Ringkasan pertemuan 6

37
1 BAB I TEMUAN AUDIT 1.1 Definisi Temuan Audit Temuan audit (audit findings) menurut Sawyer adalah penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima. Jadi temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang disajikan secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 1.2 Sifat-sifat Temuan Audit Temuan audit bisa memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Misalnya, temuan-temuan tersebut dapat menggambarkan: 1. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti pengiriman yang dilakukan tetapi tidak ditagih. 2. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya sendiri. 3. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif yang telah diganti dengan tariff yang lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan. 4. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal kalim tersebut bervariasi dalam jumlah dan signifikansinya. 5. Eksposur-eksposur risiko yang harus dipertimbangkan. Meskipun temuan-temuan audit seringkali disebut sebagai “kekurangan” (deficiency), banyak organisasi audit internal merasa bahwa istilah tersebut terlalu negatif; dan standar awal kelihatannya setuju dengan hal ini. Dalam kenyataannya, bahkan istilah temuan dianggap terlalu negatif di beberapa tempat. Kata-kata seperti “kondisi” dianggap lebih nyaman dan tidak memberikan ancaman, serta tidak menimbulkan tanggapan defensif di pihak klien. Walaupun sebutannya bisa bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain, konsep dasarnya bersifat universal. Apapun nama yang diberikan, suatu temuan audit menjelaskan

description

Audit Internal

Transcript of Ringkasan pertemuan 6

  • 1

    BAB I

    TEMUAN AUDIT

    1.1 Definisi Temuan Audit

    Temuan audit (audit findings) menurut Sawyer adalah penyimpangan dari norma-norma

    atau kriteria yang dapat diterima.

    Jadi temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan diuji

    selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang disajikan

    secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan.

    1.2 Sifat-sifat Temuan Audit

    Temuan audit bisa memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Misalnya, temuan-temuan

    tersebut dapat menggambarkan:

    1. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti pengiriman yang

    dilakukan tetapi tidak ditagih.

    2. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari perlengkapan

    perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya sendiri.

    3. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif yang telah

    diganti dengan tariff yang lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan.

    4. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam untuk klaim

    asuransi yang belum diterima padahal kalim tersebut bervariasi dalam jumlah dan

    signifikansinya.

    5. Eksposur-eksposur risiko yang harus dipertimbangkan.

    Meskipun temuan-temuan audit seringkali disebut sebagai kekurangan (deficiency),

    banyak organisasi audit internal merasa bahwa istilah tersebut terlalu negatif; dan standar awal

    kelihatannya setuju dengan hal ini. Dalam kenyataannya, bahkan istilah temuan dianggap terlalu

    negatif di beberapa tempat. Kata-kata seperti kondisi dianggap lebih nyaman dan tidak

    memberikan ancaman, serta tidak menimbulkan tanggapan defensif di pihak klien.

    Walaupun sebutannya bisa bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain, konsep

    dasarnya bersifat universal. Apapun nama yang diberikan, suatu temuan audit menjelaskan

  • 2

    sesuatu yang saat ini atau pada masa lalu mengandung kesalahan, atau sesuatu yang

    kemungkinan akan terjadi kesalahan.

    1.3 Ciri-ciri Temuan Audit yang Baik Terdapat tiga ciri temuan audit yang dikatakan baik, yaitu temuan audit harus didukung oleh

    bukti yang memadai, temuan audit harus penting (material), serta temuan audit harus

    mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab akibat).

    1. Temuan audit harus didukung oleh bukti yang memadai

    Ciri pertama adalah temuan audit seharusnya didukung oleh bukti yang mencukupi agar

    yakin tentang kebenaran isi temuan audit. Pengembangan temuan audit dengan dukungan

    bukti yang kuat akan mempermudah penyusunan laporan sekaligus mempermudah

    menyiapkan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan entitas yang diaudit.

    2. Temuan audit harus penting (material)

    Ciri kedua adalah temuan audit harus penting atau material. Penting dan tidaknya suatu

    temuan diindikasikan apabila pengguna laporan mengambil tindakan atau kebijakannya

    berdasarkan informasi yang ada dalam laporan atau temuan tersebut. Auditor judgment yang

    merupakan pertimbangan profesional auditor, juga merupakan faktor yang dominan dalam

    meningkatkan tingkat materialitas atau tingkat pentingnya suatu permasalahan.

    3. Temuan audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab-akibat)

    Kriteria berarti temuan tersebut sudah sesuai standar, ukuran, dan ekspektasi (yang

    seharusnya terjadi), kondisi berarti fakta yang ditemukan internal auditor saat melakukan

    pengecekan (yang sebenarnya terjadi), sebab berarti uraian dari perbedaan antara kondisi

    yang sebenarnya dengan yang seharusnya terjadi, serta akibat berarti risiko yang ditanggung

    perusahaan karena kondisi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan kriteria.

    Sering kali sulit membedakan secara jelas penyebab yang paling dominan terhadap suatu

    kondisi, mengingat demikian banyak variabel penyebab. Akibat yang ditimbulkan oleh

    penyebab tersebut dapat bervariasi. Untuk itu auditor dituntut untuk cermat dalam

    menentukan hubungan sebab-akibat dalam suatu temuan audit serta menentukan penyebab

    yang paling dominan. Mengenai unsur temuan akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian

    kriteria temuan audit.

  • 3

    1.4 Pendekatan Mengembangkan Temuan Audit Mengembangkan fakta-fakta dan rincian menjadi temuan audit yang signifikan dan dapat

    dilaporkan membutuhkan keahlian dan pengalaman. Apa yang dianggap kelemahan serius bagi

    orang awam bisa jadi merupakan hal sepele bagi seorang auditor internal yang profesional.

    Menemukan penyimpangan-penyimpangan kecil pada proses yang sedang berjalan relatif

    mudah. Auditor internal harus realistis dan adil dalam pertimbangan dan kesimpulan mereka.

    Mereka harus memiliki naluri bisnis yang baik untuk mengembangkan temuan-temuan mereka.

    Karena mereka membuat dan melaporkan temuan-temuan audit, auditor internal harus

    mempertimbangkan faktor-faktor ini:

    1. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis. Auditor internal harus

    mempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada pada saat kelemahan terjadi. Keputusan

    manajemen didasarkan pada fakta-fakta yang tersedia saat ini. Auditor internal seharusnya

    tidak mengkritik suatu kebijakan hanya karena mereka tidak setuju atau karena mereka

    memiliki informasi baru yang tidak tersedia bagi pengambil keputusan. Auditor internal

    seharusnya tidak mengganti pertimbangan audit dengan pertimbangan manajemen.

    2. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika sebuah temuan

    audit belum ditemukan secara mendalam untuk memuaskan seseorang yang objektif dan

    wajar, maka temuan ini tidak bisa dilaporkan.

    3. Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut tidak mutlak

    harus dikritik hanya karena kurang dari 100 persen.

    4. Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit. Mereka harus memeriksa dengan teliti

    untuk menemukan alasan-alasan dari temuan mereka. Setelah menghabiskan banyak waktu

    dan tenaga, auditor cenderung melindungi dan mempertahankan temuan mereka menghadapi

    pertanyaan-pertanyaan sempurna yang logis. Akan tetapi, temuan-temuan tersebut mungkin

    tidak dapat dipertahankan dengan berjalannya waktu atau bila dihadapkan pada pertanyaan-

    pertanyaan yang lengkap.

    1.5 Menambah Nilai (Adding Value) Dalam setiap aspek usaha, konsep menambah nilai (adding value) memiliki makna baru dan

    lebih jelas. Definisi terbaru mengenai audit internal secara khusus menyebutkan penambahan

    nilai. Fungsi-fungsi yang dianggap tidak menambah nilai berisiko untuk dirampingkan, atau

  • 4

    bahkan dihilangkan. Salah satu cara auditor internal menambah nilai adalah dengan meyakinkan

    bahwa temuan dan rekomendasi yang mereka berikan jelas berdampak positif bagi organisasi.

    Auditor internal tidak hanya harus yakin bahwa pekerjaan mereka memberikan kontribusi yang

    berarti bagi tujuan dan kesuksesan organisasi, mereka juga harus yakin bahwa kontribusi tersebut

    dipahami dan dinilai oleh yang lain.

    Temuan-temuan yang dihasilkan dari penelaahan awal-akhir cenderung sangat bermanfaat.

    Jika auditor internal mampu mendeteksi masalah-masalah kontrol potensial dalam sistem

    penelusuran persediaan terkomputerisasi yang baru diterapkan sebelum bukan sesudah

    dirancang dan diimplementasikan, organisasi bisa mendapatkan keuntungan besar. Temuan-

    temuan yang menghasilkan nilai terbesar seringkali mengalahkan kekuatan teknologi,

    memberikan perubahan yang positif, dan berorientasi ke depan. Temuan-temuan ini membantu

    organisasi bergerak maju dan mencapai sasaran-sasaran mereka.

