RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen...

26
RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN HAK ATAS KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN DI JAWA BARAT DAN ACEH SINGKIL Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia 2017

Transcript of RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen...

Page 1: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENELITIAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN HAK ATAS KEBEBASANBERAGAMA DAN BERKEYAKINANDI JAWA BARAT DAN ACEH SINGKIL

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia2017

Page 2: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| ii

Maret 2017

Dipublikasi oleh: Desk KBB Komnas HAM dan HRWG

Pembaca Ahli: M. Imdadun Rahmat

Penulis: Jayadi Damanik

Tim Peneliti: Yhodisman Shoratta Nurjaman Abdul Hakim Vella Okta Rini Hafid Ghazali Ali Sobirin Dwi Novita RiniMuhammad Hafiz

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik IndonesiaJl. Latuharhari No. 4B Menteng Jakarta Pusat 10310,Telp. 62-21- 3925230, Fax : 62-21-3925227, E-mail : [email protected], Website : www.komnasham.go.id iii Kata

RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN HAK ATAS KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN DI JAWA BARAT DAN ACEH SINGKIL

Page 3: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

iii |

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

I. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat dan Aceh Singkil

II. Metode Penelitian A. MetodePemilihanWilayahPenelitian B. Metode Pengumpulan Data C. Metode Analisis Temuan

III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lahirnya Kebijakan A. Tekanan Kelompok Intoleran B. Belum Kuatnya Pengetahuan dan Kesadaran terhadap Norma-

norma Hak atas KBB C. Problem pada Kebijakan yang Lebih Tinggi D.MengistimewakanAjaranAgamaTertentu

IV. Beragam Kebijakan Pemerintah Daerah A. Deskripsi Kebijakan Pemerintah Daerah yang Melanggar Hak

atas KBB B. Deskripsi Beragam Kebijakan yang Melanggar Hak atas KBB C. Deskripsi Kebijakan Daerah Berdasarkan Keseluruhan Isu/

Aspek KBB D.Deskripsi Kebijakan Daerah Berdasarkan 3 Problematika

UtamadiSetiapDaerah E. Deskripsi Kebijakan Daerah Berdasarkan SKPD/Perangkat

Pemerintah Daerah

V. Rekomendasi A. Kepada Pemerintah Kota Bandung B. Kepada Pemerintah Kota Bogor C. Kepada Pemerintah Kota Bekasi D. Kepada Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya E. Kepada Pemerintah Kabupaten Kuningan F. Kepada Pemerintah Kabupaten Cianjur G. Kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil

VI. Penutup

iv

1

2223

557

89

1111

1212

14

17

1818181919202020

21

Page 4: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| iv

Kata Pengantar

Komnas HAM yang dalam hal ini adalah Desk KBB Komnas HAM pada 2016 telah melaporkan temuan penelitiannya tentang pelaksanaan kewajiban pemerintahdaerah dalam perlindungan hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) diJawaBaratyangdilakukandienamdaerah,yaituKabupatenCianjur,KabupatenTasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kota Bogor, Kota Bekasi dan Kota Bandung.Temuan tersebut telah disampaikan ke publik dalam Kongres Nasional Hak atas Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Jakarta pada 27 Februari 2016.

Setelah setahun berlalu, kini Desk KBB Komnas HAM kembali menyampaikantemuanterbarunyakepubliktentangsejauhmanakemajuanpelaksanaankewajibanpemerintah daerah dalammelindungi hak atasKBBdi enamdaerahJawaBarattersebut. Dengan kata lain, laporan penelitian ini disusun dengan menelitikondisi terkini (2017) dengan membandingkannya dengan kondisinya pada tahun sebelumnya, sebagaimana yang telah dilaporkan pada tahun lalu (27 Februari2016).

Selain melaporkan kemajuan pelaksanaan kewajiban pemerintah daerah dalammelindungihakatasKBBdienamdaerahdiJawaBarattersebut,laporaninijugadilengkapidengankemajuanpelaksanaankewajibanpemerintahKabupatenAcehSingkil dalam melindungi hak atas KBB di daerah tersebut. Memasukkan temuan penelitian di Kabupaten Aceh Singkil ke dalam laporan ini dimaksudkan untukmemperkayawawasan semua pihakyang tertarik untukmembandingkan antaraAceh,khususnyaAcehSingkil,denganenamdaerahdiJawaBarattersebut.

Para pembaca diharapkan memperoleh informasi yang memadai dari Ringkasan Eksekutifini,sedangkanbagiparapembacayangmenginginkanuntukmemperolehinformasi yang rinci dapat memperolehnya dengan membaca Laporan Lengkapnya. RingkasanEksekutifinijugadiharapkandapatmemberigambaranmengenaitrendpelaksanaan kewajibanPemerintahDaerah dalammenjamin danmemenuhi hakatasKBBdiwilayah-wilayahtersebut.

Sebagai bentuk penghargaan Desk KBB Komnas HAM kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yangtulus kepada para peneliti atas kerjasamanya, baik dalam proses pengumpulandata maupun dalam penulisan laporannya. Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan Komnas HAM atas dukungannya terhadap kerja-kerja Desk KBB selama ini. Tidak lupa Desk KBB juga menyampaikan terima kasih kepada para pimpinan daerah di Kota Bandung, Kota Bogor, Kota Bekasi, KabupatenKuningan,KabupatenTasikmalaya,KabupatenCianjurdanKabupatenAcehSingkilatas kerjasama dan keterbukaannya dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan. Juga kepada Kedutaan Besar Kanada melalui kerjasamanya dengan Human Rights Working Groups (HRWG) yang telah mendukung pelaksanaan

Page 5: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

v |

penelitiandanroadshowketujuhPemerintahDaerahgunapenyempurnaanhasilpenelitianini.Akhirnya,semogaTuhanmembalasamalbaikkitasemua.

Jakarta,16Maret2017

Desk KBB Komnas HAM

Page 6: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 1

I. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Aceh Singkil

Seperti halnya pada tahun lalu (2016), dalampembicaraan tentang jaminan hakatasKebebasanBeragamadanBerkeyakinan(KBB)diIndonesia,JawaBaratlagi-lagimenarikperhatianyangcukupbesar.Dalambeberapatahunterakhir,ProvinsiJawa Barat kerap menjadi sorotan, karena dinilai sebagai provinsi paling tinggitindakpelanggaranhakatasKBBdanintoleransidiIndonesia.Beberapalembagaswadayamasyarakatyangmelakukanpemantauanrutinterhadapsituasikehidupanberagama dan berkeyakinan di Indonesia selalumenempatkan Jawa Barat padaurutanpertama,sebagaimanayangantaralaindilaporkanolehTheWahidInstitutedanSetaraInstitute.DeskKBBKomnasHAMdalamlaporanakhirtahunkebebasanberagama 2015 dan 2016 juga mencatat jumlah pengaduan tertinggi terkaitpelanggaranhakatasKBBberasaldariJawaBarat.

Hampir semua permasalahan sosial keagamaan berskala lokal maupun nasional pernahmunculdiJawaBarat,mulaidaripermasalahanrumahibadah,permasalahanJemaatAhmadiyah Indonesia (JAI), permasalahan Syiah hingga regulasi-regulasidaerah yang bernuansa keagamaan tertentu. Permasalahan-permasalahan tersebut tidak terpusathanyadi satu atauduawilayah,melainkanmenyebardi sebagianbesar kabupaten/kota di Jawa Barat. Dalam permasalahan JAI misalnya, ketikapada2011GubernurJawaBaratmenerbitkanPeraturanGubernurNo.12Tahun2011 tentang Larangan Kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Jawa Barat,tidak lama setelah itu beberapa Bupati danWalikota di Jawa Barat meresponsdengan megeluarkan kebijakan sejenis dalam lingkup kabupaten dan kota. Begitu pula ketika gelombang peraturan-peraturan daerah yang bernuansa keagamaantertentumenjadi trend di beberapa daerah di Jawa Barat, misalnya pengaturantentangbusanamuslim,peraturantentangPendidikanDiniyahdanyanglainnya.Akibatnyaadalahtrendtersebutmenginspirasiberbagaidaerah laindi luarJawaBarat.

