Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

90
GAMBARAN PELAYANAN INFORMASI OBAT OLEH APOTEKER KEPADA PENGUNJUNG DI-25 APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA PERIODE JULI-SEPTEMBER 2004 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Roulina Sihombing Nim :008114068 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

Page 1: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

GAMBARAN PELAYANAN INFORMASI OBAT OLEH APOTEKER

KEPADA PENGUNJUNG DI-25 APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA

PERIODE JULI-SEPTEMBER 2004

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Roulina Sihombing Nim :008114068

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

iv

PERSEMBAHAN

Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu

Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.

Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau

seumur hidupmu;

Seperti aku menyertai Musa, demikianlah aku akan menyertai Engkau;

Aku tidak akan membiarkan engkau

Dan tidak akan meninggalkan engkau.

Yosua 1: 3 dan 5

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus yang selalu menyertai setiap langkah dalam kehidupanku

Kedua orangtuaku yang luar biasa

Adik-adikku tersayang “Ronald” dan “Ruben”

Seseorang yang sudah Tuhan siapkan untukku “I love You”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

v

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa di Surga atas kasih

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

Gambaran Pelayanan Informasi Obat Oleh Apoteker Kepada Pengunjung di-25

Apotek Di kota Yogyakarta Periode Juli-September 2004.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi (S.Farm) di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.Dalam penyusunan

skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan

ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi

2. Aris Widayati, M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberi

masukan, saran, dorongan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs.Sulasmono, Apt. yang telah memberikan banyak masukan, saran dan

perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. yang telah memberikan banyak masukan, saran dan

perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kedua orangtuaku yang selalu menguatkan dan mendukung dalam doa serta

kesabaran yang tiada habisnya.

6. Ronald dan Ruben yang selalu memberi keceriaan selama penulis menyusun

skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

vi

7. Dewi, Martha, Diah, mbak Sari yang selalu mendukung dan sangat membantu

penulis dalam menyusun skripsi.

8. Vivi dan Ibeng atas kesediaannya membantu penulis mencari data di apotek.

9. May dan bang Sam yang sudah banyak membantu penulis dalam menyusun

skripsi

10. Pemimpin rohaniku di gereja Generasi Baru khususnya bang Sam, bang Eko,

Irma, bang Natar, bang Siswo, Okto, Lia, bang Hendro, May dan Ibeng yang

selalu mendukung dalam doa dan membuatku bertumbuh.

11. Keluarga Jesus Freaks tercinta, Ibeng, Ade “Dozen’, Dina, Diana, Irine, Anita,

Fitri, Grace, Ira, Lia, Lolly, Vonny, Wasti, Wei dan Yuyun yang telah

meninggalkan jejak yang baik dalam hidupku.

12. Keluarga History Maker tercinta yang turut mendoakan penulis.

13. Keluarga El Simchat Gili special Bang Eko, Mba Isti, Irma, Vivi, Merry, Merlyn,

Herry, Agus dan Ko Willy kalian akan selalu di hatiku.

14. Victory in Jesus spesial Bang Natar, Bang Siswo, Ce Lia, John, Robby, Ana,

K’Edi, Yanti dan Yuki yang selalu memberi semangat dan dukungan selama ini.

15. God Chicks center, May, Alana, Fera, Yose, K’Melly atas kehangatan dan kasih

sayang yang membuat penulis merasa berada di rumah sendiri, juga atas

dukungan saat ujian skripsi.

16. Jemaatku GBI Generasi Baru khususnya zona 2 yang telah mengajarkan banyak

hal kepada penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

vii

17. Seluruh keluarga dan teman-teman terkasih yang selalu menjadi pembangkit

semangat bagi penulis

18. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang turut membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam

penyusunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi sempurnanya

skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Yogyakarta, Agustus 2007

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Agustus 2007

Penulis

(Roulina Sihombing)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………...........................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………..ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………...iv

PRAKATA……………………………………………………………………......v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………...…………………..viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….....ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xvi

INTISARI………………………………………………………………………xvi

ABSTRACT.........................................................................................................xvii

BAB I PENGANTAR…………………………………………………………….1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………1

1. Perumusan masalah………………………………………………………4

2. Keaslian penelitian..………………………………………………………4

3. Manfaat penelitian………………………………………………………..5

B. Tujuan Penelitian……………………………………………………………….5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………....7

A. Tinjauan Umum Tentang Apotek……………………………………………...7

B. Tinjauan Umum Tentang Apoteker…………………………………………….8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

x

C. Tinjauan Umum Tentang Informasi Obat……………………………………10

D. Tinjauan Umum Tentang Konsultasi obat…………….……………………...14

F. Keterangan Empiris…………………………………………………………...15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………………16

C. Definisi Operasional Penelitian………………………………………………16

D. Subjek Penelitian……………………………………………………………..16

E. Alat Pengumpulan Data………………………………………………………17

F. Jalannya Penelitian……………………………………………………………17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………22

A. Karakteristik Responden dan Apotek……………………................................22

1. Karakteristik responden…………………………………………………...22

a. Umur…………………………………………………………………...22

b. Jenis kelamin…………………………………………………………..23

c. Tingkat pendidikan…………………………………………………….24

d. Lama masa kerja di apotek…………………………………………….25

e. Pekerjaan lain………………………………………………………….27

f. Penghasilan perbulan…………………………………………………..28

2.Karakteristik apotek………………………………………………………..29

a. Jam buka dalam satu hari……………………………………………...29

b. Jam sibuk………………………………………………………………30

c. Jam konsultasi…………………………………………………………31

d. Jam pelaksanaan konsultasi……………………………………………32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xi

e. Lama pelaksanaan jam konsultasi……………………………………..33

B. Profil kehadiran responden di apotek.………………………………………..33

a. Jam kehadiran…………………………………………………………33

b. Lama waktu keberadaan di apotek……………………………………35

c. Frekuensi rata-rata kehadiran di apotek dalam seminggu……………..35

d. Alasan tidak bisa hadir di apotek……………………………………...36

e. Yang menggantikan apabila tidak bisa hadir di apotek………………..37

C. Profil responden dalam memberikan informasi obat………………….............38

1. Jenis pelayanan yang diberikan responden…………………………………38

2. Keterlibatan responden secara aktif dalam pelayanan resep obat…………..39

3. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat……………………………40

4. Alasan responden tidak memberikan informasi obat pada saat menyerahkan

obat…………………………………………………………………………42

5. Jenis informasi yang diberikan responden………………………………….44

6. Sumber informasi obat yang tersedia di apotek…………………………….45

7. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi obat……45

D. Profil responden dalam memberikan pelayanan informasi obat pada jam

konsultasi…………………………………………………………………...47

1. Perlunya jam konsultasi di apotek………………………………………….47

2. Kehadiran responden pada jam konsultasi…………………………………48

3. Adakah manfaat membuka jam konsultasi………………………………...49

4. Responden memberikan pelayanan konsultasi obat diluar jam konsultasi....51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xii

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi antusiasme apoteker dalam memberikan

informasi obat………………………………………………………………51

1. Posisi apoteker di apotek berdasarkan status kepemilikan apotek………...51

2. keuntungan-keuntungan yang diperoleh pada saat memberikan informasi

obat..………………………………………………………………………..52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………..55

Kesimpulan………………………………………………………………………55

B. Saran…………………………………………………………………………..56

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..57

LAMPIRAN…………………………………………………………………….60

BIOGRAFI PENULIS........................................................................................70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat ijin dari BAPPEDA Kota Yogyakarta..………………………..60

Lampiran 2 Surat penelitian untuk responden Apoteker………………………….61

Lampiran 3 Angket penelitian untuk responden Apoteker……………………….62

Lampiran 4 Tabel data pengisian angket responden Apoteker……………..…….66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xiv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Halaman

Bagan I Pengambilan sampel……………….…………………………… 21

Tabel I Jam sibuk……….………………………………………………...31

Tabel II Jam pelaksanaan konsultasi...…………………………………….32

Tabel III Jam kehadiran responden PSA selam satu hari……………….....34

Tabel IV Jam kehadiran responden bukan PSA selama satu hari………….34

Tabel V Lama waktu keberadaan responden........................…...…………35

Tabel VI Frekuensi kehadiran responden PSA dalam satu

minggu.…………...........................................................................36

Tabel VII Frekuensi kehadiran responden PSA dalam satu

minggu.…………...........................................................................36

Tabel VIII Alasan responden tidak bisa hadir ke apotek.……………………37

Tabel IX Jenis pelayanan yang diberikan responden………....…................39

Tabel X Alasan responden tidak memberikan informasi obat pada saat

menyerahkan obat kepada pasien ………………………………..43

Tabel XI Informasi yang biasa diberikan kepada pasien pada waktu

responden menyerahkan obat………………………………….....44

Tabel XII Sumber informasi yang tersedia di apotek……………………….45

Tabel XIII Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi

obat………………………...........................................................46

Tabel XIV Kehadiran responden selama jam konsultasi………………..........49

Tabel XV Manfaat jam konsultasi………………………………...…….......50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xv

Tabel XVI Responden memberi pelayanan konsultasi obat diluar jam

konsultasi……………………......................................................51

Tabel XVII Keuntungan-keuntungan yang diperoleh pada saat memberikan

informasi obat……………….........................................................53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I Umur…..……..………………………………………………… 23

Gambar II Jenis kelamin……….…………………………………………….24

Gambar III Tingkat pendidikan……………………………………………….25

Gambar IV Lama masa kerja di apotek……………………………………….26

Gambar V Pekerjaan lain…………………………………………………….28

Gambar VI Tingkat penghasilan…………………………………...…………29

Gambar VII Jam buka apotek……………………………………...…………..29

Gambar VIII Jam konsultasi…………………..………………………………..31

Gambar IX Lama pelaksanaan jam konsultasi………..………………………33

Gambar X Yang menggantikan apabila berhalangan hadir………....….........37

Gambar XI Keterlibatan responden dalam pelayanan resep obat…………….39

Gambar XII Keterlibatan responden dalam penyerahan obat kepada pasien

selama berada di apotek………………………………………….40

Tabel XIII Apakah responden selalu memberikan informasi obat kepada

pasien atau tidak………………………………………………….41

Tabel XIV Perlunya jam konsultasi………………………………………….47

Tabel XV Adakah manfaat membuka jam konsultasi……………………….48

Tabel XVI Kepemilikan sarana apotek………………………………...…….52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xvi

INTISARI

Apoteker khususnya melakukan pelayanan di apotek sering dipandang tidak lebih dari penjual obat saja, yang seolah-olah tidak memerlukan pendidikan khusus. Pandangan masyarakat ini timbul karena kenyataannya pelayanan yang mereka dapatkan di apotek ternyata tidak seperti yang diharapkan. Salah satu kasus yang terjadi adalah ketiadaan pelayanan informasi obat di apotek karena ketidakhadiran apoteker. Di samping itu pada umumnya apoteker sampai saat ini terkesan belum sepenuhnya mempunyai kemauan untuk melayani pasien dan melakukan konsultasi secara langsung (Suksmaningsih,2002). Mereka menyerahkan begitu saja hampir semua urusan kepada asisten apoteker Berdasarkan hal-hal di atas maka penting dilakukan penelitian gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada pengunjung di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004.

Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sampel apoteker diambil secara tehnik non-random quota sampling.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 96% apoteker terlibat aktif dalam pelayanan resep. 88% apoteker tidak terlibat secara aktif saat penyerahan obat dan digantikan oleh asisten apoteker. 56% apoteker tidak memberikan informasi obat dengan 16% alasan bahwa pembeli dianggap sudah tau dari package insert/kemasan/brosur. Jumlah cakupan informasi obat yang diberikan apoteker pada waktu menyerahkan obat lebih dari 3 cakupan informasi obat. 88% apoteker melakukan lebih dari 3 cakupan upaya. 80% apoteker beranggapan bahwa jam konsultasi perlu diadakan. 76% apoteker hadir pada jam konsultasi. 64% apoteker menyatakan jam konsultasi ada manfaatnya. Selain memberi informasi obat pada jam konsultasi, apoteker (100%) juga melayani konsultasi obat diluar jam konsultasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan informasi obat salah satunya adalah karena apoteker memperoleh keuntungan-keuntungan yaitu dapat meningkatkan kepuasan kerja dan sebagai salah satu “professional” dalam team perawatan kesehatan (80%) selain itu faktor lain adalah apoteker (56%) bukan merupakan pemilik sarana apotek

Kata kunci : apoteker, pelayanan informasi obat dan konsultasi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

xvii

ABSTRACT

A pharmacist, especially who works in a pharmacy is often considered as no more than just a medicine seller who does not need a special education. This perspective arises because the people who come to a pharmacy are not being served as they expect to. One of the examples is the lack of the information about medicine because of the absence of the pharmacist in the pharmacy. Besides, it seems as until this time, a pharmacist does not have any willingness to serve the patient and give a direct consultation. The pharmacist gives almost all tasks to the assistant. Based on the above discussion, it is necessary to conduct research about the description of Giving Information about medicine by Pharmacist to the Customers in 25 Pharmacies in Yogyakarta during July-September 2004

The kind of experiment that the writer uses is the non experimental descriptive using the qualitative approach. The samples are taken using non random quota sampling.

