RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU...

35
38 BAB III RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU DIASPORA Pulau Sabu adalah sebuah pulau kecil yang terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau Sabu ini terkenal dengan sebutan Rai Due Nga Donahu, Rai Ahhu Tewuni (tanah nira dan gula). 1 Pulau ini memiliki banyak kekayaan budaya dan ritual yang dilaksanakan sesuai dengan siklus kehidupan manusia. Salah satu ritual dalam kematian adalah ritual pebale rau kattu do made. Ritual pebale rau kattu do made adalah salah satu ritual yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Sabu hingga dengan saat ini. Ritual ini dilaksanakan hanya oleh orang Sabu yang telah merantau dan meninggal di tanah rantau di sebelah timur. Ritual ini dalam perkembangannya mengalami beberapa perubahan, baik itu secara simbol rau kattu itu sendiri maupun berdasarkan tata cara pelaksanaannya yang dianut oleh masing-masing agama yang berada di Sabu dan pada perkembangannya ritual ini tidak saja dilaksanakan oleh orang Sabu yang telah merantau di daerah bagian timur dari pulau Sabu tetapi juga oleh orang Sabu yang merantau di daerah sebelah barat. Pada Bab ini akan dijelaskan tiga hal pokok, antara lain : (1) Makna pulau Sabu sebagaimana yang tercermin dalam ritual pebale rau kattu do made bagi orang Sabu diaspora, (2) Tahap-tahap dalam ritual pebale rau kattu do made, (3) Narasi tempat dan identitas dalam pemahaman orang Sabu diaspora. 3.1 Gambaran Umum Pulau Sabu Pada bagian ini membahas tentang latar belakang pulau Sabu, letak geografis, kependudukan, mata pencaharian, sistem pemerintahan, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi. 1 Ebenhaizer Nuban Timo, Sabu Punya Cerita, (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2014), vii

Transcript of RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU...

Page 1: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

38

BAB III

RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU DIASPORA

Pulau Sabu adalah sebuah pulau kecil yang terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur

(NTT). Pulau Sabu ini terkenal dengan sebutan Rai Due Nga Donahu, Rai Ahhu Tewuni (tanah

nira dan gula).1 Pulau ini memiliki banyak kekayaan budaya dan ritual yang dilaksanakan sesuai

dengan siklus kehidupan manusia. Salah satu ritual dalam kematian adalah ritual pebale rau

kattu do made. Ritual pebale rau kattu do made adalah salah satu ritual yang masih dilaksanakan

oleh masyarakat Sabu hingga dengan saat ini. Ritual ini dilaksanakan hanya oleh orang Sabu

yang telah merantau dan meninggal di tanah rantau di sebelah timur. Ritual ini dalam

perkembangannya mengalami beberapa perubahan, baik itu secara simbol rau kattu itu sendiri

maupun berdasarkan tata cara pelaksanaannya yang dianut oleh masing-masing agama yang

berada di Sabu dan pada perkembangannya ritual ini tidak saja dilaksanakan oleh orang Sabu

yang telah merantau di daerah bagian timur dari pulau Sabu tetapi juga oleh orang Sabu yang

merantau di daerah sebelah barat.

Pada Bab ini akan dijelaskan tiga hal pokok, antara lain : (1) Makna pulau Sabu

sebagaimana yang tercermin dalam ritual pebale rau kattu do made bagi orang Sabu diaspora,

(2) Tahap-tahap dalam ritual pebale rau kattu do made, (3) Narasi tempat dan identitas dalam

pemahaman orang Sabu diaspora.

3.1 Gambaran Umum Pulau Sabu

Pada bagian ini membahas tentang latar belakang pulau Sabu, letak geografis, kependudukan,

mata pencaharian, sistem pemerintahan, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi.

1 Ebenhaizer Nuban Timo, Sabu Punya Cerita, (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2014), vii

Page 2: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

39

Gambar 1: Gambar Peta Pulau Sabu yang terdiri atas 6 (enam) kecamatan dan desa-desa

yang terdapat dalam 6 (enam) kecamatan tersebut.

3.1.1. Sejarah Pulau Sabu

Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan, pada zaman VOC, pada era

Hindia Belanda dan pada zaman kemerdekaan. Pada masa sebelum penjajahan diketahui bahwa

orang Sabu memiliki hubungan kekerabatan dengan orang Jawa, orang Sumba, orang Belu, dan

orang Thie di Rote. Oleh karena hubungan kekerabatan inilah maka orang Sabu selalu berusaha

menjalin dan memelihara hubungan kekerabatan dengan beberapa suku yang telah disebutkan di

atas.

Hubungan kekerabatan orang Sabu dengan orang Jawa dapat dilihat dalam beberapa hal

yaitu: pertama, orang Sabu menyebut pulau Jawa sebagai Jawa Dida sedangkan pulau Raijua

dinamakan Jawa Wawa. Kedua, dalam tempat ibadah agama suku di Sabu (Nada dan Namata)

terdapat sejumlah jenis batu yang dianggap memiliki nilai religius/magis. Dari antara batu-batu

itu terdapat sebuah yang bernama batu Jawa Miha. Ketiga, ada sejumlah adat-istiadat dan

upacara yang menyangkut siklus hidup manusia yang masih dipatuhi oleh orang Sabu yang

Page 3: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

40

sangat mirip dengan yang ada di kalangan orang Jawa. Misalnya: upacara labuhan di Jawa yang

persis sama dengan upacara pelepasan perahu di laut pada waktu Hole. Keempat, di Pulau Raijua

terdapat banyak sekali peninggalan majapahit yang sudah dianggap sebagai bagian hidup dari

pada masyarakat Sabu. Raja Majapahit bersama isterinya Benni Kedo pernah mengunjungi

Raijua. Di Raijua terdapat satu Udu bernama Udu Nadega. Udu ini adalah keturunan orang-

orang Jawa asal Majapahit. Pulau Raijua disebut juga negeri Maja dan pemimpin masyarakat

wilayah Raijua digelar Niki Maja. Setiap kepala keluarga di Raijua berkewajiban untuk

memelihara seekor babi untuk dipersembahkan kepada Majapahit. Babi itu disebut wawi Maja.

Di Ketita ada batu keramat yang disebut batu Maja dan di Daihuli terdapat sawah Maja dan

sumur Maja. Enam tahun sekali akan diadakan upacara persembahan kepada Raja Majapahit dan

isterinya Benni Kedo ketika diadakan perkunjungan ke Pulau Dana dengan membawa

persembahan. Persembahan ini terdiri atas hasil panen dari sawah Maja dan wawi Maja.

Persembahan itu akan dilaksanakan di sebuah gua yang dipercaya sebagai rumah raja Majapahit.

Hubungan kekerabatan antara orang Sabu dengan orang Belu terlihat dari adanya sumpah

adat antara leluhur orang Belu dengan leluhur orang Sabu dan orang Thie. Adapun sumpah adat

tersebut berisi pantangan untuk berkelahi serta silang sengketa satu dengan yang lain.

Barangsiapa melanggar sumpah itu akan terkena sakit muntah darah dan penyakit-penyakit

lainnya. Sumpah ini masih disegani oleh warga-warga suku ini, terutama mereka yang

mengetahuinya. 2

Hubungan kekerabatan antara orang Sabu dengan orang Thie di Rote dapat dilihat dari

ketika Thie berada dalam situasi rawan pada tahun 1698-1700 yang sewaktu-wktu dapat terjadi

perang antar suku. Maka datanglah permintaan bantuan dari Thie kepada kerabatnya di Sabu

2 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 17

Page 4: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

41

(Habba). Pada tahun 1681 baru saja Thie dengan sekutunya Dengka dan Oenale kalah perang

melawan Termanu dan Lelain dengan bantuan Belanda sehingga terpaksa mereka harus

membayar rampasan perang yang sangat berat. Sehubungan dengan adanya hubungan

kekerabatan antara kedua suku itu, maka permintaan bantuan itu dipenuhi dengan senang hati

Nuku Baa mengutus adiknya Foe Bura dan Pada Bura beserta sebuah pasukan berangkat

menuju ke Nusak Thie. Pasukan dari Sabu bersama-sama dengan pasukan Thie dapat mengatasi

keadaan bahaya itu. Setelah keadaan pulih kembali, Foe Bura (orang Thie menyebutnya Foeh

