SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/8476/1/Gustina Rizki Fadila... · 2019. 11. 29. · ABSTRAK...
Transcript of SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/8476/1/Gustina Rizki Fadila... · 2019. 11. 29. · ABSTRAK...
-
KINERJA PENGURUS BIDANG PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SANTRI
(STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IN
SOBOGUNO)
SKRIPSI
DiajukanKepada
Institut Agama Islam NegeriPonorogo
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan
DalamMenyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Agama Islam
OLEH
GUSTINA RIZKI FADILA
NIM: 210315227
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
SEPTEMBER 2019
-
ABSTRAK
Fadila, Gustina Rizki. 2019. Kinerja Pengurus Bidang Pendidikan dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi’in Soboguno. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo. Pembimbing, Dr. Harjali, M.Pd.
Kata Kunci:Kinerja, Pengurus Bidang Pendidikan, Disiplin Santri
Upaya yang dilakukan dalam menciptakan kondisi pondok pesantren yang
kondusif, aman, dan tertib, maka setiap pondok pesantren memiliki peraturan atau
tata tertib untuk mengatur segala kegiatan yang ada di pondok. Bagi yang
melanggar akan mendapatkan sanksi dari pihak pengurus. Hal tersebut dilakukan
untuk mendisiplinkan santri. Namun kenyataan yang terjadi di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi’in Soboguno Ponorogo walaupun sudah terdapat peraturan dan
sanksi masih terdapat santri yang melanggar peraturan tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui strategi
Pondok Pesantren dalam meningkatkan kedisiplinan santri, (2) Untuk mengetahui
kinerja pengurus bidang pendidikan dalam meningkatkan kedisiplinan santri di
pondok pesantren hidayatul mubtadi’in soboguno, (3) Untuk mengetahui faktor apa
saja yang mendukung dan menghambat kinerja pengurus bidang pendidikan dalam
meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren hidayatul mubtadi’in
soboguno.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan
datanya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisisnya
melalui tahapan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini, adalah: (1) strategi pondok pesantren meningkatkan
kedisiplinan dengan membuat aturan-aturan atau tata tertib yang harus ditaati oleh
seluruh santri, selain itu dalam membuat peraturan atau tata tertib di Pondok
Pesantren Soboguno sangat mempertimbangkan dari perilaku santri dengan
melakukan rapat dengan seluruh pengurus Pondok Pesantren Soboguno. (2) Kinerja
pengurus bidang pendidikan dalam meningkatkan kedisiplinan santri dengan
-
menindak lanjuti kembali peraturan-peraturan guna mendisiplinkan santri dan
menambah hafalan bacaan doa yaitu seperti, menghafal surat Al-Waqi’ah, Yassin,
Juz 30, dan juga menghafal bacaan tahlil beserta do’anya. (3) faktor penghambat
dan faktor pendukung dalam meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren
hidayatul mubtadi’in soboguno yaitu, dari faktor penghambatnya kurangnya
kesadaran diri pada santri, ekonomi keluarga yang rendah, kinerja pengurus yang
kurang optimal, sedangkan faktor pendukung yaitu, keterlibatan seorang kyai pada
setiap kegiatan dan sarana prasarana yang lengkap.
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha untuk membantu seseorang yang pada
umumnya belumdewasa untuk mencapai kedewasaan. Dengan demikian
pendidikan itu adalah suatu prosessuatu interaksi antar manusia. Oleh karena
merupakan suatu proses antar manusia, makapendidikan berlangsung pada
suatu ranah hubungan antar manusia atau yang biasa disebutsebagai
pergaulan.1
Pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Ssdiknas, pasal 1 ayat (1), yaitu “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.”2
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan
anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, disamping
ketrampilan-ketrampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab
1 Imam barnadib, Beberapa Aspek Subtansi Ilmu Pendidikan(Yogyakarta; Andi. 1996), 48. 2 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006). 7
-
memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional,
maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi masing-masing.3
Dengan demikian, anak harus dididik supaya hidup dengan cara-cara
yang sehat dan bersih, memiliki kesehatan fisik,mencapai perkembangan
intelektual yang maksimal. Selain itu kepribadiannya terbentuk dengan wajar,
yang mencerminkan sifat kejujuran, kebenaran, kedisiplinan, tanggungjawab,
nilai moral, sosial, dan sifat-sifat lainnya supaya dapat menjadi anggota
masyarakat. Jadi pendidikan sangatlah kuat kedudukannya didalam
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan memiliki budi pekerti yang
baik.
Dari penjelasan diatas menjadi lebih penting karena pada
kenyataannya masih sering peserta didik ataupun santri yang perilakunya
bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik. Semua ini tidak lain
adalah berangkat dari pribadi yang kurang disiplin. Akan tetapi, tentang siapa
yang bertanggung jawab atas peserta didik atau santri nampaknya sering
dipertanyakan. Namun tidak ada yang meragukan bahwa kepala madrasah,
pengasuh pondok pesantren, ataupun pengurus pondok pesantren, memikul
tanggung atas madrasah atau pondok pesantren.
3 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007).47
-
Berdasarkan hal diatas, pendidikan yang dijadikan salah satu alat
untuk membentuk pribadi manusia sangatlah perlu dimasuki tentang
kedisiplinan, karena kedisplinan merupakan pengaruh yang dirancang untuk
membantu seseorang untuk mampu menghadapi lingkungan. Kedisiplinan
tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan
keinginan seseorang untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan
pembatasan lingkungan terhadap dirinya.4
Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di tanah air yang sudah
ada sejak Indonesia belum merdeka. Istilah pesantren berasal dari kata santri
mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal para
santri. Pemakaian kata pesantren untuk menemai lembaga pengajaran agama
ini terkait erat dengan proses pengembangan agama Islam di Nusantara, yang
konon katanya patut diduga kuat dikembangkan dan berasal dari petani
(orang-orang pedesaan). Sebagaimana dalam pandangan Nurcholis madjid,
pesantren tidak hanya dianggap identik dengan makna ke-Islaman, akan tetapi
juga dianggap memiliki makna keaslian Indonesia.5 Sedangkan menurut
Dhofier mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan
4 Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak (Jakarta : PT. Indeks, 2008) 27-
28. 5 Djaswidi Al Hamdani, Pengembangan Kepemimpinan Tranformasional (Bandung: Nuansa
Aulia, 2005), 76.
-
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan
sebagai pedoman perilaku sehari-hari.6
Sejalan dengan penyelenggaran pendidikan formal, memang beberapa
pesantren mengalami perkembangan pada aspek manajemen, hal ini dapat
dilihat salah satunya dari terbentuknya sebuah organisasi santri (lembaga
pengurus) yang merupakan wadah bagi santri dalam menyelenggarakan
kegiatan kepesantrenan baik dalam bidang pendidikan, kehumasan, keamanan,
kesejahteraan, kesenian, bahkan sampai kegiatan olahraga. Di dalam
organisasi inilah para santri melakukan musyawarah, rapat kerja dan evaluasi
kegiatan. Mereka saling bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pondok pesantren juga terdapat aturan-aturan yang harus
dilaksanakan. Biasanya aturan itu dibuat atas kesepakatan bersama dan jenis
hukumannya pun diputuskan bersama melalui musyawarah. Aturan dan
hukuman merupakan sebuah istilah yang saling berhubungan dan saling
berkaitan satu sama lain. Dimana ada aturan disitu juga ada hukuman yaitu
sebagai tindakan yang akan diberikan kepada si pelanggar aturan tersebut.7
Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Soboguno terdapat sebuah
jajaran kepengurusan yang bertugas mengurusi segala kepentingan
kedisiplinan yang ada pada pondok pesantren, mulai dari pengasuh pondok,
6 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Yogyakarta: Nawesea Press, 2009), 67. 7 Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), 464-465.
-
ketua pondok (lurah) dan jajaran pengurus lainnya. Jajaran pengurus Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Soboguno mendapat amanah untuk
melaksanakan sesuai bidangnya, dan salah satunya yaitu pengurus bidang
pendidikan.
Pengurus pesantren bidang pendidikan yang ada di dalam organisasi
adalahorang-orang yang terpilih yang dipandang mampu menjalani tugas dan
fungsinysa sebagai pengurus. Biasanya karena keaktifannya dalam mengikuti
pengajian, kegiatan yang diselenggarakan, kecakapan dalam mengatur dan
menangani setiap permasalahan. Oleh sebab itu idealnya, orang-orang terpilih
itu selain mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengurus, mereka
semua juga mampu mengikuti dan mentaati peraturan yang ada di pesantren.