    Temuan audit yang wajar dapat menghasilkan perbaikan dalam jumlah dolar atau rupiah

    yang besar, atau meningkatkan jasa, atau memperbaiki struktur dan proses organisasi. Auditor

    internal akan meningkatkan citra mereka sebagai penambah nilai, bukan sebagai pemakan

    sumber daya. Di sepanjang tahapan temuan-temuan audit, penting bagi auditor internal untuk

    tetap fokus menyediakan aktivitas-aktivitas dan jasa-jasa bernilai tinggi.

    1.6 Signifikansi Temuan Audit

    Auditor internal harus mempertimbangkan tingkat kerusakan yang bisa atau telah disebabkan

    oleh suatu kondisi kelemahan sebelum mengkomunikasikannya dengan manajemen. Untuk

    kebanyakan tujuan, temuan-temuan audit bisa diklasifikasikan menjadi tidak signifikan, kecil,

    atau besar.

    1. Temuan-temuan Tidak Signifikan

    Temuan yang tidak signifikan (insignificant findings) adalah semacam kesalahan klerikal

    yang dialami semua organisasi yang tidak memerlukan tindakan formal. Dalam kenyataannya,

    memasukkan temuan seperti ini kedalam laporan audit formal akan menjadi tidak produktif

    karena akan mengaburkan temuan signifikan yang sebenarnya pada laporan, yang

    mengimplikasikan bahwa auditor internal tidak dapat melihat perbedaan antara setitik noda

    dengan noda yang menyebar. Hal ini juga akan semakin mengukuhkan citra auditor internal

    sebagai seorang yanghanya memerhatikan hal-hal kecil.

  • 5

    Masalah-masalah yang tidak signifikan seharusnya tidak disembunyikan atau dilewatkan.

    Tidakan yang dapat dilakukan adalah:

    a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan orang yang bertanggung jawab

    b. Melihat apakah situasi tersebut telah diperbaiki

    c. Mencatat hal tersebut dalam kertas kerja

    d. Tidak memasukan penyimpangan kecil tersebut kedalam laporan internal audit resmi.

    Tetapi tidak berarti kesalahan yang klerikal yang bersifat acak tidak pernah dilaporkan. Jika

    kesalahan-kesalahan tersebut merupakan gejala-gejala dari masalah yang lebih besar, mungkin

    harus ada pelaporan. Kesalah tersebut mungkin mengidentifikasikan pelatihan karyawan yang

    kurang, pengawasan yang lemah, atau instruksi tertulis yang tidak jelas. Pada kasus-kasus ini

    kelemahan kontrol lah yang menjadi temuan audit. kesalah acak adalah murni membuktikan

    adanya kelemahan dan membutuhkan perhatian manajemen.

    2. Temuan-temuan Kecil

    Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan semata-mata kesalah

    manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka akan berlanjut sehingga merugikan

    dan walaupun tidak menggangu tujuan operasi organisasi, namun cukup signifikan untuk

    diperhatikan oleh manajemen. Beberapa temuan kecil lebihh baik dilaporkan dalam surat kepada

    manajemen (Management Letter).

    Misalnya, seorang pegawai yang telah mencampuradukkan kas kecil pribadi dengan milik

    organisasi melanggar aturan organisasi dan pratik bisnis yang baik. Tentu hal ini harus

    dilaporkan dan diperbaiki, jika tidak maka akan terus berlanjut atau menyebar.

    3. Temuan-temuan Besar

    Temuan-temuan besar (major findings) adalah temuan yang akan mengahalangi tujuan

    utama suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi. Misalnya, salah satu tujuan utama

    departemen utang usaha adalah hanya membayar utang usaha yang benar-benar sah. Sistem

    kontrol yang lemah yang bisa atau akan mengakibatkan kesalahan pembayaran yang akan

    mencerminkan kelemahan yang bisa menghalangi departemen mencapai tujuan utamanya.

    Oleh karen aitu, hal ini merupakan temuan audit yang besar dan harus dilaporkan.

    Memisahkan temuan audit yang besar dan kecil tidaklah mudah. Dibutuhkan

    pertimbangan audit yang baik untuk mebedakan keduanya. Namun jika tolok ukur yang baru

    saja dijabarkan bisa diterapkan secara wajar, maka ausitor internalharus mampu

  • 6

    mengklasifikasi temuan-temuannya. Dan karen amelibatkan pertimbangan audit, keputusan

    akhir mengenai apakah sebuah temuan harus diklasifikasikan sebagai temuan besar atau kecil

    merupakan tanggung jawab auditor internal, bukan manajemen.

    1.6 Elemen-elemen Temuan Audit Auditor internal bukanlah orang yang maha tahu dan mereka tidak bisa diharapkan untuk

    mengetahui semua hal tentang operasi yang sedang diaudit. Pengetahuan tentang temuan audit

    yang dapat dilaporkan merupakan masalah lain, karena auditor internal mempertentangkan

    kelayakan status quo. Mereka mencari sistem atau transaksi yang tidak memenuhi standar

    operasi yang berlaku. Tetapi auditor internal bisa mengharapkan adanya tantangan dan mereka

    harus mengetahui lebih banyak tentang temuan-temuan audit mereka. Fakta-fakta yang

    ditemukan auditor internal haruslah meyakinkan, kriterianya harus dapat diterima, dan logika

    yang digunakan juga harus meyakinkan.

    Kelayakan tindakan yang mereka lakukan paling baik diukur dengan membandingkannya

    dengan beberapa kriteria. Sama halnya dengan pengembangan temuan audit. Jika temuan yang

    dikembangkan memenuhi semua standar audit dapat diterima, maka temuan tersebut akan

    menjadi logis, wajar, dan meyakinkan. Temuan tersebut akan memberi stimulus untuk

    memotivasi tindakan perbaikan. Jika ada yang hilang dari temuan yang dilaporkan, maka temuan

    tersebut bisa dipertentangkan dan berakibat pada tindakan yang tidak menyenangkan atau

    bahkan tidak ada tindakan sama sekali.

    Kebanyakan temuan audit harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk di dalamnya

    latar belakang, kriteria, kondisi, penyebab, dampak, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap

    temuan audit yang mencakup elemen-elemen ini, baik eksplisit maupun implisit, akan menjadi

    argumen yang kuat untuk dilakukannya tindakan perbaikan. Temuan tersebut akan menunjukkan

    bahwa tidak ada rintangan yang dibiarkan dalam menyajikan masalah dan solusinya. Pada

    beberapa kasus yang unik, elemen penyebab mungkin tidak tepat. Suatu masalah mungkin

    diakibatkan oleh kondisi tertentu.

    Pembaca laporan harus diberikan informasi umum yang memadai agar dapat memahami

    sepenuhnya alasan-alasan mengapa auditor yakin bahwa temuan-temuan tersebut harus

    dilaporkan. Latar belakang juga dapat mengidentifikasi orang-orang yang berperan, hubungan

    organisasi, bahkan tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian. Hal tersebut harus bisa

  • 7

    menjelaskan secara umum lingkungan yang melingkupi operasi dan situasi yang menyebabkan

    auditor melaporkan temuan tersebut. Elemen-elemen temuan adalah sebagai berikut.

    1. Kriteria Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting dalam konsep kriteria:

    a. Tujuan dan sasaran, dapat mencakup standar-standar operasi yang mencerminkan apa

    yang diinginkan manajemen untuk dicapai oleh operasi yang diaudit.

    b. Kualitas pencapaian.

    Tidak memahami saran atau tujuan operasi bagaikan menilai patung dengan matu

    tertutup. Mungkin saja dilakukan penilaian atas bagian yang dipegang, namun konteksnya

    tidak tepat. Dalam mengembangkan temuan audit, auditor internal harus dengan jelas melihat

    dan memahami gambaran keseluruhan, serta bagian lainnya.

    Dalam setiap audit atas aktivitas, sasaran-sasaran kelayakan, efisiensi, ekonomis, dan

    efektivitas harus tercakup. Semua sumber daya harus digunakan tanpa terbuang percuma.

    Untuk menentukan seberapa layak efisien, ekonomis, dan efektifnya suatu operasi, auditor

    internal harus memiliki tolok ukur. Mereka harus mengidentifikasi standar atau kriteria

    kinerja yang valid. Sebelum mereka mengkritik apa yang terjadi, mereka harus tahu apa yang

    seharusnya.

    Standar-standar operasi mungkin sudah ada di beberapa bidang organisasi. Misalnya

    manajemen bisa menyatakan bahwa tingkat penolakan produk-produk tertentu tidak boleh

    melebihi 2%. Tetapi sebelum menerima standar ini, auditor internal harus menilai

    validitasnya. Dasar penentuan standar mungkin harus diteliti ulang dan auditor mungkin

    ingin membandingkan standar dengan organisasi-organisasi srupa dan memeriksa

    kewajarannya dalam memenuhi sasaran-sasaran perusahaan.