Mbura) diminta menetap di Nusak Thie, sedangkan saudaranya Padi Bura beserta pasukannya

kembali ke Sabu. 3

Hubungan kekerabatan orang Sabu dengan orang Sumba dapat dilihat dari cerita dan

syair kuno di Sabu yang mengungkapkan bahwa orang Sabu dan orang Sumba berasal dari

leluhur yang sama. Ketika leluhur mereka berangkat dari Jawa menuju ke arah Timur untuk

mendapatkan negeri baru idaman mereka, mula-mula mereka tiba di Sumba. Sebagai anggota

rombongan memutuskan untuk menetap di Pulau Sumba, sedangkan sebagiannya melanjutkan

perjalanan lalu akhirnya tiba di Sabu. Di Tanjung Sasar yang terletak di Pulau Sumba terdapat

sebuah tempat yang bernama Juli-Haha. Penganut agama suku Sabu percaya bahwa Juli-Haha

adalah tempat kediaman kekal semua arwah leluhur dan arwah semua orang Sabu yang sudah

mati. Bukti terakhir dari hubungan kekerabatan ini adalah pada abad ke-18 raja Sabu dan raja di

Melolo melalui kawin-mawin. Sejak saat itu makin banyak orang Sabu yang bermukim di

Melolo. Sebaliknya, ada juga orang Sumba yang tinggal di Sabu. 4 Oleh karena di Tanjung Sasar

yang terletak di Pulau Sumba terdapat tempat yang bernama Juli-Haha maka orang Sabu yang

diaspora di Sumba dan meninggal di Sumba tidak perlu melaksanakan ritual pebale rau kattu do

3 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 18-20

4 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 21-22

Page 5: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

42

made. Alasan orang Sabu diaspora di Sumba tidak perlu melaksanakan ritual pebale rau kattu do

made adalah karena jenazah orang Sabu diaspora tersebut dengan sendirinya telah berada

bersama dengan leluhur di Juli-Haha.

Pada zaman VOC terjadi beberapa perubahan mendasar terhadap pola hidup orang Sabu.

Nilai harmoni, kemanusiaan, kekeluargaan dan persaudaraan, dan kesetaraan mulai terganggu

oleh peperangan antar pemimpin masyarakat wilayah gara-gara terdorong motif untuk

memperebutkan hegemoni kekuasaan tertinggi atas kepulauan Sabu sesuai scenario devide et

impera (politik adu domba) VOC. Pada tahun 1648 VOC mengadakan perjanjian dengan 3 orang

pemimpin di wilayah Sabu yaitu Habba, Dimu dan Menia. Perjanjian itu berisi 3 orang

pemimpin wilayah ini akan menjadi sekutu setia dari VOC, mereka bertiga akan menyediakan

budak untuk dibeli VOC, sebaliknya VOC berjanji akan memberikan barang-barang porselin,

bahan pakaian dan barang-barang berharga lainnya. Perjanjian ini tidak dapat ditepati oleh ketiga

sekutu VOC, terutama yang menyangkut perdagangan budak. Latar belakang dari keengganan

mereka mempersiapkan budak karena sangat bertentangan dengan pandangan hidup orang Sabu

tentang manusia dan kemanusiaan. VOC sangat kecewa sekali sehingga orang Sabu dicap bangsa

yang keras kepala dan susah di atur.5

Pada waktu kedatangan VOC tahun 1648 tetapi ketiga raja di Sabu tidak dapat menyetor

budak kepada VOC maka terjadilah perselisihan dengan VOC pada tahun 1674. Perselihan itu

terjadi di pantai Dimu yaitu pemimpin VOC bernama Kerper dibunuh dengan seluruh

pasukannya oleh orang Dimu. Pada tahun 1675 VOC mengirim sebuah ekspedisi untuk

menghukum orang Dimu maka pecahlah perang sengit antara orang Dimu dengan pasukan VOC.

Raja Habba memihak kepada VOC. Perang itu memakan korban yang tidak sedikit pada kedua

5 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 23-24

Page 6: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

43

belah pihak. Akhirnya Dimu dapat dikalahkan dan dituntut untuk membayar ganti rugi 300

budak, 150 tahel (mata uang) emas dan 150 tahel multisalak dengan syarat VOC meninggalkan

Sabu. ternyata Dimu hanya membayar 20 orang budak, dan 80 tahel emas dan multisalak saja,

oleh karena sikap membandelnya orang Dimu. VOC meskipun berhasil memenangkan perang

itu, tetapi tidak berhasil mematahkan semangat orang Dimu. 6

Pada zaman Hindia Belanda orang Sabu masih terus dijadikan serdadu oleh pemerintah

Belanda. Memasuki abad ke-20 barulah terbuka kesempatan bagi orang Sabu untuk berkiprah

dalam bidang-bidang lainnya. Hal ini dimungkinkan karena semakin banyak anak-anak Sabu

yang mendapat pendidikan lanjutan setelah menyelesaikan pendidikan rendah di Sabu. Pada

zaman Hindia Belanda ini budak dikenal dalam 3 kategori yaitu: pertama, budak dalam yaitu

budak yang tinggal dalam rumah tuannnya dan mengerjakan pekerjaan dalam rumah. Ada budak

perempuan yang bernasib baik karena dijadikan gundik oleh tuannya. Kedua, budak luar adalah

budak yang tinggal di rumah tuannya akan tetapi mengerjakan pekerjaan di luar rumah seperti di

kebun, menjaga ternak. Ketiga, budak luar yang lebih bebas adalah budak yang sudah dianggap

sebagai anggota keluarga lapisan bawah dari tuannya. Tempat tinggalnya di luar rumah tuannya,

akan tetapi tetap mengabdikan diri kepada tuannya. Yang menguasai perdagangan budak di

Timor, Ende dan Sumba adalah pedagang-pedagang budak dari Ende. Ketika larangan

dikeluarkan, perdagangan budak di Timor segera berhenti tetapi di Ende dan di Sumba tetap

membandel, maka pada tahun 1838 dikirimlah ekspedisi tentara Belanda dengan bantuan

pasukan dari Sabu untuk menhancurkan pusat perdagangan di Ende. Pasukan dari Sabu dipimpin

oleh Ama Robo Riwu. Ekspedisi berhasil menghancurkan markas dari perdagangan budak di

Ende. Beberapa tahun kemudian perdagangan budak marak kembali di Sumba. Secara diam-

6 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 28-29

Page 7: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

44

diam terjalin lagi kolusi antara beberapa raja di Sumba Timur dengan para pedagang budak di

Ende maka dikirimlah ekspedisi antara Belanda ke Sumba untuk menghukum mereka yang

terlibat. Pasukan dari Sabu juga ikut serta yang dipimpin oleh Ama Ratu Kaho dengan

ajudannya Ama Willa Kote (saudara sepupu Ama Ratu Kaho). Ekspedisi yang berhasil

menumpas perdagangan budak dan menghukum mereka yang berkolusi. Perdagangan budakpun

berhenti sama sekali.7

Selain dari pekerjaan serdadu dan polisi. Makin banyak orang Sabu yang merantau ke

Kupang untuk bekerja sebagai kuli di pelabuhan. Pekerjaan pembuatan jalan raya dan

pembangunan perumahan. Sambil bekerja sebagai kuli, ada yang belajar pertukangan. Dengan

bertambahnya anak-anak Sabu yang menamatkan pendidikan dasar di Sabu (Volksschool), maka

terbuka kesempatan bagi sebagian besar anak-anak itu untuk pergi ke beberapa kota di luar Sabu

untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi. Ada yang pergi ke Rote untuk masuk sekolah

Penghentar Jemaat/Stovil, ada yang ke Kupang untuk bersekolah di Algemene Lagere School,

Holands Inlandsche School (HIS) dan berbagai kursus tukang, ada yang ke Ambon untuk masuk

Kweekschool (sekolah guru). Setelah menamatkan sekolahnya di Kupang ada yang ke Makasar

untuk bersekolah pada Rechts School (Sekolah Hukum), Bestuur School (Sekolah Pamong

Praja). Kweekschool dan kursus-kursus lainnya: ke Jawa untuk masuk Hollands Inlandsche

Kweekschool/HIK (Sekolah guru untuk HIS), Ambacht School (Sekolah Tehnik), Vroetvrouw

School (Sekolah Bidan), Hogere Theologishe School (Sekolah Tinggi Teologi).8

Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 hampir semua pemuda pelajar dan

bekas serdadu KNIL asal Sabu yang ada di Jawa turut serta dalam perjuangan bersenjata

7 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 31-33

8 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 34-36

Page 8: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

45

mempertahankan kemerdekaan RI. Mereka menggabungkan diri dalam Laskar Sunda Kecil yang

kemudian: menjadi Tentara Nasional Indonesia. Dalam Laskar Sunda Kecil terdapat satu

battalion yang bernama Batalion Paradja. Battalion ini dipimpin oleh putra Sabu yaitu Mayor

Daud Kella. Putera Sabu yang tergabung dalam battalion ini adalah Letnan M. Huki Gah,

Kapten Hendrik Rade, Kapten J. Moi Hia, Letnan I El Tari, Letnan I Is Tiboeloedji, Letnan I M.

