RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

16
RESUSITASI RESUSITASI JANTUNG PARU JANTUNG PARU Kelompok I II

Transcript of RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

Page 1: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

RESUSITASI RESUSITASI

JANTUNG PARUJANTUNG PARU

Kelompok III

Page 2: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

LAPORAN KASUS

0 Seorang laki-laki jatuh dari motor dibawa ke Unit Gawat Darurat.

Sampai di UGD penderita unresponsiveness dan tidak bernapas.

Tindakan dokter UGD ?

Page 3: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

ANAMNESIS

0 Anamnesis yang dilakukan adalah allo anamnesis dikarenakan pasien / korban tidak sadar. Anamnesisnya :

1. Kapan kejadian nya ?

2. Bagaimana penanganan kecelakaan ditempat kejadian ?

3. Apakah korban memakai helm dan jaket ?

4. Bagaimana posisi korban saat kecelakaan ?

Page 4: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

HIPOTESIS

No. Masalah Hipotesis

1.

Tidak ada

respon

Trauma formasioretikularis, yaitu trauma padapusat kesadaran.

Formasio retikularis ini terdapat pada batang otak. Trauma pada

struktur ini akan menyebabkan impuls yang continue terputus dan

menyebabkan kehilangan kesadaran.

Shock hipovolemik, pada KLL dapat terjadi perdarahan akibat

luka terbuka ataupun luka tertutup dengan perdarahan di dalam

tubuh. Bila perdarahan dalam tubuh bersifat massif dapat terjadi

kehilangan sejumlah darah yang menyebabkan pasien shock dan

kehilangan kesadaran akibat perfusi oksigen ke otak kurang.

Page 5: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

2.

Tidak

bernapas

Perdarahan otak (hematom), yaitu perdarahan akibat benturan

pada kepala yang biasanyadisebabkan oleh KLL. Perdarahan yang

massif pada kepala dapat menyebabkan penekanan jaringan otak

seperti formasio retikularis yang dapat menyebabkan hilangnya

kesadaran ataupun penekanan pada medulla oblongata yang

lesinya menyebabkan pasien tidak bernapas spontan.

Perdarahannya bisa menyebabkan:

Penekanan MO dan formasio retikularis

Perdarahan subaraknoid

Perdarahan epidural/subdural

Hernia batang otak

Fraktur cervical, yaitu akibat trauma pada tulang leher dan

menyebabkan cidera tulang cervical. Pada kondisi ini seringkali

tulang akan menusuk pusat pernapasan di medulla oblongata

sehingga pasien tidak bisa bernapas spontan.

Sumbatan jalan napas, yaitu tersumbatnya jalan napas sehingga

menghalangi pernapasan spontan.

Sumbatan bisa berupa:

Lidah yang jatuh ke belakang dan penutupi jalan napas

Darah yang menggumpal

Muntahan

Makanan

Benda-benda yang teraspirasi

Page 6: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

TINDAKAN KEDARURATAN

Page 7: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

TINDAKAN KEDARURATAN

Page 8: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

PEMERIKSAAN FISIK Cek respons pasien

1. Inspeksi.

2. Konversasi.

3. Nyeri

Pada pasien ini tidak didapatkan adanya jawaban dengan rangsangan ketiga

tersebut. Sehingga pasien dikatakan tidak berespons atau koma

Cek GCS (Glasgow Coma Scale)

1. membuka mata

2. respons verbal (bicara)

3. respons motorik (gerakan)

Pada pasien ini nilai GCS ada dalam skala yang terendah yaitu 3 dan bisa diartikan koma dengan keterangan: tidak didapatkan respons membuka mata, bicara, dan gerakan

Page 9: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Umum

Segera periksa dan beri tindakan untuk mencegah atau mengatasi 5H, yaitu:

Hipoksia otak, Hipotensi, Hipoglikemia, Hipotermia, dan Herniasi di otak.

