Ring Kasan

2
RINGKASAN TALITHA RAISSA. Asupan Serat dan Cairan, Aktivitas Fisik, serta Gejala Konstipasi pada Lanjut Usia. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI. Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan hidup. Hal tersebut memicu perkembangan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah konstipasi, yang umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan serat dan cairan, serta aktivitas fisik rendah. Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan asupan serat dan cairan, aktivitas fisik, serta hubungannya dengan kejadian konstipasi pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW) Sukma Raharja yang dikelola Pemda Bogor dan Panti Wreda (PW) Salam Sejahtera yang dikelola pihak swasta. Secara khusus bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi karakteristik sosial dan status gizi lansia, (2) Menganalisis perbedaan asupan energi dan zat gizi (protein, karbohidrat, dan lemak) pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera, (3) Menganalisis perbedaan asupan serat, cairan, aktivitas fisik, dan gejala konstipasi pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera, (4) Menganalisis hubungan antara asupan serat dan cairan dengan gejala konstipasi pada lansia contoh, (5) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan gejala konstipasi pada lansia contoh. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossecsional study, dilakukan di dua panti wreda di Bogor yaitu RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera. Pengumpulan data dilakukan pada Agustus sampai September 2011. Jumlah contoh ditentukan secara Proporsional Stratified Random Sampling dengan kriteria: tidak pikun, masih bisa berkomunikasi dengan baik, serta bersedia diwawancarai dan dijadikan contoh penelitian. Jumlah contoh dari masing-masing panti yaitu 30 dan 31 orang. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, dan pendidikan), antropometri (berat badan, tinggi badan dan tinggi lutut); konsumsi makanan dan minuman; aktivitas fisik selama dua hari; serta gejala-gejala konstipasi pada lansia contoh. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel, Nutrisurvey dan statistic software. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial, serta dilakukan uji-t Independent sample dan uji korelasi Rank Spearman. Sebagian besar lansia di Sukma Raharja (90%) berusia antara 60-74 tahun atau usia lanjut, sedangkan lansia Salam Sejahtera (71%) berusia antara 75-90 tahun (usia tua). Seluruh lansia Sukma Raharja berjenis kelamin wanita, sedangkan lansia perempuan di Salam Sejahtera hanya 51,6%. Pendidikan terakhir lansia Salam sejahtera lebih tinggi dibandingkan lansia Sukma Raharja. Pendidikan terakhir lansia di Sukma Raharja, memiliki persentase terbesar pada tingkat tidak tamat Sekolah Dasar (TTSD) (36,7%) dan lansia Salam Sejahtera pada tingkat SMA (35,5%). Sekitar separuh lansia (50,8%) pada kedua Panti termasuk dalam kategori status gizi normal. Rata-rata asupan energi lansia Sukma Raharja sebesar 1717±245 kkal dan lansia Salam Sejahtera sebesar 1585±231 kkal. Tingkat kecukupan untuk energi masing-masing sebesar 104,3% (normal) dan 87,5% (defisit tingkat ringan) serta terdapat perbedaan yang signifikan, baik pada asupan, angka kecukupan dan tingkat kecukupan energi antara lansia Sukma Raharja dan

Transcript of Ring Kasan

Page 1: Ring Kasan

iii  

RINGKASAN

TALITHA RAISSA. Asupan Serat dan Cairan, Aktivitas Fisik, serta Gejala Konstipasi pada Lanjut Usia. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI.

Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan hidup. Hal tersebut memicu perkembangan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah konstipasi, yang umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan serat dan cairan, serta aktivitas fisik rendah.

Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan asupan serat dan cairan, aktivitas fisik, serta hubungannya dengan kejadian konstipasi pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW) Sukma Raharja yang dikelola Pemda Bogor dan Panti Wreda (PW) Salam Sejahtera yang dikelola pihak swasta. Secara khusus bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi karakteristik sosial dan status gizi lansia, (2) Menganalisis perbedaan asupan energi dan zat gizi (protein, karbohidrat, dan lemak) pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera, (3) Menganalisis perbedaan asupan serat, cairan, aktivitas fisik, dan gejala konstipasi pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera, (4) Menganalisis hubungan antara asupan serat dan cairan dengan gejala konstipasi pada lansia contoh, (5) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan gejala konstipasi pada lansia contoh.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossecsional study, dilakukan di dua panti wreda di Bogor yaitu RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera. Pengumpulan data dilakukan pada Agustus sampai September 2011. Jumlah contoh ditentukan secara Proporsional Stratified Random Sampling dengan kriteria: tidak pikun, masih bisa berkomunikasi dengan baik, serta bersedia diwawancarai dan dijadikan contoh penelitian. Jumlah contoh dari masing-masing panti yaitu 30 dan 31 orang. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, dan pendidikan), antropometri (berat badan, tinggi badan dan tinggi lutut); konsumsi makanan dan minuman; aktivitas fisik selama dua hari; serta gejala-gejala konstipasi pada lansia contoh. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel, Nutrisurvey dan statistic software. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial, serta dilakukan uji-t Independent sample dan uji korelasi Rank Spearman.