Amos Pah. El Tari dan Is Tiboeloedji mula-mula masuk Angkatan Laut, kemudian pindah ke

Angkatan Darat. Jeanete Betseba Gah bergabung dengan Barisan Palang Merah Indonesia.9

Pada masa kembalinya Belanda (NICA) sampai berdirinya NIT dan RIS, tokoh yang

paling berperan dalam masa ini adalah I.H. Doko yang berjuang dalam membela proklamasi

melalui partai yang didirikannya bersama-sama dengan kawanya (raja Amarasi, raja Kupang,

Titus Uly, Tom Pello, Ch. Ndaumanu, Max Rihi dan Saduk Naiusaf Oematan). Partai ini

didirikan pada tahun 1946 di Kupang bernamaPartai Perserikatan Kebangsaan Timor (PPKT).

Beberapa tahun kemudian dirubah namanya Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Ketika Negara

Indonesia Timur (NIT) berdiri beliau diangkat menjadi Menteri Penerangan, kemudian menjadi

Menteri Pengajaran pada Kabinet NTT yang berkedudukan di Makasar. 10

Pada masa setelah Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik

Indonesia NKRI). Banyak tokoh asal Sabu yang mulai berdatangan kembali untuk berkiprah

membangun daerah NTT. Beberapa di antara mereka adalah M.C. Haba kembali ke Kupang dari

Pare-pare untuk mengabdi sebagai guru pada SMP Negeri Airnona. Titus Uly dan Daniel Adoe

kembali sebagai Inspektur Polisi. Setelah mengabdi diberbagai tempat di tanah air akhirnya

keduanya kembali lagi di Kupang. Titus Uly menjadi Kakanwil Depdikbud dan Daniel Adoe

9 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 39-40

10 Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 41-42

Page 9: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

46

aktif di Polda NTT. Setelah bertugas di beberapa tempat El Tari, Is Tiboeloedji dan M.A.Amos

Pah kembali ke Kupang . Pada tahun 1965, Mayor El Tari diangkat sebagai Wakil Gubernur

NTT. Is Tiboeloedji mengabdi sebagai Pimpinan Perusahaan Daerah NTT M.M. Amos Pah

mengabdi sebagai Dandim di beberapa kota kabupaten, kemudian sebagai pimpinan Hansip NTT

sampai pension pangkat Kolonel.11

Menurut data-data tentang orang Sabu diaspora, ternyata

orang Sabu telah berdiaspora sudah sejak lama. Selain itu, orang Sabu diaspora juga adalah

orang yang sukses di tanah diaspora (rantau). Sekalipun orang-orang tersebut mengalami

kesuksesan dan kemakmuran di tanah diaspora, namun mereka tidak melupakan pulau Sabu

sebagai tanah nira (tuak) dan gula. Hal itu tergambar dari nilai-nilai yang diterapkan dalam

kehidupan diasporan yaitu kekerabatan, cinta tanah air, dan lain-lain. Selain itu, bagi orang Sabu

diaspora yang telah meninggal di tanah rantau khususnya di sebelah timur harus melaksanakan

ritual pebale rau kattu do made. Ingatan orang Sabu diaspora terhadap pulau Sabu bukan saja

ketika orang Sabu diaspora pada waktu hidup tetapi juga pada waktu kematian.

3.1.2. Letak Geografis dan Demografis

Secara geografis, keadaan desa Ledeke terletak di bagian tengah dari pusat pemerintahan

Kecamatan Sabu Liae dengn ketinggian antara 0,50 s.d 0,66 mil dari permukaan laut. Kondisi

alamnya terdiri dari lembah dan perbukitan dengan curah hujan rata-rata pertahun antara 4 atau 5

bulan hujan dengan suhu rata 25-300

C.12

11

Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 43-45. 12

Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Ledeke pada Rapat Lengkap Pamong Praja tentang

Penyelenggaraan Pemerintah Desa tahun 2015, 2.

Page 10: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

47

Luas wilayah desa Ledeke 5, 67 km2

kecuali pada tahun 1999 sudah berubah luas

wilayahnya menjadi 2.835 km2 akibat adanya pemekaran desa Ledeke dengan desa Loborui.

Desa Ledeke berpenduduk 827 jiwa dengan rincian laki-laki 448 jiwa dan perempuan 379 jiwa.13

Batas desa sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan desa Raemude Kecamatan Sabu Barat;

Sebelah selatan berbatasa dengan desa Waduwalla Kecamatan Sabu Liae;

Sebelah Timur berbatasan dengan desa Eilogo Kecamatan Sabu Liae;

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Mehona Kecamatan Sabu LIae;

Keadaan alam di kepulauan Sabu relatif sama. Ada sedikit perbedaan ialah bahwa pada wilayah

bagian utara relatif lebih hijau karena mempunyai sejumlah mata air dengan beberapa sungai

yang berair sepanjang tahun, sedangkan pada wilayah bagian selatan kering dan tandus serta

tidak mempunyai mata air sebaik seperti bagian utara. Hampir seluruh kepulauan ini terdiri dari

tanah putih/kapur yang berbukit-bukit dan tanah merah yang kurang subur kecuali sedikit tanah

datar di bagian utara. Di Sabu tidak ada gunung, yang ada hanyalah beberapa buah puncak bukit

yang tingginya kira-kira 250 meter.14

Keadaan iklimnya ditandai oleh musim kemarau yang panjang yang berlangsung dari

bulan Maret hingga bulan November. Musim hujan mulai dari bulan Desember hingga bulan

Februari. Menurut data dari Kantor Statistik Kabupaten Kupang, curah hujan yang tercatat pada

13

Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Ledeke pada Rapat Lengkap Pamong Praja tentang

Penyelenggaraan Pemerintah Desa tahun 2015, 3. 14

Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 5.

Page 11: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

48

tahun 1997/1998 adalah sebagai berikut: kecamatan Sabu Barat 113 mm, Sabu Timur 103 mm

dan Kecamatan Raijua 81 mm.15

Mata pencaharian utama orang Sabu adalah petani. Pada umumnya mereka bekerja

sebagai peladang (petani ladang) dan penyadap lontar. Pola kegiatan para petani masih terikat

pada siklus kegiatan menurut kalender lunar yang sangat erat kaitannya dengan adat-adat yang

bersumber pada konsep religi dan agama orang Sabu. Hasil produksi pertanian sangat tergantung

kepada curah hujan serta teknologi pertanian yang sederhana.16

Dalam waktu setahun terakhir ini di Sabu mengalami perkembangan yang cukup pesat

yaitu memiliki pabrik garam Nataga. Garam nataga ini telah dipasarkan ke Kupang dan pulau

Jawa.17

Selain itu juga dibangun pabrik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang diberi nama

Oasa. Produk pertama Oasa itu diluncurkan oleh Bupati Dira Tome pada Rabu (17/8/2016) di

Kelurahan Limanggu, Kecamatan Sabu Timur, Sabu Raijua.18

Di Raenyale, kecamatan Sabu

Barat terdapat sebuah waduk yang bernama guriola.19

Waduk tersebut telah dimanfaatkan

dengan baik oleh masyarakat disekitar dengan menanam sawah, sayur, tanaman palawija dan

bawang. Selain itu juga sebuah embung besar telah dibangun di desa Kota Hawu, kecamatan

Liae dengan nama Maare Punoa.20

Hasil pembangunan embung tersebut juga sudah dapat

dinikmati oleh masyarakat Liae dengan melaksanakan panen raya padi dan bawang. Dengan

15

Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 5. 16

Riwu Kaho, Orang Sabu dan Budayanya, 6. 17

http://saburaijuakab.go.id/saburaijua255/index.php/layanan-publik/17-berita-seputar-sarai/138-sabu-

raijua-pasok-garam-nataga-ke-jawa.html diunduh 06 September 2016 18

http://infontt.com/2016/08/18/pemkab-sabu-raijua-luncurkan-air-minum-dalam-kemasan-oasa/ diunduh

06 September 2016 19

http://www.nttsatu.com/masyarakat-desa-raenyale-nikmati-kehadiran-waduk-guriola/ diunduh 07

September 2016 20

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=-gvQV_jZNcrTvASAjJRw#q=bendungan+maare+punoa

diunduh 07 September 2016

Page 12: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

49

demikian dapat disimpulkan bahwa orang Sabu tidak saja bekerja sebagai petani tetapi juga

bekerja di pabrik air kemasan dan pabrik garam.