    Di sisi lain, manajemen mungkin belum memiliki standar yang teah ditetapkan. Dalam

    kasus ini, auditor internal dapat berpegang pada standara sebelumnya yang menyarankan:

    Kecermatan profesional mencakup pengevaluasian standar operasi yang ditetapkan

    dan menentukan apakah standar-standar tersebut dapat diterima dan telah tercapai. Jika

    standar-standar tersebut tidak jelas, interpretasi yang berwenang harus didapatkan. Jika

    auditor internal diminta mengintrepretasikan atau memilih standar-standar operasi,

  • 8

    mereka harus mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar yang diperlukan

    untuk mengukur kinerja operasi.

    Standar terkait erat dengan prosedur dan praktik. Prosedur merupakan intruksi

    manajemen yang umumnya tertulis, sementara praktik merupakan cara segala sesuatunya

    dilakukan, baik benar maupun salah. Prosedur yang lemah dapat mengakibatkan kondisi

    yang tidak memuaskan atau praktik-praktik yang lemah dapat melanggar prosedur yang

    memadai. Dalam membuat temuan-temuan audit, auditor internal harus berupaya ntuk

    menentukan praktik dan prosedur apa saja yang diterapkan atau yang seharusnya.

    Adanya prosedur yang salah atau tidak adanya prosedur yang layak bisa menjadi alasan

    mengapa dibutuhkan tindak perbaikan. Dibutuhkan keahlian yang memadai untuk menulis

    hal ini tanpa menimbulkan kesalahpahaman bagi pembaca. Hanya hal-hal penting yang

    seharusnya dilaporkan, hindari rincian-rincian yang tidak perlu. Misalnya saja auditor tidak

    menemukan adanya prosedur operasi tertulis sebagai perbandingan kondisi yang terjadi,

    tetapi praktik operasi melanggar praktik bisnis yang baik. Karyawan hanya menghabiskan

    setengah hari untuk pekerjaan mereka. Pengawasan lemah dan penggunaan meteran tidak

    diperiksa. Auditor membuat standar mereka sendiri berdasarkan prosedur administratif yang

    dapat diterima dan informasi yang dikumpulkan dari organisasi lain pada bidang yang sama.

    Audit yang mereka lakukan kemudian didedikasikan untuk menunjukkan akibat-akibat

    prosedur yang tidak memadai dan merekomendasikan cara-cara untuk memperbaikinya.

    2. Kondisi Istilah kondisi mengacu pada fakta-fakta yang dikumpulakn melalui observasi, pengajuan

    pertanyaan, analisis, verifikasi, dan investigasi yang dilakukan auditor internal. Kondisi

    merupakan ktaKondisi harus mampu menghadapi serangan apapun. Kondisi juga harus

    mencerminkan total populasi atau sistem yang ditelaah, atau dalam kasus terpisah, harus

    merupakan kelemahan yang signifikan. Klien harus menyepakati fakta-fakta yang disajikan

    meskipun mereka bisa saja memperselisihkan signifikansi yang dilekatkan auditor pada

    temuan-temuan tersebut.

    Klien bisa saja tidak menyetujui kesimpulan dan interpretasi audit, namun jangan pernah

    ada perbedaan dengan fakta-fakta yang mendasari kesimpulan. Suatu temuan bisa dianggap

    tidak layak apabila klien dengan valid menyatakan bahwa auditor internal tidak mendapatkan

  • 9

    fakta dengan benar. Hal ini menjadi tidak relevan. Jadi, kondisi-kondisi tersebut harus

    dibahasa di awal dengan orang-orang yang mengetahui fakta-fakta tersebut. Setiap

    pertentangan tentang fakta-fakta harus dipecahkan sebelum temuan-temuan dilaporkan.

    Auditor internal harus mempertahankan reputasinya dalam hal akurasi dan berbuat sesuai

    pengamatannya sehingga jika auditor berpendapat seperti ini atau itu, maka hal tersebut pasti

    benar.

    Sebagai contoh penggambaran kondisi yang dilaporkan, auditor internal menggunakan

    pengambilan sampel secara acak dalam memilih meteran untuk pengujian. Meteran yang

    dipilih dilepas kemudian diperiksa di laboratorium. Pengujian menunjukkan bahwa 17% dari

    meteran yang diuji tidak berfungsi sama sekali dan tambahan 23% berjalan lebih lambat

    dibandingkan standar yang ditentukan dalam ketentuan hukum.

    3. Penyebab Penyebab menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada, mengapa sasaran

    tercapai, dan mengapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi penyebab merupakan hal penting

    untuk memperbaikinya. Setiap temuan audit dapat ditelusuri penyimpangannya dari apa yang

    diharapkan. Masalah dapat diatasi hanya jika penyimpangan ini diidentifikasi dan

    penyebabnya diketahui.

    Menentukan penyebab merupakan latihan pemecahan masalah dan prosesnya mengikuti

    langkah-langkah klasik berikut:

    a. Kumpulkan fakta-fakta.

    b. Identifikasi masalah.

    c. Jelaskan hal-hal utama dari masalah.

    d. Uji penyebab-penyebab yang mungkin.

    e. Tetapkan tujuan-tujuan potensi tindakan perbaikan.

    f. Bandingkan tindakan-tindakan alternatif dengan tujuan dan secara tentatif pilih yang

    terbaik.

    g. Pikirkan keadaan-keadaan buruk yang dipicu oleh tindakan perbaikan yang telah dipilih.

    h. Pertimbangan bagaimana seandainya.

    i. Apakah terdapat kondisi-kondisimitigasi.

  • 10

    j. Rekomendasikan kontrol untuk memastikan bahwa tindakan terbaik benar-benar telah

    dilakukan.

    4. Dampak Dampak menjawab pertanyaan lalu kenapa. Anggaplah semua fakta telah disajikan,

    lalu kenapa/ siapa atau apa yang dirugikan, seberapa buruk? Apa konsekuensinya? Akibat-

    akibat yang merugikan haruslah signifikan, bukan hanya penyimpangan dari prosedur.

    Dampak merupakan elemen yang dibutuhkan untuk meyakinkan klien dan manajemen pada

    tingkat lebih tinggi bahwa kondisi yang tidak diinginkan jika dibiarkan terus terjadi akan

    berakibat buruk dan memamakan biaya yang lebih besar daripada tindakan yang dibutuhkan

    untuk memeprbaiki masalah tersebut.

    Untuk temuan-temuan keekonomisan dan efisiensi, dampak biasanya diukur dalam dolar

    atau rupiah. Dalam temuan-temuan efektivitas, dampak biasanya meupakan

    ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir yang diinginkan atau diwajibkan.

    Dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat diperlukan untuk suatu temuan audit.

    Jika tidak disajikan ke manajemen dengan memadai maka kecil kemungkinannya akan

    diambil indak perbaikan.

    Sebagai contoh dampak yang signifikan, auditor internal dapat menunjukkan melalui

    sampel mereka bahwa telah terjadi kehilangan pendapatan sebesar $2 juta per tahun. Mereka

    juga menunjukkan bahwa tarif air sangat tinggi secara tidak beralasan sehingga terjadi

    kelebihan pendapatan setidaknya $1.5 juta setiap tahun.

    5. Kesimpulan

    Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta; namun harus merupakan

    pertimbangan professional, bukan berisi rincian yang tidak perlu. Dalam membuat

    kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk memberikan kontribusi kepada

    organisasi. Jika auditor internal secara konsisten menyajikan kesimpulan yang bisa

    menghasilkan kinerja yang baru dan tingkatan kinerja yang lebih tinggi, menguranggi biaya

    dan meningkatkan kualitas ptroduksi, menghilangkam [ekerjaan yang tidak dibutuhkan,

    mendayagunakan kekuatan teknologi, meningkatkan kepuasan pelanggan, merningkatkan

    jasa, dan meningkatkan posisi kompetitif organisasi, maka audit internal jelas bernilai.

  • 11

    Kesimpulan dapat menekankan pemahaman auditor atas usaha organisasi dan hibungan

    fungsi yang diaudit terhadap perusahaan secara keseluruhan.

    Kesimpulan dapat dan seharusnya menyajikan tindakan potensial dan menunjukan bahwa

    manfaat memperbaiki kesalahaaan akan melebihi biayanya. Besarnya kerugian yang

    ditunjukan pada bagian dampak merupakan dasar dibutuhkannya tindakan perbaikan.

    Misalnya temuan menuntun auditor untuk menyimpulkan bahwa prosedur-prosedur harus

    diperbaiki. Meteran di atas usia tertentu harus diawasi, dan yang tidak memenuhi standar

    harus diganti Instruksi dan pengawasan harus diberikan kepada pengawas sehingga kinerja

    mereka bisa ditingkatkan.