Based on the result of the experiment, it is found that 96% of the pharmacist are actively involve in making the prescription medicine, while 88% of them are not involved in directly serving the costumer and are replaced by their assistant. 56% of them do not give any information about medicine, 16% reason that the costumers are considered to already know the information from the package insert. The amount of the information given by the pharmacist when they give the medicine are more than 3 information.88% give more than 3 efforts to increase their doing in giving the information. 76% of them are there during the consultation hours. 64% of them state that there are some advantages of doing the consultation. Beside, giving the information about medicine during the information hours, the pharmacists (100%) also do the consultation out of the consultation hours. One of the factors that influence the pharmacist in giving the information about medicine is that they get some advantages, for examples, they can increase their satisfaction in their work and also as a “professional” in their team (80%). Another factor is that they are (56%) not the owners of the pharmacies. The keywords: pharmacist, the serving of the information about medicine and the consultation about medicine.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar belakang

Apoteker khususnya yang melakukan pelayanan di apotek sering kali

dipandang tidak lebih dari penjual obat saja, yang seolah-olah tidak memerlukan

pendidikan khusus. Pandangan masyarakat ini timbul karena kenyataannya

pelayanan yang mereka dapatkan di apotek ternyata tidak seperti yang diharapkan.

Salah satu kasus yang terjadi adalah ketiadaan pelayanan informasi obat di apotek

karena ketidakhadiran apoteker. Hal ini menyebabkan tidak terjadi pelayanan

informasi obat dalam bentuk komunikasi, informasi, edukasi obat yang

merupakan salah satu fungsi pekerjaan kefarmasian yang ditetapkan oleh

peraturan perundang-undangan. Tentunya hal ini sangat merugikan konsumen

(masyarakat) karena tidak adanya jaminan terhadap ketepatan, keamanan, dan

kerasionalan obat yang diberikan (Suksmaningsih, 2002 ).

Di samping itu pada umumnya apoteker sampai saat ini terkesan belum

sepenuhnya mempunyai kemauan untuk melayani pasien dan melakukan

konsultasi dengan dokter secara langsung. Mereka menyerahkan begitu saja

hampir semua urusan kepada Asisten Apoteker. Apoteker sebenarnya menyadari

kewajiban untuk memberikan informasi berkaitan dengan penggunaan obat yang

diserahkan kepada pasien serta informasi penggunaan obat secara tepat, aman,

rasional atas permintaan masyarakat, namun mereka jarang melakukan kewajiban

tersebut. Pada umumnya kecenderungan tersebut tejadi karena mereka seolah-olah

tidak yakin akan kemampuan sendiri. Mereka bahkan kurang bersikap proaktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

2

untuk menambah kemampuannya dalam KIE (Komunikasi, Informasi, dan

Edukasi), yang sebenarnya akan sangat bermanfaat dalam pelaksanaan

pengabdian profesinya untuk melayani masyarakat di apotek (Anonim, 2000).

Berdasarkan hasil wawancara Sudarwanto (1996) di 19 apotek di Pulau

Jawa terungkap bahwa sekitar 50% pengunjung belum pernah bertemu dengan

apotekernya dan hanya sekitar 5,3% profesi apoteker yang memberi informasi

obat kepada pengunjung yang membeli obat. Disisi lain kesadaran masyarakat

akan pentingnya informasi obat ternyata cukup tinggi, yakni 75% pengunjung

apotek aktif bertanya tentang obat yang dibelinya baik dengan resep dokter

maupun yang dibeli tanpa resep dokter Disini terlihat bahwa salah satu masalah

penting yang harus diperhatikan dan ditangani oleh apoteker adalah kesenjangan

dalam pelayanan informasi obat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/MENKES/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin

Apotek pasal 15 (4) yang berisi apoteker wajib memberikan informasi yang

berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien serta

penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. Hal ini

berarti apoteker harus ada ditempat ketika apotek buka untuk melakukan

kewajiban tersebut. Menurut Kepmenkes no.1332//MENKES/SK/X/2002 apabila

Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka

apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping.

Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

3

tertentu berhalangan melakukan tugasnya Apoteker Pengelola Apotek dapat

menunjuk Apoteker Pengganti.

Menurut Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: PO.00.02.VI.3.590 tanggal 1

Pebruari 1999 tentang perijinan dan pengelolaan apotek di Daerah Istimewa

Yogyakarta menjelaskan bahwa apoteker mencantumkan jam konsultasi dan

dengan memasang papan jam konsultasi, serta melaksanakan pelayanan

kefarmasian secara professional dan sebelum dikeluarkannya SK tersebut

mengadakan penyesuaian dalam waktu maksimal 3 tahun. Cara penyesuaian dapat

dilakukan sebagai berikut: tahun pertama: kehadiran apoteker setiap hari pada

jam-jam sibuk apotek, tahun kedua penentuan dan pelaksanaan jam konsultasi

pada jam sibuk apotek dengan memasang papan jam konsultasi, tahun ketiga

pelaksanaan dan pelayanan konsultasi di apotek secara kualitatif dan kuantitatif,

baik secara langsung ataupun tidak langsung (melalui brosur, leaflet dan lain-lain)

serta melaksanakan pelayanan kefarmasian secara professional (Anonim, 1999).

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan tersebut namun

kehadiran APA pada jam sibuk apotek belum berjalan sebagaimana mestinya.

Akibatnya, peran apoteker sebagai drug informer belum dapat dirasakan oleh

masyarakat banyak. Oleh sebab itu Kakanwil Depkes Propinsi DIY mengeluarkan

instruksi nomor PO.00.03.VIII.1.053 tanggal 5 Januari 2000 guna memperbaiki

kinerja apoteker di apotek dan juga mengembalikan profesionalisme apoteker di

apotek menjelang era pasar bebas di milinium ke tiga yang menyebutkan agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

4

apoteker meningkatkan kehadirannya di apotek pada jam buka apotek dan

memasang jam konsultasi (Anonim, 2000).

Berdasarkan hal-hal diatas maka penting dilakukan penelitian mengenai

gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada pengunjung di-25

apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004.

1. Rumusan masalah

Melihat latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai

berikut ini.

a seperti apakah karakteristik apoteker dan apotek di Kota Yogyakarta?

b seperti apakah profil kehadiran apoteker di apotek?

c seperti apakah profil apoteker dalam memberikan informasi obat?

d seperti apakah profil apoteker dalam memberikan informasi obat pada jam

konsultasi?

e faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan

informasi obat?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sebelumnya adalah: Animo Masyarakat Untuk Melakukan

Konsultasi Obat Kepada Apoteker Di Lima Apotek Kotamadya Yogyakarta

(Ciptaningrum, 2001) penelitian tersebut menitikberatkan pada animo masyarakat

untuk memperoleh informasi dan konsultasi mengenai obat dari apoteker

pengelola apotek. Penelitian lainnya berjudul Kredibilitas Profesi Apoteker di

Apotek Kotamadya Yogyakarta (Merita, 2003) menitikberatkan pada pengenalan,

kepercayaan dan keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan langsung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

5

dari apoteker. Penelitian Erlan (2004) berjudul Persepsi Pasien Terhadap Peran

Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebagai Pemberi Informasi Obat Di Apotek

Kota Yogyakarta membahas tentang persepsi pasien terhadap APA sebagai

pemberi informasi obat di apotek.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu

ingin mengetahui gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada

pengunjung di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran mengenai pelayanan informasi obat oleh apoteker

kepada pengunjung di-25 apotek di kota Yogyakarta periode Juli-

September tahun 2004.

b. Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi

kinerja profesi apoteker di apotek dalam upaya meningkatkan

pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan informasi obat.

2. Bagi mahasiswa farmasi atau para calon apoteker yang tertarik

mengenai pelayanan perapotekan serta pelayanan farmasi klinik,

penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mempersiapkan diri

sebelum terjun ke masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengetahui karakteristik apoteker dan apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

6

2. mengetahui profil kehadiran apoteker.

3. mengetahui profil apoteker dalam memberikan informasi obat.

4. mengetahui profil apoteker dalam memberikan informasi obat pada jam

konsultasi.

5. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker dalam

memberikan informasi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Apotek

Peraturan pemerintah RI No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas

peraturan No.26 tahun 1965 Pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksudkan

dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Pasal 2 mengatur tugas dan

fungsi apotek adalah :

a. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.

b. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, perubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat

c. sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Permenkes No.26 tahun 1965 Pasal 3 menyebutkan bahwa apotek tidak

lagi sebagai badan usaha yang hanya dapat diusahakan oleh lembaga

pemerintahan atau perusahaan negara saja, namun ijin apotek diberikan pada

apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin kerja dari

menteri kesehatan.

Permenkes RI No.922/MENKES/PER/1993 pasal 10 menyebutkan yang

dimaksud dengan pengelolaan apotek adalah meliputi:

a. pembuatan, pengolahan, peracikan pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

b. pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya.

c. layanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

8

Lebih lanjut dalam permenkes No. 922/MENKES/PER/1993 pasal 10

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan informasi adalah meliputi :

a. pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.

b. pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat, dan perbekalan farmasi lainnya.

B. Apoteker

Berdasarkan permenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/1993 tentang

perubahan atas permenkes RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan

dan tata cara pemberian izin apotek pasal 1 menyebutkan bahwa apoteker adalah

Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan

apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya

pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker

pendamping. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping karena

hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek

menunjuk apoteker pengganti. Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan

melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus surat izin apoteker

atas nama apoteker bersangkutan dicabut (Anonim, 2002).

Permenkes tersebut juga menyebutkan bahwa apoteker wajib

memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan

kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman, rasional, atas permintaan

masyarakat (Anonim, 2002). Hal ini juga didukung oleh kode etik apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

9

Indonesia bab I pasal 7 yaitu seorang apoteker harus menjadi sumber informasi

sesuai dengan profesi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan

kesehatan, dan juga permenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang

standart pelayanan kefarmasian di apotek bab III No. 1.2.5 menyebutkan bahwa

apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti,

akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat kepada pasien

sekurang-kurangnya meliputi : cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,

aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi

(Anonim, 2004).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992

tentang kesehatan pasal 53 menyebutkan bahwa:

1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.

4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker

untuk memperoleh informasi obat, untuk itu apotek harus memiliki tempat untuk

mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi

dan ruangan tertutup untuk konsultasi bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Apoteker ikut

membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur,

poster, penyuluhan dan lain-lainnya (Anonim 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

10

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 pasal 22 tentang

tenaga kesehatan menyebutkan bahwa:

1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk:

a. menghormati hak pasien; b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien; c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan

yang akan dilakukan; d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan; e. membuat dan memelihara rekam medis;

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Di kalangan masyarakat seorang clinical pharmacist yang bekerja di

community pharmacy, bukan saja partner yang berharga bagi dokter dalam

prakteknya (private practice) tetapi juga sangat bermanfaat sebagai seorang ahli

yang mampu untuk menasihati dan membimbing masyarakat sekitarnya dalam hal

pemakaian obat (Lembong, 1999).

Menurut Kode Etik Apoteker pasal 6 menyebutkan bahwa seorang

Apoteker/ Farmasis harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang

lain dan pasal 7 menyebutkan bahwa seorang Apoteker/ Farmasis harus menjadi

sumber informasi sesuai dengan profesinya.

C. Informasi Obat

Informasi obat adalah keterangan hal ikhwal obat terutama yang dapat

mendukung tercapainya tujuan pengobatan/terapi berbentuk data terdokumentasi

yang bersifat objektif, diturunkan secara ilmiah yang menyangkut farmakologi,

toksikologi, beserta penggunaan obat dalam terapi ( Mulyono,1996).

Informasi obat dan informasi proses terapi yang objektif selalu

diperlukan dari waktu ke waktu dalam sistem pelayanan kesehatan baik oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

11

kebijakan, pengelolaan pelayanan, pelaku pelayanan, atau bahkan oleh pasien dan

masyarakat pada umumnya. Sistem pelayanan informasi obat dan pengobatan

seharusnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan itu

sendiri (Suryawati, 1997). Salah satu wujud pelayanan kesehatan masyarakat

adalah pelayanan obat. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat mendapatkan

obat bermutu baik, dengan informasi selengkap-lengkapnya (Sudarwanto, 1996).

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain: dengan penyebarab lefleat/brosur, poster, penyuluhan dan

lain-lainnya (Anonim 2004).

Tujuan edukasi terhadap pasien adalah penyediaan informasi kesehatan

terutama yang menyangkut OTR (Obat Tanpa Resep). Informasi ini haruslah yang

tepat, dapat dimengerti, dan praktis. Tepat berarti ada dasar teorinya dan sesuai

dengan kebutuhan pemakai, dapat dimengerti berarti disampaikan dalam bahasa

sehari-hari dan diusahakan jangan menggunakan istilah medis sedangkan praktis

berarti singkat dan mudah dimengerti segera, jumlah informasi sesuai/spesifik

untuk pemakai. Tujuan edukasi pasien lainnya adalah untuk mengubah sikap atau

permasalahan kesehatan, sehingga mencapai pola hidup yang lebih baik dengan

usaha sendiri (Suhadi, 1997).

