Robert Na Endi Jaweng - ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id · perbaikan iklim usaha dan peningkatan...

25
KOMITE PEMANTAUAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Robert Na Endi Jaweng Direktur Eksekutif KPPOD

Transcript of Robert Na Endi Jaweng - ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id · perbaikan iklim usaha dan peningkatan...

  • KOMITE PEMANTAUAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

    Robert Na Endi Jaweng

    Direktur Eksekutif KPPOD

  • II. RPJMN 2010-2014Memantapkan penataan kembali Indonesia di segala

    bidang dengan menekankan upaya peningkatankualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan

    ilmu dan teknologi serta penguatan daya saingperekonomian. III. RPJMN 2015-2019

    Memantapkan pembangunan secaramenyeluruh di berbagai bidang denganmenekankan pencapaian daya saingkompetitif perekonomian berlandaskankeunggulan sumber daya alam dan sumberdaya manusia berkualitas serta kemampuanIPTEK yang terus meningkat..

    IV. RPJMN 2020-2024Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmurmelalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankanterbangunnya struktur perekonomianyang kokoh berlandaskan keunggulankompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas danberdaya saing..

    I. RPJMN 2005-2009

    Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan

    Indonesia yang aman dan damai, yang adil dandemokratis dan yang tingkat kesejahteraan

    rakyatnya meningkat..

    Indonesia Mandiri, Maju, Adil & Makmur

    Visi Pembangunan 2005-2025: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

    Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang Nasionaldiupayakan secara bertahap melalui 4 tahapan RPJMN,

    termasuk RPJMN 2020-2024 (5 Thn).

  • KERANGKA PEMBANGUNAN

    2020-2024Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang

    dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetititf di berbagai wilayah

    yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing

    Berdaulat, Maju, Adil Dan MakmurVISI 2045

    Kondisi Investasi Kondisi SDA

    2020-2024

    Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil dan BerkesinambunganTEMA

    Pengarusutamaan

    Kaidah Pembangunan: Membangun Kemandirian Menjaga KeberlanjutanMenjamin Keadilan

    Kerentanan

    Bencana

    Tata Kelola

    (Governance)

    Kesetaraan

    GenderPerubahan

    IklimModal Sosial Budaya

    Pariwisata, Ekonomi Kreatif

    dan Digital

    PEMBANGUNAN

    MANUSIA

    PEMBANGUNAN

    KEWILAYAHAN

    PEMBANGUNAN

    EKONOMI

    Pelayanan Dasar danPerlindungan Sosial

    Pangan Sentra-Sentra

    Pertumbuhan

    SDM Berkualitas danBerdaya Saing

    PEMBANGUNAN

    INFRASTRUKTUR

    Transportasi

    Telekomunikasi

    Hukum dan Regulasi

    Pertahanan & Keamanan

    Politik

    1

    2

    1

    Energi2

    3

    Industri Manufaktur4

    Komoditas/Potensi Unggulan Daerah

    Pertumbuhan Desa & Perkotaan

    1

    2

    3

    1

    2

    1

    2

    3

    Kelautan dan Kemaritiman 5

    Sumber Daya Air3

    Perumahan dan Pemukiman

    4

    PEMBANGUNAN POLITIK,HUKUM & HANKAM

    Pembangunan Karakter3

    Tantangan Pembangunan:

  • DesentralisasiEkonomi (Pasar)

    Desentralisasi Fiskal

    DesentralisasiAdministrasi Desentralisasi Politik

    Em

    pa

    t D

    ime

    nsi

    De

    se

    ntr

    ali

    sa

    si

    Empat dimensi seolah terpisah, karakter desent berganti seiring perubahan UU, kontribusi ke Des Ekonomi belum signifikan.

    Penyerahan kewenangan & tanggung jawab atas sejumlah urusan dari pemerintah pusat kpd DO, instansi vertikal (IV) maupun lembaga parastatal:Tipe Devolusi, Tipe Dekonsentrasi, Tipe Delegasi.

    Terbukanya struktur kesempatan bagi rakyat (partisipasi & representasi) dlm pengelolaan kebijakan publik & pemilihan pejabat publik.

