Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa...

100
RITUAL TRADISI NYADAR DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL WARGA DESA PINGGIRPAPAS DI MADURA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) Oleh : Hosnor Chotimah Nim : 19932216485 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007

Transcript of Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa...

Page 1: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

RITUAL TRADISI NYADAR DAN PENGARUHNYA

BAGI KEHIDUPAN SOSIAL WARGA DESA PINGGIRPAPAS

DI MADURA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos)

Oleh :

Hosnor Chotimah Nim : 19932216485

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2007

Page 2: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

RITUAL TRADISI NYADAR DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL WARGA DESA PINGGIRPAPAS

DI MADURA

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi (S. Sos)

Oleh : Hosnor Hotimah Nim : 9932216485

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hamid Nasuhi, M.A Drs. Idris Thaha, M.Si NIP: 150241817 NIP: 150317723

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2007

Page 3: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga

Desa Pinggirpapas di Madura” telah di ujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Maret 2007.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sosiologi (S.sos) pada program studi Sosiologi Agama.

Jakarta, 12 Maret 2007

Sidang Munaqasah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Hj. Hermawati, M.A Dra. Joharatul Jamilah, M.Si

NIP: 150 227 408 NIP: 150 282 401

Anggota

Penguji I Penguji II

Dra. Ida Rasyidah, M.A Prof. Dr. Musrifah Sunanto NIP: 150 242 267 NIP: 150 062 829 Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hamid Nasuhi, M.A Drs. Idris Thaha, M.Si

NIP: 150 241 817 NIP: 150 317 723

Page 4: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

ABSTRAK

Hosnor Chotimah Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Sosial Warga Desa Pinggirpapas di Madura

Tradisi Nyadar yang terdapat di Desa Pinggirpapas merupakan adat istiadat untuk mengingatkan kembali warga Pinggirpapas khususnya atas jasa-jasa Anggasuto sebagai penemu garam pertama kali di desa ini. Adapun mengenai proses ditemukannya garam oleh Anggasuto banyak versi cerita yang berkembang di masyarakat setempat. Konon, di Pinggirpapas Anggasuto memulai kehidupannya dan menemukan butiran kristal dari air laut yang dibiarkannya berminggu-minggu. Butiran kristal yang kemudian disebut garam itu kemudian diolah sehingga menjadi sumber penghidupan. Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak garam di Pulau Madura. Waktu pun terus bergulir, tradisi pembuatan garam rakyat terus dilakukan turun-temurun oleh warga Desa Pinggirpapas. Alhasil, ratusan kilogram garam setiap hari diproduksi para petani garam di desa ini. Dengan adanya mata pencaharian ini, warga Pinggirpapas bertambah makmur dan hidup dengan prestise material yang tinggi. Buktinya, haji-haji garam banyak bermunculan dan sarjana-sarjana yang memperoleh biaya pendidikan dari hasil garam lahir setiap tahunnya. Walaupun kini Pinggirpapas telah berubah menjadi sebuah desa yang besar, jasa-jasa Anggasuto yang telah membuka cakrawala kehidupan warga tidak dilupakan. Dan setiap tahun menjelang musim panen, warga Pinggirpapas memperingati jasa Anggasuto dalam sebuah ritual yang disebut Nyadar.

Mengenai pelaksanaannya tradisi Nyadar dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun. Hal ini merujuk pada cerita masyarakat yang berkembang, yakni Anggasuto bernazar apabila talangan yang ia buat berhasil menjadi garam, maka Anggasuto akan mengadakan tasyakuran/ selametan bersama-sama dengan rakyatnya. Begitu juga yang dilakukan oleh adik Anggasuto yang bernama Kuasa. Sedangkan adik perempuan Anggasuto yang bernama Indusari melakukan tasyakuran/ selametan dirumahnya sendiri. Atas ketiga pelaksana nazar inilah, baik Anggasuto, Kuasa, dan Indusari, tradisi Nyadar dilakukan sebanyak tiga kali. Nyadar pertama dan kedua dilakukan di sekitar pemakaman Anggasuto beserta kerabatnya di Desa Kebundadap. Dan Nyadar ketiga dilakukan di rumah masing-masing warga Pinggirpapas.

Dengan merujuk pada cerita di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa tradisi Nyadar sebenarnya adalah tradisi Nazar yang berarti janji berbuat sesuatu jika cita-citanya tercapai. Namun terbentur pada dialek orang Madura pada umumnya, maka pengucapan Nazar berganti menjadi Nyadar. Oleh karena itu tradisi Nyadar tetap dilakukan oleh warga Pinggirpapas selain sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa leluhur mereka, yakni Anggasuto dan kerabatnya, tradisi Nyadar dilakukan guna menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Sehingga dapat memberikan pengaruh atau dampak yang positif bagi warga Pinggirpapas khususnya, baik dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi dan agama

Page 5: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah dengan mengucap puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang menggenggam

alam semesta ini beserta segala isinya, yang telah memberi segala taufik dan hidayah-Nya serta yang telah

membukakan segala kemudahan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ritual

Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Sosial Warga Desa Pinggirpapas di Madura”.

Shalawat dan salam tak lupa diucapkan kepada jujungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah

membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang ini.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk

menempuh ujian sarjana strata satu (S-1) Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan,

baik itu dalam bentuk tulisan maupun dalam hasil penelitian yang tertuang didalamnya. Penulis sangat

berharap agar hal ini dapat dimaklumi, karena atas dasar keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang

penulis miliki.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan dari beberapa pihak, karena

dengan bantuan mereka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah sepantasnya pada

kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah memberikan

fasilitas perkuliahan selama penulis menempuh studi di fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

2. Dra. H. Hermawati. M.A selaku ketua program studi Sosiologi Agama dan Bapak Ismail S.Ag selaku

mantan Sekretaris program studi Sosiologi Agama atas bantuan nilainya dan Ibu Joharotul jamilah

yang telah memberikan nasehat dan membantu penulis selama perkuliahan, baik dalam mata kuliah,

adminitrasi, maupun birokrasi.

Page 6: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

3. Drs. Hamid Nasuhi, M.A dan Drs. Idris Thaha, M.Si selaku pembimbing selama penulis

menyelesaikan skrpsi, terima kasih atas kelonggaran waktu dan kesabarannya dalam membimbing

penulis, semoga Bapak selalu diberikan kesehatan dan berada dalam lindungan-Nya.

4. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayah dan Ibuku yang telah memberikan semangat dalam skripsiku

sekaligus yang telah merawat dan membesarkan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Dan

Buhari selaku adik kandungku terima kasih atas bantuan dan supportnya selama ini.

5. Amrul Rahman yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaganya dalam membantu dan mensupport

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak-banyak terima

kasih yang mendalam kepadanya. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan supportnya skripsi ini tidak

akan cepat selesai. Terima kasih juga dari awal penulisan skripsi hinga selesai Amrul selalu siap sedia

mengantarkan penulis ke kampus. Jasa-jasamu tak kan kulupakan.

6. Mbak Jemil yang insyaAllah akan menjadi kakak iparku, he…he… terima kasih ya mbak yang sudah

berkenan untuk direpotkan dalam mencari data-data yang penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi

ini.

7. Kak Rizal dan Masrawi, walaupun kadang-kadang suka membuat penulis kesal, biar bagaimanapun

kalian adalah orang-orang yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian, Mator sa

kalangkong…!!!

8. Lulu selaku temanku yang sangat pengertian karena telah meminjamkan komputernya.

9. Ipeh teman seperjuanganku, kita berdua saling mendoakan dan mensupport satu sama lain dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Eva si maniak F4 dan Faris si ibu teladan, yang tidak henti-hentinya selalu mengingatkan agar penulis

tidak malas dan cepat-cepat wisuda.

Dan tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dari semua pihak. Harapan penulis semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas bantuannya. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Penulis

Page 7: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Pinggirpapas berdasarkan Jenis Kelamin…...25

2. Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Pinggirpapas berdasarkan Usia……………...26

3. Tabel 3 Fasilitas Umum Desa Pinggirpapas…………………………………..29

4. Tabel 4 Populasi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan………………...30

5. Tabel 5 Sarana Pendidikan di Desa Pinggirpapas……………………………..31

6. Tabel 6 Mata Pencaharian Warga Desa Pinggirpapas………………………...33

Page 8: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………..………………..……………………….ii

DAFTAR TABEL…………………………………………………...v

DAFTAR ISI.…………………………………………………..…...vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah…………………………………..…1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………...………..….8

C. Metodologi Penelitian………..………………..….................9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….10

E. Sistematika Penulisan……………………………………. 10

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG RITUAL TRADISI NYADAR BAGI WARGA DESA PINGGIRPAPAS A. Pengertian Ritual……………………..………..…………...13

B. Pengertian Tradisi……………………………….................15

C. Karakteristik Orang Madura Umumnya……..…………….17

1. Carok……………………………………………………18

2. Islam dan Ulama……………………………………… 19

3. Kepercayaan terhadap Kuburan Keramat……………....20

Page 9: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PINGGIRPAPAS Letak Geografis…………………………………………….24

Keadaan Penduduk………………………………………... 25

1. Bidang sosial ……………………………………………26

2. Bidang Pendidikan………………………………………30

3. Bidang Ekonomi………………………………………...32

4. Bidang Agama………………………………………......34

BAB IV ANALISIS TENTANG RITUAL TRADISI NYADAR

Sejarah Munculnya Tradisi Ritual Nyadar…………………39

Penetapan Waktu dan Praktik Nyadar………………………41

C. Struktur Kepemimpinan dalam Tradisi Nyadar...…………..49 D. Dampak atau Pengaruh Tradisi Nyadar dalam Kehidupan

Masyarakat Pinggirpapas………..........................................51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………..……………………53

B. Saran………………………….……………………………...54

DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………………..……..…55

LAMPIRAN

Page 10: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Madura sebagai wilayah kepulauan yang terletak di sebelah Timur pulau Jawa,

terbagi atas empat Kabupaten, yakni : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.

Dengan luas masing-masing sebagai berikut : Bangkalan 1260 km2, Sampang 1233 km2,

Pamekasan 792 km2 dan Sumenep 1989 km2.1

Berbeda dari wilayah Jawa pada umumnya yang mempunyai tingkat kesuburan tinggi, sebagian tanah

Madura kurang subur/ gersang dan tandus. Kondisi daerah yang demikian memaksa kebanyakan orang

Madura pergi merantau ke daerah lain dalam rangka mencari penghidupan yang lebih layak. Namun

sesungguhnya Madura bukan daerah yang tidak berpotensi sama sekali. Hal ini dapat dibuktikan dengan

adanya garam sebagai salah satu potensi terbesar yang dihasilkan oleh Madura. Berkaitan dengan

garam, di Kabupaten Sumenep yang berasal dari kata Songennep, tepatnya di desa Pinggirpapas,

terdapat tradisi budaya yang dikenal dengan tradisi Nyadar.

Tradisi Nyadar yang dilakukan oleh masyarakat Pinggirpapas berhubungan erat dengan leluhur mereka,

Anggasuto yang dianggap penemu garam pertama dan yang mengislamkan masyarakat Pinggirpapas.

Kepeduliannya yang tinggi terhadap orang kecil dan lemah serta kemampuannya dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi masyarakat, menyebabkan dia diangkat sebagai tokoh masyarakat.2

Dengan ditemukannya garam pertama kali oleh Anggasuto, maka masyarakat Pinggirpapas mempunyai

sumber kehidupan yang layak dalam hal memproduksi garam hingga saat ini. Adapun proses bagaimana

ditemukannya garam pertama kali oleh Anggasuto, siapakah sebenarnya Anggasuto dan pada tahun

berapakah beliau memulai kehidupannya di Desa Pinggirpapas, hal ini tentunya berkaitan erat dengan sejarah

1 Andang Subaharianto, dkk, Tantangan Industrialisasi Madura (Membentur Kultur, Menjunjung

Leluhu), (Malang: Bayumedia, 2004), h. 16 2 Budiyono, Tradisi Nyadar bagi Masyarakat Pinggirpapas di Madura, (Jember: Universitas

Jember, 1992), h. 1

Page 11: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

awalnya tradisi Nyadar muncul dan kerap dilaksanakan oleh masyarakat Pinggirpapas tiap tahunnya. Oleh

karena itu penulis akan membahas hal ini lebih lanjut dalam bab IV.

Di samping Anggasuto yang perlu senantiasa diteladani tokoh-tokoh yang dikultuskan oleh masyarakat

Pinggirpapas adalah Embah Kuasa, Embah Dukun, dan Embah Bangsa. Embah Kuasa adalah adik

Anggasuto yang diberi kekuasaan untuk mengatur semua aktivitas masyarakat Pinggirpapas, sedangkan

Embah Anggasuto sendiri berperan sebagai penasehat atau sesepuh. Dan Embah dukun adalah seorang

yang berasal dari Banten berperan sebagai pembantu Anggasuto, sedangkan Embah Bangsa adalah

seorang yang berasal dari Sulawesi dan dinikahkan dengan adik perempuan Anggasuto yang bernama

Indusari.1

Adapun bentuk pelaksanaan tradisi Nyadar pertama dan yang kedua adalah

ziarah atau nyekar ke makam tokoh yang dikultuskan yakni Anggasuto beserta

kerabatnya di desa Kebundadap, Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Dan tradisi

Nyadar ketiga dilakukan di setiap rumah warga Pinggirpapas, hal ini merujuk kepada

tradisi Nyadar yang dilakukan oleh Indusari (adik Anggasuto) yang melakukan tradisi

Nyadar di rumahnya sendiri. Hal ini tentunya berkaitan pula dengan sejarah munculnya

tradisi Nyadar yang oleh karena itu penulis akan menguraikannya secara menyeluruh

dalam bab IV.

Walaupun masyarakat Pinggirpapas umumnya beragama Islam, namun dalam

pelaksanaannya tradisi Nyadar masih dipengaruhi oleh praktik-praktik Hinduisme yakni

nilai-nilai kepercayaan animisme dan dinamisme. Seperti halnya membakar kemenyan

sebelum ritual dimulai, membawa sesajen (baik berupa kembang sesaji ataupun makanan

yang khusus dipersiapkan), dan menorehkan bedak di dahi ataupun di telinga. Hal yang

terakhir ini memiliki makna bahwa seseorang telah mengikuti tradisi Nyadar dan ada pula

1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep, Sekilas Mengenal Upacara Adat Nyadar (Nadzar), (Sumenep: Depdikbud, 2002), h. 2

Page 12: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

yang mengasumsikan bahwa hal ini dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat pada saat

seseorang melaksanakan tradisi Nyadar. Hal ini tentunya tidak terlepas hubungannya

dengan komponen historis, sebagaimana yang penulis akan uraikan lebih lanjut dalam

bab IV.

Namun masyarakat Pinggirpapas tidak mau dianggap menyekutukan Allah SWT

atau melakukan bid’ah jika mereka melaksanakan ritual tradisi Nyadar tersebut. Karena

mereka menganggap tradisi Nyadar ini merupakan bentuk rasa syukur mendalam mereka

atas karunia Allah SWT yang telah memberikan nadi kehidupan kepada masyarakat

Pinggirpapas atas hasil garam yang ditemukan pertama kali oleh Anggasuto. Dan sebagai

ahli waris Anggasuto, wajib kiranya untuk meneruskan nilai nilai perjuangan beliau yang

terkandung dalam tradisi Nyadar, khususnya dalam pembuatan garam sampai akhirnya

berbuah hasil/ panen garam. Oleh karena itu, walaupun zaman sudah semakin modern,

tidak mudah bagi masyarakat Pinggirpapas untuk menghilangkan tradisi Nyadar yang

secara turun temurun selalu dilaksanakan tiap tahunnya hingga saat ini.

Dan dalam perkembangannya, ada yang beranggapan bahwa ritual tradisi

Nyadar bersifat bid’ah. Dengan kata lain menyimpang dari ajaran Islam yang terkandung

di dalam Al-Quran dan Hadits. Sebagaimana yang dikatakan oleh al-Ghazali, ia

menganggap semua macam peringatan adalah bid’ah, seperti peringatan hari ulang tahun

maupun hari wafat seseorang. Karena menurut al-Ghazali menyelenggarakan peringatan-

peringatan itu lebih banyak membawa Mafsadah (keburukan) daripada membawa

Mashlahah (kebaikan).2

Tetapi lain pula pendapat Muhammad Mustafa al-Maraghi, mantan Rektor

Universitas al-Azhar, melakukan hal yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan juga 2 Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, (Jakarta: Rajawali, 1988), h.124

Page 13: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

para sahabatnya bisa menjadi bid’ah dan bisa juga tidak. Misalnya mengadakan

peringatan Maulid Nabi, Hijrah Nabi, dan sebagainya itu dimaksudkan sebagai unsur

ibadah atau unsur agama, maka jelaslah menjadi bid’ah karena merupakan ibadah baru.

Tetapi jika upacara peringatan tersebut dimaksudkan sebagai “tradisi” dan untuk

membangkitkan umat Islam agar suka mengikuti ajaran Nabi dan meneladani akhlaknya

yang mulia; maka mengadakan peringatan Maulid Nabi itu bukan bid’ah, karena tidak

dimaksudkan sebagai agama dan tidak pula untuk menciptakan sesuatu yang baru di

dalam agama.3 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam menilai baik-buruknya,

bid’ah atau tidaknya sesuatu hal itu tergantung kepada perspektif atau sudut pandang

seseorang.

Menurut pendapat saya, dalam hal ini kiranya perlu dibedakan antara kegiatan

upacara keagamaan yang ada kaitannya dengan Islam dan Nabi Muhammad SAW

sebagai pembawa ajaran Islam, seperti peringataan Maulid Nabi; dengan kegiatan

upacara keagamaan yang dikaitkan dengan seseorang bukan Nabi, seperti perayaan

tradisi Nyadar sebagai peringatan syukuran.

Penyelenggaraan upacara keagamaan macam pertama, dapat ditolerir atau

dibenarkan, sebagaimana yang difatwakan oleh Muhammad Mustafa al-Maraghi di atas.

Sedangkan kegiatan upacara keagamaan macam kedua, tidak dapat dibenarkan oleh

Islam, karena bisa menjurus kepada pengkultusan seseorang yang dilarang oleh agama.

Hal ini sesuai dengan Hadits riwayat Abu Dawud yang berbunyi:

) رواه ابو دواد(ال تجعلو ابيو تكم قبورا وال تجعلوا قبوري عيدا وصلوا على فان صالتكم تبلغنى حيث آنتم Artinya:

3 Zuhdi, Studi Islam, h. 124

Page 14: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

“Janganlah kamu jadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan, dan jangan pula kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, berdo’alah (shalawatlah) untukku, karena sesungguhnya do’amu akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada”.4

Mempertimbangkan komponen historis dari suatu fenomena sosial pada

dasarnya merupakan upaya untuk menyingkap dimana “tempat berdiri” seseorang atau

sekelompok orang pada masyarakat tertentu dalam kaitannya dengan sejarah. Sejarah

selalu terkait dengan peristiwa masa lalu. Dalam kajian antropologis peristiwa di masa

lalu dikaji bukan semata-mata untuk mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu tetapi

diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang hal-hal di masa lalu yang berperan

dalam membentuk wujud dari kenyataan sosial di masa kini.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik dengan fenomena tersebut dan mencoba mengangkatnya dalam

sebuah skripsi, yakni sebuah tradisi yang secara turun temurun masih dilaksanakan oleh masyarakat

Pinggirpapas. Serta hubungannya dengan kehidupan masyarakat Pinggirpapas baik dari segi sosial,

ekonomi, maupun budaya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Guna menghindari pembahasan yang melebar sehingga apa yang diharapkan kurang memenuhi sasaran,

maka dalam penulisan skripsi ini penulis membatasinya dengan hal-hal yang berkaitan dengan ritual

tradisi Nyadar.

Selanjutnya berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan

masalah yang akan penulis tuangkan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah sejarah munculnya tradisi ritual Nyadar ?

2. Bagaimanakah proses penetapan waktu dan praktik ritual Nyadar?

3. Bagaimanakah pola struktur kepemimpinan dalam tradisi ritual Nyadar?

4 Abujamin Roham, Dari Orang Hidup Kepada Orang Mati, (Jakarta: Media Da’wah, 1993), h. 123

Page 15: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

4. Serta apa sajakah dampak atau pengaruh tradisi Nyadar dalam kehidupan masyarakat

Pinggirpapas?

C. Metodologi Penelitian Metodologi Penelitian yang dipergunakan untuk mengumpulkan data bagi penulisan skripsi ini ada dua

cara sebagai berikut :

1. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu membaca dan menelaah buku-buku

yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, seperti buku-buku yang berkaitan

dengan tradisi Nyadar.

2 . Penelitian lapangan (Field Research), yaitu mengadakan penelitian lapangan terhadap

masyarakat Pinggirpapas khususnya para sesepuh yang biasa memimpin ritual tradisi

Nyadar. Dengan teknik-teknik sebagai berikut :

a. Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung untuk mendapatkan keterangan-

keterangan mengenai ritual tradisi Nyadar dan keadaan masyarakat Pinggirpapas .

b. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab dengan beberapa orang yang

mengetahui seluk beluk tentang tradisi Nyadar secara keseluruhan, yang terdiri dari

para tokoh pemimpin Nyadar, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Di

antara mereka adalah Embah Kasa selaku Ketua Adat, Bapak Harun Rasyid selaku

tokoh agama dan Bapak Ahmad Rizal selaku tokoh masyarakat. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh data yang sifatnya faktual dan akurat. Wawancara dibagi

menjadi beberapa bagian, yakni:

a. Wawancara bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan

apa saja yang diinginkannya, tetapi ia juga harus mengingat akan data apa yang

Page 16: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

akan dikumpulkannya. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa

pedoman mengenai apa yang akan ditanyakan.

b. Wawancara terpimpin, guided interview, yaitu wawancara yang dilakukan

dengan membawa sederet pertanyaan yang lengkap dan terperinci.

c. Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan

wawancara terpimpin dalam pelaksanaanya pewawancara membawa pedoman

yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.5

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara (guided

interview) yang berarti penulis menggunakan pedoman wawancara dalam mendapatkan

informasi dan mengumpulkan data secara sistematis, faktual dan akurat.

Penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif

dengan metode deskriptif. Kualitatif di sini, merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari si pelaku yang sedang diamati.

Di samping itu teknik pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah mengambil studi

kasus, yaitu bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek lingkungan sosial termasuk

manusia didalamnya.6

Di samping itu, penelitian deskriptif yang penulis gunakan bertujuan

menggambarkan suatu keadaan atau suatu fenomena tertentu berdasarkan data yang

diperoleh. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud

membuat semacam penjelasan mengenai situasi-situasi atau kejadian tertentu sehingga

5 Suharsini Arikunto, ProsedurPenelitian: Suatu Pendekatan dan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h. 145-146 6 Lexy J. Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), h. 3

Page 17: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

diperoleh deskripsi yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat

populasi atau daerah tertentu.7

Adapun analisa data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh

temuan-temuan hasil penelitian. Dalam penelitian, data dianalisa secara kualitatif. Data

yang diperoleh dari hasil observasi partisipasi wawancara dan dokumen tersebut

dideskripsikan dalam bentuk uraian, maksud utama analisa data itu adalah dimengerti,

sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain.