Sepertihalnyapadapenelitiansebelumnya (2016),daripenelitian iniditemukanberbagai peraturan yang diduga kuat secara substansial melanggar hak atas KBB dan berpotensi melahirkan diskriminasi atas dasar agama dan keyakinan.

Khusus untuk gambaran umumnya di Aceh Singkil, dapat dikemukakan bahwapelanggaran hak atas KBB di daerah ini mencakup 3 hal, yaitu terkait denganpendirianrumahibadahumatKristen,favoritismeagamamayoritas,danpendidikanagamauntuksiswadisekolah.

Page 7: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

2 |

II. Metodologi Penelitian

A. Metode Pemilihan Wilayah Penelitian

Sebagaimana halnya pada penelitian sebelumnya (2016), penelitian pada 2017ini tetap dilaksanakandi enamdaerah di JawaBaratyangmeliputi3 (tiga) kotadan3(tiga)kabupaten,yakni:KotaBandung,KotaBogor,KotaBekasi,KabupatenKuningan,KabupatenTasikmalayadanKabupatenCianjursertaditambahdenganKabupatenAceh Singkil.Metode pemilihanwilayah penelitian inimenggunakanmetodepurpossivesampling,yaknipemilihansampelberdasarkanpertimbangantertentu. Pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah perihal kemajuan yangdicapaiolehenamdaerahdiJawaBarattersebutselamasatutahunterakhirdanmembandingkannyadengansatudaerahterpilihdiluarJawaBarat(yaituKabupatenAceh Singkil) yang notabene daerah ini juga tergolong sebagai yang pelanggaran hak atas KBB-nya cukup tinggi yang telah diadukan kepada Komnas HAM danhingga kini masih ditangani melalui tahap pemantauan dan/atau mediasi.

Pertimbangan lainyang jugadigunakandalampemilihansample tersebutadalahlaporandari beberapapihakyangmenemukan adanyaberbagai regulasi daerah,baik dalam bentuk Peraturan (regeling) maupun Keputusan (beschikking) yang didugamelanggarhakatasKBBataudiskriminatif.Regulasi-regulasitersebuthinggakini masih berlaku sehingga membatasi kebebasan beragama dan berkeyakinan sebagianwargamasyarakat.

Pemilihan tiga daerah kota dan tiga daerah kabupaten di Jawa Barat tersebutjuga didasarkan pada tujuan untuk membandingkan tingkat pelanggaran dandiskriminasiantarakeduakelompokdaerahtersebutdenganasumsiawalbahwasemakinurbansuatudaerah,makasemakinkosmopolitdanberagamkehidupandaerahtersebut.Dengandemikian,makadidugabahwajaminanhakatasKBBdidaerahkotaakansemakinbaikdantingkattoleransiwarganyaakansemakintinggi.Untuk memvalidasinya diperlukan juga pembandingnya yang dalam hal ini dipilih Kabupaten Aceh Singkil.

B. Metode Pengumpulan Data

Seperti halnya pada penelitian sebelumnya (2016), metode pengumpulan datayangdigunakandalampenelitian2017iniadalah:

1. Wawancaramendalam(in-depthinterview)denganberbagai informankunciyang relevan guna mengumpulkan berbagai pandangan dan informasi terkait isu ataukebijakanyangdidugamelanggarhakatasKBBataudiskriminatif,yakni:kepaladaerah,wakilkepaladaerah,kepalaKesbangpol,KantorKementerian

Page 8: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 3

Seperti halnya yang terjadi pada penelitian sebelumnya (2016), dalam prosespengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, jugaditemukan sejumlah kelemahan metodologis yang cukup mempengaruhi proses pengumpulan data pada penelitian ini (2017), antara lain instansi-instansi yangmenjadiinformantidakcukupsiapdalammenyediakandokumen-dokumenterkaitkebijakan KBB yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan lemahnya pengelolaan arsip yangadadimasing-masinginstitusiterkait(SKPD).

C. Metode Analisis Temuan

Sepertihalnyapadapenelitiansebelumnya(2016),berbagaitemuandaripenelitianinidianalisisdenganmenggunakanbeberapametode,yakni:

1. Analisis deskriptif, dilakukan dengan mendeskripsikan berbagai data dantemuan yang diperoleh dari semua metode pengumpulan data di atas,menghubungkannya dengan berbagai data dari sumber-sumber yang berbeda dan menarik kesimpulan berdasarkan berbagai kecenderungan yang ditemukan.

Agama,anggotaFKUB,DinasPendidikan,DinasDukcapil,komunitaskorban,pendamping korban dan lain-lain.

2. MonitoringMedia, dilakukan denganmengumpulkan berbagai pemberitaandi media cetak maupun online, baik media nasional maupun media lokal. Pemberitaan-pemberitaan yang dikumpulkan terkait dengan isu-isu keagamaan di daerah-daerah penelitian tersebut. Penggunaan pemberitaan media inisangat membantu dalam menemukan konteks suatu peristiwa keagamaanyangdinilaimelanggarhakatasKBBataudiskriminatif.

3. Observasi Lapangan, dilakukan dengan mengamati keadaan sosial danlingkungandidaerahpenelitian. Pengamatan dilakukan terhadap hubungan antara berbagai aktor yang terkait dengan isu KBB dan diskriminasi di daerah penelitian. Pengamatan juga dilakukan terhadap berbagai penanda yangberhubungan dengan isu-isu keagamaan.

4. Kajian Dokumen dan Literatur, dilakukan dengan kajian terhadap berbagaidokumen tertulis yang terkait dengan isu KBB dan diskriminasi, misalnya:Peraturan Daerah, Surat-surat Keputusan Kepala Daerah, Surat-suratKeputusanSKPDterkait,penelitian-penelitianterdahuludidaerahpenelitiandan berbagai dokumen lain yang relevan. Dalam penelitian ini, jangkawaktu kebijakan yang diteliti adalah kebijakan selama tahun 2016 danmembandingkannya dengan kebijakan pada tahun 2005 – 2015 yang telah ditelitisebelumnya(sebagaimanayangtelahdilaporkanpadaKongresNasionalHak atas KBB di Jakarta pada 27 Februari 2016) untuk mengetahui ada atau tidaknyakemajuanselamasatutahunterakhir.

Page 9: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

4 |

2. Analisis observatif, dilakukan denganmenarik kesimpulan dari observasi didaerah-daerah penelitian tersebut. Unit observasi adalah kabupaten atau kota yang memiliki permasalahan KBB dan diskriminasi. Oleh karena itu,analisis observasi berusaha menarik kesimpulan dari kondisi pelanggaran hak atasKBBdandiskriminasidienamdaerahpenelitiandiJawaBarattersebutpada tahun 2017 dan membandingkannya dengan temuan dari penelitiansebelumnya (2016) serta membandingkannya pula dengan Kabupaten Aceh Singkil.

3. Analisis perbandingan, dilakukan untuk menemukan derajat pelanggaranantardaerahkotadengaandaerahkabupaten,yangjugamembandingkannyaterhadap temuan dari penelitian tahun sebelumnya (2016), berikutperbandingannya dengan Kabupaten Aceh Singkil.

4. Analisis konten, dilakukan dengan menganalisis berbagai konten kebijakanyangdidugamelanggarhakatasKBBdandiskriminatif. Dengan metode ini dilakukan analisis terhadap bagian-bagian dari kebijakan-kebijakan tersebut yang diuji menggunakan 9 (sembilan) indikator pelanggaran hak atas KBB. Apakah bagian-bagian dari kebijakan tersebut sesuai atau tidak sesuaidengan norma-normaHAM khususnya KBB, perihal itu ditentukan denganmenggunakan indikator-indikator tersebut.