Apoteker wajib dan bertanggungjawab untuk memberikan informasi

obat baik dengan resep ataupun tanpa resep dokter dan apoteker harus

memberikan informasi mengenai resiko penggunaan obat tanpa pengawasan

dokter. Dalam hal ini apoteker perlu mengambil sikap yang lebih profesional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

12

Apabila dalam penggunaan obat tanpa resep tidak segera meringankan penyakit,

apoteker dapat menyarankan penderita untuk segera periksa kepada dokter

(Anief, 1997).

Berdasarkan pada UU Kesehatan No.23 Th 1992 pasal 53 (2), tenaga

kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar

profesi dan menghormati hak pasien. Dalam penjelasan pasal tersebut hak pasien

antara lain adalah hak mendapatkan informasi obat. Permenkes

No.922/Menkes/Per/X/1993 Pasal 10 (c) menyebutkan bahwa pengelolaan apotek

meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi. Pasal 15 (2) Apoteker

wajib memberikan informasi :

a) yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. b) penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

UU perlindungan konsumen No.8 Th.1999 Bab III Pasal 4 meliputi :

a. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

b. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

c. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

Kewajiban apoteker terhadap masyarakat :

(2) seorang apoteker dalam rangka pengabdian profesinya harus bersedia menyumbang keahlian dan pengetahuannya.

(5) seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan kesehatan.

(Anonim, 1999a)

Berdasarkan inisiatif apoteker, jenis-jenis informasi obat terdiri dari :

1) informasi bersifat pasif, yaitu apoteker menjawab atau memberi respon pada pertanyaan pasien,dokter dan lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

13

2) informasi bersifat aktif, hal ini dapat berlangsung dengan memberikan ceramah kesehatan bagi masyarakat umum, menerbitkan bulletin dan surat menyurat yang terseleksi.

3) informasi obat untuk aspek yang lebih luas, misalnya Review (penilaian) pemakaian obat dan audit medis untuk memperbaiki kebiasaan peresepan yang salah.

(Anonim, 1999a)

Berdasarkan jenisnya informasi obat dapat dibagi menjadi informasi

lisan dan informasi tertulis. informasi lisan adalah informasi yang diberikan secara

lisan kepada masyarakat pada saat proses penyerahan obat sedangkan informasi

tertulis adalah informasi yang diberikan secara tertulis pada etiket, leaflet atau

brosur. Dalam memberikan informasi obat kepada pasien/pemakai obat apoteker

dapat menggunakan bantuan dari berbagai buku atau referensi, atau yang lebih

canggih lagi yaitu dengan menggunakan internet. Kemampuan mencari informasi

dengan cepat mendukung kualitas pelayanan seorang apoteker terhadap

masyarakat /pasien (Arthur dan Christopher, 1982).

Sumber mengenai informasi obat dapat diambil dari formularium

(misalnya British National Formulary) atau dapat juga diambil dari AMA Drug

Evaluation, United State Pharmacopeia dan Drug Information Health

Professional. Sumber-sumber informasi tersebut dipilih dan didokumentasikan

secara rapi dan sistematis sebagai dasar pemberian pelayanan obat. Tercakup

didalamnya informasi mengenai sifat-sifat farmakologis, farmakokinetik,

kewaspadaan, efek samping, serta kontraindikasi. Informasi tersebut mencakup

pula informasi yang relevan, misalnya alasan pemberian obat, tujuan pemberian

obat, bagaimana menyimpan, menggunakan dan hal-hal lain yang diperlukan pada

waktu menggunakan obat (Budiono, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

14

D. Konsultasi obat

Definisi konsultasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah usaha untuk

meminta nasehat. Konsultasi adalah hubungan timbal balik antara dua orang

individu di mana yang seorang (konsultan) berusaha membantu yang lain (klien)

baik individual maupun masyarakat untuk mencapai pengertian mengenai dirinya

sendiri dalam hubungannya dengan masalah – masalah yang dihadapi pada saat

ini dan pada waktu yang akan datang (Wijaya, 1998). Dalam hal ini sebagai

konsultan adalah apoteker dan klien adalah masyarakat. Untuk dapat

menimbulkan hubungan yang baik hendaknya apoteker memulai proses konsultasi

dengan sebaik–baiknya sehingga tujuan utama untuk dapat mengembangkan

perannya sebagai drug informer dapat berjalan dengan baik.

Peran pemerintah dalam mendukung peran apoteker cukup besar, yaitu

dengan mengeluarkan peraturan yang diharapkan dapat lebih mendukung peran

apoteker. Langkah awal dari pengembangan peran apoteker adalah dengan adanya

peraturan jam konsultasi yang diatur dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor

:PO.00.02.VI.3.590 tanggal 1 Pebruari 1999 tentang perijinan dan pengelolaan

apotek di Daerah Istimewa Yogyakarta (Anonim, 1999b).

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan tersebut namun

kehadiran APA pada jam sibuk apotek belum berjalan sebagaimana mestinya oleh

sebab itu Kakanwil Depkes Propinsi DIY mengeluarkan instruksi nomor

PO.00.03.VIII.1.053 tanggal 5 Januari 2000 untuk lebih lagi mendukung peran

apoteker sebagai drug informer (Anonim, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

15

E. Keterangan empiris

Penggunaan obat yang tepat, aman dan efektif selain ditentukan oleh

kualitas obat itu sendiri, juga dipengaruhi oleh informasi yang diberikan dalam

penyerahan obat tersebut. Informasi obat diharapkan dapat meningkatkan

kepatuhan pasien dalam penggunaan obat tersebut. Oleh karena itu informasi obat

dan konsultasi yang diberikan profesi apoteker di apotek sangat dibutuhkan guna

mencapai tujuan tersebut.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai

pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada pengunjung di-25 apotek di Kota

Yogyakarta periode Juli-September 2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental deskriptif

dengan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini tidak dilakukan

pemberian perlakuan atau manipulasi terhadap subyek uji

B. Definisi Operasional Penelitian

1. Pelayanan informasi obat adalah pelayanan yang diberikan apoteker

kepada pasien berupa pemberian keterangan-keterangan mengenai obat-

obatan.

2. Apoteker adalah Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan

Apoteker Pengganti di apotek yang berada di Kota Yogyakarta.

3. Apotek adalah apotek yang berada di Kota Yogyakarta.

4. Kehadiran adalah keberadaan apoteker di apotek di Kota Yogyakarta.

5. Jam konsultasi adalah jam yang disediakan oleh apoteker untuk melakukan

konsultasi obat.

C. Subyek Penelitian

Adalah apoteker di apotek Kota Yogyakarta. Bahan penelitian adalah

data yang terkumpul dari pengisian kuisioner oleh subjek penelitian. Subyek

penelitian selanjutnya disebut responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

17

D. Alat Pengumpulan Data

Berupa kuisioner. Prawitasari (1998) mendefinisikan kuisioner sebagai

kelompok atau urutan pertanyaan yang dibuat untuk memperoleh informasi dari

responden.

E. Jalannya Penelitian

1. Analisis situasi

Dilakukan dengan cara survey ke apotek-apotek. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui situasi subyek penelitian dan memastikan bahwa masalah-masalah

layak untuk diteliti dan penelitian dapat dilakukan.

2. Menentukan subyek penelitian

a Populasi.

Adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,

tumbuhan, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai

karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995). Populasi pada

penelitian ini adalah Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan

Apoteker Pengganti di Kota Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta diketahui bahwa jumlah apotek di Kota

Yogyakarta adalah sebanyak 107 apotek (periode Juli-September 2004). Diantara

107 apotek tersebut, sebanyak 103 apotek yang masih aktif dan terdapat 119

apoteker.

b Sampel.

Adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya

dalam penelitian. Sampel apoteker diambil secara non-random quota sampling.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

18

Tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk

suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Tidak ada batasan yang jelas apa

yang dimaksud dengan sampel yang besar atau yang kecil. Menurut Gay (1976),

cit Sevilla dkk, 1993 untuk penelitian yang bersifat deskriptif sampel yang

diperlukan adalah 10% dari populasi atau minimal 20% sampel untuk populasi

yang sangat kecil. Jumlah sampel yang akan terkumpul nantinya juga bergantung

pada faktor-faktor lain seperti biaya, fasilitas, waktu yang tersedia, dan juga

populasi yang ada atau kebersediaan untuk dijadikan sampel (Nasution, 2003).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan di Kota Yogyakarta sebanyak 103

apotek yang tersebar di 14 kecamatan. Selanjutnya apoteker dikelompokkan

berdasarkan kecamatan sehingga diperoleh jumlah apoteker tiap kecamatan, yaitu:

Kecamatan Gondokusuman 14 apoteker, Kecamatan Jetis 14 apoteker, Kecamatan

Tegalrejo 5 apoteker, Kecamatan Danurejan 8 apoteker, Kecamatan Pakualaman 5

apoteker, Kecamatan Gedongtengen 4 apoteker, Kecamatan Ngampilan 7

apoteker, Kecamatan Kraton 4 apoteker, Kecamatan Gondomanan 3 apoteker,

Kecamatan Wirobrajan 5 apoteker, Kecamatan Kecamatan Matrijeron 22

apoteker, Kecamatan Mergangsan 6 apoteker, Kecamatan Umbulharjo 13

apoteker dan Kecamatan Kotagede 9 apoteker. Sampel diambil 20 % dari masing-

masing jumlah apoteker di setiap Kecamatan sehingga diperoleh sampel yaitu :

Kecamatan Gondokusuman 3 apoteker, Kecamatan Jetis 3 apoteker, Kecamatan

Tegalrejo 1 apoteker, Kecamatan Danurejan 1 apoteker, Kecamatan Pakualaman 1

apoteker, Kecamatan Gedongtengen 1 apoteker, Kecamatan Ngampilan 1

apoteker, Kecamatan Kraton 1 apoteker, Kecamatan Gondomanan 1 apoteker,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

19

Kecamatan Wirobrajan 2 apoteker, Kecamatan Matrijeron 4 apoteker, Kecamatan

Mergangsan 1 apoteker, Kecamatan Umbulharjo 3 apoteker dan Kecamatan

Kotagede 2 apoteker. Jumlah keseluruhan sampel adalah 25. Data pengambilan

sampel dapat dilihat pada bagan 1.

3. Membuat kuisioner

Dalam penelitian ini digunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data, di

dalamnya memuat sejumlah pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh

responden dengan pertanyaan semi terbuka dan pertanyaan tertutup. Untuk

pertanyaan tertutup, dalam setiap item kuisioner disediakan sejumlah alternatif

jawaban yang dapat dipilih oleh responden, sedangkan untuk pertanyaan semi

terbuka, disamping alternatif jawaban juga disediakan tempat untuk memberikan

jawaban secara bebas, apabila menurut responden diantara alternatif jawaban yang

dapat dipilihnya tidak terdapat jawaban yang dianggap tepat.

Kuisioner perlu diuji validitasnya terlebih dahulu untuk mengetahui

kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana

item-item pertanyaan dalam angket mencakup seluruh kawasan isi objek yang

hendak diukur (Azwar,2003).

Uji validitas isi kuisioner dilakukan berdasarkan analisis rasional atau

lewat professional judgment dimana estimasi validitas ini tidak melibatkan

perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional oleh ahli.

Tahap pengujian isi kuisioner adalah sebagai berikut: tahap pertama,

pembuatan item-item pertanyaan. Tahap kedua, setelah pembuatan item-item

selesai, penulis meneruskan analisis rasional kepada P2TKP Fakultas Psikologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

20

Universitas Sanata Dharma. Disini banyak mendapat saran dan perbaikan pada

item-item pertanyaan utamanya penyusunan kalimat isi kuisioner sehingga

diharapkan lebih mudah dipahami. Dan tahap ketiga melanjutkan analisis validitas

isi kuisioner kepada dosen pembimbing.

4. Penyebaran Kuisioner

Dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada apoteker di apotek.

Pengisian kuisioner oleh responden, beberapa didampingi oleh peneliti untuk

dapat menjelaskan kepada responden maksud dari kuisioner dan pertanyaan-

pertanyaan yang ada di dalamnya. kuisioner yang disebarkan sebanyak 25

kuisioner.

5. Kesulitan penelitian

Dalam penelitian ini kendala yang paling sering terjadi adalah peneliti

tidak dapat setiap saat bertemu dengan responden karena tidak setiap hari

responden berada di apotek. Penelitian dilakukan setiap hari disesuaikan dengan

kehadiran apoteker di apotek. Karena cakupan lokasi apotek yang sangat luas,

maka peneliti memerlukan waktu yang lama untuk pengambilan data.

6. Pengumpulan kuisioner

Pada tahap ini memerlukan waktu yang lama dikarenakan tidak setiap

responden dapat langsung menyerahkan kuisioner sehingga perlu diberi waktu.