3.2 Makna Pulau Sabu

Makna pulau Sabu yang pertama adalah pulau Sabu sebagai rumah. Rumah dalam

konstelasi pemikiran masyarakat tradisional, modern dan religius adalah pusat kehidupan

manusia (axis mundi). Kehidupan dimulai dari rumah, berlangsung di rumah dan berakhir di

rumah juga. Dalam gambaran religius yaitu kehidupan dimulai dari rumah dan tujuan akhir

rumah (rumah bapa/sorga). Rumah sebagai axis mundi karena didalam rumah ada semua nilai,

energi, kekuatan yang paling dahsyat persaudaraan dan kekeluargaan. Nilai-nilai kekeluargaan

dan persaudaraan inilah yang berguna ketika hidup di diaspora kembali.

Gambar 2: Rumah orang Sabu berbentuk perahu terbalik

Bagian-bagian rumah dari orang Sabu adalah sebagai berikut:

Loteng rumah berfungsi sebagai lumbung hasil panen: kacang hijau, padi, dan sorgum

dimasukkan ke dalam anyaman daun lontar yang disebut hoka, sedangkan gula dimasukkan ke

dalam periuk yang disebut rubi. Tempat makanan ini selalu berisi, artinya dalam keadaan sangat

berkekurangan makanan sekalipun bahan makanan tidak boleh dikeluarkan sampai habis dari

Page 13: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

50

penyimpanannya. Mengapa? Tempat penyimpanan makanan ini dijaga oleh seseorang leluhur.

Bila tempat makanan ini kosong, leluhur penjaga dan pelindung kecukupan pangan dalam

keluarga akan pergi. Bila ia pergi, keluarga tersebut akan selalu mengalami kekurangan pangan

dan ini sebuah malapetaka.21

Lumbung, baik palawija maupun gula, adalah wilayah kekuasaan perempuan. Artinya

hanya perempuan atau anak perempuan dengan izin ibunya yang boleh naik ke loteng untuk

mengambil bahan makanan. Ini juga kearifan lokal, pelayanan satu pintu (one door service).

Dalam rumah modern jarang kita lihat ruang yang dikhususkan untuk Yang Ilahi apalagi ruang

untuk kebutuhan laki-laki dan perempuan menurut seksnya. 22

Struktur rumah dalam masyarakat Sabu terdiri atas buritan dan haluan. Buritan diatur

menjadi bagian perempuan mulai dari kegiatan harian, upacara, penyimpan benih dan logistik,

melahirkan, tidur, dan kematian. Haluan diatur menjadi milik laki-laki mulai dari kegiatan

harian, upacara, tidur, dan kematian. Keseimbangan laki-laki dan perempuan ditandai dengan

tiang nok/tiang induk, yaitu gela bani-gela mone (tiang layar perempuan dan tiang layar laki-

laki). Dasar rumah sebagai tempat untuk kembali kepada asal (kematian) dibagi untuk

perempuan (wui) dan laki-laki (d’uru). 23

Makna pulau Sabu yang kedua adalah pulau Sabu dimaknai sebagai rahim ibu. Ketika

seseorang dilahirkan dikelilingi oleh perempuan. Ada seorang perempuan duduk dibelakang si

ibu yang sakit melahirkan, memeluk si ibu dan menopang dia dengan sebelah tangan, sedangkan

tangan lainnya ditaruh di kepala si ibu untuk mencegah dia agar jangan berdiri.24

Ibu yang

21

Neonbasu, Kebudayaan Sebuah Agenda, 244 22

Neonbasu, Kebudayaan Sebuah Agenda, 244 23

Neonbasu, Kebudayaan Sebuah Agenda, 245 24

Ebenhaizer Nuban Timo, Sabu Punya Cerita…170-171

Page 14: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

51

melahirkan tersebut berada di ruang perempuan (tarru duru). Demikian pula, pada waktu rau-

kattu dibuka maka dikelilingi oleh para perempuan di dalam rumah juga. Ketika seseorang bayi

dilahirkan dalam posisi duduk/jongkok dalam rahim ibu maka ketika seseorang meninggal juga

harus dikuburkan dalam posisi duduk atau jongkok seperti dalam rahim ibu. Oleh karena itu,

perempuan dipercayai oleh tradisi sebagai orang yang tahu seluk beluk kelahiran hingga ritus

kematian menjadi urusan perempuan.

Gambar 3: Cara menguburkan orang Sabu seperti posisi dalam rahim Ibu

Makna pulau Sabu yang ketiga adalah pulau Sabu sebagai tempat dimana banyak

deposito memori kehidupan. Contohnya: identitas masa kecil, pengharapan dan sejarah masa lalu

kehidupan. Diaspora adalah masyarakat minoritas dan karena itu bergantung dari kemurahan

kaum mayoritas, nasib tidak tentu dan jauh dari persekutuan keluarga. Bagi orang yang hidup,

ketika orang Sabu pulang ke Sabu dan melaksanakan ritual ini supaya mengambil nilai-nilai

persaudaraan, dan lain-lain untuk dipakai dalam kehidupan di diaspora. Sementara bagi orang

Sabu yang meninggal, agar mereka meninggal dalam memori keluarga. Contohnya: Yakub dan

Yusuf. Selain itu juga, diaspora adalah masyarakat mayoritas sehingga mereka juga hidup dalam

solidaritas sebagai orang-orang di daerah perantauan. Hal itu terlihat kejadian yang terjadi di

kampung Sabu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yaitu kejadian terkait ada isu yang

Page 15: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

52

beredar via SMS tentang penikaman terhadap 2 (dua) pemuda asal TTS di yang ditikam di

Naibonat. Setelah dikonfirmasi dengan Kapolres TTS Bapak Agus Hermawan dan koordinasi

dengan Kapolres Babau, diperoleh jawaban pasti isu tersebut tidak benar. Sebelum diketahui

bahwa isu ini tidak benar, keadaan kampung Sabu cukup mencekam. Beberapa warga setempat

bersiaga di sejumlah sudut kampung sambil mempersentajai diri dengan batu, parang, panah,

potongan kayu, potongan pipa besi, tombak, senapan angin dan benda lainnya. Untuk mengatasi

keadaan tersebut maka polisi mengadakan razia terhadap warga luar yang melintasi jalan masuk

ke lingkungan kampung Sabu di belakang RSUD Soe. Selain itu, polisi bersiaga di sejumlah titik

dalam lingkungan kampung tersebut.25

3.3 Ritual Pebale Rau Kattu Do Made

3.3.1. Pengertian Rau kattu

Rau kattu berasal dari dua suku kata yaitu rau yang berarti bulu, rambut dan kattu yang

berarti kepala. Jadi secara etimologi pengertian rau kattu adalah rambut kepala. Rau kattu adalah

sebuah lambang atau simbol yang dalam bentuk pakaian dari seseorang yang meninggal di tanah

rantau.26 Selain dalam bentuk pakaian dari orang yang meninggal, rau kattu yang dibawa juga

bisa dalam bentuk batu kecil dari kuburan, sarung atau selimut dan tulang.27 Pembawaan rau

kattu dalam bentuk tulang ini baru pernah terjadi pada Bulan Juli 2016 di Seba dalam keluarga

Tagi. Tulang tersebut telah dimasukkan oleh keluarga dari Kupang ke dalam sebuah peti dan

selanjutnya dikuburkan di Sabu.28 Penguburan tulang ini menjadi sebuah simbol bahwa orang

yang telah meninggal di tanah rantau tersebut telah berkumpul bersama-sama dengan keluarga di

25https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=txzRV_-LB8HRvgSHp4PQCA#q=kampung+Sabu+Soe

diunduh 08 September 2016 26

Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Liae 6 Juli 2016 27

Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Seba (Namata) 10 Juli 2016 28

Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Seba (Namata) 10 Juli 2016

Page 16: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

53

Sabu. Alasan keluarga membawa rau kattu dalam bentuk tulang: pertama, ini merupakan

kesepakatan dari pihak keluarga. Kedua, tulang dianggap sebagai simbol yang mewakili si mati

untuk kembali ke tanah leluhurnya.29

Dalam sejarah awal mula rau kattu sebenarnya adalah rambut. Hal itu dapat dilihat

karena rambut adalah bagian tubuh yang paling ringan, awet, terhadap cuaca selain api. Rambut,

juga sangat sederhana (simple) dan mudah dibawa. Mengingat konteks pada waktu dahulu di

mana teknologi dan komunikasi yang belum memadai, selain dengan perahu layar (kowa) maka

dapat dipahami pilihan rambut sebagai simbol diri yang meninggal.30

Rambut menjadi pilihan

sebagai lambang diri yang meninggal untuk dibawa pulang ke Sabu. Bagi keluarga di Sabu,

melihat rambut sama dengan melihat si mati. Rau kattu adalah salah satu bagian dari kepala yang

dapat direfleksikan sebagai pusat pikiran manusia. Pikiran adalah tanda kemanusiaan yang

membedakan manusia dari makhluk lainnya. Orang yang sehat pikiran adalah orang yang

memiliki kemampuan untuk mengingat atau mengenang masa lalu, bertindak hari ini dan

berharap di hari esok. Rambut (rau) bagian dari kepala (kattu) menjadi simbol dari sebuah

pikiran untuk mengingat dan memelihara hubungan kekerabatan dalam keluarga daan dengan

lingkungan alamnya (sebagai ibu yang mengandung dan menghidupkan). Rau kattu adalah saat

kembali ke rumah atau rahim ibu (b’alle la da’ara kad’o ina).31 Bagi masyarakat primitif, rambut

juga memiliki pengertian sebagai konsentrasi terhadap daya hidup masyarakat.