Page 10: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 5

III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lahirnya Kebijakan

Sepertihalnyapadapenelitiansebelumnya(2016),faktor-faktoryangmempengaruhiberagamkebijakanyangmelanggarhakatasKBBdandiskriminatifdiJawaBaratdandiAcehSingkilyangpalingdominanadalah:

A. Tekanan Kelompok Intoleran

Dari enam daerah di Jawa Barat yang diteliti Desk KBB Komnas HAM pada2017 ini, ditemukan bahwa salah satu penyebab utama lahirnya kebijakanyangmelanggarhakatasKBBadalahkuatnyatekanandarikelompokintoleranyangtidakmenghendakikeberadaankelompokatauidentitaskeyakinantertentuuntukhidupbersama. Kelompok-kelompok ini dapat berupa organisasi keagamaan maupun himpunan massa yang mengatasnamakan agama tertentu. Modus dan alasan yang digunakan kelompok-kelompok tersebut cukupberagam, antara lain:melakukanaksi-aksi demonstrasi, lobi ke pemangku kebijakan, penggalangan opini publik,intimidasilangsungkepadakelompokkorbanhinggatindakan-tindakankekerasansecara langsung.

Kondisi di enam daerah di Jawa Barat tersebut relatif tidak ada perubahannyadibandingkandengantemuanpadapenelitianDeskKBBpadatahunsebelumnya(2016).TidakhanyadienamdaerahdiJawaBarat tersebut,halyang sama jugaditemukan benar-benar terjadi di Kabupaten Aceh Singkil.

Terhadap tekanan-tekanan tersebut sayangnya respons Pemerintah Daerah seringkali ragu-ragu, bahkan mengikuti keinginan kelompok intoleran, meskiterdapat beberapa kemajuan,misalnya dalam kasus penolakan pendirianGerejaSantaClaradiBekasi,padatahunsebelumnya,karenakuatnyatekananpenolakankelompok-kelompok intoleran, Pemerintah Kota Bekasi membuat kesepakatandengankelompok-kelompokpenolakuntukmenghentikanaktivitaspembangunandanmenyetujuiprosesverifikasidatagereja,meskisemuapersyaratanpendiriangerejatelahlengkapdanIMBGerejatelahkeluar.Namundemikian,padapenelitian2017inidapatdilaporkanterjadiperubahan,yaituWalikotaBekasiRahmatEffendidengantegasberpegangpadahukumdantidakakanmencabutIMBGerejaSantaClara.“Selamasumpahmasihadadikepalasaya,sayatidakakanmencabut IMByangtelahditerbitkan,”tegasnya.TidaksepertihalnyadalamkasusGerejaSantaClaratersebut,responsPemkotBekasiterhadappenolakanberbagaielemenumatIslam atas keberadaan JAI di Kelurahan Jatibening Bekasi belum setegas yangseharusnya berdasarkan SKB 3 Menteri Tahun 2008 tentang Ahmadiyah.

Contoh lainnya adalah sebagaimana yang telah dilaporkan pada penelitiansebelumnya(2016),dalamkasuskeluarnyaSuratEdaranWalikotaBogortentangPelaranganPerayaanAsyurawargaSyiahjugasangatjelasmemperlihatkanperan

Page 11: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

6 |

kelompok intoleran.Bahkan sebelumkeluarnyaSurat Edaran tersebut,WalikotaBogor mengatakan bahwa musyawarah pimpinan daerah memutuskan untukmelarangperayaanAsyura,karenaadanyapotensigangguankeamanan.Mengenaihal ini, pada laporan penelitian 2017 ini dapat dikemukakan bahwa WalikotaBogormenegaskanpelarangantersebutberlakuhanyapadasaatitusaja,sehinggasetelahitutidakadalagipelaranganPerayaanAsyurawargaSyiahdiBogor,meskimengenaihal initidakdiperolehdataberupasurat (tertulis), sebagaimanaketikapelarangan Perayaan tersebut dilakukan dengan menerbitkan surat (tertulis).

Sebagaimana juga yang telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya (2016),dalam kasus keluarnya SK Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor No. 503/208-DTKP Tahun 2008 Tentang Pembekuan Izin Mendirikan Bangunan GKI Yasmin juga tidak lepas dari adanya tekanan kelompok intoleran yangmenolakpembangunanGerejatersebut.Mengenaihalini,padalaporanpenelitian2017inidapatdikemukakanbahwaWalikotaBogormenggagasopsi“berbagilahan”dimanadi lokasi tanah milik Gereja tersebut akan didirikan sebuah Masjid dan sebuah Gereja berdampingan, halmana pihak Gereja menyerahkan sebagian tanahnyauntuk digunakanmendirikanMasjid.Masih dinantikan realisasi gagasan ini olehPemkot Bogor, sebab berbagai pihak, termasuk pihak pemilik tanah (GKI) telahmenyetujui opsi tersebut.

Dalam kasus penahanan pemberian KTP Elektronik bagi warga JAI di ManislorKuningan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kuningan tidakterlepasdaritekanankelompok-kelompokyangmenolakkeberadaanwargaAhmadiyahdiKuningan.BaikdalamLaporanpenelitiansebelumnya(2016)maupundalamLaporanpenelitianini(2017),kondisinyatidakmengalamikemajuan,sebabkelompok-kelompoktersebuttetapsajamendesakPemerintahDaerahuntuktidakmenerbitkanKTP-elkepadawargaJAIKuningandenganalasankolomagamamasihdiisiIslam,sementaramerekatidakmengakuiwargaJAIsebagaibagiandariumatIslam.

Tekanankelompokintoleranternyatatidakhanyadiarahkankepadakepaladaerah,tetapijugakepadaaparatkeamanan/kepolisian.SepertihalnyaPemerintahDaerah,aparat kepolisian pun seringkalimengikuti tekanan-tekanan kelompok intoleranuntukmembatasihakatasKBBwarganegara.ContohkasuspelarangankegiatanKebaktianKebangunanRohani(KKR)yangdilakukanmassayangmengatasnamakanPembela Ahlus Sunnah (PAS) di Gedung Sabuga Bandung pada 6 Desember 2016. Dalam kasus ini, polisi justeru tidak mampu mencegah massa PAS melakukanpembubaran kegiatan KKR yang mengakibatkan terlanggarnya hak-hak peserta KKR melaksanakan ibadah.

Page 12: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 7

B. Belum Kuatnya Pengetahuan dan Kesadaran terhadap Norma-norma Hak atas KBB

Faktorlainyangjugaditemukandalampenelitianini(2017)adalahbelumkuatnyapemahaman sebagian aparatus pemerintah daerah terhadap kewajiban negaradalam menjamin hak atas KBB yang merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijaminKonstitusi. Lagi-lagi hal ini jugamerupakan salah satu faktoryangditemukandalampenelitiansebelumnya(2016).

Sebagaimanayangtelahdilaporkansebelumnya (2016),dalamkasuspenyegelanMasjidJAIdiBekasi,sebelummenyegel,pemerintahmengklaimtelahmelakukanlangkahpersuasifdengantetapmelakukanpembinaandanpengawasanterhadapkeberadaan organisasi/aliran Ahmadiyah agar kembali kepada aqidah dan syariat Islam bersama Kepala Kantor Kemeterian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). KebijakanPemerintahKotaBekasimelakukanpembinaanagarwargaJAIkembalike Islam sebagaimana yang diyakini MUI merupakan refleksi ketidakpahamanaparatuspemerintahyangberkewajibanuntukmenghormati(torespect)hakdankebebasanwargaJAImenganutkeyakinanyangmerekayakinitanpadiintervensiolehnegara.Mengenaihalini,padalaporanpenelitian2017inidapatdikemukakanbahwaWalikotaBekasisedangmengupayakanpeningkatanpengetahuanaparatuspemerintahnya, termasuk pemahaman tentang Fatwa MUI sebagai yang bukantergolonghukumpositifdiNegaraini.

