Kabupaten Purbalingga tahun 2005–2009.

Tabel II.2.4-23. Perkembangan Produksi Hasil Tambang di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005-2009

No Jenis

Tambang

Tahun(m3)

2005 2006 2007 2008 2009

1 Pasir 364.146 429.588 447.703 259.722 NA

2 Batu 337.113 351.517 378.521 392.470 NA

3 Kerikil 65.455 69.503 72.107 80.089 NA

4 Tanah Liat 166.799 168.872 173.458 182.483 NA

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga

Minyak tanah dan gas merupakan sumber energi yang tidak bisa

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kabupaten Purbalingga sehari-hari.

Gas dan minyak tanah pada umumnya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan energi yang berupa bahan bakar untuk memasak. Pasokan gas

di Kabupaten Purbalingga didistribusikan oleh dua unit Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Elpiji (SPBE) yang masing – masing berkapasitas tangki

timbun 50.000 metrik ton yaitu SPBE PT. Serayu Gas Abadi di Desa

Kedungjati Kecamatan Bukateja dan SPBE PT. Indomarketing World di

Desa Kajongan Kecamatan Bojongsari. Sedangkan untuk minyak tanah

didistribusikan oleh dua agen minyak tanah yaitu PT. Sri Wijaya Bumi

Pertiwi dengan kapasitas distribusi 20 tanki (masing-masing 5000 liter) per

bulan dan PT. Asri Jaya Raharja dengan kapasitas distribusi 10 tanki

(masing-masing 5000 liter) per bulan.

Page 82: RPJMD 2010-2015

82 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Sedangkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di

Kabupaten Purbalingga telah berdiri sebanyak 10 unit, sebagaimana tabel

berikut :

Tabel II.2.4-24. Daftar SPBU di Kabupaten Purbalingga

No Nomor SPBU Alamat Kapasitas Pelayanan ( liter/bulan )

Premium Solar Pertamax

1 44.533.01 Jl. Mayjend. Sungkono 300.000 150.000 -

2 44.533.02 Selaganggeng 450.000 200.000 -

3 44.533.03 Bajong 240.000 75.000 -

4 44.533.04 Kedungmenjangan 400.000 200.000 -

5 44.533.05 Brobot 300.000 150.000 -

6 44.533.06 Kalimanah wetan 350.000 100.000 40.000

7 44.533.07 Babakan 300.000 200.000 40.000

8 44.533.08 Karang Reja 200.000 100.000 -

9 44.533.09 Karangmoncol 200.000 100.000 -

10 44.533.10 Kaligondang 250.000 150.000 -

Secara umum seluruh desa di Kabupaten Purbalingga sudah

mendapatkan pelayanan listrik dari PLN, namun demikian masih ada

sebagian kecil masyarakat, khususnya pada rumah tangga miskin di

perdesaan yang belum menikmati fasilitas listrik. Di samping itu masih

terdapat beberapa dukuh yang belum terjangkau jaringan listrik PLN

karena faktor jarak dan jumlah rumah tangga calon pelanggan yang

kurang memadai, sehingga kurang efisien apabila dibangun jaringan.

Sampai dengan tahun 2009 masyarakat yang telah menikmati

fasilitas listrik adalah sebanyak 223.987 rumah tangga atau 98 persen.

Sementara itu masih terdapat sekitar 3.875 rumah tangga atau 2 persen

yang belum bisa menikmati fasilitas listrik. Oleh karena itu, perlu adanya

perhatian lebih dari pemerintah daerah dan Perusahaan Listrik Negara

(PLN) untuk terus berusaha agar seluruh masyarakat di wilayah Kabupaten

Purbalingga dapat menikmati fasilitas listrik.

Page 83: RPJMD 2010-2015

83 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Sampai dengan saat ini, Kabupaten Purbalingga tidak memiliki

pembangkit listrik on-grid berskala besar sehingga semua pasokan listrik

berasal dari luar Purbalingga. Ditinjau dari sistem transmisinya, wilayah

Kabupaten Purbalingga dilalui oleh Transmisi Tegangan Tinggi 150 KV

tersebar dari gardu induk Bojonegoro Jawa Timur sampai dengan gardu

induk Sunyaragi Jawa Barat dan Jalur selatan dari gardu induk Ngawi Jawa

Timur sampai dengan gardu induk Banjar di Jawa Barat. Transmisi

tegangan ini masuk ke Kabupaten Purbalingga melalui gardu induk

Kemangkon dan kemudian didistribusikan ke seluruh wilayah Kabupaten

Purbalingga.

Sumber energi yang potensial untuk dikembangkan guna

mencukupi kebutuhan energi di Kabupaten Purbalingga adalah

pemanfaatan energi air dan energi surya melalui pengembangan

pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan tenaga surya (PLTS).

Namun demikian berdasarkan hasil kajian yang telah dilaksanakan,

pemanfaatan potensi sumberdaya air yang ada di Kabupaten Purbalingga

sebagai pembangkit listrik dan pengembangan PLTS secara ekonomis

kurang efisien karena potensi sumberdaya air yang ada pada masing-

masing lokasi kapasitasnya terbatas, sedangkan pengembangan PLTS

membutuhkan biaya yang mahal.

II.2.5. Prasarana Wilayah

Penyediaan prasarana wilayah merupakan unsur penting dalam

mempercepat perkembangan wilayah dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Kelancaran seluruh aktivitas sosial ekonomi masyarakat

sangat dipengaruhi oleh dukungan infrastruktur wilayah dan fasilitas umum

yang ada. Secara umum ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah

dan fasilitas umum dapat dikatakan masih belum merata, baik dari sisi

kuantitas maupun kualitas. Selanjutnya, kondisi ketersediaan beberapa

jenis prasarana wilayah di Kabupaten Purbalingga dapat digambarkan

sebagaimana uraian berikut ini.

Page 84: RPJMD 2010-2015

84 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.2.5.1. Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi yang ada di Kabupaten Purbalingga terdiri

dari jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa. Kabupaten Purbalingga

tidak dilewati jalan nasional. Hal ini menyebabkan Kabupaten Purbalingga

secara konstelasi wilayah kurang strategis. Ruas jalan provinsi yang ada di

Kabupaten Purbalingga sebagian besar masih dalam kondisi kejenuhan

normal (DS < 0,75). Namun demikian, lebar jalan dan kualitas permukaan

jalan pada umumnya masih kurang memadai.

Tabel II.2.5.1-1. Daftar Nama Jalan Provinsi di Kabupaten Purbalingga

No Nama Jalan Panjang (km) Lebar (m) Kelas jalan

1. Sokaraja-Kalimanah 5 6 IIIA

2. Kalimanah-Purbalingga 5,5 6 IIIA

3. Purbalingga-Bobotsari 9,71 6 IIIA

4. Klampok-Purbalingga 12 7,3 IIIA

5. Bobotsari-Karangreja 11 5 IIIA

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga

Dari tabel di atas terlihat bahwa jalan provinsi yang ada di

Kabupaten Purbalingga sebagian besar memiliki lebar 6 meter. Lebar jalan

provinsi yang ada difungsikan dengan pola 2 lajur - 2 arah dengan lebar

tiap lajur 3 m. Lebar lajur seperti ini hanya mampu menampung lalu lintas

dengan kecepatan rata-rata sampai 60 km/jam. Kondisi ini jelas kurang

ideal dan perlu dibenahi. Seharusnya jalan provinsi mempunyai lebar

perkerasan minimal 7 m dengan lebar tiap lajurnya 3,5 m sehingga mampu

menampung kecepatan rata-rata sampai 80 km/jam.

Jaringan jalan di Kabupaten Purbalingga secara konstelasi regional

menghubungkan wilayah Kabupaten Purbalingga dengan kabupaten/kota di

sekitarnya, yaitu Kota Purwokerto, Kabupaten Banjarnegara, dan

Kabupaten Pemalang. Kondisi jalan yang ada di Kabupaten Purbalingga

pada umumnya cukup baik, meskipun masih ada beberapa ruas jalan yang

kondisinya kurang baik.

Secara keseluruhan, panjang jalan kabupaten dan provinsi di

Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009 adalah 753,414 km. Struktur

jaringan jalan yang ada membentuk pola konsentrik, dengan pusat kota

Page 85: RPJMD 2010-2015

85 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

sebagai pusatnya dan jalan provinsi sebagai aksisnya. Panjang jalan

kabupaten pada tahun 2009 adalah 710,204 km atau 94,26 persen dari

total panjang jalan. Berdasarkan jenis perkerasannya, jalan kabupaten

yang telah diaspal pada tahun 2009 mencapai 95,29 persen, sedangkan

jalan yang belum beraspal sebesar 4,71 persen.

Tabel II.2.5.1-2. Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Purbalingga Tahun

2005-2009

Kondisi Jalan Tahun (km)

2005 2006 2007 2008 2009

1. Jalan Aspal

2. Jalan Tanah 3. Jalan Kerikil

287,693

83,479 337,186

379,215

54,295 276,694

398,957

54,295 256,952

658,181

8,600 43,423

676,722

6,100 27,382

Jumlah A + B 710,204 710,204 710,204 710,204 710,204

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga

Pertumbuhan kendaraan bermotor roda empat di Kabupaten

Purbalingga dalam kurun waktu lima tahun terakhir mencapai 15,44

persen. Pada tahun 2009 jenis kendaraan bermotor roda empat yang

memiliki jumlah terbanyak adalah jenis Pick Up yaitu sebanyak 2.544 unit.

Sementara jenis kendaraan bermotor roda empat yang memiliki jumlah

terkecil adalah berjenis truk gandeng yaitu sebanyak 4 unit.

Tabel II.2.5.1-3. Jumlah Kendaraan Angkutan Roda Empat di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005-2009

No Jenis

Kendaraan

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Mobil bus 554 623 620 642 666

2 Mobil

penumpang

119 96 75 42 35

3 Mobil barang 18 17 44 28 24

4 Truk 968 943 927 1.013 1.109

5 Pick Up 2.116 2.147 2.221 2.295 2.544

6 Tangki 28 31 19 16 16

7 Kendaraan

khusus

0 6 5 7 5

8 Truk gandeng 11 9 7 9 4

Jumlah 3.814 3.872 3.918 4.052 4.403 Sumber: Purbalingga Dalam Angka Tahun 2005 – 2010, diolah

Page 86: RPJMD 2010-2015

86 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Terminal di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009 berjumlah

lima buah terminal tipe C yang berlokasi di Kecamatan Purbalingga,

Kecamatan Bobotsari, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kejobong dan

Kecamatan Bukateja.

Tabel II.2.5.1-4. Type Terminal Angkutan Umum di Kabupaten Purbalingga

No Nama terminal Lokasi

kecamatan Tipe

Rencana Pengembangan

dalam RTRW Tahun 2011 -2013

1 Purbalingga Kalimanah C C

2 Bobotsari Bobotsari C A

3 Rembang Rembang C C

4 Kejobong Kejobong C C

5 Bukateja Bukateja C C Sumber: Purbalingga Dalam Angka

Transportasi umum di Kabupaten Purbalingga dilayani oleh

angkutan kota dan angkutan perdesaan yang menggunakan mobil bus

umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek. Terdapat

14 jalur trayek angkutan kota yang dilayani oleh 211 unit kendaraan

berwarna oranye. Angkutan perdesaan yang menjangkau seluruh wilayah

melayani 22 trayek dengan 584 unit kendaraan.

Transportasi umum ke wilayah sekitar Kabupaten Purbalingga

seperti Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Wonosobo, Tegal dan Pemalang

mengunakan bus umum. Terdapat 33 trayek dengan jumlah kendaraan

mencapai 124 unit. Di Kabupaten Purbalingga juga terdapat bus umum

tujuan kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung serta dilintasi

angkutan bus trayek Purwokerto-Semarang.

II.2.5.2. Prasarana Irigasi

Jaringan irigasi mempunyai fungsi menjaga kontinuitas pasokan air

ke lahan pertanian dan menjaga kelebihan limpasan air hujan agar tidak

menjadi banjir. Jaringan irigasi di Kabupaten Purbalingga meliputi irigasi

teknis dan setengah teknis serta irigasi sederhana.

Pada tahun 2009, luas daerah irigasi di Kabupaten Purbalingga

seluas 6.044,02 ha. Kondisi ini sangat menguntungkan untuk

Page 87: RPJMD 2010-2015

87 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

meningkatkan produksi pertanian yang luas lahannya terbesar

dibandingkan dengan fungsi-fungsi lahan lainnya. Prasarana pengairan

yang ada di Kabupaten Purbalingga berupa bendungan dan saluran irigasi.

Bendungan tersebut bersumber dari beberapa sungai besar yang terdapat

di Kabupaten Purbalingga, antara lain Sungai Serayu, Sungai Klawing, dan

Sungai Pekacangan. Sistem irigasi yang ada di Kabupaten Purbalingga

dikelompokkan dalam tiga katagori yaitu irigasi teknis, irigasi setengah

teknis, dan irigasi sederhana.

Tabel II.2.5.2-1. Data Penanganan Prasarana Irigasi UPTD Wilayah

Kabupaten Purbalingga Tahun 2009

NO

NAMA DAERAH IRIGASI

AREAL

(Ha)

PANJANG SALURAN JUMLAH BANGUNAN KONDISI

INDUK

(Km)

SEKUN

DER

(Km)

BEN

DUNG

BANG.

SADAP

BANG. BAGI

SALURAN BANGUNAN

BAIK (%)

RUSAK (%)

BAIK (Bh)

RUSAK (Bh)

1 Situtirtomarto Mata Air 866,60 0,44 17,70 2,00 31,00 2,00 30,00 70,00 7,00 26,00

2 Limpakdau 792,31 1,96 8,84 3,00 20,00 1,00 30,00 70,00 11,00 13,00

3 Kedungjampang 462,04 0,00 1,35 1,00 8,00 0,00 55,00 45,00 8,00 1,00

4 Rabak 420,21 0,00 2,60 1,00 11,00 0,00 20,00 80,00 7,00 5,00

5 Larangan I 369,22 0,00 6,69 1,00 10,00 0,00 30,00 70,00 5,00 6,00

6 Larangan II 89,11 0,00 2,09 1,00 5,00 0,00 32,00 68,00 4,00 2,00

7 Kedungjeruk 8,00 0,00 0,60 1,00 1,00 0,00 30,00 70,00 2,00 3,00

8 Kedungsiung 238,00 0,00 3,50 1,00 15,00 0,00 28,00 72,00 7,00 9,00

9 Kalimanah 231,05 0,80 5,54 1,00 9,00 1,00 23,00 77,00 7,00 5,00

10 Kyai Wilah 218,20 0,45 1,87 1,00 2,00 0,00 18,00 82,00 2,00 1,00

11 Badak 129,50 0,00 1,50 1,00 0,00 0,00 36,00 64,00 1,00 0,00

12 Lingga Mata Air 125,00 0,00 1,70 1,00 0,00 0,00 47,00 53,00 1,00 0,00

13 Kedung Arus 122,50 0,00 0,55 1,00 0,00 0,00 80,00 20,00 1,00 0,00

14 Kedungklapa 109,79 0,00 3,70 1,00 1,00 2,00 41,00 59,00 0,00 4,00

15 Lemberang 105,00 0,00 1,20 1,00 2,00 0,00 41,00 59,00 1,00 2,00

16 Pribadi 99,00 0,00 2,00 1,00 4,00 0,00 25,00 75,00 5,00 1,00

17 Wadastarum 95,00 0,00 2,50 1,00 0,00 0,00 20,00 80,00 1,00 0,00

18 Karangreja 88,40 0,00 0,70 1,00 3,00 0,00 57,00 43,00 2,00 2,00

19 Siceting 74,00 0,00 2,50 1,00 4,00 0,00 80,00 20,00 3,00 3,00

20 Metenggeng 81,00 0,00 1,20 1,00 0,00 0,00 62,00 38,00 0,00 0,00

21 Brunyah Mata Air 75,50 0,00 0,50 0,00 2,00 1,00 20,00 80,00 2,00 1,00

22 Kleang 66,50 0,00 2,00 1,00 0,00 0,00 37,00 63,00 1,00 0,00

23 Prabuwulan Mata Air 65,35 0,00 2,50 0,00 0,00 0,00 75,00 25,00 0,00 0,00

24 Gumelar 63,00 0,00 2,00 1,00 0,00 0,00 75,00 25,00 1,00 0,00

25 Purwohadi 57,00 0,00 1,00 1,00 2,00 0,00 25,00 75,00 2,00 1,00

26 Klantang/karangtengil 55,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 25,00 75,00 1,00 0,00

27 Karanggaren 49,00 0,00 0,80 1,00 1,00 0,00 37,00 63,00 2,00 0,00

28 Candinata 42,00 0,00 0,60 1,00 0,00 0,00 33,00 67,00 1,00 0,00

29 Kajar II 41,20 0,00 1,40 1,00 0,00 0,00 35,00 65,00 1,00 0,00

30 Petir 41,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 90,00 10,00 0,00 0,00

31 Paseh 40,00 0,00 0,70 0,00 0,00 0,00 75,00 25,00 0,00 0,00

32 Manggung 38,60 0,00 0,75 1,00 0,00 0,00 65,00 35,00 0,00 1,00

33 Kemusuk 37,00 0,00 0,80 1,00 0,00 0,00 28,00 72,00 0,00 1,00

34 Alang-Alang 36,00 0,00 1,00 1,00 5,00 0,00 25,00 75,00 0,00 6,00

35 Curug 34,00 0,00 0,50 1,00 4,00 0,00 75,00 25,00 2,00 4,00

36 Berem 33,00 0,00 0,60 1,00 1,00 0,00 50,00 50,00 0,00 0,00

37 Karangpetir 32,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 60,00 40,00 1,00 0,00

Page 88: RPJMD 2010-2015

88 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

NO

NAMA DAERAH IRIGASI

AREAL

(Ha)

PANJANG SALURAN JUMLAH BANGUNAN KONDISI

INDUK

(Km)

SEKUN DER

(Km)

BEN

DUNG

BANG.

SADAP

BANG. BAGI

SALURAN BANGUNAN

BAIK (%)

RUSAK (%)

BAIK (Bh)

RUSAK (Bh)

38 Karangsari 30,00 0,00 0,50 1,00 1,00 1,00 20,00 80,00 2,00 0,00

39 Depok 29,00 0,50 0,50 1,00 3,00 1,00 85,00 15,00 3,00 2,00

40 Genting 25,00 0,00 0,80 1,00 0,00 0,00 62,00 38,00 0,00 1,00

41 Kedungsalak 25,00 0,00 1,50 1,00 0,00 0,00 90,00 10,00 0,00 1,00

42 Kracak 25,00 0,00 0,70 1,00 0,00 0,00 28,00 72,00 0,00 1,00

43 Tinggar 25,00 0,00 2,00 1,00 4,00 0,00 25,00 75,00 0,00 1,00

44 Batu 23,00 0,00 1,84 1,00 0,00 0,00 27,00 73,00 0,00 1,00

45 Gowok 22,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 50,00 50,00 0,00 1,00

46 Kalitengah 19,00 0,00 1,00 1,00 1,00 0,00 20,00 80,00 2,00 0,00

47 Limbangan 19,00 0,00 0,75 1,00 1,00 0,00 40,00 60,00 0,00 2,00

48 Tanggulasih 17,78 0,00 0,80 1,00 1,00 0,00 62,00 38,00 0,00 2,00

49 Babakan 16,00 0,00 1,20 1,00 0,00 0,00 25,00 75,00 0,00 1,00

50 Sinangka 14,00 0,00 3,00 1,00 0,00 0,00 80,00 20,00 0,00 0,00

51 Sibayur 13,00 0,00 0,50 1,00 0,00 0,00 50,00 50,00 0,00 1,00

52 Karangjengkol 18,72 0,00 0,70 1,00 0,00 0,00 40,00 60,00 1,00 0,00

53 Kedungpete 12,00 0,00 0,60 1,00 0,00 0,00 40,00 60,00 0,00 1,00

54 Kedungbelis 10,95 0,00 0,35 1,00 0,00 0,00 75,00 25,00 0,00 1,00

55 Kedoya 10,50 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 80,00 20,00 0,00 1,00

56 Bulakan 10,00 0,00 1,00 1,00 3,00 0,00 25,00 75,00 1,00 3,00

57 Kedungdamang 10,00 0,00 0,60 1,00 0,00 0,00 35,00 65,00 0,00 1,00

58 Waringain 8,00 0,00 0,50 1,00 0,00 0,00 80,00 20,00 1,00 0,00

59 Ampel 6,00 0,00 0,40 1,00 0,00 0,00 75,00 25,00 0,00 1,00

60 Tahun 5,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 80,00 20,00 0,00 0,00

61 Makam 120,00 0,00 0,60 1,00 0,00 0,00 85,00 15,00 0,00 0,00

JUMLAH 6.044,02 4,15 109,32 59,00 155,00 9,00 99,00 119,00

Sumber: Bidang Pengairan DPU, 2009

II.2.5.3. Prasarana Air Bersih

Pelayanan air bersih dapat dibedakan menjadi layanan air bersih

perpipaan dan perdesaan. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air

bersih masyarakat di Kabupaten Purbalingga masih memanfaatkan sumber

air tanah dengan menggunakan sumur dan sumur pompa.