Sebagian besar lansia di Sukma Raharja (90%) berusia antara 60-74 tahun atau usia lanjut, sedangkan lansia Salam Sejahtera (71%) berusia antara 75-90 tahun (usia tua). Seluruh lansia Sukma Raharja berjenis kelamin wanita, sedangkan lansia perempuan di Salam Sejahtera hanya 51,6%. Pendidikan terakhir lansia Salam sejahtera lebih tinggi dibandingkan lansia Sukma Raharja. Pendidikan terakhir lansia di Sukma Raharja, memiliki persentase terbesar pada tingkat tidak tamat Sekolah Dasar (TTSD) (36,7%) dan lansia Salam Sejahtera pada tingkat SMA (35,5%). Sekitar separuh lansia (50,8%) pada kedua Panti termasuk dalam kategori status gizi normal.

Rata-rata asupan energi lansia Sukma Raharja sebesar 1717±245 kkal dan lansia Salam Sejahtera sebesar 1585±231 kkal. Tingkat kecukupan untuk energi masing-masing sebesar 104,3% (normal) dan 87,5% (defisit tingkat ringan) serta terdapat perbedaan yang signifikan, baik pada asupan, angka kecukupan dan tingkat kecukupan energi antara lansia Sukma Raharja dan

Page 2: Ring Kasan

iv  

Salam Sejahtera (p<0,05). Rata-rata asupan protein lansia Sukma Raharja sebesar 49,9±7,5 gr dan lansia dari Salam Sejahtera sebesar 47,7±5,6 gr. Tingkat kecukupan untuk protein masing-masing sebesar 118,4% (normal) dan 103,7% (normal). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk asupan protein (p>0,05), namun angka kecukupan dan tingkat kecukupan protein lansia Sukma Raharja dan Salam Sejahtera berbeda signifikan (p<0,05). Rata-rata asupan karbohidrat lansia Sukma Raharja sebesar 253,7±39,2 gr dan lansia Salam Sejahtera sebesar 298,4±55,4 gr. Tingkat kecukupan untuk karbohidrat masing-masing sebesar 95,3% (normal) dan 76,8% (defisit tingkat berat) serta terdapat perbedaan yang signifikan, baik asupan, angka kecukupan dan tingkat kecukupan karbohidrat lansia Sukma Raharja dan Salam Sejahtera (p<0,05). Rata-rata asupan lemak lansia Sukma Raharja sebesar 58,8±12,0 gr dan lansia Salam Sejahtera sebesar 63,9±7,4 gr. Tingkat kecukupan untuk lemak masing-masing sebesar 129,0% (lebih) dan 127,5% (lebih). Tidak terdapat perbedaan signifikan asupan lemak (p>0,05), sedangkan angka kecukupan dan tingkat kecukupan lemak lansia Sukma Raharja dan Salam Sejahtera berbeda signifikan (p<0,05).

Asupan serat contoh 100% di kedua panti termasuk dalam kategori kurang. Rata-rata asupan serat di Sukma Raharja dan Salam Sejahtera masing-masing adalah 13,9±1,4 gr dan 9,1±2,6 gr. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) konsumsi serat lansia contoh di kedua panti. Rata-rata konsumsi cairan contoh Sukma Raharja sebesar 1835±273 ml, sedangkan di Salam Sejahtera sebesar 1847±340 ml. Sekitar separuh (56,7%) lansia contoh di Sukma Raharja mempunyai konsumsi cairan kategori tingkat pemenuhan lebih, sedangkan di Salam Sejahtera konsumsi cairan hampir sama, yaitu antara kategori normal dan lebih, masing-masing 35,5% dan 38,7%. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) asupan cairan contoh di kedua panti. Aktivitas fisik lansia contoh baik di Sukma Raharja dan Salam Sejahtera tergolong ringan yaitu masing-masing 86,7% dan 85,2%. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) aktivitas fisik lansia di kedua panti. Terdapat 40% lansia contoh di Sukma Raharja yang mengalami gejala konstipasi, sedangkan di Salam Sejahtera hanya sebanyak 25,8%, dimana secara keseluruhan sampel yang mengalami gejala konstipasi 32,8%. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan jumlah contoh yang mengalami gejala konstipasi di Sukma Raharja dan Salam Sejahtera.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara asupan serat, asupan cairan, dan aktivitas fisik dengan gejala konstipasi pada lansia. Hasil tersebut diduga disebabkan ada banyak faktor lain yang berhubungan dengan konstipasi pada lansia, salah satunya konsumsi obat-obatan, yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Penelitian ini menyarankan pihak pengelola panti dibantu petugas gizi puskesmas dalam upaya mengatasi atau memperbaiki status gizi lansia yang kurang dan lebih. Asupan serat lansia contoh dikedua lokasi masih sangat kurang, sehingga sebaiknya ditingkatkan asupan konsumsi lansia contoh terutama pangan sumber serat seperti sayuran dan buah. Peralatan makan sebaiknya disediakan khusus dari pihak panti, terutama Sukma Raharja agar pembagian makanan kepada penghuni panti lebih teratur/merata. Aktivitas lansia sebaiknya diisi dengan kegiatan-kegiatan positif seperti membuat keterampilan tangan atau menjahit, karena alokasi penggunaan waktu lansia contoh belum optimal (hanya duduk diam atau berbaring), sedangkan sebagian dari lansia contoh dengan aktivitas ringan memiliki kemampuan fisik yang masih bisa beraktivitas normal. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian konstipasi pada lansia menggunakan jumlah contoh yang lebih besar.