    Pelimpahan kewenangan & tanggung jawab dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah perihal sumber-sumber penerimaan & pembelanjaan.

    Peran fasilitasi Pemerintah bagi bekerjanya pelaku pasar, serta beralihnya pengelolaan ekonomi kpd sektor swasta (kolaborasi, privatisasi, dst).

    Kewenangan mengatur & mengurus sektor ekonomi diserahkan ke Pemda.

  • Portofolio tampak kurang berpola:bercampur antara pelaksanaan urusanpemerintahan dengan fungsikoordinasi dan pembinaan.

    Tusi masih beraroma pemerintahan umum masa

    lalu sbg pranata ygmelaksanakan urusan

    tampung tantra.

    01Penyelenggaraan Dekon, TP & KSD

    02

    Penataan Wilayah Admin, Kawasan, Perkotaan dan BN.

    04

    Penanggulangan Bencana dan

    Kebakaran

    03

    Pelaksanaan Tugas Satpol PP

    & Linmas

  • 1. Menghadirkan kembali Negara utk melindungi segenap bangsa &memberikan rasa aman kpd seluruh warga negara;

    2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratisdan terpercaya;

    3. Membangun Indonesia dari pinggiran dgn memperkuat daerah & desa dlmkerangka NKRI

    NAWA CITA

    Mampu menjadi poros jalannya pemerintahan dan politik dalam negeri, meningkatkan pelayanam publik, menegakan demokrasi dan menjaga integrasi bangsa:.

    VISI KEMENDAGRI

    Kerukunan nasional, hubungan pusat-daerah,....pemerintahan yg baik.

    7 MISI, 7 PROGRAM & 6 KEGIATANDITJEN BINA ADMINSTRASI KEWILAYAHAN

  • Pembagian Urusan Pemerintahan sbg Perwujudan Hubngn Pusat-Daerah

    Prinsip Hubungan Pusat-Daerah (Kewenangan)

    0102

    03

    04

    Organ-organ negara hanya berkedudukan di ibukota [nasional]; organ-organ pemerintahan berkedudukan di tingkat nasional dan– secara hirarkis berada di bawah Presiden--juga berada di daerah.

    Dalam operasi manajemen pemerintahan, hubungan wewenang ini diwujudkan lewat koordinasi, pembinaan, pengawasan & kerjasama.

    Sbg organisasi, suatu negara [khususnya negara

    unitaris] memiliki 2 rumpun organ: organ-organ

    negara & organ-organ pemerintahan.

    .

    Sentralisasi dan desentralisasi pada dasarnya ditandai oleh karakter hubungan wewenang, distribusi

    urusan, materi urusan, dan pengawasan pemerintahan.

  • Rekognisi: otonomimandat Konstitusi [Psl 18

    UUD 45 Amandemen]..

    Desentralisasi: kamar urusan yang diserahkan ke daerah diambil dari kamar

    eksekutif (Presiden), sementara proses penyerahan urusan dilakukan bersama DPR

    & Presiden melalui pembentukan UU..

    Ini utk pertama kalinya UU Pemda--yakni UU No.23/2014--membukahalaman awal dgn penegasaneksplisit kekuasaan Presiden..

    Positif: implikasi dlm manajemenpemerintahan adalah dapat tegaknyaupward-accountability dan disiplin hirarki pemerintahan, mendorongmanajemen pemerintahan yang efektif dan hubungan pusat-daerahyang sinerjis.

    Presiden: Pemegang Kuasa& Tanggung Jawab AkhirPemerintahan

  • Namun, harus diakui, sebagian hasil koordinasi berupa sinerji dan integrasi antar level pemerintahan bisa kita peroleh, pada sisi lain kita belum benar-benar bisa mendapatakan format relasi yang pas, fungsional dan sesuai kerangka regulasi yang mendasarinya.

    Sepanjang perjalanan desentralisasi/otda di era reformasi, pola hubungan Pusat dan daerah cenderung berubah, bahkan ditandai pasang-surut & babak baru seturut pergantian aturan (UU Pemda).