Jumlah kuisioner yang dikembalikan sama dengan jumlah kuisioner yang

disebarkan, jumlah kuisioner adalah sebanyak 25 kuisioner.

7. Melakukan tabulasi data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

21

Tabulasi data dilakukan dengan cara melakukan perhitungan jawaban

kuisioner dari responden yang telah mengisinya, kemudian mengelompokkan

masing-masing jawaban tersebut dan menghitung persentasinya.

Bagan 1. Pengambilan sampel

Keterangan :

I. Jumlah apoteker dalam setiap kecamatan. A : Kecamatan Gondokusuman. H: Kecamatan Wirobrajan. B : Kecamatan Kotagede. I: Kecamatan Pakualaman. C : Kecamatan Jetis. J: Kecamatan Matrijeron. D : Kecamatan Kraton. K: Kecamatan Gedongtengen. E : Kecamatan Tegalrejo. L: Kecamatan Mergangsan. F : Kecamatan Gondomanan. M: Kecamatan Ngampilan. G : Kecamatan Danurejan. N: Kecamatan Umbulharjo II. Sampel apoteker diambil minimal 20 % dari masing-masing jumlah

apoteker di setiap kecamatan secara non proporsional.

populasi apoteker di kota yogyakarta 119 apoteker

A 14

B 9

C 14

D 4

E 5

F 3

G 8

H 5

I 5

J 22

K 4

L 6

M 7

N 13

I.

3 2 3 1 1 1 1 2 1 4 1 1 1 3 II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden dan Apotek

Keputusan Menkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang

Perubahan atas Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993, apoteker ada yang

disebut Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan Apoteker

Pengganti. Responden dalam penelitian ini 100% adalah Apoteker Pengelola

Apotek (APA).

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah: umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, lama masa kerja, pekerjaan lain dan penghasilan

perbulan.

a. Umur

Umur berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk menghadapi

dan menyikapi masalah yang ada disekitarnya. Penelitian yang dilakukan Havard

Growth Study menunjukkan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan

inteligensia diawali pada umur remaja dan mencapai puncak pada umur 30 tahun.

Pada umur tersebut seseorang mampu berpikir hipotetik dan dapat menguji secara

sistematik berbagai penjelasan mengenai kejadian-kejadian tertentu dan dapat

memahami prinsip-prinsip abstrak yang berlaku (Azwar, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 8% responden yang

berumur kurang dari 25 tahun, 60% responden berumur antara 25 tahun sampai

dengan kurang dari 35 tahun, 8% responden berumur antara 35 tahun sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

23

dengan kurang dari 45 tahun, 16% responden berumur antara 45 tahun sampai

dengan kurang dari 55 tahun, 8% berumur lebih dari 55 tahun.

Umur sebagian responden (60%) berada pada umur produktif di mana

pada umur tersebut responden mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan

inteligensia sehingga mampu berpikir kritis dalam menghadapi masalah yang

dialami responden sebagai drug informer dan responden diharapkan mampu

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung apotek dengan

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta dapat membina hubungan

yang baik dengan rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya.

8%

60%

8%

16%8%

kurang dari 25 thn

25 sampai kurang dari35 tahun

35 sampai kurang dari45 tahun45 sampai kurang dari55 tahun

lebih dari 55 tahun

Gambar 1. Umur responden yang memberikan pelayanan informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 76% responden adalah

wanita dan 24% pria. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

24

76%

24%

wanita pria

Gambar 2. Jenis Kelamin responden yang memberikan pelayanan informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang lebih tinggi walaupun sifatnya tidak mutlak

diasumsikan dapat mempengaruhi inteligensi atau pola pikir seseorang mengenai

masalah kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas

juga wawasan atau pengetahuan yang dimilikinya bila dibandingkan dengan

tingkat pendidikan yang rendah. Beberapa penelitian menyatakan bahwa

inteligensi berbanding lurus dengan tingkat pendidikan (Azwar, 2003a).

Di kalangan apoteker, selalu ada program peningkatan pengetahuan yang

dikenal dengan istilah pendidikan berkelanjutan. Badan kesehatan dunia

menyatakan peran farmasis dalam istilah 7 bintang (seven star pharmacist) salah

satunya adalah life-long learner yaitu farmasis harus senang belajar dan semangat

belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa

keahlian dan keterampilannya selalu baru dalam melakukan praktek profesi.

Dalam pengelolaan apotek, apoteker selalu belajar sepanjang kariernya,

membantu memberikan pendidikan dan memberikan peluang untuk meningkatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

25

pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi

langsung dengan pasien (Anonim, 2004). Dalam hal ini membantu memberikan

pendidikan dapat juga berarti memberikan pengetahuan mengenai obat kepada

pasien sebatas informasi obat yang diperlukan seperti: cara pakai, dosis, efek

samping, aturan pakai, indikasi, kontraindikasi, interaksi obat, upaya-upaya

tambahan dalam rangka mempercepat penyembuhan, pilihan lain yang lebih

murah dan cara penyimpanan. Meningkatkan pengetahuan dapat membantu

meningkatkan pelayanan informasi obat kepada pengunjung apotek.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa persentasi tertinggi sebesar 84%

responden berpendidikan apoteker, kemudian secara berturut-turut adalah S2

Apoteker sebesar 12% dan S3 Apoteker sebesar 4%. Data tersebut dapat dilihat

pada gambar 3.

84%

12% 4%

Profesi apoteker S2 S3

Gambar 3. Tingkat pendidikan responden yang memberikan pelayanan

informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

d. Lama masa kerja di apotek

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentasi terbesar lama

masa kerja responden adalah antara 1 sampai dengan kurang dari 5 tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

26

sebanyak 40%, kemudian secara berturut-turut 20% responden bekerja selama

lebih dari 15 tahun, selanjutnya responden bekerja antara 5 sampai dengan kurang

dari 10 tahun dan antara 10 sampai dengan kurang dari 15 tahun mempunyai

persentasi yang sama yaitu 16% dan urutan terakhir responden bekerja selama

kurang dari 1 tahun sebanyak 8%.

8%

40%

16%

16%

20%

<1 th 1-<5 th 5-<10 th 10-<15 th >15 th

Gambar 4. Lama masa kerja responden yang memberikan pelayanan

informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.

Responden yang aktif dalam melakukan pekerjaan kefarmasian dan hadir

setiap hari di apotek, kemungkinan semakin lama masa kerja responden maka

pelayanan kefarmasian akan semakin meningkat mutunya karena responden

semakin tahu jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien/penderita. Selain itu

semakin lama responden bekerja dalam melakukan pekerjaan kefarmasian juga

semakin banyak pengalaman yang dimilikinya dalam hal berinteraksi dan

berkomunikasi secara langsung terhadap masyarakat hal ini untuk memudahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

27

responden memberikan pelayanan informasi obat tetapi ini tidak berlaku bagi

responden yang tidak aktif dan tidak hadir setiap hari di apotek.

e. Pekerjaan lain

Responden yang bekerja rangkap di dua tempat dapat menyebabkan

terlalu lelah, berkurangnya tenaga, maupun konsentrasi sehingga kemungkinan

bisa terjadi kekeliruan-kekeliruan terutama dalam pelayanan obat dengan resep

dokter (Hartono, 2003). Apabila responden terlalu lelah dan berkurang tenaga

serta konsentrasinya berkurang kemungkinan bisa terjadi kekeliruan dalam

memberikan informasi obat.

Dari hasil penelitian didapat 52% responden tidak memiliki pekerjaan

lain sedangkan sisanya 48% memiliki pekerjaan lain. Pekerjaan lain tersebut

antara lain : Dosen (16%), Pegawai Negeri Sipil (20%), dan wiraswasta (12%).

Hal ini berarti 48% apoteker tersebut tidak dapat sepenuhnya berada di apotek

selama apotek buka dan memberikan pelayanan informasi obat karena apoteker

tersebut bekerja pada institusi lain, misalkan : apoteker yang juga bekerja sebagai

dosen atau pegawai negeri sipil. Ini tidak sesuai dengan standart prosedur

operasional farmasis di apotek yang menyebutkan bahwa farmasis dalam hal ini

apoteker harus mudah ditemui, menyediakan waktu, bisa berempati, menunjukkan

ketertarikan, perhatian, bersahabat, asertif dan mentaati prosedur yang berlaku

(ISFI, 2004).

Permenkes No. 1332/MENKES/X/2002 menyebutkan apabila APA

berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk

apoteker pendamping. Hal ini berarti apabila apoteker berhalangan hadir maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

28

apoteker harus menunjuk apoteker pendamping yang dapat menggantikannya

pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek sehingga tugas apoteker sebagai drug

informer tetap berjalan. Meskipun hampir separuh responden memiliki pekerjaan

lain diharapkan mereka bisa membagi waktu kerjanya sehingga tugas dan

tanggung jawab di apotek tidak terbengkalai atau tidak ditinggalkan.

Gambaran tentang pekerjaan responden selain sebagai apoteker di apotek

dapat dilihat pada gambar 5.

52%

16%

20%

12%tidak ada

dosen

pegawai negerisipil wiraswasta

Gambar 5. Pekerjaan lain responden yang memberikan pelayanan informasi

obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

f. Penghasilan perbulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentasi penghasilan

tertinggi responden adalah lebih dari 1 juta sampai dengan kurang dari 2 juta yaitu

56%, kemudian lebih dari 2 juta rupiah.yaitu 36% dan terakhir 501 ribu sampai

dengan 1 juta rupiah yaitu 8%.

Dari persentasi penghasilan perbulan dapat terlihat bahwa penghasilan

walaupun bukan faktor mutlak, relatif berpengaruh dalam semangat kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

29

responden, serta dapat menentukan besarnya kesempatan yang didapat oleh

responden untuk mengembangkan dirinya serta memperoleh wawasan yang lebih

luas. Salah satu contoh dalam hal ini, misalnya: meneruskan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi hingga ilmu yang didapat dapat disumbangkan kepada

masyarakat, memanfaatkan media internet, membeli buku atau media massa

sehingga dapat mengetahui perkembangan kefarmasian di era globalisasi, semua

hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Apoteker yang penghasilannya

kurang, kemungkinan agak kesulitan untuk mendapatkan hal-hal tersebut.

0% 8%

56%

36%

< 500 ribu 501 ribu-1 juta >1 juta-2 juta >2 juta

Gambar 6. Tingkat penghasilan responden yang memberikan pelayanan informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.

2. Karakteristik apotek

a. Jam buka dalam satu hari

Setiap apotek memiliki jam buka apotek yang bervariasi tergantung

kebijakan dari tiap-tiap apotek. Data mengenai jam buka apotek dalam satu hari

dapat dilihat pada gambar 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

30

Dari hasil penelitian diketahui bahwa apotek buka selama 5–9 jam

memiliki persentasi yaitu 12% kemudian 76% apotek buka selama 10–14 jam, 8%

apotek buka selama 15–19 jam dan 4% apotek buka 24 jam.

12%

76%

8% 4%

(5-9) jam (10-14) jam (15-19)jam 24 jam

Gambar 7. Jam buka di-25 apotek di Kota Yogyakarta

Diharapkan pada jam buka apotek mutu pelayanan apotek berjalan

dengan baik dan semakin ditingkatkan setiap harinya. Apoteker juga diharapkan

dapat hadir pada setiap jam buka apotek tersebut untuk mengawasi dan

bertanggung jawab atas semua kegiatan manajemen dan kefarmasian yang

diselenggarakan di apotek dan apabila berhalangan hadir menunjuk apoteker

pendamping atau pengganti yang menggantikannya.

b. Jam sibuk.

Adalah jam dimana frekuensi pengunjung apotek relatif lebih banyak

daripada jam lainnya dan biasanya pelayanan kefarmasian lebih ditingkatkan pada

jam-jam ini. Menurut SK Kanwil Depkes Profinsi DIY No.PO.00.02.VI.3.590

tentang Perizinan dan Pengelolaan Apotek mengharuskan kehadiran apoteker

setiap hari pada jam-jam sibuk apotek. Dari hasil penelitian frekuensi dan jumlah

pasien yang datang ke apotek relatif lebih banyak terjadi pada jam 18.00-21.00.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

31

Aktivitas bekerja sebagian besar orang dilakukan pada pagi sampai sore

hari sehingga kebanyakan orang membeli obat dari sore sampai malam hari

setelah melakukan aktivitas bekerja. Selain itu juga dari hasil pengamatan,

sebagian besar dokter melakukan praktek dokter antara jam 17.00-19.00 sehingga

umumnya, setelah berobat pasien langsung membeli obat di apotek sehingga pada

jam sibuk apotek ini pelayanan kefarmasian harus ditingkatkan dan kehadiran

seorang apoteker sangat diperlukan untuk mengawasi jalannya pelayanan

kefarmasian, dalam hal ini khususnya memberikan informasi obat kepada

pengunjung apotek ataupun yang ingin berkonsultasi kepada apoteker.

