Ripitabilitas Sapi Perah Di Desa Telogorejo

5
RIPITABILITAS SAPI PERAH DI DESA TELOGOREJO, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU, JAWA TIMUR Ari Prayudha, Mirsa Ita Dewi Adiana, Ivan Eriyanto Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Pendahuluan Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki peranan penting untuk pemenuhan gizi manusia. Hal tersebut dikarenakan susu mengandung banyak protein asal ternak yang mempunyai mutu gizi yang lebih tinggi dibandingkan protein nabati. Namun, pentingnya gizi dari susu tersebut tidak diimbangi dengan jumlah konsumsi susu masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Produksi susu bergantung pada tiga aspek, yakni bibit (genetik), pakan, dan manajemen. Oleh karena itu harus ada upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut. Produksi susu ditentukan oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Usaha peningkatan produksi susu harus memperhatikan mutu genetik ternak disamping pengendalian kondisi lingkungan yang ideal bagi sapi perah, sehingga dengan mutu genetik tinggi pada kondisi lingkungan yang optimal diharapkan dapat memberikan produksi yang maksimal. Salah satu syarat utama perbaikan mutu genetik ternak yaitu adanya pencatatan (recording) . Pencatatan yang diperlukan terutama pada identitas sapi, produksi susu, data reproduksi, dan kesehatn ternak. Pada umumnya seleksi pada sapi perah berdasarkan catatan produksi 305 hari, tetapi masalah yang sering terjadi di lapangan adalah pencatatan. Oleh karena itu diperlukan metode khusus yang significant untuk mengetahui mutu genetic sapi perah. Beberapa parameter genetik seperti ripitabilitas, merupakan tolok ukur dalam program seleksi dan dapat menentukan arahan terhadap hasil seleksi. Ripitabilitas atau repeatability berasal dari kata repeat yang berarti pengulangan dan ability yang berarti kemampuan. Dengan demikian ripitabilitas berarti kemampuan seekor individu/kelompok ternak sapi perah untuk mengulang produksi selama hidupnya. Ripitabilitas

description

ripitabilitas produksi susu sapi perah

Transcript of Ripitabilitas Sapi Perah Di Desa Telogorejo

Page 1: Ripitabilitas Sapi Perah Di Desa Telogorejo

RIPITABILITAS SAPI PERAH DI DESA TELOGOREJO, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU, JAWA TIMUR

Ari Prayudha, Mirsa Ita Dewi Adiana, Ivan Eriyanto Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Pendahuluan Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki peranan

penting untuk pemenuhan gizi manusia. Hal tersebut dikarenakan susu mengandung banyak protein asal ternak yang mempunyai mutu gizi yang lebih tinggi dibandingkan protein nabati. Namun, pentingnya gizi dari susu tersebut tidak diimbangi dengan jumlah konsumsi susu masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya.  Produksi susu bergantung pada tiga aspek, yakni bibit (genetik), pakan, dan manajemen. Oleh karena itu harus ada upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut.

Produksi susu ditentukan oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Usaha peningkatan produksi susu harus memperhatikan mutu genetik ternak disamping pengendalian kondisi lingkungan yang ideal bagi sapi perah, sehingga dengan mutu genetik tinggi pada kondisi lingkungan yang optimal diharapkan dapat memberikan produksi yang maksimal. Salah  satu   syarat   utama   perbaikan  mutu genetik ternak   yaitu  adanya   pencatatan (recording) .   Pencatatan   yang diperlukan terutama   pada  identitas   sapi,  produksi   susu, data   reproduksi, dan kesehatn ternak.   Pada umumnya  seleksi   pada  sapi   perah  berdasarkan catatan  produksi 305   hari,   tetapi   masalah  yang sering   terjadi   di   lapangan adalah pencatatan. Oleh karena itu diperlukan metode khusus yang significant untuk mengetahui mutu genetic sapi perah. Beberapa parameter genetik seperti ripitabilitas, merupakan tolok ukur dalam program seleksi dan dapat menentukan arahan terhadap hasil seleksi. Ripitabilitas atau repeatability berasal dari kata repeat yang berarti pengulangan dan ability yang berarti kemampuan. Dengan demikian ripitabilitas berarti kemampuan seekor individu/kelompok ternak sapi perah untuk mengulang produksi selama hidupnya. Ripitabilitas merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup (Noor, 2010).

MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan milik Bapak Sutiyo yang memiliki

kapasitas 22 ekor sapi perah jenis FH. Peternakan tersebut terletak di Desa Telogorejo, Kecamatan Bumiaji, Batu, Jawa Timur. Alasan pemilihan lokasi ini peternakan tersebut telah mempunyai catatan/recording yang cukup lengkap sebagai dasar dari penelitian ini dan mudah dijangkau. Bahan penelitian adalah catatan produksi susu sapi perah FH pada laktasi pertama sampai dengan laktasi ke empat. Metode yang digunakan yaitu observasi berupa wawancara dan pengamatan. Data primer diperoleh dari pengamatan dan pengukuran serta wawancara dengan pemilik peternakan secara langsung. Data yang diperoleh dibahas secara deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka.