Pelaksanaan analisanya dilakukan pada saat masih di lapangan dan setelah data

terkumpul. Peneliti menganalisa data-data sepanjang penelitian dan dilakukan secara

terus menerus dari awal sampai akhir penulisan. Data-data tersebut bisa berupa

informasi-informasi dari masyarakat setempat, tokoh masyarakat dan lain sebagainya.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi ritual Nyadar dan

seberapa jauh pandangan masyarakat Pinggirpapas menganggap pentingnya ritual Nyadar yang selama

ini diyakininya.

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar

sarjan di Universitas Islam Negeri “Syarif Hidayatullah” Ciputat khususnya, dan untuk

menambah khazanah pengetahuan tentang adat istiadat atau kebudayaan dari tanah

kelahiran penulis sendiri.

E. Sistematika Penulisan

7 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 18

Page 18: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyusun sistematika penulisan dengan merujuk pada buku

“Pedoman Ushuluddin dan Filsafat yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press 2005-

2006.” Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab.

Penulisan skripsi ini diawali dengan bab I yang berisikan tentang latar belakang pemilihan judul,

pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan yang

terakhir sistematika penulisan.

Sedangkan dalam bab II membahas tentang kajian teori ritual tradisi Nyadar, baik itu dari segi

pengertian ritual yang dikutip dari teorinya Kingsley Davis dan Robertson Smith, pengertian tradisi

yang mengutip dari buku, diantaranya kamus sosiologi dan kamus antropologi maupun karakteristik

orang Madura pada umumnya, yakni: carok (membela harga diri), sangat menghormati ulama, dan

percaya terhadap kuburan keramat.

Berbeda halnya dengan bab II yang lebih mengarah pada kajian-kajian teoritis, dalam bab III

menjelaskan tentang gambaran umum masyarakat Pinggirpapas, di lihat dari letak geografis dan

keadaan masyarakatnya; baik dari bidang sosial, bidang pendidikan, bidang ekonomi ataupun bidang

agama.

Adapun isi/ inti pembahasan secara keseluruhan dapat dilihat dalam bab IV, diantaranya menjelaskan

tentang sejarah munculnya tradisi Nyadar sebagai perwujudan sikap masyarakat Pinggirpapas atas

penemuan garam di tanah leluhur mereka. Hal ini merujuk pada hasil wawancara yang dilakukan

penulis kepada beberapa tokoh yang berkepentingan dalam ritual tradisi Nyadar dan masyarakat

Pinggirpapas khususnya. Dan pembahasan selanjutnya mengenai Penetapan waktu dan Praktik Nyadar,

Dimana waktu pelaksanaan tradisi Nyadar tidak boleh mendahului tanggal 12 Maulid dan ketentuan

harinya harus dilaksanakan hari Jumat dan Sabtu. Adapun praktik/ pelaksanaan Nyadar terbagi atas tiga

tahapan, yaitu: pelaksanaan Nyadar pertama dan Nyadar kedua dilakukan disekitar pemakaman embah

Anggasuto. Dan Nyadar ketiga dilaksanakan di rumah masing-masing warga Pinggirpapas khususnya.

Dan pembahasan selanjutnya mengenai struktur Kepemimpinan ritual tradisi Nyadar. Dimana

pelaksanaan tradisi Nyadar ini dipimpin oleh Embah Kasa selaku Ketua Adat dan beberapa tokoh

pelaksana Nyadar lainnya yang akan penulis uraikan dalam bab ini. Dan pembahasan yang terakhir

Page 19: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

adalah berisikan tentang dampak atau pengaruh ritual tradisi Nyadar bagi kehidupan masyarakat

Pinggirpapas umumnya, yaitu mempererat ikatan kekerabatan antar warga dan akhirnya warga

Pinggirpapas memiliki sumber perekonomian melalui usaha panen/ hasil garam.

Dan tulisan ini diakhiri dengan bab V yang menjelaskan tentang kesimpulan dan saran daripada

penulisan kajian skripsi ini. Namun saran penulis tentang ritual tradisi Nyadar ini hendaknya tidak

menimbulkan adanya pemikiran-pemikiran yang menjerumuskan kepada perbuatan bid’ah atau

menyimpang dari ajaran Islam. Seperti halnya apabila tradisi Nyadar tersebut menimbulkan

kepercayaan terhadap orang yang meninggal (pengkultusan seseorang). Tapi hendaknya tradisi Nyadar

hanya dijadikan sebuah adat istiadat sebagai salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia.

Page 20: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG RITUAL TRADISI NYADAR

Sebagaimana yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa ritual tradisi Nyadar selain merupakan

bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat Pinggirpapas atas panen/ hasil garam yang diperoleh tiap

tahunnya, tradisi ini juga bertujuan untuk selalu mengenang jasa-jasa leluhur mereka, Anggasuto yang

telah memberikan sumber kehidupan atas penemuan garam pertama kali olehnya.

Dengan demikian masyarakat Pinggirpapas selalu melaksanakan tradisi Nyadar tiap tahunnya sebagai

warisan nenek moyang/ leluhur yang patut dilestarikan. Dengan harapan hasil/ panen garam yang

diperoleh selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sehubungan dengan judul yang terdapat

dalam bab ini, penulis akan menguraikan beberapa teori yang berkaitan dengan ritual tradisi Nyadar

sebagai berikut:

A. Pengertian Ritual

Menurut bahasa, ritual berarti upacara keagamaan.1 Upacara keagamaan di sini adalah upacara

keagamaan yang diselenggarakan oleh umat beragama untuk memperingati hari besar agamanya atau

peristiwa bersejarah bagi agamanya, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh umat Islam

atau peringatan Natal oleh umat Kristen.9

Sedangkan secara istilah ritual bermakna suatu sistem upacara atau prosedur magis atau religius

biasanya dengan bentuk-bentuk khusus kata-kata atau kosa kata khusus yang bersifat rahasia dan

biasanya dihubungkan dengan tindakan-tindakan penting.10 Ada juga yang mengartikan ritual sebagai

buku resmi yang berisi doa-doa dan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dalam

1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), h. 488 9 Zuhdi, Studi Islam, h. 121 10 M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus sosiologi Antropologi, (Surabaya: Gramedia, 1990), h. 488

Page 21: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

perayaan sakramen, penguburan, pengucapan kaaul publik, pemberkatan gereja, dan upacara-upacara

keagamaan yang lain.11

Kingsley Davis lebih menekankan ciri-ciri ritual. Menurutnya ciri-ciri ritual adalah segala jenis tingkah

laku, seperti memakai pakaian khusus, mengorbankan nyawa dan harta, mengucapkan ucapan formal,

bersemedi, menyanyi, menyanyikan lagu gereja, berdoa (bersembahyang), memuji, pesta, berpuasa,

menari, berteriak, mencuci, dan membaca.12

Dengan merujuk pada beberapa pengertian ritual di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi Nyadar

merupakan upacara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Pinggirpapas tiap tahunnya. Berkaitan

dengan pernyataan Kingsley Davis sebelumnya, tradisi Nyadar memperlihatkan bentuk ritual yang

sifatnya nyekar atau ziarah. Dimana dalam ritual nyekar atau ziarah tersebut mengandung salah satu ciri

sebuah upacara keagamaan, yakni berdoa.

Adapun ritual atau upacara keagamaan secara khusus mengandung empat aspek di dalamnya, yakni :

1. Tempat upacara keagamaan dilakukan, yakni berhubungan dengan tempat-tempat keramat di mana

upacara dilakukan seperti makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau mesjid dan sebagainya.

2. Saat-saat upacara keagamaan dijalankan, yakni berhubungan dengan saat-saat beribadah, hari-hari

keramat dan suci.

3. Benda-benda dan alat upacara, yakni berhubungan dengan benda-benda yang dipakai dalam upacara

termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci,

seruling suci, genderang suci dan sebagainya.

4. Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara, yakni berhubungan dengan para pelaku upacara

keagamaan seperti, para pendeta biksu, syaman, dukun dan lain-lain.13

Upacara keagamaan yang biasa terjadi selalu menghadirkan sesaji atau sesajen sebagai perlengkapan

ritual tersebut. Menurut Robertson Smith fungsi dari upacara bersaji adalah di mana manusia

menyajikan sebagian dari seekor binatang, terutama darahnya, kepada dewa, kemudian memakan

sendiri sisa daging dan darahnya, juga dianggap sebagai suatu aktivitas mendorong rasa solidaritas

11 Nottingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 67 12 Gerald O’ Collins dan Edward G. Fairuguay, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h.92 13 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1989), h. 377-378

Page 22: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

dengan dewa atau para dewa. Dalam hal itu dewa atau para dewa di pandang sebagai warga komunitas,

walupun sebagai warga yang istimewa.14

Ritual menanamkan sikap ke dalam kesadaran diri yang tinggi, dan melalui hal itu akan memperkuat

komunitas moral. Dengan demikian melakukan tradisi keagamaan merupakan tindakan sosial atau

tindakan berjamaah di mana kelompok menetapkan kembali hubungannya dengan objek-objek suci dan

melalui hubungan ini akan memperkuat solidaritas dan mengukuhkan nilai-nilai sendiri.15

B. Pengertian Tradisi

Istilah tradisi yang telah menjadi bahasa Indonesia, dipahami sebagai sesuatu yang turun temurun dari

nenek moyangnya.16 Tradisi dalam kamus Antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan-

kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengenai

nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan, dan kemudian

menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya

dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial.17 Sedangkan dalam kamus Sosiologi, diartikan

sebagai adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara. 18

Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah dan kebiasaan-kebiasaan. Tradisi tersebut

bukanlah suatu yang tidak dapat diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan

manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Karena manusia yang membuat tradisi maka manusia

juga yang dapat menerimanya, menolaknya dan mengubahnya.19

Tradisi juga dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang turun temurun dalam sebuah masyarakat,

dengan sifatnya yang luas tradisi bisa meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah

14 Koentjaraningrat, Pengantar Teori Antropologi I, (Jakarta: UI-Press, 1987), h. 68 15 Thomas F O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan, 2001), h. 76 16 W.J.S. Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985), h. 1088 17 Ariyono dan Aminuddi Siregar, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademik Pressindo, 1985), h. 4 18 Soekanto, SH., MA., Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 459 19 Van Peursen, Sosiologi Kebudayaan, (Jakarta: Kanisius, 1976) , h. 11

Page 23: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

disisihkan dengan perincian yang tepat dan pasti, terutama sulit diperlakukan serupa atau mirip, karena

tradisi bukan obyek yang mati, melainkan adat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup pula.20

Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan sejarah masa

lampau dalam bidang adat, bahasa tata kemasyarakatan keyakinan dan sebagainya, maupun proses

penyerahan atau penerusannya pada generasi berikutnya. Sering proses penerusan terjadi tanpa

dipertanyakan sama sekali, khususnya dalam masyarakat tertutup dimana hal-hal yang telah lazim

dianggap benar dan lebih baik diambil alih begitu saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa

sesuatu tradisi. Bahasa daerah yang dipakai dengan sendirinya diambil dari sejarahnya yang panjang

tetapi bila tradisi diambil alih sebagai harga mati tanpa pernah dipertanyakan maka masa kini pun

menjadi tertutup dan tanpa garis bentuk yang jelas seakan-akan hubungan dengan masa depan pun

menjadi terselubung, tradisi lalu menjadi tujuan dalam dirinya sendiri.21

Dengan merujuk pada beberapa teori tersebut, dapat dikatakan bahwa Nyadar merupakan tradisi, yakni

adat istiadat yang sudah dilakukan turun temurun oleh masyarakat Pinggirpapas. Sedangkan secara

teknis merujuk kepada tradisi dengan maksud menjaga, menghormati serta memelihara warisan nenek

moyang yang sudah ada. Nyadar dapat dikatakan sebagai sebuah peristiwa sosial yang telah menjadi

wadah bagi masyarakat Pinggirpapas dan sekitarnya untuk mengekspresikan wujud ungkapan terima

kasih dan rasa syukur terhadap segala nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Nyadar bisa diartikan sebagai adat istiadat atau

tradisi bagi masyarakat. Untuk itu masyarakat Pinggirpapas selalu melaksanakan ritual tradisi Nyadar

tiap tahunnya, karena masyarakat di sini berpendapat bahwa tradisi Nyadar merupakan warisan nenek

moyang yang patut dilestarikan.

C. Ciri Khas Orang Madura Umumnya

1. Carok ( membela harga diri)

Dalam bukunya yang berjudul “Tantangan Industrialisasi Madura”, Andang Subaharianto

mengemukakan bahwa carok adalah membela harga diri atau kehormatan diri orang Madura akan

20 W.S. Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, (Jakarta: PT Gramedia, 1983), h. 3 21 Hassan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, Vol 6. (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve) h. 3608

Page 24: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

terusik jika ia dipermalukan (malo) atau dilecehkan secara sosial. Tindakan carok merupakan

manifestasi dari upaya membela dan menjaga harga diri, dengan jalan kekerasan fisik. Dalam konteks

ini, ungkapan orang Madura, ango’an poteya tolang etembeng poteya mata, yang artinya “lebih baik

putihnya tulang daripada putihnya mata”. Hal ini sama artinya dengan lebih baik mati daripada hidup

menanggung malu menjadi referensi dari perbuatan carok.22

Berbeda halnya dengan dasar pembelaan diri tentara Jepang yang di sebut dengan Harakiri

(bunuh diri). Menurut cerita, pada saat kota Nagasaki dan Hiroshima di bom secara besar-besaran

oleh pasukan Amerika, serdadu Jepang yang sedang menduduki Indonesia yang berada di Pangkalan

Bun, ibukota Kobar (Kotawaringin Barat), dengan segera meninggalkan Pangkalan Bun. Dan terdapat

satu orang serdadu Jepang yang tertinggal bernama Tei-Cho, menurutnya tidak ada kata lain selain

melakukan tindakan Harakiri (bunuh diri) dengan menembakkan mulutnya dengan pistol. Dan hingga

sekarang makamnya terdapat di Pangkalan Bun dan dimakamkan secara Islami.23

Dalam studi tentang carok tersebut dikemukakan bahwa salah satu penyebab carok yang

potensial adalah mengganggu istri orang lain. Gangguan terhadap perempuan yang sudah bersuami

tersebut dapat berupa aktivitas menggoda, mencintai, atau melakukan perselingkuhan. Dalam

perspektif orang Madura, istri merupakan simbol kehormatan rumah tangga atau laki-laki Madura.

Gangguan terhadap istri atau perempuan ditafsirkan sebagai pelecehan harga diri orang Madura.24

Dasar pembelaan terhadap istri tersebut dikemukakan oleh penyair Madura, D. Zawawi Imron,

dalam ungkapan, “Saya kawin dinikahkan oleh penghulu, disaksikan oleh orang banyak, dan dengan

memenuhi peraturan agama. Maka, siapa saja yang mengganggu istri saya berarti menghina agama

saya (Islam), sekaligus menginjak-injak kepala saya”. Karena itu, martabat dan kehormatan istri

merupakan perwujudan dari landasan kematian (bantalla pate). Dalam ungkapan lain, tindakan

mengganggu istri disebut agaja’ nyaba, yang pengertiannya sama dengan tindakan mempertaruhkan

atau mempermainkan nyawa.25

22 Andang Subaharianto, Tantangan Industrialisasi Madura, h. 60 23 “Makam Serdadu Jepang diZiarahi,” artikel diakses pada 11 Agustus 2006 dari http://www.google.com 24 Andang Subaharianto, dkk, Tantangan Industrialisasi Madura, h.61 25 Andang Subaharianto, dkk, Tantangan Industrialisasi Madura, h.62

Page 25: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Adapun manifestasi daripada carok umumnya banyak dilakukan oleh orang Madura bagian

Barat, yakni Bangkalan dan Sampang. Anggapan ini melihat pada kenyataannya bahwa orang Madura

bagian Barat umumnya memiliki watak dan temperamen yang lebih keras daripada orang Madura

bagian Timur, yakni Pamekasan dan Sumenep. Hal ini dapat dilihat perbandingannya secara jelas

dalam gaya pengucapan (dialek) dan tutur bahasanya orang Pamekasan dan Sumenep lebih halus

daripada orang Madura bagian Barat yakni Sampang dan Bangkalan. Hal ini lebih disebabkan bahwa

segala tindak tanduk orang Madura bagian Timur berkiblat pada budaya Kraton. Seperti penggunaan

dialek dan bahasa orang Madura bagian Timur mengenal tingkatan-tingkatan bahasa dari bahasa yang

terhalus sampai bahasa yang terkasar sekalipun. Demikian pula pribadi santun dan ramah yang

dimiliki oleh orang Madura bagian Timur. Namun di sini sebenarnya penulis tidak ingin membedakan

karakteristik orang Madura bagian Barat dan Timur, Akan tetapi penulis merasa hal ini perlu

dilakukan sebagai bentuk upaya untuk meluruskan pandangan orang luar Madura umumnya yang

menganggap umumya orang Madura terkesan bahwa satu-satunya persoalan merendahkan harga diri

hanya dapat diselesaikan melalui perbuatan carok bukan secara baik-baik.

Oleh karena itu penulis ingin mengagarisbawahi bahwa umumnya yang melakukan tindakan

carok di sini adalah orang Madura bagian Barat, yakni Sampang dan Bangkalan dengan merunut pada

apa yang telah penulis uraikan sebelumnya. Sehingga tidaklah mengherankan bahwa prilaku Carok

(membela harga diri) itu banyak dilakukan oleh orang Madura bagian barat sebagai bentuk

perwujudan harga dirinya diinjak-injak. Sebagaimana kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang

perwira kepolisian kepada istri, teman istrinya dan mertuanya di Bangkalan Madura baru-baru ini.

Sebagai akibat dari adanya prilaku perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya dengan teman satu

angkatannya di kepolisian juga.26

Sebab-sebab lain yang dapat mengganggu harga diri orang Madura selain masalah kehormatan

perempuan adalah masalah tanah dan leluhur, penghinaan terhadap agama dan pelecehan terhadap

anggota keluarga apalagi jika hal itu dilakukan di depan umum.

2. Sangat Menghormati Ulama

26 “Perwira Polisi Menembak Mati Istri, Teman Selingkuhnya dan Mertuanya di Bangkala, Madura,” Republika, 26 Februari 2006, h. 11

Page 26: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Madura dapat dikatakan sebagai daerah berbasis budaya keislamannya sangat tinggi. Citra

Madura sebagai “masyarakat santri” sangat kuat. Menjadi haji, misalnya, merupakan impian setiap

orang Madura, dan mereka akan berusaha keras untuk mewujudkannya. Seolah-olah “kesempurnaan

hidup” telah dapat dilampauinya jika bisa mengunjungi tanah suci (menurut Islam) untuk

melaksanakan ibadah haji. Hampir setiap rumah orang Madura memiliki bangunan langgar atau surau

sebagai tempat keluarga melakukan ibadah sholat. Lokasinya selalu berada di ujung timur halaman

bagian barat sebagai simbolisasi lokasi Ka’bah yang merupakan kiblat orang Islam ketika

melaksanakan sholat.

Secara umum, di kalangan umat Islam, ahli-ahli pengetahuan keagamaan Islam disebut ulama.

Dalam perspektif lokal, di Jawa Barat mereka disebut ajengan. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ahli-

ahli pengetahuan keagamaan Islam tersebut disebut kyai. Hubungan antara kyai dan umatnya sangat

dekat, dan kyai memiliki peranan dominan dalam kehidupan umatnya. Apa yang dikatakan oleh

seorang kyai niscaya akan diikuti oleh umatnya, bahkan kadang-kadang tanpa memperhitungkan

apakah hal itu baik atau tidak.27

Dalam masyarakat Madura, kyai paling dihormati dibandingkan dengan golongan sosial yang

lain. Kyai memiliki harta dan penghormatan sosial dari masyarakatnya. Kyai akan lebih dihormati

kalau ia memiliki karisma dan keramat (memiliki ilmu gaib) karena kelebihan ilmu agamanya itu. Apa

yang dikatakan akan dituruti dan dilaksanakan umatnya (orang Madura). Pejabat dan orang kaya, di

sini, masih hormat kepada kyai. Setelah kyai, pejabatlah yang dihormati masyarakat Madura. Ia

simbol keberhasilan sukses duniawi bagi seseorang dan memiliki status sosial yang baik, karena

kedudukannya sebagai pejabat atau pegawai pemerintah. Orang kaya kalau hormat akan mencium

tangan kyai. Orang kaya dihormati masyarakat kalau ia baik. Artinya, kekayaan yang diperolehnya itu

dengan jalan baik dan perbuatan sosialnya juga baik. Harta yang baik (halal) akan menjaga martabat

pemiliknya. Kalau tidak, ia kurang dihargai masyarakat. Jadi, di Madura, dasar penghormatan

terhadap seseorang berturut-turut adalah kemampuan agamanya, jabatannya dan baru hartanya.

3. Percaya terhadap Kuburan Keramat

27 Andang Subaharianto, Tantangan Industrialisasi Madura, h.52

Page 27: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Pada umumnya orang Indonesia percaya bahwa roh orang yang meninggal tidak langsung

hilang, tetapi dapat mempengaruhi anak cucu maupun lingkungannya. Roh-roh itu dapat diminta

tolong dalam hal-hal tertentu, misalnya dalam membuka lahan baru untuk areal pertanian, mendirikan

rumah baru ataupun anak yang akan pergi jauh bersekolah atau merantau, mereka akan mendatangi

makam leluhurnya untuk memohon restu dan perlindungan.

Makam dan kuburan keramat mempunyai persamaan, yakni di tempat itu terdapat jenazah yang

dikubur. Namun, secara spesifik, di antara keduanya terdapat perbedaan, yakni dalam hal jenazah

siapa yang tertanam di situ. Untuk makam biasa, jenazah yang dikubur adalah anggota keluarga biasa.