Tabel I. Jam sibuk di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Jam sibuk Jumlah Prosentase(%) n = 25

1 Dari jam 09.00-12.00 3 12 2 Dari jam12.00-16.00 5 20 3 Dari jam 16.00-18.00 2 8 4 Dari jam 18.00-21.00 15 60

Total 25 100

c. Jam konsultasi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 22 apotek (88%) membuka jam

konsultasi sedangkan 3 apotek (12%) tidak membuka jam konsultasi. Alasan yang

dikemukakan mengapa apotek tersebut tidak membuka jam konsultasi adalah

tidak tersedianya tempat untuk berkonsultasi dan minat konsumen untuk

berkonsultasi masih rendah (4%), jam kedatangan apoteker ke apotek tidak

menentu sehingga konsultasi dapat dilakukan setiap saat pada jam kedatangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

32

apoteker di apotek (4%) dan tanpa harus membuka jam konsultasi pasien dapat

berkonsultasi kepada apoteker setiap saat (4%).

88%

12%

ya tidak

Gambar 8. Adanya jam konsultasi di-25 apotek di Kota Yogyakarta

d. Jam pelaksanaan konsultasi.

Dari 22 apotek yang membuka jam konsultasi, umumnya dilakukan pada

jam tertentu saat apotek buka. Data mengenai jam konsultasi apotek dapat dilihat

pada tabel II.

Tabel II. Jam pelaksanaan konsultasi oleh apoteker di-25 apotek di Kota Yogyakarta.

No Jam konsultasi Jumlah Persentase(%)

n = 22 1 18.00-20.00 2 8 2 17.00-19.00 2 8 3 18.30-21.00 2 8 4 12.00-14.00 1 4 5 13.00-15.00 1 4 6 19.00-21.00 4 16 7 19.00-22.00 1 4 8 09.00-10.00 1 4 9 17.00-21.00 3 12 10 10.00-12.00 1 4 11 08.00-13.00 1 4 12 Selama jam buka apotek

dan Apoteker ada 3 12

Total 22 88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

33

e. Lama pelaksanaan jam konsultasi

Pelaksanaan jam konsultasi (48%) dilakukan selama 2 jam sesuai dengan

surat Kakanwil Depkes Propinsi DIY mengeluarkan instruksi nomor

PO.00.03.VIII.1.053 tanggal 5 Januari 2000. Data lama pelaksanaan jam

konsultasi dapat dilihat pada Gambar 9.

4%

48%

4%

44%

satu jam dua jam tiga jam lebih dari tiga jam

Gambar 9. Lama pelaksanaan jam konsultasi oleh responden di-25 apotek di-Kota Yogyakarta.

B. Profil Kehadiran Responden di Apotek

a. Jam kehadiran

Seharusnya sepanjang jam buka apotek, harus ada apoteker di apotek

sebab apotek bukan hanya sekedar tempat jual beli obat, melainkan tempat

melakukan pelayanan kefarmasian dalam hal ini khususnya pelayanan informasi

obat dan yang harus melakukan dan bertanggung jawab atas pelayanan di apotek

adalah apoteker tersebut.

Jam kehadiran apoteker di apotek terbagi atas dua bagian, yaitu jam

kehadiran apoteker dengan status apoteker sebagai PSA dan jam kehadiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

34

apoteker dengan status apoteker bukan PSA. Data jam kehadiran apoteker sebagai

PSA dan bukan PSA dapat dilihat pada tabel III dan IV.

Tabel III. Jam kehadiran responden PSA selama satu hari di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Jam kehadiran apoteker

dalam satu hari (wib) Jumlah Prosentase (%)

N = 25 1 Antara jam 08.00-15.00 1 4 2 Antara jam 09.00-13.00 1 4 3 Antara jam 15.00-22.00 2 8 4 Antara jam 17.00-21.00 4 16 5 Hadir selama jam buka

apotek 2 8

6 Hadir tidak terjadwal. 1 4 Total 11 44

Tabel IV. Jam kehadiran responden bukan PSA selama satu hari di-25

apotek di Kota Yogyakarta

No Jam kehadiran apoteker dalam satu hari (wib)

Jumlah Prosentase (%) N = 25

1 Antara jam 08.00-15.00 2 8 2 Antara jam 09.00-13.00 2 8 3 Antara jam 15.00-22.00 2 8 4 Antara jam 17.00-21.00 5 20 5 Hadir selama jam buka

apotek 1 4

6 Hadir tidak terjadwal. 2 8 Total 14 56

Sesuai dengan SK Kanwil Provinsi DIY No.PO.00.03.VIII.1.053 tentang

Jam Konsultasi pasal 1 menyebutkan agar apoteker meningkatkan kehadirannya di

apotek pada jam buka apotek, tetapi dari hasil penelitian didapat hanya 12%

responden PSA dan Bukan PSA yang hadir pada jam buka apotek sedangkan

pasien datang ke apotek pada jam-jam yang tidak tentu selama jam buka apotek

sehingga apabila pasien datang serta membutuhkan informasi obat pada jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

35

tertentu tersebut apoteker tidak ada di apotek. Hal ini tidak berlaku apabila dalam

satu apotek terdapat apoteker pendamping dimana apabila salah satu apoteker

tidak dapat hadir apoteker yang lain menggantikannya.

b. Lama waktu keberadaan di apotek.

Berdasarkan data penelitian dapat dilihat bahwa persentasi terbesar lama

waktu keberadaan apoteker di apotek adalah 5-7 jam sebesar 40% jika dikaitkan

dengan jam buka apotek (gambar 7) 88% diatas 10 jam maka kemungkinan bahwa

sebagian besar aktivitas pelayanan apotek dilakukan oleh asisten apoteker dan

petugas apotek lainnya atau bisa juga dilakukan oleh apoteker pendamping atau

pengganti.

Tabel V. Lama waktu keberadaan responden di-25 apotek di Kota Yogyakarta.

No Lama waktu keberadaan

APA Jumlah Prosentase(%)

n = 25 1 Kurang dari 2 jam 0 0 2 2-4 jam 8 32 3 5-7 jam 10 40 4 Selama jam buka apotek 3 12 5 Lainnya 4 16

Total 25 100 Keterangan :

Lainnya : 7-9 jam dan 10 jam dengan persentasi sama yaitu 8%.

c. Frekuensi rata-rata kehadiran di apotek dalam seminggu

Apotek-apotek dalam penelitian ini memiliki jam buka apotek yang

sama dalam satu minggu, yaitu buka dari Senin sampai Sabtu mulai dari pagi

sampai malam hari dan minggu buka dari sore hari sampai malam hari dengan jam

buka yang bervariasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

36

Frekuensi kehadiran responden ke apotek dalam seminggu terbagi atas

dua bagian, yaitu frekuensi kehadiran responden PSA dan Frekuensi kehadiran

responden bukan PSA. Diharapkan apoteker dapat hadir setiap hari pada jam buka

apotek untuk dapat melakukan pelayanan farmasi khususnya pelayanan informasi

obat. Frekuensi rata-rata kehadiran apoteker dalam satu minggu dapat dilihat pada

tabel VI dan tabel VII.

Tabel VI. Frekuensi kehadiran responden PSA dalam seminggu

No Frekuensi kehadiran responden (dalam

seminggu)

Jumlah Prosentase(%) N = 25

1 1-3 kali 1 4 2 4-6 kali 4 16 3 Setiap hari 6 24

Total 11 44

Tabel VII. Frekuensi kehadiran responden bukan PSA dalam seminggu

No Frekuensi kehadiran responden (dalam

seminggu)

Jumlah Prosentase(%) N = 25

1 1-3 kali 3 12 2 4-6 kali 3 12 3 Setiap hari 8 32

Total 14 56

d. Alasan responden apabila tidak bisa hadir ke apotek

Dari hasil penelitian didapat beragam alasan dari responden mengapa

tidak bisa hadir ke apotek. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah sakit,

kemudian alasan selanjutnya adalah tugas atau pekerjaan yang tidak bisa

diwakilkan misalnya mengajar di suatu universitas, rapat pekerjaan atau seminar

tertentu, undangan-undangan penting, kemudian urusan keluarga, alasan lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

37

dinas keluar kota, keperluan lain dan capek. Hal ini apabila dihubungkan dengan

kehadiran Apoteker di apotek ada yang 1-3 kali seminggu, 4-6 kali seminggu dan

setiap hari berarti apabila Apoteker tidak bisa hadir di apotek kemungkinan terjadi

alasan-alasan seperti yang dikemukakan di atas. Data tersebut dapat dilihat pada

tabel VIII.

Tabel VIII. Alasan responden apabila tidak bisa hadir ke apotek

No Alasan responden tidak bisa hadir ke apotek

Jumlah Prosentase(%) N = 25

1 Sakit 10 40 2 Tugas atau pekerjaan yang

tidak bisa diwakilkan 9 36

3 Urusan keluarga 4 16 4 Keperluan lain 3 12 5 Dinas keluar kota 2 8 6 Capek 1 4

e. Yang menggantikan responden apabila berhalangan hadir di apotek.

75%

25%

asisten apoteker lainnya

Gambar 10. Yang menggantikan apabila berhalangan hadir Keterangan :

lainnya : pemilik apotek dan apoteker selalu mengusahakan hadir di apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

38

Peraturan Menteri Kesehatan No.922 Tahun 1993 pasal 22 menyebutkan

bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, Apoteker dapat dibantu oleh

asisten apoteker. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek

dibawah pengawasan apoteker, sehingga keberadaan asisten apoteker di apotek

bukan untuk menggantikan apoteker melainkan untuk membantu apoteker dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian. Dari hasil penelitian didapat bahwa 75%

responden memiliki asisten apoteker yang menggantikannya apabila tidak dapat

hadir di apotek. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes No.922 tahun 1993 pasal

22 yang menyebutkan apabila asisten apoteker membantu apoteker berarti

apoteker tersebut berada ditempat untuk dibantu bukan untuk digantikan. Dari

75% responden menyatakan bahwa tugas asisten apoteker terbatas pada pelayanan

resep, penyerahan obat dan konsultasi sederhana serta dipantau atau

berkomunikasi bila ada masalah yang sulit diselesaikan oleh asisten apoteker

sedangkan 25% responden apabila berhalangan hadir yang menggantikannya

adalah pemilik apotek padahal menurut Kepmenkes no.1332/Menkes/SK/X/2002

pasal 1 menyebutkan bahwa Surat Izin Apotek diberikan oleh menteri kepada

Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek. Selain itu juga juga responden yang mengusahakan

untuk selalu hadir pada jam buka apotek.

C. Profil responden dalam memberikan pelayanan informasi obat

1. Jenis pelayanan yang diberikan responden.

Berdasarkan penelitian, pelayanan yang paling banyak diberikan oleh

responden pada saat bertugas adalah membantu memilihkan obat (100%), sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

39

sumber informasi obat dan melayani resep dokter dengan prosentase yang sama

sebesar 84%, membantu menegakkan diagnosis untuk penyakit ringan sebesar

76% dan lainnya yaitu : menemui sales-sales, order obat dan membuat laporan-

laporan sebesar 16%. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui peran

dan kewajibannya sebagai drug informer di dalam masyarakat.

Gambaran mengenai pelayanan yang diberikan responden pada saat

bertugas di apotek dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Jenis pelayanan yang diberikan responden di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Jenis pelayanan Jumlah Prosentase(%)

n = 25 1 Melayani resep dokter 21 84 2 Membantu menegakkan diagnostik

untuk penyakit ringan 19 76

3 Membantu memilihkan obat 25 100 4 Sumber informasi 21 84 5 Lainnya 4 16

keterangan : Lainnya : Menemui sales-sales, order obat, dan membuat laporan.

2. Keterlibatan responden secara aktif dalam pelayanan resep obat.

Peran nyata apoteker sebagai drug informer dapat terlihat melalui

keterlibatan apoteker secara aktif dalam pelayanan resep dan penyerahan obat

kepada pasien. Keterlibatan apoteker dalam pelayanan resep pasien dapat dilihat

pada Gambar 11.

Proses terakhir dalam suatu rangkaian pelayanan resep pasien adalah

proses penyerahan obat dan pada saat penyerahan obat tersebut disertai dengan

pemberian informasi obat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 96%

responden menyatakan secara aktif terlibat dalam pelayanan resep pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

40

sedangkan 4% menyatakan tidak selalu dan kadang pelayanan resep pasien

dilakukan oleh asisten apoteker.

96%

4%

terlibat aktif tidak terlibat aktif

Gambar 11. keterlibatan responden dalam pelayanan resep obat di-25 apotek

di Kota Yogyakarta

3. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat

Pada saat pasien membeli obat baik dengan resep dokter maupun tanpa

resep dokter, proses akhir dari pembelian obat tersebut adalah penyerahan obat.

Pada saat proses penyerahan obat ini apoteker dapat memberikan informasi obat

kepada pasien. Gambaran mengenai keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

kepada pasien selama berada di apotek dapat dilihat pada gambar 12.