Contoh lainnya, sebagaimana yang juga telah dilaporkan dalam penelitiansebelumnya (2016),dalamkasus terbitnyaberbagaiSuratKeputusan,Peraturan,SKB yang melarang atau mengawasi aktivitas JAI di Tasikmalaya, Bandung danCianjur juga menunjukkan belum kuatnya pemahaman tentang hak-hak beragama yangbolehdibatasiolehnegara,dimananegarahanyabolehmembatasihakatasKBB hanya dengan Undang-undang demi menjamin keamanan, keselamatan,kesehatan,moralpublikdanhakasasioranglaintanpadiskriminasi.

Dalam kasus pelarangan kegiatan Jalsah Salanah JAI Tasikmalaya misalnya,pelarangandilakukanolehPemkabTasikmalayadenganalasanadapotensikonflik,maka tindakan pelarangan diambil untukmemelihara keamanan, ketertiban danmencegah konflik. Pemkab Tasikmalaya tampaknya belum memahami denganbenar bahwa dalam konteks jaminan HAM, pelarangan atas hak menjalankanagamaataukepercayaantidakbolehdilakukandengancara-caradiskriminatifatauuntuk tujuan diskriminasi.

Begitu pula dalam kasus penambahan syarat khusus, yakni keharusan mengisiformulirpernyataanbukananggotaJAIuntukdapatdidaftarsebagai jemaahhajidi Tasikmalaya juga dapat dinilai sebagai bentuk pembatasan atau pengucilan sebagianwarga karena mereka adalah penganut Ahmadiyah yang berbeda dariumatmuslimmayoritas,yangmanapembatasanataupengucilaninitelahberakibatpadahilangnyaatauterkuranginyahakwargaJAIuntukdilayanidalampendaftaran

Page 13: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

8 |

jemaah haji. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 secara tegas disebutkanbahwa salah satu asasPelayananPublik adalah asas persamaandannondiskriminatif.

Tidak hanya di Jawa Barat, diAceh Singkil juga benar-benar ditemukan betapabelumkuatnyapengetahuandankesadaranterhadapnorma-normahakatasKBB,bahkanterkesanparaaparatuspemerintahdiAcehSingkiltidaklagimerujukpadaUUD1945 sebagaiKonstitusiyangmenjamin hak atasKBBdi daerah ini. Padapenghujung2016misalnya,di daerah ini diberlakukanQanunNo.4Tahun2016tentangPendirianTempat IbadahyangnotabeneQanun inihanyaberlakuuntukpendirian tempat ibadah non-muslim, padahal berdasarkan Nota KesepahamanPemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki Finlandia tertanggal 15 Agustus 2005 (Nota Kesepahaman Helsinki) dengan jelas dan tegas dinyatakanbahwaLegislatifAcehakanmerumuskankembaliketentuanhukumbagiAcehberdasarkanprinsip-prinsipuniversalhakasasimanusia(HAM),sebagaimanatercantum dalam Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hak-hakSipildanPolitiksertaKovenanInternasionalPerserikatanBangsa-bangsatentangHak-hakEkonomi,SosialdanBudaya”(vide:Butir1.4.2).Ketentuaninilagi-lagimenegaskanbahwapemerintahAcehdalammenyusunmaterimuatanQanunwajibberdasarkanpadaprinsip-prinsipHAMyanguniversal.DalamhubungannyadenganhakatasKBB,pemerintahAcehwajibmerujukpadaketentuandalamPasal18 ayat (1) Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Hak-hak SipildanPolitik(vide:Undang-UndangNomor12Tahun2005tentangPengesahanInternationalCovenantonCivilandPoliticalRights1966--UUNo.12/2005)yangmenegaskan,

“Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri dan kebebasan baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama dan kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, pentaatan, pengamalan, dan pengajaran”.

Berdasarkanuraiandiatas,jelasbahwasubstansiQanunNo.4Tahun2016itutidakbersesuaian dengan UUD 1945 dan Undang-Undang No.12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Hak-hakSipildanPolitik1966.

C. Problem pada Kebijakan yang Lebih Tinggi

Faktorlainyangjugaditemukandalampenelitianini(2017)terkaitdenganterbitnyaberbagaikebijakandaerahyangmelanggarhakatasKBBdanbersifatdiskriminatifadalahkarenaadanyaaturanyang lebihtinggiyangtidakcomplydengannormaHAM,khususnyajaminanhakatasKBB.

Page 14: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 9

Sebagaimana yang juga telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya (2016),terbitnya berbagai Surat Keputusan Walikota dan Bupati di Jawa Barat yangmelarangberbagaiaktivitaskeagamaanJAIdanmenutup tempat ibadahmerekatidak dapat dilepaskan dari keberadaan SKB 3 Menteri tahun 2008 tentangAhmadiyah dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No.12 Tahun 2011 tentangLaranganKegiatanJemaatAhmadiyahIndonesiadiJawaBarat.SalahsatutujuanPeraturan Gubernur No.12 Tahun 2011 tersebut misalnya menyebutkan untuk “melaksanakan pembinaan kepada Jemaat Ahmadiyah serta mengajak Jemaat Ahmadiyah untuk kembali kepada syariat agama Islam”. Tujuan tersebut tidaksejalandengannormaHAM,karenamenempatkanajaransalahsatuagamasebagaitujuankebijakannegarayangseharusnyamelindungisegenapbangsadanwarganegara.Sayangnya,setelahsatutahunberlalu,dalamlaporanpenelitianini(2017)kembalidicatattidakadakemajuanyangberartiterkaitdengankebijakantersebut.

Pada kasus terbitnya Keputusan Bupati Tasikmalaya pada April 2011 tentangPembentukan Tim Sosialisasi Peraturan Gubernur Jawa Barat No.12 Tahun2011, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya beralasan, bahwa meski PeraturanGubernurtersebutbertentangandengannormaHAM,tetapidalamkenyataannyaPeraturan Gubernur tersebut masih berlaku dan tidak ada pencabutan. Olehkarena itulah Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya merasa berkewajiban untukmensosialisasikannya.

Contoh lainnya, sebagaimana juga telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya(2016),PeraturanDaerahKotaBogorNo.16tahun2008tentangPenyelenggaraanAdministrasiKependudukan.Peraturaninitermasukperaturanyangdiskriminatif,karena melanjutkan ketentuan perundang-undangan di atasnya, yakni Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan yang masih membedakan penduduk yang agamanya diakui dan belum diakui dalam pelayanan administrasi kependudukan.Pembedaanwarganegarayangagamanyasudahdiakuidanbelumadalahtergolongdiskriminatif,karenamembeda-bedakanstatuskewarganegaraanseseorangberdasarkanlatarbelakangagamadankeyakinan.Lagi-lagisayangnya,setelahsatutahunberlalu,dalamlaporanpenelitianini(2017)kembalidicatattidakadakemajuanyangberartiterkaitdengankebijakantersebut.

D. Mengistimewakan Ajaran Agama Tertentu

Faktor lain yang juga ditemukan dalam penelitian ini (2017) adalah adanyakecenderungan sejumlah kebijakan di daerah yang diteliti hanya menonjolkannilai-nilaidanajaranagamatertentu.Faktor ini jugaditemukandalampenelitiansebelumnya (2016).

Sebagaimana telah dilaporkan sebelumnya (2016), Peraturan Walikota BekasiNo.68 Tahun 2013 tentang Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Sejarah dan Budaya Bekasi untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama tergolong

Page 15: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

10 |

diskriminatif. Beberapa materi muatan lokal mengesankan pemerintah sangatmenonjolkan agama mayoritas, sementara pada saat yang sama potensi dankeragaman agama dan keyakinan lain tidak diakomodir. Mengenai hal ini, padalaporanpenelitian2017inidapatdikemukakanbahwaWalikotaBekasimemandangperluya untuk mempelajari kembali kebijakan tersebut untuk adanya perbaikan di masa mendatang.