Tabel II.2.5.3-1. Jumlah Pelanggan dan Air Minum yang

Disalurkan PDAM Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009

No Uraian Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7

1 Pelanggan (orang) 20.552 20.547 22.025 22.829 24.062

2 Air Minum yang Disalurkan (m³)

5.305.516 5.485.841 5.799.692 5.192.033 6.638.901

Sumber : PDAM Kabupaten Purbalingga

Page 89: RPJMD 2010-2015

89 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Pelanggan PDAM di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2009

sebanyak 24.062 pelanggan dengan volume air yang disalurkan sebanyak

6.638.901 m3. Cakupan pelayanan air bersih pada daerah perkotaan di

Kabupaten Purbalingga baru mencapai 15 persen yang meliputi sistem

perpipaan sebanyak 14,3 persen dan sistem non-perpipaan yang

terlindungi sebanyak 0,70 persen. Diperkirakan masih terdapat sekitar 85

persen masyarakat di perkotaan yang belum terlayani air minum, baik

dengan sistem perpipaan maupun sistem non-perpipaan yang terlindungi

yang sebagian besar merupakan keluarga miskin. Cakupan pelayanan air

minum pada daerah perdesaan di Kabupaten Purbalingga baru mencapai

10 persen dari seluruh penduduk perdesaan, yang meliputi sistem

perpipaan sebesar 7 persen dan sistem non-perpipaan yang terlindungi

sebesar 3 persen. Wilayah kecamatan di Kabupaten Purbalingga yang

rawan air minum sebanyak 8 kecamatan, sedangkan desa rawan air minum

sebanyak 124 desa.

Guna meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum

diperlukan peningkatan penyediaan prasarana air minum. Kendala utama

dalam penyaluran air minum melalui jaringan perpipaan adalah kondisi

topografi wilayah yang bervariasi di mana pada wilayah dengan topografi

dengan kelerengan curam sangat sulit dipasang jaringan. Penyaluran air

bersih kepada masyarakat di wilayah-wilayah tersebut harus menggunakan

sistem pompa yang membutuhkan dana sangat besar.

Kabupaten Purbalingga kaya akan sumber mata air permukaan.

Hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Purbalingga memiliki

sumber mata air dengan debit yang cukup tinggi. Berikut ini adalah data

mata air, lokasi, debit, serta penggunaan mata air tersebut.

Tabel II.2.5.3-2.Data Inventarisasi Sumber Mata Air di Kabupaten

Purbalingga

No Kecamatan Desa Dukuh Nama mata air Debit

(lt/dt) Penggunaan

1 2 3 4 5 6 7

1 Kemangkon 1. Pelumutan 1. Kedung ketur 2 Air bersih penduduk

2. Kedung betur 3 Air bersih penduduk

2. Panican 1. Tuk Putih 2 Air bersih penduduk

2. Mlaten 2 Air bersih penduduk

3. Bakulan 1. Kali Lanang 2 Air bersih penduduk

Page 90: RPJMD 2010-2015

90 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Kecamatan Desa Dukuh Nama mata air Debit

(lt/dt) Penggunaan

4. Senon 1. Kreo 5 Air bersih penduduk

2. Kalo Lotong 2 Air bersih penduduk

3. Kali Kuning 2 Air bersih penduduk

2 Bukateja 1. Kebutuh 1. Kebutuh 1. Tuk Kebutuh 2 Air bersih penduduk dan

irigasi

3 Kejobong 1. Sokanegara 1. Kontrangan 1. Susur Bual 1 Air bersih penduduk

2. Langgar 1. Karangsari 1. Warudoyong 2 Air bersih penduduk

3. Krenceng 1.

Juranggrawah 1. Sibenda 5 Air bersih penduduk

2. Lempong 2. Lempong 5 Air bersih penduduk

3. Krenceng

kidul 3. Sigumet 5 Air bersih penduduk

4. Kejobong 1. Kejobong 1. Cangkring 5 Air bersih penduduk

5. Kedarepan 1. Bojongsari 1. Banyumudal 4 Air bersih penduduk

4 Kaligondang 1. Kembaran Wetan

1. Kalikidang 1. Kalikidang 10 Air bersih penduduk

2. Sumur Bendung

2. Sumur Bendung

10 Air bersih penduduk

2. Slinga 1. Pagendangan 1. Pagendangan 10 Air bersih penduduk

3. Kalikajar 1. Trengiling 1. Trenggiling 20 Air bersih penduduk

4. Sidanegara 1. Sidanegara 1. Sidanegara 10 Air bersih penduduk

5. Pagerandong 1. Makam

wangi 1. Makam Wangi 10 Air bersih penduduk

5 Purbalingga

6 Kalimanah

7 Kutasari 1. Candinata 1. Belokan 1. Sikalbut 15 Air bersih penduduk

2. Karangcegak 1. Karangcegak 1. Tuh sirah 300 Air bersih penduduk dan

irigasi

2. Tlaga 2. Tlaga 300 Air bersih penduduk dan

irigasi

3.

Karangpandang 3. Tuk Wringin 100

Air bersih penduduk dan

irigasi

3. Kutasari 1. Walik 1. Teleng 200 Air bersih penduduk

pemandian dan irigasi

4. Semingkir 1. Karangpelus 1. Tuk Pelus 50 Air bersih penduduk

2. Lemah

Meteng 2. Sirah 75 Air bersih penduduk

5. Limbangan 1. Kuyukan 1. Tuk Gunung 100 Air bersih penduduk dan

irigasi

8 Mrebet 1. Cipaku 1. Pangebonan 1. Tuk Bata Putih 15 Irigasi

2. Serayu

Larangan

1. Karang

Tengah 1. Tlaga 150 Air bersih penduduk

2. Putut 2. Tuk Arus 200 Air bersih penduduk dan

irigasi

3. winong 3. Pajetan 75 Air bersih penduduk dan

irigasi

4. Laji 4. Rachang 25 Air bersih penduduk

9 Bobotsari 1. Karangduren 1. Bandawayu 100 Ari bersih penduduk

2. Talagening 1. Sambeng 15 Air bersih penduduk

2. Lemberang 20 Air bersih penduduk

3. Tlagayasa 1. Longrang 10 Air bersih penduduk

2. Tlaga 36 Air bersih penduduk

4. Dagan 1. Siares 10 Air bersih penduduk

2. Mudal 1000 Irigasi

5. Gunungkarang 1. Joho 15 Air bersih penduduk

2. Depok 45 Air bersih penduduk dan

irigasi

6. Bobotsari 1. Kalisari 20 Irigasi

2. Larangan 15 Irigasi

10 Karangreja 1. Serang 1.

Gunungmalang 1. Gunungmalang 10 Air bersih penduduk

2. Kaliurip 1. Sikopyah 15 Air bersih

2. Siwarak 2. Sipetung 15 Air bersih penduduk

Page 91: RPJMD 2010-2015

91 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Kecamatan Desa Dukuh Nama mata air Debit

(lt/dt) Penggunaan

3. Pejangan 30 Air bersih penduduk

3. Karangreja 1. Siaren 1. Banyumudal 75 Air bersih penduduk

2. Prumpang I 5 Air bersih penduduk

3. Prumpang II 3 Air bersih penduduk

4. Rinden 25 Air bersih penduduk

5. Lampar

6. Rancah 15 Air bersih penduduk

4. Tlahap Lor 1. Ondar-andir 45

2. Watu lumpang 20

5. Tlahap Kidul 1. Sikadu 25

2. Pakis Air bersih penduduk

6. Bondang 1. Gintung 20 Air bersih penduduk

2. Yastani 40

7. Sirandu 1. Wadas

8. Purbasari 1. Tetek 20 Air bersih penduduk

9. Karang Jambu 1. Pringgading 15 Air bersih penduduk

2. Keburen 25 Air bersih penduduk

10. Sanguwatang 1. Gunungmalaya 20 Air bersih penduduk

11. Jingkang 1. Cangkir Pejatan

30 Air bersih penduduk

11 Rembang 1. Losari 1. Balong 1. Sanaliran 10

2. Bedahan 1. Salanasu 10 Irigasi

3. Losari 1. Kalibodas 15 Air bersih penduduk dan

irigasi

2. Tuk

Kalisenjang 15 Irigasi

2. Batubarang 1. Sumingkir 1. Tuk Kali Joko 10 Air bersih penduduk

2. Batubarang 1. Tuk Trondo 10 Air bersih penduduk dan

irigasi

2. Pancur Alas 25 Air bersih penduduk dan

irigasi

3. Bodaskarang

Jati 1. Gohong 1. Gohong 3 Irigasi

2.

Bodaskarangjati 1. Kali Warak 5 Air bersih penduduk

4. Tenalum 1. Jurung 1. Curug 15 Air bersih penduduk dan

irigasi

2. Batar 1. Alas Trienon 25 Air bersih penduduk dan

irigasi

5. Wanogara

Kulon 1. Antok jeruk

1. Gunung

Payung 10 Air bersih penduduk

2. Wanogara

Kulon 1. Laban bede 9 Air bersih penduduk

2. Gunung Putri 15 Air bersih penduduk

6. Wanogara

Wetan

1. RT 4 Kadus

III 1. Pancuran 3 Air bersih penduduk

7. Mlahar 1. Tlaga 1. Suteng 5 Air bersih penduduk

2. Pelemahan 1. Pelemahan 2 Air bersih penduduk

12 Karanganyar 1. Kalingi 1. Kaliori 1. Pendeta Cara 4 Air bersih penduduk

2. Cangkring 5 Air bersih penduduk

3. Kali Apa 4 Air bersih penduduk

4. Sigowak 4 Irigasi

2. Margasana 1. Margasana 1. Tlagasari 5 Air bersih penduduk

2. Nilamsari 5 Air bersih penduduk

3. Kertanegara 1. Kertanegara 1. Sidok 7 Air bersih penduduk

2. Jati 4 Air bersih penduduk

3. Pancuran

Blinten 5 Air bersih penduduk

4. Kasih 1. Kasih 1. Belik Pucung 7

5. Kalijaran 1. Kalijaran 1. Belik Wadas 3 Air bersih penduduk

2. Belik Banda I 3 Air bersih penduduk

3. Belik Jurig 5 Air bersih penduduk

4. Belik K.Jaran 5 Air bersih penduduk

Page 92: RPJMD 2010-2015

92 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Kecamatan Desa Dukuh Nama mata air Debit

(lt/dt) Penggunaan

5. Belik Rukem 4 Air bersih penduduk

6. Belik Hulu 5 Air bersih penduduk

7. Belik II 4 Air bersih penduduk

8. Belik Palang 4 Air bersih penduduk

6. Karanganyar 1. Karanganyar 1. Kalimundu 5 Air bersih penduduk

7. Karanggedang 1.

Karanggedang 1. Braja 5 Air bersih penduduk

8. Jambu Desa 1. Jambu Desa 1. Tuk Balong

Tusun 4 Air bersih penduduk

9. Karangtengah 1.

Karangtengah 1. Belik Depok 4 Air bersih penduduk

2. Belik Desapi 5 Air bersih penduduk

3. Belik Hulu 6 Air bersih penduduk

4. Belik Embel 5 Air bersih penduduk

5. Belok Dodong 5 Air bersih penduduk

6. Belik Bacin 5 Air bersih penduduk

7. Belik Gasal 8 Air bersih penduduk

10. Karangasem 1. Karangasem 1. Belik Sengon 10 Air bersih penduduk

11. Ardiasa 1. Ardiasa 1. Tuk Bawang 5

12. Langkap 1. Langkap 1. Lawa Ijo 5

2. Siarus 5

3. Sungai Arus 9 Air bersih penduduk

13. Maribaya 1. Martibaya 1. Belik Binangun 4 Air bersih penduduk 2. Belik Larangan 5 Air bersih penduduk

14. Desa

Lumpang 1. Lumpang 1. Blok Beringin 10

Air bersih penduduk

15. Brakas 1. Brakas 1. Blok ampel 8 Air bersih penduduk 2. Blok Gai 6 Air bersih penduduk 16. Darma 1. Darma 1. Siayam 5 Air bersih penduduk 17. Krangean 1. Krangean 1. Pingit 2 Air bersih penduduk 13 Karangmoncol 1. Pepedan 1. Kadus II

1. Sumur

Cangring 2

Air bersih penduduk

2. Kadus II 1. Sumur Pelas 2 Air bersih penduduk 2. Kramat 1. Kalisinga 1. kramat 10 Air bersih penduduk 3. Grantung 1. Bantar benda 1. Cahyana Air bersih penduduk 4. Tamansari

1.

Irisi/merbung 1. Rawa 3

Air bersih penduduk

2. Ketjiban 1. Rupak Selan 3 Air bersih penduduk 5. Balairaksa 1. Karangkemiri 1. Kedung Benda 5 Air bersih penduduk

6. Sirau 1. Gintung 1. Gintung 5 Air bersih penduduk 14 Bojongsari 1. Bojongsari 1. Banyumudal 1. Murga 20 Kolam renang

2. Patemon 1. Karangpule 1. Pucung 10

2. Sunggani 10

3. Kajongan 1.

Karangbolong 1. Situ 15 AB untuk RSU

4. Banjaran 1. Sawangan 1. Bayur 10

5. Karangbanjar 1. Munjul luhur 1. Sirah 10 Air bersih penduduk

6. Mentenggeng 1.

Mentenggeng 1. Kertaurip 10

Air bersih penduduk

7. Punisari 1. Karangsari 1. Cimongah 10 Air bersih penduduk 2. Bayur 2,5 Air bersih penduduk 15 Pengadegan 1. Pengadegan 1. Pengadegan 1. Keciet 40 MCK

2. Gumenggeng 2. Keciet 60 MCK

3. Pengilen 3. Keciet 35 MCK

2. Bedagas 1. RT.05/III 1. Keciet 35 MCK

2. RT.07/IV 2. Keciet 50 MCK

3. RT.13/VII 3. Keciet 60 MCK

4. RT.17/VIII 4. Keciet 30 MCK

5. RT.19/IX 5. Keciet 30 MCK

3. Pasunggingan 1. RT.12/V 1. Keciet 30 MCK

2. RT.18/VIII 2. Keciet 40 MCK

3. RT.20/IX 3. Keciet 35 MCK

Page 93: RPJMD 2010-2015

93 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Kecamatan Desa Dukuh Nama mata air Debit

(lt/dt) Penggunaan

4. Karangjoho 1. RT.03/I 1. Keciet 30 MCK

2. RT.03/II 2. Keciet 35 MCK

3. RT.08/III 3. Keciet 45 MCK

5. Tegal pingen 1. Karanglewas 1.

Kembangruncang 50 MCK

6. Larangan 1. Simabaya 1.

Kembangruncang 60 MCK

7. Petel 1. Masjid Al

Huda

1.

Kembangruncang 45 MCK

16 Padamara 1. Karanggambas 1. Kali Talun 100 Air bersih/MCK

2. Cupit Urang 75 Air bersih/MCK

3. K.Pelus 100 Air bersih/MCK

2. Mipiran 1. Mipiran 50

Sumber: DPU Bidang Pengairan Kabupaten Purbalingga.

II.2.5.4. Prasarana Persampahan

Berdasarkan hasil studi pada tahun 2001, setiap individu dalam

jangka waktu satu tahun menghasilkan sampah tidak kurang dari 15 kg.

Dengan jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga sebesar 901.369 orang

pada tahun 2009, maka jumlah sampah yang membebani lingkungan hidup

pada tahun tersebut diperkirakan mencapai 13.520.535 kg. Penanganan

sampah yang dilakukan setiap unit rumah tangga di Kabupaten Purbalingga

mempunyai karakteristik sebagai berikut: dibakar 85,34 persen; diangkut

petugas 10,64 persen; dibuang ke kali/selokan 1,77 persen; dan 2,23

persen dibuang ke tempat lainnya.

Jumlah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang terdapat di

Kabupaten Purbalingga sebanyak 1 unit dengan luas 4,7 hektar yang pada

saat ini baru dimanfaatkan seluas 1,8 hektar. Direncanakan TPA ini dipakai

sampai dengan tahun 2020. Sistem pengelolaan sampah di TPA menggunakan

sistem open dumping dengan jumlah tenaga pengelola sebanyak 17 orang.

Jarak TPA dengan permukiman terdekat sejauh 0,5 km dan jarak dengan

sungai terdekat sejauh 1 km. Adapun jumlah angkutan sampah yang dimiliki

Pemerintah Kabupaten Purbalingga terdiri dari satu unit mini truck, dua

unit truk arm roll, enam unit dump truck, 6 unit truk sampah dan 10 unit

becak sampah.

II.2.5.5. Prasarana Telekomunikasi

Prasarana telekomunikasi merupakan infrastruktur yang

menunjang kelancaran arus informasi dan komunikasi. Oleh karena itu,

Page 94: RPJMD 2010-2015

94 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

keberadaan prasarana telekomunikasi akan sangat berpengaruh terhadap

aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat.

Prasarana telekomunikasi dapat dibedakan menjadi jaringan kabel

dan non kabel. Jaringan telepon kabel di Kabupaten Purbalingga belum

sepenuhnya melayani kebutuhan masyarakat. Namun kekurangan tersebut

bisa diatasi dengan adanya telepon nirkabel dengan telepon seluler yang

digunakan tiap individu berupa handphone baik menggunakan GSM

maupun CDMA. Pelanggan telepon kabel di Kabupaten Purbalingga

mengalami kenaikan pada tahun 2006 - 2007 sebanyak 1.035 SST dengan

kapasitas terpakai 1.050 SST. Jumlah pelanggan telepon di Kabupaten

Purbalingga pada tahun 2007 sebanyak 7.535 SST.

Tabel II.2.5.5-1. Persebaran Tower Telekomunikasi di Kabupaten

Purbalingga Tahun 2008

No Kecamatan Nama Tower Lokasi Tower

1 Purbalingga Tower PRO Xl Tower PT Indosat Tower PT Indosat Tower PT Indosat Tower PRO Xl Tower Tower Tower

Kel. Purbalingga Lor Kel. Wirasana Kel. Bancar Desa Penambongan Desa Bojong Kel.Wirasana Kel. Purbalingga Kidul Kel. Purbalingga Kidul

2 Bukateja Tower PT Indosat Tower PRO Xl Tower Telkomsel Tower

Desa Bukateja Desa Bukateja Desa Karangcengis Desa Bukateja

3 Kalimanah Tower PT Indosat Tower Telkomsel Tower PRO Xl Tower PT Indosat Tower

Desa Kalikabong Desa Blater Desa Kalimanah Wetan Desa Blater Desa Blater

4 Bobotsari Tower Telkomsel Tower PRO Xl Tower Flexy

Desa Bobotsari Desa Bobotsari Desa Bobotsari

5 Kutasari Tower Telkomsel Tower PT Indosat Tower Telkomsel

Desa Kutasari Desa Kutasari Desa Kutasari

6 Kemangkon Tower Telkomsel Tower PT Indosat Tower PRO XL

Desa Panican Desa Panican Desa Panican

7 Padamara Tower Telkomsel

Tower PT Indosat Tower PRO XL Tower PRO XL Tower

Desa Padamara

Desa Padamara Desa Meri Desa Padamara Desa Karangsentul

8 Rembang Tower PT Indosat Tower Telkomsel Tower PRO XL

Desa Losari Desa Losari Desa Bodaskarangjati

Page 95: RPJMD 2010-2015

95 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No Kecamatan Nama Tower Lokasi Tower

9 Kejobong Tower Telkomsel Tower PT Indosat Tower PRO XL

Desa Kejobong Desa Kejobong Desa Kejobong

10 Karangreja Tower Telkomsel Tower PT Indosat PT. Tower Bersama Tower PRO XL

Desa Siwarak Desa Kutabawa Desa Kutabawa Desa Siwarak

11 Kaligondang Tower Telkomsel Tower PT indosat Tbk Tower PRO XL

Desa Kaligondang Desa Selakambang Desa Kaligondang

12 Bojongsari Tower Telkomsel Tower PT Indosat Tower PRO Xl

Desa Bojongsari Desa Bojongsari Desa Beji

13 Karanganyar Tower Telkomsel Tower PRO XL Tower PT Indosat

Desa Karanganyar Desa Karanganyar Desa Jambudesa

14 Karangmoncol Tower Telkomsel Tower PRO XL

Desa Pekiringan Desa Karangsari

15 Pengadegan Tower Telkomsel Tower PT Indosat Tower PRO XL Tower

Desa Pengadegan Desa Gondang Desa Tegalpingen Desa Gondang

16 Karangjambu Tower Telkomsel Tower PRO XL

Desa Karangjambu Desa Karangjambu

17 Mrebet Tower Telkomsel Desa Sangkanayu

Sumber: KPPT Kab. Purbalingga

II.2.6. Lingkungan Hidup

Pada saat ini daya dukung lingkungan bagi kehidupan penduduk di

Kabupaten Purbalingga masih cukup memadai. Namun disadari bahwa

kualitas lingkungan hidup terus mengalami penurunan. Hal ini antara lain

ditandai dengan gejala menurunnya kekayaan plasma nutfah, terutama

berupa biota yang hidup di perairan umum, berbagai jenis binatang dan

tanaman langka, serta terjadinya bencana alam seperti tanah longsor,

kekeringan, banjir, dan sebagainya. Degradasi kualitas lingkungan hidup ini

selain merupakan penurunan kekayaan alam, juga menyebabkan

terjadinya ketidakseimbangan ekosistem yang akan berdampak negatif

bagi kehidupan manusia, baik langsung maupun tidak langsung.