Meskipun makamnya setiap jumat dikunjungi ahli warisnya untuk kirim doa dan mohon berkah, tetapi

semasa hidupnya dia tidak memiliki kelebihan di bidang lain yang bermanfaat bagi hajat hidup orang

banyak. Adapun kuburan keramat, arwah (roh) yang bersemayam di situ dipercayai semasa hidupnya

merupakan orang yang sakti. Kesaktiannya itu tidak hanya bermanfaat bagi ahli warisnya, tetapi juga

diperlukan untuk melindungi orang banyak (warga masyarakat). Kuburan keramat seperti itu disebut

buju’ yang “kesaktiannya” sangat diperlukan bagi kepentingan publik (public function).28

Kepercayaan orang Madura terhadap buju’ cukup tinggi. Hampir di setiap kampung (dusun)

terdapat buju’, yang sangat fungsional (sebagai axis powers) untuk menjaga keseimbangan kehidupan

seluruh warga masyarakat setempat. Mengenai kesaktian buju’ di masing-masing tempat terdapat

perbedaan atau keragaman, yang disosialisasikan melalui legenda atau cerita rakyat (folklore). Isi

legenda selalu menceritakan kebesaran tokoh saat masih hidup. Tokoh tersebut merupakan

pengembara yang datang dari suatu kerajaan yang kemudian menjadi cikal bakal atau pembabat desa,

atau dapat pula sebagai orang yang sakti ketika hidup, atau seorang ulama yang menyebarkan agama

Islam. Yang jelas, arwah yang bersemayam di makam itu bukanlah arwah yang sembarangan.29

Salah satunya yakni Buju’ Gubang atau Buju’ Anggasuto, kuburan ini terletak di desa

Kebundadap Timur, Kecamatan Saronggi, kabupaten Sumenep. Tempat ini disebut gubang (jurang) 28 Dominikus Rato, Buju’ dan Asta. Persepsi Masyarakat Madura Sumenep Terhadap Kuburan Keramat, (Jember : Universitas Jember, 1992), h.18 29 Dominikus Rato, Buju’ dan Asta, h. 20

Page 28: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

karena pada jaman Anggasuto di sini terdapat jurang (lubang besar) yang tidak dapat ditimbuni oleh

tanah. Berkat kesaktian Anggasuto, lubang-lubang tersebut dapat di tutup dan dijadikan kuburan.

Menurut masyarakat setempat, Anggasuto adalah seorang wali yang mengasingkan diri untuk bertapa.

Berkat kesempurnaan ilmunya, ia dianggap memiliki kesaktian yang luar biasa. Namun ia dianggap

pula sebagai pembabat desa dan leluhur masyarakat Pinggirpapas serta penemu garam pertama di

Madura.30 Oleh karena itu masyarakat Pinggirpapas menghormati beliau dengan melakukan tradisi

nyekar dan berdoa bersama, yang terkandung dalam tradisi Nyadar sebagaimana yang telah

diungkapkan oleh penulis sebelumnya.

Menurut Bapak H. Mahbub selaku tokoh agama di desa Pinggirpapas, tradisi nyekar dan

membaca doa seperti surat Yasin adalah sarana berkomunikasi atau berdialog antara manusia yang

masih hidup di dunia dengan para leluhurnya yang sudah meninggal dunia. Doa yang dikirimkan itu

diyakini akan berdampak positif kepada manusia yang masih di dunia maupun yang sudah meninggal

dunia. Dengan cara demikian, orang yang masih hidup akan selamat dunia dan akhirat, sedangkan

yang sudah meninggal dunia akan dijauhkan dari siksa kubur dan neraka atas barokah dan rahmat

Allah SWT. Dikatakan pula oleh beliau berdoa di atas makam lebih berharga (afdol) daripada

mengirim doa dari rumah atau masjid dan langgar.31

Menurut jenisnya, kuburan keramat yang terdapat di Madura dapat dibedakan menjadi empat

macam, yaitu : 1) makam keturunan raja, 2) makam para wali atau tokoh penyebar agama Islam, 3)

makam pembabat desa, dan 4) makam orang sakti, termasuk di dalamnya adalah mereka yang ketika

hidup memiliki keistimewaan dan berjasa bagi kepentingan orang banyak.32

Dari ketiga karakteristik yang penulis uraikan di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa

karakteristik orang Madura percaya terhadap kuburan keramat pada umumnya, sesuai dengan

kepercayaan masyarakat desa Pinggirpapas yang percaya terhadap kuburan keramat, yakni makam

Anggasuto atau yang disebut dengan Buju’ Gubeng.

30 Dominikus Rato, Buju’ dan Asta, h. 34

31 Wwancara Pribadi dengan Bapak H. Mahbub, “Tokoh Agama”, Pinggirpapas, tanggal 13 Februari 2006 32 Andang Subaharianto, dkk, Tantangan Industrialisasi Madura, h.77

Page 29: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

BAB III

GAMBARAN UMUM

MASYARAKAT DESA PINGGIRPAPAS

Dalam bab ini penulis akan menggambarkan objek kajian penelitian guna memberikan

penjelasan awal mengenai objek kajian yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Baik itu berdasarkan

letak geografisnya maupun keadaan masyarakatnya.

Setelah penulis mengamati secara langsung kondisi daerah penelitian, yakni Desa Pinggirpapas

dapat diketahui bahwasanya desa ini bertipologi pesisir/ pantai. Dengan kondisi daerah yang demikian,

masyarakat Pinggirpapas akhirnya memanfaatkan lahan tersebut untuk lahan pertanian garam sekaligus

sumber perekonomian mereka. Hal ini pulalah yang melatarbelakangi adanya ritual tradisi Nyadar di

Desa Pinggirpapas ini. Dengan demikian letak geografis Desa Pinggirpapas sangat mempengaruhi

bidang-bidang kehidupan masyarakat Pinggirpapas, baik itu dari bidang sosial, pendidikan, ekonomi,

maupun agama. Oleh karenanya penulis akan menguraikan hal tersebut berikut ini.

A. Letak Geografis

Desa Pinggirpapas adalah sebuah desa yang terletak di Kab. Sumenep yang tepatnya berada di Kec.

Kalianget. Daerah tersebut sangat terik karena terletak di dataran rendah yang sangat gersang. Hanya

karena berada di tepi pantai keterikan itu sedikit berkurang sebagai adanya hembusan angin laut. Hal ini

disebabkan oleh adanya tipologi daerah yang berbentuk desa pantai/ pesisir.

Secara administratif desa Pinggirpapas dari sebelah Utara berbatasan dengan desa Karang Anyar, dari

sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kebundadap Timur dan Kebundadap Barat, dari sebelah Timur

juga berbatasan dengan Selat Madura dan dari sebelah Barat berbatasan dengan desa Nambekor.

Desa Pinggirpapas mempunyai luas wilayah 58.340 ha, yang terbagi atas tanah kering seluas 16.540 ha dan

tanah basah dengan luas 41.800 ha. Jarak desa Pinggirpapas dari kota Sumenep kurang lebih sekitar 10 km.

Adapun sumber mata pencaharian utama warga desa Pinggirpapas adalah petani garam dan nelayan. Hal ini

sesuai dengan tipologi daerah Pinggirpapas yang dikelilingi laut dan pesisir pantai.

Page 30: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

B. Keadaan Penduduk

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2005, penduduk desa Pinggirpapas berjumlah 4511 orang ;

yang terdiri dari laki-laki 2.128 orang dan perempuan berjumlah 2.383 orang. Jumlah perempuan lebih

banyak dari pada laki-laki karena di pengaruhi oleh pernikahan usia dini dan kebanyakan laki-laki di

Pinggirpapas menikah dengan orang daerah Pinggirpapas. Adapun data tersebut akan ditunjukkan pada

tabel berikut ini :

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Pinggirpapas

berdasarkan jenis kelamin 2005-2006

N

o.

Jenis Kelamin Jumlah

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

2128 orang

2383 orang

Jumlah 4511 orang

Sumber: Laporan Potensi Desa Pinggirpapas , tahun 200533

Alasan mengapa jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah laki-lakinya, hal ini lebih

disebabkan oleh banyaknya pernikahan yang dilakukan para kaum laki-lakinya dengan wanita yang

berasal dari desa lain atau luar daerah Madura. Dan menurut adat Madura, apabila seorang laki-laki

menikah dengan wanita dari desa lain atau luar daerah Madura, maka pihak laki-laki tersebut harus

hidup/ menetap di rumah pihak keluarga perempuannya. Dengan demikian hal ini dapat mengurangi

jumlah populasi laki-laki yang ada di desa Pinggirpapas.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Desa Pinggirpapas

berdasarkan Usia 2005-2006

N Usia Jumlah

33 Tabel 1 didapatkan dari Balai Desa Pinggirpapas setempat, pada tanggal 11 Februari 2006

Page 31: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

O

1 0 − 9 tahun 845 orang

2. 10 − 19 tahun 671 orang

3. 20 − 29 tahun 785 orang

4. 30 − 39 tahun 852 orang

5. 40 − 49 tahun 531 orang

6. 50 − 58 tahun 507 orang

7. >59 tahun 320 orang

Jumlah 4511 Orang

Sumber: Laporan Potensi Desa Pinggirpapas, tahun 2005 34

Mengenai keadaan penduduk di Desa Pinggirpapas, penulis akan mencoba menguraikannya dari

beberapa bidang kehidupan penduduk setempat berikut ini :

1. Bidang Sosial

Dalam bidang sosial tentunya tidak terlepas hubungannya dengan sebuah sistem yang berlaku dalam

sebuah masyarakat, salah satunya yakni yang menyangkut sistem kekerabatan. Adapun sistem

kekerabatan yang berlaku pada setiap kelompok etnis (suku bangsa) menunjukkan berbagai variasi,

yang menggambarkan bagaimana jalinan hubungan sosial yang lebih luas. Hal itu, dikarenakan, kerabat

merupakan kerangka dasar terbentuknya ikatan sosial yang paling primer, yakni mulai dari keturunan,

ikatan perkawinan, sistem pewarisan, sampai sistem religi yang diterapkan berdasarkan ikatan kerabat.

Sistem kekerabatan orang Madura menganut garis keturunan bapak. Pola hubungan kekerabatan ini

dapat dilihat dari prinsip-prinsip keturunan yang dianut baik secara vertikal maupun horizontal. Namun,

jika dilihat dari sistem pewarisan, terutama yang berupa tanah pekarangan dan rumah, terjadi

ketidakkonsistenan. Berdasarkan adat yang berlaku, yang berhak mendapatkan rumah dan tanah

pekarangan adalah anak perempuan. Itu berarti, pola pemukiman berdasarkan adat Madura adalah

matrilokal genealogis. Hal itu tampak pada pola pemukiman ideal yang berlaku di Madura, yang

34 Tabel 2 didapatkan dari Balai Desa Pinggirpapas setempat, pada tanggal 11 Februari 2006

Page 32: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

disebut tanean lanjang (berarti ‘‘halaman panjang’’). Jadi, yang dimaksud pola pemukiman tanean

lanjang adalah susunan rumah berjajar dari barat ke timur sesuai dengan jumlah anak perempuannya

dan di depan rumah tersebut terdapat halaman memanjang yang dijadikan tempat untuk kegiatan

bersama. Adapun di bagian ujung paling barat terdapat surau, yang tidak hanya berfungsi sebagai

tempat bersembahyang, tetapi juga dijadikan tempat berkumpul bersama atau untuk menerima tamu.35

Dalam tingkah laku sehari-hari penduduk Desa Pinggirpapas berpegang teguh pada adat istiadat yang

berlaku. Kehidupan kemasyarakatan mereka tidak mengenal secara tegas perbedaan-perbedaan

golongan atau kasta. Dan setiap orang berhak diakui mempunyai hak yang sama. Batas-batas pergaulan

antara warga masyarakat yang satu dengan yang lain tidak dikenal oleh warga Desa ini, kecuali pada

tokoh masyarakat seperti halnya para Kyai setempat.

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka satu sama lain selalu menjaga dan berusaha untuk berbuat baik,

dan karena itu pula penulis merasakan bahwa setiap warga desa yang penulis jumpai selalu bersikap

ramah, sopan dan suka menerima tamu yang datang padanya. Dalam hidup bermasyarakat pun bila ada

masalah, mereka berusaha menyelesaikan dengan cara bermusyawarah. Landasan dalam masyarakat ini

adalah cinta kasih. Hal ini tercermin dalam persiapan pelakasanaan tradisi Nyadar yang dilakukan oleh

masyarakat Pinggirpapas. Mulai dari pelaksanaan parembukan (musyawarah) mengenai penetapan

waktu pelaksanaan, mengadakan kerjasama dalam mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan seperti

menyiapkan kembang sesaji dan nasi tumpeng.

Tampak pula di Desa Pinggirpapas suatu pola hidup yang tentram, tenang dan rukun. Dan begitulah

kenyataannya yang penulis temui di sana. Kesan adanya hubungan kerja sama, tolong menolong dan

gotong royong masih melekat pada jiwa setiap warga masyarakat. Semua hal yang baik ini dilakukan

dalam aktivitasnya. Pegangan utama dalam memelihara hubungan antar individu adalah menunjukan

rasa hormat kepada yang lebih tua.

Masyarakat Pinggirpapas saat ini telah mengalami perubahan budaya menuju arah modernisasai. Yang

sangat jelas terlihat perubahannya di bidang teknologi informasi dan peralatan hidup sehari-harinya,

35 Andang Subaharianto, dkk, Tantangan Industrialisasi Madura, h. 81-82

Page 33: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

yang biasa memakai alat-alat tradisional diganti dengan alat-alat modern. Misalnya peralatan rumah

tangga yang biasanya memasak menggunakan kayu bakar sekarang sudah ada yang menggunakan

kompor gas, begitu pula dengan banyaknya masyarakat Pinggirpapas yang telah menggunakan sarana

telepon seluler dan media televisi.

Dengan adanya kemajuan teknologi tersebut pada akhirnya membentuk perubahan prilaku sesorang,

khususnya di kalangan anak remaja. Mereka meniru segala bentuk prilaku yang diadaptasi melalui

televisi yang dilihatnya. Baik dari segi meniru gaya bahasa anak modern (bahasa gaul) maupun tren

pakaian yang sedang diminati anak remaja umumnya di sana. Bentuk rumah juga telah mengalami

perubahan, yang awalnya mayoritas bangunan rumahnya berbentuk tradisional dan berdinding kayu,

saat ini telah banyak masyarakat Pinggirpapas membangun rumahnya dengan bentuk rumah yang

berarsitektur modern dan bertembok. Adapun alat transportasi yang dimiliki masyarakat Pinggirpapas

mayoritas adalah sepeda motor dan sedikitnya ada pula yang memiliki alat transportasi mobil.

Mengenai fasilitas umum yang terdapat di desa Pinggirpapas dan besar pengaruhnya terhadap

kehidupan bersosialisasi antara warga setempat, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3

Fasilitas Umum Desa Pinggirpapas

N

o.

Fasilitas Umum Jumlah Bangunan

1. Masjid 2 buah

2. Mushollah/Surau 4 buah

3. Puskesmas 1 buah

4. Posyandu 3 buah

Jumlah 10 buah

Sumber: Laporan Potensi Desa Pinggirpapa, tahun 200536

36 Tabel 3 didapatkan dari Balai Desa Pinggirpapas setempat, pada tanggal 11 Februari 2006

Page 34: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan kiranya bahwa dalam bidang sosial, tradisi

Nyadar mengajarkan akan pentingnya bermusyawarah dan saling bekerjasama atau tolong-menolong.

Hal ini tercermin dalam acara perembukan (musyawarah) untuk menetapkan waktu pelaksanaan tradisi

Nyadar dan saling bekerjasama atau saling tolong menolong dalam mempersiapkan perlengkapan ritual,

seperti : kembang sesaji ataupun nasi tumpeng. Oleh karena itu dengan adanya tradisi Nyadar ini dapat

menumbuhkan rasa persaudaraan dan hubungan silaturahmi yang tetap terjalin diantara sesama warga

Pinggirpapas khususnya.

2. Bidang Pendidikan

Pendidikan secara umum dibagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Pendidikan formal meliputi pendidikan yang umum dan resmi yaitu TK, TPA, SD, MI, SLTP, dan

SLTA. Pendidikan formal sangat penting di jaman modern saat ini untuk kelangsungan hidup agar tidak

menjadi masyarakat yang terbelakang (bodoh). Sedangkan pendidikan non formal yaitu pendidikan

yang diperoleh dengan mengikuti kursus-kursus, pengajian atau ceramah di mesjid serta membaca

buku-buku pengetahuan. Pendidikan formal meskipun sampai ke jenjang perguruan tinggi tidak

menjamin seseorang untuk taat dalam menjalankan ibadah. Pengetahuan tentang agama dapat diperoleh

dari pendidikan formal dan non formal.

Pendidikan masyarakat desa Pinggirpapas saat ini telah mengalami banyak perubahan di mana anak-

anaknya rata-rata lulusan SMA dan sedikitnya tujuh orang telah lulus dari perguruan tinggi. Hal ini

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4

Populasi Penduduk

berdasarkan tingkat pendidikan

N

o

Pendidikan Jumlah

1. Belum sekolah 602 orang

2. Tamat SD/sederajat 1582 orang

Page 35: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

3. Tamat SMP/sederajat 1598 orang

4. Tamat SMU/sederajat 722 orang

5. S-1 7 orang

Jumlah 4511 orang

Sumber : Laporan Tingkat Perkembangan Desa Pinggirpapas, tahun 200537

Pendidikan umum pada jaman orang tua dahulu sebagian besar hanya sampai ke tingkat Sekolah Dasar

(SD) itupun bagi mereka yang mampu untuk sekolah, tetapi bagi mereka yang tidak mempunyai biaya

tidak bisa belajar di pendidikan formal. Dalam hal pendidikan agama masyarakat Pinggirpapas pada

jaman orang tua dahulu bisa dikatakan pintar karena mereka lebih mengutamakan ilmu agama dengan

belajar pada guru ngaji di banding belajar di sekolah formal, itu sebabnya masyarakat Pinggirpapas

mengerti betul tentang ilmu agama untuk diajarkan pada anak-anaknya, mereka menanamkan nilai-nilai

Islam dan membimbing anak-anaknya agar bisa baca tulis Al-Quran.

Kebiasaan yang selalu menanamkan ilmu pengetahuan agama kepada anak-anak mereka sejak kecil

adalah kebiasaan masyarakat Pinggirpapas yang bisa dikategorikan sebagai pendidikan non formal yang

telah berjalan secara turun temurun. Jadi dalam hal pendidikan agama lingkungan keluarga sangat

dominan sekali dalam pembentukan perilaku keberagamaan masyarakat. Mengenai lembaga pendidikan

yang terdapat di desa Pinggirpapas, dapat dilihat dalam tabel berikut ini ;

Tabel 5

Sarana Pendidikan di Desa Pinggirpapas

N

o

Lembaga Pendidikan Jumlah

1. SD /sederajat 2

2. SLTP/sederajat −

3. SMU/sederajat −

Jumlah 2

Sumber : Laporan Potensi Desa, tahun 200538

37 Tabel 4 didapatkan dari Balai Desa Pinggirpapas setempat, pada tanggal 11 Februari 2006 38 Tabel 5 didapatkan dari Balai Desa Pinggirpapas setempat, pada tanggal 11 Februari 2006

Page 36: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Dengan melihat daftar tabel yang tertera dalam tabel 4, dapat di simpulkan kiranya tingkat pendidikan

masyarakat Pinggirpapas cukup mengalami kemajuan. Hal ini dapat di lihat dari daftar tabel 4 yang

menyatakan bahwa jumlah yang berpendidikan setingkat tamat SMP, SMU dan S-1 sebanyak 2327

orang lebih tinggi dari jumlah yang berpendidikan setingkat belum sekolah dan tamat SD sebanyak

2184 orang.

Dari kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tidak dilandasi iman maka akan goyah,

tetapi ada juga dengan ilmu pengetahuan iman seseorang akan menjadi kuat dan lebih mantap dalam

menghadapi segala cobaan yang datang dari luar maupun dari dalam, dan bila mempunyai ketahanan agama

yang kuat maka ia tidak akan terpengaruh oleh dampak buruk yang datang dari luar.

Adapun hubungannya antara tradisi Nyadar dengan dunia pendidikan terletak pada adnya pesan-pesan

moril yang terkandung dalam buku/ kitab peninggalan Anggasuta, yakni Layang Jati Suara yang berisikan

tentang ajaran untuk selalu berbuat kebajikan terhadap sesama, dan Layang Jati Sampurnaning Sembah.

berisikan tentang ajaran untuk selalu menyembah Allah SWT dengan menjalankan ibadah shalat.

Namun jika dilihat dari segi pendidikan masyarakat Pinggirpapas yang selalu mengikuti tradisi Nyadar,

kebanyakan dari mereka adalah para orang tua yang pendidikannya hanya sampai tingkat Sekolah Dasar.

Akan tetapi ada juga anak mudanya yang hanya sekedar bertujuan untuk meramaikan acara ritual tradisi

Nyadar tersebut.

3. Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi penulis membatasi pada masalah mata pencaharian masyarakat Pinggirpapas.

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap bidang ekonomi, mata

pencaharian di Desa Pinggirpapas telah ada sedikit perubahan yang terjadi di mana mata pencaharian

masyarakat Pinggirpapas yang awalnya sebagian besar sebagai nelayan dan petani garam, hal ini dapat

dilihat dari hasil produksi tiap tahunnya dari kedua mata pencaharian tersebut. Hasil produksi dari

kinerja para nelayan berupa tangkapan udang sebesar 1 ton tiap tahunnya, ikan mujair sebesar 5 ton tiap

tahunnya, ikan bandeng sebesar 16 ton tiap tahunnya, dan 10.000 ton untuk hasil produksi petani garam.

Kini berubah dengan banyaknya berdiri pemukiman-pemukiman yang mempengaruhi mata pencaharian

mereka..Sekarang banyak yang beralih profesi menjadi pedagang, wiraswasta maupun pegawai negeri.

Page 37: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Perubahan tersebut diakibatkan pola pikir dan perilaku mereka yang berubah untuk menjadi lebih baik

lagi. Berikut ini akan ditunjukkan data mata pencaharian penduduk Desa Pinggirpapas pada tabel 6 :

Tabel 6

Mata Pencaharian Warga Desa Pinggirpapas

No.

Mata Pencaharian Jumlah

1. Pengusaha Garam 69 orang

2. Petani Garam 898 orang

3. Pedagang 213 orang

4. PNS 32 orang

5. Penjahit 21 orang

6. Montir 8 orang

7. Supir 12 orang

8. Karyawan Swasta 17 orang

9. Buruh Swasta 5 orang

10

Nelayan 740 orang

11

Kontraktor 4 orang

Jumlah 2017 orang

Sumber: Laporan Tingkat Perkembangan Desa Pinggirpapas, tahun 200539

Apabila dibandingkan antara tabel 2 dan tabel 6 di atas, di mana pada tabel 2 dikatakan bahwa jumlah

usia produktif sebanyak 2168 orang. Sedangkan pada tabel 6 dikatakan bahwa jumlah populasi menurut

mata pencaharian warga setempat sebanyak 2017 orang yang telah bekerja di berbagai profesi dan

sisanya sebanyak 151 orang adalah pengangguran. Dari data-data tersebut kiranya dapat disimpulkan

bahwa dua mata pencaharian yang banyak digeluti oleh masyarakat Pinggirpapas adalah petani garam

dan nelayan. tetapi dari tingkat keberagamaannya masyarakat Pinggirpapas mengalami lemunduran dan

39 Tabel 6 didapatkan dari Balai Desa Pinggirpapas setempat, pada tanggal 11 Februari 2006

Page 38: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

penurunan. Hal ini disebabkan mereka yang sudah mulai lalai dan meninggalkan perintah-perintah

agama karena mereka terlalu sibuk untuk mencari kebutuhan hidup di dunia.