Dalam pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made memiliki perbedaan waktu antara

daerah Sabu Seba dan Sabu Liae. Hal itu dapat dilihat dari pelaksaan ritual ini di daerah Seba

dapat dilaksanakan setiap waktu, sesuai kesempatan keluarga dan tidak terikat oleh kalender adat

29

Hasil wawancara dengan Bapak Nimrod Tagi 10 Juli 2016 30

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt. Paoina Bara Pa 10 Juli 2016 31

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt. Paoina Bara Pa 10 Juli 2016

Page 17: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

54

Sabu.32 Sementara dalam pelaksanaan ritual ini di daerah Liae hanya dapat terjadi pada bulan

Juni-Juli. Mengapa penyelenggaraan ritual tersebut dikhususkan hanya pada bulan Juni-Juli?

Karena sejak dari bulan Agustus sampai dengan Mei terdapat berbagai penyelenggaraan bulan-

bulan adat tertentu. Selain itu juga pada bulan Juni-Juli berhubungan dengan siklus kehidupan

pertanian, karena dalam bulan-bulan ini tidak ada pekerjaan pertanian sehingga tidak menggangu

pekerjaan pertanian dan kehidupan ekonomi masyarakat. Adapun penyelenggaraan bulan adat

menurut kepercayaan masyarakat adat Liae adalah sebagai berikut:33

Nama Bulan menurut Kalender Sabu Padanannya dalam Kalender Masehi

Kelila Wadu (Pacuan Kuda) Agustus

Pana Rau dan Warru Waduae September

Baggarae dan Likku Kerugga Oktober

Ko’o Ma (Persiapan Tanam) November

Kujja Ma (Tanam Lahan Pertanian) Desember

Kelila Ajji Lay (Pacuan Kuda diiringi

dengan gong dan tambur dari rumah adat

Medoto)

Januari

Hangadimu (Panen pertama) Februari

Nga’a Nyale dan Nga’a Daba Maret

Bangaliwu Gopo April

Bangaliwu Rame (Rame Buihi dan Hole) Mei

32

Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Namata Seba 10 Juli 2016 33

Hasil wawancara dengan Bapak Rafilus Manahede (Kepala Desa Ledeke), Kecamatan Sabu Liae 7 Juli

2016

Page 18: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

55

Dalam pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made ini yang terjadi di daerah Liae khusus

hanya bulan Juni-Juli, jika ada warga masyarakat yang melanggar dari ketentuan bulan yang

telah disepakati maka akan dikenakan denda. Denda tersebut akan ditentukan oleh Mone Ama

(pemangku adat) kepada keluarga yang telah melanggar ketentuan pembawaan rau-kattu dari

tanah rantau ke daerah Liae.

Dalam tata cara pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made ini didahului dengan

pengutusan salah satu orang dari keluarga di Sabu ke tanah rantau untuk mengambil rau-kattu

dari orang yang meninggal di tanah rantau. Setelah itu salah satu orang keluarga tersebut

bersama-sama dengan keluarga di tanah rantau untuk mempersiapkan barang-barang (rau kattu).

Isi rau kattu adalah kain, sabun, korek api, rempah-rempah seperti pala (bangalawa, cengkeh)

dan sirih pinang. Isi rau kattu ini sebenarnya mau menggambarkan bahwa orang yang meninggal

tersebut pergi berdagang dan pulang harus membawa barang dagangan.34 Barang dagangan itu

kemudian harus dibagi-bagikan kepada semua orang yang datang pada ritual pebale rau kattu do

made.

34

Hasil wawancara dengan Bpk. Gheby Thomas (keluarga pembawa rau-kattu) 8 Juli 2016

Page 19: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

56

Gambar 4: Rau kattu yang dibawa oleh Keluarga Djami dari Kupang adalah dalam bentuk kain

yang diisi dengan beberapa barang didalamnya yaitu korek api, sabun, handbody, sirih pinang,

cengkeh. Semua barang tersebut kemudian dikemas atau ditaruh dalam sebuah tas.

Tujuan pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made di Sabu adalah karena waktu

seseorang meninggal di tanah rantau hanya diketahui dan disaksikan oleh keluarga-keluarga

yang berada di tanah rantau saja.35

Oleh karena itu pelaksanaan ritual pebale rukattu do made di

Sabu bertujuan agar keluarga di Sabu juga menyaksikan bahwa orang tersebut telah meninggal

dan kembali dalam persekutuan kehidupan keluarga.

Ritual pebale rau kattu do made ini hanya dilaksanakan oleh orang Sabu yang karena

tuntutan hidup dan pekerjaan harus merantau ke luar pulau Sabu. Orang Sabu yang telah

merantau atau bahkan menetap di tanah rantau disebut dengan orang Sabu diaspora. Ritual

pebale rau kattu do made ini dapat dilaksanakan oleh keluarga dari orang yang meninggal

tersebut. Dalam pelaksanaannya ritual ini juga memiliki beberapa ketentuan yaitu pada awalnya

ritual pebale rau kattu do made ini hanya diperuntukkan bagi orang Sabu yang meninggal di

perantauan yang terletak di bagian Timur pulau Sabu. Mereka yang meninggal di perantauan

yang terletak di ufuk Barat tidak perlu diadakan ritual pebale rau kattu do made oleh karena

dianggap sudah langsung berada di Juli-Haha karena Juli-Haha terletak di ufuk Barat dari pulau

Sabu.36

Juli-Haha dipahami oleh orang Sabu sebagai tempat tinggal yang kekal dari arwah orang

mati. Dalam perkembangan selanjutnya, ritual pebale rau kattu do made tidak saja dilakanakan

oleh orang Sabu yang telah merantau di sebelah timur tetapi juga dilaksanakan oleh orang Sabu

yang merantau di sebelah barat pulau Sabu.

35

Hasil wawancara dengan Bpk Udju Nguru (Pemangku Adat Liae) 6 Juli 2016 36

Hasil wawancara dengan Bpk Udju Nguru (Pemangku Adat Liae) 6 Juli 2016

Page 20: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

57

Pemimpin ritual pebale rau kattu do made ini adalah anggota keluarga masing-masing.

Orang-orang yang terlibat dalam ritual pebale rau kattu do made adalah anak cucu dan keluarga

inti dari yang meninggal di tanah rantau, keluarga di Sabu, pemerintah dan pemimpin agama.

Keluarga-keluarga baik yang dari rantau mapun yang di Sabu dapat berasal dari berbagai agama.

Agama-agama yang ada di Sabu adalah Kristen Protestan, Katolik, Islam dan agama suku Sabu

(jingitiu). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam ritual pebale rau kattu do made ini

mempertemukan orang-orang dari berbagai macam agama. Peran dari pemerintah dalam ritual

pebale rau kattu do made adalah peristiwa atau kejadian tentang kematian dirantau yang dialami

oleh seseorang kemudian keluarga yang bersangkutan yang berada di Sabu datang memberikan

informasi kepada pemerintah setempat. Selanjutnya, pada acara buka rau kattu berlangsung

pemerintah harus hadir untuk memberi kata sambutan atau kata penghiburan bagi keluarga yang

berdukacita dan juga turut berbelasungkawa atas peristiwa atau kejadian tersebut.37

Peran

pemerintah yang dapat dilihat sehubungan dengan ritual pebale rau kattu do made ini adalah

pemerintah sementara berupaya untuk melestarikan ritual ini menjadi tradisi yang tetap

dipelihara sepanjang masa. Selain itu, pemerintah sementara berupaya untuk memperkenalkan

ritual ini sebagai sebuah potensi pariwisata yang mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Contohnya dalam pelaksanaan ritus ini semua yang terlibat didalamnya menggunakan pakaian

adat yang lengkap dan ritus ini dijalankan seperti pada waktu awal diturunkan secara tradisi

turun-temurun. Dalam ritual pebale rau kattu do made dalam tradisi Kristen juga melibatkan

pendeta. Peran pendeta dalam ritual pebale rau kattu do made ini adalah hanya memimpin

ibadah pada waktu malam buka rau-kattu yang biasa disebut sebagai ibadah penghiburan. Pada