    START

    “Yang saya jumpai ada waduk tidak ada irigasi bertahun-tahun, ada

    pelabuhan tidak ada jalan. Artinya tidak terkonsolidasikan dengan baik, tak ada sinerji antara pusat, provinsi,

    kabupaten dan kota”

    [Presiden Joko Widodo, PidatoPembukaan Musrenbangnas,

    26/04/2017].

  • GUBERNUR: KDH, WPP,

    PENYELENGGARA PUM

    Mendukung ArahKebijakan

    Pembangunan Nasional

    Mewujudkan SinergiPembangunan Pusat Daerah:

    Koordinasi Antara K/L (Instansi Vertikal) Dengan Provinsi Maupun

    Kabupaten/Kota

    Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Kabupaten/Kota

    Di Wilayahnya

    Menjadi Stimulator Dan Katalisator Pembangunan Kabupaten/Kota Di

    Wilayahnya

  • Fragmentasi pemerintahan: Pendekatan sektoral masih cenderung kuat di Pusat, dan terdapat disharmoni antar KL. Fragmentasi di Pusat ini kemudian turun ke daerah (masing2 KL hadir sendiri-sendiri di daerah), juga antara daerah (cth: dana desentralisasi) dengan Pusat (dana dekonsentrasi) tak selalau sinerjis.

    Disfungsi gubernur: Jalur komunikasi & garis komando dg Kab/Kota maupun Instansi Vertikal kabur. Konsep Propinsi sbg intermediate government justru menjadi the missing-link.

    Konstruksi perwilayahan & desain pemerintahan

    (kewenangan, kelembagaan, anggaran, personalia) UU 23/2014

    Faktor politik yang ditandai asimetri politik lokal UU No.10/2016

    Kepemimpinan lemah dan sumbatan dlm komunikasi politik RUU Etika Pemerintahan,

  • Sinerji antara KL di Pusat dibenahi terlebih dahulu. Koordinasi kebijakan (perencanaan, penganggaran) dan koordinasi implementasi (program dan kinerja) mesti diperbaiki.

    Secara vertikal, Pusat mengatakan wibawa otoritasnya secara demokratik ke daerah, membangun komunikasi pemerintahan, menegaskan etika pemerintahan/penyelenggaran negara, serta memperkuat kedudukan dan kapasitas Gubernur sbg Wpp.

    “Otonomi memang meniscayakanberkurangnya sentralisme dan sentralisasi yang ada selama ini. Namun, otonomi tersebut jelas tak bisa ditegakkan tanpa wibawa otoritas Pusat lewat pelaksanaan peran korbinwas”(Modanya telah diatur UU No.23/2014:

    larangan, kewajiban, sanksi, juga fasilitasi)

  • Perizinan Usaha

    Program Pengembangan Usaha utk Swasta (PPUS)

    Interaksi Pemda dengan Pelaku Usaha

    Infrastruktur

    Biaya Transaksi

    Ketenagakerjaan

    Akses dan Kepastian Hukum Atas Lahan

    Keamanan dan Penyelesaian Konflik

    Kualitas Perda

    Kapasitas dan IntegritasKepala Daerah

    20.66

    17.86

    17.20

    15.14

    9.14

    7.08

    5.27

    3.95

    2.14

    1.56

    Tem

    uan U

    tam

    a (

    Surv

    ei 2016) • Dalam perolehan indeks secara umum, Kota Pontianak menempati peringkat

    pertama. Sebaliknya, Kota Medan berada pada peringkat yang paling rendah.

    • Sebagian daerah di wilayah Indonesia bagian timur menunjukan capaian

    kinerja TKED yang relatif tinggi Gorontalo (2), Palu (5), Makassar (6),

    Kendari (8), Manado (9), dan Ambon (10).

    • Dilihat dari jumlah penduduk atau luas wilayah, kota-kota berukuran sedang

    memiliki indeks TKED yang baik.

    • Kota-kota yang memiliki nilai PRDB berskala sedang/menengah menempati

    indeks kinerja tertinggi.

    45.99

    48.43

    48.91

    51.73

    53.06

    54.16

    54.73

    55.33

    56.80

    56.86

    58.04

    60.18

    60.94

    61.35

    61.48

    63.29

    63.96

    64.44

    64.53

    64.93

    65.40

    66.67

    67.99

    68.46

    70.70

    71.13

    71.93

    72.67

    73.12

    74.82

    78.61

    78.76

    79.29

    0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

    Medan

    Jambi

    Lampung

    Serang

    Pekanbaru

    Surabaya

    Jayapura

    Mataram

    Palangkaraya

    Sofifi/Tidore Kep.

    Denpasar

    Tanjung Pinang

    Bengkulu

    Palembang

    Yogyakarta

    Rata-rata nasional

    Padang

    Bandung

    Banjarmasin

    Mamuju

    Manokwari

    Kupang

    Pangkal Pinang

    Ambon

    Manado

    Kendari

    Banda Aceh

    Makassar

    Palu

    Samarinda

    Semarang

    Gorontalo

    Pontianak

    Sumber: KPPOD, 2017

  • Tata Kelola mulai dilihat sebagai instrumen untuk membangun daya saing daerahdan pembentukan iklim investasi yang kondusif. Daerah2 Indonesia Timur dgn skalaekonomi sedang/menengah mulai mengejar ketertinggalan dari Indonesia Barat dan Kota2 besar/maju melalui perbaikan Tata Kelola.

    Perluasan reformasi masih harus ditingkatkan untuk mengejar ketimpangan antarwilayah melalui kerangka kebijakan (Perencanaan, Penganggaran, dan Program Kegiatan) yang lebih terfokus pada agenda perbaikan Tata Kelola Ekonomi.

    Tiga besar masalah utama Tata Kelola di daerah (Perizinan Usaha, Program PengembanganUsaha Swasta, dan Interaksi Pemda dgn Pelaku Usaha) menunjukkan bahwa intervensiperbaikan iklim usaha dan peningkatan daya saing daerah relatif berada di dalam kontrolPemda.

    Respon perbaikan Tata Kelola harus berlandaskan strategi fokus pada ketiga masalah utamadi atas, memastikan relevansi kebijakan dan keberpihakan kepada usaha berskala mikro-kecil-menengah, serta mendorong semakin terbukanya ruang pengambilan kebijakan yang berbasis kepada kebutuhan layanan usaha yang krusial dalam peningkatan produktivitas.

    1

    2

  • Kualitas belanja dan program Pemda wajib diawasi lebihketat dan terukur (melaluipengukuran kinerja dantransfer berbasis pencapaiantarget) oleh Pemerintah Pusat

    Meskipun Pemerintah Pusatmemprioritaskan pembangunaninfrastruktur, di daerahketersediaan dan kualitasinfrastruktur Jalan dan LampuPenerangan masih dianggaphambatan utama berbisnis.

    Peran kepemimpinan(Kapasitas & IntegritasKepda) menentukanefektivitas kerja birokrasi daninovasi pelaksanaan Tata Kelola Ekonomi di Daerah

    Penataan dari hulu (politik, kaderisasi partai danpilkada) harus menjadi agenda kebijakan prioritasPemerintah Pusat. Dlm kerangka sistempemerintahan, akuntabilitas prosedural dan kinerjadari Kepda harus semakin menjadi objek penilaian(sistem insentif & disinsentif), pemeriksaan danpengawasan berlapis berbagai pihak (masyarakat, dunia usaha, pemerintah pusat).

    Daerah jelas memerlukan skema pembiayaan investasi non-APBD (swasta, KPBU)keterbatasan fiskal; sbg sumber pendanaan berkelanjutan; sbg upaya peningkatan efisiensi, akuntabilitas & layanan publik; dll

    Perlu Rencana Umum Penanaman Modal, RKPD yang mengatur perencaaan investasi non-APBD, pemahaman akan jenis resiko, alokasi resiko dan mitigasi resiko dalam KPBU, dll.

    3

    4

    5

  • Substansi

    Wilayah Jatim Wilayah Sumut Wilayah NTB Wilayah Kalbar Wilayah Sulsel DKI

    Jakar

    ta

    Prov. Sura

    baya

    Sido

    arjo

    Prov. Deli

    Serdang

    Toba

    sa

    Prov. Matara

    m

    Loteng Prov. Pontia

    nak

    Kubu

    Raya

    Prov. Makass

    ar

    Maros

    A. Penyelenggaraan OSS Pada PTSP

    A.1 Kesiapan Aparatur

    1. Mengajukan akun OSS (Hak Akses

    OSS)√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

    2. Memiliki Akun PTSP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

    3. Mengaktifkan dan Menggunakan

    Akun PTSP√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

    A.2 Deskripsi Layanan

    1. Memfasilitasi Pembuatan Akun

    Pemohon/Investor√ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ -

    2. Memfasilitasi Penerbitan NIB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -

    3. Memfasilitasi Penerbitan Izin

    Usaha√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -

    4. Memfasiliti Penerbitan Izin

    Komersial/Operasional - - - - - - - √ √ - - - √ √ √

    -

    (hanya

    SIUP)

    5. Memproses Pemenuhan

    Komitmen sesuai kewenangan- - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -

    6. Melakukan Post Audit terhadap

    Izin-Izin yang telah diterbitkan- - √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ √ √ -

  • Substansi

    Wilayah Jatim Wilayah Sumut Wilayah NTB Wilayah Kalbar Wilayah SulselDKI

    Jakar

    ta

    Prov. Surab

    aya

    Sido

    arjo

    Prov. Deli

    Serdang

    Tobas

    a

    Prov. Matara

    m

    Loteng Prov. Pontia

    nak

    Kubu

    Raya

    Prov. Makass

    ar

    Maros

    C. Permasalahan/Tantangan yang dihadapi

    1. Keterbatasan Pemahaman

    Aparatur terhadap regulasi OSS di

    daerah

    √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ - -

    2. Keterbatasan Pemahaman

    Aparatur terhadap regulasi sektoral

    (NSPK K/L terkait)

    - - - - - √ - - - - - - - √ - -

    3. Keterbatasan Pemahaman

    Aparatur dalam mengoperasikan OSS √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ - -

    4. Server OSS di Pusat sering

    bermasalah dan tidak dapat diakses - - - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ - -

    5. Kesulitan mengintegrasikan sistem

    perizinan daerah dengan OSS - √ - √ √ √ - √ - √ √ - √ √ - -

    6. Keterbatasan jaringan internet di

    daerah- - - - - √ - √ - - - - - - - -

    7. Belum adanya SOP Perizinan

    Berusaha yang sesuai dengan PP

    24/2018 di daerah

    √ √ - √ √ √ - √ - - - - - √ - √

    8. Proses perizinan/pemenuhan

    komitmen belum dilakukan di PTSP - - - - - - - - - - - - - - - -

    9. Lain-Lain:

  • Second

    DISHARMONI ATURANDisharmoni PP No.24/2018 denganUU Penanaman Modal, UU Pemda,dan UU Penataan Ruang.

    SUBSTANSI NSPK SEKTOR TIDAK MEMADAI

    NSPK Pariwisata: Ketentuan Pemenuhan Komitmen, prosedur, biaya dan persyaratan tidak lengkap

    NSPK TIDAK LENGKAPImplikasi pada variasi layanan.Daerah masih menggunakanperaturan yang tidak up to date

    Potensi Permasalahan:• Pengawasan komitmen tidak berjalan

    • Variasi pelayanan perizinan Lebih jauh, kepastian hukum dan kemudahan berusaha akan terkendala

  • 01

    02

    03

    04 Ketiadaan RDTR akan membuat penetapan lokasi (location tagging) tidak tepat dan potensial bermasalah dengan kesesuaian peruntukan

    Tidak semua daerah memiliki RDTR

    Pelayanan izin ber retribusi akan terhambat karena ketidakjelasan prosedur dan berpotensi pada tidak terbitnya izin .

    Ketiadaan fitur E-Payment

    Pemda masih menerima database perizinan yang belum terklasifikasi berdasarkan jenis izin. Implikasi: Pemda membutuhkan ktu lama untuk menggolonkan data izin seara manual

    Database perizinan masih belum terklasifikasi

    Daerah masih kesulitan dalam mengintegrasikan sistem layanan dengan OSS melalui SICANTIK

    Mayoritas Daerah masih kesulitan mengintegrasikan OOS

    Proses yang terhambat dikarenakan adanya kualifikasi atau persyaratan tertentu, seperti pada SIMBG mempersyaratkan persetujuan TABG untuk

    seluruh aplikasi bangunan.