Pencemaran lingkungan hidup, eksploitasi sumber daya alam yang tidak

terkendali, kurangnya perhatian terhadap kelestarian lingkungan, serta

kurangnya upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam yang

rusak, telah mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan.

Page 96: RPJMD 2010-2015

96 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Karena kondisi geografisnya, di Kabupaten Purbalingga terdapat

kawasan yang rawan terhadap ancaman longsor, banjir, kekeringan,

dan/atau bencana alam lainnya. Kondisi rawan bencana ini, selain

mengancam keselamatan jiwa penduduk, juga potensial mengakibatkan

kerugian ekonomi yang cukup besar.

Wilayah Kabupaten Purbalingga termasuk bagian dari Daerah

Aliran Sungai (DAS) Serayu yang terbagi dalam tiga sub-DAS, yakni sub-

DAS Klawing, sub-DAS Pekacangan, dan sub-DAS Gintung. Kondisi tutupan

lahan yang ada dikategorikan ke dalam kondisi buruk dan sangat buruk

(23,67 persen), sedang (65,62 persen), serta baik dan sangat baik (10,72

persen).

Kondisi lahan pada areal budidaya pertanian didominasi oleh lahan

dengan kategori potensial kritis yaitu seluas 24.531,31 hektar (44,56

persen), lahan tidak kritis seluas 17.931,30 hektar (32,57 persen), lahan

agak kritis seluas 9.546,28 hektar (17,34 persen), lahan kritis seluas

1.982,43 hektar (3,60 persen), dan lahan sangat kritis seluas 1.059,91

hektar (1,93 persen).

Pada saat ini, kondisi lahan di kawasan lindung di luar kawasan

hutan sudah mulai rusak. Hal tersebut dapat dilihat dari luasnya lahan

agak kritis yang mencapai 5.337,02 hektar (55,42 persen), lahan potensial

kritis seluas 2.367,57 hektar (24,59 persen), lahan kritis seluas 1.375,31

hektar (14,26 persen), lahan tidak kritis seluas 539,52 hektar (5,60

persen), dan lahan sangat kritis seluas 10,25 hektar (0,11 persen).

Kondisi lahan kritis di areal kawasan hutan produksi di Kabupaten

Purbalingga didominasi oleh lahan potensial kritis dengan luas 11.421,97

hektar (95,97 persen), disusul oleh lahan agak kritis dengan luas 480,21

hektar (4,03 persen). Sedangkan kawasan hutan lindung di wilayah

Kabupaten Purbalingga kondisinya didominasi oleh lahan yang

dikategorikan potensial kritis dengan luas 1.181,02 hektar.

Page 97: RPJMD 2010-2015

97 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam

menyusun arah kebijakan keuangan daerah diperlukan suatu pendekatan

yang komprehensif dan strategis, baik dari sisi penerimaan maupun

pengeluaran. Kebijakan keuangan daerah yang baik akan berdampak pada

penciptaan kondisi makro ekonomi yang stabil dan berkelanjutan. Sejalan

dengan fungsi alokasi serta mengingat terbatasnya kemampuan keuangan

daerah yang ada, perlu diciptakan suatu sistem yang memungkinkan

pemerintah daerah menjadi lebih efisien, efektif, dan akuntabel dalam

merumuskan kebijakan keuangannya.

Dalam rangka meningkatkan kemandirian daerah, sudah saatnya

digali semua potensi sumber daya dan modal dasar daerah yang dimiliki.

Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi sumber daya

manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan sumber daya

keuangan. Selanjutnya sumber daya tersebut dikembangkan secara

optimal sebagai pendukung utama berbagai kegiatan yang akan

menghasilkan nilai tambah sehingga mampu mendukung kemandirian

daerah.

III.1. Pendapatan Daerah

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang bertanggung

jawab, aspek pendapatan daerah sangat penting dan mendasar bagi

terselenggaranya rumah tangga pemerintahan daerah. Sejalan dengan

kepentingan tersebut, Pemerintah Kabupaten Purbalingga setiap tahun

selalu berusaha keras mewujudkan peningkatan pendapatan daerah.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun

2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Page 98: RPJMD 2010-2015

98 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pendapatan

daerah berasal dari tiga sumber pendapatan, meliputi 1). Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah;

2). Dana Perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil pajak dan bagi hasil

bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK);

3). Lain-lain Pendapatan yang Sah, yang terdiri dari hibah, dana darurat,

dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dan

bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya.

Selama lima tahun terakhir, pendapatan daerah Kabupaten

Purbalingga cenderung meningkat. Pendapatan daerah pada tahun 2005

sebesar Rp 373.971.473.452,- dan terus meningkat setiap tahun menjadi

sebesar Rp 733.944.393.788,- pada tahun 2009 dan sebesar

Rp 724.034.035.618,-pada tahun 2010. Kondisi selengkapnya pendapatan

daerah Kabupaten Purbalingga selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel III.1-1. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

2005-2010

No. URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 2 3 4 5 6 7 8

A. PENDAPATAN ASLI DAERAH 40.755.770.201 47.632.931.727 52.744.391.340 63.795.293.807 83.177.000.901 79.803.180.820

1. Pajak Daerah 5.792.993.382 6.986.492.550 8.153.289.156 9.574.697.396 10.934.150.483 11.371.153.412

2. Retribusi Daerah 26.713.862.209 28.020.633.663 31.339.628.114 37.427.113.074 53.214.418.146 55.759.036.636

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

3.534.893.310 2.392.631.783 3.554.854.394 6.096.250.275 7.551.832.506 7.738.500.541

4. Lain-lain PAD yang Sah 4.714.021.300 10.233.173.731 9.696.619.676 10.697.233.062 11.476.599.766 4.934.490.231

B. DANA PERIMBANGAN 295.968.014.961 437.578.150.310 488.217.133.556 545.954.837.600 552.967.243.889 554.264.416.173

1. Dana Bagi Hasil 19.575.014.961 26.213.150.310 32.430.133.556 37.021.767.600 39.080.761.889 44.666.895.173

2. Dana Alokasi Umum 263.393.000.000 383.925.000.000 416.181.000.000 457.886.070.000 462.101.482.000 464.788.521.000

3. Dana Alokasi Khusus 13.000.000.000 27.440.000.000 39.606.000.000 51.047.000.000 51.785.000.000 44.809.000.000

C. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

37.247.688.308 28.758.117.350 45.683.013.651 73.692.474.915 97.800.148.998 89.966.438.625

1. Hibah - -

5.147.261.378

350.710.356 319.494.505 147.247.989

Page 99: RPJMD 2010-2015

99 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

No. URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 2 3 4 5 6 7 8

2. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bantuan dari Provinsi dan Pemda Lainnya

11.638.915.117 13.590.413.091 15.628.216.176 19.894.390.721 21.861.897.910 21.261.108.628

3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

18.874.980.000 2.749.000.000 12.000.000.000 35.776.530.000 49.222.875.500 3.868.000.000

4 Bantuan Keuangan dari Prov & Pemda lainnya

3.936.052.053 7.740.828.476 12.907.536.097 17.352.090.238 11.502.791.083 15.649.676.008

Pendapatan Lainnya 2.797.741.138 4.677.875.783 - 318.753.600 14.893.090.000 49.040.406.000

JUMLAH 373.971.473.470 513.969.199.387 586.644.538.547 683.422.606.322 733.944.393.788 724.034.035.618

Sumber: DPPKAD Kabupaten Purbalingga

Data di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan daerah

Kabupaten Purbalingga selama kurun waktu 2005-2009 mengalami

fluktuasi. Rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 18,87 persen per

tahun. Tahun 2006 terjadi pertumbuhan sebesar 37,44 persen, dan tahun

berikutnya tingkat pertumbuhan menurun menjadi 14,14 persen. Tahun

2008 tingkat pertumbuhan sedikit meningkat menjadi 16,50 persen,

namun pada tahun 2009 turun lagi menjadi 7,39 persen.

Proporsi kontribusi pendapatan daerah Kabupaten Purbalingga

selama tahun 2005-2009 masih didominasi oleh Dana Perimbangan, yaitu

rata-rata sebesar 79,40 persen. Proporsi terbesar kedua disumbang oleh

lain-lain pendapatan daerah yang sah yaitu rata-rata sebesar 10,36

persen, dan yang terakhir dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu rata-

rata sebesar 10,24 persen.

III.2. Belanja Daerah

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah.

Urusan pemerintahan meliputi urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan

yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat

dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, atau

Page 100: RPJMD 2010-2015

100 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

antarpemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-

undangan.

Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui

pencapaian target sasaran-sasaran pembangunan yang diukur dengan

berbagai indikator kinerja pembangunan dan pencapaian standar

pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Perkembangan realisasi belanja daerah Pemerintah Kabupaten Purbalingga

selama kurun waktu lima tahun terakhir (2005-2009) mengalami kenaikan

sebesar 110,25 persen, sebagaimana tampak pada tabel berikut.

Tabel III.2-1. Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

2005-2009

NO URAIAN REALISASI

2005 2006 2007 2008 2009 2010

2 BELANJA DAERAH

2.1 Belanja tidak langsung 236.701.337.832 282.402.379.069 321.042.333.443 400.082.563.794 461.370.345.752 549.370.863.026

2.1.1 Belanja pegawai 196.484.371.708 237.578.997.748 268.923.725.302 337.128.365.384 394.388.107.181 477.934.347.805

2.1.2 Belanja bunga 85.416.332 79.707.351 68.709.486 62.809.185 55.051.627 47.460.449

2.1.3 Belanja subsidi 57.453.542 167.536.345 358.469.000 351.977.250 425.263.000 342.748.625

2.1.4 Belanja hibah 0 1.097.000.000 4.142.908.450 12.774.147.841

2.1.5 Belanja bantuan sosial 17.719.088.505 16.269.119.200 16.025.996.175 16.691.534.562 13.497.549.526 7.742.293.450

2.1.6 Belanja bagi hasil kpd prov/kab/kota & pemdes

25.745.870 18.876.000 14.301.580 14.589.520 13.222.770 15.382.210

2.1.7 Belanja bantuan keuangan kpd prov/kab/kota & pemdes

18.964.316.000 25.602.555.000 35.280.883.500 44.049.360.993 47.788.974.000 48.643.667.146

2.1.8 Belanja tidak terduga 370.248.400 646.926.900 1.059.269.198 1.870.815.500

2.2 Belanja langsung 117.637.552.536 196.278.487.060 235.709.756.821 307.731.909.344 283.643.805.458 185.546.228.652

2.2.1 Belanja Pegawai - - 23.321.839.127 20.435.576.835 19.209.950.775 16.098.629.677

2.2.2 Belanja Barang Jasa 79.474.988.617 106.500.581.000 92.055.354.721 106.909.621.255 149.765.864.990 126.628.402.165

2.2.3 Belanja Modal 38.162.563.919 89.777.906.060 120.332.562.973 180.386.711.284 144.667.989.693 42.819.196.810

JUMLAH BELANJA DAERAH 354.338.890.368 478.543.635.070 556.752.030.264 707.774.473.138 745.014.151.210 734.917.091.678

Struktur belanja daerah dalam APBD Kabupaten Purbalingga

sebagian besar digunakan untuk belanja tidak langsung. Selama kurun

waktu lima tahun terakhir proporsi belanja pegawai dan operasional

Page 101: RPJMD 2010-2015

101 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

mencapai sekitar 72 persen. Hal ini disebabkan karena relatif kecilnya

pendapatan daerah apabila dibandingkan dengan kebutuhan belanja

operasional dan belanja pegawai, di mana pendapatan daerah sebagian

besar bersumber dari transfer fiskal yang diberikan Pemerintah Pusat yang

besarannya sudah ditentukan. Sedangkan kebutuhan belanja gaji pegawai

selalu cenderung mengalami kenaikan (sejalan dengan kebijakan

Pemerintah Pusat) melampaui kenaikan alokasi transfer fiskal dari

Pemerintah Pusat.

III.3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan.

Struktur pembiayaan daerah yang terdiri dari penerimaan

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan memungkinkan terjadinya

anggaran defisit atau surplus. Apabila budgeting performance

memperlihatkan terjadinya defisit anggaran, maka harus dikreasi jenis

penerimaan daerah yang akan dijadikan pilihan untuk menutup defisit.

Sebaliknya, apabila terjadi surplus anggaran, maka harus dirumuskan jenis

pengeluaran daerah yang akan dijadikan pilihan untuk prioritas distribusi

dan alokasi surplus anggaran.

Selama lima tahun terakhir, pembiayaan daerah Kabupaten

Purbalingga digunakan untuk menutup defisit. Penerimaan pembiayaan

terbesar terjadi pada tahun 2008, yakni sebesar Rp 104.315.442.995,00.

Kondisi selengkapnya pembiayaan daerah Kabupaten Purbalingga selama

tahun 2005-2009 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 102: RPJMD 2010-2015

102 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel III.3-1. Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

2005-2009

No. URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 7

A.

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 26.821.125.402 40.882.222.808 78.154.777.409 104.315.442.995 73.795.103.083

1. SiLPA tahun anggaran sebelumnya

22.941.603.391 40.168.850.740 71.819.185.563 80.059.058.702 67.032.355.433

2. Pencairan dana cadangan 0 0 0 15.000.000.000

3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

0 0 0 0

4. Penerimaan pinjaman daerah 3.879.522.011 0 2.223.000.000 4.115.000.000 3.000.000.000

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman

0 713.372.068 4.112.591.846 5.141.384.293 3.762.747.650

6. Penerimaan piutang daerah 0 0 0 0

B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN 6.284.857.746 4.351.370.171 27.971.274.990 12.911.220.746 16.333.191.106

1. Pembentukan dana cadangan 0 0 15.000.000.000 - 10.000.000.000

2. Penyertaan modal (investasi) daerah)

5.958.637.000 3.804.128.432 6.142.000.000 3.047.500.000 3.700.000.000

3. Pembayaran pokok utang 63.720.746 217.241.739 2.286.720.745 4.063.720.746 9.633.191.106

4. Pemberian pinjaman daerah 262.500.000 330.000.000 3.223.000.000 5.800.000.000 3.000.000.000

5 Pembayaran utang pihak ketiga 1.319.554.245 -

C. PEMBIAYAAN NETTO 25.395.138.778 31.676.842.620 25.129.697.756 49.922.880.995 130.257.602.659

D. SiLPA TAHUN BERKENAAN 40.168.850.740 71.819.185.563 80.059.058.702 67.032.355.433 46.392.154.555

Sumber: DPPKAD Kabupaten Purbalingga, 2005-2009

III.4. Analisis Kemampuan dan Arah Keuangan Daerah

Sampai dengan saat ini ketergantungan keuangan daerah

terhadap Pemerintah Pusat masih sangat besar. Rata-rata proporsi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam struktur keuangan APBD pemerintah

kabupaten/kota di Jawa Tengah berada pada kisaran 7 sampai dengan 10

persen. Proporsi PAD dalam APBD Kabupaten Purbalingga dari tahun ke

tahun berada pada angka sekitar 9 persen.

Besarnya ketergantungan keuangan daerah terhadap transfer

fiskal dari Pemerintah Pusat yang besaran alokasinya sudah ditentukan

menyebabkan terbatasnya keleluasaan Pemerintah Daerah dalam

mengambil kebijakan penganggaran, khususnya dalam mengalokasikan

anggaran untuk membiayai berbagai program dan kegiatan pembangunan.

Page 103: RPJMD 2010-2015

103 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Terbatasnya besaran transfer fiskal yang bersifat block grant berupa Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil di tengah terus membengkaknya

kebutuhan belanja pegawai menyebabkan semakin mengecilnya alokasi

belanja pembangunan. Sementara itu alokasi dana lain dari Pemerintah

Pusat dan Provinsi merupakan specific grant yang penggunaannya sudah

ditentukan. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan

kemampuan keuangan daerah adalah dengan peningkatan PAD melalui

upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Meskipun demikian, upaya

intensifikasi maupun ekstensifikasi PAD tersebut tidak akan mampu

meningkatkan PAD secara signifikan guna mencukupi kebutuhan belanja

pemerintah daerah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kebijakan

keuangan daerah yang dapat diambil adalah : (1) melakukan intensifikasi

dan ekstensifikasi pendapatan; (2) melakukan efisiensi belanja.

Perkembangan perekonomian Kabupaten Purbalingga pada lima

tahun terakhir menunjukkan kinerja yang terus membaik yang ditandai

dengan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni 4 – 6 persen per tahun.

Meskipun demikian penerimaan daerah khususnya yang bersumber dari

Pendapatan Asli Daerah tidak mengalami kenaikan secara signifikan.

Kebijakan pendapatan daerah pada tahun-tahun yang akan datang

ditentukan berdasarkan realisasi penerimaan pendapatan yang diterima

beberapa tahun ke belakang. Hal ini menjadi landasan analisis dalam

menentukan target penerimaan pendapatan yang akan dicapai pada jangka

waktu lima tahun ke depan, di samping juga memperhatikan faktor-faktor

eksternal yang sangat mempengaruhi tingkat penerimaan pendapatan

seperti perkembangan perekonomian daerah, perkembangan jumlah

penduduk, dan lain-lain.

III.4.1. Kebijakan Pendapatan Daerah

Berdasarkan pada realisasi pendapatan daerah selama lima tahun

terakhir (2005-2009), pendapatan daerah Kabupaten Purbalingga tahun

2010-2015 diperkirakan akan tampak seperti dalam tabel berikut.

Page 104: RPJMD 2010-2015

104 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel III.4.1-1. Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

2011-2015

No. URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

1 2 2 3 4 5 6

A. PENDAPATAN

ASLI DAERAH

91,721,635,000

98,477,267,239

105,773,814,824

113,655,785,421

122,171,452,252

B. DANA PERIMBA-NGAN

628,936,355,000

672,015,467,076

718,541,437,186

768,838,907,876

823,268,287,683

C. LAIN-LAIN

PENDAPATAN DAERAH YANG

SAH

144,503,085,000

146,593,033,348

148,825,384,355

151,211,268,582

153,762,750,023

JUMLAH 865.161.075.000 917.085.767.662 973.140.636.365 1.033.705.961.879 1.099.202.489.958

Sumber: DPPKAD Kabupaten Purbalingga, diolah.

Pendapatan daerah Kabupaten Purbalingga selama lima tahun

terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar 15 persen per tahun

tetapi tingkat pertumbuhanya cenderung mengalami penurunan. Pada

tahun 2006, pendapatan daerah Kabupaten Purbalinga mengalami

kenaikan sebesar 37,43 persen sedangkan pada tahun 2009

pertumbuhananya hanya sebesar 7,39 persen. Hal ini disebabkan turunnya

tingkat kenaikan dana perimbangan terutama DAU yaitu sebesar 47,84

persen pada tahun 2006 dan dan terus mengalami penurunan sampai

dengan tahun 2009 yang tingkat pertumbuhannya hanya sebesar 1,28

persen. Oleh karena itu, pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun

2010-2015 diproyeksikan rata-rata hanya sebesar 6 persen dengan

perincian : pertumbuhan rata-rata komponen PAD sebesar 7 persen; dana

perimbangan sebesar 7 persen; dan lain-lain pendapatan daerah yang sah

sebesar 1 persen. Proyeksi pendapatan daerah ini (termasuk PAD) bersifat

indikatif atau sementara sehingga masih sangat mungkin mengalami

perubahan disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan kebijakan yang

ada.

Terdapat beberapa hal yang cukup penting terkait dengan prospek

keuangan daerah, antara lain:

1. Peranan sektor pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan dari

BUMD dalam memberikan sumbangan ke PAD tampaknya akan

Page 105: RPJMD 2010-2015

105 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

semakin penting. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu terus

melakukan ekstensifikasi melalui perluasan basis pajak dan retribusi

daerah tanpa harus menambah beban kepada masyarakat; melakukan

intensifikasi melalui perbaikan ke dalam; dan senantiasa meningkatkan

kesadaran wajib pajak dan retribusi dalam memenuhi kewajibannya. Di

samping itu, guna meingkatkan penerimaan pendapatan yang berasal

dari BUMD diperlukan langkah-langkah dalam rangka peningkatan

kinerja BUMD serta penambahan penyertaan modal pemeritah daerah

kepada BUMD.