37

Hasil wawancara dengan Bapak Rafilus Manahede (Kepala desa Ledeke, Kecamatan Liae) 6 Juli 2016

Page 21: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

58

keesokan harinya tepat pada siang hari pendeta bertugas dalam memimpin ibadah pengucapan

syukur rau-kattu.38

3.3.2. Sejarah Rau kattu

Menurut tradisi yang diwariskan secara lisan, ada 2 (dua) mitos tentang asal-muasal rau

kattu. Cerita pertama adalah pada suatu hari ada dua orang laki-laki bersaudara. Yang satu, ingin

merantau. Lalu sebelum merantau, ia berpesan kepada saudaranya yang tinggal begini:

“Saudaraku, seandainya saya tak bisa pulang ke Hawu. Saya mau mati di tengah keluarga, di

kampung halaman, tanah tuak dan gula. Meskipun jenazah saya telah dikubur, saya akan

menyimpan tiga helai rambut dari pusar kepala (keweru) saya, sebagai tanda bahwa saya telah

kembali ke rumah, ke tengah keluarga dan dikuburkan di dalam rumah kita di bagian haluan

bersama nenek laki-perempuan dan juga papa dan mama kita. Mari, sebelum saya pergi, buatlah

janji bahwa engkau saudaraku tidak akan melupakan permohonan ini”. Lalu saudara yang tinggal

di Hawu: dengan penuh cinta, ia berkata: “Saya akan melakukan apa yang kau inginkan dengan

sebaik-baiknya”. Sesudah mereka berdua mengikat kesepakatan dan diakhiri dengan ciuman

maka berangkatlah saudara tersebut dengan menyebrangi lautan. Suatu hari terdengar kabar

bahwa ia telah meninggal dirantau. Mendengar berita itu, saudara yang ada di Hawu

mempersiapakan diri untuk berangkat mencari dan mengambil saudaranya kembali ke Hawu

yakni melalui rambut (rau kattu). Simbol si mati (rau kattu) diletakkan di bagian haluan rumah

sebagaimana layaknya jenazah laki-laki di Hawu. Sanak saudara diberitahukan bahwa saudara

mereka (rau kattu) telah kembali untuk bersama dengan para leluhur (ama-eppu) di dalam

perahu, bagian kolong haluan.39

38

Hasil wawancara dengan Pdt. Danial Manu 08 Juli 2016 39

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt Paoina Bara Pa 10 Juli 2016

Page 22: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

59

Mitos kedua mengenai cerita lahirnya rau kattu, dapat disimak melalui kisah leluhur

Hawu Miha dan Jawa Miha. Dua orang nenek moyang yang hidup ini puluhan generasi lalu

sesuai pengetahuan tentang asal-usul orang Sabu yang diceritakan secara turun-temurun. Yang

tertua bernama Hawu Miha yang berarti “Sabu sendiri”. Adik laki-lakinya bernama Jawa Miha,

adik tiri yang ibunya seorang wanita yang tidak berasal dari Sabu. J’awa berarti “orang asing”

dan tidak berarti bahwa ia berasal dari Pulau Jawa. Ketika ayah mereka Miha Ngara sudah uzur

dan buta, ia memutuskan untuk menurunkan ilmu pengetahuannya yang sampai kini

dirahasiakan, kepada putra sulungnya., Hawu Miha. Tetapi ibu J’awa Miha menginginkan

pengetahuan itu diberikan kepada puteranya. Dengan memakai berbagai dalih dan dengan

bantuan ibunya. J’awa Miha menerima pengetahuan dan kekuasaan dari ayahnya. Untuk

menghindari kemarahan dan konfrontasi dengan kakaknya, J’awa Miha melarikan diri ke luar

daerah. Tahun berganti tahun, akhirnya kedua kakak-beradik ini berdamai, dan ketika J’awa

Miha sekarat, ia meminta agar rambut dan tutup kepalanya (lehu kattu) dikembalikan ke negeri

asalnya, pulau Sabu. Cerita ini mengemukakan bahwa di pulau Sabu dikenal dua tradisi.

Pertama, bahwa laki-laki Sabu memakai tutup kepala batik untuk memperingati cerita mengenai

nenek moyang mereka. Kedua, bilamana meninggal dunia di luar pulau Sabu dan bila jasadnya

tidak dapat dibawa ke tempat kelahirannya. Rambut dan tutup kepalanya harus dikembalikan ke

daerah asal. Adat inilah yang dikenal dengan nama rau kattu.40

3.3.3. Tahap-tahap dalam Ritual Pebale Rau Kattu Do Made

Bila anggota keluarga meninggal di rantau, maka anak cucu dan keluarga inti dari yang

meninggal bersama dengan anggota keluarga yang hadir dari Sabu mengadakan pertemuan untuk

mempercakapkan dan mempersiapkan atau merencanakan suatu waktu untuk membawa rau-

40

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt Paoina Bara Pa 10 Juli 2016

Page 23: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

60

kattu kembali ke tengah keluarga di Sabu. Kalau keluarga di rantau mengulur-ulur waktu, maka

keluarga dari Sabu akan datang menanyakan kapan waktu pelaksanaannya; hasil kesepakatan

baru tadi akan menjadi dasar informasi bagi kedua keluarga untuk mempersiapkan diri. Keluarga

di Sabu bertugas untuk mempersiapkan rumah, makanan, menjalankan undangan, rapat keluarga

untuk pembagian tugas dalam keluarga seperti: menjemput keluarga di pelabuhan, juru bicara,

pemangku rau-kattu (saudara perempuan dari pihak ibu).

Versi Seba (Heb’a)

Waktu rau-kattu sampai di rumah, maka aka nada petugas khusus yang akan menerima

rau-kattu dan meletakkannya pada tempat yang disediakan menurut aturan adat. Bila laki-laki-

laki yang meninggal maka tempatnya di bagian haluan rumah (d’uru). Bila perempuan yang

meninggal, maka tempatnya di bagian buritan rumah (wui). Pada tempat khusus itu,

dibentangkan sebuah tikar (dapi). Di atas tikar itu, diletakkan rau-kattu yang telah ada dalam

wadah anyaman (kepepe). Para peratap akan meratap sambil menyebut nama sanjungan si mati,

menceritakan silsilah, riwayat hidup dan matinya. Biasanya, rau-kattu dikelilingi para

perempuan di dalam rumah, sedangkan laki-laki berada di luar rumah. Acara ini, sama seperti

perempuan-perempuan menunggui seorang ibu yang melahirkan di ruangan perempuan yakni

buritan.41

Pemilik rumah, telah mempersiapkan masakan yang terdiri dari seekor ayam yang

dibunuh oleh suami dan dimasak oleh istri. Nasi dan sedikit daging ayam itu dibulatkan oleh ibu

rumah tangga lalu ditaruh di wadah makan dari anyaman daun lontar (kerigi) lalu diletakkan di

samping rau-kattu bersama dengan air minum (cara ini dapat dilihat pada tradisi kematian Roma

41

Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Namata 10 Juli 2016

Page 24: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

61

Katolik yakni di bagian kepala ada meja kecil tersimpan patung Bunda Maria, lilin dan piring

dengan nasi, daging dan gelas air minum). Sebelum diletakkan, si ibu rumah tangga seolah-olah

menyuap bulatan nasi itu kepada si mati. Kegiatan ini disebut happo rau-kattu (menyambut si

mati dalam persekutuan dalam rumah asalnya dengan makan dan minum).42

Setelah sambutan itu dilakukan, maka petugas (beni atau mone pili d’ida) baru akan

membuka wadah rau-kattu. Petugas itu adalah seorang perempuan atau laki-laki yang berasal

dari klan ibu atau saudara dari ibu kandung si mati. Barang bagian atas dari wadah rau-kattu

menjadi milik petugas tersebut; setelah ia mengambil barang kepada keluarga inti dari pihak

ayah dan ibu. Setelah itu, juru bicara keluarga akan menyampaikan isi hati keluarga kepada

undangan lalu di tutup dengan acara makan bersama dan ciuman perpisahan.43

Versi Liae

Masyarakat Liae mempunyai keunikan khusus dalam pelaksanaannya, yaitu acara rau-

kattu dilaksanakan pada bulan Hole yaitu bulan syukur panen. Sehari atau dua hari Sehari atau

dua hari setelah upacara Hole, maka keluarga-keluarga yang bersangkutan diperbolehkan untuk

membuka acara rau kattu. Petugas yang membawa rau kattu akan masuk dari pintu haluan dan

menaruh rau kattu di bagian tiang haluan rumah (tarru d’urru) bila yang meninggal laki-laki.