    Tambahan prosedur di aplikasi K/L justru menghambat proses

    05

  • NIB sbg Syarat Izin

    Daerah sudah mempersyaratkan NIB untuk perizinan lainnya, termasuk untuk periizinan sektoral.Namun, fungsi NIB sebagaipengganti TDP belum diakuioleh perbankan di beberapadaerah.

    HelpDesk & Fasilitator

    HelpDesk dan fasilitator disediakan oleh Pemda untuk membantu pendaftaran NIB. Ini juga terjadi pada daerah yang belum mengintegrasikan OSS. Bagi pelaku usaha, keberadaan help desk sangat membantu proses pendaftaran NIB.

    Koordinasi untuk izin lokasi belum baik

    Belum optimalnya koordinasi antara DPMPTSP dan BPN berimplikasi pada tidak terlayaninya pemenuhan komitmen izin lokasi

    Pelayanan ubah Data Akta lama

    Adanya perubahan database KBLI ke versi 2017 berimplikasi pada perubahan akta pendirian usaha. Proses perubahan aktatersebut tidak memiliki standarterutama untuk waktu danbiaya, sehingga memakan waktu dan biaya.

  • Implementasi OTDA dlm UU No. 23 Tahun 2014

    Lemahnya koordinasiregional & vertikal

    “Egosentrisme”Kecilnya skala ekodan wil pelayanan

    Keterbatasan daerah melakukanpembangunan ekonomi & inefisiensi

    pelayanan publik

    Perlu adanya Kerja SamaAntar Daerah (KAD)

  • BIAYA MANFAAT

    Jika Biaya > Manfaat, Kerjasama dpt dilaksanakan

    manfaat dari keluaran

    aktivitas

    keluaran

    Manfaat langsung (Outcome)

    Atribut pemisah

    Dampak agregat dari banyak faktorManfaat tak langsung

    Ada banyak faktor kompleks yang ikut

    menentukan terciptanya dampak (impact)

    tertentu

    Potensi & Masalah

    Cth. Analisa Biaya & Manfaatdari Rantai Dampak KSD

  • Inisiasi antardaerah untuk bekerjasama

    Pembentukan Kerjasama Daerah

    (Lembaga Pengelola)

    Pelibatan Dunia Usaha

    Matchmaking Kebutuhan Dunia Usaha (Kurikulum)

    Pengelola:Unsur Profesional

    (Non-PNS)

    Kepemilikan:1. Pemda2. Swasta

    BLK BLK BLK

    SaluranDistribusi Lulusan BLK ke Pasar

    Industri & Perusahaan

  • 1. UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemda membawa pendulum baru dalam pola relasi Pusat-

    Daerah [upward-accountability, sanksi & fasilitasi] maupun bobot otonomi level Kabupaten/Kota

    [mengecil] & Propinsi [membesar].

    2. Delay pada penjabaran regulasi dan persiapan operasional kebingungan eksekusi kebijakan

    terjadi daerah. Tenggat akhir 31 September 2016 bagi penyusunan peraturan perundang2an

    [pasal 410], namun hingga saat ini masih belum semua PP diterbitkan.

    3. Tantangan kita ke depan adalah membangun otonomi yang efektif dan akuntabel. Untuk

    itu, gap antara otoritas dengan kapasitas dan integritas harus dijembetani, pola relasi

    Pusat-daerah ditata dan diperkuat sesuai kerangka regulasi yang mendasarinya.

    4. Jalannya ke depan tidak selalu menarik/memperkecil otoritas daerah. Namun memperkuat

    kapasitas & integritas pemda melalui perpaduan kerja fasilitasi, supervisi dan sanksi.

  • Permata Kuningan, 10th floorJl. Kuningan Mulia 9C Guntur SetiabudiJakarta 12980

    Phone : 62-21-8378 0642/53Fax : 62-21-8378 0643Home Page : Http://www.kppod.orgE-mail : [email protected]

    http://www.kppod.org/mailto:[email protected]