Contoh lainnya yang juga telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya (2016)adalah Renstra Kabupaten Tasikmalaya 2001-2005 yang kemudian dituangkan dalam Perda No. 13 Tahun 2001. Bagian dalam Perda tersebut yang kemudian menjadi bahan pro-kontra adalah adanya penyantuman visi Kabupaten Tasikmalaya yang religius/Islami sebagai pusat pertumbuhan di Priangan Timur. Namun demikian,menurutPemkabTasikmalaya,visi religius/islami ini bukanlah sebagaipengistimewaan, karena tidak dimaksudkan untuk mendiskriminasi warga non-muslim.Menurut salah satu pejabat Kantor KemenagTasikmalaya, visi religius/islamiinisebenarnyaadalah“jalantengah”atasmunculnyakeinginanmenerbitkanPerdaSyariatIslamdarisejumlahtokohmuslimdiTasikmalaya.Sayangnya,setelahsatutahunberlalu,dalam laporanpenelitian ini (2017)kembalidicatattidakadakemajuanyangberartiterkaitdengankebijakantersebut.

Di Cianjur juga sebagaimana yang telah dilaporkan sebelumnya (2016), terbitPeraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2006 tentang Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlaqul Karimah. Penggunaan terma-terma agama tertentu dalam Peraturan Daerahadalahtindakanmengistimewakan(favoritisme)terhadapagamatertentudan mendiskriminasi agama-agama lain. Lagi-lagi sayangnya setelah satu tahun berlalu, dalam laporan penelitian ini (2017) kembali dicatat tidak ada kemajuanyangberartiterkaitdengankebijakantersebut.

Kebijakan-kebijakanyang demikian ada di semua daerahyang diteliti, termasukdiAceh Singkil. Untuk itu, kiranya perlu ditegaskan bahwa dari sudut pandanghak asasi manusia, khususnya hak atas KBB yang diatur dalam Kovenan HakSipil danPolitik, kebijakan-kebijakannegarayangmengistimewakan agamaataukeyakinantertentusebenarnyadimungkinkanataubahkandiperbolehkan,namundengancatatanbahwapengistimewaantersebuttidakbolehmendiskriminasiataumenyebabkanterlanggarnyahakatasKBBwarganegaralainnya.

Page 16: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 11

IV. Beragam Kebijakan Pemerintah Daerah

Padabagianinidisajikan5hal,yaitumenyangkut:(a)deskripsikebijakanPemerintahDaerah yang Melanggar Hak atas KBB; (b) deskripsi beragam kebijakan yang melanggar hak atas KBB; (c) deskripsi kebijakan Pemerintah Daerah berdasarkan keseluruhan isu/aspek KBB; (d) deskripsi kebijakan Pemerintah Daerah berdasarkan 3 problematika utama di setiap daerah; dan (e) deskripsi kebijakan PemerintahDaerah berdasarkan SKPD/Perangkat Pemerintah Daerah.

A. Deskripsi Kebijakan Pemerintah Daerah yang Melanggar Hak atas KBB

Sebagaimanayang telah dilaporkan sebelumnya (2016) bahwa jumlah kebijakanyangdidugamelanggarhakatasKBBdandiskriminatifdienamKabupaten/KotadiJawaBarattersebutdiatassebanyak46kebijakan,baikkebijakanpositifmaupunnegatif-fiktif,denganrincian:19kebijakanterbitditigakabupaten:Tasikmalaya,Cianjur dan Kuningan; sementara itu 27 kebijakan terbit di tiga kota: Bogor,BekasidanBandung.Datatahun2016tersebutmenunjukkanbahwadaerahkota/pemerintah kota jauh lebih produktif dalam menerbitkan kebijakan-kebijakankeagamaanyangmelanggarhakatasKBBketimbangdaerahkabupaten/pemerintahkabupaten. Meski kota merupakan daerah yang lebih kosmopolit dari segi latar belakang warga yang mendiaminya, namun model pengelolaan keagamannyakurang menjadi perhatian. Pemerintah Kota pun masih terjebak dalam budayasektarian.

Temuan penelitian 2017 ini lagi-lagi menunjukkan hal yang sama pada temuanpenelitiansebelumnya(2016)tersebut,dimanadaerahkota/pemerintahkotalebihproduktifdalammelahirkankebijakan-kebijakankeagamaanyangmelanggarhakatasKBBketimbangdaerahkabupaten/pemerintahkabupaten.Dengankatalain,pemerintah kota pada laporan penelitian 2017 ini belum dapat dicatat sebagaiyang banyak mengalami kemajuan dalam hal memperbaiki berbagai kebijakannya dimasalaluyangtergolongmelanggarhakatasKBB,kecualiperbaikankebijakantertentu oleh pemerintah daerah tertentu saja, dalam hal ini adalah beberapakebijakan Pemerintah Kota Bandung dan Kota Bekasi.

BiladibandingkandenganKabupatenAcehSingkil,makakondisinyajugatidakjauhberbeda,sebabkemajuandidaerahinimasihdalam“penantian”,khususnyayangterkait dengan penerbitan IMB sejumlah rumah ibadah (gereja) di Aceh Singkil yangtelahdijanjikanolehPemerintahDaerahtersebut, tetapihinggakinibelumkunjung diterbitkan dengan beragam alasan.

Page 17: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

12 |

B. Deskripsi Beragam Kebijakan yang Melanggar Hak atas KBB

Sebagaimanayangtelahdilaporkansebelumnya(2016),ditemukankebijakanyangdidugamelanggarhakatasKBBdienamdaerahpenelitiandiJawaBaratdilihatdari aspek-aspekKBB, baik dalam katagori forum internum (kebebasanmemilihkeyakinandanagama),forumeksternummaupundiskriminasi.Dariketigakatagoritersebut,yangpalingbanyakkebijakanyangdidugamelanggarhakatasKBBadalahdalamkatagoriforumeksternum;diikutikebijakanyangdidugadiskriminatifatasdasar agama dan keyakinan serta pelayanan bidang keagamaan yang mencakup perkawinan,pendidikandanibadah;danselanjutnyadiikutikebijakanyangdidugamelanggar hak atas KBB dalam katagori forum internum (kebebasan menjalankan agama, ibadahdanpentaatanagama;masalahpendiriandanpenggunaanrumahibadah;dakwah,danpenyiaranagama;membentukorganisasiagama;memperolehstatuskeagamaan;pengajarandanpendidikanagama).Beberapakebijakanitutidakhanyamelanggarpadasatukatagori,melainkanjugamelanggarpadakatagoriyanglain.

Bilatemuanpada2016tersebutdibandingkandengantemuanpenelitian2017ini,makalagi-lagimenunjukkanhalyangsama,dimanakebijakanyangpalingbanyaktergolong diduga melanggar hak atas KBB adalah dalam katagori forum eksternum; diikutikebijakanyangdidugadiskriminatifatasdasaragamadankeyakinansertapelayananbidangkeagamaanyangmencakupperkawinan,pendidikandanibadah;dan selanjutnya diikuti kebijakan yang diduga melanggar hak atas KBB dalamkatagori forum internum (kebebasanmenjalankan agama, ibadah dan pentaatanagama;masalahpendiriandanpenggunaanrumahibadah;dakwah,danpenyiaranagama; membentuk organisasi agama; memperoleh status keagamaan; pengajaran danpendidikanagama).Beberapakebijakanjugatidakhanyamelanggarpadasatukatagori,melainkanmelanggarpadakatagoriyanglain.

Khusus di Aceh Singkil, kebijakan yang paling banyak diduga melanggar hakatasKBBadalahdalamkatagori forumeksternum;diikutikebijakanyangdidugadiskriminatifatasdasaragamadankeyakinansertapelayananbidangkeagamaanyang mencakup pendidikan dan ibadah; dan selanjutnya diikuti kebijakan yangdiduga melanggar hak atas KBB dalam katagori forum internum (kebebasan menjalankanagama,ibadahdanmasalahpendiriandanpenggunaanrumahibadah;pengajarandanpendidikanagama).Beberapakebijakanjugatidakhanyamelanggarpadasatukatagori,melainkanmelanggarpadakatagoriyanglain.