Namun, terdapat kendala dalam pelaksanakan pengajian mengenai
kedisiplinan. Fenomena yang terjadi di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’in Soboguno banyak yang masih minim dengan kesadaran akan
tugasnya di Pondok Pesantren. Dengan alasan kesibukan diluar, ada dari santri
yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai santri. Bahkan ada dari mereka
justru melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Seperti pulang tanpa izin,
meninggalkan kegiatan pesantren tanpa alasan yang jelas. Setelah ditelusuri,
masalah tersebut salah satunya disebabkan oleh tidak adanya kebijakan yang
tegas dari tindakan pengurus dalam bidang pendidikan dalam menertibkan
-
kedisiplinan belajar santri untuk mengikuti kegiatan mengaji dan kegiatan
yang diselenggarakan lainnya oleh pondok pesantren.8
Berdasarkan uraian diatas, dengan adanya kendala-kendala dalam
pelaksanakan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengurus bidang
pendidikan Pondok Pesantren tersebut, untuk ini peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “KINERJA PENGURUS BIDANG
PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI
(STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IN
SOBOGUNO).“
B. Fokus Penelitian
Dari fenomena di atas peneliti memfokuskan penelitiannya pada
kinerja pengurus bidang pendidikan dalam meningkat kedisiplinan santri di
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Soboguno.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Soboguno
dalam meningkatkan kedisiplinan santri?
8 Lihat Pada Transkip Observasi penjagaan awal, Kode: 00/O/12-VI/2018.
-
2. Bagaimana kinerja pengurus bidang pendidikan dalam meningkatkan
kedisiplinan santri di pondok pesantren hidayatul mubtadi’in soboguno?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’in Soboguno dalam meningkatkan kedisiplinan santri?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi Pondok Pesantren dalam meningkatkan
kedisiplinan santri.
2. Untuk mengetahui kinerja pengurus bidang pendidikan dalam
meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren hidayatul
mubtadi’in soboguno.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
kinerja pengurus bidang pendidikan dalam meningkatkankedisiplinan
santri di pondok pesantren hidayatul mubtadi’in soboguno.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran dalam menunjang kinerja pengurus bidang pendidikan dalam
meningkatkan kedisiplinan santri.
2. Manfaat Bagi Peneliti
-
Peneliti jauh lebih mendalam mengetahui tentang kinerja pengurus
bidang pendidikan dalam meningkatkan kedisiplinan santri.
3. Manfaat Bagi Pengurus
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan dapat meningkat kinerja pengurus. Memberikan masukan
kepada pengurus ataupun pembaca untuk lebih meningkatkan kinerja
dalam mengelola kegiatan di pondok pesantren.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan laporan penelitian (skripsi) maka
pembahasan dalam menyusun laporan penelitian dikelompokkan menjadi bab
yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang saling berkaitan satu sama
lain, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh dan terpadu. Adapun
sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar atau pola dasar
yang memberikan suatu gambaran secara umum dari seluruh isi skripsi yang
terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Bab ini berisi tentang telaah hasil penelitian terdahulu dan
kajian teori sebagai pedoman umum yang digunakan untuk menganalisa
dalam melakukan penelitian yang terdiri dari kinerja pengurus dalam
meningkatkan kedisiplinan santri.
-
Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam
penggalian data yakni memuat pendekatan dan jenis pendekatan dan jenis
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data prosedur
pengumpulan data, teknik analisis data pengecekan keabsahan data serta
tahapan penelitian.
Bab IV berisi tentang temuan penelitian mengenai gambaran umum
lokasi penelitian yang terdiri dari meliputi gambaran umum lokasi penelitian
yang terdiri dari meliputi gambaran umum lokasi penelitian serta deskripsi
data khusus yang berupa kinerja pengurus bidang pendidikan dalam
meningkatkan kedisiplinan santri.
Bab V berisi tentang pembahasan dari kinerja pengurus bidang
pendidikan dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi’in Soboguno.
BAB VI merupakan bagian penutup dari laporan penelitian yang berisi
kesimpulan dari jawaban rumusan masalah dan saran.
-
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN ATAU KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Dari hasil telaah pustaka, pembahasan yang mengenai penelitian yang
berjudul “Kinerja Pengurus Bidang Pendidikan dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in
Soboguno”memiliki keterkaitannya dengan hasil penelitian terdahulu, antara
lain:
Pertama, Lailatun Nihayah Program studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo dengan judul “Peran Pengurus Bidang Pendidikan dalam
Pengembangan Kualitas Belajar Santri di Pondok Pesantren Darul Huda
Mayak Tonatan Ponorogo” dengan kesimpulan sebagai berikut: (1)Peran
pengurus bidang pendidikan pondok pesantren Darul Huda mengatur jalannya
kegiatan yang diselenggarakan oleh bidang pendidikan sepertimengklasifikasi
kelompok pengajian sorogan Al-Qur’an dan kitab, diklat, lomba sorogan
danmenyeleksi pembimbing sorogan Al-Qur’an dengan cara dilihat dari
mbak-mbak mahasiswiyang mengaji ba’da isya’ kepada para tahfidzah,
penyeleksian pembimbing sorogan kitab-kitabmelalui hasil tes kenaikan
tingkat. Dalam proses pengembangan kualitas belajar santri dilihat dari
adanya tes kenaikan tingkat. Dan keberhasilan tersebut tidak semata-mata
-
jerih ayah dari pengurus bidang pendidikan saja, tetapi juga atas jasa dan
partisipasi oleh dewan ustadzah membimbing anak didiknya serta partisipasi
yang bagus oleh anak sorogan Al-Qur’andan kitab-kitab. (2) Kendala dan
solusi pengurus bidang pendidikan pondok dalam pengembangan kualitas
belajar santri Pondok pesantren Darul Huda Putri adalah kehadiran ustadzah
yang kurang maksimal sehingga semangat anak-anak terasa kurang tergugah,
sehingga solusi yang ditawarkan adalah dengan memberikan rekapan
kehadiran sehingga ustadzah bisa mengetahui langsung, dan memberikan
inovasi dalam kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an dankitab-kitab.
Kedua, DzulfiqarJurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh dengan judul
“Pengaruh Peraturan Pesantren Terhadap Kedisiplinan Santri Pada
Pondok Pesantren Jabal Nur Jadid Desa Meurandeh Kabuoaten Aceh
Barat Daya” dengan kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya pengaruh peraturan pesantren
terhadap kedisiplinan santri pada pondok pesantren Jabal Nur Jadid desa
Meurandeh kabupaten Aceh Barat Daya. Hal ini dibuktikan dengan kuesioner
yang diajukan kepada santri (responden) tersebut sudah di uji, dan
mendapatkan hasil regresi.Dimana hasil regresi menunjukkan nilai hitung >
ttable, nilai thitung sebesar 10,904 sedangkan nilai table sebesar 1.9845.ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.Dengan demikian hasil
penelitian ini diterima.artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara
-
peraturan pesantren terhadap kedisiplinan santri.2. Koefisien R Square
menunjukkan besarnya pengaruh peraturan pesantren terhadap kedisiplinan
santri pada pondok pesantren Jabal Nur Jadid desa Meurandeh kabupaten
Aceh Barat Daya. Adapun nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar 0.548
yang artinya besarnya pengaruh pesantren terhadap kedisiplinan santri sebesar
54.8%.
Dari kedua penelitian di atas, penelitian ini merupakan pengembangan
dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbadaan
penelitiannya terletak pada kajiannya, yang mana penelitian ini memfokuskan
pada kinerja pengurus bidang pendidikan dalam meningkatkan kedisiplinan
santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Soboguno. Dengan
demikian, dapat disimpulkan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
sudah ada.
B. Kajian Teori
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja dalamkamus besar Bahasa Indonesia adalahsesuatu
yang dicapai, prestasiyang diperlihatkan, kemampuankerja.9
Kinerja berasal dari kata kerja yang artinya apa yang dilakukan,
9Dariyanto SS, Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap (EYD dan Pengetahuan Umum),
(Surabaya: Apoilo,1998), 76.
-
kegiatan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, visi lembaga.10A.P.Mangkunegaramenyatakanbahwa
istilah kinerja berasal dari kata “Job Performance atauActual
Performance” prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja menurut Wirawan
adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
Kinerja menurut Supardi, yaitu hasil kerja seseorang dalam
suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan beberapa
kemungkinan, misalnya standar target, sasaran, atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu. 11
b. Karakteristik Kinerja
Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai
berikut :
1) Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
2) Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.
3) Memiliki tujuan yang realistis.
4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya.
10 Chusnul Chotimah. Komplemen Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2014),
208. 11 Supardi, Kinerja Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 31.