2. Dana Perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum (DAU) perlu dikelola

dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit untuk memperkirakan

jumlah realisasinya karena tergantung pada kebijakan Pemerintah

Pusat.

3. Prioritas pembangunan daerah harus benar-benar fokus pada upaya

peningkatan kualitas manusia dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Kebijakan pengembangan pendapatan daerah yang akan

dilaksanakan selama lima tahun ke depan (2010-2015) diarahkan pada:

1. Pajak daerah. Kebijakan yang diformulasikan adalah perluasan basis

sasaran pajak daerah (ekstensifikasi) dengan prinsip nondiskriminasi

dan melindungi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); perbaikan

manajemen yang berbasis pada profesionalisme SDM pemungut pajak

serta perbaikan/penyederhanaan sistem dan prosedur tatalaksana

pemungutan; peningkatan investasi melalui penciptaan iklim usaha

yang kondusif; optimalisasi pemanfaatan aset-aset daerah yang

potensial; penerapan sistem incentive and disincentive sesuai prinsip

tata pemerintahan yang baik; dan didukung oleh updating data potensi

pajak.

Page 106: RPJMD 2010-2015

106 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

2. Retribusi daerah. Kebijakan yang diformulasikan adalah peningkatan

kualitas pelayanan publik yang terkait dengan penarikan retribusi

daerah dan penegakan aturan secara berkelanjutan sesuai prinsip tata

pemerintahan yang baik.

3. Perusahaan daerah. Kebijakan yang diformulasikan adalah peningkatan

efektivitas pengelolaan perusahaan daerah secara profesional sesuai

prinsip tata pengelolaan bisnis yang baik.

4. Dana perimbangan. Kebijakan yang diformulasikan adalah

peningkatan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan dana perimbangan.

5. Aspek regulasi. Kebijakan yang diformulasikan adalah peningkatan

implementasi serta review peraturan daerah yang terkait pajak dan

retribusi daerah.

6. Aspek makro. Kebijakan yang diformulasikan adalah penciptaan

lingkungan usaha yang kondusif bagi investasi; peningkatan stimulus

bagi peningkatan aktifitas perekonomian rakyat; dan peningkatan

pendayagunaan potensi sumber dana masyarakat secara

berkelanjutan, adil, dan merata.

III.4.2. Kebijakan Belanja Daerah

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja

daerah Kabupaten Purbalingga disusun dengan pendekatan anggaran

kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dan manfaat melalui

efisiensi pemanfaatan input untuk menghasilkan output dan outcome

secara efektif dan terukur. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

akuntabilitas perencanan anggaran, serta menjamin efektivitas dan

efisiensi penggunaan anggaran dalam pelaksanaan program/kegiatan.

Formulasi kebijakan belanja daerah diarahkan pada pendayagunaan

sumber daya fiskal secara efektif dan efisien untuk mencapai target

Page 107: RPJMD 2010-2015

107 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

sasaran pembangunan berdasarkan indikator-indikator yang telah

ditetapkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan skala

prioritas yang tajam sesuai kebutuhan dan tantangan pembangunan.

Berdasarkan realisasi belanja daerah selama lima tahun terakhir

(2005-2009), belanja daerah Kabupaten Purbalingga tahun 2010-2015

diperkirakan akan tampak seperti dalam tabel berikut.

Tabel III.4.2-1. Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

2010-2015

No.

URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

1 2 4 5 6 7 8

A. BELANJA TIDAK

LANGSUNG 574,805,087,000 621,145,338,970 671,633,936,256 726,642,894,823 802,577,632,126

B. BELANJA

LANGSUNG 309,053,206,000 315,751,082,955 322,407,600,925 329,046,148,189 319,695,053,337

JUMLAH 883,858,293,000 936,896,421,926 994,041,537,181 1,055,689,043,012 1,122,272,685,462

Sumber: DPPKAD Kabupaten Purbalingga, diolah

Belanja daerah Kabupaten Purbalingga selama lima tahun terakhir

masih tumbuh rata-rata sebesar 19 persen per tahun, tetapi

pertumbuhannya senantiasa mengalami penurunan. Pada tiga tahun

terakhir, belanja daerah mengalami pertumbuhan hanya sebesar 12

persen. Di sisi lain pertumbuhan belanja gaji selalu meningkat pada lima

tahun terakhir tetapi tidak diiringi dengan kenaikan DAU yang seimbang

dengan kenaikan gaji. Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan daerah

untuk melakukan perannya sebagai agent of development yakni antara lain

sebagai pendorong insentif dan pendorong motivasi rakyat dalam usaha

untuk mengadakan perubahan dan pembangunan. Oleh karena itu

kebijakan belanja daerah tahun 2010-2015 diperkirakan masih akan

didominasi oleh belanja tidak langsung. Belanja daerah Kabupaten

Purbalingga diproyeksikan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 6 persen

per tahun dengan rata-rata pertumbuhan Belanja Tidak Langsung sebesar

8 persen per tahun, sedangkan untuk Belanja Langsung sebesar 2 persen

per tahun kecuali pada tahun 2015. Proyeksi belanja daerah ini bersifat

Page 108: RPJMD 2010-2015

108 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

indikatif atau sementara sehingga masih sangat mungkin berubah

disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan kebijakan yang ada.

Kebijakan belanja daerah Kabupaten Purbalingga yang akan

dilaksanakan selama lima tahun ke depan (2010-2015) diarahkan pada:

1. Efisiensi dan efektivitas pendayagunaan anggaran. Kebijakan yang

diformulasikan adalah optimalisasi pemanfaatan anggaran yang

tersedia untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat

yang berdampak pada meningkatnnya kesejahteraan masyarakat.

2. Prioritas. Kebijakan yang diformulasikan adalah peningkatan

kesesuaian alokasi anggaran dengan prioritas pembangunan daerah;

dan peningkatan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi (tupoksi)

SKPD dalam melaksanakan kewajiban daerah sesuai urusan yang

ditangani.

3. Tolok ukur dan target kinerja. Kebijakan yang diformulasikan adalah

penetapan dan penerapan tolok ukur (indikator) dan target capaian

sasaran pada setiap program/kegiatan pembangunan daerah sesuai

dengan alokasi belanja berbasis anggaran kinerja.

4. Optimalisasi belanja langsung. Kebijakan yang diformulasikan adalah

peningkatan upaya pencapaian tujuan pembangunan secara efisien

dan efektif serta relevansi alokasi belanja langsung sesuai kebutuhan

nyata masyarakat dan tujuan pembangunan.

5. Transparansi dan Akuntabilitas. Kebijakan yang diformulasikan adalah

peningkatan akses masyarakat terhadap informasi tentang belanja

daerah serta peningkatan akuntabilitas belanja dari aspek administrasi

keuangan, meliputi masukan, proses, keluaran, dan hasil.

6. Rasionalitas anggaran. Kebijakan yang diformulasikan adalah

peningkatan rasionalitas alokasi besaran plafon anggaran belanja

daerah pada setiap kegiatan, program, bidang, dan SKPD sesuai

dengan kondisi kemampuan keuangan daerah dan prioritas

pembangunan.

Page 109: RPJMD 2010-2015

109 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III.4.3. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Prinsip pengelolaan keuangan daerah adalah mencapai

keseimbangan antara pendapatan dan belanja daerah, sehingga defisit

anggaran dapat diminimalkan. Apabila pembiayaan diperlukan untuk

menutup defisit anggaran, dana bisa digali dari pinjaman daerah, dengan

memperhatikan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta

mempertimbangkan kemampuan daerah untuk mengembalikan pinjaman

yang tercermin dari besaran Rasio Kemampuan Membayar Kembali

Pinjaman atau Debt Service Coverage Ratio (DSCR) sebesar 2,5 persen.

Ketentuan peraturan perundangan memungkinkan bagi Daerah untuk

menerbitkan obligasi daerah sebagai salah satu alternatif mendapatkan

pembiayaan daerah. Untuk itu, perlu dipelajari dan disiapkan dengan baik

perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Melihat perkembangan

keuangan daerah selama lima tahun terakhir (2005–2010) dan belanja

tahun 2010-2015 maka pembiayaan daerah Kabupaten Purbalingga pada

tahun 2015 menjadi sebesar Rp 19,816,121,644,- sebagaimana tampak

dalam tabel berikut.

Tabel III.4.3-1. Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

2010-2015

No. URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015

A. PENERIMAAN

PEMBIAYAAN 25,083,809,000 25,083,809,000 25,083,809,000 25,083,809,000 25,083,809,000 25,083,809,000

B. PENGELUARAN

PEMBIAYAAN 6,386,591,000 6,017,008,337 5,715,246,600 5,468,860,189 5,267,687,356 6,386,591,000

C. PEMBIAYAAN

NETTO 18,697,218,000 19,066,800,663 19,368,562,400 19,614,948,811 19,816,121,644 18,697,218,000

Sumber: DPPKAD Kabupaten Purbalingga

Proyeksi pembiayaan daerah ini bersifat indikatif atau sementara

sehingga masih sangat mungkin untuk berubah sesuai dengan

perkembangan kondisi dan kebijakan yang ada.

Formulasi kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah didasarkan

pada penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah atas

dasar kemampuan APBD dan pinjaman daerah dalam jangka menengah

yang selengkapnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 110: RPJMD 2010-2015

110 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

1. Penerimaan pembiayaan. Kebijakan yang diformulasikan adalah

mendayagunakan sumber penerimaan pembiayaan yang paling

mungkin dapat dilakukan yaitu dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Tahun Lalu (SILPA).

2. Pengeluaran pembiayaan. Kebijakan yang diformulasikan adalah

peningkatan prioritas pada pengeluaran yang bersifat wajib, antara lain

untuk pembayaran hutang pokok yang telah jatuh tempo. Setelah

pengeluaran wajib terpenuhi, pengeluaran pembiayaan diarahkan

untuk penyertaan modal kepada BUMD yang berorientasi untuk

peningkatan penerimaan PAD dan bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat. Dengan penyertaan modal yang

dilakukan, diharapkan pendapatan daerah dan kinerja lembaga yang

mendapat tambahan modal dapat meningkat.

III.4.4. Pembangunan Bersumber Dana Belanja Lainnya

Untuk dapat melaksanakan seluruh program pembangunan guna

mencapai seluruh sasaran pembangunan dan mewujudkan tujuan-tujuan

pembangunan dalam rangka pencapaian visi pembangunan Kabupaten

Purbalingga Tahun 2010 – 2015, dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit.

Mengingat keterbatasan kemampuan anggaran Pemerintah Daerah maka

dibutuhkan dukungan pendanaan dari sumber-sumber lainnya di luar APBD

baik yang bersumber dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi

maupun sumber-sumber lainnya yang sah. Dana pembangunan daerah

yang bersumber dari Pemerintah Pusat dapat berupa dana Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan serta bentuk bantuan lainnya.

Mengingat sumber dana pembangunan dari Pemerintah Pusat

maupun Pemerintah Provinsi tidak dapat dipastikan besaran dan

perolehannya, maka dalam penyusunan kerangka pendanaan

pembangunan Tahun 2010 – 2015 diperhitungkan secara terpisah

Page 111: RPJMD 2010-2015

111 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

berdasarkan perkiraan. Besaran penerimaan dana Tugas Pembantuan dan

Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) untuk Kabupaten Purbalingga pada

tahun 2007 sampai tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel III.4.4-2. Belanja Tugas Pembantuan Tahun 2007-2010

NO URUSAN 2007 2008 2009 2010

1 Kesehatan 2,060,261,272 10,125,500,000 5,000,000,000 11,000,000,000

2 Pertanian

- Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura

5,843,165,000 5,014,184,000 6,548,060,000 2,359,525,000

- Perkebunan 448,352,000 582,853,000

- Peternakan 300,000,000 254,000,000 615,000,000

3 Pertanahan

4 Kelautan dan Perikanan 323,200,000 615,000,000

5 Kehutanan 6,185,584,000 855,065,000

6 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

1,000,000,000

7 Ketenagakerjaan 505,325,000 735,595,000 5,177,700,000 1,871,842,000

8 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

6,250,000,000 19,014,360,000 32,513,380,000 31,545,210,000

9 Perumahan 8,217,500,000 3,200,000,000

10 Perindustrian 1,000,000,000 730,066,000 700,000,000 600,000,000

22,592,687,272 37,634,823,000 60,386,640,000 50,576,577,000

Proyeksi penerimaan Dana Tugas Pembantuan dan Dana Daerah

Urusan Bersama tahun 2011 sampai dengan 2015 diperkirakan tidak

mengalami kenaikan.

Page 112: RPJMD 2010-2015

112 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB IV. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN

PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Perumusan strategi pembangunan daerah sangat diperlukan untuk

dapat mewujudkan penyelenggaraan pembangunan yang efektif dan efisien

sesuai tujuan perencanaan pembangunan daerah. Perumusan strategi

pembangunan meliputi proses analisis kondisi lingkungan internal dan

eksternal yang menjadi penentu keberhasilan pembangunan yang terdiri

dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Identifikasi terhadap

faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal didasarkan pada tingkat

pengaruhnya terhadap kehidupan dan kinerja seluruh komponen yang

terkait dengan proses pembangunan sehingga akan menentukan

keberhasilan pembangunan secara keseluruhan.

IV.1. Analisis Lingkungan Strategis Daerah

IV.1.1. Analisis Lingkungan Internal

Faktor lingkungan internal yang dimiliki Kabupaten Purbalingga

pada saat ini yang akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan

Kabupaten Purbalingga dalam kurun waktu lima tahun yang akan datang

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

IV.1.1.1. Kekuatan (Strengths)

1. Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Purbalingga sudah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan.

2. Jumlah dan kualifikasi aparatur Pemerintah Kabupaten Purbalingga

relatif memadai.

3. Kapasitas sarana dan prasarana pemerintahan serta pelayanan sosial

relatif memadai.

4. Kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan relatif tinggi.

5. Tersedianya Kader Kesehatan dan Kader KB di seluruh wilayah.

6. Adanya kelembagaan pemerintahan desa/kelurahan yang telah mapan.

7. Kondisi agroekologis wilayah Kabupaten Purbalingga yang

memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tanaman.

8. Banyaknya Perusahaan PMA dan PMDN.

9. Banyaknya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

Page 113: RPJMD 2010-2015

113 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

10. Besarnya proporsi penduduk usia produktif dan tersedianya tenaga

kerja dalam jumlah relatif besar.

11. Tersedianya jaringan infrastruktur dan kemudahan akses transportasi

di seluruh wilayah.

12. Pelayanan Perijinan dengan one stop service berstandar ISO 14001.

13. Situasi dan kondisi di bidang politik, keamanan, ketentraman dan

ketertiban umum yang relatif kondusif.

14. Banyaknya potensi sumberdaya alam yang dapat didayagunakan untuk

mendorong perekonomian dan pembangunan daerah.

15. Ikon Purbalingga sebagai destinasi wisata regional baru.

16. Banyaknya lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan sebagai modal

sosial dalam pembangunan.

17. Masih relatif tingginya kesadaran tentang nilai-nilai sosial di kalangan

masyarakat.

IV.1.1.2. Kelemahan (Weaknesses)

1. Terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah daerah.

2. Belum ada keseimbangan antara penerapan sistem karir dan sistem

prestasi kerja dalam pembinaan karir PNS.

3. Kapasitas dan kompetensi serta penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi oleh aparatur pemerintah daerah masih relatif terbatas.

4. Jumlah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi tingkat pendidikan

DIV-S1 relatif rendah (48,94 %).

5. Penyelenggaraan pendidikan masih berorientasi pada tingkat kelulusan

siswa dan kurang mengutamakan proses pendidikan menyeluruh yang

memperhatikan aspek kemampuan interaksi sosial dan interpersonal,

watak, budi pekerti, serta kecintaan terhadap budaya nasional dan

semangat nasionalisme.

6. Kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik masih relatif rendah

(tenaga pendidik yang memperoleh sertifikat kompetensi : 33,02 %).

Page 114: RPJMD 2010-2015

114 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

7. Belum semua prasarana kesehatan melaksanakan manajemen mutu

pelayanan kesehatan (quality assurance belum diterapkan di semua

lembaga pelayanan kesehatan).

8. Terbatasnya prasarana dan sarana pelayanan KB.

9. Kualitas SDM kelembagaan pemerintah di tingkat desa/kelurahan

relatif rendah.

10. Wilayah Kabupaten Purbalingga berada di luar jalur transportasi utama

Pulau Jawa (daerah belakang).

11. Relatif rendahnya kepemilikan lahan pertanian oleh petani (+/- 0,24 ha

per rumah tangga petani).

12. Relatif rendahnya kapasitas produksi, produktivitas, kualitas produk,

dan akses pasar usaha mikro dan kecil.

13. Terbatasnya akses permodalan bagi pelaku usaha mikro dan kecil.

14. Belum tersedianya perangkat lunak regulasi di tingkat daerah bagi

perlindungan pasar tradisional dan usaha perdagangan skala kecil.

15. Prasarana, sarana, dan pengelolaan sebagian besar pasar tradisional

masih belum memadai.

16. Sistem informasi dan data potensi investasi belum tersedia secara

memadai.

17. Kualitas tenaga kerja relatif rendah dan didominasi tenaga kerja

berpendidikan rendah.

18. Belum optimalnya pendayagunaan potensi sumberdaya lokal.

19. Belum optimalnya peran dan fungsi organisasi dan lembaga sosial

kemasyarakatan dalam penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa.

20. Belum optimalnya pembinaan olahraga prestasi.

21. Relatif rendahnya kapasitas dan kualitas prasarana transportasi.

22. Kondisi topografi wilayah yang bervariasi serta banyak dipisahkan oleh

sungai besar maupun kecil.

23. Banyak wilayah yang rentan terhadap kekeringan atau kekurangan air

baku.

Page 115: RPJMD 2010-2015

115 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

24. Akses masyarakat terhadap sanitasi masih relatif rendah.

25. Kualitas lingkungan permukiman masih relatif rendah.

26. Masih relatif rendahnya kesadaran akan pelestarian fungsi lingkungan

hidup.

27. Penegakan hukum di bidang lingkungan masih lemah.

28. Belum tersedianya sistem deteksi dini terhadap ancaman bencana

alam.

IV.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Faktor lingkungan eksternal yang diperkirakan akan

mempengaruhi keberhasilan pembangunan Kabupaten Purbalingga dalam

kurun waktu lima tahun yang akan datang dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

IV.1.2.1. Peluang (Opportunities)

1. Perkembangan teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kualitas penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

2. Komitmen Pemerintah dalam penganggaran belanja bidang pendidikan

yang cukup tinggi.

3. Adanya UU tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

4. Relatif tingginya kesadaran masyarakat terhadap program KB.

5. Adanya kebijakan otonomi dan desentralisasi fiskal sampai ke tingkat

desa.

6. Relatif stabilnya permintaan pasar akan produk pertanian.

7. Terbukanya pangsa pasar produk-produk lokal di pasar regional,

nasional dan internasional.

8. Semakin berkembangnya teknologi tepat guna yang dapat digunakan

untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi bagi usaha mikro

dan kecil.

9. Meningkatnya daya beli masyarakat.

10. Banyaknya pemilik modal yang ingin melakukan kegiatan investasi.

Page 116: RPJMD 2010-2015

116 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

11. Tingginya minat terhadap wisata alam, budaya lokal, klasik, dan unik.

12. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat di bidang kesehatan

dan pendidikan.

13. Adanya komitmen untuk mencapai target-target MDGs.

IV.1.2.2. Tantangan (Threats)

1. Semakin tingginya desakan penduduk terhadap sumberdaya alam dan

lingkungan hidup.

2. Masih relatif tingginya laju pertumbuhan penduduk.

3. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik

sebagai implikasi dari peningkatan standar kehidupan masyarakat dan

proses demokratisasi.

4. Adanya dinamika lingkungan eksternal yang menghendaki

terwujudnya tatakelola pemerintahan yang baik.

5. Adanya target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada

tahun 2015.

6. Adanya tuntutan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan

manusiawi.

7. Adanya tuntutan pasar tenaga kerja yang membutuhkan SDM yang

terdidik dan terampil.

8. Semakin berkembangnya budaya hedonisme dan individualisme yang

melunturkan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta semangat

nasionalisme dan patriotisme.

9. Adanya kecenderungan meningkatnya kasus penyakit degeneratif

sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan hidup dan

berkembangnya penggunaan bahan kimia berbahaya dalam produksi

makanan serta kecenderungan mewabahnya penyakit transnasional

(flu burung, flu babi, dan HIV).

10. Masih sering munculnya wabah penyakit epidemik (DBD, malaria,

chikungunya).

11. Banyak daerah lain yang memiliki keunggulan komperatif dan

kompetitif bagi pengembangan investasi.