C. Deskripsi Kebijakan Pemerintah Daerah berdasarkan Keseluruhan isu/aspek KBB

Sebagaimanayangtelahdilaporkansebelumnya(2016),hakatasKBByangpaling

Page 18: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 13

banyakdilanggarolehkebijakan-kebijakandaerahdiJawaBaratadalahhakdakwahdan penyiaran agama. Hak ini adalah salah satu hak yang masuk katagori forum eksternum.Meskipunhakinibolehdibatasi,namundiperlukanpersyaratanyangketatuntukmembatasihaktersebut.HakdakwahdanpenyiaranyangpalingbanyakdilanggaradalahhakwargaJAIuntukberdakwahdanmenyiarkankeyakinanmerekadiruangpublik.HampirsemuakebijakanyangditelitimelarangkegiatandakwahdanpenyiarankeyakinanwargaJAIdenganalasantergolongsebagai“aliransesat”.

Bila temuanpada tahun2016 tersebutdibandingkandengan temuanpenelitianpada2017ini,makalagi-lagimenunjukkanhalyangsamaterusterjadi,tidakadakemajuan apa pun yang dicapai dalam hubungannya dengan hak dakwah danpenyiaranyangdialamiolehwargaJAI.

Hak berikutnya yang juga banyak dilanggar berdasarkan laporan sebelumnya (2016) adalah hak kebebasan memilih keyakinan dan agama. Hak ini termasuk sebagai hak dalam katagori forum internum yang tidak boleh dibatasi dalam keadaanapapun.Namundalampenelitian2017inilagi-lagiditemukanberbagaikebijakanyangsecarategasmelarangwargaJAIuntukmemelukkeyakinanmereka.Bentukpelarangantersebutadalahvonis“sesat”terhadapmereka.

Dua hak lainnya yang juga banyak dilanggar berdasarkan laporan sebelumnya (2016)adalahhakuntukmenjalankanagama,ibadahdanpentaatansertahakuntukmendapatkan pelayanan bidang keagamaan tanpa diskriminasi. Terkait pelanggaran terhadap hak untuk beribadah dan menjalankan agama, lagi-lagi korban palingbanyakadalahwargaJAIdibeberapadaerah,karenadidalamkebijakan-kebijakanyangditelitisecarategasdisebutkanadanyalaranganberaktivitasbagiwargaJAIdengan alasan yang sama seperti sebelumnya, yakni vonis sebagai aliran sesat.Pelanggaran-pelanggaran tersebut masih terus terjadi hingga kini (2017).

Terkait dengan pelanggaran hak untuk mendapatkan pelayanan keagamaan yang nondiskriminatifdiantaranyaterkaitdenganberbagaikebijakannegatif-fiktifyangtidakmemberisanksiapapunataumembiarkanberlangsungnyapraktikpelayanankeagamaanyangdiskriminatif, sepertihalnyapenolakanuntukmenikahkanolehpejabatKUAdenganalasanwargaJAIbukanIslamataupenolakanpelayananKTP-El juga dengan alasan yang sama. Pelanggaran-pelanggaran tersebut juga masih terus terjadi hingga kini (2017).

Khusus di Aceh Singkil, kebijakan dalam hubungannya dengan JAI ini tidakditemukan; yang ditemukan hanyalah kebijakan yang terkait dengan rumah ibadah (gereja)dandibidangpendidikanagamadisekolah,yaitupendidikanagamaKristen.

Page 19: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

14 |

D. Deskripsi Kebijakan Pemerintah Daerah berdasarkan 3 Problematika Utama di Setiap Daerah

Sebagaimana yang telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya (2016), bahwa3 urutan utama problematika KBB di Kabupaten Ciajur berturut-turut adalah:pendirian rumah ibadah umat Kristen, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, danfavoritismeagamamayoritas.Dalampenelitian2017ini,3urutantersebuttidakmengalamiperubahan.DiKabupatenCianjur relatiftidakmengalamikemajuan,denganringkasan,berikutini.Pertama,terkaitdenganpermasalahan7gereja:(a)terdapatkebijakannegatif-fiktif,yaitutidakditerbitkannyaIMB2gereja,padahalpermohonannya telah diajukan 1 tahun sebelumnya; dan (b) terdapat kebijakan negatif-fiktif, yaitu tidak dipastikannya lokasi (tempat) rencana pendirian gerejaOikumene yang dijanjikan sebelumnya. Kedua, terkait dengan JAI: (a) terdapatkebijakanberupaS.K.BupatiNo.21Tahun2005;(b)terdapatkebijakanPenyegelanMasjidJAI;dan(c)terdapatkebijakanpembiaranunjukrasadiMasjidJAI,padahalberdasarkanPasal 9Undang-UndangNo.9Tahun1998 jelas bahwa unjuk rasatidakbolehdilakukanditempatibadah.Ketiga,terkaitdengan“StateFavoritism”(favoritisme agamamayoritas)masih dipertahankannya: PeraturanBupatiNo.15Tahun2006tentangPakaianDinasHarianPegawaidiLingkunganPemerintahanCianjur; (b) Perda No.3 Tahun 2006 tentang Gerakan Pembangunan Masyarakat BerakhlaqulKarimahdiKabupatenCianjur;dan(c)PeraturanBupatiNo.18Tahun2012 tentang Pemberdayaan Pendidikan Diniyah Takmiliyah dan Pendidikan Al-Qur’andiKabupatenCianjur.

Khusus mengenai belum kunjung diterbitkannya IMB 2 gereja tersebut, dapatdicatatbahwaadalangkahmajudiKabupatenCianjurdalampemenuhanhakatasKBB,dimanapadapertemuandenganPemkabCianjurpada16Desember2016lalu, Pemkab Cianjur menyampaikan bahwa dari tujuh gereja yang mengalamipermasalahan perizinan, FKUB dan Kantor Kemenag Cianjur telahmenerbitkanrekomendasi untuk dua gereja. Saat ini proses perizinan kedua gereja tersebut masih belum selesai.

Sebagaimana telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya (2016), bahwa 3urutanutamaproblematikaKBBdiKabupatenTasikmalayaberturut-turutadalah:JemaatAhmadiyahIndonesia,Pelayanankeagamaankelompokminoritas(JAI),danfavoritismeagamamayoritas.Dalampenelitian2017ini,3urutantersebutjugatidakmengalamiperubahan.Namundemikian,dapatdicatatbahwaditemukanadanyasedikit kemajuan, yakni dalam kasus diskriminasi dalam pelayanan perkawinanterhadap dua warga JAI yang sebelumnya terjadi. Pada pertemuan tanggal 30Desember 2016 lalu, ditemukan adanya perbaikan pelayanan berupa keluarnyasatuAkteNikahwargaJAI.