-
5) Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam
seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.12
c. FaktorKinerja
Kinerjapada dasarnya mempunyai banyak faktor yang dapat
berpengaruh. Faktor tersebut yang nantinya akan membuat kinerja
yang dimiliki seseorang akan menjadi baik atau tidak. Adapun
faktor yang mempengaruhiyaitu :
1) Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai. Kita boleh
mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila
akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting
dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan
walaupun efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya, bila
akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan
tersebut efisien.
2) Otoritas
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam
suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota
12 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2002), 68.
-
organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu
kegiatan kerja sesuai kontribusinya.
3) Disiplin
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
4) Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam
membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan
dengan tujuan organisasi.13
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
1) Faktor Individu, sumber daya manusia bisa dikatakan memiliki
peran sentral dalam kehidupan organisasi mengingat merekalah
yang secara rill menjalankan aktivitas sehari-sehari organisasi.
Baik buruknya kinerja organisasi tentu saja dipengaruhi oleh
kompetensi, kemampuan menjalankan tugas, pengetahuan,
sikap kerja, komitmen dan motivasi serta efikasi diri karyawan.
Semua atribut individu ini pada akhirnya ikut berperan dalam
meingkatkan kinerja organisasi.14
13 Suryadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan (Yogyakarta: BPFE, 1999), 27. 14Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Rajawali PERS, 2016),74.
-
2) Faktor tim Kerja, dalam kehidupan organisasi, tidak semua
pekerjaan bisa diselesaikan seorang karyawan secara mandiri.
Suka atau tidak keterlibatan rekaan kerja tidak bisa
dihindarkan. Artinya kinerja individu karyawan dan kinerja
organisasi secara keseluruhan tidak hanya ditentukan oleh
kapasitas seseorang dalam menyelesaikan tugas tetapi juga
dukungan rekan kerja menjadi penting. Oleh karena itu
dukungan tim kerja menjadi penentu kinerja organisasi.15
3) Faktor situasi (konteks), menurut teori sistem-open system
sheory keberhasilan sebuah organisasi berprestasi tidak hanya
ditentukan oleh keberhasilan sebuah organisasi berprestasi
tidak hanya ditentukan oleh internal tetapi juga faktor eskternal
kemampuan organisasi mengatasi tekanan faktor eksternal
seperti situasi ekonomi, politik, budaya, teknologi, dan
persaingan memungkinkan organisasi bisa bekerja dengan baik
yang berarti pula kinerjanya baik.16
d. Tujuan Kinerja
Dari beberapa studi yang pernah dilakukan para ahli, dapat
diidentifikasi dua puluh macam tujuan informasi kinerja yang
15 Achmad Sobirin. “Konsep Dasar Kinerja dan Manajemen Kinerja,” Modul, 17. 16 Ibid., 18.
-
berbeda-beda yang dapat dikelompokkan dalam empat kategori,
berikut :
1) Mengevaluasi yang menekankan perbandingan antar orang
2) Mengembangkan yang menekankan perubahan-perubahan
dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu.
3) Memelihara atau mempertahankan sistem.
4) Mendokumentasi keputusan-keputusan sumber daya
manusia.17
2. Pendidikan dan Pondok Pesantren
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, mendapat awalan
“pen” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.18
Pendidikan adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
17Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasinya, (Bandung : Alfabeta,
2017), 228. 18 Departemen Pendidikan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2008), 232.
-
pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai.19
Secara definitif pendidikan diartikan oleh para tokoh
pendidikan, sebagai berikut:
1) John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia.
2) Langeveld
Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha
membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing
adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja
antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa.
3) Hooggeveld
Pendidikan adalah membantu anak supaya ia cukup cakap
menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya
sendiri.
4) Rousseau
19 Amir, Jauhari dan Elisah, Implementasi Pendidikan dalam Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011), 3.
-
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada
pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada
waktu dewasa.
5) Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
6) SA. Bratanata
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung
maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu
anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaanya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, penulis berpandangan
bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang
dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar
anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan
berlangsung terus menerus.20
b. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren secara etimologi berasal dari kata santriyang
mendapat awalan pe-dan akhiran –ansehingga menjadi pe-santria-
20 Mukhlison Effendi, ILMU Pendidikan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2008), 3-4.
-
an yag bermakna kata “shastri” yang artinya murid. Sedang C.C
Berg. Berpendapat bahwa istilah pesantrenberasal dari kata
shastriyang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku
suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab-kitab suci agama
Hindu. Kata shastriberasal dari kata shastra yang berarti buku-
buku suci, buku-buku suci agama atau buku-buku tentang ilmu
pengetahuan. Pendapat lain mengatakan, kata santri berasal dari
kata Cantrik(bahasa Sansekerta, atau mungkin jawa) yang berarti
orang yanng selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan
oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut
pawiyatan.21
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang dapat dikatakan
merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan
dan selanjutnya, ia dapat merupakan bapak dari pendidikan Islam.
Dari segi historis, pesantren tidak hanya identik dengan makna
keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia.
Sebab, lembaga serupa pesantren sebenarnya sudah ada sejak masa
Hindu-Budha. Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya
adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah
atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Di
21 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina,
1977), 20.
-
samping itu, kata pondok berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang
berarti Hotel atau Asrama”.22
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama
Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan
sistem asrama yang santri-santrinya menerima pendidikan agama
melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada
dibawah kedaulatan dan kepemimpinan seorang atau beberapa
orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta
independen dalam segala hal.23
c. Unsur-unsur Pesantren
Menurut Dhofier elemen-elemen pokok pesantren itu adalah
pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik kiai. Kelima
unsur pokok tersebut bila diuraikan secara global dapat ditemukan
sebagai berikut:
1) Kiai
Kiai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu
pesantren. Sebab, bermula dari interaksi antara sang kiai
dengan beberapa orang yang menimba ilmu kepadanya secara
gradual biasanya berangsur-angsur akan menjadi besar dan
menimbulkan multiplier effect berupa dibangunkannya masjid,
22Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan
Islam Di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), 89. 23 Djamaluddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 99.
-
pondok, dan akhirnya memenuhi keseluruhan elemen
pesantren.24
2) Masjid
Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam
tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dan
sistem pendidikan tradisional. Dengan kata lain,
kesinambungan sistem Islam yang berrpusat pada masjid sejak
masjid Al-Qubba didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi
Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem pesantren.
Sejak zaman nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan
Islam. Di manapun kaum muslim berada, mereka selalu
menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat
pendidikan, aktivitas administrasi, dan sebagainya.
Lembaga-lembaga pesantren di Jawa tetap memelihara
tradisi ini. Para kiai selalu mengajar murid-muridnya di masjid
dan menganggap masjid sebagai tempatyang paling tepat untuk
menanamkan disiplin para murid dalam mengerjakankewajiban
shalat lima waktu, memperoleh pengetahuan agama, dan
kewajiban agamayang lain. Seorang kiai yang ingin
mengembangkan sebuah pesantren, pertamapertama akan
24 Muljono Damopoli, Pesantren Modern IMMM: Pecentak Muslim Modern, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2011),73.
-
mendirikan masjid di dekat rumahnya. Langkah-langkah
biasanyadiambil atas perintah gurunya yang telah menilai
bahwa ia akan sanggup memimpinsebuah pesantren.25
3) Pondok
Pondok merupakan asrama bagi santri. Adatiga alasan
utama pesantren harus menyediakan asrama bagi para
santri.Pertama, kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman
pengetahuanya tentang Islam menariksantri-santri dari jauh
untukmenggali ilmu dari kiai tersebut, secara teratur dan
dalamwaktu yang lama. Oleh karena itu, para santri harus
meninggalkan kamponghalamannya dan menetap di
dekatkediaman kiai.
Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa
yang tidak tersediaperumahan (akomodasi) yang cukup untuk
menampung para santri. Ketiga,ada sikaptimbal balik antar kiai
dan santri, yaitu para santri menganggap kiainya
sebagaibapaknya sendiri, sedangkan kiaimenganggap para
santri sebagai titipan Tuhan yangharus senantiasa dilindungi.