Pemeriksaan harus mencakup:

a. Tanda vital. Periksa jalan nafas, keadaan respirasi dan sirkulasi. Jika ada

sumbatan, bebaskan jalan nafas dari sumbatan tersebut. Respirasi

dapat dilakukan dengan lihat gerakan nafas pada dada atau perut,

dengarkan suara nafas, dan rasakan hembusan nafas. Sirkulasi

diperiksa dengan meraba A. carotis pada leher pasien

b. Kulit. Perhatikan tanda trauma seperti lebam di leher pada trauma

servical dan perdarahan

c. Kepala. Perhatikan tanda trauma, hematoma di kulit kepala, hematoma

di sekitar mata, perdarahan di liang telinga dan hidung

d. Thorax, jantung, paru, abdomen dan ekstremitas

Page 10: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

Pemeriksaan Penunjang

1. RONTGEN

2. Pemeriksaan darah

Page 11: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

PENATALAKSANAAN

G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara terus menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.

H (Head) : Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistim saraf dari kerusakan yang lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat dicegah terjadinya kelainan neurologic yang permanen.

H (Hipothermi) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan fungsi susunan saraf pusat yaitu pada suhu 30– 32O C.

H (Humanization): Harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah manusia yang memiliki perasaan,karena itu semua tindakan hendaknya brdasarkan perikemanusiaan.

I (Intensive care) : Perawatan intensive di ICU yaitu tunjangan ventilasi, trakeostomo, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran PH, pCO2 bila diperlukan dan tunjangan sirkulasi, mengendalikan kejang.

Page 12: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

PASCA RESUSITASI

1. Melakukan pengkajian berdasarkan ABCD sekunder

2. Airway Jalan napas Mempertahankan jalan napas. Memastikan letak ETT dengan pemeriksaan fisik (auskultasi paru kanan-kiri, lambung)

pemantauan end tidal CO2 dan rontgen foto torak.

3. Breathing (bantuan napas) Memberikan oksigen Memberikan tekanan positif seperti bantuan ventilasi dengan bagging atau ventilasi mekanik Periksa perkembangan dada Periksa saturasi oksigen (pulse oksimetri) dan analisa gas darah (AGD) Pada pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan ventilasi mekanik, maka harus

diberikan obat pelemas otot dan sedasi. Periksa kemungkinan terjadinya komplikasi seperti pneumotoraks, patah tulang iga dan letak

ETT yang salah.

Page 13: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

PASCA RESUSITASI4. Circulation (sirkulasi)

Periksa tanda-tanda vital pasien Berikan cairan NaCl atau dekstrosa dapat diberikan apabila pasien mempunyai riwayat hipoglikemia Pemantauan EKG dan tekanan darah Pemantauan produksi urine Jika pada saat henti jantung dengan irama VF pasien belum mendapat anti aritmia maka obat anti aritmia dapat

diberikan secara bolus kemudian dilanjutkan dengan pernberian dosis pemeliharaan. Apabila anti aritmia sudah diberikan pada saat resusitasi maka pemberian anti aritmia tersebut dilanjutkan

dengan dosis pemeliharan.

5. Diagnosis Banding

Penyebab henti jantung dapat diketahui dengan cara melakukan : Pemeriksaan rontgen foto toraks Anamnesis ulang Pemeriksaan fisik Perekaman EKG 12 lead Pemeriksaan elektrolit darah

.

6. Tindakan lain Memasang nasogastric tube (NGT) Memasang kateter urine Mengatasi secara cepat gangguan keseimbangan elektrolit

Page 14: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

KOMPLIKASI

Komplikasi dari RJP adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia.

Page 15: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7

KESIMPULANResusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni : bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup lanjut / BHL Usaha Bantuan Hidup Dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Bantuan hidup lanjut dengan pemberian obat-obatan untuk memperpanjang hidup Resusitasi dilakukan pada : infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”, serangan Adams-Stokes, Hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan, sengatan listrik, refleks vagal, serta kecelakaan lain yang masih memberikan peluang untuk hidup. Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium terminal suatu yang tak dapat disembuhkan.

Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya pada kegawatan kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup, untuk itu perlu pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya.

Page 16: RJP KELOMPOK 3 MAKALAH 7