Sehubungan dengan produksi garam sebagai sumber utama masyarakat Pinggirpapas, penghasilan para

pengusaha garam khususnya dapat memberi pengaruh pada tingkat pendidikan anak-anak mereka

sampai ke perguruan tinggi. Bayangkan saja bila para pengusaha garam mendapatkan penghasilan

bersih rata-rata sebesar lebih dari Rp. 20.000.000-25.000.000 dalam sekali panen tiap tahunnya, maka

bila dikalkulasikan pendapatan tiap bulannya bisa mencapai Rp. 2.000.000-2.500.000. Hasil ini

diperoleh dari hasil garam berkualitas bagus. Apabila seorang pengusaha garam mempunyai tambak

garam sebanyak 20 petak, di mana 1 petaknya dapat menghasilkan garam sebanyak 10 ton dan 1 ton

garam berkualitas bagus dihargai sebesar Rp. 200.000-250.000, maka hasil garam dari 20 petak tambak

garam yang ada sebesar Rp. 40.000.000-50.000.000 dalam sekali panen tiap tahunnya. Hasil ini belum

dibagikan kepada para petani garam yang bekerja pada pengusaha garam atau dengan kata lain hasil ini

merupakan pendapatan kotornya. Umumnya petani garam diberikan bagian sebanyak 1/3 bagian dari

total hasil yang diperoleh. Misalkan saja total hasil pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 40.000.000,

maka bagian yang diperoleh oleh petani garam sebesar 10.000.000. hal ini belum dibagikan berapa

jumlah petani garam yang dipekerjakan oleh pengusaha garam. Apabila pengusaha garam tersebut

mempekerjakan petani garam sebanyak 5 orang, maka masing-masing petani garam mendapatkan

bagian sebesar Rp.2.000.000. Hal ini belum ditambahkan dengan usaha lainnya yang dilakukan oleh

para pengusaha garam dan petani garam apabila telah masuk musim penghujan, yakni usaha dalam

tambak perikanan. Baik itu hasilnya berupa ikan bandeng, ikan teri, udang dan lain sebagainya.

4. Bidang Agama

Dalam kenyataannya untuk membuat definisi agama memang tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan

definisi yang diajukan oleh para ahli tersebut sangat ditentukan oleh sudut pandang dari masing-masing

agama dan latar belakangnya. Maka kemudian tidaklah mengherankan jika pada akhirnya timbul

bermacam-macam rumusan atau pengertian agama. Meskipun demikian tidak lantas rumusan atau

pengertian tentang definisi agama itu menjadi tidak perlu, sebab bagaimanapun definisi itu mengandung

suatu makna yang menjiwai hidup keagamaan itu sendiri.

Page 39: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Dalam kamus sosiologi, pengertian agama (religion) mencakup 3 aspek, yakni : Pertama, menyangkut

kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat spiritual. Kedua, merupakan seperangkat kepercayaan dan

praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri. Ketiga, ideologi mengenai hal-hal

yang bersifat supranatural.3

Agama menurut guru besar Al-Azhar Syaikh Muhammad Abdullah Badran, menggambarkan suatu

hubungan antara dua pihak dimana pihak yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada

yang kedua. Dengan demikian agama merupakan hubungan antara makhluk dan Khalik-nya, hubungan

ini kemudian terwujud dalam satu sikap batinnya serta tampak dalam praktek ibadah/ ritual yang

dilakukannya untuk kemudian tercermin pula dalam sikap dan perbuatan dalam kesehariannya.4

Dari uraian singkat diatas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa agama merupakan seperangkat

peraturan atau undang-undang yang dapat mengikat manusia untuk dijadikan pedoman dalam hidupnya.

Agama dianut oleh manusia untuk mengatur prikehidupannya di dunia ini agar menjadi teratur dan

selaras, sesuai dengan ajaran-ajaran yang ada dalam agama sehingga tidak terjadi kekacauan.

Kegiatan keagamaan yang ada di Desa Pinggirpapas terlihat tidak menonjol, yang disebabkan sedikitnya

kegiatan keagamaan yang berlangsung di desa ini. Salah satunya adalah Majelis Ta’lim (Pengajian) yang

diadakan secara rutin oleh ibu-ibu setiap malam jumat. Pengajian ibu-ibu ini bernama majelis ta’lim “Nurul

Jannah” yang beranggotakan sekitar 50 orang. Kegiatan ini dilakukan berguna untuk mempererat tali

silaturrahmi dan sebagai sarana interaksi.

Selain kelompok ibu-ibu yang mengadakan pengajian, di desa ini terdapat pula pengajian yang

dilakukan oleh kelompok anak-anak di usia sekolah, yakni anak yang duduk di bangku sekolah dasar.

Kegiatan tersebut dilakukan pada waktu setiap ba’da magrib di langgar/ mushollah yang dekat dengan

rumah mereka. Kegiatan tersebut bertujuan agar mereka dapat membiasakan diri untuk belajar

membaca Al-quran dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.

Di sini terlihat jelas bahwasannya langgar/ mushollah ataupun masjid sangat berfungsi untuk

berlangsungnya kegiatan keagamaan tersebut. Karena masjid atau mushollah selain digunakan untuk

3 Sarjono Soekanto, Kamus sosiologi, ( Jakarta : CV. Rajawali Press, 1993), h. 430 4 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Fungsi dan Peran dalam Masyarakat), (Bandung:

Mizan, 1997), h. 210

Page 40: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan akhirat, juga dapat digunakan untuk hal-hal yang

berhubungan dengan kehidupan dunia. Salah satunya adalah dapat menambah Ukhuwah Islamiyah

diantara sesama dengan menghadiri kegiatan-kegiatan pengajian yang dilaksanakan di mesjid maupun

di mushollah.

Menurut bapak Harun Rasyid selaku tokoh agama di Desa Pinggirpapas, pengenalan agama sejak dini

sangatlah penting peranannya. Hal ini berhubungan erat dengan fungsi agama sebagai pencegah

masuknya pengaruh yang tidak baik, khususnya di kalangan anak muda.5

Menurut O’dea, agama berfungsi sebagai kontrol sosial, dimana para penganut agama sesuai dengan

ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun

kelompok. Ajaran agama dianggap sebagai norma sehingga agama berfungsi sebagai pengawasan sosial

secara individu atau kelompok. Karena :

1. Agama secara instansi merupakan norma bagi pengikutnya.

2. Agama sebagai dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat propetis (Kenabian).6

Menurut Emile Durkheim, agama mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, baik pada

tingkat mikro atau tingkat makro. Menurut Durkheim di dalam memahami fungsi agama banyak

peristilahan. Ia mengatakan : ” berbagai peribadatan terlihat memiliki fungsi sosial tertentu, peribadatan

itu berfungsi untuk mengatur dan memperkokoh dan mentrasmisikan berbagai sentimen, dari satu

generasi ke generasi yang lainnya. Sebagai tempat bergantung bagi terbentuknya aturan masyarakat

yang bersangkutan”.7

Dengan berbagai teori di atas, dapat disimpulkan bahwa agama memberikan nilai-nilai, hal ini karena

kerangka acuannya adalah bersumber pada yang sakral dan absolut dengan adanya sanksi-sanksi yang

sakral pula. Ia memiliki kekuatan yang otoritatif dan memaksa, karena di satu sisi manusia berusaha

5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Harun Rasyid, “Tokoh Agama”, Pinggirpapas, tanggal 13

Pebruari 2006 6 Thomas F O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal,(Jakarta : CV. Rajawali, 1987), h.52 7 Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, Penterjemah : Machmun Husein, (Yogyakarta : PT.

Tiara Wacana Yogya, 1995), h. 65

Page 41: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

untuk mencapai keinginan-keinginan mereka tetapi di sisi lain mereka harus bisa menyesuaikan diri

dengan nilai-nilai tersebut merupakan standar tingkah laku yang ideal membentuk nilai-nilai sosial.8

8 Scharf, Kajian Sosiologi Agama, Penterjemah : Machmun Husein, h. 65

Page 42: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

BAB IV

ANALISIS TENTANG TRADISI RITUAL NYADAR

Sebagaimana yang telah penulis uraikan sebelumya, tradisi ritual Nyadar merupakan adat istiadat

masyarakat Pinggirpapas yang kerap dilaksanakan sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil/ panen

garam juga sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa leluhur mereka, yakni Anggasuto beserta

kerabatnya.

Adapun hubungannya dengan judul yang terdapat dalam bab ini, penulis akan menguraikan

beberapa hal dari hasil penelitian yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan guna mendapat kajian isi atau

bahasan secara menyeluruh hingga di dapatkan hasil analisis yang telah penulis lakukan. Oleh karena

itu penulis akan menguraikannya dalam empat pokok pembahasan berikut ini :

A. Sejarah Munculnya Tradisi Ritual Nyadar

Setelah penulis mengadakan penelitian langsung ke lapangan, sebagaimana yang dikisahkan oleh Bapak

Kasa selaku sesepuh dan Ketua Adat di Desa Pinggirpapas, ritual Nyadar itu tidak diketahui pasti tahun

berapa mulai dilaksanakannya tetapi yang jelas Nyadar itu adalah tradisi yang sudah turun temurun

mulai dari nenek moyang hingga sekarang dan sudah seperti menjadi sebuah kewajiban bagi

masyarakat Pinggirpapas untuk melaksanakannya. Namun dari berbagai cerita yang berkembang di

kalangan masyarakat Pinggirpapas, dapat dipastikan bahwa sejarah munculnya tradisi Nyadar

bertepatan dengan ditemukannya garam pertama kali oleh Anggasuto. Pada saat itu Anggasuto

bermunajat atau memohon kepada Allah SWT, agar diberikan petunjuk bagaimana caranya memberikan

sumber kehidupan yang layak bagi rakyatnya. Pada saat itu selain penduduk asli yang tinggal di daerah

Pinggirpapas, terdapat pula para pendatang yakni bekas tentara Bali yang diselamatkan oleh Anggasuto

sebagai akibat adanya kalah berperang melawan kerajaan Sumenep. Pada saat itu kerajaan Sumenep

dipimpin oleh Pangeran Lor dan Pangeran Wetan dari 1562 M-1567 M.1 Dari sini penulis akhirnya

mencoba menyimpulkan bahwa munculnya tradisi Nyadar sekitar abad 16. Hal ini bertepatan dengan

1 RB. Ahmad Rifa’ie Agil, Riwayat Singkat Raja-Raja Sumenep dan Peninggalannya, (Sumenep:

Oktober 2002), h. 4

Page 43: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

terjadinya peristiwa perang antara kerajaan Bali dan kerajaan Sumenep yang ditandai dengan upaya

penyelamatan oleh Anggasuto kepada para tentara Bali yang mengalami kekalahan dari pasukan

kerajaan Bali. Dan akhirnya para bekas tentara Bali tersebut mendiami daerah Pinggirpapas dengan

bimbingan seorang Anggasuto.

Menurut bapak Suliman selaku salah satu tokoh pelaksana Nyadar, nama desa Pinggirpapas juga

mempunyai makna historis. Menurut cerita beliau nama Pinggirpapas diambil dari sejarah tentara bali

yang lari terbirit-birit dan hampir jatuh ke pinggir-pinggir atau pesisir pantai. Kata orang Pinggirpapas

menyebutnya dengan istilah “la lare ka penggirna ma tagerpas keya”,yang artinya lari terbirit-birit

sampai akhirnya jatuh ke pinggir-pinggirnya pantai. sehingga disingkat dengan nama “Pinggirpapas”.2

Mengenai ditemukannya garam oleh Anggasuto, banyak versi yang membahasnya. Konon, Anggasuto

menemukan garam pertama kali melalui ilham yang menyuruhnya berjalan-jalan di pesisir pantai

sampai kena air sebatas mata kaki. Seperti halnya kondisi pantai dimanapun, pantai Pinggirpapas

dipenuhi pasir dan sedikit berlumpur. Sehingga apabila permukaan pasir itu diinjak maka akan dijumpai

lubang-lubang bekas injakan kaki itu. Demikian halnya ketika Anggasuto menunaikan perintah bisikan

itu, maka tanah pasir pinggir pantai yang ia lewati terlihat lubang-lubang bekas injakan yang berair.

Akan tetapi, anehnya setelah beberapa hari ia lihat kembali, di dalam lubang-lubang bekas injakan itu

ternyata ada kristal-kristal garam. Maka ia ceritakan kepada keluarganya bahwa ia telah menyaksikan

sebuah kristal-kristal garam dari bekas injakan kakinya di pinggir pantai Pinggirpapas. Dari situlah

kemudian ia mengajak keluarganya untuk memperluas dan memperlebar bekas injakan itu, yang pada

akhirnya menjadi tambak-tambak garam.40

Versi lain menceritakan bahwa pada saat Anggasuto berjalan-jalan di pantai ia menemukan enam buah

kotak yang berisi air laut. Keesokan harinya satu kotak itu mengkristal dan berwarna putih. Hari

berikutnya kotak yang kedua mengkristal pula diikuti oleh kotak yang ketiga sampai hari yang keenam.

Kristal warna putih itu dinamakan buje (garam) oleh Anggasuto. Dari pengalaman tersebut Anggasuto

mencoba membuat talangan bersama-sama rakyatnya. Dia (Anggasuto berkata kalu bulan depan air laut

dalam talangan itu bisa jadi garam, dia akan melakukan tasyakuran. Percobaan Anggasuto itu ternyata

2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suliman, “Tokoh Pelaksana Nyadar”, Pinggirpapas, Tanggal 14 Pebruari 2006 40 Aminuddin Kasdi, dkk, Sejarah Pelopor Garam di Sumenep, (Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 2003), h. 10-11

Page 44: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

berhyasil dan kemudian diikuti oleh adiknya yang pertama, bernama Kuasa yang juga bernazar kalau

bulan depan berikutnya talangan yang ia buat jadi garam, ia akan selamatan bersama-sama dengan

seluruh masyarakat. Adik Anggasuto yang perempuan bernama Indusari, istri dari Embah Bangsa,

seperti saudaranya ia pun bernazar, kalau garam yang ia buat bulan depan jadi, ia akan melaksanakan

nazar di rumah sendiri.41 Merujuk pada uraian ini, maka sebenarnya tradisi Nyadar yang dilakukan oleh

masyarakat Pinggirpapas sama halnya dengan nazar yang mengandung arti janji berbuat sesuatu jika

niatnya tercapai. Namun dalam pengucapannya atau dialek bahasa orang Madura, khususnya

masyarakat Pinggirpapas menyebut tradisi Nazar berubah menjadi Nyadar. Dengan adanya ketiga

peristiwa ini, maka tradisi Nyadar atau Nazar dilaksanakan sebanyak tiga kali oleh masyarakat

Pinggirpapas hingga sat ini, yakni nazar yang dilakukan oleh Embah anggasuto, Embah Kuasa dan Nyai

Indusari (istri Embah Bangsa). Sebagaimana yang telah diceritakan oleh Bapak Mohammad Sadek

selaku Kepala Desa Pinggirpapas melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis.42

Namun di balik berbagai cerita tersebut, sesungguhnya terdapat nilai-nilai histories masyarakat

Pinggirpapas pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya perang antara Sumenep dan Bali.

Sebagai akibat Raja Bali yang bernama Menakjayengpati tidak mau membayar upeti kepada Sumenep

sebelumnya. Pada waktu itu roda pemerintahan Sumenep dikuasai oleh pangeran Lor dan Pangeran

Wetan (saudara kembar) yang mengalahkan Bali. Akhirnya bala tentara Bali merasa terdesak oleh

kemenangan Sumenep dan mereka melarikan diri ke daerah-daerah terpencil, salah satunya yaitu

Pinggirpapas.Di daerah inilah bala tentara Bali bertemu dengan Anggasutoyang melindungi mereka dari

kejaran pasukan Sumenep. Hingga pada akhirnya Anggasuto mengislamkan mereka.43

Keberadaan bekas tentara Bali ini semakin menambah populasi jumlah penduduk yang ada di

Pinggirpapas. Jumlah penghuni Pinggirpapas yang semakin bertambah membuat Anggasuto berpikir

untuk mencari pemecahan bagaimana mereka (penduduk Pinggirpapas) bisa bertahan hidup bila tanpa

ada mata pencaharian yang memadai. Penduduk Pinggirpapas yang hidup di pesisir itu hanya

mengandalkan hasil tangkapan ikan (pekerjaan nelayan) yang dipandang masih belum mencukupi.

41 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 11-12 42 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadek, “ kepala Desa Pinggirpapas”, Pinggirpapas, tanggal 10 Februari 2006 43 Iskandar Zulkarnain, dkk, Sejarah Sumenep, (Surabaya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 2003), h. 73-75

Page 45: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Anggasuto sebagai seorang yang memiliki kelebihan, terutama dalam ilmu agama termasuk juga

memiliki karamah mencoba memohon kepada Allah SWT, untuk dapat diberi jalan keluar terhadap

persoalan hidup masyarakat Pinggirpapas.44 Dan akhirnya penemuan garam menjadi petunjuk sebagai

tanda awal kemakmuran masyarakat Pinggirpapas sebagaimana yang telah diceritakan sebelumnya.

Mengenai siapakah sebenarnya Anggasuto hingga kini masih dalam perdebatan yang panjang untuk

menemukan kebenarannya. Namun menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat

Pinggirpapas umumnya dan sesuai dengan literatur yang penulis temukan menyatakan bahwa

Anggasuto sebenarnya adalah Brawijaya V (Raja Majapahit). Beliau melarikan diri ke Madura sesudah

ia ditaklukkan oleh Raden Fatah dari Demak. Sebenarnya dikatakan bahwa Brawijaya mengakui bahwa

agama yang dibawa oleh Raden Fatah itu merupakan suatu kebenaran, tetapi karena Brawijaya seorang

raja, maka ia tidak berani mengakui secara terbuka kebenaran dari agama Islam. Karena ia mengakui

ajaran Islam ia menghilang dari kerajaan Majapahit dan hidup sebagai pertapa di Madura dengan nama

Syeh Anggasuto. Masyarakat setempat menganggap cerita ini benar sebab dahulu seorang utusan dari

kesultanan Yogyakarta mencari sebuah makam yang berundak sebelas. Ternyata dari makam raja-raja

yang ada di Indonesia, hanya yang di desa Kebundadap Sumenep ada yang berbentuk demikian.

Menurut utusan itu, makam ini merupakan makam Raja Majapahit yang telah menghilan yaitu

Brawijaya V.45

Menurut cerita bapak Harun Rasyid selaku tokoh agama di desa ini, ritual Nyadar itu sudah rutin

dilaksanakan setiap tahunnya, hanya saja perbedaannya ritual Nyadar pada jaman dahulu dengan ritual

Nyadar sekarang terdapat sedikit perbedaan. Karena kurangnya pendidikan masyarakat setempat di

jaman dahulu di bidang keagamaan maupun di bidang ilmu pengetahuan, ritual Nyadar pada jaman

dahulu dilaksanakan benar-benar hanya memberikan sesajen saja, berbeda dengan sekarang ritual

Nyadar dilaksanakan dengan dilengkapi doa-doa khusus dan tujuan-tujuan tertentu.46 Hal ini tentunya

tidak terlepas oleh adanya penyebaran agama Islam yang bertepatan dengan dimulainya tradisi Nyadar

pada abad ke 16. Sehingga tradisi kepercayaan nilai-nilai animisme dan dinamisme (budaya Hinduisme)

yang ada sebelumnya, perlahan-lahan mulai diberikan pengaruh nilai-nilai ajaran Islam (adanya proses

Islamisasi).

44 Aminuddin Kasdi, Sejarah Pelopo Garam di Sumenep, h. 9-10 45 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 9 46 Wawancara Pribadi dengan Bapak Harun Rasyid, “Tokoh Agama”, Pinggirpapas, tanggal 13 Februari 2006

Page 46: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Menurut Bapak Kasa salah satu sesepuh sekaligus ketua umum perayaan ritual Nyadar 2006, ritual

Nyadar ini pantang sekali untuk dilanggar atau dilewatkan, walaupun kondisi ekonomi masyarakat

setempat sedang tidak memungkinkan tetapi yang namanya tradisi atau kebudayaan tetap harus

dilaksanakan. Karena menurut beliau di samping untuk mempererat kekerabatan masyarakat

Pinggirpapas mengadakan ritual Nyadar juga mempunyai tujuan untuk melestarikan kebudayaan.47

B. Penetapan Waktu dan Praktik Ritual Nyadar

1. Penetapan Waktu

Pelaksanaan Nyadar dilaksanakan pada perhitungan bintang antara tanggal 21 Maret dan 21 Juni

matahari setiap hari bergeser dari equator menuju ke garis balik utara (23,5 derajat LU). Pada posisi

tersebut Bintang Karteka dan Bintang Nanggele terlihat di arah timur. Posisi ini menandai kedatangan

musim kemarau yang sangat diharapkan, karena semakin panjang musim kemarau semakin beruntung

untuk usaha penggaraman. Kemampuan Anggasuto dalam menentukan musim kemarau ini

menunjukkan bahwa Anggasuto mempunyai kemampuan yang memadai tentang astronomi.48

Upacara adat Nyadar di desa Kebundadap barat Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep merupakan

upacara yang dilaksanakan secara rutin tiga kali dalam setahun :

1. Bulan Juli merupakan Nyadar pertama;

2. Bulan Agustus merupakan Nyadar kedua;

3. Bulan September merupakan Nyadar ketiga.

Dan tanggal pelaksanaannya pun tidak boleh mendahului tanggal 12 Maulid. Hal ini sebagai simbol

bahwa peringatan Maulid Nabi harus didahulukan dan mendapat kedudukan yang lebih utama dari

peringatan apapun juga. Masyarakat Pinggirpapas umumnya menyebut dengan istilah “Maulid Agung”.