Sikap ini juga menimbulkan perasaan tanggung jawabpada
pihak pengelola pondok untuk menyediakan tempat tinggal
bagi para santri.Disamping itu, dari pihak para santri tumbuh
25 Hasan Basri, Kapita Selekta Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), 320.
-
perasaan untuk mengabdi kepada kiai,sehingga para kiai
memperoleh imbalan dari para santri sebagai sumber tenaga
bagikepentingan pesantren dan keluarga kiai.Ada beberapa tipe
pondok pesantren, misalnya pondok peantren salaf,
khalaf,modern, pondok takhassus Al-Qur’an. Boleh jadi,
lembaga pondok pesantrenmempunyai dasar-dasar ideologi
keagamaan yang sama dengan pondok pesantrenyang lain,
namun kedudukan masing-masing pondok pesantren yang
bersifat personaldan sangat bergantung pada kualitas keilmuan
yang dimiliki seorang kiai.26
4) Santri
Para santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren
terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a) Santri pondok atau santri mukim, yaitu santri yang
menuntut ilmu sambil tinggaldia asrama yang
disediakan oleh pengelola pesantren.
b) Santri kalong adalah santri yang menuntut ilmu dengan
caradidugdag, tidaktinggal di asrama karena tempat
tinggalnya terbilang dekat. Kebanyakan santrikalong
adalah penduduksetempat. Misalnya di Singaparna
Tasikmalaya terdapatpondok pesantren Cipasung, maka
26 Ibid. 320.
-
yang tinggal di pondok atau menjadi santrimukim
mayoritas santri yang berasal dari luar kota dan luar
provinsi.27
d. Peran Pengurus Bidang Pendidikan Pondok
Pengurus bidang pendidikan merupakan yang berada di dalam
organisasi. Pengurusbidang pendidikan santri yang suka berfikir
keras, kritis dan mampu berfikir secara sistematik sehingga
sehingga menghasilkan rancangan menghasilkan kerja yang efektif
dan efisien.28 George dan Lislie menyebutkan peran pokok
pengurus yaitu planing, organizing, staffing, motivating, dan
controling.29 Sedangkan Gregg dalam Marno dan Triyo
mengemukakan peran pengurus adalah decition, making, planing,
organizing, communicating, influiting, coordinating, dan
evaluating.30
Peran pengurus bidang pendidikan dalam membentuk
kedisiplinan santri di Pondok Pesantren, seperti yang telah
dipaparkan oleh George R. Terry, peneliti membatasi pada fungsi
27Ibid. 320. 28Muhid AlHilmy, Organisasi dan Kecerdasan Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Darul Huda Mayal, Ponorogo) Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan Agama Islam Jurusan
Tarbiyah Pascasarjana Sekolat Tinggi Agama Islam (STAIN PONOROGO, Pebimbing : Dr. Ahmadi,
M.Ag) 29 George R.Terry dan Leslie W. Rue, Prinsiples of Manajement, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), 9. 30 Marno dan Triyo Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung:
Refika Aditama, 2008), 11.
-
manajemen sebagai berikut: Perencanaan (planning), Pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling).
Pesantren sendiri dalam melihat dirinya, seperti dapat diduga,
terbagi menjadi bermacam kelompok. Untuk penyederhanaan,
disini ada beberapa kelompok yang perlu. Pertama, yang
merupakan bagian terbesar, yaitu kelompok pesantren yang tidak
menyadari dirinya, apakah bernilai baik atau kurang baik. Mereka
menganggap bahwa apa yang terjadi adalah terjadi begitu saja,
tanpa ada persoalan sarius yang perlu mereka pikirkan. Kedua
adalah kelompok yang seperti seorang zealot atau fanatikus yang
karena kefanatikannya ini membuat penilaian mereka yang kurang
obyektif. Kelompok ini menilai bahwa pesantren dengan segala
aspeknya adalah pasti dan mutlak harus dipertahankan. Ketiga,
adalah kelompok yang kehinggapan perasaan rendah diri. Perasaan
ini bisa menumbuhkan sikap pesimis dan kurang percaya diri
dalam mengejar ketertinggalannya, sehingga mereka menganggap
identitas pesantrennya tidak perlu lagi dipertahankan. Tentunya ini
membuat rusaknya identitas pesantren secara keseluruhannya.
Keempat, mungkin ini kelompok yang paling sedikit jumlahnya,
yaitu pesantren-pesantren yang sepenuhnya menyadari dirinya
sendiri baik segi-segi positif maupun negatifnya, sanggup dengan
jernih melihat mana yangharus diteruskan dan mana yang harus
-
ditinggalkan. Kelebihan mereka dalam melakukan intropeksi
secara obyektif ini menjadikannya memiliki kemampuan
beradaptasi secara positifpada perkembangan zaman dan
masyarakat.31
Organisasi berpengaruh dalam mengembangkan organisasi
baik dalam perekrutan anggota, pencapaian apa yang ingin
dilakukan dalam berjalannya organisasi. Adapun tujuan suatu
organisasi antara lain sebagai berikut :
1) Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemandirian dan
sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan
2) Tempat mencapai tujuan dengan selektif dan efisien karena
melakukan secara bersama-sama
3) Sebagai tempat mendapatkan jabatan dan pembagian kerja
4) Sebagai tempat mengelola dalam lingkungan bersama-
sama
5) Sebagai tempat menambat pergaulan dan memanfaatkan
waktu luang.32
e. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren
Menurut Wahjoetomo, adapun metode pembelajaran yang
diterapkan di lembaga pondok pesantren pada umumnya
31 Nurcholish madjid, Bilik-Bilik Pesantren, (Jakarta: Dian Rakyat,2011), 112. 32 Achmad Shobirin, Manusia Organisasi dan Manajemen. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2015.
-
menggunakan dua macam metode yaitu sorogan dan wetonan atau
bandongan. Metode sorogan merupakan metode penyampaian
pelajaran dimana seorang santri maju dengan membawa dan
menyodorkan kitab (Al-Qur’an), kemudian membacanya
dihadapan guru atau kyai. Selain itu, ada metode wetonan dan
bandongan, metode dengan penyampaian pelajaran dimana
seorang guru atau kyai membacakan kitab, menerjemah,
menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku di hadapan
sekelompok santri kemudian santri dengan seksama
memperhatikan memberi harokat dan memberi makna kitab yang
ada.33
3. Kedisiplinan Santri
a. Pengertian Kedisiplinan Santri
Kata disiplin mempunyai makna dan konotosi yang berbeda-
beda ada yang mengartikan disiplin sebagai hukuman,
pengawasan, pemaksaan, kepatuhan, latihan, dan kemampuan
tingkah laku.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin adalah
tata tertib, ketaatan pada peraturan.34
33 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, (Jakarta: Gema Insani Press.1997),83. 34Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 333.
-
Menurut singodimejo (2002) dalam buku Manajemen Sumber
Daya Manusia mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma
peraturan yang berlaku disekitarnya.35Sedangkan menurut Alex S.
Nitisemo (1992) dalam bukunya pemahaman praktis Manajemen
Sumber Daya Manusia yang dimaksud dengan disiplin adalah
sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan
baik tertulis maupun tidak tertulis.36
Kedisiplinan sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan
karakter anak secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang
memiliki kontrol diri dan berguna bagi masyarakat.37
Berikut ini disebutkan beberapa pendapat tokoh-tokoh dalam
mendefinisikan arti kedisiplinan diantaranya :
1) Menurut Suharsimi Arikunto, disiplin merupakan sesuatu yang
berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap
bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditetapkan
oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar.
Disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam
35Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Kencana Prenada Group,
2011), 86. 36Ahmad Tohard, Pemahaman Praktis Manajmen Sumber Daya Manusia, (Bandung : Mandar
Maju, 2002), 393. 37 Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji Melejitkan
Potensi Optimal Anak, (Jakarta: GramediaPustaka Utama, 2008), 231.
-
mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh
adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.38
2) Menurut The Liang Gie disiplin adalah suatu keadaan tertib
dimana orang-orang yang tergabung dalam satu organisasi
tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang
hati.39
3) Menurut Conny Setiawan, disiplin merupakan pengaruh yang
dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi
lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga
keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu
untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan
atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap
dirinya.40
4) Menurut Ahmad Rohani, disiplin adalah mencakup setiap
macam pengaturan yang ditunjukan untuk membantu setiap
peserta didik agar dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan juga penting tentang
38 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), 23. 39 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), 172. 40 Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, 27-28.
-
penyelesainnya tuntutan yang ini ditujukan kepada peserta
didik terhadap lingkungannya.41
5) Menurut Aritonang berpendapat bahwa disiplin adalah
kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak
melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai atau bertentangan
dengan sesuatu yang telah ditetapkan.42
Hakikat disiplin adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh
yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban
serta berperilaku sebagaimana menurut aturan-aturan atau tata
kelakuan yang seharusnya berlaku didalam suatu lingkungan
tertentu. Realisasinya harus terlihat atau menjelma dalam
perbuatan atau tingkah laku nyata, yaitu perbuatan tingkah laku
yan sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang
semestinya.43
Dengan demikian berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
dipahami bahwa disiplin adalah keadaan tertib, teratur, dimana
pendidik dan peserta didik tunduk pada peraturan-peraturan atau
tata tertib yang ada, sehingga disiplin merupakan hal yang penting
agar tercapai tujuan akhirnya.
41Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 134. 42 Barnawi dan Muhammad Arifi, Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian Kinerja
Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 110. 43 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter (Sukarta: Yuma Pustaka,2010), 45.