Sebagaimanayangtelahdilaporkanpadapenelitiansebelumnya(2016),bahwa3urutan utama problematika KBB di Kabupaten Kuningan berturut-turut adalah:

Page 20: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 15

Jemaat Ahmadiyah Indonesia, pengakuan identitas keagamaan, dan pelayananadministrasikependudukan.Dalampenelitian2017ini,3urutantersebutjugatidakmengalamiperubahan.Namundemikian,dapatdicatatadanyasedikitkemajuandalam praktik pelayanan terhadap Akte Lahir warga Penghayat Kepercayaan.Dalam pertemuan konsultasi dengan Dinas Dukcapil Kabupaten Kuningan pada 29Desember 2016, ditemukan adanya penerbitanAkte Lahirwarga PenghayatKepercayaanyangtelahmencantumkannamakeduaorangtuanya,lebihbaikdaripraktik pelayanan sebelumnya yang hanya menulis nama ibu. Meski demikian,kemajuan ini tetap menyisakan problem besar, karena di Akte Lahir tersebutditambahkancatatanbahwapemilikAkteadalahhasildariperkawinanyangtidaksesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sebagaimanayangtelahdilaporkanpadapenelitiansebelumnya(2016),bahwa3urutan utamaproblematikaKBBdiKotaBogor berturut-turut adalah: pendirianrumah ibadah umat Kristen, Syiah, dan favoritisme agama mayoritas. Dalampenelitian2017ini,3urutantersebutjugarelatiftidakmengalamiperubahan,meskiadagagasanuntukmenyelesaikannya,dalamhaliniadalahpendirianrumahibadahumat Kristen (GKIYasmin) dengan opsi “berbagi lahan” dalam rangka pendirianGerejadanMasjidsecaraberdampingandilokasi;danperayaanAsyurawargaSyiahdiBogor.Mengenaihalyangterakhir ini,pada laporanpenelitian2017inidapatdikemukakan bahwa Walikota Bogor menegaskan bahwa pelarangan tersebutberlaku hanya pada saat itu saja, sehingga setelah itutidak ada lagi pelaranganPerayaanAsyurawarga Syiah di Bogor, meski mengenai hal ini tidak diperolehdata berupa surat (tertulis), sebagaimana ketika pelarangan Perayaan tersebutdilakukan dengan menerbitkan surat (tertulis). Namun demikian, pelaksanaanperayaanAsyurawargaSyiahdiKotaBogortelahdapatberlangsungpadaOktober2016lalu,meskimasihadasajapenolakan.Penolakantersebutdiresponsdengandengan mengerahkan beberapa anggota kepolisian untuk menjaga pelaksanaannya.

Sebagaimana yang telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya (2016), bahwa3urutanutamaproblematikaKBBdiKotaBekasiberturut-turut adalah:JemaatAhmadiyahIndonesia,pendirianrumahibadahumatKristen,danfavoritismeagamamayoritas. Dalam penelitian 2017 ini, 3 urutan tersebut juga tidak mengalamiperubahanmeski dapat dicatat bahwa dalam hal pendirian rumah ibadah umatKristen terdapat kemajuan, yaitu menyelesaikan permasalahan 4 gereja yangsebelumnya ditolak sebagian warga, yakni: Gereja Santa Clara, Gereja Galilea,Gereja Kalamiring dan Gereja Manseng. Keempat gereja ini sebelumnya mengalami kesulitanmendirikanrumahibadahnya,karenapenolakanyangterusmenerus.Kinimereka sudah dapat melanjutkannya, karena izin pendirian dari Pemkot Bekasisudah dimiliki.

SelainitudapatpuladicatatcapaianPemkotBekasiyangtidakhanyamenerbitkanIMBkeempat gereja tersebut, tetapi juga komitmenmempertahankankebijakanpemberian IMB tersebut, meskipun mendapat penolakan besar dari berbagaiOrmasdiKotaBekasi.AlasanWalikotaBekasiuntuktidakmencabutIMBtersebut

Page 21: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

16 |

adalah karena proses perizinan yang dilakukan gereja telah sesuai dengan hukum yang berlaku. Sikap ini telah membuktikan bahwa ketegasan dan keberanianWalikota Bekasi dapat menjadi solusi terhadap sikap-sikap intoleran dari sebagian masyarakat.

Sebagaimanayangtelahdilaporkanpadapenelitiansebelumnya(2016),bahwa3urutanutamaproblematikaKBBdiKotaBandungberturut-turutadalah:JemaatAhmadiyahIndonesia,pendirianrumahibadahumatKristen,danfavoritismeagamamayoritas. Dalam penelitian 2017 ini, 3 urutan tersebut juga tidak mengalamiperubahanmeski dapat dicatat bahwa dalam hal pendirian rumah ibadah umatKristen terdapat kemajuan.

Selain itu, dapatduladicatat adanyakebijakanWalikotaBandungRidwanKamilyangmenerbitkan ijin 2 gerejayang sebelumnyadipermasalahkan.Terlebih lagi,WalikotaBandungmenjaminbahwaijinyangtelahditerbitkantersebuttidakakandicabut, meskipun ada desakan dari sebagian warga. Hal ini dilakukan denganalasanbahwa ijin telahdikeluarkan karena telahmemenuhi seluruhpersyaratanyang diatur undang-undang.

Hal lain dari Pemkot Bandung yang juga dapat dicatat adalah komitmen Walikota Bandung untuk menjadikan Kota Bandung sebagai Kota ramah HAM. Hal ini ditunjukkan dengan komitmen untuk memajukan HAM di Bandung, misalnyamemintasetiapkelurahandiBandungmembuatlaporantentangpemenuhanHAMdiwilayahmasing-masing.Selain itu,PemkotBandung telahmembentukPanitiaRANHAM,dimanasalahsatu tugasnyaadalahmelakukanharmonisasiPeraturanDaerah agar sejalan dengan prinsip HAM, mendorong berbagai program SKPDagarsejalandengannormaHAM,sosialisasiHAMkeberbagaiinstitusipemerintahdan pendampingan kasus HAM.

SebagaisalahsaturealisasikomitmenPemkotBandungmewujudkanKotaHAM,pada 2016 Pemerintah Kota Bandungmenerbitkan tiga kebijakan penting yangmemperkuatperlindunganterhadaphakatasKBB,yaitu:(a)SuratEdarantanggal12Juli 2016 tentang Larangan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum (unjukrasa) /Demonstrasi di Tempat Ibadah; (b) Surat Edaran Walikota pada tanggal 7 Desember 2016 tentang penggunaan gedung pertemuan untuk kegiatan keagamaan yang bersifatinsidentil;dan(c)SuratEdarantanggal7Desember2016tentangJaminanMelaksanakan Ibadah Sesuai dengan Keyakinan.

Dalam kasus pelarangan KKR, Komnas HAM juga mencatat adanya kemajuanyangdiambilPemkotBandungdalammeresponsperistiwatersebut.Selainsecarategas meminta aparat kepolisian memproses secara hukum para pelaku pelarangan KKR,meminta ormas yang terlibat untukmemintamaaf, Pemkot Bandung jugamerealisasikan janji untuk menfasilitasi tempat pelaksanaan ulang KKR serta menjamin keamanannya. Hal itu dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2016.

Page 22: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 17

Biladaerah-daerahdiJawaBarattersebutdibandingkandenganKabupatenAcehSingkil,maka3 urutan utamaproblematikaKBBdi daerah ini pada tahun2017berturut-turut adalah: pendirian rumah ibadah umat Kristen, favoritisme agamamayoritas,danpendidikanagamauntuksiswadisekolah.

E. Deskripsi Kebijakan Pemerintah Daerah berdasarkan SKPD/Perangkat Pemerintah Daerah

Sebagaimanayang telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya (2016), berikutini adalah 11 institusi SKPD/Perangkat Pemerintah Daerah yang menerbitkankebijakanyangdidugakuatmelanggarhakatasKBBdandiskriminatifdiJawaBarat,yaitu: Walikota, DPRD, Bupati, Kankemenag, Kajari, Disdukcapil, Bakorpakem,Kesbangpol,DinasPendidikan,ForumMusyawarahDaerah,DinasTataKota.Darijumlahtersebut,institusiyangpalingbanyakdisebutberutut-turutadalahWalikota,diikuti DPR dan Bupati. Data ini lagi-lagi membuktikan Pemerintah Kota lebihbanyak melakukan pelanggaran hak atas KBB dibanding Pemerintah Kabupaten.

Bila dibandingkan dengan penelitian 2017 ini, maka kondisinya belum banyakberubah,kecualiterdapatbeberapakemajuandiKotaBandungdanKotaBekasi,khususnya dalam hubungannya dengan pendirian rumah ibadah umat Kristen.

Kiranya perlu ditambahkan, bahwa berdasarkan penelitian sebelumnya (2016)maupunpenelitian2017ini,ditemukanbeberapakebijakanyangdidugamelanggarhak atas KBB dan diskriminatif tidak hanya diterbitkan oleh satu institusi,melainkanmelibatkanbeberapa institusisekaligus.DalamkasusSKBAhmadiyahdiTasikmalayamisalnya,tidakhanyaditandatanganiolehBupatitetapijugaKajari,Dandim,KantorKemenag,dll.DalamkasuslahirnyaSKBAhmadiyahini,terdapatketerlibatan institusi non Negara, yakni MUI yang turut menandatangani SKBtersebut.Halinitentumenjadipertanyaan,mengigatFatwaMUIbukanlahhukumpositif, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Menteri Agama dan Kapolribeberapawaktulalu.

KhususuntukKabupatenAcehSingkil,SKPD/PerangkatPemerintahDaerahyangmenerbitkankebijakanyangdidugakuatmelanggarhakatasKBBdandiskriminatifdidaerah ini adalah:Bupati,DPRD,Kankemenag,Kajari,Kesbangpol,danDinasPendidikan.

Page 23: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

18 |

V. Rekomendasi

Rekomendasipenelitian2017initidakjauhberbedadarirekomendasipenelitiansebelumnya(2016),sebabyangmengalamiperubahanhanyalahuntukPemerintahKotaBandung,KotaBekasidansedikitperubahanuntukKotaBogor.

A. Kepada Pemerintah Kota Bandung

1. Mendorong Pemerintah Kota Bandung bersama Pemerintah Pusat dan Komnas HAM untuk terus meningkatkan program penguatan pemahaman dan komitmen HAM bagi aparatus pemerintah di Kota Bandung sekaligus menjadikan hak atas KBB sebagai salah satu indikator penilaian keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia.

2. Mendorong Pemerintah Kota Bandung bersama Pemerintah Pusat dan Komnas HAM untuk melanjutkan peninjauan ulang berbagai kebijakan daerah yang terkait bidang agama yang bertentangan dengan Undang-undang.

3. BersamaPemerintahKotaBandung,KomnasHAMuntukterusmeningkatkankerjasama dalam proses-proses penanganan kasus-kasus KBB.

B. Kepada Pemerintah Kota Bogor

1. Dalammerumuskanperaturandaerah,peraturanwalikota, suratkeputusan,suratedarandanregulasilainnya,PemerintahKotaBogordiharapkantidaklagimengulangi diskriminasiwargaminoritas, sebagaimana yang pernah terjadiditahun-tahunsebelumnyasertaeksklusifitasbagikelompok,organisasidanelemen tertentu harus dilanjutkan penghapusannya.

2. Peraturan daerah, peraturan walikota, surat keputusan, surat edaran danregulasi lainnyayangdibuat,dikeluarkandandiberlakukanmengikat semuamasyarakathendaknyatetapmengedepankanasaskemajemukansertatidakhanyamenonjolkanidentitaskeyakinantertentusecaraeksklusif.

3. Terus memberikan pemahamahan kepada jajaran Pemerintah Daerah dalam membuatregulasiyangterkaitKBBditingkatdaerahyangharusberlandaskanpada peraturan perundangundangan yang berlaku dan bukan berlandaskan pada sikap dari ormas-ormas intoleran.

Page 24: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 19

D. Kepada Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya

1. Tetap mendorong kepada Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya untuk meninjau ulang dan ataumerevisi peraturan perundang-undangan yang diskriminatifyang seharusnya telah direvisi di tahun lalu (2016).

2. Perlu peningkatan kapasitas aparat pemerintah Kabupaten Tasikmalaya agar lebih mengutamakan Kontitusi daripada desakan kelompok-kelompokmayoritas agar sikappengistimewaan terhadap salah satu kelompokagamabisa terhindarkan.Selainitu,agarfokuspembangunandaerahjugalebihmemprioritaskan kepada kemakmuran rakyat daripada memperbanyak simbolisasi agama tertentu di ruang publik.

3. Mendorong agar aparatus pemerintah lebih patuh kepadaKonstitusi untukmencegahtindakandiskriminatifkepadasalahsatukelompokwargamasyarakat.

C. Kepada Pemerintah Kota Bekasi

1. Meningkatkan pengarusutamaan KBB dan layanan publik non-diskriminatifdi lingkungan Pemerintah Kota Bekasi. Upaya ini dilakukan dengan terus melaksanakan pelatihan untukmeningkatkan kapasitas atau kegiatan-kegiatankreatiflain.

2. Melanjutkan penyelenggaraan forum reguler yang mempertemukan pemerintah danperwakilanmasyarakatKotaBekasi, termasuk di dalamnyakelompok-kelompok minoritas.Foruminipentinguntukterusmendorongadanya pengakuan pemerintah dan masyarakat terhadap kelompok minoritas. Forum ini dapat pula memanfaatkan forum-forum yang digelar dandibiayaipemerintahsepertiMusrenbang.

3. Menambah gugus-gugus tugas yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat sipil yang bertujuan merespons danmenindaklanjutikasus-kasuspelanggaraKBBdiKotaBekasi. Tujuan gugus tugas adalah untuk terus mendorong penyelesaian kasus-kasus KBB sepertipenolakanrumahibadah,Ahmadiyah,danlain-lain.

4. Terusmempromosikanpraktik-praktikbaikpenyelesaiankasus-kasusKBBdiKotaBekasimelaluiberbagaimediadaneven-evenkreatif. Di dalamnya ada upayamengangkattokoh-tokohataukisah-kisahinspiratif.

5. Memperkuat jaringan dan mendorong kelompok-kelompok toleran di Kota Bekasi dalam membangun perdamaian dan toleransi di Kota Bekasi.

Page 25: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

20 |

E. Kepada Pemerintah Kabupaten Kuningan

1. Mendorong Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk tetap komit menjalankan amanat Undang-undang Dasar yang menjamin setiap warga negara bebasmenjalankan agama atau kepercayaannya.

2. Mendesak Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk melaksanakan amanat Undang-undang tentang Pelayanan Publik yang tidak diskriminatif kepadasetiapwargaNegaraapapunagamaataukepercayaannya.

3. Mendesak Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk tidak tunduk padakehendak kelompok-kelompok masyarakat tertentu untuk mendiskriminasi danmelanggarhakKBBsetiapwarganegaraapapunagamadankeyakinannya.

4. Mendorong Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk terus berkomunikasi dengan Komnas HAM dalam rangka penyelesaian berbagai pelanggaran KBB dan diskriminasi.

F. Kepada Pemerintah Kabupaten Cianjur

1. Mendorong Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk tetap komit menjalankan amanat Undang-undang Dasar yang menjamin setiap warga negara bebasmenjalankan agama atau kepercayaannya.

2. Mendesak Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk melaksanakan amanat Undang-undang tentang Pelayanan Publik yang tidak diskriminatif kepadasetiapwargaNegaraapapunagamaataukepercayaannya.

3. Mendesak Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk tidak tunduk padakehendak kelompok-kelompok masyarakat tertentu untuk mendiskriminasi danmelanggarhakKBBsetiapwarganegaraapapunagamadankeyakinannya.

4. Mendorong Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk terus berkomunikasi dengan Komnas HAM dalam rangka penyelesaian berbagai pelanggaran KBB dan diskriminasi.

G. Kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil

1. Mendorong Pemerintah Daerah turut aktif dalam memudahkan prosesperijinan pembangunan rumah ibadah.

2. Mendorong Pemerintah Daerah membuat Peraturan Daerah yang tidakdiskriminatif dan ramah HAM, termasuk di bidang pendidikan agama disekolah,denganmelibatkanKomnasHAM.

Page 26: RINGKASAN yang terjadi pada penelitiansebelumnya (2016), dalam proses pengumpulan data dan dokumen di daerah-daerah penelitian tersebut, juga ditemukan sejumlah kelemahan metodologis

| 21

VI. Penutup

Demikianlahbeberapatemuanpenelitiandi6(enam)kota/kabupatendiJawaBaratdanAcehSingkilyangdapatdisajikandalamLaporanini.Laporaninibelumsempurna,sehingga terbuka untuk diberikan masukan atau saran bagi penyempurnaannya.

Terima kasih.

TimPeneliti.