Page 117: RPJMD 2010-2015

117 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

12. Tuntutan pasar yang menghendaki adanya kontinuitas pasokan dan

tingginya standar kualitas produk.

13. Era perdagangan bebas yang memungkinkan masuknya berbagai

produk mancanegara yang sejenis dengan produk lokal dengan

kualitas yang jauh lebih baik dan harga lebih terjangkau.

14. Bergesernya gaya hidup masyarakat yang lebih menyukai pasar/toko

modern.

15. Adanya kecenderungan daerah lain untuk membangun obyek wisata

yang sama dengan yang ada di Kabupaten Purbalingga.

IV.2. Prioritas Pembangunan

Berdasarkan analisis kondisi dan lingkungan strategis yang ada pada

saat ini dan akan dihadapi pada lima tahun yang akan datang, disusun

Prioritas Pembangunan Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 sebagai

berikut:

1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Baik

(Reformasi Birokrasi), dengan fokus pada :

a. Peningkatan profesionalisme aparatur melalui penyempurnaan

manajemen kepegawaian, meliputi sistem karir, recruitment,

pendidikan, penempatan, promosi, dan mutasi PNS.

b. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah agar berfungsi efektif

dan efisien melalui penetapan dan penerapan sistem indikator

kinerja utama bagi setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

2. Pembangunan Pendidikan, dengan fokus pada :

a. Terjaminnya akses seluruh masyarakat terhadap pelayanan

pendidikan dasar yang berkualitas dan peningkatan akses

masyarakat, terutama keluarga miskin, terhadap layanan

pendidikan menengah yang berkualitas (pendidikan dasar gratis

bagi keluarga miskin).

b. Penerapan metodologi pendidikan tidak lagi berupa pengajaran

demi kelulusan ujian (teaching to the test), namun pendidikan

menyeluruh yang memperhatikan kemampuan interaksi sosial dan

interpersonal, pendidikan watak dan budi pekerti, serta kecintaan

terhadap budaya nasional dan semangat nasionalisme dengan

memasukkan muatan lokal berupa pendidikan seni dan budaya

daerah serta pendidikan budi pekerti.

Page 118: RPJMD 2010-2015

118 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

c. Pengembangan pendidikan vokasi (formal) dan pendidikan

keterampilan (nonformal) yang bertujuan untuk mewujudkan

keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan

kemampuan menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan, serta

untuk menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.

d. Pengembangan sekolah kejuruan dan pengayaan kurikulum dengan

muatan pendidikan ketrampilan dan kewirausahaan pada sekolah

umum.

e. Pengembangan pendidikan keterampilan nonformal.

3. Pembangunan Kesehatan dan Keluarga Berencana, dengan fokus

pada Peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan dengan tujuan

agar seluruh masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan

yang berkualitas, terjangkau dan merata melalui :

a. Revitalisasi Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

(JPKM);

b. Revitalisasi posyandu/ posdaya; penyediaan prasarana, sarana, dan

tenaga kesehatan secara memadai di seluruh wilayah;

c. Meningkatkan status RSUD dari tipe C menjadi tipe B;

d. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk;

e. Peningkatan jangkauan pelayanan KB bagi keluarga miskin;

f. Revitalisasi peran kader KB.

4. Pembangunan Perdesaan dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Masyarakat, dengan fokus pada:

a. Pemantapan otonomi desa melalui penguatan otonomi kultural dan

struktural masyarakat perdesaan, serta desentralisasi pembangunan

desa dan desentralisasi pengelolaan anggaran desa yang

mencerminkan semangat keadilan.

b. Pemenuhan kebutuhan pangan dan papan, terutama bagi keluarga

miskin.

c. Pemantapan pemenuhan kebutuhan pangan bagi keluarga miskin;

pemantapan ketahanan pangan berbasis potensi lokal; penuntasan

pemenuhan rumah layak huni bagi keluarga miskin; fasilitasi

penyediaan rumah sehat sederhana bagi masyarakat

berpenghasilan rendah.

d. Pemenuhan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi yang

Page 119: RPJMD 2010-2015

119 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

layak.

5. Pembangunan Pertanian Dalam Arti Luas, dengan fokus pada:

a. Peningkatan ketahanan pangan dan revitalisasi pertanian untuk

mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk

pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian

lingkungan dan sumber daya alam.

b. Penyediaan benih/bibit varietas unggul yang teruji.

c. Pengembangan pertanian organik.

d. Pengembangan komoditas unggul sesuai potensi agroekologis.

e. Optimalisasi pendayagunaan potensi sumber daya alam lokal bagi

usaha pertanian.

f. Peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur pertanian.

6. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan

Koperasi, dengan fokus pada:

a. Fasilitasi permodalan bagi Usaha Mikro dan Kecil.

b. Pengembangan dan peningkatan produktivitas Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah (UMKM).

c. Peningkatan daya saing industri kecil dan industri kreatif.

d. Peningkatan peran dan fungsi koperasi dan lembaga keuangan

masyarakat sebagai penggerak ekonomi rakyat.

7. Pengembangan Usaha Perdagangan, dengan fokus pada

pemantapan usaha perdagangan sebagai katalisator perekonomian

daerah melalui revitalisasi pasar tradisional dan pengaturan pasar

modern.

8. Pengembangan Investasi dan Pembangunan Ketenagakerjaan,

dengan fokus pada:

a. Pengembangan dan penguatan industri padat karya dengan

memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang memiliki nilai

tambah tinggi dan ramah lingkungan untuk memperluas

kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan per kapita

masyarakat.

b. Penciptaan lingkungan bisnis (business environment) yang semakin

Page 120: RPJMD 2010-2015

120 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

kondusif untuk meningkatkan kegiatan usaha dan investasi dengan

menitikberatkan pada perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan

prosedur perijinan, dan perbaikan sistem informasi.

c. Peningkatan keterampilan dan peningkatan akses tenaga kerja

terhadap lapangan kerja, perlindungan tenaga kerja, dan

peningkatan hubungan industrial.

9. Pembangunan Pariwisata dan Seni Budaya, dengan fokus pada:

a. Pengembangan dan peningkatan kapasitas serta kualitas obyek

pariwisata.

b. Pengembangan dan pembinaan seni budaya daerah guna

meningkatkan apresiasi masyarakat dan pelestarian seni budaya

daerah.

c. Pengenalan dan peningkatan apresiasi siswa terhadap seni budaya

daerah dengan memasukkan pendidikan seni dan budaya daerah

sebagai muatan lokal dan kegiatan ekstra kurikuler pada pendidikan

formal.

10. Pembangunan Kepemudaan dan Keolahragaan, dengan fokus

pada :

a. Peningkatan fasilitasi kegiatan kepemudaan dan keolahragaan untuk

semakin menanamkan semangat kepeloporan dan nasionalisme di

kalangan generasi muda.

b. Peningkatan pembinaan mental, kesehatan jasmani, dan

peningkatan prestasi olahraga.

11. Pembangunan Infrastruktur, dengan fokus pada:

a. Peningkatan aksesibilitas seluruh wilayah, terutama wilayah-wilayah

tertinggal, dalam rangka mendorong keserasian pertumbuhan

antarwilayah dan menciptakan kawasan pusat pertumbuhan baru

melalui pembangunan jalan tembus antarwilayah dan percepatan

pengembangan wilayah-wilayah cepat tumbuh.

b. Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana irigasi untuk

menunjang peningkatan produksi pertanian.

12. Pembangunan Lingkungan Hidup, dengan fokus pada:

a. Rehabilitasi lahan kritis dan terlantar serta pengembalian fungsi

kawasan lindung.

b. Pelestarian sumber daya genetik (kekayaan plasma nutfah).

Page 121: RPJMD 2010-2015

121 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

c. Peningkatan pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan

pencemaran serta kerusakan lingkungan.

d. Optimalisasi pemeliharaan dan pengelolaan mata air, daerah

tangkapan air, dan daerah aliran sungai.

Page 122: RPJMD 2010-2015

122 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 merupakan penjabaran dan

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2025 untuk tahap 5 (lima) tahun

kedua. Oleh karena itu Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Purbalingga

Tahun 2010-2015 harus selaras dengan Visi dan Misi Pembangunan Jangka

Panjang Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2025. Visi Pembangunan

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2025 adalah Purbalingga yang

Mandiri dan Berdaya Saing Menuju Masyarakat yang Sejahtera dan

Berakhlak Mulia. Adapun Misi Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten

Purbalingga Tahun 2005-2025 adalah :

1. Mewujudkan Tata Kepemerintahan yang Baik;

2. Mewujudkan Purbalingga yang Aman, Damai, dan Demokratis

Berlandasankan Hukum;

3. Mewujudkan Masyarakat Purbalingga yang Berkualitas, Bermoral,

Memiliki Jati Diri dan Semangat Nasionalisme;

4. Mewujudkan Ekonomi Masyarakat Purbalingga yang Semakin Meningkat

dan Berkeadilan;

5. Mewujudkan Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Prasarana dan Sarana

Wilayah;

6. Mewujudkan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup.

RPJP Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2025 mengamanatkan

bahwa Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Purbalingga tahap II

Tahun 2010-2015 ditekankan pada upaya meningkatkan pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat, meningkatkan akses masyarakat terhadap

pelayanan sosial dasar yang semakin berkualitas, memperkokoh

perekonomian daerah yang berbasis pada ekonomi kerakyatan yang

Page 123: RPJMD 2010-2015

123 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

ditunjang penyediaan berbagai prasarana sosial ekonomi yang semakin

meningkat kapasitas dan kualitasnya, serta mendorong terwujudnya

penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik (good governance).

V.1. Visi

Visi pembangunan daerah adalah suatu gambaran yang

menantang tentang kondisi yang diinginkan pada akhir periode

perencanaan pembangunan. Dalam rangka mewujudkan visi, dilaksanakan

kebijakan-kebijakan dasar penyelenggaraan pembangunan selama periode

perencanaan yang dirumuskan dalam bentuk misi yang mencakup seluruh

aspek penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Tingkat

pencapaian visi yang merupakan resultante dari keberhasilan pelaksanaan

seluruh misi tercermin dari tercapainya tujuan-tujuan pembangunan yang

diukur melalui tingkat pencapaian sasaran-sasaran pembangunan yang

telah ditetapkan. Upaya mewujudkan visi dan melaksanakan misi dilakukan

melalui berbagai strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan

daerah. Penetapan visi pembangunan daerah, sebagai bagian dari

perencanaan strategis pembangunan daerah merupakan suatu langkah

penting dalam perjalanan pembangunan suatu daerah untuk mencapai

kondisi yang diharapkan.

Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-

2015 merupakan Visi Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga terpilih yang

telah dikomunikasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan

masyarakat sebelum proses pemilihan kepala daerah dilaksanakan. Visi

Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga tahun 2010-2015 adalah

PURBALINGGA YANG MAJU, MANDIRI, DAN BERDAYA SAING,

MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA YANG BERKEADILAN DAN

BERAKHLAK MULIA.

Sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan guna

mewujudkan efektivitas dan efisiensi pembangunan, Visi Pembangunan

Page 124: RPJMD 2010-2015

124 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kabupaten Purbalingga Tahun 2010 – 2015 merupakan kelanjutan visi

pembangunan Tahun 2005-2010. Hal ini mengingat adanya berbagai

keberhasilan yang telah dicapai dalam penyelenggaraan pembangunan

pada tahap sebelumnya, selain masih ada beberapa hal yang harus terus

ditingkatkan. Penyelenggaraan pembangunan pada tahap sebelumnya

telah berhasil meningkatkan kemandirian dan daya saing daerah, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Purbalingga. Namun

demikian, hal-hal tersebut masih harus terus ditingkatkan, mengingat

parameter tentang kesejahteraan terus mengalami perkembangan sesuai

dengan dinamika kehidupan sosial dan ekonomi. Di samping itu, adanya

dinamika lingkungan eksternal menuntut adanya peningkatan daya saing

daerah secara terus menerus.

Meskipun secara prinsip Visi Pembangunan Kabupaten Purbalingga

2010-2015 sama dengan Visi Pembangunan Tahun 2005-2010, tetapi

dilakukan beberapa penajaman dengan menambah kata “maju” dan

“berkeadilan”. Penambahan kata “maju” didasarkan pada pemikiran bahwa

pembangunan Kabupaten Purbalingga yang akan dilaksanakan di samping

bertujuan untuk mewujudkan kemandirian, daya saing, dan kesejahteraan,

juga harus mampu mewujudkan suatu kondisi yang lebih baik dari masa

sebelumnya serta lebih baik dibanding dengan daerah lain.

“Purbalingga yang maju” menunjukkan adanya progress mencapai

tingkat yang lebih baik dari sebelumnya, terutama dicirikan oleh semakin

meningkatnya kualitas manusia, meningkatnya kualitas pelayanan publik,

meningkatnya paritas daya beli masyarakat, serta meningkatnya kualitas

kehidupan masyarakat yang tercermin dari meningkatnya pemenuhan

kebutuhan perumahan secara layak, meningkatnya akses masyarakat

terhadap sanitasi, tersedianya infrastruktur secara memadai, lestarinya

sumber daya alam, dan terpeliharanya fungsi lingkungan hidup.

Kemandirian daerah adalah kemampuan nyata pemerintah dan

masyarakat dalam mengatur dan mengurus kepentingan daerah menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Maksud dari Visi

Page 125: RPJMD 2010-2015

125 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

“Purbalingga yang mandiri” adalah bahwa dengan keuletan dan kerja

keras, seluruh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Purbalingga akan

melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan akselerasi

pembangunan guna meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan

masyarakat, dan kemajuan daerah. Hal ini dilakukan melalui strategi,

kreasi, dan inovasi yang diciptakan dan dikembangkannya sendiri,

termasuk di dalamnya upaya yang sungguh-sungguh agar ketergantungan

terhadap pihak lain secara bertahap dapat dikurangi.

Maksud dari “Purbalingga yang berdaya saing” adalah bahwa

dengan kemajuan dan kemandiriannya tidak menjadikan masyarakat dan

Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengisolasi diri dari pengaruh dan

perkembangan, serta dinamika lingkungan, melainkan justru senantiasa

berupaya meningkatkan kemampuan dengan mengembangkan dan

memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga mampu mengikuti dinamika

dan mampu bersaing di era otonomi dan globalisasi.

Maksud dari “Purbalingga yang sejahtera” yaitu bahwa tujuan

akhir dari pembangunan yang dilaksanakan adalah mewujudkan

masyarakat Purbalingga yang sejahtera. Sejahtera yang dimaksud di

samping terpenuhinya kebutuhan yang bersifat fisiologis dan material, juga

mencakup kebutuhan yang bersifat batiniah seperti ketenteraman, rasa

aman, kebersamaan dan cinta kasih, serta harga diri (mampu, mandiri,

kompeten, reputasi, prestise, dan apresiasi) dan kebutuhan untuk

aktualisasi diri.

Maksud “berkeadilan” adalah bahwa kesejahteraan yang telah

dicapai sebagai hasil dari upaya pembangunan yang telah dilaksanakan,

harus dapat dinikmati oleh seluruh warga masyarakat Purbalingga yang

tercermin dari berkurangnya kesenjangan tingkat kesejahteraan

masyarakat antarwilayah, terutama antara wilayah perdesaan dengan

perkotaan, kesenjangan antarstrata sosial ekonomi, serta kesenjangan

antarindividu termasuk antara penduduk laki-laki dan perempuan.

“Berkeadilan” juga mengandung maksud bahwa seluruh masyarakat

Page 126: RPJMD 2010-2015

126 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

ditempatkan secara setara sehingga setiap orang memiliki kesempatan

yang sama untuk berpartisipasi dalam segala aspek kehidupan,

memperoleh kesetaraan dalam mendapatkan pelayanan pemerintah serta

setara di hadapan hukum.

Maksud dari “berakhlak mulia” adalah bahwa masyarakat

sejahtera yang ingin diwujudkan harus diimbangi dengan kualitas moral

spiritual masyarakat yang tinggi. Kemajuan yang ingin dicapai tidak hanya

dalam dimensi ekonomi-material semata, namun juga mencakup dimensi

mental-spiritual dan kultural, agar terwujud kehidupan masyarakat yang

sejahtera lahir dan batin.

V.2. Misi dan Tujuan Pembangunan Kabupaten Purbalingga

Tahun 2010-2015

V.2.1. Misi I : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Meningkatnya kesadaran politik rakyat sejalan dengan proses

demokratisasi sebagai implikasi dari reformasi di segala aspek kehidupan

mengakibatkan semakin menguatnya tuntutan masyarakat untuk

terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. Di samping itu adanya

kebijakan pemerintah berkaitan dengan penegakan hukum dan

pemberantasan korupsi semakin menuntut terwujudnya transparansi dan

akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui Misi ini

diharapkan agar penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Purbalingga

dapat dijalankan secara transparan; akuntabel; efektif dan efisien;

memiliki strategi yang jelas; mampu memberikan arahan dan supervisi

dalam penyelenggaraan administrasi publik dan penyelenggaraan

pembangunan; responsif terhadap berbagai permasalahan, tuntutan, dan

kebutuhan masyarakat; mampu bersikap dan bertindak profesional; serta

mampu menggerakkan partisipasi rakyat. Pemerintah Daerah juga dituntut

untuk semakin dapat mewujudkan keadilan dan menegakkan hak asasi

manusia.

Tujuan :

Page 127: RPJMD 2010-2015

127 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tujuan pelaksanaan Misi ke-1 (Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang

Baik) adalah mewujudkan kelembagaan pemerintah daerah dan

penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang efektif dan efisien;

transparan; akuntabel; memiliki strategi yang jelas; mampu memberikan

arahan dan supervisi dalam penyelenggaraan administrasi publik dan

pembangunan; responsif terhadap berbagai permasalahan, tuntutan, dan

kebutuhan masyarakat; mampu bersikap dan bertindak profesional; serta

mampu menggerakkan partisipasi rakyat, berkeadilan, dan menjunjung

tinggi hak asasi manusia.

V.2.2. Misi II : Mewujudkan Purbalingga yang Aman, Damai,

Tertib, dan Demokratis Berlandaskan Hukum dan Hak Asasi

Manusia (HAM)

Salah satu prasyarat bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat

sebagai tujuan akhir pembangunan adalah terwujudnya lingkungan sosial

yang aman, damai, dan tertib. Di sisi lain meningkatnya kesadaran politik

masyarakat di tengah euforia demokrasi pasca reformasi harus diimbangi

dengan upaya-upaya untuk mengembangkan etika politik sehingga

terhindar dari praktek demokrasi yang anarkis dan sebaliknya akan dapat

diwujudkan kehidupan demokrasi yang lebih bermartabat. Sedangkan

pembangunan bidang hukum dan HAM merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari proses penyelenggaraan good and clean governance.

Perbedaan pemahaman terhadap keragaman agama dan budaya;

perbedaan kondisi sosial-ekonomi; masalah kemiskinan dan kepadatan

penduduk; berbagai permasalahan sosial lain seperti merebaknya

peredaran miras dan narkoba, prostitusi, perjudian, dan premanisme; serta

kecenderungan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor-faktor

potensial untuk timbulnya gangguan ketertiban, keamanan dan

ketentraman dalam masyarakat.

Melalui misi ini diharapkan agar dapat diwujudkan rasa aman,

tenteram, dan damai dalam kehidupan masyarakat dengan mengeliminasi

ketegangan dan ancaman konflik; menurunkan angka kriminalitas;

meningkatkan ketertiban umum; mengembangkan semangat kebangsaan

Page 128: RPJMD 2010-2015

128 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

dan cinta Tanah Air; mewujudkan kehidupan politik yang sehat,

demokratis, dan dinamis; memantapkan kelembagaan demokrasi yang

lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; mengembangkan

budaya hukum, meningkatkan kesadaran hukum, serta menegakkan

hukum secara adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif.

Tujuan :

1. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban dalam kehidupan

masyarakat di segala bidang dengan meningkatkan kesadaran sosial

masyarakat serta pemahaman dan penghargaan masyarakat terhadap

hak asasi manusia (HAM); mewujudkan produk hukum daerah yang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi serta sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dinamika sosial-

ekonomi; serta mewujudkan supremasi hukum dan hak asasi manusia

sehingga akan meningkatkan akselerasi pembangunan.

2. Mewujudkan kehidupan politik yang sehat, demokratis, dan dinamis,

meningkatkan partisipasi politik rakyat, serta meningkatkan peran dan

fungsi lembaga politik sehingga semakin mendorong efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

V.2.3. Misi III : Mewujudkan Masyarakat Purbalingga yang

Semakin Berkualitas, Berakhlak Mulia, Beretika, serta

Memiliki Jatidiri dan Semangat Nasionalisme

Kualitas manusia dan kualitas kehidupan manusia merupakan

tujuan yang sebenarnya dari upaya pembangunan. Kualitas manusia di

samping diukur dari aspek-aspek yang bersifat lahiriah seperti tingkat

pendidikan dan derajat kesehatan, juga diukur dari kualitas moral dan

intelektual yang tercermin dalam perilaku dan etika dalam kehidupan

sehari-hari. Kualitas manusia yang dicita-citakan di samping diukur dari

beberapa hal tersebut, juga diukur dari kepribadian/jatidiri dan kecintaan

terhadap kebudayaan dan tanah air serta tertanamnya semangat

nasionalisme. Sedangkan kualitas kehidupan manusia diukur dari

Page 129: RPJMD 2010-2015

129 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

terpenuhinya kebutuhan dasar serta tersedianya secara memadai berbagai

prasarana dan sarana guna terwujudnya kehidupan yang berkualitas.