-
b. Tujuan Disiplin Santri
Kedisisiplinan pada seseorang tidak dapat tumbuh tanpa
adanya intervensi dari pendidik, dan itupun dilakukan secara
bertahap, sedikit demi sedikit.44 Secara umum tujuan disiplin
adalah mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk
melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah tidak
ketergantungan dan mengikuti segala aturan.45
Berikut ini disebutkan beberapa pendapat para ahli tentang
tujuan kedisiplinan santri diantaranya:
1) Menurut E. Mulyasa tujuan dari disiplin adalah untuk
membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi,
mencegah timbulnya masalah-masalah disiplin, serta berusaha
menciptakan situasi yang menyenangnkan dalam pembelajaran
sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah
ditetapkan.46
2) Menurut Emile Durkheim disiplin mempunyai tujuan ganda
yaitu mengembangkan suatu keteraturan dalam tindak tanduk
44Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, 199. 45Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, 134. 46E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), 123.
-
manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu yang sekaligus
membatasi cakrawalanya.47
3) Menurut Ahmad Sudrajat tujuan disiplin bagi siswa adalah
memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang, mendorong siswa melakukan perbuatan yang
baik dan benar, membantu siswa memahami dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan
hal-hal yang dilarang disekolah, dan siswa belajar hidup
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi
lingkungannya.48
Dapat dipahami bahwa tujuan dari disiplin adalah membentuk
perilaku yang sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan oleh
kelompok atau tempat individu tersebut.
c. Unsur-Unsur Kedisiplinan Santri
Kedisiplinan dapat terbentuk dengan melalui tiga unsur :
1) Peraturan
Peraturan atau tata tertib adalah pola yang ditetapkan
untuk tingkah laku.Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh
47Emil Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan,
(Jakarta: Erlangga, 1990), 35. 48 Kadir, Penuntun Belajar PPKn, (Bandung: Ganesha Exact, 1994), 80.
-
orang tua, guru atau teman dengan pedoman perilaku yang
disetujui dalam situasi tertentu.Tata tertib menunjukkan pada
patokan atau standar untuk aktifitas khusus, misalnya tentang
penggunaan pakaian seragam, mengikuti upacara bendera,
mengerjakan tugas rumah dan mengikuti shalat berjamaah.49
2) Hukuman atau Sanksi
Kata hukuman berasal dari kata kerja lain punire berarti
menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan atau pelanggaransebagai ganjaran ataupembalasan.
Hukuman dapat berfungsi untuk
menghindaripengulangan tindakan yang tidak
diinginkan,mendidik,memberi motivasi untuk menghindari
perilaku yang tidak diterima.Hukuman merupakan alat
pendidikan yang ragamnya bermacam-macam. Perlu diketahui
alat pendidikan yang sangat penting bagi pelaksaan
pendidikan, yaitu: pembiasaan, perintah, larangan, hukuman
dan anjuran.50
3) Penghargaan (Reward)
Penghargaan mempunyai arti sebagai bentuk pemberian
atas suatu hasil yang baik.Penghargaan tidak harus berbentuk
49Suharsimi Arikunto, Maajemen Pengajaran seara Manusiawi, 133. 50Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1993), 224.
-
materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau
tepukan. Menurut Suharsimi, penghargaan mempunyai tiga
peranan penting :
a) Penghargaan mempunyai nilai mendidik, maksudnya bila
sebuah tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik,
dan sebagaimana hukuman itu mengisyaratkan hal yang
tidak baik.
b) Penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi
hal-hal yang sesuai dengan peraturan.
c) Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang
disetujui oleh secara sosial. Dan penghargaan itu bukan
hanya berupa materi namun bisa berbentuk kata-kata
pujian, senyuman tepukan punggung dan lain sebagainya.51
d. Metode Kedisiplinan
Untuk menanamkan kesiplinan pada anak dapat di usahakan
dengan beberapa metode berikut ini :
1) Dengan Pembiasaan : Anak dibiasakan melakukan sesuatu
dengan baik, tertib, dan teratur, misalnya, berpakaian rapi,
keluar masuk kelas harus hormat pada guru, harus memberi
salam dan lain sebagainya.
51Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, 67.
-
2) Dengan contoh dan teladan : dengan tauladan yang baik atau
uswatun hasanah, karena murid akan mengikuti apa yang
mereka lihat pada guru, jadi guru sebagai panutan untuk itu
guru harus memberi contoh yang baik.
3) Dengan penyadaran : kewajiban bagi para guru untuk
memberikan penjelasan-penjelasan, alasan-alasan yang masuk
akal atau dapat diterima oleh anak. sehingga dengan demikian
timbul kesadaran anak tentang adanya perintah-perintah yang
harus dikerjakan dan larangan-larangan yang harus
ditinggalkan.
4) Dengan pengawasan atau Kontrol : bahwa kepatuhan anak
terhadap peraturan atau tata tertib mengenai jug naik turun,
dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya situasi tertentu
yang mempengaruhi terhadap anak, adanya anak yang
menyeleweng atau tidak mematuhi perarturan maka perlu
adanya pengawasan atau kontrol yang intensif terhadap situasi
yang tidak diinginkan akibatnya akan merugikan
keseluruhan.52
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
52Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Uasaha Nasional, 1983), 66-67.
-
Tumbuhnya kesadaran terhadap peraturan dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor, yaitu faktor kontrol internal dan faktor
kontrol eksternal.
1) Faktor kontrol internal adalah pengendalian diri yang timbul
dari dalam dirinya sendiri seperti adanya kesadaran untuk
menghayati, mengetahui arti pentingnya akan menumbuhkan
sikap positif terhadap peraturan. Maka disiplin akan terlaksana
dengan baik. Menurut Grageiy, Savage, dan Duval di dalam
bukunya M.Shachib, kontrol internal merupakan kontrol diri
yang digunakan untuk mengarahkan perilakunya.
2) Faktor kontrol eksternal adalah faktor kontrol eksternal adalah
pengendalian diri yang timbul dari luar, misalnya dari orang
dewasa yang mempunyai wewenang. Dari mereka diharapkan
memberikan dorongan untuk meningkatkan kedisiplinan
terhadap peraturan.53
53 Moch.Shochib. Pola Asuh Orang Tua Untuk Mengembangkan Disiplin Diri. (Jakarta : PT
Rineka Cipta. 2001).
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok.54
Peneliti menggunakan pendekatan ini karena peneliti ingin
mendeskripsikan dan menganalisis tentang kinerja pengurus bidang
pendidikan dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Soboguno.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus, yaitu uraian
dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang
individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program
atau situasi sosial.55
Peneliti memilih jenis penelitian studi kasus karena peneliti
ingin menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif dan detail
54Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan(Bandung ; Remaja Rosdakarya,
2007). 60. 55DeddyMulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya. 2003). 203.
-
mengenai kinerja pengurus bidang pendidikan dalam meningkatkan
kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in
Soboguno. Karena peneliti menganggap kinerja pengurus bidang
pendidikan merupakan situasi sosial pendidikan yang terjadi di pondok
pesantren.
B. Kehadiran Peneliti
Peran subjek atau peneliti dalam penelitian kualitatif memegang
peran sentral. Ia bukan hanya sekedar orang yang memberikan makna
terhadap data dan fakta tetapi sekaligus sebagai alat atau instrumen
penelitian itu sendiri.56
Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
instrumen partisipan penuh, sekaligus pengumpul data yang berkaitan
dengan kinerja pengurus dalam meningkatkan kedisiplinan santri,
sedangkan yang lain sebagai penunjang.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini ada di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’at Soboguno Ponorogo. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan
56 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta : Kencana,
2013). 46.
-
topik yang dipilih, yang sebelumnya peneliti melakukan observasi terlebih
dahulu.
D. Data dan Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.57
Dalam bukunya yang berjudul Meotodologi Penelitian Kualitatif,
Moloeng mengutip pendapat dari Lofland dan Lofland bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.58
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah orang yang
berlaku sebagai informan, yang meliputi santri, pengurus, dan pengasuh
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno, sebagai sumber data
utama. Sedangkan sumber data sekunder dari penilitian ini adalah
dokumentasi, yaitu foto-foto yang berkaitan dengan data yang diperlukan.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini antara lain dengan menggunakan :
1. Metode Wawancara
57Suharsimi Arikunto, Produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 113. 58Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
112.
-
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula.59 Esterberg mendefinisikan interview sebagai berikut. “ a
meeting of two persons to exchange information and idea through
question and responses, resulting in communication and joint
construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. 60
Wawancara dibagi menjadi dua yakni wawancara terstruktur
dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informan apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul
data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pernataan-
pernyataan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Metode wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tellah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.61
59 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 65. 60 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 317. 61 Ibid, 320.