    6. Rekomendasi

    Rekomendasi (recommendation) menggambarkan tindakan yang mungkin

    dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah dan untuk

    memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Rekomendasi harus positif dan bersifat

    spesifik. Rekomendasi juga harus mengidentifikasi siapa yang akan memperbaiki.

    Akan tetapi rekomendasi audit membawa bibit-bibit bahaya. Jika manajemen diberi tahu

    mengenai tindakan yang direkomendasikan auditor, maka tindakan tersebut bisa berbalik

    merugikan auditor. Mengidentifikasi kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung jawab

    audit. Memperbaikinya merupakan tanggung jawab manajemen.

    Sebaiknya auditor internal mengusulkan metode tindakan perbaikan untuk pertimbangan

    manajemen. Rekomendasi audit seharusnya tidak dilakukan secara membabi buta, tetapi

    dipertimbangkan bersama-sama dengan tindakan-tindakan lain yang mungkin dilakukan.

    Auditor internal tidak mendikte manajemen: dan pada akhirnya, manajemenlah, bukan

    auditor internal yang harus melakukan tindakan perbaikan.

    Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit adalah membahasnya

    dengan manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus

    dicapai kesepakatan mengenai fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk

    memperbaiki kekurangan. Kemudian, laporan formal bisa berisi pernyataan ini: kami

    membahas temuan-temuan kami dengan manajemen; dan sebgai hasilnya, tindakan telah

    diambil yang kami yakin telah diperhitungkan untuk memperbaiki kondisi yang telah

  • 12

    dijelaskan). Pendekatan ini tak menuntut auditor untuk mendikte, namun membangun

    hubungan dalam pemecahan masalah antara auditor dan klien.

    Kami yakin bahwa bentuk laporan ini lebih disukai untuk seperangkat rekomendasi audit

    yang kelihatanya menekankan klien dan meempatkan auditor sebagai atasan. Misalnya:

    Kami telah membahas temuan dan kesimpulan kami dengan manajemen. Sebagai

    hasilnya. Manajemen mengambil tindakan untuk mengganti 25.000 meteran lama atau yang

    tidak beroprasi dengan biaya $1 juta. Manajemen puas dengan tindakan ini karena akan

    menghasilkan tambahan pendapatan $2 juta setahun dan pada saat yang sama, mengurangi

    pendapatan tarif air sebesar $1,5 juta setiap tahun.

    Juga, manajemen mengambil langkah untuk mengutus sebuah tim ke beberapa organisasi

    utilitas, untuk memepelajari metode yang diterapkan dalam memeriksa meteran, mengawasi

    pemeriksaan meteran, dan mengawasi meteran untuk medeteksi meteran yang mulai rusak.

    1.7 Pembahasan Temuan

    Auditor internal sebaiknya mendiskusikan temuan audit dengan manajer dan karyawan

    berpengalaman mengenai hasil temuan audit untuk mewaspadai kemungkinan salah interpretasi,

    atau mungkin tidak membaca prosedur dengan layak.

    1.7.1 Pencatatan temuan audit

    Laporan aktivitas pencatatan temuan audit (Gambar 1) menjelaskan tentang:

    Organisasi yang bertanggung jawab

    Nomor identifikasi untuk temuan tertentu dan referensi untuk kertas kerja pendukung

    Pernyataan singkat mengenai kondisi

    Kriteria standar yang digunakan untuk menilai kondisi

    Temuan audit yang ada apakah merupakan pengulangan dari sesuatu yang ditemukan

    pada audit sebelumnya

    Arah, prosedur, atau instruksi kerja yang berkaitan dengan temuan audit

    Pengujian audit dan jumlah kelemahan yang ditemukan

    Penyebab mengapa penyimpangan terjadi

    Dampak aktual maupun potensial dari kondisi tersebut

    Tindakan perbaikan yang diusulkan dan/atau yang diambil

  • 13

    Pembahasan dengan karyawan klien dan mencatat tanggapan-tanggapan mereka, dan

    sifat tindakan, jika ada, yang mereka usulkan untuk diambil

    Laporan Pencatatan Temuan Audit (RAF) memberikan fleksibilitas karena RAF bisa

    diurutkan atau diurut ulang untuk memfasilitasi pelaporan formal. Fungsi RAF:

    Memberikan acuan untuk pembahasan, karena mencakup kebanyakan informasi

    yang dibutuhkan dalam satu lembar untuk menjelaskan masalah

    Pedoman untuk mengingatkan auditor mengenai hal yang diperlukan untuk

    memperoleh informasi untuk temuan yang dibuat secara mendalam.

    RAF harus diselesaikan di lapangan sehingga setiap elemen yang hilang atau tidak

    lengkap bisa diperbaiki tanpa membutuhkan kunjungan ulang ke tempat yang diaudit.

  • 14

    Gambar 1. Laporan aktivitas pencatatan temuan audit

  • 15

    Beberapa organisasi mengeluarkan suatu memorandum untuk setiap temuan audit

    yang signifikan untuk melaporkan kondisi, kriteria, sebab, dampak, dan tanggapan manajemen.

    Memorandum yang kemudian disebut Abstraksi Temuan (Gambar 2) ini kemudian

    didistribusikan secara luas di badan tersebut. Manfaat abstraksi temuan:

    Manajer senior bisa diberikan sarana pembelajaran yang cepat terhadap masalah

    saat ini dan tindakan yang diambil atau diperlukan untuk memecahkannya

    Manajer lapangan dapat menerima informasi mengenai masalah-masalah yang

    kemungkinan mempengaruhi pekerjaan mereka

    Laporan abstraksi dianalisis secara periodic untuk menemukan trennya. Saat

    dibawa ke manajemen senior, keseluruhan tindakan bisa diambil untuk

    memulihkan tren yang merugikan

    Kedisiplinan dalam menyiapkan laporan abstraksi sebelum ditulis membantu

    auditor internal lebih memperhatikan setiap kekurangan dalam pengembangan

    temuan audit mereka

    Penelaahan terpusat dalam abstraksi membantu menjaga program jaminan mutu

    yang dirancang untuk meningkatkan audit internal

  • 16

    Gambar 2. Abstraksi temuan audit

  • 17

    1.8 Keahlian komunikasi Laporan temuan audit harus ditulis dengan baik, dan masalah-masalah harus

    didefinisikan dengan jelas menggunakan istilah-istilah yang singkat, padat, dan tepat. Jika

    memungkinkan, bahasa laporan temuan audit harus diekspresikan dalam nada yang positif, dan

    istilah-istilah yang mendorong reaksi emosional dan defensif harus dihindari. pada saat yang

    sama, masalah kontrol serius, kecurangan, atau tindakan-tindakan ilegal harus selalu dipandang

    sebagai berita buruk, terlepas dari kemampuan komunikasi auditor.

    1.9 Penelaahan pengawasan Sebuah temuan audit secara definisi merupakan sebuah kritik. Mekanisme bertahan alami

    atas kritik-kritik tersebut sering kali dengan segera menghasilkan serangan terhadap kritik

    tersebut. Oleh karena itu, temuan audit harus mengatasi kritik. Setiap temuan audit yang

    dilaporkan harus melewati penelaahan pengawasan yang ketat, baik secara manual maupun

    elektronik dan penelaahan tersebut harus dibuktikan dengan tanda tangan penyelia atau indikasi

    persetujuan elektronik.

    1.10 Melaporkan temuan audit Beberapa perusahaan telah membuat ringkasan sebagai dasar utama bagi laporan audit

    internal. Ringkasan dibuat berdasarkan pengelompokan menurut subjek, lokasi, atau unit yang

    diaudit. Ringkasan menjelaskan ruang lingkup audit, menyajikan opini secara keseluruhan, dan

    menyajikan penilaian auditor atas operasi yang diaudit.

    1.11 Tindak lanjut

    Kepala bagian audit harus menetapkan proses tindak lanjut untuk mengawasi dan

    memastikan bahwa tindakan manajemen telah diimplementasikan secara efektif atau bahwa

    manajemen senior telah menerima resiko untuk tidak mengambil tindakan. (Standard 2500A.1)

    Hingga saat ini,belum ada kesepakatan mengenai tanggung jawab audit sehubungan

    dengan tindak lanjut. Temuan audit yang dilaporkan, yang dianggap valid oleh manajemen

    adalah resiko bagi perusahaan. Kondisi ini tetap menjadi resiko hingga selesai diperbaiki.

    Kegagalan untuk mengawasi resiko tersebut hingga selesai dikoreksi atau mingga manajemen

  • 18

    senior atau dewan telah menyatakan bahwa mereka akan menanggung resiko tersebut, harus

    dianggap sebagai tanggung jawab audit yang tidak dilaksanakan (Practise Advisory 2500.A1-1

    dari Proses Tindak Lanjut).