Sehingga setelah masyarakat Pinggirpapas memperingati Maulid Agung, maka untuk selanjutnya para

tokoh adat atau pemimpin tradisi Nyadar melakukan acara parembukan (musyawarah) untuk

menentukan pelaksanaan tradisi Nyadar yang ditandai dengan datangnya musim kemarau. Hari yang

47 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kasa,”Ketua Adat Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 10 Februari 2006 48 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Sekilas Mengenal Upacara Adat Nyadar(Nadzar), (Surabaya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2002), h.1

Page 47: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

ditentukan untuk pelaksanaan Upacara Adat Nyadar tersebut adalah Jumat (hari pertama) dan Sabtu

(hari kedua).49

Penentuan tanggal adalah tanggung jawab penghulu. Ia melapor kepada ketua adat dan keputusannya

disahkan dalam upacara perembukan (musyawarah). Tanggal yang dipilih tidak diumumkan, tetapi pada

saat acara perembukan dimulai masyarakat mendengarkan hasil keputusannya secara sembunyi-

sembunyi. Setelah kebenarannya diyakini kemudian disebarkan dari mulut ke mulut.50

2. Praktik Ritual Nyadar

Sebelum penulis membahas tentang praktik ritual Nyadar, terlebih dahulu penulis akan

membahas tentang beberapa persyaratan khusus sebelum diadakannya ritual tradisi Nyadar dan harus

dipatuhi oleh seluruh masyarakat, yaitu:

1. Ritual tradisi Nyadar tidak boleh mendahului tanggal 12 Maulid;

2. Nilai selamatan tidak boleh melebihi nilai selamatan peringatan Maulid nabi Muhammad SAW;

3. Biaya untuk ritual tradisi Nyadar harus halal dan bukan didapat dari berhutang;

4. Hubungan suami istri peserta ritual tradisi Nyadar harus rukun lahir dan bathi;.

5. Peserta Nyadar terlebih dahulu harus mengikuti Maulid Nabi terlebih dahulu. Jika syarat ini

dilanggar akan menyebabkan nasi yang dimasak oleh ibu-ibu tersebut tidak akan masak. Dan jika

hal ini terjadi maka mereka diharapkan segera menghubungi pemimpin adat yang didampingi oleh

seorang penghulu.51

Adapun persiapan tradisi Nyadar diperlukan dua hal pokok yang harus dipersiapkan oleh

masyarakat Pinggirpapas, yakni :

a. Sesajen

Sesajen ini adalah berupa nasi tumpeng yang dimasak pada malam harinya, tepatnya pada jumat

malam sekitar pukul 19.00 WIB oleh warga setempat. Setelah nasi tumpeng tersebut matang, nasi

49 Wawancara Pribadi dengan Bapak Harun Rasyid, “Tokoh Adat Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 13 Februari 2006 50 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kasa, “Tokoh Adat Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 10 Februari 2006 51 Departemen Pariwsata dan Kebudayaan, Sekilas MengenalUpacara Adat Nyadar, h. 3

Page 48: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

tumpeng tersebut di taruh di atas panjeng.52 Panjeng adalah sebuah piring besar tempat meletakkan

nasi yang dihiasi dengan telur dadar yang diiris kecil-kecil diatasnya. Setelah hiasan selesai nasi diberi

alas talam besar yang ditutup oleh tanggik.53 Selanjutnya nasi tersebut diletakkan di sekitar komplek

pemakaman Anggasuto.

Selain nasi tumpeng tersebut, juga ada lima nasi tumpeng yang diletakkan di dalam piring. Piring

yang ditempatkan di tengah diberi telur dadar yang utuh dan di dalam tumpeng diletakkan sebutir telur

rebus. Hal ini merupakan perwujudan dari alam yang meliputi tiga dimensi, yakni alam bawah, alam

atas dan alam antara. Alam bawah adalah alam yang suci dan merupakan zat murni dari keseluruhan.

Alam atas adalah kesempurnaan yang abadi dan penuh kedamaian. Alam antara adalah dunia yang

penuh dengan nafsu. Anggapan ini mencerminkan ajaran-ajaran sufisme yang juga berpendirian bahwa

hanya orang yang suci dapat mendekati Tuhan Yang Maha Suci dan mencapai kesucian diri

memerlukan waktu dan usaha.54 Dan Empat piring yang lain diberi telur dadar yang diiris-iris kecil-

kecil. Keempat tumpeng yang lain merupakan perwujudan dari kekuatan alam dunia. Menurut seorang

informan kekuatan itu berasal dari Allah SWT yang dibantu oleh malikat Jibril, israfil, Israil dan

Mikail. Begitu pula Nabi Muhammad yang dalam perjuangannya didampingi oleh keempat

sahabatnya.55

Setelah selesai upacara sebagian tumpeng tersebut dimakan dan dibagikan kepada keluarga atau

orang-orang yang tidak mampu. Sebagian dari tumpeng yang dimakan, disisakan untuk dijadikan

karak.56

b.Tajin (Bubur)

Tajin atau bubur ini terdiri atas lima warna yaitu putih, merah, hijau, hitam dan kuning. Tajin

putih diletakkan di tengah sebagai lambang dari serba bersih. Namun, manusia itu lahir akan dipenuhi

oleh segala nafsu yang dilambangkan oleh warna merah. Nafsu itu bisa dikendalikan dengan

52 Panjeng adalah sebuah piring besar yang terbuat dari tanah liat dan besarnya mirip dengan talam (alas besar untuk menaruh makanan diatasnya. 53 Tanggik adalah sebuah alat tutupnya panjeng yang terbuat dari anyaman daun lontar. 54 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadin, “Juru Doa Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 15 Februari 2006 55 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 26 56 Karak di sini adalah sisa nasi tumpeng yang dikeringkan kemudian dicampurkan dengan nasi yang di masak setiap harinya, guna memindahkan berkahnya dari hasil tradisi Nyadar yang telah dilakukan masyarakat pinngirpapas umumnya.

Page 49: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

kesabaran dan kebenaran yang diwakili oleh warna hijau. Bahwa manusia selalu digoda disimbolkan

dengan warna hitam, tetapi walaupun begitu manusia dapat membedakan baik dan buruk yang

ditandai dengan warna kuning.

Dalam mewarnai tajin (bubur) ini, penggunaan zat pewarna dianggap merendahkan martabat

seseorang. Warna yang digunakan harus bersifat alami, warna merah dari jagung, warna hijau dari

kacang hijau, warna hitam dari ketan hitam dan kuning dari kacang hijau kuning. Keempat warna itu

akan selalu mempengaruhi kebersihan warna putih yang berada di tengah, hijau dan kuning

menjaganya, sedangkan merah dan hitam merusaknya.57 Kelima warna ini lebih berhubungan dengan

pasangan, yakni yang pokok dari tiap tajin (bubur) tersebut adalah bahwa pasangannya tidak boleh

berubah. Merah pasti berpasangan dengan hijau, sedangkan warna hitam selalu berpasangan dengan

warna kuning. Dan warna putih adalah nilai dasar dari alam itu sendiri.58

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa ritual nyadar ini dilakukan dalam tiga tahap

dalam satu tahun yaitu pada bulan Juli, Agustus dan September sesuai dengan pergeseran bintang

yang ditandai dengan datangnya musim kemarau.

a. Nyadar Pertama

1. Kegiatan Hari Jumat (Hari Pertama)

Kegiatan pada hari Jumat merupakan kegiatan Nyekar (ziarah ke komplek pemakaman

Anggasuto) dilakukan pada pukul 16.00 WIB dengan melewati dua jalur; kepala suku dan

perangkatnya berjalan kaki begitu pula dengan warga Pinggirpapas atau sekitarnya.

Setelah semua kelompok berdasarkan empat tokoh yang mereka kultuskan tersebut sampai di

desa Kebundadap, kaum wanitanya mempersiapkan tungku dan bahan-bahan yang akan dimasak pada

malam harinya. Saat itu pula masing-masing anggota masyarakat menyerahkan bunga dan bedak

kepada penghulu untuk dikumpulkan. Kemudian antara bunga dan bedak tersebut dipisahkan.

Bunganya dibawa ke pemakaman untuk ditabur oleh istri-istri penghulu, sesuai dengan masing-

masing kelompok. Misalnya dari kelompok keturunan Anggasuto di tabur ke makam Anggasuto dan

begitu pun yang lainnya. Penaburan bunga ini diiringi dengan pembakaran kemenyan.

57 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadin, “Juru Doa Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 15 Februari 2006 58 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 28

Page 50: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Kemudian seorang tokoh agama yakni bapak Harun Rasyid, memimpin pembacaan tahlil.

Beberapa saat selanjutnya kembang yang telah dijadikan satu itu diberikan pada peserta untuk

kemudian diletakkan di atas makam. Diyakini bahwa siapa yang paling dulu meletakkan bunga

tersebut, maka hajat orang itu akan cepat terkabul. Bagi peserta ritual yang telah selesai menaburkan

bunga, maka diberi bedak yang telah dicampur air di belakang telnga atau di dahinya. Hal ini untuk

menandai bahwa mereka selesai mengikuti upacara dan mereka dari gangguan makhluk halus.

Setelah penaburan bunga selesai warga kembali pada kelompok masing-masing dan suami istri

mulai mempersiapkan sarana untuk memasak. Baru setelah pukul 19.00 mereka memulai untuk

memasak diyakini juga bahwa itu dapat menghindarkan. Sekitar tengah malam nasi masak dan

dipindahkan ke tikar untuk didinginkan selanjutnya para suami menatanya di panjeng (semacam

piring besar) dan kelengkapannya dalam bentuk tumpeng yang dihiasi dengan telur dadar, ayam

goreng dan ikan bandeng.

2. Kegiatan Hari Sabtu

Keesokan harinya (Sabtu) merupakan tahapan kedua yang disebut Upacara Kaoman. Pada

sekitar pukul 07.00 WIB tumpeng diletakkan di sekitar atau di bawah pohon asem keramat sesuai

dengan kelompok masing-masing. Para penghulu kemudian menghitung panjeng menggunakan ilmu

kanoragan.59 Hal ini dilakukan untuk mengetahui siapa yang tidak hadir atau melakukan upacara adat

Nyadar di rumahnya. Setelah melaporkan kegiatan ini pada pimpinan kemudian pimpinan membawa

Kinangan (tempat sirih) dan diletakkan di depan tempat dia duduk. Selanjutnya mulailah pembacaan

doa dipimpin oleh seorang penghulu yang di sebut “Juru Doa” yakni bapak Mohammad Sadin.

Setelah pembacaan doa selesai sebagian nasi di dalam panjeng dimakan. Sisa nasi dan lauknya dibawa

pulang dan diberikan kepada warga yang tidak mampu. Sisa nasi yang dibawa pulang tersebut

dikeringkan untuk dijadikan kerak dan dicampurkan sedikit demi sedikit pada nasi setiap kali masak

dengan maksud untuk memindahkan barokahnya ke nasi yang dimakan setiap hari.

b. Nyadar Kedua

Upacara adat Nyadar yang kedua dilaksanakan satu bulan setelah yang pertama, dan bentuk

upacaranya tidak jauh berbeda dari yang dilakukan pada upacara pertama. Hanya dalam Upacara

adat Nyadar yang kedua ini semua senjata milik anggasuto dikeluarkan dari pasarean (tempat 59 Kanoragan adalah ilmu yang bersifat mistis dan hanya dimiliki oleh seorang penghulu/ Racok Saebu dalam menjalani tugasnya khususnya menghitung panjeng yang ada dalam pelaksanaan tradisi Nyadar.

Page 51: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

tinggal) Anggasuto. Hal ini dilakukan bahwa penghormatan terhadap Anggasuto tidak terbatas pada

orangnya saja. Senjatanyapun dihormati karena masyarakat Pinggirpapas umumnya merasa bahwa

senjata itu mampu melindungi mereka dari kekacauan besar yang sewaktu-waktu melanda tanah

leluhur mereka.60 Adapun senjata tersebut terdiri dari abinan (keris) dan kodik perangsang yang

diambil oleh juru doa pada hari sabtu sebelum subuh, hal ini dilakukan karena diyakini jika diambil

sesudah subuh maka keampuhannya berkurang. Kedua senjata tersebut dibawa ke pintu gerbang

komplek pemakaman untuk tetap menjaga keampuhannya. Dan setelah dibacakan doa maka senjata

tersebut dikembalikan ke tempatnya semula.

c. Nyadar Ketiga

Upacara adat nyadar ketiga dilakukan satu bulan kemudian, dengan persyaratan sama dengan

Upacara adat Nyadar pertama dan kedua. Adat Nyadar ketiga dilaksanakan di pasarean (rumah atau

tempat tinggal) keempat tokoh yang dikultuskan.

Dalam Upacara adat nyadar ketiga ini Layang Jati Sampurnaning Sembah dan Layang Jati Suara,

dibaca serentak di tiap-tiap pasarean dipimpin oleh dua orang, satu orang membaca dan yang lain

mengartikan maknanya. Kegiatan ini dilakukan malam hari sampai menjelang subuh dan seluruh

warga duduk dengan tertib mendengarkan isi dan makna itu.

Layang Jati Sampurnaning Sembah dan Layang Jati Suara yang dituliskan pada daun lontar

dipandang sebagai satu pengetahuan yang dijadikan pedoman oleh Anggasuto dalam berprilaku dan

bertindak sebagai seorang hamba Allah. Menurut bapak Mohammad Sadin selaku juru doa pada

pelaksanaan tradisi Nyadar yang disebut upacara Kaoman, Layang Jati Sampurnaning Sembah berisi

tentang ajaran untuk selalu menyembah Allah SWT yakni dengan mendirikan shalat. Sedangkan

Layang Jati Suara berisikan tentang amalan-amalan untuk selalu berbuat baik kepada sesama

manusia dan selalu melakukan perintah-Nya dan menjauhi Larangan-Nya.61

Setelah Layang selesai dibaca, juru baca menyatakan kepada penghulu dan ia memberitahukan

kepada ketua adat bahwa pembacaan selesai. Upacara adat Nydar ketiga ini terlihat lebih

60 Wawancara Pribadi dengan Bapak ahmad Rizal, “Tokoh Masyarakat”, Pinggirpapas, tanggal 18 Februari 2006 61 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadin, “Juru Doa Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 15 Februari 2006

Page 52: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

memfokuskan pada pesan-pesan rohani yang perlu diketahui dan dipahami oleh masyarakat yang

cenderung melaksanakan pesan-pesan tersebut.

C. Struktur Kepemimpinan dalam Ritual Tradisi Nyadar.

Kepemimpinan upacara Nyadar diatur berdasarkan keturunan keempat tokoh yang dikultuskan.

Keempat pemimpin ini mengangkat keturunan dari embah Kuasa sebagai pemimpin utama. Beliau

diangkat sebagai pemegang keputusan apabila sesuatu hal terjadi. Walaupun begitu, ini tidak berarti

bahwa beliau memiliki kekuasaan mutlak. Tiap keputusan yang diambil tetap dibicarakan dengan

pemimpin lain. Hanya keturunan embah Kuasa mematukkan palu mengesahkan keputusan itu. Dan

kedudukan pemimpin utam dalam tradisi Nyadar saat ini adalah embah Kasa (keturunan dari embah

Kuasa). Dan sebagai wakilnya adalah Bapak Masriyani yang merupakan keturunan dari Anggasuto

Keempat pemimpin itu dibantu oleh empat orang penghulu. Atau yang dikenal dengan sebutan

Racok Saebu.62 Jabatan penghulu juga berdasarkan keturunan, tetapi apabila salah satu penghulu tidak

memiliki keturunan, seorang keluarga dicari melalui persetujuaan dari keempat pemimpin. Penghulu

baru dianggap sah apabila sudah dilantik oleh pemimpin utama. Penghulu dilantik setelah upacara

Nyadar. Jarak antara waktu pengangkatan dan pelantikan minimal satu tahun. Dalam waktu ini

kemampuan calon penghulu diuji, meliputi kemampuan dalam mengendalikan dan mengkoordinasikan

warga serta pengujian mental yang meliputi kejujuran dan loyalitasnya terhadap pemimpin adat. Dan

kalau ia memenuhi syarat ia dilantik.63 Adapun para tokoh Racok Saebu ini adalah Bapak Sumatra

keturunan dari embah Anggasuto, Bapak Sinabar keturunan dari embah Kasa, Bapak Razak keturunan

dari Indusari, dan Bapak Karim keturunan dari embah Dukun.

Adapun tokoh yang selalu memimpin pembacaan doa dalam tradisi Nyadar terbagi atas dua,

yakni: pemimpin doa pada hari Jumat adalah Bapak Harun Rasyid (ditunjuk oleh masyarakat) dan

pemimpin doa padahari Sabtu (Upacara Kaoman) adalah Bapak Mohammad Sadin. Sedangkan para

tokoh yang bertugas menyiapkan perlengkapan ritual adalah sebagai berikut:

62 Racok Saebu adalah seorang penghulu atau jabatan dalam tradisi Nyadar yang memakai pakaian khusus seperti pakaian para penari kecak (pakaian seribu warna) di Bali. 63 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumatra, “Tokoh Pelaksana Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 17 Februari 2006

Page 53: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

1. Bapak Sunarto keturunan dari embah Kuasa, yang bertugas membakar kemenyan sebelum pelaksanaan

tradisi Nyadar.

2. Bapak Suliman keturunan dari embah Kuasa, yang bertugas membakar kemenyan sebelum doa

dibacakan.

3. Bapak Hasan, Ibu Sumabiya, Bapak Jamal, dan Bapak Jurasmi keturunan dari Indusari, yang bertugas

membawa kembang sebagai perlengkapan ziarah.

4. Bapak Ibrahim dan Misradin keturunan dari embah Dukun, yang bertugas membawa kotak ziarah.

5. Bapak Jatim dan Bapak Hatijah keturunan dari embah Dukun, yang bertugas membawa bedak sebagai

perlengkapan ziarah.

Dan Bapak Kadir selaku juru kunci pemakaman juga membantu persiapan Nyadar. Ia juga

diangkat berdasarkan kemufakatan keempat pemimpin dan penghulu. Untuk juru kunci dimbil

seseorang yang bertempat tinggal dekat dengan pemakaman dan masih keturunan waraga Pinggirpapas.

Tugasnya selain menyiapkan tempat Nyadar adalah mengawasi pemakaman dan merawatnya. Ia digaji

pada saat upacara Nyadar dan kadang kala ada peziarah yang juga memberi sedikit uang, tetapi ia tidak

pernah meminta imbalan dari mereka.64

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan antara tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh

masyarakat di sini adalah terletak pada peranannya dalam kehidupan sosial masyarakat setempat yakni

masyarakat Pinggirpapas. Dimana Tokoh agama berperan sebagai seorang tokoh yang berperan dalam

mengajarkan ilmu agamanya kepada masyarakat, baik guru ngaji ataupun seseorang yang mempunyai

gelar haji atau kyai. Dan tokoh masyarakat adalah seseorang yang mempunyai kedudukan dan peranan

penting dalam kehidupan sosial masyarakat setempat, baik itu pejabat desa ataupun seseorang yang

disegani karena kedudukannya yang tinggi dalam bidang ekonomi. Sedangkan yang dimaksud dengan

kriteria seorang tokoh adat adalah berdasarkan peranannya dalam bidang adat-istiadat yang ada dalam

64 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmad Rizal, “Tokoh Masyarakat”, Pinggirpapas, tanggal 18 Februari 2006

Page 54: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

komunitas sosial tertentu. Baik itu Ketua adat, wakilnya atupun para anggota adat lainnya. Pemerintah

sama sekali tidak terlibat dalam pengangkatan pemimpin, penghulu maupun juru doa.

D. Dampak atau Pengaruh Tradisi Nyadar Dalam Kehidupan Masyarakat Pinggirpapas

Dalam melaksanakan tradisi Nyadar bagi masyarakat Pinggirpapas sebenarnya tidak ada

tujuan-tujuan tertentu yang lebih spesifik. Bagi para petani garam khususnya, dengan mengikuti ritual

tradisi Nyadar mempunyai manfaat bahwasannya mereka akan selalu ingat atas nikmat Allah SWT

yakni hasil panen garam khususnya yang telah diberikan kepada mereka. Dengan demikian ritual tradisi

Nyadar ini tidak lebih adalah untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

rizki dan memohon untuk dilipat gandakan pendapatan mereka lewat hasil garam itu untuk tahun yang

akan datang.

Pengikut ritual tradisi Nyadar ini boleh dilakukan oleh semua kalangan dan warga dari desa

lainnya. Baik itu memang warga yang bertempat tinggal di desa atau wilayah lain maupun warga yang

bertempat tinggal di desa lain tetapi asli orang Pinggirpapas atau mempunyai garis keturunan orang

Pinggirpapas. Bahkan dari kalangan aparat pemerintahan sampai tokoh agama pun sepakat untuk

mengikuti upacara ritual Nyadar. Ritual Nyadar ini pun sudah diakui secara jelas bahwa ritual Nyadar

adalah acara formal yang sudah terdaftar di Desa yang harus dilaksanakan setiap tahun.

Ritual tradisi Nyadar selain memberi manfaat terhadap masyarakat Pinggirpapas untuk

menambah rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa juga memberikan pengaruh diantaranya sebagai

berikut :

1. Dalam bidang sosial, tradisi Nyadar memberikan pengaruh pada adanya ikatan sosial yang terjalin

antar warga desa Pinggirpapas dan sekitarnya. Secara Sosiologis menurut fitrahnya manusia adalah

makhluk yang suka hidup berkelompok dengan pengertian bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa

memerlukan bantuan orang lain. Untuk itulah kemudian manusia selain sebagai makhluk individu,

manusia juga makhluk sosial. Terdorong oleh kedudukannya yang kodrati sebagai makhluk sosial

maka manusia tidak dapat hidup seorang diri. Dimanapun manusia berada dia pasti memerlukan orang

lain. Durkheim menyebutnya dengan istilah solidaritas sosial, yang terbagi atas solidaritas mekanik

dan solidaritas organik. Ciri khas yang penting dari solidaritas mekanikadalah bahwa solidaritas itu

didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment, dan sebagainya.

Homogenitas serupa itu hanya mungkin kalau pembagian kerja bersifat sangat minim. Berlawanan

Page 55: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

dengan itu, solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu

didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah

sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan.65

Secara terminologi kata “solidaritas” berasal dari bahasa latin “solidus”. Kata ini di pakai dalam

sistem sosial yang berhubungan dengan integritas kemasyarakatan melalui kerjasama dan keterlibatan

yang satu dengan yang lainnya. Bentuk dari solidaritas dalam kehidupan masyarakat berimplikasi

pada kekompakan dan keterikatan dari bagian-bagian yang ada. Dalam istilah Romawi dikatakan

bahwa yang dimaksud dengan solidaritas adalah semua untuk masing-masing dan masing-masing

untuk semua.

Sebagaimana yang terdapat pada tradisi Nyadar, baik dimulai dari acara parembukan

(musyawarah) untuk menetapkan waktu pelaksanaan Nyadar, pembagian tugas oleh masing-masing

tokoh pelaksana Nyadar ataupun peran ikut serta masyarakat Pinggirpapas dalam tradisi Nyadar,

semuanya ini menuntut adanya solidaritas sosial yang utuh dan kuat di antara para tokoh adat

setempat dan warga desa Pinggirpapas umumnya. Sehingga hal ini akan meminimalisir terjadinya

konflik atau pertentangan antar individu. Konflik terjadi sebagai akibat adanya perbedaan paham dan

kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya jurang pemisah yang mengganjal

interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

2. Dalam bidang pendidikan, tradisi Nyadar memberikan pengaruh yang cukup penting dalam

perkembangan pendidikan masyarakat Pinggirpapas. Khususnya bagi anak-anak dari pengusaha garam

yang rata-rata mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya ke Perguruan Tinggi hingga menjadi Sarjana.

Hal ini tentunya tidak terlepas dari pendapatan bersih rata-rata para pengusaha garam yang mencapai

lebih dari 20 juta/tahunnya. Selain itu mereka memiliki usaha sambilan yang mengandalkan pada

keadaan cuaca juga, yakni apabila musim penghujan tiba maka para pengusaha garam beralih kepada

usaha atau mengandalkan mata pencaharian tambak ikan, seperti hasil ikan bandeng, ikan teri dan

udang.