-
Wawancara yang digunakan dalam penelitisn ini adalah
wawancara tak terstruktur/mendalam artinya peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan yang mendalam kepada informan-informan yang
berhubungan dengan fokus penelitian. Adapun informan yang
diawancarai antara lain: santri, pengurus dan pengasuh Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi’at.
2. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan.62 Nasution (1988) menyatakan
bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. 63Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadinya
peristiwa sehingga observasi berdasarkan objek yang diamati disebut
observasi langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah
pengamatan yang dilakukan tidak pada saat terjadinya suatu peristiwa.
Misalnya, peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, dan
rangkaian foto.64
62 Joko Subagyo, Metode Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 63. 63 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan , 310. 64 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 18.
-
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi langsung
dengan mengamati keadaan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian
kitab, perilaku tidak disiplin yang dilakukan santri, tindakan yang
dilakukan oleh pengurus kepada santri yang tidak berperilaku disiplin
untuk meningkatkan kedisiplinan santri.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
notulen dan sebagainya. 65 dokumen ada dua, yakni dokumen internal
dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo,
pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu
yang digunakan dalam kalanagan sendiri. Dokumen eksternal berisi
bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial,
misalnya majalah, buletin, dan berita yang disiarkan di media massa.66
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen internal.
Dokumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah
pesantren, visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’at Soboguno, serta sarana dan prasarana.
65 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 206. 66 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , 163.
-
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dan dikelola, maka langkah
berikutnya adalah analisis data. Yang dimaksud dengan analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.67 Selain
itu, Susan Stainback, mengemukakan bahwa “Data analysis is crtical to
the qualitative research process. It is to recognition, study, and
understanding of interrelationship and concept in your data that
hypotheses and assertions can be developed and evaluated” Analisis data
merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis
digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga
hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.68
Metode analisis yang digunakan dalam kasus ini menggunakan
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan
Huberman, yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
67Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), 58. 68 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan , 335.
-
pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas datanya sampai
jenuh.
Aktifitas dalam analisis data model interaktif yang dikembangkan
oleh Miles dan Huberman ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar 1.1 Model Analisis Interaktif
Keterangan :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
Data Collection
Data
Reduction
Data Display
Conclusions :
drawing/ verifying
-
dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data y ang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.69
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data ke dalam pola-pola yang dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan grafik, matrik, dan chard dan sejenisnya. Melalui
penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. 70
3. Conclusion Drawing/ Verification
Menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
69 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 338. 70 Ibid ,341.
-
didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupak kesimpulan yang kredibel. 71
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas). 72 Uji kredibilitas
pada penelitian kualitatif biasa dilakukan dengan cara diataranya, adalah
perpanjangan keikutsertaan, pengamatan yang tekun, triangulasi, diskusi
dengan sejawat, analisis kasus negative, member check. Namun kali ini
peneliti akan menggunakan dua cara saja dalam uji kredibilitas.
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.
Keikutsertaan peneliti menentukan dalam pengumpulan data. Dalam
hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian.
2. Pengamatan yang tekun.
Teknik pengamatan yang tekun merupakan menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
71 Ibid ,345. 72 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000),
171.
-
atau isu yang sedang dicari. Pengamatan yang tekun ini dilaksanakan
peneliti dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan rinci
yang berkesinambungan terhadap bagaimana kinerja pengurus dalam
menumbuhkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’at Soboguno.
3. Triangulasi
Teknik triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada.73
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahapan terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan
dari hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut antara lain:
1. Tahap pra lapangan. Tahapan ini adalah untuk memperoleh gambaran
umum mengenai latar belakang penelitian dengan melakukan
penyusunan perencanaan penelitian, memilih lapangan penelitian,
menurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan
memanfaatkan informasi serta mempersiapkan perlengkapan untuk
penelitian. Tahapan ini dilakukan pertama kali sebelum turun ke
lapangan guna penggalian data.
73 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 83.
-
2. Tahap penggalian dara. Tahapan ini merupakan eksplorasi secara
terfokus sesuai dengan pokok permasalahan yang dipilih sebagai fokus
penelitian, tahap ini merupakan pekerjaan lapangan dimana peneliti
memasuki lapangan dan ikut serta melihat aktifitas dan melakukan
review. Pengamatan dan pengumpulan data serta dokumen, perolehan
data kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa yang diamati,
membuat diagram-diagram kemudan menganalisa data lapangan
secara intensif dilakukan setelah pelaksanaan selesai.
3. Tahap analisis data. Tahapan ini dilakukan oleh penulis beriringan
dengan tahapan pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini penulis
menyusun hasil pengamatan, wawancara serta data tertulis untuk
selanjutnya penulis melakukan analisis data dengan cara distributif dan
selanjutnya dipaparkan dalam bentuk naratif.
4. Tahap hasil penulisan laporan.
-
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Deksripsi Data Umum
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Hidyatul Mubtadi’at
Soboguno
Pada tahun 1991 ada seorang pemuda dari Magetan yang menjalani
perkuliahan di IAIN Sunan Ampel, pemuda tersebut bernama Mahfudz
yang ingin mencari tempat tinggal dan mengaji serta bekerja selama dia
menjalani perkuliahannya. Disela-sela dalam pencariannya, pemuda
tersebut bertanya atau mencari informasi pada orang-orang yang ada
disekitar wilayah kampus IAIN Sunan Ampel. Seiring berjalannya waktu,
pemuda tersebut menemukan tempat untuk dia singgahi, tempat tersebut
berada di Kelurahan Mangunsuman. Ia mengetahui tempat tersebut
melalui seorang warga Kelurahan Mangunsuman yang ia tanya tentang
tempat tinggal yang bisa menjalani kuliah sambil mengaji. Seorang warga
tersebut menunjukkan rumah kediaman Bapak Syafi’i Ahmad yang
merupakan tetangganya, akhirnya pemuda tersebut mendatangi/ sowan ke
rumah Bapak Syafi’i Ahmad.
Singkat cerita, pemuda tersebut akhirnya diterima untuk tinggal di
kediaman Bapak Syafi’i Ahmad dengan tujuan untuk mengaji dan bekerja
serta menjalani kuliahnya selama empat tahun. Setelah itu, pemuda yang
-
bernama Mahfudz mendapatkan teman hasil dari membantu teman
kuliahnya untuk mencarikan tempat tinggal yang bisa belajar mengaji
sambil kuliah dan bekerja yaitu bermukim di kediaman Bapak Syafi’i
Ahmad.
Pada tahun 1995 Bapak Syafi’i Ahmad memilik delapan murid/ santri
dari berbagai wilayah di Ponorogo, para santri yg bermukim di kediaman
Bapak Syafi’i Ahmad sudah bisa bekerja sendiri dengan niat yang kuat
untuk masa depan mereka serta menggali atau mendalami ilmu agama
yang diajarkan oleh Bapak Syafi’i Ahmad. Belajar agama/ ngaji yang
Beliau ajarkan adalah belajar/ mengkaji kitab kuning yaitu kitab Bukhori
Muslim dan Ihya’ Ulumuddin pada waktu ba’da subuh dan ba’da ashar.
Seiring berjalannya waktu, dari pihak tuan rumah berinisiatif untuk
mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama “Hidayatul Mubtadi’in”
yang merupakan cabang dari pondok pesantren Lirboyo Kediri. Kemudian
Beliau melihat dari perkembangan para santrinya yang menjalani
perkuliahan dan mengaji sambil bekerja, maka Beliau menambah nama
pondok tersebut menjadi Pondok Pesantren “Hidayatul Mubtadi’in Sobo
Guno” hingga sekarang. Kata “Sobo Guno” atau dalam b.arab ٌشاٌَب َغنِي
yaitu “Pemuda Yang Kaya” artinya, kaya akan ilmu, amal, dan selalu
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Sobo Guno beralamatkan di
jl. Pramuka Gg. II No. 50 terletak di Kelurahan Mangunsuman Kec.
-
Siman Kab. Ponorogo. Jumlah santri sejak tahun 1995 hingga sekarang
berjumlah 100 santriwati mukim dan ditambah 50 santri mukim di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi’in menjadi murid/ santri yang mengikuti
belajar keagamaan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Sobo
Guno.74
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Sobo Guno Mangunsuman
Ponorogo memiliki letak geografis yang sangat strategis. Pondok tersebut
berlokasi sangat dekat dengan Universitas-universitas yang ada di
Ponorogo, diantaranya yaitu IAIN Ponorogo, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo, IKIP Ponorogo, Unsuri Ponorogo, Akper Ponorogo dan masih
banyak lagi. Tak hanya perguruan tinggi yang dekat dengan Pondok
Pesantren tersebut, letaknya juga dekat dengan Sekolah-sekolah baik itu
dari tingkatan SD, SMP, SMA Negri maupun swasta. Maka tak heran
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in ini santriwan dan santriwatinya
mayoritas adalah para pelajar dan mahasiswa. Dan yang unik dari letak
geografisnya meskipun beralamatkan didesa yang sejuk, pesantren
tersebut sangat dekat dengan pusat perkotaan Ponorogo.