Implementasi misi ini antara lain dilaksanakan melalui peningkatan

taraf pendidikan, derajat kesehatan, kesejahteraan keluarga,

kesejahteraan sosial, keadilan gender, perlindungan anak dan keberdayaan

masyarakat dalam bidang sosial kemasyarakatan; mengembangkan

kehidupan beragama dan meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan

pengamalan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat; meningkatkan

kerukunan hidup inter dan antarumat beragama; mengembangkan

kesetiakawanan sosial, toleransi, dan budaya demokrasi dalam segala

aspek kehidupan masyarakat; memperkuat jati diri dan karakter bangsa

melalui internalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa; mengembangkan

semangat nasionalisme; meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap

seni dan kebudayaan termasuk terhadap budaya lokal untuk

mengembangkan kepekaan emosional dan meningkatkan kualitas moral

dan intelektual masyarakat serta memantapkan landasan spiritual dan

moral dalam pembangunan daerah.

Tujuan :

1. Mewujudkan masyarakat yang berkualitas, berkarakter tangguh,

kompetitif, dan bermoral tinggi, yang dicerminkan dengan

meningkatnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan kualitas

intelektual; terwujudnya kesetaraan gender; berkembangnya norma

dan etika yang sesuai dengan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa dan

nilai-nilai agama; berkembangnya budaya baca tulis; meningkatnya

toleransi dan kesetiakawanan sosial; berkembangnya semangat gotong

royong; serta semangat dan wawasan kebangsaan sehingga dapat

terwujud harmoni dan dinamika dalam kehidupan sosial.

2. Memantapkan jatidiri dan kepribadian masyarakat Purbalingga yang

tercermin pada berkembang dan meningkatnya apresiasi terhadap

budaya yang sesuai dengan nilai kepribadian bangsa.

Page 130: RPJMD 2010-2015

130 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

V.2.4. Misi IV : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Purbalingga

yang Semakin Berkualitas dan Berkeadilan melalui

Pendayagunaan Seluruh Potensi Daerah

Pembangunan ekonomi menduduki posisi yang sangat strategis

karena keberhasilan pembangunan ekonomi akan sangat menentukan

keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya. Meningkatnya

pendapatan per kapita masyarakat sebagai hasil dari pembangunan

ekonomi akan meningkatkan daya beli yang pada akhirnya akan

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses berbagai sumber

daya dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan dan semakin

meningkatkan aktifitasnya dalam bidang ekonomi.

Upaya meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dilakukan

dengan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan

produksi dan nilai tambah pada masing-masing sektor ekonomi. Namun

demikian, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak serta merta

meningkatkan pendapatan per kapita riil seluruh masyarakat apabila tidak

terdistribusi secara merata.

Pembangunan ekonomi yang hanya berorientasi pertumbuhan bisa

jadi hanya akan mendorong berkembangnya industri padat modal dan

tidak berbasis sumber daya lokal sehingga kurang berarti dalam

mengurangi pengangguran dan kurang memberikan efek berganda

(multiplier effect) bagi perekonomian rakyat. Selain itu, berkembangnya

industri yang tidak berbasis potensi lokal (footloose) menyebabkan

tumbuhnya perekonomian yang rapuh. Oleh karena itu, pembangunan

ekonomi selain diarahkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi,

juga harus diarahkan guna meningkatkan pemerataan pendapatan per

kapita riil dan kesejahteraan seluruh masyarakat dengan mendayagunakan

seluruh potensi daerah secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Melalui misi ini diharapkan pertumbuhan ekonomi yang akan

dicapai melalui pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan yang

berkualitas yaitu petumbuhan ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada

peningkatan nilai tambah secara agregat tetapi juga semakin memperluas

Page 131: RPJMD 2010-2015

131 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

kesempatan kerja serta tidak berakibat pada kerusakan sumberdaya alam

dan lingkungan hidup.

Tujuan:

1. Mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan pada tingkat aman

dan dalam kualitas gizi yang memadai, serta tersedianya instrumen

jaminan pangan sampai ke tingkat rumah tangga.

2. Meningkatkan pendapatan per kapita riil masyarakat secara lebih

merata dengan mewujudkan struktur perekonomian yang kokoh

berlandaskan keunggulan komparatif dan kompetitif Kabupaten

Purbalingga dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata sebagai

basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien guna menghasilkan

produk berkualitas dengan nilai tambah dan daya saing tinggi;

meningkatkan peran sektor industri dan jasa dengan menghasilkan

produk yang lebih berkualitas serta memiliki nilai tambah dan

berdaya saing tinggi dengan didukung investasi swasta yang ramah

tenaga kerja, mendorong aktivitas ekonomi lokal, dan ramah

lingkungan, guna menyediakan lapangan kerja dengan tingkat upah

memadai dan menanggulangi kemiskinan.

V.2.5. Misi V : Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Prasarana

Wilayah, Terutama untuk Mendorong Keserasian

Pertumbuhan Antarwilayah dan Pemerataan Pelayanan

Sosial

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

pembangunan sosial dan ekonomi mutlak memerlukan dukungan

penyediaan infrastruktur yang memadai. Implementasi misi ini diwujudkan

melalui pembangunan, pemeliharaan, dan rehabilitasi berbagai prasarana

dan sarana yang meliputi prasarana pendidikan dan kesehatan,

transportasi, irigasi dan pengairan, perumahan dan permukiman,

prasarana persampahan, prasarana energi, telekomunikasi, serta berbagai

prasarana pelayanan sosial, ekonomi, dan pemerintahan, prasarana

perkotaan dan prasarana wilayah lainnya.

Page 132: RPJMD 2010-2015

132 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tujuan :

Tujuan yang hendak dicapai melalui pelaksanaan misi ke-5 (Meningkatkan

Kapasitas dan Kualitas Prasarana Wilayah, Terutama untuk Mendorong

Keserasian Pertumbuhan Antarwilayah dan Pemerataan Pelayanan Sosial)

adalah menyediakan infrastruktur yang memadai dan saling terintegrasi

secara merata di seluruh wilayah sehingga mampu mendorong

pembangunan sosial dan ekonomi, meliputi jalan dan jembatan, prasarana

perhubungan, irigasi, permukiman, kelistrikan, dan telematika sehingga

terwujud peningkatan kesejahteraan masyarakat secara merata.

V.2.6. Misi VI : Mewujudkan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

melalui Peningkatan Kualitas Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Hidup serta Pelestarian Kekayaan

Sumber Daya Hayati

Eksploitasi sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan hidup

akibat aktifitas manusia yang tidak berwawasan lingkungan telah

menimbulkan dampak negatif yang langsung dirasakan oleh masyarakat,

seperti pencemaran air dan udara, timbulnya berbagai penyakit,

merosotnya hasil tangkapan ikan sungai, hilangnya populasi berbagai

spesies flora dan fauna khas/langka, munculnya lahan rusak termasuk

deforestasi, terjadinya banjir dan tanah longsor, sulitnya mendapatkan air

pada musim kemarau, berpindahnya aliran sungai, dan sebagainya.

Sementara itu pesatnya peningkatan jumlah penduduk bersamaan

dengan terus menurunnya luasan lahan pertanian menyebabkan

kemampuan penyediaan pangan semakin terbatas. Hal ini disebabkan oleh

meningkatnya konversi sawah dan lahan pertanian produktif lainnya serta

rendahnya peningkatan produksi pertanian. Di sisi lain, bertambahnya

kebutuhan lahan pertanian dan penggunaan lainnya akan mengancam

keberadaan hutan dan keseimbangan tata air. Memburuknya kondisi hutan

akibat deforestasi yang meningkat pesat dan memburuknya penutupan

Page 133: RPJMD 2010-2015

133 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

lahan di wilayah hulu daerah aliran sungai menyebabkan menurunnya

ketersediaan air untuk pertanian dan kebutuhan lainnya.

Pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai salah satu

sumberdaya yang potensial juga belum berkembang sebagaimana

mestinya. Pengembangan nilai tambah keanekaragaman hayati dapat

menjadi alternatif sumber daya pembangunan yang dapat dinikmati baik

oleh generasi sekarang maupun mendatang.

Keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang juga

menghadapi tantangan akibat perubahan iklim dan pemanasan global.

Untuk mengantisipasi berbagai hal tersebut di atas dibutuhkan kebijakan

besar yang bersifat kolaboratif dalam pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Tujuan:

Pembangunan lingkungan hidup bertujuan menjaga fungsi dan daya

dukung lingkungan hidup; memulihkan kondisi dan fungsi lingkungan

hidup yang mengalami degradasi akibat eksploitasi sumber daya alam dan

dampak aktivitas sosial ekonomi masyarakat; memelihara kekayaan

keragaman sumberdaya hayati dan kekhasan sumber daya alam, melalui

perbaikan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam, pelestarian

fungsi lingkungan hidup, serta kesadaran, sikap mental, dan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

V.3. Sasaran Kinerja Pembangunan Daerah

Penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Purbalingga selama

periode tahun 2010-2015 diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan

pembangunan di berbagai bidang yang secara kumulatif diarahkan untuk

mewujudkan visi pembangunan kabupaten Purbalingga. Untuk dapat

mencapai tujuan-tujuan pembangunan tersebut, terlebih dahulu harus

dapat dicapai sasaran-sasaran jangka pendek pada masing-masing bidang

pembangunan berdasarkan indikator-indikator kinerja tertentu.

Page 134: RPJMD 2010-2015

134 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

V.3.1. Sasaran Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

1. Terwujudnya aparatur pemerintah daerah yang profesional, bersih, dan

berwibawa agar dapat menjadi penggerak pembangunan daerah dan

mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

Indikator :

a. Menurunnya jumlah kasus pelanggaran disiplin PNS.

b. Meningkatnya indek kepuasan masyarakat terhadap layanan

publik.

c. Menurunnya jumlah temuan hasil pemeriksaan auditor.

2. Terwujudnya kelembagaan pemerintah daerah yang mampu berfungsi

secara efektif dan efisien serta senantiasa mampu menjawab tuntutan

kebutuhan dan dinamika lingkungan eksternal.

Indikator :

a. Meningkatnya jumlah SKPD yang menerapkan Standar Pelayanan

Minimal (SPM).

b. Meningkatnya jumlah SKPD yang memenuhi kualifikasi Standar

Nasional dan Internasional dalam pelayanan publik.

c. Terwujudnya website e-procurement.

3. Terwujudnya penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang efektif,

efisien, transparan, akuntabel, memiliki strategi yang jelas, mampu

memberikan arahan dan supervisi dalam penyelenggaraan

administrasi publik dan pembangunan; responsif terhadap berbagai

permasalahan, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat; mampu

bersikap dan bertindak profesional; serta mampu menggerakkan

partisipasi rakyat, berkeadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.

Indikator :

a. Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan dan anggaran

tepat waktu.

b. Meningkatnya efisiensi penggunaan input dalam pelaksanaan

kegiatan pemerintah daerah.

c. Meningkatnya kegiatan tepat waktu, tepat mutu tepat sasaran dan

tepat manfaat.

Page 135: RPJMD 2010-2015

135 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

d. Terwujudnya hasil audit dengan opini wajar tanpa pengecualian.

V.3.2. Sasaran Mewujudkan Purbalingga yang Aman, Damai,

Tertib, dan Demokratis Berlandaskan Hukum dan Hak Asasi

Manusia (HAM).

1. Meningkatnya ketenteraman dan ketertiban dalam kehidupan

masyarakat di segala bidang.

Indikator :

a. Menurunnya angka kriminalitas.

b. Menurunnya angka pelanggaran perda.

c. Menurunnya tindak kekerasan dan konflik dalam kehidupan

masyarakat.

2. Meningkatnya kesadaran sosial masyarakat, serta meningkatnya

pemahaman dan penghargaan masyarakat terhadap hak asasi manusia

(HAM).

Indikator :

a. Meningkatnya jumlah kelompok swadaya masyarakat.

b. Menurunnya kasus tindak kekerasan dalam masyarakat.

c. Menurunnya kasus trafficking.

3. Tersusunnya produk hukum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi serta sesuai dengan kebutuhan

dan tuntutan dinamika sosial-ekonomi guna mewujudkan

ketenteraman dan ketertiban dalam masyarakat, serta meningkatkan

akselerasi pembangunan.

Indikator :

a. Berkurangnya jumlah Peraturan Daerah yang kedaluarsa/tidak

sesuai dengan peraturan/perundangan yang lebih tinggi.

b. Tidak adanya produk hukum yang dibatalkan pemerintah pusat.

4. Terwujudnya kehidupan politik yang sehat, demokratis, dan dinamis,

meningkatnya partisipasi politik rakyat, serta meningkatnya peran dan

fungsi lembaga politik sehingga semakin mendorong efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Indikator :

Page 136: RPJMD 2010-2015

136 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

a. Meningkatnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu

Legislatif, Pemilu Presiden, Pemilu Kepala Daerah.

b. Meningkatnya jumlah Peraturan Daerah yang disusun berdasarkan

prakarsa DPRD.

c. Penetapan APBD tepat waktu.

V.3.3. Sasaran Mewujudkan Masyarakat Purbalingga yang

Semakin Berkualitas, Berakhlak Mulia, Beretika, serta

Memiliki Jatidiri Dan Semangat Nasionalisme

1. Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya

kesejahteraan keluarga.

Indikator :

a. Menurunnya jumlah keluarga pra sejahtera.

b. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk.

c. Meningkatnya jumlah keluarga sesuai norma keluarga kecil

bahagia dan sejahtera.

2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

Indikator :

a. Meningkatnya usia harapan hidup.

b. Menurunnya angka kematian bayi.

c. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan.

d. Menurunnya presentase gizi kurang.

e. Menurunnya presentase gizi buruk.

f. Meningkatnya pemberian asi ekslusif.

g. Meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

3. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat.

Indikator :

a. Meningkatnya Angka melek huruf.

b. Meningkatnya rata-rata lama sekolah.

c. Meningkatnya angka partisipasi sekolah.

4. Meningkatnya kesetaraan gender dan perlindungan anak.

a. Meningkatnya indeks pembangunan gender.

Page 137: RPJMD 2010-2015

137 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

b. Meningkatnya indeks pemberdayaan gender.

c. Menurunnya presentase tenaga kerja di bawah umur.

d. Menurunnya kasus kekerasan terhadap perempuan.

e. Menurunnya kasus kekerasan terhadap anak.

5. Meningkatnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan sosial

dasar dan pengembangan ekonomi keluarga.

a. Meningkatnya presentase penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) yang tertangani.

b. Menurunnya jumlah rumah tangga miskin.

6. Terwujudnya masyarakat yang berkarakter tangguh, kompetitif, dan

bermoral tinggi, yang dicerminkan dengan meningkatnya kualitas

intelektual; berkembangnya norma dan etika yang sesuai dengan nilai-

nilai luhur kepribadian bangsa dan nilai-nilai agama; berkembangnya

budaya baca tulis; meningkatnya toleransi dan kesetiakawanan sosial;

serta berkembangnya semangat gotong royong sehingga dapat

terwujud harmoni dan dinamika dalam kehidupan sosial.

Indikator :

a. Menurunya angka kenakalan remaja.

b. Menurunnya kasus peggunaan Narkoba dan Miras.

c. Meningkatnya jumlah karangtaruna yang aktif.

d. Meningkatnya angka kunjungan ke perpustakaan.

e. Menurunnya konflik horisontal dalam kehidupan masyarakat.

7. Semakin kokohnya jatidiri dan kepribadian masyarakat Purbalingga.

Indikator :

a. Meningkatnya jumlah kelompok/paguyuban seni budaya

tradisional.

b. Meningkatnya kegiatan pentas kesenian tradisional.

8. Meningkatnya semangat dan wawasan kebangsaan.

Indikator :

a. Terlaksananya peringatan hari-hari besar nasional.

b. Meningkatnya kegiatan forum lintas etnis dan agama.

Page 138: RPJMD 2010-2015

138 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

V.3.4. Sasaran Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Purbalingga

yang Semakin Berkualitas dan Berkeadilan melalui

Pendayagunaan Seluruh Potensi Daerah.

1. Terwujudnya ketahanan dan kemandirian pangan yang mampu

dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang

memadai, serta tersedianya instrumen jaminan pangan sampai ke

tingkat rumah tangga.

Indikator :

a. Stabilnya angka inflasi.

b. Meningkatnya indeks konsumsi non pangan.

c. Meningkatnya daya beli masyarakat.

d. Meningkatnya uji laboratorium pada makanan yang beredar.

e. Meningkatnya angka pola pangan harapan.

2. Semakin meningkat dan meratanya pendapatan per kapita riil

masyarakat serta menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Indikator :

a. Meningkatnya pendapatan per kapita.

b. Menurunnya kesenjangan pendapatan antar individu (indek Gini).

c. Menurunnya kesenjangan ekonomi antar wilayah (indek

Williamson).

d. Menurunnya angka pengangguran.

e. Menurunnya angka kemiskinan.

3. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Kabupaten

Purbalingga dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata sebagai

basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien guna menghasilkan

produk berkualitas dengan nilai tambah dan daya saing tinggi; terus

meningkatnya peran sektor industri dan jasa dengan menghasilkan

produk yang lebih berkualitas serta memiliki nilai tambah dan

berdaya saing tinggi.

Indikator :

Page 139: RPJMD 2010-2015

139 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

a. Meningkatnya kesejahteraan petani yang ditandai dengan

meningkatnya nilai tukar petani.

b. Meningkatnya investasi di sektor agribisnis.

c. Menurunnya penggunaan pupuk dan obat kimia di sektor

pertanian.

d. Meningkatnya angka kunjungan wisata.

e. Meningkatnya nilai tambah sektor-sektor pendukung sektor wisata

(PDRB sektor perdagangan, hotel dan restauran; PDRB sektor

pengangkutan dan telekomunikasi; PDRB sektor pertanian; serta

PDRB sektor industri).

f. Meningkatnya proporsi sektor industri dan jasa dalam PDRB.

g. Meningkatnya jumlah UMKM.

4. Meningkatnya investasi swasta, baik dalam negeri maupun asing, yang

mampu menyerap tenaga kerja, mendorong aktivitas ekonomi lokal,

dan ramah lingkungan, guna menyediakan lapangan kerja dengan

tingkat upah memadai dan menanggulangi kemiskinan.

Indikator :

a. Meningkatnya jumlah PMA dan PMDN.

b. Meningkatnya nilai investasi PMA dan PMDN.

c. Meningkatnya Upah Minimum Kabupaten.

d. Menurunnya angka pengangguran.

V.3.5. Sasaran Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Prasarana

Wilayah, Terutama untuk Mendorong Keserasian

Pertumbuhan Antarwilayah dan Pemerataan Pelayanan

Sosial.

1. Tersedianya infrastruktur yang memadai dan saling terintegrasi

Indikator :

a. Persentase panjang jalan kabupaten yang beraspal.

b. Persentase jalan kabupaten dalam kondisi baik.

c. Menurunnya persentase jalan kabupaten dalam kondisi rusak

ringan.

d. Menurunnya persentase jalan kabupaten dalam kondisi rusak

berat.

e. Panjang jembatan.

Page 140: RPJMD 2010-2015

140 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

f. Meningkatnya luas lahan beririgasi teknis.

g. Jumlah prasarana pelayanan kesehatan.

h. Jumlah prasarana pelayanan pendidikan.

i. Jumlah pasar tradisional.

j. Jumlah pasar modern.

2. Meningkatnya kualitas perumahan dan permukiman

Indikator :

a. Menurunnya luasan kawasan kumuh.

b. Menurunnya jumlah rumah tidak layak huni.

c. Meningkatnya cakupan jamban.

d. Meningkatnya cakupan air bersih.

e. Meningkatnya cakupan saluran pembuangan limbah.

f. Meningkatnya cakupan layanan persampahan.

3. Terpenuhinya pasokan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga dan berbagai aktivitas sosial ekonomi.

Indikator :

a. Meningkatnya rasio elektrifikasi.

b. Jumlah rumah tangga pengguna kayu bakar.

4. Terselenggaranya pelayanan telematika yang efisien dan modern untuk

mewujudkan masyarakat informasi.

Indikator :

a. Jumlah desa tidak terjangkau layanan telekomunikasi.

b. Jumlah warung internet.

c. Jumlah hot spot area.

d. Jumlah jenis pelayanan publik secara online.

e. Persentase instansi pemerintah menggunakan teknologi

informatika.