3. Dalam bidang ekonomi, tradisi Nyadar berpengaruh pada pendapatan ekonomi dalam usaha

penggaraman masyarakat setempat yakni masyarakat Pinggirpapas. Umumnya kesejahteraan yang di

dapat dari hasil usaha garam itu lebih banyak dirasakan peranannya bagi keluarga pengusaha garam

65 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Penerjemah Robert M.Z Lawang, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 183

Page 56: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

dibandingkan para petani garamnya. Bayangkan saja apabila para pengusaha garam memiliki tambak-

tambak garam umumnya 20 petak, di mana 1 petaknya dapat menghasilkan garam sebanyak 10 ton dan

1 ton garam berkualitas bagus dihargai Rp. 200.000-250.000. Dengan demikian dapat disimpulkan

kiranya bahwa penghasilan pengusaha garam itu sekitar Rp. 2.000.000-2.500.000/ petaknya. Berarti

apabila pengusaha garam tersebut mempunyai tambak garam sebanyak 20 petak, maka penghasilan

seluruhnya yang di peroleh adalah Rp. 40.000.000-50.000.000 dalam sekali panen tiap tahunnya.

Sedangkan penghasilan ini masih di sebut dengan penghasilan kotor. Karena penghasilan ini masih

perlu diadakan pembagian pendapatan antara pengusaha garam dengan petani garam. Dan umumya

pembagian pendapatan ini didasarkan pada kesepakatan yang terjadi antara kedua belah pihak, dimana

pengusaha garam mendapatkan bagian yang lebih besar karena sebagai pemilik modal. Sedangkan

petani garam mendapatkan bagian yang lebih kecil karena sifatnya hanya sebagai pekerja/ buruh,

biasanya mereka mendapatkan bagian sebanyak 1/3 bagian dari total pendapatan yang diperoleh.

4. Dalam bidang agama, tradisi Nyadar memberi pengaruh pada kehidupan kerukunan

umat khususnya masyarakat Pinggirpapas yang beragama Islam. Dimana Islam

mengajarkan untuk saling tolong-menolong dan memupuk rasa persaudaraan antar

sesamanya. Dengan demikian bisa kita lihat arti dari kerukunan yang menurut Mulder,

kata “rukun” adalah berada dalam keadaan selaras, tenang, dan tetram tanpa

perselisihan dan pertentangan, bersatu untuk saling membantu satu sama lainnya.

Kerukunan dalam konteks Mulder, bisa diartikan sebagai sikap toleransi dimana sikap

dasar yang memungkinkan sebuah agama berdampingan dengan agama lain ataupun

memberikan keleluasaan terhadap kelompok lain.66

5. Dalam bidang budaya, tradisi Nyadar berpengaruh sebagai objek wisata yang

dikagumi oleh para wisatawan asing atau para turis.

66 Miels Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h.39

Page 57: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

BAB IV

ANALISIS TENTANG TRADISI RITUAL NYADAR

Sebagaimana yang telah penulis uraikan sebelumya, tradisi ritual Nyadar merupakan adat istiadat

masyarakat Pinggirpapas yang kerap dilaksanakan sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil/ panen

garam juga sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa leluhur mereka, yakni Anggasuto beserta

kerabatnya.

Adapun hubungannya dengan judul yang terdapat dalam bab ini, penulis akan menguraikan

beberapa hal dari hasil penelitian yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan guna mendapat kajian isi atau

bahasan secara menyeluruh hingga di dapatkan hasil analisis yang telah penulis lakukan. Oleh karena

itu penulis akan menguraikannya dalam empat pokok pembahasan berikut ini :

B. Sejarah Munculnya Tradisi Ritual Nyadar

Setelah penulis mengadakan penelitian langsung ke lapangan, sebagaimana yang dikisahkan oleh Bapak

Kasa selaku sesepuh dan Ketua Adat di Desa Pinggirpapas, ritual Nyadar itu tidak diketahui pasti tahun

berapa mulai dilaksanakannya tetapi yang jelas Nyadar itu adalah tradisi yang sudah turun temurun

mulai dari nenek moyang hingga sekarang dan sudah seperti menjadi sebuah kewajiban bagi

masyarakat Pinggirpapas untuk melaksanakannya. Namun dari berbagai cerita yang berkembang di

kalangan masyarakat Pinggirpapas, dapat dipastikan bahwa sejarah munculnya tradisi Nyadar

bertepatan dengan ditemukannya garam pertama kali oleh Anggasuto. Pada saat itu Anggasuto

bermunajat atau memohon kepada Allah SWT, agar diberikan petunjuk bagaimana caranya memberikan

sumber kehidupan yang layak bagi rakyatnya. Pada saat itu selain penduduk asli yang tinggal di daerah

Pinggirpapas, terdapat pula para pendatang yakni bekas tentara Bali yang diselamatkan oleh Anggasuto

sebagai akibat adanya kalah berperang melawan kerajaan Sumenep. Pada saat itu kerajaan Sumenep

dipimpin oleh Pangeran Lor dan Pangeran Wetan dari 1562 M-1567 M.1 Dari sini penulis akhirnya

1 RB. Ahmad Rifa’ie Agil, Riwayat Singkat Raja-Raja Sumenep dan Peninggalannya, (Sumenep:

Oktober 2002), h. 4

Page 58: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

mencoba menyimpulkan bahwa munculnya tradisi Nyadar sekitar abad 16. Hal ini bertepatan dengan

terjadinya peristiwa perang antara kerajaan Bali dan kerajaan Sumenep yang ditandai dengan upaya

penyelamatan oleh Anggasuto kepada para tentara Bali yang mengalami kekalahan dari pasukan

kerajaan Bali. Dan akhirnya para bekas tentara Bali tersebut mendiami daerah Pinggirpapas dengan

bimbingan seorang Anggasuto.

Menurut bapak Suliman selaku salah satu tokoh pelaksana Nyadar, nama desa Pinggirpapas juga

mempunyai makna historis. Menurut cerita beliau nama Pinggirpapas diambil dari sejarah tentara bali

yang lari terbirit-birit dan hampir jatuh ke pinggir-pinggir atau pesisir pantai. Kata orang Pinggirpapas

menyebutnya dengan istilah “la lare ka penggirna ma tagerpas keya”,yang artinya lari terbirit-birit

sampai akhirnya jatuh ke pinggir-pinggirnya pantai. sehingga disingkat dengan nama “Pinggirpapas”.2

Mengenai ditemukannya garam oleh Anggasuto, banyak versi yang membahasnya. Konon, Anggasuto

menemukan garam pertama kali melalui ilham yang menyuruhnya berjalan-jalan di pesisir pantai

sampai kena air sebatas mata kaki. Seperti halnya kondisi pantai dimanapun, pantai Pinggirpapas

dipenuhi pasir dan sedikit berlumpur. Sehingga apabila permukaan pasir itu diinjak maka akan dijumpai

lubang-lubang bekas injakan kaki itu. Demikian halnya ketika Anggasuto menunaikan perintah bisikan

itu, maka tanah pasir pinggir pantai yang ia lewati terlihat lubang-lubang bekas injakan yang berair.

Akan tetapi, anehnya setelah beberapa hari ia lihat kembali, di dalam lubang-lubang bekas injakan itu

ternyata ada kristal-kristal garam. Maka ia ceritakan kepada keluarganya bahwa ia telah menyaksikan

sebuah kristal-kristal garam dari bekas injakan kakinya di pinggir pantai Pinggirpapas. Dari situlah

kemudian ia mengajak keluarganya untuk memperluas dan memperlebar bekas injakan itu, yang pada

akhirnya menjadi tambak-tambak garam.67

Versi lain menceritakan bahwa pada saat Anggasuto berjalan-jalan di pantai ia menemukan enam buah

kotak yang berisi air laut. Keesokan harinya satu kotak itu mengkristal dan berwarna putih. Hari

berikutnya kotak yang kedua mengkristal pula diikuti oleh kotak yang ketiga sampai hari yang keenam.

Kristal warna putih itu dinamakan buje (garam) oleh Anggasuto. Dari pengalaman tersebut Anggasuto

mencoba membuat talangan bersama-sama rakyatnya. Dia (Anggasuto berkata kalu bulan depan air laut

2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suliman, “Tokoh Pelaksana Nyadar”, Pinggirpapas, Tanggal 14

Pebruari 2006 67 Aminuddin Kasdi, dkk, Sejarah Pelopor Garam di Sumenep, (Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 2003), h. 10-11

Page 59: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

dalam talangan itu bisa jadi garam, dia akan melakukan tasyakuran. Percobaan Anggasuto itu ternyata

berhyasil dan kemudian diikuti oleh adiknya yang pertama, bernama Kuasa yang juga bernazar kalau

bulan depan berikutnya talangan yang ia buat jadi garam, ia akan selamatan bersama-sama dengan

seluruh masyarakat. Adik Anggasuto yang perempuan bernama Indusari, istri dari Embah Bangsa,

seperti saudaranya ia pun bernazar, kalau garam yang ia buat bulan depan jadi, ia akan melaksanakan

nazar di rumah sendiri.68 Merujuk pada uraian ini, maka sebenarnya tradisi Nyadar yang dilakukan oleh

masyarakat Pinggirpapas sama halnya dengan nazar yang mengandung arti janji berbuat sesuatu jika

niatnya tercapai. Namun dalam pengucapannya atau dialek bahasa orang Madura, khususnya

masyarakat Pinggirpapas menyebut tradisi Nazar berubah menjadi Nyadar. Dengan adanya ketiga

peristiwa ini, maka tradisi Nyadar atau Nazar dilaksanakan sebanyak tiga kali oleh masyarakat

Pinggirpapas hingga sat ini, yakni nazar yang dilakukan oleh Embah anggasuto, Embah Kuasa dan Nyai

Indusari (istri Embah Bangsa). Sebagaimana yang telah diceritakan oleh Bapak Mohammad Sadek

selaku Kepala Desa Pinggirpapas melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis.69

Namun di balik berbagai cerita tersebut, sesungguhnya terdapat nilai-nilai histories masyarakat

Pinggirpapas pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya perang antara Sumenep dan Bali.

Sebagai akibat Raja Bali yang bernama Menakjayengpati tidak mau membayar upeti kepada Sumenep

sebelumnya. Pada waktu itu roda pemerintahan Sumenep dikuasai oleh pangeran Lor dan Pangeran

Wetan (saudara kembar) yang mengalahkan Bali. Akhirnya bala tentara Bali merasa terdesak oleh

kemenangan Sumenep dan mereka melarikan diri ke daerah-daerah terpencil, salah satunya yaitu

Pinggirpapas.Di daerah inilah bala tentara Bali bertemu dengan Anggasutoyang melindungi mereka dari

kejaran pasukan Sumenep. Hingga pada akhirnya Anggasuto mengislamkan mereka.70

Keberadaan bekas tentara Bali ini semakin menambah populasi jumlah penduduk yang ada di

Pinggirpapas. Jumlah penghuni Pinggirpapas yang semakin bertambah membuat Anggasuto berpikir

untuk mencari pemecahan bagaimana mereka (penduduk Pinggirpapas) bisa bertahan hidup bila tanpa

ada mata pencaharian yang memadai. Penduduk Pinggirpapas yang hidup di pesisir itu hanya

68 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 11-12 69 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadek, “ kepala Desa Pinggirpapas”, Pinggirpapas, tanggal 10 Februari 2006 70 Iskandar Zulkarnain, dkk, Sejarah Sumenep, (Surabaya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 2003), h. 73-75

Page 60: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

mengandalkan hasil tangkapan ikan (pekerjaan nelayan) yang dipandang masih belum mencukupi.

Anggasuto sebagai seorang yang memiliki kelebihan, terutama dalam ilmu agama termasuk juga

memiliki karamah mencoba memohon kepada Allah SWT, untuk dapat diberi jalan keluar terhadap

persoalan hidup masyarakat Pinggirpapas.71 Dan akhirnya penemuan garam menjadi petunjuk sebagai

tanda awal kemakmuran masyarakat Pinggirpapas sebagaimana yang telah diceritakan sebelumnya.

Mengenai siapakah sebenarnya Anggasuto hingga kini masih dalam perdebatan yang panjang untuk

menemukan kebenarannya. Namun menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat

Pinggirpapas umumnya dan sesuai dengan literatur yang penulis temukan menyatakan bahwa

Anggasuto sebenarnya adalah Brawijaya V (Raja Majapahit). Beliau melarikan diri ke Madura sesudah

ia ditaklukkan oleh Raden Fatah dari Demak. Sebenarnya dikatakan bahwa Brawijaya mengakui bahwa

agama yang dibawa oleh Raden Fatah itu merupakan suatu kebenaran, tetapi karena Brawijaya seorang

raja, maka ia tidak berani mengakui secara terbuka kebenaran dari agama Islam. Karena ia mengakui

ajaran Islam ia menghilang dari kerajaan Majapahit dan hidup sebagai pertapa di Madura dengan nama

Syeh Anggasuto. Masyarakat setempat menganggap cerita ini benar sebab dahulu seorang utusan dari

kesultanan Yogyakarta mencari sebuah makam yang berundak sebelas. Ternyata dari makam raja-raja

yang ada di Indonesia, hanya yang di desa Kebundadap Sumenep ada yang berbentuk demikian.

Menurut utusan itu, makam ini merupakan makam Raja Majapahit yang telah menghilan yaitu

Brawijaya V.72

Menurut cerita bapak Harun Rasyid selaku tokoh agama di desa ini, ritual Nyadar itu sudah rutin

dilaksanakan setiap tahunnya, hanya saja perbedaannya ritual Nyadar pada jaman dahulu dengan ritual

Nyadar sekarang terdapat sedikit perbedaan. Karena kurangnya pendidikan masyarakat setempat di

jaman dahulu di bidang keagamaan maupun di bidang ilmu pengetahuan, ritual Nyadar pada jaman

dahulu dilaksanakan benar-benar hanya memberikan sesajen saja, berbeda dengan sekarang ritual

Nyadar dilaksanakan dengan dilengkapi doa-doa khusus dan tujuan-tujuan tertentu.73 Hal ini tentunya

tidak terlepas oleh adanya penyebaran agama Islam yang bertepatan dengan dimulainya tradisi Nyadar

pada abad ke 16. Sehingga tradisi kepercayaan nilai-nilai animisme dan dinamisme (budaya Hinduisme)

71 Aminuddin Kasdi, Sejarah Pelopo Garam di Sumenep, h. 9-10 72 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 9 73 Wawancara Pribadi dengan Bapak Harun Rasyid, “Tokoh Agama”, Pinggirpapas, tanggal 13 Februari 2006

Page 61: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

yang ada sebelumnya, perlahan-lahan mulai diberikan pengaruh nilai-nilai ajaran Islam (adanya proses

Islamisasi).

Menurut Bapak Kasa salah satu sesepuh sekaligus ketua umum perayaan ritual Nyadar 2006, ritual

Nyadar ini pantang sekali untuk dilanggar atau dilewatkan, walaupun kondisi ekonomi masyarakat

setempat sedang tidak memungkinkan tetapi yang namanya tradisi atau kebudayaan tetap harus

dilaksanakan. Karena menurut beliau di samping untuk mempererat kekerabatan masyarakat

Pinggirpapas mengadakan ritual Nyadar juga mempunyai tujuan untuk melestarikan kebudayaan.74

B. Penetapan Waktu dan Praktik Ritual Nyadar

1. Penetapan Waktu

Pelaksanaan Nyadar dilaksanakan pada perhitungan bintang antara tanggal 21 Maret dan 21 Juni

matahari setiap hari bergeser dari equator menuju ke garis balik utara (23,5 derajat LU). Pada posisi

tersebut Bintang Karteka dan Bintang Nanggele terlihat di arah timur. Posisi ini menandai kedatangan

musim kemarau yang sangat diharapkan, karena semakin panjang musim kemarau semakin beruntung

untuk usaha penggaraman. Kemampuan Anggasuto dalam menentukan musim kemarau ini

menunjukkan bahwa Anggasuto mempunyai kemampuan yang memadai tentang astronomi.75

Upacara adat Nyadar di desa Kebundadap barat Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep merupakan

upacara yang dilaksanakan secara rutin tiga kali dalam setahun :

4. Bulan Juli merupakan Nyadar pertama;

5. Bulan Agustus merupakan Nyadar kedua;

6. Bulan September merupakan Nyadar ketiga.

Dan tanggal pelaksanaannya pun tidak boleh mendahului tanggal 12 Maulid. Hal ini sebagai simbol

bahwa peringatan Maulid Nabi harus didahulukan dan mendapat kedudukan yang lebih utama dari

peringatan apapun juga. Masyarakat Pinggirpapas umumnya menyebut dengan istilah “Maulid Agung”.

Sehingga setelah masyarakat Pinggirpapas memperingati Maulid Agung, maka untuk selanjutnya para

tokoh adat atau pemimpin tradisi Nyadar melakukan acara parembukan (musyawarah) untuk

74 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kasa,”Ketua Adat Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 10 Februari 2006 75 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Sekilas Mengenal Upacara Adat Nyadar(Nadzar), (Surabaya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2002), h.1

Page 62: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

menentukan pelaksanaan tradisi Nyadar yang ditandai dengan datangnya musim kemarau. Hari yang

ditentukan untuk pelaksanaan Upacara Adat Nyadar tersebut adalah Jumat (hari pertama) dan Sabtu

(hari kedua).76

Penentuan tanggal adalah tanggung jawab penghulu. Ia melapor kepada ketua adat dan keputusannya

disahkan dalam upacara perembukan (musyawarah). Tanggal yang dipilih tidak diumumkan, tetapi pada

saat acara perembukan dimulai masyarakat mendengarkan hasil keputusannya secara sembunyi-

sembunyi. Setelah kebenarannya diyakini kemudian disebarkan dari mulut ke mulut.77

2. Praktik Ritual Nyadar

Sebelum penulis membahas tentang praktik ritual Nyadar, terlebih dahulu penulis akan

membahas tentang beberapa persyaratan khusus sebelum diadakannya ritual tradisi Nyadar dan harus

dipatuhi oleh seluruh masyarakat, yaitu:

1. Ritual tradisi Nyadar tidak boleh mendahului tanggal 12 Maulid;

2. Nilai selamatan tidak boleh melebihi nilai selamatan peringatan Maulid nabi Muhammad SAW;

3. Biaya untuk ritual tradisi Nyadar harus halal dan bukan didapat dari berhutang;

4. Hubungan suami istri peserta ritual tradisi Nyadar harus rukun lahir dan bathi;.

5. Peserta Nyadar terlebih dahulu harus mengikuti Maulid Nabi terlebih dahulu. Jika syarat ini

dilanggar akan menyebabkan nasi yang dimasak oleh ibu-ibu tersebut tidak akan masak. Dan jika

hal ini terjadi maka mereka diharapkan segera menghubungi pemimpin adat yang didampingi oleh

seorang penghulu.78

Adapun persiapan tradisi Nyadar diperlukan dua hal pokok yang harus dipersiapkan oleh

masyarakat Pinggirpapas, yakni :

a. Sesajen

76 Wawancara Pribadi dengan Bapak Harun Rasyid, “Tokoh Adat Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 13 Februari 2006 77 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kasa, “Tokoh Adat Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 10 Februari 2006 78 Departemen Pariwsata dan Kebudayaan, Sekilas MengenalUpacara Adat Nyadar, h. 3

Page 63: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Sesajen ini adalah berupa nasi tumpeng yang dimasak pada malam harinya, tepatnya pada jumat

malam sekitar pukul 19.00 WIB oleh warga setempat. Setelah nasi tumpeng tersebut matang, nasi

tumpeng tersebut di taruh di atas panjeng.79 Panjeng adalah sebuah piring besar tempat meletakkan

nasi yang dihiasi dengan telur dadar yang diiris kecil-kecil diatasnya. Setelah hiasan selesai nasi diberi

alas talam besar yang ditutup oleh tanggik.80 Selanjutnya nasi tersebut diletakkan di sekitar komplek

pemakaman Anggasuto.

Selain nasi tumpeng tersebut, juga ada lima nasi tumpeng yang diletakkan di dalam piring. Piring

yang ditempatkan di tengah diberi telur dadar yang utuh dan di dalam tumpeng diletakkan sebutir telur

rebus. Hal ini merupakan perwujudan dari alam yang meliputi tiga dimensi, yakni alam bawah, alam

atas dan alam antara. Alam bawah adalah alam yang suci dan merupakan zat murni dari keseluruhan.

Alam atas adalah kesempurnaan yang abadi dan penuh kedamaian. Alam antara adalah dunia yang

penuh dengan nafsu. Anggapan ini mencerminkan ajaran-ajaran sufisme yang juga berpendirian bahwa

hanya orang yang suci dapat mendekati Tuhan Yang Maha Suci dan mencapai kesucian diri

memerlukan waktu dan usaha.81 Dan Empat piring yang lain diberi telur dadar yang diiris-iris kecil-

kecil. Keempat tumpeng yang lain merupakan perwujudan dari kekuatan alam dunia. Menurut seorang

informan kekuatan itu berasal dari Allah SWT yang dibantu oleh malikat Jibril, israfil, Israil dan

Mikail. Begitu pula Nabi Muhammad yang dalam perjuangannya didampingi oleh keempat

sahabatnya.82

Setelah selesai upacara sebagian tumpeng tersebut dimakan dan dibagikan kepada keluarga atau

orang-orang yang tidak mampu. Sebagian dari tumpeng yang dimakan, disisakan untuk dijadikan

karak.83

b.Tajin (Bubur)

79 Panjeng adalah sebuah piring besar yang terbuat dari tanah liat dan besarnya mirip dengan talam (alas besar untuk menaruh makanan diatasnya. 80 Tanggik adalah sebuah alat tutupnya panjeng yang terbuat dari anyaman daun lontar. 81 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadin, “Juru Doa Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 15 Februari 2006 82 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 26 83 Karak di sini adalah sisa nasi tumpeng yang dikeringkan kemudian dicampurkan dengan nasi yang di masak setiap harinya, guna memindahkan berkahnya dari hasil tradisi Nyadar yang telah dilakukan masyarakat pinngirpapas umumnya.

Page 64: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Tajin atau bubur ini terdiri atas lima warna yaitu putih, merah, hijau, hitam dan kuning. Tajin

putih diletakkan di tengah sebagai lambang dari serba bersih. Namun, manusia itu lahir akan dipenuhi

oleh segala nafsu yang dilambangkan oleh warna merah. Nafsu itu bisa dikendalikan dengan

kesabaran dan kebenaran yang diwakili oleh warna hijau. Bahwa manusia selalu digoda disimbolkan

dengan warna hitam, tetapi walaupun begitu manusia dapat membedakan baik dan buruk yang

ditandai dengan warna kuning.