Kalau perempuan, maka petugas masuk dari pintu buritan dan meletakkan rau kattu di bagian

kiri tiang haluan rumah: tanpa bicara. Tuan rumah, menyiapakan makanan nasi sorgum dan

daging ayam, lalu petugas masak akan membawa sajian tersebut dalam wadah: kerigi (nasi

ditaruh pada tempat semacam piring dari anyaman daun lontar), kab’a rai (kuah daging ditaruh

dalam wadah yang terbuat dari tanah liat), kab’a nyiu (air minum yang ditaruh dalam tempurung

42

Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Namata 10 Juli 2016 43

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt. Paoina Bara Pa 10 Juli 2016

Page 25: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

62

kelapa). Sajian-sajian ini diberikan kepada beni ha’u rau kattu (perempuan yang memangku rau

kattu) sebagai sesajen untuk menyuap si mati (seolah-olah) sambil berkata I’a d’oke hammi ei

donahu, happo ke henga artinya tak dapat lagi minum air gula, karena napas sudah putus.

Ucapan ini disambut keluarga dengan tangisan atau ratapan yang menuturkan silsilah si mati.

Para kerabat inti yang ada diluar rumah akan naik ke ruangan di dalam rumah untuk menerima

pembagian barang (pakaian, sarung dan selimut) rau kattu yang dibagikan oleh petugas. Barang-

barang yang dibagikan harus diterima tanpa protes. Entah suka atau tidak suka. Apapun yang

harus diberikan harus diterima. Acara buka rau-kattu biasanya dilakukan pada malam hari

karena kemungkinan disesuaikan dengan aktifitas masyarakat sebagai petani sadap lontar yang

bekerja pada pagi dan petang hari, sehingga mereka hanya benar-benar punya waktu khusuk

pada malam hari. Selain itu cerita mengenai silsilah atau narasi silsilah hanya boleh diucapkan

atau diceritakan pada malam hari merupakan saat yang tenang. Bagi keluarga yang mampu,

acara buka rau-kattu juga disertai dengan acara yang dikenal tao leo dimana keluarga dihibur

dengan tarian penghiburan dimasa dukacita (ledo) yang diiringi tambur dan gong untuk beberapa

hari. Isi ruketu berupa pakaian si mati ditambah dengan rempah-rempah seperti pala, kencur dan

sepotong kayu cendana sebagai lamabang si mati.44

Dalam tradisi Liae, keluarga berduka pantang untuk melaut, melayat, menyiram tanaman

dan memberi makan hewan piaraan. Oleh karena itu, usai acara syukur (pemou) petugas

pembawa rau-kattu akan mencari kios terdekat untuk membeli “gula-gula atau permen” untuk

dibagikan kepada kerabat yang hadir. Tindakan ini merupakan simbol bahwa petugas telah

44

Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Liae 6 Juli 2016

Page 26: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

63

selesai melewati masa duka dan telah juga menyelesaikan tanggung jawab sehingga ia bisa

melaut pun melayat orang meninggal.45

Pada waktu rau-kattu dibuka, keluarga akan membicarakan serta menyelesaikan hal-hal

seperti ked’i (artinya: bangun). Ked’i merupakan acara dimana seorang janda atau duda (suami

yang kawin masuk) akan diminta atau dibawa kembali oleh keluarganya. Sebab hubungan

perjanjian sebagai suami istri telah berakhir karena kematian. Acara ked’i dengan baik

tergantung pada percakapan dan kesepakatan kedua keluarga terutama jaminan bagi si istri dari

keluarga pihak suami dan anak-anaknya yang terus dipantau oleh keluarga pihak istri.46

Versi Kristen

Pertama, pihak keluarga dari Sabu mengutus salah satu orang untuk pergi kepada keluarga di

tanah rantau. Tujuan kepergian kepada keluarga di tanah rantau adalah untuk mengambil

pakaian, rambut, tulang, sarung atau selimut dari orang yang telah meninggal di tanah rantau.

Kedua, setelah mengambil rau-kattu dari tanah rantau maka bersama-sama dengan keluarga dari

tanah rantau berangkat ke Sabu. Setiba di Sabu membuat undangan untuk semua keluarga demi

menyaksikan barang bawaannya (rau-kattu). Ketiga, setelah keluarga berkumpul semuanya

dilaksanakan ibadah penghiburan sebagai bentuk bahwa jenazah telah berada bersama dengan

keluarga yang ada di Sabu. Setelah selesai ibadah penghiburan maka dilanjutkan dengan acara

buka rau-kattu. Acara ini dimulai dengan memberi minum air gula pada pakaian yang dibawa

tersebut, karena ia telah meninggal maka ia tidak bisa menerima maka disambutlah dengan isak

tangis sebagai bentuk bahwa orang itu sudah meninggal. Keempat, barang-barang bawaan (rau-

kattu) dibagikan kepada keluarga dan sanak sauadara yang datang. Kelima, keesokan harinya

45

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt Paoina Bara Pa 10 Juli 2016 46

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt Paoina Bara Pa 6 Juli 2016

Page 27: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

64

diadakan ibadah pengucapan syukur bersama dengan keluarga, sanak saudara dan kenalan yang

dipimpin oleh Pendeta. Setelah ibadah pengucapan syukur dilaksanakan acara makan dan minum

bersama dengan semua yang hadir. Khusus untuk masyarakat di Liae jamuan makan masih

dalam bentuk tradisional. Makanan disajikan di dalam anyaman piring yang terbuat dari daun

lontar (kerigi wore).47

Adapun tatacara pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made berdasarkan versi Kristen yang

dilaksanakan di daerah Liae (desa Ledeke):

Gambar 1 : Gambar Rau-kattu yang dibawa oleh Keluarga Djami dari Kupang. Rau kattu yang

dibawa dalam bentuk kain yang dibawa dengan beberapa barang seperti korek api, sabun mandi,

cengkeh, pala dan sirih pinang.

47

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt Paoina Bara Pa 10 Juli 2016

Page 28: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

65

Gambar 2 : Keluarga dari Kupang dan Keluarga di Sabu berkumpul dalam rumah (Kelaga) untuk

membuka Rau-kattu yang telah dibawa dari Kupang. Dalam tradisi Sabu buka rau kattu

dikelilingi oleh perempuan karena sewaktu seseorang dilahirkan ia membutuhkan sesama

perempuan. Demikian pula ketika seseorang meninggal, kematian menjadi urusan perempuan.

Gambar 3 : Saudara perempuan memangku Rau-kattu (dalam bentuk kain) dan salah seorang

memberi minum air gula. Setelah air gula diberikan tidak diterima oleh orang yang telah

meninggal tersebut. Keluarga yang menyaksikan bahwa orang tersebut sudah meninggal dan

disambut oleh isak tangis.

Gambar 4 : Rau-kattu (barang-barang bawaan) tersebut dibuka dan disaksikan oleh keluarga baik

oleh keluarga yang berada di Sabu maupun keluarga yang datang dari Kupang.

Page 29: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

66

Gambar 5 : Setelah rau kattu dibuka dan disaksikan oleh pihak keluarga maka selanjutnya rau

kattu (barang-barang bawaan) dibagikan kepada pihak keluarga.

Gambar 6 : Acara pada malam sewaktu buka rau kattu adalah ditutup dengan ibadah

penghiburan. Ibadah ini dihadiri oleh sanak saudara, kerabat, kenalan dan ibadah ini dipimpin

oleh pendeta.

Page 30: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

67

Gambar 7 : Kegiatan di pagi hari dalam rangka persiapan acara syukur rau kattu adalah dengan

pembunuhan hewan untuk persiapan jamuan makan siang.

Gambar 8 : Persiapan acara syukur rau kattu adalah dengan mempersiapkan jamuan makan siang

dengan kegiatan ibu-ibu memasak.

Gambar 9 : Kegiatan ritual pebale rau kattu do made adalah dengan ibadah syukur rau-kattu

dipimpin oleh Pendeta.

Page 31: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

68

Gambar 10 : Setelah selesai ibadah maka keluarga menyediakan jamuan makan siang. Dalam

tradisi adat di Liae, makanan masih disajikan dalam bentuk makanan secara adat yaitu makanan

ditaruh dalam anyaman daun lontar yang terdiri dari nasi dan daging. Sementara kuah dipisahkan

dan ditaruh dalam sebuah wadah yaitu wadah yang terbuat dari tempurung kelapa.

Gambar 11 : Setelah semua tamu dan keluarga selesai makan. Acara selanjutnya adalah sebelum

para tamu pamit untuk pulang ke rumah masing-masing maka keluarga akan membagikan

kepada setiap orang yang datang berupa nasi dan daging untuk dibawa pulang agar dapat

dimakan bersama dengan keluarga.

3.4 Narasi Tempat dan Identitas Kultural Orang Sabu Diaspora

Dalam pemahaman orang Sabu diaspora, tempat asal mereka adalah pulau Sabu. Tempat

asal menjadi tempat dimana seseorang dilahirkan. Bagi orang Sabu diaspora, ketika seseorang

dilahirkan di pulau Sabu maka ia akan dibuatkan ritus agar tidak melupakan pulau Sabu sebagai

tanah tuak dan gula. Ritus yang dilakukan ketika seseorang anak baru dilahirkan yaitu hapo ana.

Hapo ana adalah ritus menyambut kelahiran seorang bayi dalam keluarga. Selain itu, terdapat

beberapa ritus yaitu ritus pengguntingan rambut, pesta baptisan dan pemberian nama. Ritus

pengguntingan rambut dilaksankan setelah tiga hari dari kelahiran si bayi. Semua anggota

keluarga diundang hadir. Berbagai ternak dipotong (‘bada) seperti babi dan kambing, juga

Page 32: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

69

(penjau) jagung dan beras harus dipersiapkan. Bidan yang menolong persalinan harus hadir

dalam pesta itu untuk menerima upahnya.48

Pesta ini diadakan siang hari. Setelah semua peserta

ambil bagian dalam acara makan, mulailah pengguntingan rambut bayi untuk pertama kali.

Pengguntingan itu terjadi dua kali. Nenek si bayi membawa keluar dari dalam rumah. Dia duduk

di atas tikar yang dekat dengan pintu masuk rumah. Salah satu orang yang memiliki rambut lebat

maju ke depan. Di tangannya ada pisau yang sangat tajam dan sebuah mangkuk berisi air (‘wo

daba). Dia membasahi kepala si bayi dengan air dalam mangkuk. Selanjutnya dia mencukur

semua rambut di kepala bayi tadi. Kali kedua, semua rambut dicukur, kecuali rambut yang

terletak dibagian depan kepala.

Ritus pesta baptisan (titu ‘daba) adalah ritus baptisan untuk seorang anak dalam

kebiasaan orang Sabu kafir beralngsung pada bulan ‘dabba, yakni sekitar bulan Mei. Si ibu

mengisi sebuah mangkuk besar (kedula) dengan air. Si anak kemudian dimasukkan dalam air itu.

Si anak dicelupkan ke dalam air tiga kali berturut-turut. Selanjutnya, si ibu mengunyah sirih-

pinang. Dengan air ludah yang sudah berwarna merah si ibu membuat tanda salib di dahi

anaknya, juga di kedua pipi kiri dan kanan.49

Ritus yang ketiga adalah ritus pemberian nama.

Segera setelah tali pusat dipotong, si anak menerima nama dari orang tuanya (pehuni ngara).

Pemberian nama yang dilakukan oleh orang Sabu dilakukan dengan metode perdukunan yang

terkenal di residen Timor yaitu nama si anak diminta dari para leluhur (ama appu).50

Selanjutnya anak-anak ini merantau dan bahkan menetap di tanah rantau. Oleh karena itu,

ketika mereka ada di negeri perantuan mereka tidak boleh lupa terhadap pulau Sabu. Hal itu

dapat dilihat nilai-nilai kehidupan yang tetap terjaga dan dianut oleh anak-anak yang berada

48

Nuban Timo, Sabu Punya Cerita, 176. 49

Nuban Timo, Sabu Punya Cerita, 178. 50

Nuban Timo, Sabu Punya Cerita, 179.

Page 33: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

70

diperantauan. Nilai-nilai kehidupan tersebut seperti nilai cinta kasih, persaudaraan, solidaritas,

dll yang masih dipegang erat oleh mereka yang berada di tanah perantauan. Penggambaran orang

Sabu tentang pulau Sabu itu sendiri tergambar dari lirik lagu Elemoto yang menggambarkan

pulau Sabu sebagai sinar bintang indah dan terang. Lagu ini sebenarnya mau mengingatkan

bahwa anak-anak Sabu yang telah mengalami kesuksesan di tanah perantauan agar tidak bleh

lupa dengan kampung halaman berserta dengan adat-istiadatnya. Hal ini juga terlihat dalam

kehidupan keluarga dan anak-anak yang melaksanakan ritual pebale rau kattu do made. Anak-

anak dari keluarga yang melaksanakan ritual ini datang dan memberi dirinya sebagai sumber

daya untuk membangun kampung halamannya sesuai dengan talenta setelah melihat kampung

halamannya dari dekat.

Narasi tempat bagi orang Sabu diaspora yang telah meninggal adalah mereka ingin

meninggal dalam persekutuan keluarga, rumah dan kampung halamannya. Setiap orang Sabu

yang telah merantau ke luar Sabu pasti memiliki kerinduan untuk pulang dan berkumpul bersama

dengan keluarganya dalam sebuah rumah. Dalam kehidupan ini, kita memiliki kerinduan untuk

kembali ke rumah masa kecil di kampung halaman, merangkai setiap kenangan masa kecil di

kampung halaman, kadang rindu untuk berziarah lagi tertanam dalam jiwa. Dalam pengalaman

ada waktu-waktu tertentu dalam diri seseorang untuk kembali ke tempat-tempat masa kecilnya.51

Kerinduan untuk pulang dalam keadaan hidup untuk beristirahat di tengah keluarga dan

kampung halaman, tetapi siapa yang tahu akan terjadi sesuatu di masa yang akan datang? Jika

tak kembali dalam keadaan masih hidup atau dalam keadaan meninggal secara fisik di Sabu,

rindunya tetap membara untuk kembali ke rumah. Rindu untuk berada di tengah keluarga di hari

tua dan akhir hidup dinyatakan melalui ritual pebale rau kattu do made.

51

Hasil wawancara dengan Ibu Pdt. Paoina Bara Pa 10 Juli 2016

Page 34: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

71

Identitas kultural orang Sabu diaspora yang hidup adalah ketika mereka berada jauh dari

pulau Sabu maka mereka akan membentuk komunitas yang rapat yaitu komunitas “kampung

Sabu”. Tujuan pembentukkan komunitas kampung Sabu ini adalah untuk menjaga kesatuan

identitas. Kelompok “kampung Sabu” ini kemudian digambarkan sebagai kelompok minoritas.

Sebagai kelompok minoritas, mereka hidup dengan cara mereka sendiri, memegang teguh adat-

istiadat mereka dan menjaga nilai-nilai kehidupan yang dijunjung tinggi dalam kebersamaan

mereka. Dalam penggambaran sebagai masyarakat minoritas maka mereka juga hidup dalam

suatu kehidupan solidaritas yang tinggi antara satu dengan yang lain.

Identitas kultural orang Sabu disapora yang telah meninggal adalah ketika keluarga

melaksanakan ritual pebale rau kattu do made. Alasan keluarga melaksanakan ritual ini adalah

untuk menegaskan sekalipun seseorang telah meninggal di rantau tetapi identitas sebagai orang

Sabu tidak akan pernah hilang. Identitas orang Sabu itu tertanam dalam diri orang Sabu diaspora

sejak ia dilahirkan sampai ia meninggal.

Kesimpulan

Ritual pebale rau kattu do made adalah suatu ritual yang masih terus dijalankan oleh

masyarakat Sabu hingga saat ini. Dalam pelaksanaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Sabu,

ada 3 (tiga) versi yang dijalankan oleh masyarakat. Versi Kristen adalah satu versi yang masih

terus dilaksanakan oleh orang yang beragama Kristen Protestan yang tetap menghormati budaya

yang ada di Sabu. Pelaksanaan ritual ini berdasarkan versi Kristen ini diterima oleh gereja bukan

karena untuk melaksankan praktek agama suku, namun nilai-nilai yang terkandung dalam ritual

ini sangat kaya dan bermanfaat untuk hidup dalam sebuah kekerabatan dan persaudaraan.

Page 35: RITUAL PEBALE RAU KATTU DO MADE ORANG SABU …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10544/6/T2_752015025_BAB...Sejarah Pulau Sabu . Sejarah orang Sabu di mulai dari sebelum era penjajahan,

72

Pada awalnya, ritual pebale rau kattu do made ini hanya dipahami sebagai sebuah

identitas dari seorang Sabu diaspora. Ketika seorang Sabu merantau ke luar pulau Sabu, ia ingin

pulang dan berkumpul bersama dengan keluarga di tanah leluhur atau tempat asal. Namun,

dalam perkembangannya ritual ini menjadikan pulau Sabu memiliki makna yang sangat

mendalam yaitu sebagai rumah, rahim ibu dan tempat dimana banyak deposito memori

kehidupan.