12%

88%

terlibat aktif tidak terlibat aktif

Gambar 12. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat kepada pasien selama berada di apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

41

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa hanya 12% responden selalu

terlibat aktif dalam proses penyerahan obat sedangkan 88% responden tidak selalu

terlibat dalam penyerahan obat kepada pasien dan dari hasil pengamatan selama

penelitian berlangsung, dijumpai bahwa yang menyerahkan obat kepada pasien

khususnya menyerahkan obat tanpa resep adalah asisten apoteker, padahal dalam

proses penyerahan obat kepada pasien, obat diberikan dan disertai dengan

pemberian informasi obat. Apabila dibandingkan dengan keterlibatan responden

secara aktif dalam pelayanan resep obat sebanyak 96% (gambar 11) berarti ada

sekitar 84% responden yang setelah melayani resep tidak menyerahkan obat,

selain itu hanya 12% responden yang selalu menyerahan obat kepada pasien baik

dengan resep dokter atau tidak.

Pada saat penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi

obat, tetapi ada responden yang pada saat menyerahkan obat tidak memberikan

informasi obat yaitu sebesar 44% sedangkan apoteker yang memberikan informasi

obat pada saat menyerahkan obat sebesar 56%. Pemberian informasi obat kepada

pasien pada saat penyerahan obat sangat penting khususnya pada obat dengan

resep dokter untuk menghindari penggunasalahan obat tetapi apabila dilihat

sebanyak 44 % apoteker yang tidak memberikan informasi obat kepada pasien

Data ini dapat dilihat pada gambar 13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

42

44%

56%

tidak ya

Gambar 13. Apakah responden selalu memberikan informasi obat kepada pasien atau tidak

4. Alasan responden tidak memberikan informasi obat pada saat

menyerahkan obat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentasi terbesar alasan

responden tidak memberikan informasi obat adalah 12% pembeli dianggap sudah

tahu dari package insert/kemasan/brosur, 12% tidak sempat karena banyaknya

pembeli, 8% pembeli yang tidak aktif bertanya dan sisanya 12% dengan perincian

8% pembeli tergesa-gesa dan tidak mau diterangkan, dan 4% responden

beranggapan bahwa asisten apoteker dipandang sudah mengetahui dan

berpengalaman sehingga memberi informasi obat pada saat penyerahan obat

adalah asisten apoteker. Menurut undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang

kesehatan menyebutkan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,

penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan

obat tradisional. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di bawah

pengawasan apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

43

Dari 44% responden tidak selalu memberikan informasi obat kepada

pasien terutama pada pada pasien yang membeli obat tanpa resep memiliki

beberapa alasan mengapa tidak selalu memberikan informasi obat. Alasan-alasan

tersebut dapat dilihat pada tabel X.

Tabel X. Alasan responden tidak memberi informasi obat pada saat menyerahkan obat kepada pasien

No Alasan mengapa tidak

memberikan informasi obat Jumlah Persentase(%)

n = 25 1 Tidak sempat karena banyaknya

pembeli 3 12

2 Kurangnya pengetahuan yang dimiliki

0 0

3 Pembeli dianggap sudah tahu dari package insert/kemasan/brosur

3 12

4 Pembeli yang kurang aktif bertanya 2 8 5 Lainnya 3 12

Total 11 44 Keterangan :

Lainnya : 8 % Pembeli tergesa-gesa dan tidak mau diterangkan

4 % Apoteker beranggapan asisten apoteker dipandang sudah mengetahui dan berpengalaman sehingga memberi informasi obat pada saat penyerahan obat adalah asisten apoteker.

Berdasarkan hasil tersebut berarti pembelian obat tanpa resep di apotek

tidak semuanya mendapatkan pelayanan informasi obat di apotek dari responden

oleh karena itu diharapkan responden tetap memperhatikan kebutuhan informasi

obat dari konsumen obat tanpa resep dimana pengobatannya tidak mendapat

pengawasan dokter sehingga perlu adanya informasi obat yang aman dan efektif

sehingga terhindar dari penggunasalahan obat. ini berarti responden diharapkan

tetap terlibat secara aktif pada saat penyerahan obat walaupun ada asisten

apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

44

5. Jenis informasi obat yang diberikan responden

Jenis-jenis informasi yang diberikan responden pada waktu

menyerahkan obat dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. informasi yang biasa diberikan pada pasien pada waktu responden menyerahkan obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Jenis informasi Jumlah Persentase(%)

n = 25 1 A, B, D 2 8 2 A, D, E 2 8 3 A, B, D, E 5 20 4 A, D, E, F 1 4 5 A, B, C, D, E 5 20 6 A, B, C, D, F 2 8 7 A, B, C, D, E, F 2 8 8 A, B, D dan cara penyimpanan 1 4 9 A, B, C, D, E dan cara

penyimpanan 1 4

10 A, C, E, F dan pilihan lain yang mungkin lebih murah

2 8

11 A, B,D E, F dan optimasi upaya-upaya tambahan dalam rangka mempercepat penyembuhan

1 4

12 A, B, C, D, E, F dan interaksi dengan makanan/minuman /obat

1 4

Total 25 100 Keterangan:

A : cara pakai B : dosis C : efek samping D : aturan pakai E : indikasi F : kontraindikasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis informasi yang

diberikan responden pada waktu menyerahkan obat terdiri dari lebih dari 3

cakupan informasi obat. Hal ini sangat baik karena semakin banyak informasi

obat yang diberikan responden Apoteker maka kebutuhan pasien akan informasi

obat akan terpenuhi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

45

6. Sumber informasi obat yang tersedia di apotek

Salah satu bekal kesiapan responden di apotek dalam pemberian

informasi obat diperlukan tersedianya koleksi buku-buku pedoman pengobatan

dan informasi obat untuk menunjang dalam pengetahuan tentang informasi obat.

Tabel XII. Sumber informasi yang tersedia di apotek di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Sumber informasi obat

yang tersedia di apotek Jumlah Persentase(%)

n = 25 1 Farmakope Indonesia ed.IV 20 80 2 IONI 9 36 3 DOEN 8 32 4 ISO 21 84 5 MIMS 18 72 6 Textbook farmakoterapi and

klinis 10 40

7 Lainnya 6 24 Total 92 368

Keterangan : Lainnya : Brosur/leaflet/majalah medika, Buku tentang obat, BNF,

Data klinik farmakologi, OWA, ESO

Resep-resep yang harus dilayani di apotek, selain berisi obat-obat

generik dapat juga berisi obat-obat dengan nama dagang atau bahkan campuran

keduanya. Buku-buku seperti ISO (Informasi Spesialite Obat), IONI

(Informatorium Obat Nasional Indonesia), DOEN (Daftar Obat Essensial

Nasional) dan buku lainnya dapat menunjang dalam pemberian informasi obat.

Sumber informasi obat yang tersedia di apotek dapat dilihat pada tabel XII.

7. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi obat di-

25 apotek di Kota Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

46

Dalam memenuhi pelayanan kefarmasian khususnya pelayanan

informasi obat mulai dari filosofi sampai teknis operasional perlu beberapa upaya

yaitu penguatan ilmu, kerja sama dengan berbagai pihak, dan berdialog dengan

pasien.

Data mengenai upaya-upaya pribadi yang dilakukan apoteker dalam

meningkatkan kualitas pelayanan informasi obat dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.

No Upaya-upaya yang dilakukan

apoteker Jumlah Presentase(%)

n =25 1 A 1 4 2 E 1 4 3 D, E 1 4 4 A, B, C 1 4 5 A, D, E 1 4 6 C, D, F 1 4 7 A, C, D, E 1 4 8 A, B, C, E 1 4 9 B, C, D, E 4 16 10 A, B, C, D, E 3 12 11 A, B, C, E, F 1 4 12 A, C, D, E, F 1 4 13 A, B, C, D, E, F 6 24 14 A, B, C, D, E, F dan berdialog

dengan dokter 1 4

15 A, B, C, D, E, F dan searching internet

1 4

Total 25 100 Keterangan : A : menguasai disiplin ilmu farmasi B : mempelajari ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat

C : mempelajari managemen dan komunikasi dalam memberikan pelayanan informasi obat

D : bertukar pikiran dengan kolega apoteker E : berdialog dengan pasien F : continuing education

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

47

Untuk mengetahui gambaran pelayanan informasi obat oleh responden

kepada masyarakat dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh responden

dalam meningkatkan pelayanan informasi obat. Apabila dilihat dari hasil

penelitian diketahui bahwa persentasi terbesar (24%) responden melakukan upaya

lebih dari 3 upaya pribadi yaitu menguasai disiplin ilmu farmasi, mempelajari

ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat, mempelajari manajemen

dan komunikasi dalam memberikan pelayanan informasi obat, bertukar pikiran

dengan kolega apoteker apabila menemui kesulitan berkenaan dengan informasi

obat, berdialog dengan pasien, serta continuing education.

D. Profil pelayanan informasi pada jam konsultasi

Informasi obat tidak hanya diberikan pada saat pelayanan resep dokter

atau pada saat menyerahkan obat saja tetapi pelayanan informasi obat juga dapat

diberikan pada jam konsultasi. Jam konsultasi merupakan jam khusus yang

disediakan apoteker untuk memberikan konsultasi obat kepada masyarakat.

1. Perlunya jam konsultasi di apotek

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 80% responden

menganggap bahwa jam konsultasi perlu diadakan sedangkan 20% responden

menganggap jam konsultasi tidak perlu diadakan. Dari 20% responden

menyatakan bahwa jam konsultasi tidak perlu diadakan beralasan bahwa

konsultasi dapat dilakukan kapan saja pasien mau tanpa harus diadakan jam

konsultasi.

Berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan

pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

48

mengikuti terapi yang telah di tentukan. Kurangnya komunikasi dan informasi

obat antara apoteker dengan pasien dapat menyebabkan pasien tidak patuh dalam

mengikuti terapi yang ditentukan. Hal ini dapat membuat pasien melakukan self –

regulation terhadap terapi obat yang diterimanya. Berdasarkan hal-hal di atas

maka adanya jam khusus untuk melakukan konsultasi sangat diperlukan.

80%

20%

ya tidak

Gambar 14. Perlunya jam konsultasi

2. Kehadiran responden pada jam konsultasi

Dari 88% apotek yang membuka jam layanan konsultasi obat, 76%

responden selalu ada selama jam konsultasi dan 12% responden tidak selalu hadir

pada jam konsultasi.

Alasan yang dikemukakan responden (12%) mengapa tidak hadir pada

jam konsultasi adalah karena jadwal kehadiran responden tidak menentu serta

pasien tidak berminat untuk konsultasi obat. Oleh karena itu responden harus

memiliki jadwal kehadiran yang tetap di apotek khususnya jam konsultasi apotek

untuk mensosialisasikan jam konsultasi apotek kepada pasien. Apabila kehadiran

apoteker tidak tetap di apotek bagaimana pasien bisa berkonsultasi walaupun ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

49

papan pengumuman jam konsultasi yang ditempel di apotek. Pasien tidak

berminat untuk melakukan konsultasi salah satunya mungkin karena apoteker

tidak hadir di apotek pada jam konsultasi sehingga pasien mengganggap bahwa

berkonsultasi obat itu tidak penting dan minat untuk barkonsultasi tidak ada.

Tabel IV. Kehadiran responden selama jam konsultasi di-25 apotek di Kota

Yogyakarta

No Apakah responden selalu ada selama jam konsultasi

Jumlah Persentase(%) n = 25

1 Ya 19 76 2 Tidak 3 12

Total 22 88

3. Adakah manfaat membuka jam konsultasi

Pelaksanaan jam konsultasi sebenarnya sudah disosialisasikan oleh

apoteker melalui tulisan “Jam Konsultasi” yang dipajang di apotek. Berdasarkan

hasil penelitian, 76% responden menganggap pelaksanaan jam konsultasi ada

manfaatnya sedangkan 24% responden menganggap pelaksanaan jam konsultasi

tidak ada manfaatnya.

76%

24%

ya tidak

Gambar 15. Adakah manfaat membuka jam konsultasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

50

Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentasi terbesar dari manfaat

dibukanya jam konsultasi adalah 64% untuk meningkatkan peran apoteker dalam

komunikasi dan edukasi serta pelayanan kepada masyarakat kemudian selanjutnya

secara berturut-turut meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong

dirinya guna mengatasi masalah kesehatan dan untuk meningkatkan pengobatan

sendiri dengan memilihkan obat secara tepat, aman dan rasional dengan

persentase sama yaitu 52% dan terakhir 28% untuk mendapatkan obat lebih murah

tanpa masyarakat harus datang ke dokter.

Manfaat membuka jam konsultasi bagi masyarakat menurut responden

dapat dilihat pada tabel XV di bawah ini.

Tabel XV. Manfaat jam konsultasi di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Manfaat jam konsultasi Jumlah Persentase(%) n = 25

1 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong

dirinya guna mengatasi masalah kesehatan

13 52

2 Meningkatkan pengobatan sendiri dengan memilihkan obat secara

tepat, aman, dan rasional

13 52

3 Untuk mendapatkan obat yang lebih murah tanpa masyarakat

harus datang ke dokter

7 28

4 Untuk meningkatkan peran apoteker dalam komunikasi dan edukasi serta pelayanan kepada

masyarakat

16 64

Dilihat dari hasil penelitian, membuka jam konsutasi sangat bermanfaat

baik bagi apoteker maupun bagi masyarakat. membuka jam konsultasi dapat

meningkatkan peran apoteker dalam komunikasi dan edukasi serta pelayanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

51

kepada masyarakat hal ini khususnya meningkatkan pelayanan informasi obat.

sedang bagi masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong dirinya

guna mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan pengobatan sendiri dengan

memilih obat secara tepat, aman dan rasional dengan kata lain pengetahuan

masyarakat tentang informasi obat semakin meningkat.