Dalam mewarnai tajin (bubur) ini, penggunaan zat pewarna dianggap merendahkan martabat

seseorang. Warna yang digunakan harus bersifat alami, warna merah dari jagung, warna hijau dari

kacang hijau, warna hitam dari ketan hitam dan kuning dari kacang hijau kuning. Keempat warna itu

akan selalu mempengaruhi kebersihan warna putih yang berada di tengah, hijau dan kuning

menjaganya, sedangkan merah dan hitam merusaknya.84 Kelima warna ini lebih berhubungan dengan

pasangan, yakni yang pokok dari tiap tajin (bubur) tersebut adalah bahwa pasangannya tidak boleh

berubah. Merah pasti berpasangan dengan hijau, sedangkan warna hitam selalu berpasangan dengan

warna kuning. Dan warna putih adalah nilai dasar dari alam itu sendiri.85

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa ritual nyadar ini dilakukan dalam tiga tahap

dalam satu tahun yaitu pada bulan Juli, Agustus dan September sesuai dengan pergeseran bintang

yang ditandai dengan datangnya musim kemarau.

a. Nyadar Pertama

1. Kegiatan Hari Jumat (Hari Pertama)

Kegiatan pada hari Jumat merupakan kegiatan Nyekar (ziarah ke komplek pemakaman

Anggasuto) dilakukan pada pukul 16.00 WIB dengan melewati dua jalur; kepala suku dan

perangkatnya berjalan kaki begitu pula dengan warga Pinggirpapas atau sekitarnya.

Setelah semua kelompok berdasarkan empat tokoh yang mereka kultuskan tersebut sampai di

desa Kebundadap, kaum wanitanya mempersiapkan tungku dan bahan-bahan yang akan dimasak pada

malam harinya. Saat itu pula masing-masing anggota masyarakat menyerahkan bunga dan bedak

kepada penghulu untuk dikumpulkan. Kemudian antara bunga dan bedak tersebut dipisahkan.

Bunganya dibawa ke pemakaman untuk ditabur oleh istri-istri penghulu, sesuai dengan masing-

84 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadin, “Juru Doa Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 15 Februari 2006 85 Budiyono, Tradisi Nyadar, h. 28

Page 65: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

masing kelompok. Misalnya dari kelompok keturunan Anggasuto di tabur ke makam Anggasuto dan

begitu pun yang lainnya. Penaburan bunga ini diiringi dengan pembakaran kemenyan.

Kemudian seorang tokoh agama yakni bapak Harun Rasyid, memimpin pembacaan tahlil.

Beberapa saat selanjutnya kembang yang telah dijadikan satu itu diberikan pada peserta untuk

kemudian diletakkan di atas makam. Diyakini bahwa siapa yang paling dulu meletakkan bunga

tersebut, maka hajat orang itu akan cepat terkabul. Bagi peserta ritual yang telah selesai menaburkan

bunga, maka diberi bedak yang telah dicampur air di belakang telnga atau di dahinya. Hal ini untuk

menandai bahwa mereka selesai mengikuti upacara dan mereka dari gangguan makhluk halus.

Setelah penaburan bunga selesai warga kembali pada kelompok masing-masing dan suami istri

mulai mempersiapkan sarana untuk memasak. Baru setelah pukul 19.00 mereka memulai untuk

memasak diyakini juga bahwa itu dapat menghindarkan. Sekitar tengah malam nasi masak dan

dipindahkan ke tikar untuk didinginkan selanjutnya para suami menatanya di panjeng (semacam

piring besar) dan kelengkapannya dalam bentuk tumpeng yang dihiasi dengan telur dadar, ayam

goreng dan ikan bandeng.

2. Kegiatan Hari Sabtu

Keesokan harinya (Sabtu) merupakan tahapan kedua yang disebut Upacara Kaoman. Pada

sekitar pukul 07.00 WIB tumpeng diletakkan di sekitar atau di bawah pohon asem keramat sesuai

dengan kelompok masing-masing. Para penghulu kemudian menghitung panjeng menggunakan ilmu

kanoragan.86 Hal ini dilakukan untuk mengetahui siapa yang tidak hadir atau melakukan upacara adat

Nyadar di rumahnya. Setelah melaporkan kegiatan ini pada pimpinan kemudian pimpinan membawa

Kinangan (tempat sirih) dan diletakkan di depan tempat dia duduk. Selanjutnya mulailah pembacaan

doa dipimpin oleh seorang penghulu yang di sebut “Juru Doa” yakni bapak Mohammad Sadin.

Setelah pembacaan doa selesai sebagian nasi di dalam panjeng dimakan. Sisa nasi dan lauknya dibawa

pulang dan diberikan kepada warga yang tidak mampu. Sisa nasi yang dibawa pulang tersebut

dikeringkan untuk dijadikan kerak dan dicampurkan sedikit demi sedikit pada nasi setiap kali masak

dengan maksud untuk memindahkan barokahnya ke nasi yang dimakan setiap hari.

b. Nyadar Kedua

86 Kanoragan adalah ilmu yang bersifat mistis dan hanya dimiliki oleh seorang penghulu/ Racok Saebu dalam menjalani tugasnya khususnya menghitung panjeng yang ada dalam pelaksanaan tradisi Nyadar.

Page 66: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Upacara adat Nyadar yang kedua dilaksanakan satu bulan setelah yang pertama, dan bentuk

upacaranya tidak jauh berbeda dari yang dilakukan pada upacara pertama. Hanya dalam Upacara

adat Nyadar yang kedua ini semua senjata milik anggasuto dikeluarkan dari pasarean (tempat

tinggal) Anggasuto. Hal ini dilakukan bahwa penghormatan terhadap Anggasuto tidak terbatas pada

orangnya saja. Senjatanyapun dihormati karena masyarakat Pinggirpapas umumnya merasa bahwa

senjata itu mampu melindungi mereka dari kekacauan besar yang sewaktu-waktu melanda tanah

leluhur mereka.87 Adapun senjata tersebut terdiri dari abinan (keris) dan kodik perangsang yang

diambil oleh juru doa pada hari sabtu sebelum subuh, hal ini dilakukan karena diyakini jika diambil

sesudah subuh maka keampuhannya berkurang. Kedua senjata tersebut dibawa ke pintu gerbang

komplek pemakaman untuk tetap menjaga keampuhannya. Dan setelah dibacakan doa maka senjata

tersebut dikembalikan ke tempatnya semula.

c. Nyadar Ketiga

Upacara adat nyadar ketiga dilakukan satu bulan kemudian, dengan persyaratan sama dengan

Upacara adat Nyadar pertama dan kedua. Adat Nyadar ketiga dilaksanakan di pasarean (rumah atau

tempat tinggal) keempat tokoh yang dikultuskan.

Dalam Upacara adat nyadar ketiga ini Layang Jati Sampurnaning Sembah dan Layang Jati Suara,

dibaca serentak di tiap-tiap pasarean dipimpin oleh dua orang, satu orang membaca dan yang lain

mengartikan maknanya. Kegiatan ini dilakukan malam hari sampai menjelang subuh dan seluruh

warga duduk dengan tertib mendengarkan isi dan makna itu.

Layang Jati Sampurnaning Sembah dan Layang Jati Suara yang dituliskan pada daun lontar

dipandang sebagai satu pengetahuan yang dijadikan pedoman oleh Anggasuto dalam berprilaku dan

bertindak sebagai seorang hamba Allah. Menurut bapak Mohammad Sadin selaku juru doa pada

pelaksanaan tradisi Nyadar yang disebut upacara Kaoman, Layang Jati Sampurnaning Sembah berisi

tentang ajaran untuk selalu menyembah Allah SWT yakni dengan mendirikan shalat. Sedangkan

87 Wawancara Pribadi dengan Bapak ahmad Rizal, “Tokoh Masyarakat”, Pinggirpapas, tanggal 18 Februari 2006

Page 67: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Layang Jati Suara berisikan tentang amalan-amalan untuk selalu berbuat baik kepada sesama

manusia dan selalu melakukan perintah-Nya dan menjauhi Larangan-Nya.88

Setelah Layang selesai dibaca, juru baca menyatakan kepada penghulu dan ia memberitahukan

kepada ketua adat bahwa pembacaan selesai. Upacara adat Nydar ketiga ini terlihat lebih

memfokuskan pada pesan-pesan rohani yang perlu diketahui dan dipahami oleh masyarakat yang

cenderung melaksanakan pesan-pesan tersebut.

C. Struktur Kepemimpinan dalam Ritual Tradisi Nyadar.

Kepemimpinan upacara Nyadar diatur berdasarkan keturunan keempat tokoh yang dikultuskan.

Keempat pemimpin ini mengangkat keturunan dari embah Kuasa sebagai pemimpin utama. Beliau

diangkat sebagai pemegang keputusan apabila sesuatu hal terjadi. Walaupun begitu, ini tidak berarti

bahwa beliau memiliki kekuasaan mutlak. Tiap keputusan yang diambil tetap dibicarakan dengan

pemimpin lain. Hanya keturunan embah Kuasa mematukkan palu mengesahkan keputusan itu. Dan

kedudukan pemimpin utam dalam tradisi Nyadar saat ini adalah embah Kasa (keturunan dari embah

Kuasa). Dan sebagai wakilnya adalah Bapak Masriyani yang merupakan keturunan dari Anggasuto

Keempat pemimpin itu dibantu oleh empat orang penghulu. Atau yang dikenal dengan sebutan

Racok Saebu.89 Jabatan penghulu juga berdasarkan keturunan, tetapi apabila salah satu penghulu tidak

memiliki keturunan, seorang keluarga dicari melalui persetujuaan dari keempat pemimpin. Penghulu

baru dianggap sah apabila sudah dilantik oleh pemimpin utama. Penghulu dilantik setelah upacara

Nyadar. Jarak antara waktu pengangkatan dan pelantikan minimal satu tahun. Dalam waktu ini

kemampuan calon penghulu diuji, meliputi kemampuan dalam mengendalikan dan mengkoordinasikan

warga serta pengujian mental yang meliputi kejujuran dan loyalitasnya terhadap pemimpin adat. Dan

kalau ia memenuhi syarat ia dilantik.90 Adapun para tokoh Racok Saebu ini adalah Bapak Sumatra

keturunan dari embah Anggasuto, Bapak Sinabar keturunan dari embah Kasa, Bapak Razak keturunan

dari Indusari, dan Bapak Karim keturunan dari embah Dukun.

88 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mohammad Sadin, “Juru Doa Tradisi Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 15 Februari 2006 89 Racok Saebu adalah seorang penghulu atau jabatan dalam tradisi Nyadar yang memakai pakaian khusus seperti pakaian para penari kecak (pakaian seribu warna) di Bali. 90 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumatra, “Tokoh Pelaksana Nyadar”, Pinggirpapas, tanggal 17 Februari 2006

Page 68: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Adapun tokoh yang selalu memimpin pembacaan doa dalam tradisi Nyadar terbagi atas dua,

yakni: pemimpin doa pada hari Jumat adalah Bapak Harun Rasyid (ditunjuk oleh masyarakat) dan

pemimpin doa padahari Sabtu (Upacara Kaoman) adalah Bapak Mohammad Sadin. Sedangkan para

tokoh yang bertugas menyiapkan perlengkapan ritual adalah sebagai berikut:

1. Bapak Sunarto keturunan dari embah Kuasa, yang bertugas membakar kemenyan sebelum pelaksanaan

tradisi Nyadar.

2. Bapak Suliman keturunan dari embah Kuasa, yang bertugas membakar kemenyan sebelum doa

dibacakan.

3. Bapak Hasan, Ibu Sumabiya, Bapak Jamal, dan Bapak Jurasmi keturunan dari Indusari, yang bertugas

membawa kembang sebagai perlengkapan ziarah.

4. Bapak Ibrahim dan Misradin keturunan dari embah Dukun, yang bertugas membawa kotak ziarah.

5. Bapak Jatim dan Bapak Hatijah keturunan dari embah Dukun, yang bertugas membawa bedak sebagai

perlengkapan ziarah.

Dan Bapak Kadir selaku juru kunci pemakaman juga membantu persiapan Nyadar. Ia juga

diangkat berdasarkan kemufakatan keempat pemimpin dan penghulu. Untuk juru kunci dimbil

seseorang yang bertempat tinggal dekat dengan pemakaman dan masih keturunan waraga Pinggirpapas.

Tugasnya selain menyiapkan tempat Nyadar adalah mengawasi pemakaman dan merawatnya. Ia digaji

pada saat upacara Nyadar dan kadang kala ada peziarah yang juga memberi sedikit uang, tetapi ia tidak

pernah meminta imbalan dari mereka.91

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan antara tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh

masyarakat di sini adalah terletak pada peranannya dalam kehidupan sosial masyarakat setempat yakni

masyarakat Pinggirpapas. Dimana Tokoh agama berperan sebagai seorang tokoh yang berperan dalam

mengajarkan ilmu agamanya kepada masyarakat, baik guru ngaji ataupun seseorang yang mempunyai

gelar haji atau kyai. Dan tokoh masyarakat adalah seseorang yang mempunyai kedudukan dan peranan

91 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmad Rizal, “Tokoh Masyarakat”, Pinggirpapas, tanggal 18 Februari 2006

Page 69: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

penting dalam kehidupan sosial masyarakat setempat, baik itu pejabat desa ataupun seseorang yang

disegani karena kedudukannya yang tinggi dalam bidang ekonomi. Sedangkan yang dimaksud dengan

kriteria seorang tokoh adat adalah berdasarkan peranannya dalam bidang adat-istiadat yang ada dalam

komunitas sosial tertentu. Baik itu Ketua adat, wakilnya atupun para anggota adat lainnya. Pemerintah

sama sekali tidak terlibat dalam pengangkatan pemimpin, penghulu maupun juru doa.

E. Dampak atau Pengaruh Tradisi Nyadar Dalam Kehidupan Masyarakat Pinggirpapas

Dalam melaksanakan tradisi Nyadar bagi masyarakat Pinggirpapas sebenarnya tidak ada

tujuan-tujuan tertentu yang lebih spesifik. Bagi para petani garam khususnya, dengan mengikuti ritual

tradisi Nyadar mempunyai manfaat bahwasannya mereka akan selalu ingat atas nikmat Allah SWT

yakni hasil panen garam khususnya yang telah diberikan kepada mereka. Dengan demikian ritual tradisi

Nyadar ini tidak lebih adalah untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

rizki dan memohon untuk dilipat gandakan pendapatan mereka lewat hasil garam itu untuk tahun yang

akan datang.

Pengikut ritual tradisi Nyadar ini boleh dilakukan oleh semua kalangan dan warga dari desa

lainnya. Baik itu memang warga yang bertempat tinggal di desa atau wilayah lain maupun warga yang

bertempat tinggal di desa lain tetapi asli orang Pinggirpapas atau mempunyai garis keturunan orang

Pinggirpapas. Bahkan dari kalangan aparat pemerintahan sampai tokoh agama pun sepakat untuk

mengikuti upacara ritual Nyadar. Ritual Nyadar ini pun sudah diakui secara jelas bahwa ritual Nyadar

adalah acara formal yang sudah terdaftar di Desa yang harus dilaksanakan setiap tahun.

Ritual tradisi Nyadar selain memberi manfaat terhadap masyarakat Pinggirpapas untuk

menambah rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa juga memberikan pengaruh diantaranya sebagai

berikut :

4. Dalam bidang sosial, tradisi Nyadar memberikan pengaruh pada adanya ikatan sosial yang terjalin

antar warga desa Pinggirpapas dan sekitarnya. Secara Sosiologis menurut fitrahnya manusia adalah

makhluk yang suka hidup berkelompok dengan pengertian bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa

memerlukan bantuan orang lain. Untuk itulah kemudian manusia selain sebagai makhluk individu,

manusia juga makhluk sosial. Terdorong oleh kedudukannya yang kodrati sebagai makhluk sosial

maka manusia tidak dapat hidup seorang diri. Dimanapun manusia berada dia pasti memerlukan orang

lain. Durkheim menyebutnya dengan istilah solidaritas sosial, yang terbagi atas solidaritas mekanik

Page 70: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

dan solidaritas organik. Ciri khas yang penting dari solidaritas mekanikadalah bahwa solidaritas itu

didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment, dan sebagainya.

Homogenitas serupa itu hanya mungkin kalau pembagian kerja bersifat sangat minim. Berlawanan

dengan itu, solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu

didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah

sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan.92

Secara terminologi kata “solidaritas” berasal dari bahasa latin “solidus”. Kata ini di pakai dalam

sistem sosial yang berhubungan dengan integritas kemasyarakatan melalui kerjasama dan keterlibatan

yang satu dengan yang lainnya. Bentuk dari solidaritas dalam kehidupan masyarakat berimplikasi

pada kekompakan dan keterikatan dari bagian-bagian yang ada. Dalam istilah Romawi dikatakan

bahwa yang dimaksud dengan solidaritas adalah semua untuk masing-masing dan masing-masing

untuk semua.

Sebagaimana yang terdapat pada tradisi Nyadar, baik dimulai dari acara parembukan

(musyawarah) untuk menetapkan waktu pelaksanaan Nyadar, pembagian tugas oleh masing-masing

tokoh pelaksana Nyadar ataupun peran ikut serta masyarakat Pinggirpapas dalam tradisi Nyadar,

semuanya ini menuntut adanya solidaritas sosial yang utuh dan kuat di antara para tokoh adat

setempat dan warga desa Pinggirpapas umumnya. Sehingga hal ini akan meminimalisir terjadinya

konflik atau pertentangan antar individu. Konflik terjadi sebagai akibat adanya perbedaan paham dan

kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya jurang pemisah yang mengganjal

interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

5. Dalam bidang pendidikan, tradisi Nyadar memberikan pengaruh yang cukup penting dalam

perkembangan pendidikan masyarakat Pinggirpapas. Khususnya bagi anak-anak dari pengusaha garam

yang rata-rata mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya ke Perguruan Tinggi hingga menjadi Sarjana.

Hal ini tentunya tidak terlepas dari pendapatan bersih rata-rata para pengusaha garam yang mencapai

lebih dari 20 juta/tahunnya. Selain itu mereka memiliki usaha sambilan yang mengandalkan pada

keadaan cuaca juga, yakni apabila musim penghujan tiba maka para pengusaha garam beralih kepada

usaha atau mengandalkan mata pencaharian tambak ikan, seperti hasil ikan bandeng, ikan teri dan

udang.

92 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Penerjemah Robert M.Z Lawang, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 183

Page 71: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

6. Dalam bidang ekonomi, tradisi Nyadar berpengaruh pada pendapatan ekonomi dalam usaha

penggaraman masyarakat setempat yakni masyarakat Pinggirpapas. Umumnya kesejahteraan yang di

dapat dari hasil usaha garam itu lebih banyak dirasakan peranannya bagi keluarga pengusaha garam

dibandingkan para petani garamnya. Bayangkan saja apabila para pengusaha garam memiliki tambak-

tambak garam umumnya 20 petak, di mana 1 petaknya dapat menghasilkan garam sebanyak 10 ton dan

1 ton garam berkualitas bagus dihargai Rp. 200.000-250.000. Dengan demikian dapat disimpulkan

kiranya bahwa penghasilan pengusaha garam itu sekitar Rp. 2.000.000-2.500.000/ petaknya. Berarti

apabila pengusaha garam tersebut mempunyai tambak garam sebanyak 20 petak, maka penghasilan

seluruhnya yang di peroleh adalah Rp. 40.000.000-50.000.000 dalam sekali panen tiap tahunnya.

Sedangkan penghasilan ini masih di sebut dengan penghasilan kotor. Karena penghasilan ini masih

perlu diadakan pembagian pendapatan antara pengusaha garam dengan petani garam. Dan umumya

pembagian pendapatan ini didasarkan pada kesepakatan yang terjadi antara kedua belah pihak, dimana

pengusaha garam mendapatkan bagian yang lebih besar karena sebagai pemilik modal. Sedangkan

petani garam mendapatkan bagian yang lebih kecil karena sifatnya hanya sebagai pekerja/ buruh,

biasanya mereka mendapatkan bagian sebanyak 1/3 bagian dari total pendapatan yang diperoleh.

4. Dalam bidang agama, tradisi Nyadar memberi pengaruh pada kehidupan kerukunan

umat khususnya masyarakat Pinggirpapas yang beragama Islam. Dimana Islam

mengajarkan untuk saling tolong-menolong dan memupuk rasa persaudaraan antar

sesamanya. Dengan demikian bisa kita lihat arti dari kerukunan yang menurut Mulder,

kata “rukun” adalah berada dalam keadaan selaras, tenang, dan tetram tanpa

perselisihan dan pertentangan, bersatu untuk saling membantu satu sama lainnya.

Kerukunan dalam konteks Mulder, bisa diartikan sebagai sikap toleransi dimana sikap

dasar yang memungkinkan sebuah agama berdampingan dengan agama lain ataupun

memberikan keleluasaan terhadap kelompok lain.93

93 Miels Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h.39

Page 72: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

5. Dalam bidang budaya, tradisi Nyadar berpengaruh sebagai objek wisata yang

dikagumi oleh para wisatawan asing atau para turis.

Page 73: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Dalam sejarahnya ritual Nyadar merupakan tradisi yang sudah sejak lama ada dan dilaksanakan oleh

masyarakat desa Pinggirpapas. Sedangkan dalam praktiknya mereka mempunyai peraturan-peraturan

sebelum melaksanakan upacara seperti mengadakan acara parembukan (musyawarah) untuk

menetapkan waktu pelaksanaan, memberikan sesaji dan lain sebagainya. Dalam waktunya biasanya

masyarakat setempat melaksanakannya tiga kali dalam setahun atau bertepatan sesudah tanggal 12

Maulid (sesudah melaksanakan Maulid Agung).. Mengenai harinya selalu ditetapkan hari Jumat dan

Sabtu sebagai hari pelaksanaannya. Dan tujuan diadakannya tradisi Nyadar tersebut tiap tahunnya

adalah untuk melestarikan kebudayaaan dan menghormati aturan-aturan yang sudah berjalan lama di

Desa Pinggirpapas.

Ritual tradisi Nyadar yang diselenggarakan setiap tahun oleh masyarakat Pinggirpapas telah menjadi

seperti satu kewjiban yang harus dilaksanakan. Ritual tradisi Nyadar juga dapat dijadikan sarana untuk

saling mengenal, saling menolong, serta saling tenggang rasa antara individu satu dengan yang lainnya.

Hal seperti ini merupakan suatu proses dialog yang positif diantara mereka.

Adapun pendapat para wisatawan, tokoh agama, dan masyarakat setempat, mereka pada umumnya

mengungkapkan bahwasanya ritual tradisi Nyadar merupakan salah satu kebudayaan. Selain itu Nyadar

merupakan salah satu wujud rasa syukur terhadap segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

B. Saran

1. Ritual tradisi Nyaadar harus tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Pinggirpapas, karena

melihat fungsi sosial dari ritual Nyadar yang positif yang menjadi wahana untuk saling bekerjasama

Page 74: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

antar penduduk setempat sehingga dapat menciptakan kerukunan antar mereka selain itu hal ini

merupakan suatu identitas sebagai orang Madura yang mempunyai tradisi tersendiri yang harus

dipelihara.

2. Hendaknya para ulama yang berkiprah dimasyarakat perlu lebih banyak mengungkapkan dakwah

dengan topik-topik yang bertema dengan syariat-syariat Islam atau hukum-hukum Islam guna untuk

menyentuh dan menimbulkan semangat ibadah bagi masyarakat.