Page 2: Ripitabilitas Sapi Perah Di Desa Telogorejo

HASIL DAN PEMBAHASAN Data produksi susu sapi perah yang digunakan adalah produksi susu sejumlah 10 ekor. Pemerahan susu biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pemerahan pagi hari dilakukan pada pukul 05.00 WIB dan sore hari pukul 14.00 WIB dengan interval waktu pemerahan 10 jam dan 15 jam. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pemerahan  susu    biasanya dilakukan  2  kali  sehari  yaitu  pagi  dan sore  hari.  Interval  waktu  yang  sama antara  pemerahan  pagi  dan  sore  hari akan  memberikan  perubahan    komposisi susu  yang  relatif  sedikit,  sedangkan interval  waktu  pemerahan  yang  berbeda akan  menghasilkan  komposisi  susu  yang berbeda  juga  (Sudono,  1985).  Umumnya  pada  perusahaan  sapi  perah,    pemerahan pagi  hari  dilakukan  pada  pukul  05.00 WIB  dan  sore  hari  pukul  14.00  WIB dengan  interval  waktu  pemerahan  9  jam dan  15  jam.  Hal  ini  akan  memberikan perbedaan  komposisi  susu  yang dihasilkan. (Mardalena, 2010). Ransum yang diberikan berupa hijauan segar yang terdiri dari rumput gajah, rumput raja, rambanan dan rumput bulu dan konsetrat terdiri dari dedak halus, ampas tahu, dan air minum diberikan ad- libitum.

Tabel 1. Rata-rata produksi susu pada Laktasi I, II, III, dan IV pada sapi perah FH

Sapi FHLaktasi I

(liter)Laktasi II

(liter)Laktasi III

(liter)Laktasi IV

(liter)Total (liter)

1 16 18 20 20 742 22 22 24 20 883 27 27 27 18 994 16 18 18 12 645 27 30 30 25 1126 20 20 24 20 847 24 24 24 24 968 15 18 18 22 739 20 20 20 12 72

10 15 18 18 22 73

∑X = 16 + 18 + .... + 22 = 835∑X2 = 162 + 182 + .... + 222 = 18.175∑Xi

2 = 742 + 882 + .... + 732 = 71.775FK = (∑X) 2/n = 8352/40 = 17.430,625JKtotal = ∑X2 – FK = 18.175 – 17.430,625 = 744.375JKb = ∑Xi

2/ni – FK = 71.775/4 – 17.430,625 = 513,125JKW= JKpengukuran/induk = JKtotal – JKinduk = 744.375 – 513,125 = 231,25

Tabel 2. Analisi Ragam

Variance db JK KTKomponen

KTBetween individu

9 513,125 57,013 2w + K2

b

Within individu

30 231,25 7,709 2w

Total 39 744,375

Page 3: Ripitabilitas Sapi Perah Di Desa Telogorejo

2w = 7,709

2b = 12,326

R = 0, 615

Nilai ripitabilitas berkisar antara 0 dan 1, dapat digolongkan pada 3 katagori, yaitu kurang dari 0,2 termasuk rendah, 0,2-0,4 sedang dan di atas 0,4 tinggi. Dari hasil perhitungan berarti nilai ripitabilitas termasuk tinggi. Kegunaan ripitabilitas adalah :

1. Mengetahui penambahan respon dengan catatan berulang. Dalam menentukan culling (pengafkiran), apabila ripitabilitas tinggi maka keluarkan hewan yang berproduksi rendah pada laktasi pertama tetapi apabila ripitabilitas rendah, pengafkiran ditunggu sampai laktasi berikutnya.

2. Menduga performans yang akan dating berdasarkan catatan masa lalu atau dapat mengestimasi kemampuan berproduksi hewan tersebut.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar 61% dari ragam produksi susu disebabkan oleh perbedaan antar individu, selain itu juga memiliki arti kemampuan seekor individu/kelompok ternak sapi perah untuk mengulang produksi selama hidupnya. Secara statistik ripitabilitas merupakan korelasi/kemiripan antara catatan, misalnya antar laktasi pada sapi perah.

KESIMPULANBerdasarkan hasil praktikum nilai ripitabilitas sapi perah di peternakan Bapak Sutiyo termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian ripitabilitas merupakan sebuah ukuran (nilai fenotipik) kekuatan yang berulang-ulang dari suatu sifat dalam suatu populasi atau sebuah ukuran kekuatan (konsistennya) suatu sifat dalam suatu populasi.

DAFTAR PUSTAKA

B. Utomo dan Miranti D P.  2010. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Yang Mendapat Perbaikan  Manajeman Pemeliharaan . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Caraka Tani XXV No.1

Karnaen dan J Arifin. Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan  Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3,  dengan Gabungannya. Animal Production 11 (2)  135 ‐142.

Mardalena. 2008. Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah  Peranakan Fries Holstein . Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. XI.  No.3.

Subandriyo. 2010. Seleksi pada induk sapi perah berdasarkan Nilai Pemuliaan.  (Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan, Bogor).

Rice, V.A., F.N. Andrews, E.J Warwick and J.E. Legates. 1957. Breeding and Improvement of Farm Animals. McGrow-Hill Book Company Inc. Kogakusha Company, Ltd. Tokyo.

Warwick, E.J., J. Everett, and J.E. Legates. 1979. Breeding and Improvement of Farm Animals. 7th Ed. McGraw-Hill Book Co., New York.

Warwick, E.J., J. Maria Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1983. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Indonesia.