    Argumen lain menyatakan bahwa auditor tidak harus melakukan proses tindak lanjut,

    karena auditor tidak melaksanakan fungsi lini tetapi menilai kinerja fungsi lini.

    1.12 Kecukupan tindakan perbaikan

    Temuan-temuan audit dan tindakan yang diperlukan untuk mengimplementasikannya

    memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran sehingga tidak ada aturan kaku bagi kelayakn

    tindakan perbaikan yang bisa diterapkan di segala situasi.

    Secara umum, tindakan perbaikan seharusnya:

    Responsif terhadap kelemahan yang dilaporkan

    Lengkap dalam memperbaiki semua aspek material dan kelemahan yang ada

    Berkelanjutan efektivitasnya

    Diawasi untuk mencegah terulang kembali

    Namun, tindakan perbaikan dapat ditolak oleh auditor dengan alasan sebagai berikut:

    Tindakan tersebut tidak responsif

    Disebut tidak responsif jika tindakan perbaikan tidak berhubungan dengan kontrol

    atas sertifikasi

    Tindakan tersebut tidak lengkap

    Contoh: Hanya karyawan yang diperiksa auditor yang diambil tindakan

    Tindakan tersebut tidak berkelanjutan

    Yaitu jika tidak ada follow up atas kelanjutan tindakan yang dilakukan.

    Tindakan tersebut tidak diawasi

    Contoh: Tidak ada ketentuan untuk memastikan bahwa orang yang menangani

    bahan peledak telah mengikuti pelatihan dan memiliki sertifikat.

  • 19

    1.13 Kewenangan dalam status audit Salah satu kewenangan auditor internal adalah untuk melakukan perbaikan secara nyata

    atas temuan audit. Kewenangan ini harus disebutkan dengan jelas dalam akta audit internal.

    Temuan audit yang tidak segnifikan tidak perlu dilaporkan secara formal, sepanjang temuan

    tersebut telah diperbaiki secara layak. Apabila manajer operasional bersikeras menolak saran

    perbaikan, maka auditor internal dapat menghubungi atasan mereka. Seringkali makin tinggi

    tingkat manajemen yang dihubungi, makin objektif tanggapan mereka terhadap temuan.

  • 20

    BAB II

    DOKUMENTASI AUDIT

    2.1 Persyaratan Dokumentasi Audit Internal

    Para audit internal menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mereview catatan,

    analisis kinerja berdasarkan catatan tersebut dan mewawancarai karyawan di perusahaan pada

    berbagai tingkat level untuk mendapatkan informasi. Para auditor mengumpulkan informasi

    perihal audit yang dijalankan dalam rangka menghasilkan kesimpulan dan membuat rekomendasi

    yang tepat. Jika auditor tidak melakukan pencatatan terhadap temuan-temuan kecil yang timbul,

    maka para auditor menggunakan ingatan individu untuk menyimpulkan audit. Dokumentasi audit

    internal yang sedang berlangsung menjadi hal yang penting apabila auditor telah pindah tempat

    kerja saat suatu saat terdapat pertanyaan mengenai hasil audit yang sumber informasinya

    mengandalkan ingatan auditor saat itu.

    Dokumentasi audit internal mengacu pada penerbitan laporan audit, rencana audit, dan

    bahan-bahan laporan pendukung lainnya. Tentu saja, dokumentasi audit internal tidak boleh

    disimpan selamanya, dan fungsi audit internal harus menetapkan dan mengikuti beberapa standar

    minimum retensi dokumentasi. Contoh di United States memiliki peraturan Securities and

    Exchange Commission (SEC) mewajibkan catatan disimpan selama tujuh tahun setelah auditor

    menyimpulkan audit atau penelaahan terhadap laporan keuangan.. fungsi audit internal harus

    mengatur untuk mempertahankan semua catatan yang signifikan dari audit internal ini tujuh

    tahun periode retensi. Sedangkan di Indonesia, menurut Standar Perikatan Audit (SPA) No.230

    tentang Dokumentasi Audit disebutkan bahwa Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak

    boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari : (i) laporan auditor atas laporan

    keuangan entitas, atau (ii) laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan anak

    perusahaan..

    Terdapat tiga aspek penting dari dokumentasi audit internal: proses pemodelan, kertas

    kerja audit, dan manajemen dokumen. audit internal sering mulai review di area proses baru di

    mana mungkin tidak ada audit sebelumnya dan bahkan terbatas dokumentasi perusahaan. Para

    auditor internal perlu mengamati operasi, meninjau laporan dan prosedur, dan mengajukan

    pertanyaan untuk mengembangkan pemahaman tentang proses baru. Dokumentasi yang

  • 21

    dihasilkan penting untuk memahami lingkungan pengendalian internal dan untuk membuat

    rekomendasi konsultasi terkait di saat yang tepat.

    Dokumentasi audit internal adalah dokumen yang menggambarkan pekerjaan auditor

    internal dan memberikan dasar dan pemahaman untuk audit internal. Kami telah pindah dari

    dokumen kertas cetak dan tulisan tangan ke era di mana pekerjaan audit dipasang pada komputer

    laptop; prosedur keamanan dokumentasi yang baik dan retensi sangat penting. Sebuah

    pemahaman dasar daerah-daerah harus audit internal persyaratan CBOK dasar.

    2.2 Model Proses untuk Auditor Internal

    Model proses bisnis atau deskripsi adalah peta yang membantu auditor internal untuk menavigasi

    sepanjang kegiatan bisnis :

    Dimana kita sekarang

    Kemana kita harus pergi

    Darimana kita berasal

    Bagaimana kita sampai ditempat kita sekarang berada

    Model proses yang baik berbentuk peta alur sederhana yang menggambarkan bagaimana cara

    sampai dari satu poin satu ke lainnya.

  • 22

    Gambar 2.1 Simple Process Model

    Ini adalah jenis grafik sederhana, audit internal mungkin merancang grafik tersebut pada

    kunjungan audit pertama ketika mengajukan pertanyaan tentang kegiatan perusahaan auditee.

    Dengan tabel ini, auditor intenal dapat mengumpulkan informasi lebih rinci, seperti input dan

    output yang spesifik persyaratan antara pemilik proses, kegiatan yang mengubah input menjadi

    output pemasok yang memenuhi kebutuhan pelanggan, dan umpan balik serta langkah

    pengukuran sistem yang diperlukan untuk membuat proses kerja. Hal ini diperlukan untuk

    melangkah ke sebuah tingkatan atau lebih di luar model sederhana ini untuk memproses

    informasi yang lebih besar. Misalnya, proses operasi dapat didefinisikan dalam hal perencanaan,

    teknik, pengadaan, order entry, hutang, dan piutang proses rinci piutang.

    (a) Memahami Hirarki Model Proses

    Adakalanya unit bisnis membangun bagan proses mereka sendiri yang mencakup kegiatan

    utama. Seringkali auditor internal menghabiskan sebagian dari kunjungan audit awal untuk

    memperoleh sebuah pemahaman terhadap operasi perusahaan. Beberapa pengertian mengenai

    kunci proses operasi membantu auditor internal untuk lebih baik dalam berkomunikasi dengan

    auditor lainnya, terutama yang telah dilatih.

    Sebagai bagian dari pemahaman dan menggambarkan proses, auditor internal perlu

    memahami bagaimana elemen proses tersebut terhubung satu dengan lainnya. Gambar Process

    Hierarchy Example : Performing an Internal Audit memperlihatkan perincian hirarki suatu

    proses untuk yang seharusnya menjadi proses yang lazim dikenal oleh auditor internal : elemen-

    elemen yang tercakup dalam kinerja sebuah audit internal. Gambar tersebut memperlihatkan

    evaluasi proses kontrol internal dari poin audit internal untuk keseluruhan aliran subproses.

    Melakukan analisis sebuah proses dan mendokumentasikan elemen kunci membutuhkan

    usaha yang lebih dibandingkan pengujian sepintas di awal (the preliminary auditor walk-

    throughs). Audit internal akan perlu untuk berkumpul dengan tim yang terlibat dengan area

    proses dan lebih lanjut ke area proses untuk informasi yang lebih rincinya, mendefinisikan hal-

    hal seperti kriteria input dan output, potensi kesalahan yang terkait dengan setiap link, dan

    mekanisme umpan balik untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan. Proses ini dapat dilakukan

    dalam waktu yang intensif, tetapi harus menguntungkan audit internal saat ini dan masa depan di

    area review.