V.3.6. Sasaran Mewujudkan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

melalui Peningkatan Kualitas Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Hidup, serta Pelestarian Kekayaan

Sumber Daya Hayati.

1. Terjaganya fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, serta pulihnya

kondisi dan fungsi lingkungan hidup yang mengalami degradasi akibat

eksploitasi sumber daya alam dan dampak aktivitas sosial ekonomi

masyarakat

Indikator :

a. Menurunnya luas lahan kritis.

b. Menurunnya tingkat pencemaran udara, air dan tanah.

2. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya

alam.

Page 141: RPJMD 2010-2015

141 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Indikator :

a. Terjaganya keragaman hayati (biodiversity index).

b. Jumlah kasus pelanggaran perusakan lingkungan hidup.

3. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat

dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup. Indikator :

a. Jumlah dan persentase perusahaan yang memiliki dokumen

perencanaan lingkungan (AMDAL, UKL, UPL).

b. Jumlah dan persentase perusahaan yang memiliki IPAL.

c. Meningkatnya kelompok peduli lingkungan.

d. Menurunnya penggalian tambang tanpa ijin.

e. Menurunnya kasus pencurian kayu di hutan.

Page 142: RPJMD 2010-2015

142 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURBALINGGA

Strategi pembangunan jangka menengah Kabupaten Purbalingga

tahun 2010-2015 pada prinsipnya merupakan langkah-langkah yang akan

dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam rangka

mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah melalui

pentahapan pembangunan dan serangkaian kebijakan dan program dalam

rangka pencapaian tujuan-tujuan jangka menengah dan sasaran-sasaran

jangka pendek yang telah ditetapkan. Agar upaya mewujudkan visi

pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara efektif maka

penyelenggaraan pembangunan jangka menengah Kabupaten Purbalingga

tahun 2010-2015 akan dilaksanakan melalui tahapan tahunan mulai tahun

pertama ( tahun 2011 ) sampai dengan tahun ke lima ( tahun 2015 ).

Pentahapan pembangunan tersebut dimaksudkan agar program-program

dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan terfokus pada sasaran

dan tujuan tertentu sesuai skala prioritas.

VI.1. PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KABUPATEN

PURBALINGGA TAHUN 2010-2015

Dalam rangka mencapai Visi Pembangunan Kabupaten Purbalingga

Tahun 2010 - 2015 telah ditetapkan 6 (enam) misi sebagai garis-garis

besar kebijakan pembangunan yang akan ditempuh oleh Pemerintah

Kabupaten Purbalingga. Mengingat keterbatasan potensi sumberdaya

pembangunan yang dimiliki, maka untuk dapat mewujudkan visi

pembangunan Kabupaten Purbalingga dibutuhkan strategi berupa

penetapan prioritas-prioritas pembangunan sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai berdasarkan tahapan sebagai berikut :

Page 143: RPJMD 2010-2015

143 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Misi Ke-1 (Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik)

Tahun I (2011)

Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

daerah melalui penataan kelembagaan pemerintah daerah dan peningkatan

kualitas administrasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan titik

berat pada peningkatan administrasi keuangan dan pengelolaan aset

daerah, peningkatan kualitas pengawasan serta peningkatan kualitas

perencanaan pembangunan.

Tahun II (2012)

Peningkatan upaya pengendalian dan evaluasi pembangunan antara lain

melalui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik serta

optimalisasi administrasi keuangan dan pengelolaan aset daerah menuju

opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam audit keuangan, serta

optimalisasi pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dokumen

perencanaan tata ruang.

Tahun III (2013)

Pemantapan kualitas pelayanan publik melalui penyusunan dan

implementasi Standard Operating Procedure (SOP), Standar Pelayanan

Minimal (SPM), serta penerapan Standar Nasional dan Standar

Internasional pada pelayanan publik, dan pemantapan kualitas manajemen

data dan informasi daerah antara lain melalui Sistem Informasi Manajemen

terintegrasi.

Tahun IV (2014)

Pemantapan reformasi birokrasi melalui peningkatan kualitas

perencanaan, kualitas sistem pengendalian dan evaluasi pembangunan,

peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang dan lahan, penataan

kelembagaan pemerintah daerah dan pemerintahan desa untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan serta

mengakomodasi tuntutan kebutuhan dan dinamika lingkungan.

Page 144: RPJMD 2010-2015

144 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tahun V (2015)

Pemantapan reformasi birokrasi melalui penguatan kualitas administrasi

pemerintah daerah dalam rangka peningkatan efektivitas dan efisiensi

penyelenggaraan pemerintahan serta penguatan fungsi pengawasan

melekat melalui pengembangan sistem pembinaan administrasi dan

peningkatan kompetensi aparatur, penguatan kapasitas pengawasan

fungsional melalui peningkatan jumlah auditor yang memiliki kompetensi

sesuai kebutuhan, peningkatan kualitas dan efektivitas kerjasama antar

pemerintah daerah, peningkatan kompetensi sumberdaya manusia

aparatur sesuai bidang tugas, dan peningkatan disiplin aparatur dengan

penerapan reward and punishment.

Misi ke-2 (Mewujudkan Purbalingga yang Aman, Damai, Tertib, dan

Demokratis Berlandaskan Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Tahun I (2011)

Pemantapan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat serta

peningkatan kesadaran kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran

hukum dan kesadaran politik masyarakat.

Tahun II (2012)

Peningkatan keamanan dan ketertiban umum.

Tahun III (2013)

Pengembangan dan peningkatan kulitas kehidupan demokrasi.

Tahun IV (2014)

Optimalisasi peran dan fungsi lembaga politik dan peningkatan partisipasi

politik rakyat melalui peningkatan kapasitas lembaga-lembaga politik dan

peningkatan kesadaran politik rakyat dalam rangka peningkatan budaya

politik yang sehat, demokratis, dan dinamis berdasarkan hukum.

Tahun V (2015)

Page 145: RPJMD 2010-2015

145 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Peningkatan kesadaran kebangsaan dan sosial, kesetiakawanan sosial,

kesadaran hukum serta budaya hukum melalui peningkatan penanaman

nilai-nilai sosial budaya yang sesuai dalam pendidikan formal, nonformal,

dan informal.

Misi ke-3 (Mewujudkan Masyarakat Purbalingga yang Semakin

Berkualitas, Berakhlak Mulia, Beretika, serta Memiliki Jatidiri dan

Semangat Nasionalisme)

Bidang Pendidikan

Tahun I (2011)

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana pendidikan dasar

dalam rangka menjamin akses seluruh masyarakat terhadap pendidikan

dasar dan peningkatan kapasitas prasarana dan sarana pendidikan

menengah terutama pendidikan kejuruan guna meningkatkan akses

masyarakat terhadap pendidikan menengah serta menyiapkan lulusan yang

trampil.

Tahun II (2012)

Peningkatan kualitas pendidikan dasar sesuai standar pelayanan minimal

dan peningkatan kapasitas pendidikan menengah melalui peningkatan

kualitas prasarana, sarana dan tenaga kependidikan pendidikan dasar serta

peningkatan kapasitas prasarana dan sarana pendidikan menengah

bersamaan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain

melalui pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kompetensi tenaga

kependidikan serta inisiasi implementasi metodologi pendidikanyang tidak

hanya berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test) tetapi

juga berorientasi pada pembinaan watak dan budi pekerti.

Tahun III (2013)

Pelaksanaan standar pelayanan minimal pada seluruh pelayanan

pendidikan dasar serta peningkatan pelayanan pendidikan menengah

dengan menyediakan sekolah menengah kejuruan pada seluruh wilayah

Page 146: RPJMD 2010-2015

146 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

kecamatan dan implementasi metodologi pendidikan yang berorientasi

pada pembinaan watak dan budi pekerti.

Tahun IV (2014)

Peningkatan kualitas pendidikan dasar sesuai standar nasional dan

peningkatan kualitas pendidikan menengah sesuai standar pelayanan

minimal serta pemantapan implementasi metodologi pendidikan yang

berorientasi pada pembinaan watak dan budi pekerti.

Tahun V (2015)

Pemantapan kualitas pendidikan dasar serta meningkatkan akses

masyarakat terhadap pendidikan menengah yang berkualitas sesuai SPM

serta pemantapan implementasi metodologi pendidikan yang berorientasi

pada pembinaan watak dan budi pekerti.

Bidang Kesehatan

Tahun I (2011)

Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan KB

melalui peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana

pelayanan kesehatan dan KB serta pemerataan tenaga kesehatan dan KB

terutama diarahkan dalam rangka peningkatan jangkauan pelayanan

kesehatan dan KB di seluruh wilayah serta peningkatan akses pelayanan

kesehatan dan KB khususnya bagi masyarakat miskin.

Tahun II (2012)

Melanjutkan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan

KB dengan menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kualitas

prasarana dan sarana pelayanan kesehatan dan KB serta pemerataan

tenaga kesehatan dan KB sesuai dengan standar pelayanan minimal

bersamaan dengan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan dan KB

bagi masyarakat miskin.

Page 147: RPJMD 2010-2015

147 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tahun III (2013)

Melanjutkan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan

KB dalam rangka mempersiapkan terwujudnya pelayanan kesehatan dan

KB sesuai Standar Pelayanan Minimal pada seluruh fasilitas pelayanan

kesehatan dan KB serta terwujudnya akses pelayanan kesehatan dan KB

bagi seluruh masyarakat.

Tahun IV (2014)

Pemantapan pelaksanaan SPM pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

serta KB.

Tahun V (2015)

Peningkatan SPM dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

Bidang Kesejahteraan Sosial

Tahun I (2011)

Peningkatan perlindungan kelompok masyarakat yang rentan melalui

peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar terutama bagi masyarakat

miskin, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan

perlindungan anak, serta peningkatan keberdayaan masyarakat dan

kesetaraan gender.

Tahun II (2012)

Melanjutkan upaya peningkatan perlindungan kelompok masyarakat yang

rentan melalui peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak-hak

dasar lainnya terutama bagi masyarakat miskin, peningkatan penanganan

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan perlindungan anak,

serta peningkatan keberdayaan masyarakat dan kesetaraan gender.

Page 148: RPJMD 2010-2015

148 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tahun III (2013)

Melanjutkan upaya peningkatan perlindungan kelompok masyarakat yang

rentan melalui peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak-hak

dasar lainnya terutama bagi masyarakat miskin, peningkatan penanganan

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan perlindungan anak,

serta peningkatan keberdayaan masyarakat dan kesetaraan gender melalui

revisi dan inovasi program-program pemberdayaan masyarakat.

Tahun IV (2014)

Melanjutkan upaya peningkatan perlindungan kelompok masyarakat yang

rentan melalui peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak-hak

dasar lainnya terutama bagi masyarakat miskin, peningkatan penanganan

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan perlindungan anak,

serta peningkatan keberdayaan masyarakat dan kesetaraan gender melalui

revisi dan inovasi program-program pemberdayaan masyarakat.

Tahun V (2015)

Memantapkan perlindungan kelompok masyarakat yang rentan dalam

rangka mewujudkan target MDG’s melalui akselerasi pemenuhan

kebutuhan dasar dan hak-hak dasar lainnya terutama bagi masyarakat

miskin, peningkatan penanganan penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) dan perlindungan anak, serta peningkatan keberdayaan

masyarakat dan kesetaraan gender melalui implementasi inovasi program-

program pemberdayaan masyarakat.

Misi ke-4 (Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Purbalingga yang

Semakin Berkualitas dan Berkeadilan melalui Pendayagunaan

Seluruh Potensi Daerah)

Tahun I (2011)

Peningkatan pendayagunaan potensi ekonomi lokal melalui pengembangan

usaha mikro kecil dan menengah, pengembangan komoditas pertanian

dalam arti luas dan perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi,

Page 149: RPJMD 2010-2015

149 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

pengembangan pariwisata dan pengembangan industri padat karya dan

ramah lingkungan.

Tahun II (2012)

Optimalisasi pendayagunaan potensi ekonomi lokal melalui peningkatan

kapasitas produksi usaha mikro kecil dan menengah, peningkatan produksi

pertanian dalam arti luas dan perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi,

pengembangan prasarana pariwisata dan pengembangan industri padat

karya dan ramah lingkungan.

Tahun III (2013)

Peningkatan keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi lokal melalui

peningkatan kapasitas dan kualitas produksi usaha mikro kecil dan

menengah, peningkatan kapasitas dan kualitas produksi pertanian dalam

arti luas dan perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, peningkatan

kapasitas dan kualitas prasarana pariwisata, pengembangan industri padat

karya dan ramah lingkungan yang mendayagunakan potensi lokal serta

pengembangan sektor jasa dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi

daerah.

Tahun IV (2014)

Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan kualitas dan

daya saing produk sektor primer dan sekunder serta pengembangan sektor

jasa dan industri kreatif.

Tahun V (2015)

Pemantapan ekonomi daerah melalui pemantapan daya saing produk lokal,

peningkatan kapasitas dan kualitas sektor jasa serta peningkatan kapasitas

dan kualitas industri kreatif.

Page 150: RPJMD 2010-2015

150 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Misi ke-5 (Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Prasarana Wilayah,

Terutama untuk Mendorong Keserasian Pertumbuhan Antarwilayah

dan Pemerataan Pelayanan Sosial)

Tahun I (2011)

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana transportasi yang

dititikberatkan pada pemeliharaan dan rehabilitasi jalan dan jembatan

dalam rangka meningkatkan aksesibilitas antar wilayah serta pemeliharaan

dan rehabilitasi prasarana irigasi dan sumberdaya air guna menunjang

peningkatan produksi pertanian dan pengendalian dampak kerusakan

akibat bencana alam.

Tahun II (2012)

Melanjutkan upaya peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana

transportasi terutama pemeliharaan dan rehabilitasi jalan dalam rangka

meningkatkan kelancaran transportasi barang dan jasa antar wilayah,

pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana irigasi dan sumberdaya air guna

menunjang peningkatan produksi pertanian dan pengendalian dampak

kerusakan akibat bencana alam, serta peningkatan cakupan penyediaan air

bersih dan sanitasi permukiman.

Tahun III (2013)

Pemeliharaan prasarana transportasi dan pembukaan akses baru antar

wilayah dalam rangka meningkatkan kelancaran transportasi barang dan

jasa antar wilayah, pemeliharaan, rehabilitasi, dan perluasan jaringan

irigasi dalam rangka semakin meningkatkan produksi pertanian,

peningkatan cakupan penyediaan air bersih, sanitasi permukiman dan

pengelolaan persampahan.

Tahun IV (2014)

Perluasan akses transportasi antar wilayah dalam rangka mewujudkan

keserasian pertumbuhan antar wilayah dan pemerataan pembangunan,

perluasan jaringan irigasi dalam rangka terus meningkatkan produksi

Page 151: RPJMD 2010-2015

151 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

pertanian, peningkatan cakupan penyediaan air bersih, sanitasi

permukiman dan pengelolaan persampahan, serta perluasan jaringan

distribusi energi.

Tahun V (2015)

Melanjutkan perluasan akses transportasi antar wilayah dalam rangka

memantapkan keserasian pertumbuhan antar wilayah dan pemerataan

pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana irigasi dan sumber

daya air, pemantapan penyediaan air bersih, sanitasi permukiman dan

pengelolaan persampahan, serta perluas jaringan distribusi energi.

Misi ke-6 (Mewujudkan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

melalui Peningkatan Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup serta Pelestarian Kekayaan Sumber Daya

Hayati)

Tahun I (2011)

Pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan pencemaran dan

kerusakan lingkungan serta pemeliharaan dan peningkatan kualitas ruang

terbuka hijau.

Tahun II (2012)

Pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan pencemaran dan

kerusakan lingkungan serta pemeliharaan dan peningkatan kualitas ruang

terbuka hijau.

Tahun III (2013)

Pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan pencemaran dan

kerusakan lingkungan serta pemeliharaan dan peningkatan kualitas ruang

terbuka hijau.

Page 152: RPJMD 2010-2015

152 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tahun IV (2014)

Pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan pencemaran dan

kerusakan lingkungan serta pemeliharaan dan peningkatan kualitas ruang

terbuka hijau.

Tahun V (2015)

Pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan pencemaran dan

kerusakan lingkungan serta pemeliharaan dan peningkatan kualitas ruang

terbuka hijau.

VI.2. KEBIJAKAN DAN PROGRAM JANGKA MENENGAH

KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010-2015

Visi Pembangunan Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 yang

akan diwujudkan melalui pelaksanaan 6 (enam) misi, keberhasilannya

ditentukan oleh tingkat pencapaian tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

pembangunan yang telah ditetapkan. Dalam rangka mewujudkan tujuan-

tujuan dan sasaran-sasaran pembangunan yang mencakup seluruh aspek

kehidupan masyarakat akan ditempuh melalui beberapa kebijakan dan

program pembangunan sebagai berikut :

VI.2.1. Kebijakan untuk Mencapai Tujuan Misi Ke-1 (Mewujudkan

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik)

1. Peningkatan kinerja penyelenggaraan pembangunan daerah melalui

peningkatan kualitas perencanaan, kualitas sistem pengendalian, dan

evaluasi pembangunan dengan :

a. Program Perencanaan Pembangunan Daerah.

b. Program Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah.

c. Program Penyediaan dan Penyempurnaan Data dan Informasi

Daerah.

2. Peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian pemanfaatan

ruang dan lahan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pendayagunaan lahan dan ruang; mempertahankan kelestarian fungsi

lingkungan hidup; mengurangi dampak negatif pemanfaatan ruang

Page 153: RPJMD 2010-2015

153 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

terhadap bidang sosial dan ekonomi; mendorong aktivitas sosial dan

ekonomi; serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

Program Penataan Ruang Daerah.

3. Penyesuaian kelembagaan pemerintah daerah dan pemerintahan desa

sesuai tuntutan kebutuhan dan dinamika lingkungan serta ketentuan

peraturan perundangan yang berlaku melalui :

a. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintah

Daerah.

b. Program Pembinaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

Pemerintahan Desa.

4. Penguatan kualitas administrasi pemerintah daerah dalam rangka

peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan

serta penguatan fungsi pengawasan melekat melalui pengembangan

sistem pembinaan administrasi dan peningkatan kompetensi aparatur

dengan :

a. Program Peningkatan Kualitas Administrasi Pemerintah Daerah dan

Pembinaan Administrasi Pemerintahan Desa.

b. Program Penguatan Kelembagaan Perangkat Daerah.

c. Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah.

d. Program Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah.

e. Program Penyusunan Produk Hukum serta Pembinaan dan

Pelayanan Hukum.

f. Program Peningkatan Koordinasi Penyelengaraan Pemerintahan

dan Pembangunan Daerah.

g. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik.

h. Program Fasilitasi Pers dan Pembinaan Kehumasan.

i. Program Peningkatan Pelayanan Perizinan.

j. Program Peningkatan dan Pengelolaan Sistem Administrasi

Kearsipan.

k. Program penataan Adminstrasi Kependudukan.

Page 154: RPJMD 2010-2015

154 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

5. Penguatan kapasitas pengawasan fungsional melalui peningkatan

jumlah auditor yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan melalui

Program Pengawasan Pemerintahan dan Pembangunan.

6. Peningkatan kualitas dan efektivitas kerjasama antara pemerintah

daerah dengan berbagai pihak dan kerjasama antardaerah dalam

rangka meningkatkan akses sumber daya bagi akselerasi

pembangunan serta peningkatan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi

dalam pendayagunaan potensi daerah untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas pendayagunaan sumber daya pembangunan dan

potensi daerah melalui Program Pengembangan Kerjasama Daerah.

7. Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia aparatur sesuai bidang

tugas dan peningkatan disiplin aparatur dengan penerapan reward

and punishment melalui :

a. Program Pembinaan dan Peningkatan Kualitas SDM Aparatur.

b. Program Peningkatan Kualitas Administrasi Kepegawaian.

VI.2.2. Kebijakan untuk Mencapai Tujuan Misi ke-2 (Mewujudkan

Purbalingga yang Aman, Damai, Tertib, dan Demokratis

Berlandaskan Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM))

1. Optimalisasi peran dan fungsi lembaga politik dan peningkatan

partisipasi politik rakyat melalui peningkatan kapasitas lembaga-

lembaga politik dan peningkatan kesadaran politik rakyat dalam

rangka peningkatan budaya politik yang sehat, demokratis, dan

dinamis berdasarkan hukum melalui :

a. Program Pembinaan Kehidupan Sosial Politik.

b. Program Peningkatan Kapasitas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Peningkatan kesadaran kebangsaan dan sosial, kesetiakawanan sosial,

kesadaran hukum, serta budaya hukum melalui peningkatan

penanaman nilai-nilai sosial budaya yang sesuai dalam pendidikan

formal, nonformal, dan informal melalui :

a. Program Pembinaan Wawasan Kebangsaan.

b. Program Penyusunan Produk Hukum serta Pembinaan dan

Pelayanan Hukum.