3. Perlu adanya pertimbangan logis dalam melakukan ritual tradisi Nyadar, jadi tidak sekedar warisan

nenek moyang semata, masyarakat Desa Pinggirpapas juga perlu melihat apakah ritual tradisi Nyadar

tersebut benar adanya atau melenceng pada hukum agama.

Page 75: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa pekerjaan yang Anda tekuni saat ini?

2. Apa yang Anda ketahui mengenai tradisi Nyadar?

3. Apakah Anda mengikuti tradisi Nyadar tiap tahunnya?

4. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Anda untuk mengikuti jalannya pelaksanaan

tradisi Nyadar tersebut?

5. Seandainya Anda tidak mengikuti pelaksanaan Nyadar, apakah ada sebuah aturan

bagi siapa yang tidak mengikuti Nyadar akan mendapatkan sangsi atau hukuman?

6. Apakah ada sebuah pengaruh terhadap kehidupan Anda sebelum dan sesudah Anda

melaksanakan ritual Nyadar tersebut? Kalau ada seperti apa pengaruh itu Anda

rasakan?

7. Dalam ritual Nyadar yang pertama dan kedua sifatnya ziarah ke makam Anggasuto

beserta kerabatnya yang erat hubungannya memanjatkan doa-doa kepada mereka para

leluhur. Selain memanjatkan doa kepada mereka apakah Anda memanjatkan doa

untuk kehidupan pribadi juga? Dan khususnya dalam hal apa?

Page 76: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

HASIL WAWANCARA

Hari / tgl : Selasa, 14 Februari 2006.

Nama Responden : Masrawi.

Usia : 25 tahun.

1. Apa pekerjaan yang Anda tekuni saat ini?

Jawab : Saya berwiraswasta.

2. Apa yang Anda ketahui mengenai tradisi Nyadar?

Jawab : Ya yang saya ketahui tentang Nyadar itu adalah upacara adat yang setiap

tahunnya selalu di peringati oleh masyarakat Pinggirpapas sebagai bentuk rasa syukur

kami kepada Allah SWT dengan adanya hasil panen garam. Dan juga Nyadar ini

merupakan sebuah bentuk penghormatan atas jasa-jasa leluhur kami mbah Anggasuto

yang pertama kali menemukan garam di tanah kelahiran kami ini mbak.

3. Apakah Anda mengikuti tradisi Nyadar tiap tahunnya?

Jawab : Ya, saya mengikuti.

4. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Anda untuk mengikuti jalannya pelaksanaan

tradisi Nyadar tersebut?

Jawab : Ya seperti yang sudah saya ceritakan tadi, saya mengikuti Nyadar semata-

mata sebagai wujud rasa syukur saya kepada Allah SWT. Dan juga dalam rangka

menghargai jasa-jasa para leluhur masyarakat Pinggirpapas khususnya mbah

Anggasuto. Karena beliaulah masyarakat Pinggirpapas memiliki mata pencaharian

yang utama yakni bertani “buje” atau disebut juga garam mbak. Dan saya sebagai

masyarakat Pinggirpapas wajib kiranya memelihara dan melestarikan adat istiadat ini.

Page 77: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

5. Seandainya Anda tidak mengikuti pelaksanaan Nyadar, apakah ada sebuah aturan

bagi siapa yang tidak mengikuti Nyadar akan mendapatkan sangsi atau hukuman?

Jawab : Tidak ada.

6. Apakah ada sebuah pengaruh terhadap kehidupan Anda sebelum dan sesudah Anda

melaksanakan ritual Nyadar tersebut? Kalau ada seperti apa pengaruh itu Anda

rasakan?

Jawab : Kalau menurut saya belum ada pengaruhnya mbak. Karena saya merasa

sebagai warga Pinggirpapas punya kewajibanuntuk tetap melestarikan adat istiadat

nenek moyang kami.

7. Dalam ritual Nyadar yang pertama dan kedua sifatnya ziarah ke makam Anggasuto

beserta kerabatnya yang erat hubungannya memanjatkan doa-doa kepada mereka para

leluhur. Selain memanjatkan doa kepada mereka apakah Anda memanjatkan doa

untuk kehidupan pribadi juga? Dan khususnya dalam hal apa?

Jawab : Tidak, hanya sekedar mengirim fatihah kepada para leluhur kami mbak.

HASIL WAWANCARA

Hari / tgl : Rabu, 15 Februari 2006.

Nama Responden : Ruspandi.

Usia : 30 tahun.

Page 78: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

1. Apa pekerjaan yang Anda tekuni saat ini?

Jawab : Pekerjaan yang saya tekuni saat ini sebagai Pegawai Harian Lepas (PHL) di

kantor kecamatan.

2. Apa yang Anda ketahui mengenai tradisi Nyadar?

Jawab : “Nyadar” menurut yang saya ketahui adalah merupakan selametan sebagai

ungkapan rasa syukur dan rasa terima kasih kepada Allah SWT SWT atas karunianya,

serta untuk mengenang dan memperingati jasa-jasa para leluhur sebagai perintis

pertama kali cara bertani garam dan bertani ikan.Nyadar dilaksanakan/ diperingati

setiap tahunnya 3 (tiga) kali pada waktu musim panen garam/ kemarau.

3. Apakah Anda mengikuti tradisi Nyadar tiap tahunnya?

Jawab : Ya, saya juga mengikuti pada setiap tahunnya mbak.

4. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Anda untuk mengikuti jalannya pelaksanaan

tradisi Nyadar tersebut?

Jawab : Karena saya juga ingin mengucapkan rasa terima kasih dan rasa syukur kami

kepada Allah SWT atas karunia yang di berikan pada kami. Dan juga dalam rangka

memeperingati atau jasa-jasa para leluhur kami. Dan juga ikut meramaikan serta

melestarikan upacara Nyadar yang sudah menjad tradisi atau adat serta budaya di

desa kami.

5. Seandainya Anda tidak mengikuti pelaksanaan Nyadar, apakah ada sebuah aturan

bagi siapa yang tidak mengikuti Nyadar akan mendapatkan sangsi atau hukuman?

Jawab : Tidak ada.

Page 79: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

6. Apakah ada sebuah pengaruh terhadap kehidupan Anda sebelum dan sesudah Anda

melaksanakan ritual Nyadar tersebut? Kalau ada seperti apa pengaruh itu Anda

rasakan?

Jawab : Saya tidak tahu.

7. Dalam ritual Nyadar yang pertama dan kedua sifatnya ziarah ke makam Anggasuto

beserta kerabatnya yang erat hubungannya memanjatkan doa-doa kepada mereka para

leluhur. Selain memanjatkan doa kepada mereka apakah Anda memanjatkan doa

untuk kehidupan pribadi juga? Dan khususnya dalam hal apa?

Jawab : Iya, selain saya memanjatkan doa-doa kepada Allah SWT untuk para leluhur

kami, saya juga tidak lupa memanjatkan doa untuk diri saya pribadi dan keluarga

kepada Allah SWT khususnya agar di beri keselamatan dunia dan akhirat, serta diberi

rizki yang halal.

HASIL WAWANCARA

Hari / tgl : Sabtu, 18 Februari 2006.

Nama Responden : Bapak Ahmad Rizal

Page 80: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Usia : 30 tahun

1. Apa pekerjaan yang Anda tekuni saat ini?

Jawab : Petani garam

2. Apa yang Anda ketahui mengenai tradisi Nyadar?

Jawab : Nyadar menurut saya adalah kebudayaan tradisional yang di lakukan tiap

tahun sekali oleh masyarakat Pinggirpapas dan sekitrnya sebagai upacara adat dalam

rangka tasyakuran (selamatan sebagai rasa terima kasih dalam pelaksanaan panen

garam) pencetus pertama embah Anggasuto.

Adapun upacara Nyadar itu dilaksanakannya 3 kali dalam setahun:

Nyadar pertama yakni dilakukan di Kebundadap sebagai tasyakuran panen garam

pertama, dengan cara berziarah ke makam Anggasuto.

Nyaadar kedua yakni di lakukan di Kebundadap sebagai tasyakuran panen garam

kedua, dengan cara yang sama seperti Nyadar pertama.

Nyadar ketiga yakni tasyakuran di lakukan di rumah masing-masing sebagai

panen garam terakhir.

3. Apakah Anda mengikuti tradisi Nyadar tiap tahunnya?

Jawab : Ya, karena saya yakin bahwa upacara Nyadar itu menjadi kewajiban bagi

saya sebagai putera daerah dan warisan nenek moyang

4. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Anda untuk mengikuti jalannya pelaksanaan

tradisi Nyadar tersebut?

Jawab : Yang melatarbelakangi saya untuk mengikuti jalannya pelaksanaan tradisi

Nyadar tersebut yakni bernuansa Islami yang mempunyai arti sejarah yaitu nilai-nilai

Page 81: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

syiar Islam diantaranya tahlil bersama. Dan dapat mempererat hubungan

kekeluargaan serta menjalin tali silahturahmi sesame warga Pinggirpapas ataupun

dari warga desa yang lainnya.

5. Seandainya Anda tidak mengikuti pelaksanaan Nyadar, apakah ada sebuah aturan

bagi siapa yang tidak mengikuti Nyadar akan mendapatkan sangsi atau hukuman?

Jawab : Pada diri saya pelaksanaan upacara Nyadar tersebut merupakan suatu

keyakinan yang harus di lakukan, apabila tidak dilakukan akan mendapat bala’ atau

hukuman. Entah kepada orang lain saya tidak tahu, karena itu merupakan suatu

keyakinan.

6. Apakah ada sebuah pengaruh terhadap kehidupan Anda sebelum dan sesudah Anda

melaksanakan ritual Nyadar tersebut? Kalau ada seperti apa pengaruh itu Anda

rasakan?

Jawab : Ada pengaruhnya, yaitu lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta

lebih mempererat tali silaturahmi terutama masyarakat Pinggirpapas dan sekitarnya.

7. Dalam ritual Nyadar yang pertama dan kedua sifatnya ziarah ke makam Anggasuto

beserta kerabatnya yang erat hubungannya memanjatkan doa-doa kepada mereka para

leluhur. Selain memanjatkan doa kepada mereka apakah Anda memanjatkan doa

untuk kehidupan pribadi juga? Dan khususnya dalam hal apa?

Jawab : Iya, selain saya mendoakan almarhum mbah Anggasuto dan kerabatnya saya

juga meminta tolong menyambungkan doa untuk keselamatan fiddun ya wal akherat

khususnya semoga di lapangkan rizki dan senantiasa di jauhkan dari berbagai macam

bala’ dan musibah karena saya yakin almarhum tersebut mampu mendoakan orang

yang hidup.

Page 82: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

HASIL WAWANCARA Hari / tgl : Kamis, 16 Februari 2006.

Nama Responden : Bapak Badrul Komar

Usia : 53 tahun.

Page 83: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

1. Apa pekerjaan yang Anda tekuni saat ini?

Jawab : Pekerjaan saya Pengacara alias Pengangguran banyak acara, ha…ha…, saya

pensiun guru mbak.

2. Apa yang Anda ketahui mengenai tradisi Nyadar?

Jawab : Nyadar itu merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan sebanyak tiga

kali dalam setahun oleh masyarakat Pinggirpapas. Nyadar pertama dan kedua

dilakukan di sekitar pemakaman Anggasuto di Kebundadap. Dan Nyadar ketiga

dilakukan di rumah masing-masing warga Pinggirpapas. Adapun hari pelaksanaannya

adalah hari Jum’at dan sabtu.

3. Apakah Anda mengikuti tradisi Nyadar tiap tahunnya?

Jawab : Ya, hanya sekedar menghormati warisan leluhur kami mbak.

4. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Anda untuk mengikuti jalannya pelaksanaan

tradisi Nyadar tersebut?

Jawab : Karena dalam pelaksanaan Nyadar tersebut mengandung hikmah adanya

jalinan kekerabatan antar warga dan bisa saling mengenal antar sesama. Karena yang

mengikuti Nyadar itu dari semua kalangan loh mbak. Baik dari yang muda ataupun

para orang tua yang datangnya pun dari mana-mana.

5. Seandainya Anda tidak mengikuti pelaksanaan Nyadar, apakah ada sebuah aturan

bagi siapa yang tidak mengikuti Nyadar akan mendapatkan sangsi atau hukuman?

Jawab : Menurut saya tidak ada ya mbak. Tapi lebih baik mengikuti saja sebagai

bentuk menghormati adat istiadatnya orang Pinggirpapas.

Page 84: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

6. Apakah ada sebuah pengaruh terhadap kehidupan Anda sebelum dan sesudah Anda

melaksanakan ritual Nyadar tersebut? Kalau ada seperti apa pengaruh itu Anda

rasakan?

Jawab : Banyak pengaruhnya sekali bagi saya, yakni :

a. Lebih mendekatkan diri pada Allah Swt

b. Jiwa terasa lebih tentram dan tenang.

c. Akan menambah rasa Ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam terutama

masyarakat Pinggirpapas.

7. Dalam ritual Nyadar yang pertama dan kedua sifatnya ziarah ke makam Anggasuto

beserta kerabatnya yang erat hubungannya memanjatkan doa-doa kepada mereka para

leluhur. Selain memanjatkan doa kepada mereka apakah Anda memanjatkan doa

untuk kehidupan pribadi juga? Dan khususnya dalam hal apa?

Jawab : Iya, selain saya mendo’akan almarhum embah Anggasuto dan kerabatnya,

saya juga memohon sambungan do’a yakni kepada Allah Swt untuk keselamatan

dunia dan akhirat serta kesehatan mbak.

HASIL WAWANCARA Hari / tgl : Senin 13 Februari 2006.

Nama Responden : Harun Rasyid

Usia : 43 tahun.

Page 85: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

1. Apa pekerjaan yang Anda tekuni saat ini?

Jawab : Saya guru ngaji.

2. Apa yang Anda ketahui mengenai tradisi Nyadar?

Jawab : Tradisi Nyadar adalah tradisi yang dilakukan sebagai perayaan hasil panen

garam.

3. Apakah Anda mengikuti tradisi Nyadar tiap tahunnya?

Jawab : Ya, karena saya memimpin pembacaan doa dan tahlilan pada tradisi Nyadar

tersebut.

4. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Anda untuk mengikuti jalannya pelaksanaan

tradisi Nyadar tersebut?

Jawab : Ya saya mengikuti Nyadar hanya untuk memberikan doa dengan membaca

al-fatihah kepada leluhur kami embah Anggasuto.

5. Seandainya Anda tidak mengikuti pelaksanaan Nyadar, apakah ada sebuah aturan

bagi siapa yang tidak mengikuti Nyadar akan mendapatkan sangsi atau hukuman?

Jawab : Saya rasa tidak ada ya mbak.

6. Apakah ada sebuah pengaruh terhadap kehidupan Anda sebelum dan sesudah Anda

melaksanakan ritual Nyadar tersebut? Kalau ada seperti apa pengaruh itu Anda

rasakan?

Jawab : Ada pengaruhnya mbak, yakni menanamkan sifat kekeluargaan dan

silaturrahmi di kalangan masyarakat Pinggirpapas ataupun masyarakat dari desa lain.

7. Dalam ritual Nyadar yang pertama dan kedua sifatnya ziarah ke makam Anggasuto

beserta kerabatnya yang erat hubungannya memanjatkan doa-doa kepada mereka para

Page 86: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

leluhur. Selain memanjatkan doa kepada mereka apakah Anda memanjatkan doa

untuk kehidupan pribadi juga? Dan khususnya dalam hal apa?

Jawab : Ya, terutama agar diberikan keselamatan dunia dan akhirat, lebih-lebih

dijauhkan dari segala macam musibah dan bala’. Serta semoga para petani garam

diberikan rizki yang berlipat ganda dari usaha bertani garam ini mbak.

Tata cara pelaksanaan Nyadar pertama

pada hari Jumat sekitar jam 16.00 sore

Page 87: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Sebelum melaksanakan ritual Nyadar dilakukan pembakaran kemenyan oleh Bapak

Sunarto

Tempat pengumpulan kembang dari para warga yang akan ditaburkan

ke makam embah Anggasuto dan kerabatnya

Page 88: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Para warga Pinggirpapas dan sekitarnya berkumpul untuk menunggu kedatangan para

tokoh adat Nyadar sebelum acara dimulai

Setelah para tokoh berkumpul semua, Ketua adat membuka pintu/ Labeng makam

untuk masuk terlebih dahulu

Page 89: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Kemudian diikuti oleh para tokoh adat lainnya.

Barulah acara pembacaan surat Yasin dan tahlilan dimulai dan dipimpin

oleh tokoh agama setempat yakni Bapak Harun Rasyid

Page 90: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Setelah pembacaan doa bersama selesai, barulah para tokoh Nyadar yang bertugas

membawa kembang membagikannya kepada warga

untuk ditaburkan ke makam Anggasuto

Untuk kemudian para warga berebut masuk kedalam makam Anggasuto

dan para kerabatnya

Page 91: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Makam leluhur masyarakat Pinggirpapas yakni Anggasuto

Makam embah Kuasa/ embah Kabasa adik Anggasuto

Nyadar Kedua pada hari Sabtu sekitar jam 8.00 pagi

Page 92: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Umumnya pelaksanaan Nyadar pertama dan kedua pada hari sabtu ini sama yakni

dilakukan upacara Kaoman (upacara makan bersama/ tasyakuran). Namun hanya ada satu

perbedaan yakni sejata peninggalan Anggasuto yakni keris dan kodik di keluarkan dari

pasareannya, seperti gambar dibawah ini :

Keris dan kodik ini dipegang oleh Mohammad Sadin selaku juru Doa juga

dalam upacara Kaoman

Page 93: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Keempat tokoh ini dikenal dengan sebutan Racok Saebu yang bertugas untuk menghitung

panjeng (talam besar yang berisikan nasi tumpeng), Dari kanan

ke kiri Bapak Karim, Bapak Sumatra, Bapak Razak dan Bapak Sinabar

Page 94: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

Struktur Kepemimpinan Dalam Tradisi Nyadar

Ketua Adat/ Sesepuh : Embah Kasa

Wakil Sesepuh : Bapak Masriyani

Pemimpin doa pada hari Jumat : Bapak Harun Rasyid

Juru doa dalam upacara Kaoman : Mohammad Sadin

Racok Saebu (menghitung panjeng)/ penghulu : 1. Bapak Sumatra

2. Bapak Karim

3. Bapak Sinabar

4. Bapak Razak

Membakar kemenyan sebelum ritual Nyadar : Bapak Sunarto

Membakar kemenyan sebelum doa dibaca : Bapak Suliman

Membawa kotak air ziarah : Bapak Ibrahim

Membawa kembang perlengkapan ziarah : 1.Bapak Hasan

2. Ibu Sumabiya

3. Bapak Jamal

Membawa bedak perlengkapan ziarah : Bapak Misradin

1. Bapak Jurasmi

2. Bapak Hatijah

3. Bapak Jatim

Page 95: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ruspandi.

Jenis kelamin : Laki-laki.

Usia : 30 tahun.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Pegawai Harian Lepas (PHL) di Kecamatan.

Alamat : Pinggirpapas.

Dengan ini menyatakan bahwa, saya telah di wawancarai oleh seorang mahasiswi yang bernama Hosnor Hotimah dari UIN Syarif Hidayatullah semester XII, Program Strata (SI) dalam rangka riset dan wawancara dalam penelitian Skripsi yang berjudul “Tradisi Ritual Nyadar di Pinggirpapas (Studi Kasus di Desa Pinggirpapas Sumenep Madura).

Demikian surat pernyataan ini di buat dengan sebenarnya agar dapat di

pergunakan sebagaimana mestinya bagi yang bersangkutan.

Mengetahui

Kepala Desa Pinggirpapas Yang Membuat Pernyataan

Moh. Sadek Ruspandi

Page 96: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sudirto

Jenis kelamin : Laki-laki.

Usia : 54 tahun.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Nelayan.

Alamat : Pinggirpapas.

Dengan ini menyatakan bahwa, saya telah di wawancarai oleh seorang mahasiswi

yang bernama Hosnor Hotimah dari UIN Syarif Hidayatullah semester XII, Program

Strata (SI) dalam rangka riset dan wawancara dalam penelitian Skripsi yang berjudul

“Tradisi Ritual Nyadar di Pinggirpapas (Studi Kasus di Desa Pinggirpapas Sumenep

Madura).

Demikian surat pernyataan ini di buat dengan sebenarnya agar dapat di

pergunakan sebagaimana mestinya bagi yang bersangkutan.

Mengetahui

Kepala Desa Pinggirpapas Yang Membuat Pernyataan

Moh. Sadek Sudirto

Page 97: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nesbu Sari.

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 25 tahun.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Petani Garam.

Alamat : Pinggirpapas.

Dengan ini menyatakan bahwa, saya telah di wawancarai oleh seorang mahasiswi

yang bernama Hosnor Hotimah dari UIN Syarif Hidayatullah semester XII, Program

Strata (SI) dalam rangka riset dan wawancara dalam penelitian Skripsi yang berjudul

“Tradisi Ritual Nyadar di Pinggirpapas (Studi Kasus di Desa Pinggirpapas Sumenep

Madura).

Demikian surat pernyataan ini di buat dengan sebenarnya agar dapat di

pergunakan sebagaimana mestinya bagi yang bersangkutan.

Mengetahui

Kepala Desa Pinggirpapas Yang Membuat Pernyataan

Moh. Sadek Nesbu Sari

Page 98: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Masrawi.

Jenis kelamin : Laki-laki.

Usia : 25 tahun.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Wiraswasta.

Alamat : Pinggirpapas.

Dengan ini menyatakan bahwa, saya telah di wawancarai oleh seorang mahasiswi

yang bernama Hosnor Hotimah dari UIN Syarif Hidayatullah semester XII, Program

Strata (SI) dalam rangka riset dan wawancara dalam penelitian Skripsi yang berjudul

“Tradisi Ritual Nyadar di Pinggirpapas (Studi Kasus di Desa Pinggirpapas Sumenep

Madura).

Demikian surat pernyataan ini di buat dengan sebenarnya agar dapat di pergunakan sebagaimana mestinya bagi yang bersangkutan.

Mengetahui

Kepala Desa Pinggirpapas Yang Membuat Pernyataan

Moh. Sadek Masrawi

Page 99: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rohmah.

Jenis kelamin : Perempuan.

Usia : 25 tahun.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Wiraswasta.

Alamat : Pinggirpapas.

Dengan ini menyatakan bahwa, saya telah di wawancarai oleh seorang mahasiswi yang bernama Hosnor Hotimah dari UIN Syarif Hidayatullah semester XII, Program Strata (SI) dalam rangka riset dan wawancara dalam penelitian Skripsi yang berjudul “Tradisi Ritual Nyadar di Pinggirpapas (Studi Kasus di Desa Pinggirpapas Sumenep Madura).

Demikian surat pernyataan ini di buat dengan sebenarnya agar dapat di

pergunakan sebagaimana mestinya bagi yang bersangkutan.

Mengetahui

Kepala Desa Pinggirpapas Yang Membuat Pernyataan

Moh. Sadek Rohmah

Page 100: Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Warga Desa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR... · Inilah yang kemudian mengawali berdirinya tambak-tambak