Robert Na Endi Jaweng - ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id · perbaikan iklim usaha dan peningkatan...
Transcript of Robert Na Endi Jaweng - ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id · perbaikan iklim usaha dan peningkatan...
-
KOMITE PEMANTAUAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Robert Na Endi Jaweng
Direktur Eksekutif KPPOD
-
II. RPJMN 2010-2014Memantapkan penataan kembali Indonesia di segala
bidang dengan menekankan upaya peningkatankualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan
ilmu dan teknologi serta penguatan daya saingperekonomian. III. RPJMN 2015-2019
Memantapkan pembangunan secaramenyeluruh di berbagai bidang denganmenekankan pencapaian daya saingkompetitif perekonomian berlandaskankeunggulan sumber daya alam dan sumberdaya manusia berkualitas serta kemampuanIPTEK yang terus meningkat..
IV. RPJMN 2020-2024Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmurmelalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankanterbangunnya struktur perekonomianyang kokoh berlandaskan keunggulankompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas danberdaya saing..
I. RPJMN 2005-2009
Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan
Indonesia yang aman dan damai, yang adil dandemokratis dan yang tingkat kesejahteraan
rakyatnya meningkat..
Indonesia Mandiri, Maju, Adil & Makmur
Visi Pembangunan 2005-2025: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang Nasionaldiupayakan secara bertahap melalui 4 tahapan RPJMN,
termasuk RPJMN 2020-2024 (5 Thn).
-
KERANGKA PEMBANGUNAN
2020-2024Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetititf di berbagai wilayah
yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing
Berdaulat, Maju, Adil Dan MakmurVISI 2045
Kondisi Investasi Kondisi SDA
2020-2024
Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil dan BerkesinambunganTEMA
Pengarusutamaan
Kaidah Pembangunan: Membangun Kemandirian Menjaga KeberlanjutanMenjamin Keadilan
Kerentanan
Bencana
Tata Kelola
(Governance)
Kesetaraan
GenderPerubahan
IklimModal Sosial Budaya
Pariwisata, Ekonomi Kreatif
dan Digital
PEMBANGUNAN
MANUSIA
PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN
PEMBANGUNAN
EKONOMI
Pelayanan Dasar danPerlindungan Sosial
Pangan Sentra-Sentra
Pertumbuhan
SDM Berkualitas danBerdaya Saing
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
Transportasi
Telekomunikasi
Hukum dan Regulasi
Pertahanan & Keamanan
Politik
1
2
1
Energi2
3
Industri Manufaktur4
Komoditas/Potensi Unggulan Daerah
Pertumbuhan Desa & Perkotaan
1
2
3
1
2
1
2
3
Kelautan dan Kemaritiman 5
Sumber Daya Air3
Perumahan dan Pemukiman
4
PEMBANGUNAN POLITIK,HUKUM & HANKAM
Pembangunan Karakter3
Tantangan Pembangunan:
-
DesentralisasiEkonomi (Pasar)
Desentralisasi Fiskal
DesentralisasiAdministrasi Desentralisasi Politik
Em
pa
t D
ime
nsi
De
se
ntr
ali
sa
si
Empat dimensi seolah terpisah, karakter desent berganti seiring perubahan UU, kontribusi ke Des Ekonomi belum signifikan.
Penyerahan kewenangan & tanggung jawab atas sejumlah urusan dari pemerintah pusat kpd DO, instansi vertikal (IV) maupun lembaga parastatal:Tipe Devolusi, Tipe Dekonsentrasi, Tipe Delegasi.
Terbukanya struktur kesempatan bagi rakyat (partisipasi & representasi) dlm pengelolaan kebijakan publik & pemilihan pejabat publik.
Pelimpahan kewenangan & tanggung jawab dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah perihal sumber-sumber penerimaan & pembelanjaan.
Peran fasilitasi Pemerintah bagi bekerjanya pelaku pasar, serta beralihnya pengelolaan ekonomi kpd sektor swasta (kolaborasi, privatisasi, dst).
Kewenangan mengatur & mengurus sektor ekonomi diserahkan ke Pemda.
-
Portofolio tampak kurang berpola:bercampur antara pelaksanaan urusanpemerintahan dengan fungsikoordinasi dan pembinaan.
Tusi masih beraroma pemerintahan umum masa
lalu sbg pranata ygmelaksanakan urusan
tampung tantra.
01Penyelenggaraan Dekon, TP & KSD
02
Penataan Wilayah Admin, Kawasan, Perkotaan dan BN.
04
Penanggulangan Bencana dan
Kebakaran
03
Pelaksanaan Tugas Satpol PP
& Linmas
-
1. Menghadirkan kembali Negara utk melindungi segenap bangsa &memberikan rasa aman kpd seluruh warga negara;
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratisdan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dgn memperkuat daerah & desa dlmkerangka NKRI
NAWA CITA
Mampu menjadi poros jalannya pemerintahan dan politik dalam negeri, meningkatkan pelayanam publik, menegakan demokrasi dan menjaga integrasi bangsa:.
VISI KEMENDAGRI
Kerukunan nasional, hubungan pusat-daerah,....pemerintahan yg baik.
7 MISI, 7 PROGRAM & 6 KEGIATANDITJEN BINA ADMINSTRASI KEWILAYAHAN
-
Pembagian Urusan Pemerintahan sbg Perwujudan Hubngn Pusat-Daerah
Prinsip Hubungan Pusat-Daerah (Kewenangan)
0102
03
04
Organ-organ negara hanya berkedudukan di ibukota [nasional]; organ-organ pemerintahan berkedudukan di tingkat nasional dan– secara hirarkis berada di bawah Presiden--juga berada di daerah.
Dalam operasi manajemen pemerintahan, hubungan wewenang ini diwujudkan lewat koordinasi, pembinaan, pengawasan & kerjasama.
Sbg organisasi, suatu negara [khususnya negara
unitaris] memiliki 2 rumpun organ: organ-organ
negara & organ-organ pemerintahan.
.
Sentralisasi dan desentralisasi pada dasarnya ditandai oleh karakter hubungan wewenang, distribusi
urusan, materi urusan, dan pengawasan pemerintahan.
-
Rekognisi: otonomimandat Konstitusi [Psl 18
UUD 45 Amandemen]..
Desentralisasi: kamar urusan yang diserahkan ke daerah diambil dari kamar
eksekutif (Presiden), sementara proses penyerahan urusan dilakukan bersama DPR
& Presiden melalui pembentukan UU..
Ini utk pertama kalinya UU Pemda--yakni UU No.23/2014--membukahalaman awal dgn penegasaneksplisit kekuasaan Presiden..
Positif: implikasi dlm manajemenpemerintahan adalah dapat tegaknyaupward-accountability dan disiplin hirarki pemerintahan, mendorongmanajemen pemerintahan yang efektif dan hubungan pusat-daerahyang sinerjis.
Presiden: Pemegang Kuasa& Tanggung Jawab AkhirPemerintahan
-
Namun, harus diakui, sebagian hasil koordinasi berupa sinerji dan integrasi antar level pemerintahan bisa kita peroleh, pada sisi lain kita belum benar-benar bisa mendapatakan format relasi yang pas, fungsional dan sesuai kerangka regulasi yang mendasarinya.
Sepanjang perjalanan desentralisasi/otda di era reformasi, pola hubungan Pusat dan daerah cenderung berubah, bahkan ditandai pasang-surut & babak baru seturut pergantian aturan (UU Pemda).
START
“Yang saya jumpai ada waduk tidak ada irigasi bertahun-tahun, ada
pelabuhan tidak ada jalan. Artinya tidak terkonsolidasikan dengan baik, tak ada sinerji antara pusat, provinsi,
kabupaten dan kota”
[Presiden Joko Widodo, PidatoPembukaan Musrenbangnas,
26/04/2017].
-
GUBERNUR: KDH, WPP,
PENYELENGGARA PUM
Mendukung ArahKebijakan
Pembangunan Nasional
Mewujudkan SinergiPembangunan Pusat Daerah:
Koordinasi Antara K/L (Instansi Vertikal) Dengan Provinsi Maupun
Kabupaten/Kota
Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Kabupaten/Kota
Di Wilayahnya
Menjadi Stimulator Dan Katalisator Pembangunan Kabupaten/Kota Di
Wilayahnya
-
Fragmentasi pemerintahan: Pendekatan sektoral masih cenderung kuat di Pusat, dan terdapat disharmoni antar KL. Fragmentasi di Pusat ini kemudian turun ke daerah (masing2 KL hadir sendiri-sendiri di daerah), juga antara daerah (cth: dana desentralisasi) dengan Pusat (dana dekonsentrasi) tak selalau sinerjis.
Disfungsi gubernur: Jalur komunikasi & garis komando dg Kab/Kota maupun Instansi Vertikal kabur. Konsep Propinsi sbg intermediate government justru menjadi the missing-link.
Konstruksi perwilayahan & desain pemerintahan
(kewenangan, kelembagaan, anggaran, personalia) UU 23/2014
Faktor politik yang ditandai asimetri politik lokal UU No.10/2016
Kepemimpinan lemah dan sumbatan dlm komunikasi politik RUU Etika Pemerintahan,
-
Sinerji antara KL di Pusat dibenahi terlebih dahulu. Koordinasi kebijakan (perencanaan, penganggaran) dan koordinasi implementasi (program dan kinerja) mesti diperbaiki.
Secara vertikal, Pusat mengatakan wibawa otoritasnya secara demokratik ke daerah, membangun komunikasi pemerintahan, menegaskan etika pemerintahan/penyelenggaran negara, serta memperkuat kedudukan dan kapasitas Gubernur sbg Wpp.
“Otonomi memang meniscayakanberkurangnya sentralisme dan sentralisasi yang ada selama ini. Namun, otonomi tersebut jelas tak bisa ditegakkan tanpa wibawa otoritas Pusat lewat pelaksanaan peran korbinwas”(Modanya telah diatur UU No.23/2014:
larangan, kewajiban, sanksi, juga fasilitasi)
-
Perizinan Usaha
Program Pengembangan Usaha utk Swasta (PPUS)
Interaksi Pemda dengan Pelaku Usaha
Infrastruktur
Biaya Transaksi
Ketenagakerjaan
Akses dan Kepastian Hukum Atas Lahan
Keamanan dan Penyelesaian Konflik
Kualitas Perda
Kapasitas dan IntegritasKepala Daerah
20.66
17.86
17.20
15.14
9.14
7.08
5.27
3.95
2.14
1.56
Tem
uan U
tam
a (
Surv
ei 2016) • Dalam perolehan indeks secara umum, Kota Pontianak menempati peringkat
pertama. Sebaliknya, Kota Medan berada pada peringkat yang paling rendah.
• Sebagian daerah di wilayah Indonesia bagian timur menunjukan capaian
kinerja TKED yang relatif tinggi Gorontalo (2), Palu (5), Makassar (6),
Kendari (8), Manado (9), dan Ambon (10).
• Dilihat dari jumlah penduduk atau luas wilayah, kota-kota berukuran sedang
memiliki indeks TKED yang baik.
• Kota-kota yang memiliki nilai PRDB berskala sedang/menengah menempati
indeks kinerja tertinggi.
45.99
48.43
48.91
51.73
53.06
54.16
54.73
55.33
56.80
56.86
58.04
60.18
60.94
61.35
61.48
63.29
63.96
64.44
64.53
64.93
65.40
66.67
67.99
68.46
70.70
71.13
71.93
72.67
73.12
74.82
78.61
78.76
79.29
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
Medan
Jambi
Lampung
Serang
Pekanbaru
Surabaya
Jayapura
Mataram
Palangkaraya
Sofifi/Tidore Kep.
Denpasar
Tanjung Pinang
Bengkulu
Palembang
Yogyakarta
Rata-rata nasional
Padang
Bandung
Banjarmasin
Mamuju
Manokwari
Kupang
Pangkal Pinang
Ambon
Manado
Kendari
Banda Aceh
Makassar
Palu
Samarinda
Semarang
Gorontalo
Pontianak
Sumber: KPPOD, 2017
-
Tata Kelola mulai dilihat sebagai instrumen untuk membangun daya saing daerahdan pembentukan iklim investasi yang kondusif. Daerah2 Indonesia Timur dgn skalaekonomi sedang/menengah mulai mengejar ketertinggalan dari Indonesia Barat dan Kota2 besar/maju melalui perbaikan Tata Kelola.
Perluasan reformasi masih harus ditingkatkan untuk mengejar ketimpangan antarwilayah melalui kerangka kebijakan (Perencanaan, Penganggaran, dan Program Kegiatan) yang lebih terfokus pada agenda perbaikan Tata Kelola Ekonomi.
Tiga besar masalah utama Tata Kelola di daerah (Perizinan Usaha, Program PengembanganUsaha Swasta, dan Interaksi Pemda dgn Pelaku Usaha) menunjukkan bahwa intervensiperbaikan iklim usaha dan peningkatan daya saing daerah relatif berada di dalam kontrolPemda.
Respon perbaikan Tata Kelola harus berlandaskan strategi fokus pada ketiga masalah utamadi atas, memastikan relevansi kebijakan dan keberpihakan kepada usaha berskala mikro-kecil-menengah, serta mendorong semakin terbukanya ruang pengambilan kebijakan yang berbasis kepada kebutuhan layanan usaha yang krusial dalam peningkatan produktivitas.
1
2
-
Kualitas belanja dan program Pemda wajib diawasi lebihketat dan terukur (melaluipengukuran kinerja dantransfer berbasis pencapaiantarget) oleh Pemerintah Pusat
Meskipun Pemerintah Pusatmemprioritaskan pembangunaninfrastruktur, di daerahketersediaan dan kualitasinfrastruktur Jalan dan LampuPenerangan masih dianggaphambatan utama berbisnis.
Peran kepemimpinan(Kapasitas & IntegritasKepda) menentukanefektivitas kerja birokrasi daninovasi pelaksanaan Tata Kelola Ekonomi di Daerah
Penataan dari hulu (politik, kaderisasi partai danpilkada) harus menjadi agenda kebijakan prioritasPemerintah Pusat. Dlm kerangka sistempemerintahan, akuntabilitas prosedural dan kinerjadari Kepda harus semakin menjadi objek penilaian(sistem insentif & disinsentif), pemeriksaan danpengawasan berlapis berbagai pihak (masyarakat, dunia usaha, pemerintah pusat).
Daerah jelas memerlukan skema pembiayaan investasi non-APBD (swasta, KPBU)keterbatasan fiskal; sbg sumber pendanaan berkelanjutan; sbg upaya peningkatan efisiensi, akuntabilitas & layanan publik; dll
Perlu Rencana Umum Penanaman Modal, RKPD yang mengatur perencaaan investasi non-APBD, pemahaman akan jenis resiko, alokasi resiko dan mitigasi resiko dalam KPBU, dll.
3
4
5
-
Substansi
Wilayah Jatim Wilayah Sumut Wilayah NTB Wilayah Kalbar Wilayah Sulsel DKI
Jakar
ta
Prov. Sura
baya
Sido
arjo
Prov. Deli
Serdang
Toba
sa
Prov. Matara
m
Loteng Prov. Pontia
nak
Kubu
Raya
Prov. Makass
ar
Maros
A. Penyelenggaraan OSS Pada PTSP
A.1 Kesiapan Aparatur
1. Mengajukan akun OSS (Hak Akses
OSS)√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Memiliki Akun PTSP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Mengaktifkan dan Menggunakan
Akun PTSP√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
A.2 Deskripsi Layanan
1. Memfasilitasi Pembuatan Akun
Pemohon/Investor√ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ -
2. Memfasilitasi Penerbitan NIB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
3. Memfasilitasi Penerbitan Izin
Usaha√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
4. Memfasiliti Penerbitan Izin
Komersial/Operasional - - - - - - - √ √ - - - √ √ √
-
(hanya
SIUP)
5. Memproses Pemenuhan
Komitmen sesuai kewenangan- - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
6. Melakukan Post Audit terhadap
Izin-Izin yang telah diterbitkan- - √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ √ √ -
-
Substansi
Wilayah Jatim Wilayah Sumut Wilayah NTB Wilayah Kalbar Wilayah SulselDKI
Jakar
ta
Prov. Surab
aya
Sido
arjo
Prov. Deli
Serdang
Tobas
a
Prov. Matara
m
Loteng Prov. Pontia
nak
Kubu
Raya
Prov. Makass
ar
Maros
C. Permasalahan/Tantangan yang dihadapi
1. Keterbatasan Pemahaman
Aparatur terhadap regulasi OSS di
daerah
√ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ - -
2. Keterbatasan Pemahaman
Aparatur terhadap regulasi sektoral
(NSPK K/L terkait)
- - - - - √ - - - - - - - √ - -
3. Keterbatasan Pemahaman
Aparatur dalam mengoperasikan OSS √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ - -
4. Server OSS di Pusat sering
bermasalah dan tidak dapat diakses - - - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ - -
5. Kesulitan mengintegrasikan sistem
perizinan daerah dengan OSS - √ - √ √ √ - √ - √ √ - √ √ - -
6. Keterbatasan jaringan internet di
daerah- - - - - √ - √ - - - - - - - -
7. Belum adanya SOP Perizinan
Berusaha yang sesuai dengan PP
24/2018 di daerah
√ √ - √ √ √ - √ - - - - - √ - √
8. Proses perizinan/pemenuhan
komitmen belum dilakukan di PTSP - - - - - - - - - - - - - - - -
9. Lain-Lain:
-
Second
DISHARMONI ATURANDisharmoni PP No.24/2018 denganUU Penanaman Modal, UU Pemda,dan UU Penataan Ruang.
SUBSTANSI NSPK SEKTOR TIDAK MEMADAI
NSPK Pariwisata: Ketentuan Pemenuhan Komitmen, prosedur, biaya dan persyaratan tidak lengkap
NSPK TIDAK LENGKAPImplikasi pada variasi layanan.Daerah masih menggunakanperaturan yang tidak up to date
Potensi Permasalahan:• Pengawasan komitmen tidak berjalan
• Variasi pelayanan perizinan Lebih jauh, kepastian hukum dan kemudahan berusaha akan terkendala
-
01
02
03
04 Ketiadaan RDTR akan membuat penetapan lokasi (location tagging) tidak tepat dan potensial bermasalah dengan kesesuaian peruntukan
Tidak semua daerah memiliki RDTR
Pelayanan izin ber retribusi akan terhambat karena ketidakjelasan prosedur dan berpotensi pada tidak terbitnya izin .
Ketiadaan fitur E-Payment
Pemda masih menerima database perizinan yang belum terklasifikasi berdasarkan jenis izin. Implikasi: Pemda membutuhkan ktu lama untuk menggolonkan data izin seara manual
Database perizinan masih belum terklasifikasi
Daerah masih kesulitan dalam mengintegrasikan sistem layanan dengan OSS melalui SICANTIK
Mayoritas Daerah masih kesulitan mengintegrasikan OOS
Proses yang terhambat dikarenakan adanya kualifikasi atau persyaratan tertentu, seperti pada SIMBG mempersyaratkan persetujuan TABG untuk
seluruh aplikasi bangunan.
Tambahan prosedur di aplikasi K/L justru menghambat proses
05
-
NIB sbg Syarat Izin
Daerah sudah mempersyaratkan NIB untuk perizinan lainnya, termasuk untuk periizinan sektoral.Namun, fungsi NIB sebagaipengganti TDP belum diakuioleh perbankan di beberapadaerah.
HelpDesk & Fasilitator
HelpDesk dan fasilitator disediakan oleh Pemda untuk membantu pendaftaran NIB. Ini juga terjadi pada daerah yang belum mengintegrasikan OSS. Bagi pelaku usaha, keberadaan help desk sangat membantu proses pendaftaran NIB.
Koordinasi untuk izin lokasi belum baik
Belum optimalnya koordinasi antara DPMPTSP dan BPN berimplikasi pada tidak terlayaninya pemenuhan komitmen izin lokasi
Pelayanan ubah Data Akta lama
Adanya perubahan database KBLI ke versi 2017 berimplikasi pada perubahan akta pendirian usaha. Proses perubahan aktatersebut tidak memiliki standarterutama untuk waktu danbiaya, sehingga memakan waktu dan biaya.
-
Implementasi OTDA dlm UU No. 23 Tahun 2014
Lemahnya koordinasiregional & vertikal
“Egosentrisme”Kecilnya skala ekodan wil pelayanan
Keterbatasan daerah melakukanpembangunan ekonomi & inefisiensi
pelayanan publik
Perlu adanya Kerja SamaAntar Daerah (KAD)
-
BIAYA MANFAAT
Jika Biaya > Manfaat, Kerjasama dpt dilaksanakan
manfaat dari keluaran
aktivitas
keluaran
Manfaat langsung (Outcome)
Atribut pemisah
Dampak agregat dari banyak faktorManfaat tak langsung
Ada banyak faktor kompleks yang ikut
menentukan terciptanya dampak (impact)
tertentu
Potensi & Masalah
Cth. Analisa Biaya & Manfaatdari Rantai Dampak KSD
-
Inisiasi antardaerah untuk bekerjasama
Pembentukan Kerjasama Daerah
(Lembaga Pengelola)
Pelibatan Dunia Usaha
Matchmaking Kebutuhan Dunia Usaha (Kurikulum)
Pengelola:Unsur Profesional
(Non-PNS)
Kepemilikan:1. Pemda2. Swasta
BLK BLK BLK
SaluranDistribusi Lulusan BLK ke Pasar
Industri & Perusahaan
-
1. UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemda membawa pendulum baru dalam pola relasi Pusat-
Daerah [upward-accountability, sanksi & fasilitasi] maupun bobot otonomi level Kabupaten/Kota
[mengecil] & Propinsi [membesar].
2. Delay pada penjabaran regulasi dan persiapan operasional kebingungan eksekusi kebijakan
terjadi daerah. Tenggat akhir 31 September 2016 bagi penyusunan peraturan perundang2an
[pasal 410], namun hingga saat ini masih belum semua PP diterbitkan.
3. Tantangan kita ke depan adalah membangun otonomi yang efektif dan akuntabel. Untuk
itu, gap antara otoritas dengan kapasitas dan integritas harus dijembetani, pola relasi
Pusat-daerah ditata dan diperkuat sesuai kerangka regulasi yang mendasarinya.
4. Jalannya ke depan tidak selalu menarik/memperkecil otoritas daerah. Namun memperkuat
kapasitas & integritas pemda melalui perpaduan kerja fasilitasi, supervisi dan sanksi.
-
Permata Kuningan, 10th floorJl. Kuningan Mulia 9C Guntur SetiabudiJakarta 12980
Phone : 62-21-8378 0642/53Fax : 62-21-8378 0643Home Page : Http://www.kppod.orgE-mail : [email protected]
http://www.kppod.org/mailto:[email protected]