Page 155: RPJMD 2010-2015

155 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

c. Program Internalisasi Nilai-Nilai Luhur Budaya Bangsa dan

Pendidikan Budi Pekerti.

3. Peningkatan keamanan dan ketertiban umum melalui :

a. Program Peningkatan Keamanan, Ketertiban, dan Perlindungan

Masyarakat.

b. Program Pembinaan dan Penegakan Perda.

VI.2.3. Kebijakan untuk Mencapai Tujuan Misi ke-3 (Mewujudkan

Masyarakat Purbalingga yang Semakin Berkualitas,

Berakhlak Mulia, Beretika, serta Memiliki Jatidiri dan

Semangat Nasionalisme)

1. Peningkatan internalisasi nilai-nilai moral termasuk nilai-nilai luhur

budaya; peningkatan dan pengembangan seni budaya, budaya

membaca dan menulis, budaya produktif; serta kesadaran terhadap

pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pendidikan formal,

nonformal, dan informal secara sistematis dan terintegrasi dengan

kurikulum pendidikan formal dengan :

a. Program Pendidikan Seni Budaya Daerah.

b. Program Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah.

2. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk serta peningkatan dan

pemerataan kesejahteraan keluarga dengan menitikberatkan pada

peningkatan kuantitas dan kualitas kepesertaan Keluarga Berencana

(KB) serta peningkatan upaya pemberdayaan keluarga melalui :

a. Program Peningkatan Pelayanan, Perlindungan dan Pembinaan

Kepesertaan KB.

b. Program Pembinaan dan Pengembangan Jaringan Institusi KB.

c. Program Pemberdayaan Keluarga.

3. Peningkatan fasilitasi kegiatan kepemudaan dan keolahragaan untuk

meningkatkan pembinaan mental, kesehatan jasmani, dan

peningkatan prestasi olahraga melalui :

a. Program Pemberdayaan dan Pengembangan Potensi Pemuda.

b. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga.

Page 156: RPJMD 2010-2015

156 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

4. Peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan dengan

menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kualitas upaya

kesehatan keluarga serta kesehatan masyarakat sesuai standar

pelayanan minimal yang telah ditetapkan serta peningkatan kesadaran

masyarakat dalam bidang kesehatan melalui :

a. Program Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan.

b. Program Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang

Kesehatan.

c. Program Penyediaan, Pemerataan dan Peningkatan Kualitas

Prasarana dan Sarana Pelayanan Kesehatan.

d. Program Kesehatan Matra.

e. Program Pemantapan Fungsi Managemen Kesehatan.

f. Program Pengawasan dan Pengendalian Kualitas Obat, Makanan,

dan Minuman.

g. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.

h. Program Pelayanan KIA, Remaja, dan Usila.

i. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.

j. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah

Sakit/Rumah Sakit Jiwa/ Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit

Mata.

k. Program Penyediaan, Pemerataan, dan Peningkatan

Profesionalisme Tenaga Kesehatan.

l. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan.

5. Peningkatan keberdayaan masyarakat dengan menitikberatkan pada

peningkatan prakarsa, swadaya, dan peran serta masyarakat dalam

pembangunan melalui inovasi upaya pemberdayaan masyarakat di

bidang sosial dan ekonomi, serta peningkatan kapasitas dan kualitas

kelembagaan desa dan masyarakat dengan :

a. Program Pemberdayaan Kelembagaan Desa dan Masyarakat.

b. Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat.

6. Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender dalam segala bidang

kehidupan serta perlindungan anak melalui kebijakan pembangunan

yang peka gender dan hak-hak anak dengan Program

Page 157: RPJMD 2010-2015

157 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Pengarusutamaan Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak

7. Peningkatan dan pemerataan pelayanan pendidikan dengan

menitikberatkan pada upaya untuk menjamin akses seluruh

masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas dan

meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan

menengah sesuai standar pelayanan minimal (SPM) melalui :

a. Program Pendidikan Anak Usia Dini.

b. Program Pendidikan Dasar.

c. Program Pendidikan Menengah.

d. Program Pendidikan Non-Formal.

e. Program Pendidikan Luar Biasa.

f. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan.

h. Program Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan.

8. Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran

demi kelulusan ujian (teaching to the test), namun pendidikan

menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi

pekerti, kecintaan terhadap budaya nasional dan semangat

nasionalisme yang didukung dengan memasukkan muatan lokal berupa

pendidikan seni dan budaya daerah serta pendidikan budi pekerti

melalui :

a. Program Internalisasi Nilai-Nilai Luhur Budaya Bangsa dan

Pendidikan Budi Pekerti.

b. Program Pendidikan Seni Budaya Daerah.

9. Peningkatan penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) dengan menitikberatkan pada pengembangan sistem

identifikasi, pendataan, dan updating data PMKS, serta sistem

penanganan PMKS melalui :

a. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial, Rehabilitasi Sosial

dan Penanganan Keluarga Miskin.

b. Program Penanggulangan Bencana.

Page 158: RPJMD 2010-2015

158 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

10. Peningkatan penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan

pemenuhan kebutuhan hidup pokok masyarakat dan peningkatan

akses masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar dan pengembangan

ekonomi kerakyatan dengan :

a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

b. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran

Produk Pertanian.

c. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran

Produk Peternakan.

d. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran

Produk Perikanan.

e. Program Pembinaan, Peningkatan Keterampilan dan Penempatan

Tenaga Kerja.

f. Program Penyiapan dan Fasilitasi Transmigrasi.

g. Program Peningkatan Produktivitas, Kualitas Produk dan Daya

Saing UMKM.

h. Program Fasilitasi Permodalan bagi UMKM.

i. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan.

j. Program Peningkatan Kapasitas Iptek dalam Sistem Produksi

Industri Kecil dan Menengah.

k. Program Penataan Lingkungan Permukiman dan Peningkatan

Kualitas Sanitasi.

l. Program Fasilitasi Penyediaan Rumah Layak Huni.

m. Program Pendidikan Anak Usia Dini.

n. Program Pendidikan Dasar.

o. Program Pendidikan Menengah.

p. Program Pengarusutamaan Gender, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak.

m. Program Pengawasan dan Pengendalian Kualitas Obat, Makanan,

dan Minuman.

q. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.

r. Program Penyediaan, Pemerataan dan Peningkatan Kualitas

Prasarana dan Sarana Pelayanan Kesehatan.

Page 159: RPJMD 2010-2015

159 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

11. Peningkatan fasilitasi kegiatan keagamaan, prasarana pendidikan

keagamaan, lembaga keagamaan, serta pengembangan kerukunan

hidup beragama melalui Program Pembinaan Kehidupan Beragama.

VI.2.4. Kebijakan untuk Mencapai Tujuan Misi ke-4 (Meningkatkan

Pertumbuhan Ekonomi Purbalingga yang Semakin

Berkualitas dan Berkeadilan melalui Pendayagunaan

Seluruh Potensi Daerah)

1. Konservasi, rehabilitasi dan peningkatan kualitas pengelolaan

sumberdaya hutan dalam rangka mempertahankan fungsi ekologis

hutan dan meningkatkan manfaat ekonomi hutan bagi masyarakat

melalui :

a. Program Peningkatan Produksi dan Kualitas Produk Kehutanan.

b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

2. Peningkatan upaya ketercukupan dan penganekaragaman konsumsi

pangan yang aman dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat

melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

3. Pengembangan agribisnis dengan fokus pada revitalisasi kelembagaan,

peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengembangan

inovasi, serta penyerapan teknologi agar mampu meningkatkan

kuantitas, kualitas, dan daya saing produk pertanian melalui :

a. Program Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian

Perikanan dan Kehutanan.

b. Program Peningkatan Kualitas SDM dan Kelembagaan Petani.

c. Program Pengembangan Jejaring Kerja dan Kerjasama Pertanian.

d. Program Kaji Terap Teknologi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

e. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Produk

Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan.

f. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran

Produk Pertanian.

g. Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana Prasarana

Produksi Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan

Perkebunan.

Page 160: RPJMD 2010-2015

160 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

h. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Peternakan.

i. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran

Produk Peternakan.

j. Program Kesehatan Masyarakat Veterinair.

k. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Perikanan.

l. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran

Produk Perikanan.

m. Program Pelestarian Plasma Nutfah.

4. Peningkatan keterampilan dan peningkatan akses tenaga kerja

terhadap lapangan kerja, perlindungan tenaga kerja, dan peningkatan

hubungan industrial melalui :

a. Program Pembinaan, Peningkatan Keterampilan dan Penempatan

Tenaga Kerja.

b. Program Peningkatan Perlindungan Tenaga Kerja dan

Pengembangan Hubungan Industrial.

c. Program Penyiapan dan Fasilitasi Transmigran.

5. Peningkatan daya saing komparatif dan kompetitif UMKM serta akses

pasar melalui peningkatan produktivitas dan kualitas produk dengan :

a. Program Penumbuhan dan Pengembangan UMKM.

b. Program Peningkatan Produktivitas, Kualitas Produk dan Daya

Saing UMKM.

6. Pengembangan dan peningkatan kapasitas lembaga-lembaga

keuangan bank dan non-bank terutama lembaga keuangan masyarakat

(LKM) guna semakin meningkatkan akses modal bagi usaha ekonomi

rakyat melalui Program Fasilitasi Permodalan bagi UMKM.

7. Peningkatan peran dan fungsi koperasi dan lembaga keuangan

masyarakat sebagai penggerak ekonomi rakyat dengan

menitikberatkan pada peningkatan kapasitas kelembagaan dan

kualitas manajemen melalui Program Penumbuhan, Pengembangan,

dan Peningkatan Kualitas Manajemen Koperasi.

Page 161: RPJMD 2010-2015

161 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

8. Penciptaan lingkungan bisnis (business environment) yang semakin

kondusif untuk meningkatkan kegiatan usaha dan investasi dengan

menitikberatkan pada peningkatan kualitas sistem pelayanan

perizinan, peningkatan penyediaan dan kualitas infrastruktur

penunjang, kemudahan akses terhadap lahan usaha, serta kepastian

usaha melalui Program Promosi dan Pemasaran Potensi Daerah serta

Fasilitasi Investasi.

9. Menjaga stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang kebutuhan

pokok dan barang strategis lainnya, serta meningkatkan perlindungan

konsumen melalui Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan

Perdagangan.

10. Peningkatan peran usaha perdagangan sebagai katalisator

perekonomian daerah antara lain melalui revitalisasi pasar tradisional

dan fasilitasi pedagang kecil, serta pengaturan pasar modern dengan

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan.

11. Peningkatan peran industri sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi

daerah melalui penguatan industri kecil menengah dan industri padat

karya yang memanfaatkan potensi sumber daya lokal, memiliki nilai

tambah tinggi, dan ramah lingkungan, untuk semakin memperluas

kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan per kapita

masyarakat dengan :

a. Program Pengembangan Sentra Industri Potensial.

b. Program Peningkatan Kapasitas Iptek dalam Sistem Produksi

Industri Kecil dan Menengah.

12. Peningkatan kapasitas, kualitas, dan promosi obyek-obyek wisata

untuk meningkatkan daya tarik dan meningkatkan angka kunjungan

wisatawan sehingga akan semakin meningkatkan perannya sebagai

primemover perekonomian daerah melalui :

a. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata.

b. Program Pengembangan Promosi Pariwisata.

Page 162: RPJMD 2010-2015

162 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

VI.2.5. Kebijakan untuk Mencapai Tujuan Misi ke-5 (Meningkatkan

Kapasitas dan Kualitas Prasarana Wilayah, Terutama untuk

Mendorong Keserasian Pertumbuhan Antarwilayah dan

Pemerataan Pelayanan Sosial)

1. Peningkatan pemenuhan kebutuhan energi melalui peningkatan

penyediaan jaringan listrik serta pengembangan energi alternatif

dengan :

a. Program Pendayagunaan dan Pengembangan Ketenagalistrikan

dan Energi Alternatif.

b. Program Optimalisasi dan Pengendalian Pendayagunaan Potensi

Geologi, Pertambangan dan Air Tanah.

2. Peningkatan dan perluasan pemanfaatan teknologi telekomunikasi dan

informatika (TI) dalam berbagai sektor dengan menitikberatkan

pengembangan infrastruktur TI hingga ke wilayah perdesaan melalui

Program Pengembangan Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan

Informasi.

3. Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana transportasi guna

mewujudkan keserasian pertumbuhan antar wilayah dan pemerataan

pembangunan sosial ekonomi di seluruh wilayah melalui Program

Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi, dan Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan.

4. Peningkatan manajemen pengelolaan sumberdaya air melalui

penyediaan serta peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana irigasi

dan pengairan melalui pembangunan dan pemeliharaan bangunan

irigasi dan bangunan air lainnya serta peningkatan peran dan fungsi

kelembagaan pengelolaan air dengan Program Pembangunan,

Peningkatan, Rehabilitasi, dan Pemeliharaan Prasarana Irigasi dan

Pengairan.

5. Penyehatan lingkungan permukiman melalui penataan lingkungan

permukiman dan peningkatan kualitas sanitasi dengan :

a. Program Penataan Lingkungan Permukiman dan Peningkatan

Kualitas Sanitasi.

b. Program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Persampahan.

Page 163: RPJMD 2010-2015

163 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

6. Peningkatan tata kelola transportasi lokal dengan menitikberatkan

pada revitalisasi prasarana dan sarana transportasi, pengembangan

kemampuan transportasi serta pengembangan jaringan transportasi

regional melalui :

a. Program Peningkatan Manajemen dan Fasilitas Lalu Lintas.

b. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan.

7. Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan layak huni bagi

masyarakat dengan melanjutkan kebijakan penyediaan rumah layak

huni bagi keluarga miskin dan fasilitasi penyediaan rumah sederhana

melalui Program Fasilitasi Penyediaan Rumah Layak Huni.

VI.2.6. Kebijakan untuk Mencapai Tujuan Misi ke-6 (Mewujudkan

Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup melalui Peningkatan

Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup, serta Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Hayati)

1. Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan fungsi

lingkungan hidup melalui :

a. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

b. Program Pelestarian Plasma Nutfah.

2. Peningkatan pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan

pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui peningkatan kesadaran

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya terhadap pelestarian

fungsi lingkungan hidup, pengembangan dan pemanfaatan teknologi

ramah lingkungan berbasis masyarakat, serta penegakan hukum

lingkungan dengan Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan Hidup.

Page 164: RPJMD 2010-2015

164 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB VII. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Pembangunan daerah merupakan bagian dari upaya pembanguan

nasional dalam rangka mewujudkan tujuan Negara Indonesia sebagaimana

tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Sebagai

bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional, perencanaan

pembangunan daerah harus selaras dan sinergis serta menunjang

perencanaan pembangunan di tingkat nasional maupun provinsi. Oleh

karena itu penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Provinsi Jawa Tengah. Di samping itu penyusunan

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 juga berpedoman pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Purbalingga

Tahun 2005-2025 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Purbalingga Nomor 1 Tahun 2009. Guna mewujudkan sinergitas

dan keterpaduan perencanaan pembangunan, RPJMD Kabupaten

Purbalingga Tahun 2010-2015 juga merujuk pada Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Purbalingga.

Mengingat RPJMD merupakan dokumen induk dalam perencanaan

pembangunan jangka menengah Kabupaten Purbalingga, maka dengan

sendirinya harus menjadi acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan

pembangunan lainnya baik yang bersifat jangka menengah maupun

tahunan. RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 akan dijabarkan

lebih lanjut dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai

dokumen perecanaan pembangunan tahunan Kabupaten Purbalingga

selama kurun waktu lima tahun ke depan. Di samping itu, RPJMD

Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 juga akan ditindaklanjuti dengan

penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-

SKPD) sebagai dokumen perencanaan lima tahunan di tingkat SKPD.

Selanjutnya Renstra SKPD akan dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk

Page 165: RPJMD 2010-2015

165 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) yang

merupakan dokumen perencanaan pembangunan tahunan di tingkat SKPD.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu ditetapkan

kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Purbalingga

berkewajiban untuk melaksanakan program-program yang tertuang

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Purbalingga Tahun 2010-2015 dalam bentuk Renstra-SKPD dan Renja-

SKPD.

2. Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, sasaran, program dan

indikasi kegiatan yang akan dilaksanakan SKPD selama kurun waktu

lima tahun ke depan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

3. Guna mewujudkan tujuan dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan

dalam RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015, setiap SKPD

berkewajiban mencapai target kinerja yang telah ditentukan melalui

implementasi Renstra dan Renja SKPD.

4. Untuk mengetahui kinerja pelaksanaan RPJMD Kabupaten Purbalingga

Tahun 2010-2015 dilakukan evaluasi pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

2010-2015 pada tahun ketiga dan pada akhir masa jabatan Bupati dan

Wakil Bupati terhadap capaian kinerja sasaran sesuai indikator yang

telah ditetapkan.

5. Capaian kinerja RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 akan

digunakan dalam penyusunan Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ-AMJ) Bupati dan Wakil

Bupati Purbalingga periode 2010-2015.

6. Dengan ditetapkannya Peraturan Bupati Purbalingga tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Purbalingga Tahun 2010-2015, maka Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2010

yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kabupaten Purbalingga

Nomor 50 Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Page 166: RPJMD 2010-2015

166 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Purbalingga Tahun 2010-2015 menjadi pedoman penyusunan dokumen

perencanaan pembangunan tahunan sampai dengan tahun 2015.

Namun untuk menghindari kekosongan acuan dalam penyusunan

dokumen perencanaan pembangunan tahunan pada masa peralihan

periode kepemimpinan di Kabupaten Purbalingga, maka RPJMD

Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 menjadi pedoman sementara

bagi pemerintahan Bupati-Wakil Bupati Purbalingga periode 2015-2020

dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan tahun 2016

sebelum tersusunnya RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 –

2020.

Page 167: RPJMD 2010-2015

167 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

BAB VIII. P E N U T U P

Sebagai sebuah dokumen perencanaan pembangunan,

implementasi RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 akan

sangat menentukan keberhasilan pembangunan Kabupaten Purbalingga

pada kurun waktu 2010-2015. Terwujudnya Visi pembangunan Kabupaten

Purbalingga akan sangat ditentukan oleh sejauh mana efektifitas

pelaksanaan Misi yang dilihat dari terwujudnya tujuan-tujuan pada setiap

bidang pembangunan. Sedangkan untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan

pembangunan, terlebih dahulu harus dapat dicapai sasaran-sasaran

pembangunan. Dalam RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015

ini, sasaran-sasaran pembangunan telah dijabarkan dalam bentuk

indikator-indikator kinerja yang bersifat kuantitatif sehingga dapat

dilakukan penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan pembangunan di

Kabupaten Purbalingga selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan

tahun 2015. Untuk dapat mencapai sasaran-sasaran pembangunan sesuai

indikator-indikator yang telah ditetapkan tersebut, di samping melalui

pelaksanaan seluruh program pembangunan yang ada dalam RPJMD oleh

seluruh SKPD, yang lebih penting adalah sejauh mana efektivitas

pelaksanaan program yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran Pemerintah

Kabupaten Purbalingga.

Efektivitas pelaksanaan kegiatan pembangunan bukan hanya

diukur dari tingkat pencapaian output dibandingkan dengan input yang

digunakan, tetapi lebih dari itu diukur juga dari sejauh mana pencapaian

outcome dan benefit serta dampak dari kegiatan-kegiatan pembangunan

yang dilaksanakan. Di tengah terbatasnya kemampuan keuangan daerah

dan semakin meningkatnya beban kebutuhan belanja pemerintah daerah

serta semakin kompleksnya kebutuhan dan permasalahan pembangunan

yang dihadapi, maka semakin dirasakan perlunya peningkatan efisiensi

dan efektivitas penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Sebagai sebuah dokumen perencanaan pembangunan, RPJMD

Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015 tidak serta merta menentukan

keberhasilan pembangunan Kabupaten Purbalingga pada kurun waktu lima

tahun yang akan datang. Keberhasilan pembangunan Kabupaten

Page 168: RPJMD 2010-2015

168 | R P J M D K a b . P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5

Purbalingga di samping ditentukan oleh konsistensi dalam

mengimplementasikan dokumen-dokumen perencanaan pembangunan,

juga ditentukan oleh sejauh mana semangat, dedikasi, dan integritas

seluruh aparatur Pemerintah Daerah dalam menjalankan roda

pemerintahan dan pembangunan serta dukungan dari pemangku

kepentingan lainnya.

Salinan sesuai aslinya

Kepala Bagian Hukum dan HAM

Sekretariat Daerah Kabupaten Purbalingga

TRI GUNAWAN SETYADI, SH. MH

Pembina Tk. I

NIP. 19690222 199603 1 004

Diundangkan dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Purbalingga

Nomor 06 Tanggal 30 September 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN

PURBALINGGA

Cap ttd

SUBENO

Ditetapkan di Purbalingga

Pada tanggal 29 September 2011

BUPATI PURBALINGGA

Cap, ttd

HERU SUDJATMOKO