4. Responden memberi pelayanan konsultasi obat di luar jam konsultasi

Pemberian informasi obat kepada pasien selain diberikan pada jam

konsultasi dapat juga diberikan kepada pengunjung apotek di luar jam konsultasi.

Data mengenai apoteker yang memberikan konsultasi obat di luar jam konsultasi

dapat dilihat pada tabel XVI.

Tabel XVI. Responden memberi pelayanan konsultasi obat diluar jam konsultasi

No Melayani diluar jam

konsultasi Jumlah Persentase(%)

n = 25 1 Ya 25 100 2 Tidak 0 0

Total 25 100

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semua responden melayani

konsultasi diluar jam konsultasi. Ini berarti responden mengerti kewajiban dalam

memberikan pelayanan informasi obat.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan

informasi obat

1. Posisi apoteker di apotek berdasarkan Status Kepemilikan Apotek

Status apoteker yang sebagian besar bukan Pemilik Sarana Apoteker

kemungkinan mempengaruhi kehadiran apoteker di apotek. Kurangnya persentasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

52

kehadiran apotek di apotek bisa mempengaruhi kurangnya pemberian informasi

obat, kurangnya pemanfaatan jam konsultasidan pelayanan resep serta pekerjaan

kefarmasian lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 56% responden bukan

pemilik sarana dan 44% adalah merupakan pemilik sarana. Data ini dapat dilihat

pada gambar 16.

56%

44%

APA bukan PSA APA sekaligus PSA

Gambar 16. Kepemilikan sarana apotek di-25 apotek di Kota Yogyakarta

Tidak semua apotek adalah milik apoteker dan memang apoteker adalah

profesi yang mudah untuk mendapatkan keuntungan (benefit oriented). Hal inilah

yang seringkali dimanfaatkan sedemikian rupa oleh PSA khususnya non apoteker

untuk memperoleh keuntungan tanpa memperdulikan etika profesi apoteker. PSA

seringkali berpikir mengenai bisnis dan tidak mengerti apakah apoteker sudah

menjalankan profesinya dengan baik atau tidak. Hal ini terjadi karena PSA

khususnya non apoteker belum begitu mengerti tentang kode etik Apoteker.

Apoteker yang juga adalah PSA tidak hanya berpikir bagaimana cara memperoleh

keuntungan tapi juga seharusnya mengerti mengenai etika kefarmasian selain itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

53

juga lebih leluasa dalam menjalankan tugasnya di apotek tanpa diawasi oleh PSA

(benefit oriented).

2. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh pada saat memberikan

informasi obat

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh apoteker pada saat memberikan

informasi obat dapat mempengaruhi antusiasme apoteker untuk memberikan

informasi obat kepada pasien. Data tersebut dapat dilihat pada tabel XVII.

Tabel XVII. Keuntungan dalam memberikan pelayanan informasi obat

No Keuntungan bagi apoteker dalam memberikan informasi obat kepada

pasien

Jumlah Persentase(%) n = 25

1 Sebagai bahan untuk legal protection bila dikemudian hari terjadi klaim

atas obat yang diberikan pada pasien

3 12

2 Sebagai salah satu “Professional” dalam team perawatan kesehatan

20 80

3 Meningkatkan kepuasan kerja 20 80 4 Menjadi mitra pasien dalam

pengobatan sendiri 24 54

5 Tambahan service untuk menarik konsumen dan meningkatkan daya

saing dan meningkatkan omset

12 48

Pada saat pasien datang ke apotek dan melakukan konsultasi dengan

apoteker, ada kepuasan tersendiri apabila pasien pulang dan puas terhadap

informasi yang diberikan apoteker. Berdasarkan hasil penelitian 80% responden

menyatakan bahwa memberi pelayanan konsultasi dapat meningkatkan kepuasan

kerja. Keuntungan lainnya adalah pada saat melakukan konsultasi obat apoteker

juga dapat bekerjasama dengan dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya

sehingga membentuk suatu team, di mana di dalam team ini apoteker dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

54

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan pelayanan

kefarmasian khususnya pelayanan informasi obat. Kemudian keuntungan

selanjutnya adalah pada saat apoteker memberikan pelayanan informasi obat,

apoteker dapat menjadi mitra pasien dalam pengobatan sendiri khususnya dalam

memilihkan obat yang aman, tepat dan rasional. Dari hasil penelitian 54%

apoteker menjadi mitra pasien dalam pengobatan sendiri. Apabila pasien puas dan

mengerti dengan konsultasi yang diberikan oleh apotek, pasien akan cenderung

untuk kembali ke apotek yang sama apabila lain kali membutuhkan obat. Dari

hasil penelitian 48% responden menyatakan bahwa konsultasi dapat menjadi

tambahan service untuk menarik konsumen dan meningkatkan daya saing dan

dapat meningkatkan omzet. Keuntungan terakhir sebesar 12% responden

menyatakan bahwa pelayanan konsultasi sebagai bahan untuk legal protection

atau perlindungan legal bagi farmasis dari ketidakpuasan informasi dan apabila

dikemudian hari terjadi klaim atas obat yang diberikan oleh pasien.

Keuntungan-keuntungan diatas dapat meningkatkan semangat apoteker

dalam memberikan informasi obat, tetapi keuntungan-keuntungan tersebut hanya

dapat diperoleh apabila apoteker menjalankan peranannya sebagai farmasi

khususnya memberikan informasi obat kepada pasien secara baik dan aktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari data karakteristik apoteker diperoleh hasil bahwa sebagian besar apoteker

(76%) adalah wanita dengan umur antara 25-35 tahun (60%) dengan tingkat

pendidikan apoteker (84%), memiliki lama masa kerja 1-5 tahun (40%), tidak

memiliki pekerjaan lain selain APA (52%) dan berpenghasilan 1-2 juta (56%).

Dari data karakteristik apotek diperoleh data bahwa jam buka apotek(76%)

umumnya adalah 10-14 jam dengan jam sibuk (60%) antara jam 18.00-21.00

dan 88% apotek membuka jam konsultasi

2. Dari data penelitian diperoleh hasil bahwa profil kehadiran apoteker sebagai

PSA dan bukan PSA adalah sama yaitu setiap hari antara jam 17.00-21.00

alasan tidak bisa hadir di apotek adalah sakit 40% dan digantikan oleh asisten

apoteker (75%).

3. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa gambaran pelayanan informasi

obat oleh apoteker adalah 96% apoteker terlibat aktif dalam pelayanan resep.

88 % apoteker tidak terlibat secara aktif saat penyerahan obat dan digantikan

oleh asisten apoteker. 56% apoteker tidak memberikan informasi obat dengan

16% alasan bahwa pembeli dianggap sudah tau dari package

insert/kemasan/brosur. 88% apoteker melakukan lebih dari 3 cakupan upaya.

4. Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker pada jam konsultasi adalah

80 % apoteker beranggapan bahwa jam konsultasi perlu diadakan. 76%

apoteker hadir pada jam konsultasi. 64% apoteker menyatakan jam konsultasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

56

ada manfaatnya yaitu untuk meningkatkan peran apoteker untuk komunikasi

dan edukasi serta pelayanan pada masyarakat. Selain memberi informasi obat

pada jam konsultasi, apoteker (100%) juga melayani konsultasi obat diluar

jam konsultasi.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan informasi obat

salah satunya adalah status kepemilikan apotek dan faktor lain, yaitu: apoteker

mendapatkan keuntungan-keuntungan pada saat memberikan informasi obat

kepada pasien, yaitu dapat meningkatkan kepuasan kerja dan sebagai salah

satu “professional” dalam team perawatan kesehatan (80%).

B. saran

1. Apoteker harus selalu hadir di apotek untuk dapat memberikan informasi obat

kepada pasien bila perlu apotek tidak buka bila tidak ada apoteker (no

pharmacist no service).

2. Apoteker ikut terlibat aktif di apotek dalam hal ini pada saat menerima resep,

penyerahan obat dan pada jam konsultasi untuk memberikan informasi obat

3. Bahwa di apotek tidak hanya ada pelayanan informasi obat saja tetapi juga ada

pharmaceutical care yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung

apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien antara lain aktif dalam pelayanan resep, konseling, promosi dan

edukasi serta pelayanan residensial.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pelayanan informasi

obat oleh apoteker di kota- kota lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

57

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Anief, M., 1997, Apa yang perlu diketahui tentang obat, Universitas Gajah Mada

Press, Yogyakarta. Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1980 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Jakarta.

Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No.347/MENKES/SK/VII/1990

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta.

Anonim, 1992, Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1992 tentang Konsumen,

Jakarta. Anonim, 1993a, Undang-Undang RI No.23 Tahun 1993 tentang Kesehatan,

Jakarta. Anonim, 1993b, Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/SK/X/1993

tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta.

Anonim, 1999a, Undang-Undang RI No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Jakarta. Anonim, 1999b, Surat Keputusan Kanwil DepKes Propinsi DIY

No.PO.00.02.VI.3.590 tentang Perijinan dan Pengelolaan Apotek, Yogyakarta.

Anonim, 2000, Surat Keputusan Kanwil DepKes Propinsi DIY

No.PO.00.03.VIII.1.053 tentang Jam Konsultasi, Yogyakarta. Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002

tentang Perubahan Atas Peraturan MenKes No.922/MENKES/Per/X/1993 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Jakarta.

Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/X/2004

tentang Standart Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Jakarta. Arthur, S. W., and Christopher, S.C., 1982, Principles Of Drug Information

Service, 9, 55-57, Hamilton Press, Illinois.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

58

Azwar,s., 2003a, Penyusunan Skala Psikologi, 6-7, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Azwar,s., 2003b, Reliabilitas Dan Validitas, 45-46, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Budiono, 1999, Manfaat Pelayanan Informasi Obat Di Apotek, Medika, XXV, 10,

616. Ciptaningrum,T.S., 2001, Animo Masyarakat Untuk Melakukan Konsultasi Obat

Kepada Apoteker Pengelola Apotek Di Lima Apotek Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Erlan, M., 2004, Persepsi Pasien Terhadap Peran Apoteker Pengelola

Apotek(APA) Sebagai Pemberi Informasi Obat Di Apotek Kota Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

ISFI, 2000, Draft Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Badan Pimpinan

Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Lembong, E., 1999, Geliat Industri Farmasi Di Indonesia Menuju Era

Globalisasi, Ed.1, Pustaka Sinar HArapan, Jakarta, 116-118, 148-149. Merita Y., 2004, Kredibilitas Apoteker Di Apotek Kotamadya Yogyakarta,

Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Nawawi, H., 1995, Metode Penelitian Skripsi Survei, edisi VII, Gadjah Mada

University Press Jogjakarta, 148-151 Praktiknya A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan, 13, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta. Santoso,B., 1995, Efek Samping Obat, Ed.2, 2-11, Pusat Study Farmakologi

Klinik Dan Kebijakan Obat, UGM, Yogyakarta. Sevilla, C.G., Ochave, J. A., Punsala,P. G., Pegala,B. P., And Uriatre,1993, An

Introduction To Research Methode, 162-163, Diterjemahkan Oleh Alimuddin Tuwu, UI, Press Jakarta.

Sudarwanto, B., 1996,Tantangan Profesi Apoteker Masa Depan, Medika no.XXII,

829. Suhadi, R., 1997, Konsep Pengobatan Sendiri, Reader Kuliah, Fakultas Farmasi,

USD, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

59

Sukmaningsih, I., 2002,Menjalin Hubungan Sinergis Antara Dokter Dan Farmasis Demi Tercapainya Pelayanan Kesehatan Yang Rasional Kepada Pasien, Diskusi Panel Program Profesi Apoteker 30 November 2002, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yoyakarta.

Suryawati, S., 1997, Peran Farmasi Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Di

Rumah Sakit, Medika XXIII, 1, 60-61. Tan, H. T. dan Raharja, k., 1986, Obat-Obat Penting, 45-55, PT. Kimia Farma,

Jakarta. Wijaya, Y., 1998, Mengenal obat tanpa resep, Widya Dharma, edisi khusus Juni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

61

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Kepada Yth,

Bpk/Ibu Apoteker pengelola Apotek

Di tempat

Dengan Hormat,

Dalam rangka menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Antusiasme Profesi

Apoteker Di Apotek Kotamadya Yogyakarta Untuk Memberikan Informasi Obat Kepada

Pengunjung Apotek.”

Sehubungan dengan itu, saya mohon kerelaan Bpk/Ibu Apoteker Pengelola

Apotek untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi daftar pertanyaan yang bersama

ini saya lampirkan. Dalam menjawab mohon disesuaikan dengan hati nurani Bpk/Ibu,

karena yang saya butuhkan adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang

Bpk/Ibu alami dan rasakan. Jawaban Bpk/Ibu/Saudara tidak akan dinilai benar atau salah.