Letak Geografis Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Sobo Guno
beralamatkan di Jl. Pramuka No 50 gang 2 desa Mangunsuman kecamatan
Siman kabupaten Ponorogo. Jaraknya kurang lebih 3 kilometer dari arah
74Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 01/W/2-4/2019
-
barat pesantren. Dari arah timur pesantren jaraknya kurang lebih 1
kilometer menuju jalur bus Ponorogo Trenggalek.75 Lebih jelas letak
geografisnya adalah :
a. Sebelah timur : Desa Ronowijayan
b. Sebelah selatan : Desa Mayak
c. Sebelah barat : Desa Kertosari
d. Sebelah utara : Desa Patihan
3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno
Sebagaimana pondok pesantren yang lain, Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi’at memiliki visi dan misi serta tujuan dalam
perkembangannya. Adapun visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi’at Soboguno, sebagai berikut :
a. Visi
1) Menjadi Pesantren yang unggul dengan mewujudkan
keseimbangan kemampuan keilmuan keislaman dan kemampuan
bermasyarakat.
b. Misi
1) Mewujudkan Santri yang menguasai dan memahami tradisi-tradisi
Ahlussunah wal Jama`ah.
75Lihat Pada Transkip Dokumentasi Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 01/D/6-IV/2019
-
2) Mewujudkan Santri yang berakhlakul karimah, berkarakter mulia
dan berjiwa islami.
3) Mewujudkan Santri yang mempunyai kemampuan bermasyarakat
yang kuat dan kepedulian sosial yang tinggi.
c. Tujuan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno
1) Mempersiapkan para santri agar bisa menguasaiilmu agama yang
bersumberkan dari Al-Qur’an dan Hadis
2) Lahirnya generasi muslim yang intelek yang memiliki
keseimbangan dzikir dan pikir.
3) Terwujudnya generasi muslim yang berpengetahuan luas dan
berpikiranbebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.76
4. Jadwal Kegiatan Santri
NO. KEGIATAN WAKTU
PELAKSANAAN
1. Sholat Tahajud 03.00 - 04.00
2. Sholat Shubuh 04.30 - 05.00
3. Pengajian Kitab Bukhori-Muslim
(Senin - Kamis)
05.15 - 06.15
4. Jam Free (Kuliah, Sekolah) 06.30 - 12.00
5. Sholat Dhuhur Berjama’ah 12.00 - 12.30
76Lihat Pada Transkip Dokumentasi Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 02/O/6-IV/2019
-
6. Istirahat 12.30 - 15.00
7. Sholat Ashar Berjama’ah 15.30 - 16.00
8. Pengajian Kitab Ihya’ Ulumuddin
(Senin – Kamis)
16.15 - 17.15
9. Sholat Maghrib Berjama’ah 17.30 - 18.00
10. Sorogan (Pembacaan ayat suci Al-
Qur’an)
18.15 - 18.45
11. Sholat Isya’ Berjama’ah 18.45 - 19.00
12. Pengajian Pegon (Senin) 19.00 - 20.00
13. Pengajian Kitab Mabadi Fiqih (Selasa
dan Rabu)
19.00 - 20.00
14. Dziba’an / Muhadhoroh / Rutinan
Ziarah Makam Tegalsari (Rutinan
Mingguan)
20.00 - 22.00
15. Istirahat Malam 20.00 - 03.00
5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno
Pada lembaga pendidikan perlu adanya penataan kestrukturan untuk
memudahkan membagi tugas dalam suatu organisasi, begitu pula dalam
pondok pesantren. Dengan adanya struktur dalam pondok pesantren.
Kewenangan dalam masing-masing tugas saling bekerja sama dan
membantu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
-
Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno, sebagai berikut77 :
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno
Pengasuh Pondok : Drs.KH. Syafi’i Ahmad
Ketua Umum : Ahmad Purwanto
Ketua Santri (Putri) : Hawin Fitriana
Wakil Santri (Putri) : Alfi Qurrotaa’yun
Sekretaris : Ratna Ramuna Dewi
Bendahara : Anggre Delia Maharani
Mei Suryani
Bidang-bidang :
a. Peribadatan : Choiriyah Alfiati
Mega Slavina.
b. Pendidikan : Khoirunnisa Nur Awali
Lu’lu’ Choiriyah
c. Keamanan : Yuyun Khoirul
Triyana M
d. Kebersihan : Tri Wahyuningsih
Uun Rosiani
e. Kesehatan : Nurul Azizah
77Lihat Pada Transkip Dokumentasi Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 03/O/6-IV/2019
-
Dyas Usmul Fauzi
f. Sarana dan Prasarana : Fadhelia Tri
6. Perkembangan Jumlah Santri Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’at Soboguno
Tahun Pondok Mukim
Jumlah
Santriwati
Jumlah
Santriwan
1995/1996 2 8
1997/1998 20 14
1999/2000 35 17
2000/2001 43 20
2002/2003 48 25
2004/2005 50 28
2006/2007 57 27
2008/2009 63 33
2010/2011 68 38
-
2012/2013 78 42
2014/2015 84 39
2016/2017 97 47
2018/2019 120 30
7. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno
No. Jenis Ruangan Jumlah
1. Ruangan Kamar Santriwati 18
2. Ruang Kamar Santriwan 12
3. Ruang Konsultasi 1
4. Kamar Mandi Santriwati 10
5. Kamar Mandi Santriwan 5
6. Kantin 2
7. Aula 2
8. Almari 150
-
9. Gudang 1
B. Deskripsi Data Khusus
1. Strategi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno dalam
meningkatkan keidisiplinan belajar santri
Salah satu strategi pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno
dalam meningkatkan kedisiplinan santri adalah dengan membuat program
pengajian kitab. Agar terciptanya kelancaran dalam kegiatan pondok
pesantren membentuk kepengurusan atau organisasi yang ditugaskan
untuk mengatur santri-santri yang terdapat di pondok pesantren. Seperti
yang telah dipaparkan oleh KH. Syafi’i Ahmad, sebagai berikut :
Pengurus dan lingkungan sekitar di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren
dan membuat pedoman aturan-aturan guna menciptakan kedisiplinan santri.78
Setelah di bentuk kepengurusan dalam pondok pesantren, pengurus
membuat aturan-aturan guna untuk menciptakan kedisiplinan santri.
Selain itu pengurus juga memberlakukan huuman bagi mereka yang
melanggar aturan pondok pesantren. Seperti yang telah dipaparkan oleh
Bpk. Ahmad Purwanto selaku Ketua Umum Pondok Pesantren, sebagai
berikut :
Strategi yang diterapkan pengurus dengan membuat aturan-aturan untuk
mempermudahkan santri dalam melakukan kegiatan ataupun dalam
meningkatkan kedisiplinan.79
78Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 01/W/2-4/2019
-
Kegiatan pengajian kitab di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno sudah diatur oleh pengurus dan pengurus yang bertanggung
jawab untuk mengajak para santri mengikuti pengajian kitab. Seperti yang
telah dipaparkan oleh saudari Lu’lu Khoiriyah, sebagai berikut :
Strategi yang dilakukan agar kegiatan terlaksana dengan adanya penggunaan
kentongan untuk menandakan jika waktunya kegiatan mengaji akan dimulai
biasanya 15 menit sebelum pengajian di mulai sudah berkumpul di Aula.
Selain itu dengan adanya penerapan hukuman bagi mereka yang sering tidak
mengikuti kegiatan atau melanggar aturan.80
Untuk saat ini, strategi yang digunakan dalam menciptakan
kedisiplinan santri dengan membuat aturan dan memberikan penandaan
ketika waktu akan dimulainya pengajian, dan sampai saat ini masih
berjalan dengan lancar.
2. Kinerja Pengurus bidang pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’at Soboguno dalam meningkatkan kedisiplinan belajar
santri
a. Perencanaan (planing) kegiatan pembelajaran santri
Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno
merupakan suatu pondok pesantren sebagai tempat pendidikan
mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan
seorang Kyai. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno
menerapkan sistem metode salafiyah yang beridiri pada tahun 1995 di
79Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 02/W/8-4/2019 80Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 03/W/13-4/2019
-
bawah asuhan KH. Syafi’i Ahmad. Di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’at banyak santri yang berasal dari berbagai daerah Jawa,
Sumatra, Kalimantan, dan berbagai daerah lainnya. Dengan banyaknya
jumlah beberapa santri sehingga di Pondok membentuk sebuah
organisasi yang mana diantaranya adalah pengurus bidang pendidikan.
Pengurus bidang pendidikan pastinya pengurus inti yang
mengatur dalam pembelajaran di Pondok Pesantren. Pada tahap awal
pengurus bidang pendidikan membuat tahap awal dalam organisasi
yaitu perencanaan dalam mengatur kedisiplinan santri. Seperti yang
telah dipaparkan oleh saudari Lu’Lu’ Khoiriyah selaku pengurus
bidang pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in
Soboguno, sebagai berikut:
Tahapan awal dalam mengatur kedisiplinan santri dengan adanya
perencanaan, dengan merencanakan jadwal pembelajaran, jadwal kegiatan
santri, dan juga hukuman-hukuman bagi yang melanggar ataupun
penghargaan bagi yang berprestasi. Perencanaan ini diatur oleh seluruh
pengurus bidang pendidikan.81
Dalam membangun Pondok Pesantren pasti mempunyai
aturan-aturan yang wajib ditaati oleh semua santri, dan di pondok
pesantren pastinya terdapat jadwal untuk mengatur setiap kegiatan dari
81 Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 04/W/19-4/2019
-
para santri, dengan begitu perlu adanya perencanaan dalam mengatur
kedisiplinan santri.
b. Pelaksanaan (actuating) dalam meningkatkan kedisiplinan santri
Setelah adanya berbagai perencanaan dari pihak pengurus
untuk mendisiplinkan santri, pada tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan
(actuating). Pelaksanaan ini disesuaikan dengan perencanaan awal
kegiatan yang telah disusun, yaitu jadwal mengaji, sorogan, pengajian
kitab kuning, dan belajar malam. Pelaksanakan ini guna membentuk
santri dalam berperan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Seperti
yang telah dijelaskan oleh Lu’Lu Khoiriyah :
Dalam pelaksanakan seluruh anggota pengurus bidang pendidikan sangat
berperan aktif dalam setiap kegiatan mengaji, pengajian kitab kuning,
sorogan atau kegiatan rutinan, yang terdapat dalam jadwal. Selain itu dari
pihak pengurus bidang pendidikan, mengadakan absensi setiap kegiatan
yang ada di Pondok Pesantren Soboguno.82
Dengan adanya pelaksanakan menjadikan santri lebih
bertanggung jawab dalam kewajibannya sebagai santri dan sebagai
pelajar, yang mana seorang santri dan seorang pelajar kewajibannya
merupakan belajar secara aktif demi kemajuan bangsa dan negara.
c. Pengawasan (controlling) dalam meningkatkan kedisiplinan santri
Setiap pondok pesantren tentunya memiliki aturan-aturan dan
pelaksanakan yang berbeda-beda, salah satunya yaitu aturan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran yang ada di pondok pesantren. akan
82 Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 04/W/19-4/2019
-
tetapi masih terdapat beberapa santri yang ditemukan melakukan
pelanggaran dan penyimpangan tata tertib dan peraturan, sehingga
mengakibatkan santri mendapatkan hukuman atau peringatan dari
Pondok Pesantren.
Tidak berbeda dengan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’at
Soboguno yang juga terdapat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh para santri seperti tidak memiliki kitab pengajian, tidak mengikuti
kegiatan yang terdapat di pondok pesantren seperti pengajian sorogan
atau pengajian kitab Ihya’ Ulumuddin maupun kitab Bukhori Muslim.
Maka demi menertibkan para santri yang melanggar peraturan, dari
pengurus melakukan hukuman bagi santri-santri yang melanggar.83
Sebagaimana yang dipaparkan oleh saudari Lu’lu Khoiriyah selaku
pengurus bidang pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’at Soboguno, sebagai berikut :
Ada tindakan atau hukuman tersendiri untuk para santri yang melanggar, jika
sudah tidak bisa diatasi lagi abah atau Bpk. KH Syafi’i Ahmad selaku
pengasuh pondok biasanya yang akan langsung turun tangan untuk
mengatasi santri yang melanggar aturan.
Pada awalnya yang melatar belakangi adanya hukuman adalah
santri pondok pesantren yang tidak menaati peraturan yang telah
diberlakukan oleh pondok, dan menjadi kebiasaan para santri dan terus
menerus terjadi sehingga menimbulkan beberapa santri juga mengikuti
83 Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 02/W/8-4/2019
-
melanggar aturan di pondok pesantren dan kegiatan pengajian tidak
berjalan kondusif.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno bahwa memang masih ada
beberapa santri yang menunjukkan perilaku kurang disiplin, seperti
kabur dari kegiatan pengajian, tidak memiliki kitab pengajian, bahkan
ada yang belum kembali pondok pesantren atau masih berada di
rumah, sehingga rendahnya disiplin diri tersebut santri mendapat
hukuman. Dengan demikian diadakannya hukuman dapat mencegah
perilaku yang menyimpang serta menciptakan pribadi yang disiplin.84
Adapun bentuk-bentuk hukuman yang diterapkan di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi’at Soboguno yaitu, hafalan surat-surat
pendek Juz 30 pada Al-Qur’an, Surat Al-Waqi’ah, Surat Yasin, Surat
Al-Mulk, dan hafalan tahlil. Hukuman yang mendidik tersebut guna
dapat meningkatkan hafalan santri dan lebih bisa bertanggung jawab
atas apa yang dilakukan. Seperti yang telah dipaparkan oleh Hawin
Fitriani selaku ketua pondok pesantren, sebagai berikut:
Adanya kebijakan tersendiri seperti hukuman bagi mereka yang melanggar
aturan atau bahkan pergi tanpa adanya perizinan dari pengurus. Hukuman itu
seperti hafalan surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an khusunya Juz 30 dan
wajib hafal surat Al-Waqi’ah, Yasin, Al-Mulk, selain itu juga hafalan
tahlil.85
84Lihat Pada Transkip Observasi Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 01/O/12-XII/2018 85 Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 03/W/13-4/2019
-
Berdasarkan dari hasil observasi , memang benar dari pengurus
bidang pendidikan pondok ketika menemukan beberapa santri yang
tidak berangkat mengikuti pengajian dengan tanpa alasan maka akan
diberikan hukuman-hukuman untuk menciptakan tingkat kedisiplinan.
Tetapi juga masih ada beberapa santri yang mengulang kembali
pelanggaran tersebut, karena ketika diobservasi kurang adanya
ketegasan dari pengurus bidang pendidikan.86
Namun ada juga yang berperan sangat aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’in Soboguno. Santri yang berperan sangat aktif di setiap akan
diberikan penghargaan. Seperti yang telah dipaparkan oleh Hawin
Fitriani :
Pengurus pondok pesantren hidayatul mubtadi’in soboguno tidak hanya
melakukan pengawasan terhadap para pelanggar yang tidak mengikuti
kegiatan pembelajaran ataupun mengaji. Tetapi, juga melakukan
pengawasan terhadap santri yang berperan aktif dalam setiap kegiatan yang
ada di Pondok Pesantren dan memiliki prestasi yang baik.87
Adanya pengawasan tersebut tentunya mempermudah pihak pengurus
menindaklanjuti santri-santri yang melakukan pelanggaran, dan tidak
patuh terhadap aturan-aturan yang ada di Pondok pesantren Hidayatul
Mubtadi’in Soboguno.
86 Lihat Pada Transkip Observasi Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 01/O/12-XII/2018 87 Lihat Pada Transkip Wawancara Dalam Lampiran Penelitian Ini, Kode: 03/W/13-4/2019
-
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan
kedisiplinan belajar santri
a. Faktor pendukung
Niat dengan ikhtiar untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang
memiliki kedalaman ilmu agama, disertai dengan jiwa kedisiplinan,
agar bisa lebih bertanggung jawab dalam kehidupan secara mandiri
tanpa harus bergantung pada orang lain, dan tentu tidak bisa lepas
aspek pendukung yang turut serta merealisasikan harapan dari pondok
pesantren Hidyatul Mubtadi’at Soboguno. Selain itu, faktor
pendukung lainnya melalui proses wawancara dengan Bpk. Ahmad
Purwanto dijelaskan sebagai berikut88:
1) Tauladan dari Pengasuh Pesantren
Jarang dijumpai pengasuh pesantren ikut terlibat secara langsung
dalam kegiatan-kegiatan santri. Yang sering dijumpai pengasuh
pesantren hanya menjadi pemimpin dan penonton atas
terselanggaranya kegiatan yang dijalankan oleh santri. KH. Syafi’i
Ahmad merupakan seorang figur pemimpin pesantren yang tidak
merasa enggan untuk ikut terlib