  • 23

    (b) Mendeskripsikan dan mendokumentasikan proses kunci

    Pendeskripsian proses disiapkan oleh auditor internal yang seharusnya menjadi bagian

    dari kertas kerja audit sebagai berbagai pengkajian ulang. Audit internal harus membuat standar

    diagram untuk digunakan dalam mendeskripsikan proses perusahaan mereka dan kontrol

    internal. Standar diagram ini terdiri dari flowchart dan deskripsi singkat. Deskripsi tersebut tentu

    harus mengikuti standar yang sama dengan audit internal yang digunakan dalam deskripsi pada

    kertas kerja audit, sering catatan berupa poin-poin yang menggambarkan sebuah wawancara

    yang dilakukan oleh auditor baik waktu pendokumentasian maupun waktu wawancara diadakan.

    Catatan ini harus ditinjau dan disetujui oleh supervisor dan dilindungi dari segala perubahan

    tidak sah di masa depan. Mereka adalah elemen dari kertas kerja audit internal dan memerlukan

    kontrol penyimpanan dokumen.

    Audit internal harus mengembangkan pendekatan standar dan konsisten untuk diagram alur

    pemodelan prosesnya. Dua pendekatan yang mudah digunakan dan dipahami adalah input /

    output diagram dan diagram alur kerja.

    Gambar 2.1 Input/Output Process Flowchart

  • 24

    (i) Flowchart proses input / output

    Flowchart ini fokus kepada peta untuk menggambarkan langkah-langkah proses dari

    suatu aktivitas ke aktivitas berikutnya. Gambar 2.1 menunjukkan aliran proses input / output

    untuk pembuatan kursi kayu. Blueprint (kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai landasan

    dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi,

    pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus

    dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja.) produk dibuat, berbagai input bagian

    ditransfer ke proses perakitan. Setelah selesai, kursi bergerak ke proses pengecatan. Ini adalah

    diagram sederhana namun menunjukkan bagaimana proses input dan output bergerak melalui

    sebuah operasi.

    (ii) Flowchart proses work-flow description

  • 25

    Gambar 2.2 Workflow Process Flowchart

    Model proses adalah alat yang penting bagi auditor internal untuk mereview proses yang

    ada di perusahaan dan menyarankan perbaikan di area yang di audit. Audit internal ingin

    mengumpulkan informasi yang lebih untuk meningkatkan kemampuan pemodelan proses. Setiap

    audit internal yang terlibat dalam penjaminan kualitas (quality assurance) harus familiar dengan

    pemodelan proses. Setiap audit internal setidaknya harus memiliki pengetahuan pemodelan

    proses dan flowchart.

    2.3 Kertas Kerja Audit Internal

    2.3.1 Pengertian Kertas Kerja

    Kertas kerja adalah pencatatan secara tertulis yang menyimpan dokumentasi, pelaporan,

    korespondensi dan materi sample lainnya (bukti-bukti audit) yang dikumpulkan sepanjang audit

    internal. Kertas kerja disiapkan sejak saat auditor pertama kali memulai penugasannya hingga

    mereka menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi

    dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit :

    Rencana audit, termasuk program audit

    Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system kontrol internal

    Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang

    dicapai

    Penelaahan kertas kerja oleh penyelia

    Laporan audit

    Tindak lanjut dari tindakan perbaikan

    2.3.2 Fungsi Kertas Kerja

    Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda :

    1. Dasar untuk perencanaan audit. Kertas kerja dari audit sebelumnya memberikan auditor informasi latar belakang untuk melakukan peninjauan saat ini di seluruh area yang sama.

    Mereka mungkin berisi deskripsi entitas, evaluasi pengendalian internal, anggaran waktu,

    program audit yang digunakan, dan hasil lain dari pekerjaan audit masa lalu.

    2. Pencatatan pekerjaan audit yang dilakukan. Kertas kerja menggambarkan pekerjaan audit saat ini dilakukan dan juga menyediakan referensi ke sebuah program audit yang

  • 26

    ditetapkan. Bahkan jika audit bersifat khusus, seperti penyelidikan penipuan di mana

    mungkin tidak ada program audit yang formal, catatan harus disimpan dari pekerjaan audit

    yang dilakukan. Catatan telaah kertas kerja ini harus mencakup uraian kegiatan ulasan,

    salinan dokumen perwakilan, sejauh mana cakupan audit, dan hasil yang diperoleh.

    3. Gunakan selama audit. Dalam banyak kasus, kertas kerja memainkan peran langsung dalam melaksanakan upaya audit tertentu. Sebagai contoh, kertas kerja dapat berisi

    berbagai log kontrol yang digunakan oleh anggota tim audit untuk bidang-bidang seperti

    kontrol atas tanggapan yang diterima sebagai bagian dari akun saldo nasabah Audit

    konfirmasi independen piutang. Demikian pula, flowchart mungkin dipersiapkan dan

    kemudian digunakan untuk memberikan panduan untuk review lebih lanjut dari kegiatan

    yang sebenarnya dalam beberapa proses.

    4. Deskripsi situasi kepentingan khusus. Selama pekerjaan audit dilakukan, situasi dapat terjadi yang memiliki arti khusus dalam bidang-bidang seperti kepatuhan terhadap

    kebijakan dan prosedur, akurasi, efisiensi, kinerja personil, atau penghematan biaya

    potensial.

    5. Dukungan untuk kesimpulan audit spesifik. Produk akhir dari audit internal adalah laporan audit formal, yang berisi temuan audit dan rekomendasi. Dokumentasi mendukung

    temuan dapat menjadi bukti yang sebenarnya, seperti salinan pesanan pembelian kurang

    tanda tangan yang diperlukan, atau bukti yang diperoleh, seperti laporan output dari

    prosedur dibantu komputer-terhadap file data atau catatan dari sebuah wawancara. Kertas

    kerja harus memberikan materi bukti yang cukup untuk mendukung temuan audit khusus

    yang akan dimasukkan dalam laporan audit.

    6. Sumber Referensi. Kertas kerja dapat menjawab pertanyaan tambahan yang diajukan oleh

    pengelolaan atau oleh auditor eksternal. Pertanyaan tersebut mungkin sehubungan dengan

    temuan laporan audit tertentu atau rekomendasinya, atau mereka mungkin berhubungan

    dengan pertanyaan lainnya. Sebagai contoh, manajemen dapat meminta audit internal jika

    masalah yang dilaporkan juga ada di lokasi lain yang bukan merupakan bagian dari audit

    saat ini. Kertas kerja dari ulasan yang dapat memberikan jawabannya. Kertas kerja juga

    menyediakan materi latar belakang dasar yang mungkin berlaku untuk audit masa depan

    entitas atau kegiatan tertentu.

  • 27

    7. Staf penilaian. Kinerja anggota staf selama audit-termasuk kemampuan auditor untuk mengumpulkan dan mengatur data, mengevaluasi, dan sampai pada kesimpulan-secara

    langsung tercermin dalam atau ditunjukkan oleh kertas kerja

    8. Koordinasi Audit. Seorang auditor internal dapat bertukar kertas kerja dengan auditor eksternal, masing-masing bergantung pada pekerjaan lain. Selain itu, auditor pemerintah,

    dalam tinjauan peraturan mereka terhadap pengendalian internal, dapat meminta untuk

    memeriksa kertas kerja auditor internal.

    9. Bukti Pendukung peristiwa non-operasi. Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan kecurangan, tuntutan hukum dan klaim asuransi

    2.3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kertas kerja

    Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, tidak hanya dalam setiap

    penugasan audit tetapi juga pada departemen audit internal. Begitu mereka terbiasa dengan suatu

    format, auditor internal tidak harus berpikir banyak mengenai susunan kertas kerja, tetapi lebih

    kepada kebutuhan apa yang akan dicatat. Kertas kerja bisa mencakup antara lain :

    Perencanaan dokumen dan program audit

    Kuesioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan dan hasil-hasil evaluasi kontrol

    Catatan wawancara

    Bagan organisasi, pernyataan kebijakan dan prosedur, serta deskripsi kerja

    Salinan kontrak-kontrak dan perjanjian penting

    Surat konfirmasi dan referensi

    Foto, diagram, dan tampilan grafis lainnya

    Uji dan analisis transaksi

    Hasil-hasil prosedur penelaahan analitis

    Laporan audit dan jawaban manajemen

    Korespondensi audit yang relevan

    Auditor internal juga harus mengupayakan isi kertas kerja yang baik meliputi :

    kerapihan kertas kerja. Memberikan kesan langsung mengenai kecermatan dan

    profesionalisme. Kertas kerja yang berantakan tidak layak menjadi bukti di sidang

    pengadilan.

  • 28

    Keseragaman kertas kerja. Disiapkan dalam ukuran dan tampilan yang sama (kertas kecil

    dapat ditempel ke kertas yang seragam dan kertas yang lebih besar dilipat menyeragamkan

    kertas yang lainnya).

    Kertas kerja harus jelas dan dapat dipahami. Setiap orang yang membaca kertas kerja

    tersebut harus dapat memahami apa yang diputukan auditor untuk dilakukan, apa yang

    telah mereka lakukan, apa yang mereka temukan, apa kesimpulan yang diambil dan apa

    saja yang tidak diputuskan untuk diambil. Perlu menjaga kertas kerja seringkas mungkin

    namun kejelasan juga diutamakan.

    Kertas Kerja relevan. Kertas kerja sebaiknya dibatasi hanya pada masalah-masalah yang

    relevan dan material, yang secara langsung berkaitan dengan tujuan-tujuan audit. Memiliki

    pernyataan tujuan yang jelas pada kertas kerja membantu memastikan relevansi. Jika tujuan

    audit tertentu tidak bisa dinyatakan dengan jelas, informasi yang diperoleh cenderung

    menjadi tidak relevan. Jika suatu pendekatan audit dalam program audit diabaikan, jelaskan

    alasannya dan simpan kertas kerja yang berhubungan.

    Keekonomisan kertas kerja. Auditor harus menghindari daftar dan skedul yang tidak perlu.

    Manfaatkan semaksimal mungkin kertas kerja yang dibuat pada audit sebelumnya, jika

    pernah dilakukan audit sebelumnya. Bagan alir, deskripsi sitem dan data lainnya mungkin

    masih valid. Dokumen-dokumen yang masih berguna sebaiknya dipindahkan ke kertas

    kerja periode sekarang. Dokumen tersebut harus diperbaharui dengan informasi terkini,

    diberi nomor ulang, diberi acuan ulang, dan kemudian diberi inisial dan tanggal oleh

    auditor yang melakukan audit periode sekarang.

    Kecukupan kertas kerja. Kertas kerja sebaiknya diusahakan tidak ada hal-hal yang

    tertinggal. Tidak ada pertanyaan yang diajukan tidak terjawab. Auditor harus menyimpan

    daftar yang akan dikerjakan di kertas kerja mereka. Daftar tersebut menjadi bagian dari

    dokumen kertas kerja. Jika auditor internal melaporkan informasi keuangan, kertas kerja

    audit harus menunjukkan apakah catatan akuntansi tersebut sesuai dengan atau

    direkonsiliasi dengan informasi keuangan tersebut.

    Kesederhanaan penulisan kertas kerja. Kertas kerja harus dengan mudah dipahami bagi

    yang menelaah. Hindari penggunaan jargon dan apabila harus digunakan maka harus

    dijelaskan pada bagian terpisah dari kertas kerja pada daftar istilah bersama dengan

    istilah-istilah teknis dan kurang dikenal yang digunakan dalam aktivitas dan dalam kertas

  • 29

    kerja. Apabila auditor internal yang lain yang tidak berhubungan dengan penugasan dapat

    memahami maka menunjukkan bahwa kertas kerja tersebut tergolong baik.

    Penggunaan susunan kertas kerja yang logis. Kertas kerja harus disusun secara parallel

    dengan program audit, yaitu :

    1. Untuk setiap segmen audit, auditor harus memberikan informasi umum dalam bentuk

    narasi pada awal bagian. Informasi tersebut mencakup tujuan operasi yang diaudit dan

    informasi latar belakang organisasi, statistic volume dan system control.

    2. Untuk setiap bagian audit, auditor harus menyebutkan dengan jelas tujuan rinci dari

    segmen, termasuk perluasan hal-hal yang ditetapkan di program audit jika diperlukan.

    3. Auditor harus menjelaskan dalam kertas kerja lingkup audit mereka : apa yang

    tercakup dan yang tidak. Dalam bagian kertas kerja mereka, auditor akan membahas

    metode pemilihan sampel yang mereka gunakan dan ukuran sampel serta tingkat

    keyakinan atau jika digunakan computer, metodologi yang digunakan untuk

    mengganti pemilihan sampel

    4. Setelah pernyataan tujuan dan ruang lingkup, auditor menuliskan pengujian dan

    temuan mereka. Hal ini harus dibatasi pada fakta-fakta yang baik maupun yang

    buruk. Setelah fakta-fakta dicatat, auditor akan mengambil kesimpulan dari apa yang

    mereka temukan. Berdasarkan temuan atas control dan kinerja, auditor harus

    menyatakan apakah kondisi yang mereka temukan memuaskan atau tidak. Yaitu,

    apakah tujuan operasi tercapai atau tidak. Kesimpulan ini, secara agregat, akan

    mendukung opini auditor atas keseluruhan organisasi atau fungsi yang ditelaah.

    5. Auditor harus mendokumentasikan rekomendasi mereka untuk memperbaiki kondisi-

    kondisi yang mereka temukan dan tindakan perbaikan yang diambil oleh klien.

    6. Di belakang narasi akan ada catatan audit : bagan alir dari system control, jadwal

    pengujian audit, ringkasan temuan. Setiap lembar kerja umumnya akan berisi :

    a. Judul yang deskriptif. Judul harus memuat nama perusahaan, organisasi atau

    fungsi yang diaudit, menunjukkan sifat data yang tercantum dalam kertas kerja,

    dan menunjukkan tanggal atau periode audit.

    b. Referensi ke penugasan audit. Hal ini mengidentifikasikan nomor referensi dari

    dari penugasan audit.

  • 30

    c. Tanda silang atau symbol lainnya. Tanda silang atau symbol-simbol lainnya harus

    seragam di sepanjang audit. Tanda-tanda tersebut harus kecil dan ditempatkan

    dengan rapi, berguna tetapi tidak terlalu mencolok. Tanda-tanda tersebut harus

    dijelaskan di catatan kaki.

    d. Tanggal pembuatan dan inisial auditor. Tanggal harus menunjukkan kapan kertas

    kerja di selesaikan. Inisial auditor harus muncul pada setiap lembar. Lembar

    terpisah pada kertas kerja harus berisi daftar semua auditor dan staf lainnya pada

    penugasan audit serta inisial mereka.

    e. Nomor referensi kertas kerja. Kertas kerja harus dirujuk saat disiapkan dan dibuat

    dalam pengelompokan yang logis. Tidak ada yang lebih mengganggu bagi

    auditor maupun penelaah selain kertas kerja dibiarkan tak bernomor dan tak

    terkendali.

    f. Sumber-sumber data. Sumber data harus dengan jelas diidentifikasi.

    Sampul muka setiap dokumen kertas kerja harus menunjukkan nomor proyek dan

    nomor kode, nama organisasi atau fungsi, subjek masalah, periode audit atau tanggal

    lainnya yang berlaku, klarifikasi pengamanan jika ada, dan nomor volume jika lebih

    dari satu volume. Setiap dokumen kertas kerja harus memuat daftar isi. Dokumen

    pertama juga harus berisi ringkasan daftar isi, yang mengidentifikasikan seluruh

    dokumen.

    2.4 Penyusunan Dokumen Kertas Kerja

    Sama seperti dalam sistem pengarsipan manual, kertas kerja diklasifikasikan berdasarkan

    jenisnya dan dikelompokkan dalam sebuah file atau dimasukkan ke dalam binder agar mudah

    saat ingin diambil. Untuk kebanyakan audit internal, kertas kerja dapat dipisahkan menjadi

    beberapa area audit, yaitu :

    - File Permanen

    - File Administrasi

    - File Prosedur Audit

  • 31

    (i) File Permanen

    Audit kebanyakan dilakukan secara berkala dan dengan prosedur yang berulang,

    daripada auditor menangkap semua data tiap kali melakukan audit, beberapa data

    tertentu dapat dikumpulkan ke dalam file kertas kerja permanen. Data yang termasuk

    di dalamnya antara lain :

    o Grafik perusahaan secara keseluruhan dari satuan kerja audit o Charts of accounts (jika audit keuangan) dan salinan kebijakan dan prosedur

    utama perusahaan

    o Salinan laporan audit terakhir, program audit yang digunakan, dan komentar tindak lanjut

    o Laporan keuangan tentang entitas serta data lainnya yang berguna untuk analisis o Informasi tentang unit Audit (deskripsi produk utama, proses produksi, dan hal-

    hal lain)

    o Informasi Logistik untuk membantu auditor berikutnya, termasuk catatan mengenai logistik dan pengaturan perjalanan

    Selain data di atas, file permanen dapat juga berisi akte pendirian perusahaan, kontrak-kontrak.

    Sebuah file permanen tidak dimaksudkan untuk menjadi permanen yang tidak akan pernah ada

    perubahan, melainkan dipergunakan untuk memberikan bahan latar belakang kepada auditor

    internal untuk membantu merencanakan audit baru.

    (ii) File Administrasi

    Untuk lingkup audit yang kecil, file administratif tidak perlu dibuat terpisah dari

    kertas kerja, dan digabung saja ke dalam kertas kerja. Sumber yang kami dapat dari

    internet menyebutkan, contoh dari file administrasi adalah arsip surat menyurat dan

    faksimili.

  • 32

    Contoh Kertas Kerja program audit

    (iii) File Prosedur Audit

    Pencatatan harus diatur sesuai pekerjaan audit yang sebenarnya, tergantung pada jenis

    dan sifat dari penugasan audit. Misalnya, jika audit keuangan maka mungkin berisi

    jadwal spreadsheet rinci dengan komentar auditor tentang pengujian yang dilakukan.

    Jika audit operasional, berisi catatan wawancara dan komentar tentang pengamatan

    auditor. File ini umumnya yang paling besar dan berisi :

    o Daftar dari prosedur audit yang telah selesai o Kuesioner o Deskripsi dari prosedur operasional o Kegiatan Ulasan o Analisis dan jadwal yang berkaitan dengan laporan keuangan o Dokumen Perusahaan o Temuan, lembar poin, catatan supervisor, atau draft laporan

  • 33

    o File audit massal Kertas kerja merupakan dasar untuk dokumentasi audit dari satu audit atau auditor ke audit atau

    auditor selanjutnya dan juga merupakan sarana komunikasi dengan eksternal auditor perusahaan

    itu. Departemen audit internal harus menetapkan beberapa standar keseluruhan yang meliputi

    gaya, format, dan isi kertas kerja yang digunakan dalam berbagai audit. Beberapa spesifik detail

    tidak perlu dipermanenkan, namun isi dari kertas kerja haruslah konsisten untuk semua cakupan

    audit. Pada akhir makalah ini, kami melampirkan contoh kertas kerja audit yang kami dapat dari

    tempat magang terdahulu.

    2.5 Teknik menyiapkan kertas kerja

    Sebagian besar proses penyusunan kertas kerja melibatkan komentar audit dan pengembangan

    jadwal untuk menggambarkan pekerjaan audit dan mendukung kesimpulan audit. Proses rinci ini

    mengharuskan auditor internal mengikuti keseluruhan standar yang ditetapkan oleh Departemen

    Audit agar kertas kerja mudah dipahami. Aspek terpenting adalah agar memastikan seluruh

    anggota internal audit memahami tujuan dan kritik dari kertas kerja mereka.

    (i) Memberikan indeks pada kertas kerja dan lintas referensi

    Mirip dengan referensi notasi pada buku teks, referensi silang harus memungkinkan

    auditor atau reviewer untuk mengambil referensi yang signifikan dan melacaknya

    kembali ke kutipan atau sumber aslinya. Nomor indeks pada kertas kerja mirip

    dengan volume dan nomor halaman dalam menerbitkan buku. Nomor indeks pada

    kertas kerja harus mengikat ke daftar isi yang biasanya ada di halam pertama file

    kertas kerja, nomor tersebut mengidentifikasi halaman tertentu dalam binder kertas

    kerja. Referensi nomor ini memungkinkan auditor untuk segera memilih kertas kerja

    dengan benar.

    Referensi silang mengacu pada menempatkan angka indeks acuan kertas kerja lainnya

    dalam kertas kerja yang telah ada.

    (ii) Tick Marks

    Untuk memudahkan dan meyederhanakan pekerjaan auditor, auditor biasanya

    menggunakan bantuan tick marks, dibandingkan memberikan keterangan yang

    panjang lebar, auditor lebih memilih menggunakan tick marks kemudian menyisipkan

    catatan kaki untuk setiap tick marks tersebut.

  • 34

    Contoh contoh dari Tick Marks

    (iii) Referensi dari sumber auditor eksternal

    Informasi catatan auditor internal seringkali diambil dari sumber sumber luar.

    Sebagai contoh, auditor internal dapat memperoleh pemahaman suatu wilayah

    operasional melalui wawancara dengan manajemen. Auditor mungkin perlu referensi

    hukum atau peraturan untuk mendukung pekerjaan audit mereka. Demikian pula,

    mereka dapat melakukan review-vendor terkait dan mengakses pencarian web untuk

    memverifikasi keberadaan penjual.

    (iv) Catatan kasar kertas kerja

    Ketika melakukan wawancara, auditor internal sering membuat catatan yang kasar,

    yang ditulis dalam bentuk pribadi dengan singkatan yang hanya dapat dibaca oleh

    penulis. Auditor harus menulis ulang atau melihat kembali ke catatan ini, karena

    mungkin ada alasan untuk meninjau kembali catatan ini, lembar asli catatan harus

    dimasukkan ke dalam kertas kerja, ditempatkan di belakang, atau ditempatkan secara

    terpisah.

    2.6 Proses Pengulasan Kertas Kerja

    Semua kertas kerja harus melalui peninjauan proses internal audit yang independent untuk

    memastikan bahwa pekerjaan audit yang diperlukan telah dilakukan, telah dijelaskan dengan

    baik, dan didukung dengan temuan audit yang memadai. Eksekutif Audit officer (CAE),

    melaporkan kepada komite audit, dan memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk peninjauan

    ini, namun biasanya tugas ini didelegasikan kepada supervisor dari Departemen Internal Audit.

    Bukti dari peninjauan oleh supervisor ini harus diberi inisial para pengkaji dan tanggal pada

    setiap lembar kertas kerja. Proses telaah kertas kerja ini harus selalu dilakukan sebelum

  • 35

    penerbitan laporan audit akhir, ini akan memastikan bahwa semua temuan laporan telah

    didukung dengan baik oleh bukti audit dan didokumentasikan dalam kertas kerja.

    2.7 Pengelolaan Pencatatan Dokumen Internal Audit

    Upaya untuk mendokumentasikan proses atau menggambarkan suatu proses internal audit

    melalui kertas kerja yang efektif harus didukung dengan fungsi internal yang memiliki dokumen

    fungsi retensi yang kuat yang mencakup semua produk kerjanya, termasuk catatan kecil auditor,

    salinan notulen, file IT, dan lainnya. Karena perkembangan jaman saat ini, berikut adalah daftar

    yang harus diperhatikan dalam pengelolaan dokumentasi pada perangkat yang digunakan oleh

    internal auditor :

    - Standar dokumen dan proses ulasan

    Auditor internal perlu membentuk standar untuk perangkat lunak yang digunakan,

    konfigurasi laptop, dan standar template yang digunakan. Tujuannya adalah agar setiap

    anggota tim audit internal menggunakan perlatan yang sama dan mengikuti format serta

    standar yang sama.

    - Cadangan, keamanan, dan kontinuitas

    Hal ini adalah resiko yang paling kritis dan beresiko tinggi, penggunaan laptop internal

    auditor seharusnya hanya digunakan untuk keperluan internal audit saja, tidak

    diperkenankan mengakses link dari luar atau dapat mengunduh data ke USB.

    - Pengelolaan sumber daya perangkat keras dan perangkat lunak

    Untuk perkembangan jaman saat ini, seharusnya ada sistem yang aman diciptakan hanya

    untuk tujuan internal audit saja.

    - Repositori CAATT

    Computer-Assisted Audit Tools and Techniques adalah perangkat IT yang digunakan

    untuk meningkatkan efisiensi audit.

    - Laporan audit, manajemen risiko, dan administrasi audit internal.

    Setiap laporan audit, manajemen risiko analisis, anggaran, dan komunikasi dengan

    komite audit harus disimpan pada folder yang aman pada sistem departemen server audit.

    Kontrol atas Kertas Kerja

    Sawyer menyampaikan pada bukunya bahwa kertas kerja adalah milik auditor, auditor harus

    menjaga kertas kerja tersebut, dan mengetahui dimana letak dari kertas kerja mereka. Akses ke

  • 36

    kertas kerja dapat diperbolehkan untuk auditor eksternal dan orang yang berkepentingan namn

    harus dibawah persetujuan kepala bagian audit. Kontrol terhadap kertas kerja elektronik yang

    baik adalah mengharuskan perubahan hanya dilakukan oleh auditor yang membuatnya.

    2.8 Pentingnya dokumentasi internal audit

    Dokumentasi yang memadai diperlukan untuk setiap proses internal audit. Bab ini telah

    menekankan pentingnya kertas kerja audit untuk mendokumentasikan kegiatan audit internal

    serta proses pemodelan untuk menggambarkan kegiatan perusahaan. Kemampuan untuk

    menyiapkan kertas kerja yang efektif adalah persyaratan kunci dari CBOK . Sebagai tambahan,

    semua auditor internal dari tingkat CAE hingga staf haruslah terbiasa dengan perangkat IT yang

    ada untuk menggambarkan proses internal audit.

  • 37

    DAFTAR REFERENSI

    Lawrence B. Sawyer & Glen E. Sumners Sawyers Internal Audit 5th edition, The Institute of

    Internal Auditors, 2003.

    Moeller, Robert R. Brinks Modern Internal Auditing , 7th edition, John Wiley and sons, 2009.

    irine.dosen.narotama.ac.id

    Kertas Kerja KAP Grant Thornton Indonesia