Segala informasi yang Bpk/Ibu berikan tidak akan disalahgunakan dan akan dijaga

kerahasiaannya demi kepentingan ilmiah.

Atas bantuan dan kerjasama yang Bpk/Ibu berikan, saya ucapkan terima kasih

Hormat saya,

Roulina Sihombing

NIM : 008114068

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

62

Antusiasme Apoteker Untuk Memberikan Pelayanan Informasi Obat Kepada pengunjung di-25 Apotek di Kota Yogyakarta

Petunjuk : Sudilah Bpk / Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai pendapat dan kondisi Bapak / Ibu yang sesungguhnya, dengan cara :

• Melingkari jawaban untuk pertanyaan tertutup • Menuliskan jawaban untuk pertanyaan terbuka

1. Umur Bapak/ Ibu/ Saudara : ……….thn 2. Jenis kelamin : L/P 3. Pendidikan Terakhir :

a. Profesi Apoteker b. S-2 c. S-3

4. Lama Bekerja (di apotek ini) : ……….thn 5. Pekerjaan lain, selain APA di apotek ini adalah :

………………………………………………………………………………….. 6. Penghasilan perbulan sebagai apoteker di apotek ini :

a. < 500 ribu rupiah b. 501 ribu sampai < 1 juta rupiah c. ≥1 juta satu sampai < 2 juta rupiah d. ≥ 2 juta

7. Apakah anda juga sebagai Pemegang Saham Apotek/PSA (100%/CV) di apotek ini :

a. Ya b. Tidak

8. Dalam satu hari kerja, berapa jam apotek yang anda kelola melakukan usaha-usaha pelayanan obat kepada pasien/ konsumen obat ( jam buka apotek ) ?

a. (5-9) jam b. (10-14) jam c. (15-19) jam d. 24 jam

9. Pada jam berapa pasien paling banyak membeli obat baik dengan atau tanpa resep dokter ( jam-jam sibuk apotek )?

a. jam 09.00-12.00 b. jam 12.00-16.00 c. jam 16.00-18.00 d. jam 18.00-21.00 e. lainnya…………………………………………………………

10. Apakah apotek anda memiliki / memasang papan jam konsultasi ? a. Tidak b. Ya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

63

11. Mengapa apotek anda tidak memiliki / memasang papan jam konsultasi ? a. Tidak memberikan keuntungan finansial b. Tidak tersedianya tempat untuk berkonsultasi c. Tidak tersedianya waktu untuk berkonsultasi d. Lainnya, sebutkan……………………………………………….

12. Pada jam berapa anda menyediakan jam konsutasi setiap hari? jam…………sampai dengan jam…………………… 13. Berapa jam yang anda sediakan pada jam konsultasi ?

a. 1 jam b. 2 jam c. 3 jam d. > 3 jam

14. Pada jam berapa anda berada di apotek ? a. Antara jam 09.00 ― 13.00 b. Antara jam 13.00 ― 17.00 c. Antara jam 17.00 ― 21.00 d. Lainnya, yaitu ………………………………………………..

15. Dalam satu hari selama jam buka apotek, berapa jam anda berada di apotek ? a. Kurang dari 2 jam b. 2 ― 4 jam c. 5 ― 7 jam d. Selama jam buka apotek e. Lainnya, yaitu…………………………………………………

16. Berapa kali rata-rata dalam seminggu anda berada di apotek ? a 1-3 kali b 4-6 kali c setiap hari

17. Seandainya anda terpaksa tidak dapat hadir di apotek apa saja yang biasanya menjadi halangan anda ?

…………………………………………………………………………………. 18. Siapa yang menggantikan anda jika anda berhalangan hadir? ………………………………………………………….. 19. Jika anda sedang bertugas di apotek, pelayanan apa yang anda berikan pada

konsumen? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Melayani resep dokter b. Membantu menegaskan diagnosis untuk penyakit ringan c. Membantu memilihkan obat d. Sumber informasi e. Lainnya, yaitu…………………………………………………….

20. Selama anda sedang bertugas di apotek, apakah anda selalu ikut terlibat aktif dalam pelayanan resep pasien ?

a. Tidak b. Ya

21. Apakah anda yang selalu menyerahkan obat tersebut kepada pasien? a. Ya, saya yang selalu menyerahkan obat kepada pasien b. Tidak, kadang yang menyerahkan obat asisten apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

64

22. Apakah anda selalu memberikan informasi kepada pasien pada waktu anda menyerahkan obat?

a. Ya b. Tidak

23. Alasan apa saja yang menyebabkan anda tidak memberikan informasi kepada pasien saat anda menyerahkan obat ?

a Tidak sempat karena banyaknya pembeli b. Kurangnya pengetahuan yang anda miliki c. Pembeli dianggap sudah tahu dari package insert/ kemasan / brosur d. Pembeli yang kurang aktif bertanya

24. Informasi apa saja yang biasa anda berikan kepada pasien pada waktu anda menyerahkan obat? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Cara pakai b. Dosis c. Efek samping d. Aturan pakai e. Indikasi f. Kontraindikasi g. Lainnya, sebutkan…………………………………………………...

25. Sumber informasi obat apa yang sekarang tersedia di apotek anda ? ( jawaban boleh lebih dari satu ) a. Farmakope Indonesia b. IONI c. DOEN d. ISO e. MIMS f. Textbook farmakoterapi dan klinis g. Drug Information Handbook h. Lainnya, sebutkan…………………………………………………..

26. Bagaimana upaya pribadi anda untuk meningkatan pelayanan informasi obat di apotek anda secara optimal (saat ini)…

b. Menguasai disiplin ilmu farmasi c. Mempelajari ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat d. Mempelajari managemen dan komunikasi dalam memberikan

pelayanan informasi obat e. Bertukar pikiran dengan kolega Apoteker f. Berdialog dengan pasien g. Continuing Education h. Lainnya, sebutkan…………………………………………………

27. Menurut anda apakah perlu membuka / memasang jam konsultasi ? a. Ya b. Tidak

28. Apakah anda selalu hadir pada jam-jam konsultasi yang telah ditentukan ? a. Ya b. Tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

65

29. Alasan apa yang menyebabkan anda tidak hadir pada layanan jam konsultasi: a. Pasien tidak berminat untuk layanan konsultasi obat b. Tidak ada waktu untuk melakukan layanan jam konsultasi c. Seluruh informasi yang dibutuhkan pasien telah diperoleh dari dokter

yang memeriksanya d. Lainnya, yaitu…………………………………………………..

30. Menurut anda apakah ada manfaatnya memasang papan jam konsultasi? a. Ya b. Tidak

31. Jika ya, apakah manfaat dari membuka layanan/memasang papan layanan jam konsultasi bagi masyarakat ? ( jawaban boleh lebih dari satu)

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya guna mengatasi masalah kesehatan

b. Untuk meningkatkan pengobatan sendiri dengan memilihkan obat secara tepat, aman dan rasional

c. Untuk mendapatkan obat lebih murah tanpa masyarakat harus datang ke Dokter

d. Untuk meningkatkan peran apoteker dalam komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan kepada masyarakat

32. Apakah anda melayani konsultasi diluar jam konsultasi ? a. Ya b. Tidak

33. Menurut anda, apakah keuntungan bagi apoteker apabila pasien berkonsultasi obat kepada profesi apoteker ?

a. Sebagai bahan untuk legal protection bila dikemudian hari terjadi klaim atas obat yang diberikan pada pasien

b. Sebagai salah satu “professional dalam team perawatan kesehatan c. Meningkatkan kepuasan kerja d. Menjadi mitra pasien dalam pengobatan sendiri e. Tambahan service untuk menarik konsumen dan meningkatkan daya

saing dan meningkatkan omzet f. Tidak ada keuntungannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

68

Tabel Hasil Penelitian

1 2 3 4 5 6 7 No Kode responden a b c d e a b a b c a b c d e a b c d a b a b c d

1 Apt 01 v v v v v v v 2 02 v v v v v v v 3 03 v v v v v v v 4 04 v v v v v v v 5 05 v v v v v v v 6 06 v v v v v v v 7 07 v v v v v v v 8 08 v v v v v v v 9 09 v v v v v v v 10 10 v v v v v v v 11 11 v v v v v v v 12 12 v v v v v v v 13 13 v v v v v v v v 14 14 v v v v v v v 15 15 v v v v v v v v 16 16 v v v v v v 17 17 v v v v v v 18 18 v v v v v v 19 19 v v v v v v v 20 20 v v v v v v v 21 21 v v v v v v v 22 22 v v v v v v 23 23 v v v v v v v 24 24 v v v v v v v 25 25 v v v v v v v v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

69

8 9 10 11 12 13 14 No Kode responden a b c d a b c d e a b a b c d e a b c d a b c d

1 Apt 01 v v v v 18.00-20.00 v v 2 02 v v v 17.00-19.00 v v 3 03 v v v 19.00-21.00 v v 4 04 v v v 09.00-10.00 v v 5 05 v v v 13.00-15.00 v v 6 06 v v v 18.00-20.00 v v 7 07 v v v 17.00-21.00 v v 8 08 v v v 10.00-12.00 v v 9 09 v v v v 19.00-22.00 v v 10 10 v v v 17.00-20.00 v v 11 11 v v v v selama jam

buka apotek v v

12 12 v v v 18.30-21.00 v v 13 13 v v v 12.00-14.00 v 14 14 v v v 17.00-20.00 v v 15 15 v v v selama jam

buka apotek v v

16 16 v v v 17.00-21.00 v 17 17 v v v 18.30-21.00 v 18 18 v v v selama jam

buka apotek v v

19 19 v v v 17.00-20.00 v v 20 20 v v v 08.00-13.00 v v 21 21 v v v 17.00-21.00 v v 22 22 v v v 17.00-19.00 v v 23 23 v v v 19.00-21.00 v v 24 24 v v v v v 25 25 v v v 19.00-21.00 v v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

70

15 16 17 18 19 20 21 No Kode responden a b c d e a b c a b c d e a b c d a b c d e a b a b

1 Apt 01 v v v v v v v 2 02 v v v v v v v 3 03 v v v v v v v 4 04 v v v v v v v 5 05 v v v v v v v 6 06 v v v v v v v 7 07 v v v v v v v 8 08 v v v v v v v 9 09 v v v v v v v 10 10 v v v v v v v 11 11 v v v v v v v 12 12 v v v v v v v 13 13 v v v v v v v 14 14 v v v v v v v 15 15 v v v v v v v 16 16 v v v v v v v 17 17 v v v v v v v 18 18 v v v v v v v 19 19 v v v v v v v 20 20 v v v v v v v 21 21 v v v v v v v 22 22 v v v v v v v 23 23 v v v v v v v 24 24 v v v v v v v 25 25 v v v v v v v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

71

22 23 24 25 26 27 28 No Kode responden a b a b c d a b c d e f a b c d e f a b c d e f a b a b

1 Apt 01 v v v v v v v v v v v 2 02 v v v v v v v v v v v 3 03 v v v v v v v v v v v v 4 04 v v v v v v v v v v v 5 05 v v v v v v v v v v v v v 6 06 v v v v v v v v v v v v v v v 7 07 v v v v v v v v v v v v 8 08 v v v v v v v v v v v v v v v v v 9 09 v v v v v v v v v v v v v v v 10 10 v v v v v v v v v v v v v 11 11 v v v v v v v v v v v v v v v v 12 12 v v v v v v v v v v v v v 13 13 v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 14 14 v v v v v v v v v v v v 15 15 v v v v v v v v v v v v v v v v 16 16 v v v v v v v v v v v v v v v v v v 17 17 v v v v v v v v v v v v v v v v v v 18 18 v v v v v v v v v 19 19 v v v v v v v v v v v v v v v v v 20 20 v v v v v v v v v v v v v v v v 21 21 v v v v v v v v v v v v v v 22 22 v v v v v v v v v v v v v v v v v 23 23 v v v v v v v v v v v v v v v v 24 24 v v v v v v v v v v v v v v v 25 25 v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

72

29 30 31 32 33 No Kode responden a b c d a b a b c d a b a b c d e f

1 Apt 01 v v v v v v v v v 2 02 v v v v v v v v 3 03 v v v v v v v v 4 04 v v v v v v v v 5 05 v v v v v v v 6 06 v v v v v v v 7 07 v v v v v v v 8 08 v v v v v v v 9 09 v v v v v v v v 10 10 v v v v v v 11 11 v v v v v v v v 12 12 v v v v v v 13 13 v v v v v v v v 14 14 v v v v v v v 15 15 v v v v v v v 16 16 v v v v v v v v 17 17 v v v v v v v 18 18 v v v v v v 19 19 v v v v v v v 20 20 v v v v v v v 21 21 v v v v v v 22 22 v v v v v v 23 23 v v v v v v v 24 24 v v v v v v v 25 25 v v v v v v v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: Roulina Sihombing - repository.usd.ac.id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI