Ring Kasan

2
RINGKASAN Latar Belakang: Candida albicans adalah spesies penyebab utama infeksi jamur pada manusia. Angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi jamur sangat tinggi karena ini merupakan penyakit yang kurang diperhatikan. Pilihan pengobatan untuk jamur masih terbatas dan jauh dari ideal, terutama jika dilihat dari resistensi, toksisitas, dan efek samping yang ditimbulkan. Maka dari itu perlu alternatif pengobatan baru yang dapat bermanfaat dalam mengobati infeksi jamur akibat Candida albicans. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Maka dari itu, banyak peneliti yang tertarik mempelajari khasiat tanaman sebagai bahan alami untuk dijadikan agen baru dalam pengobatan. Bawang merah adalah salah satu tanaman yang tingkat produksi dan konsumsinya sangat tinggi di Indonesia bahkan dunia. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya limbah bawang merah dan menimbulkan masalah lingkungan. Bawang merah sudah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, namun kulitnya yang menjadi limbah ini masih belum disadari manfaatnya. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa kulit bawang merah mengandung fitokimia yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati infeksi jamur. Dari berbagai fitokimia tersebut, terdapat kuersetin yang memiliki daya hambat yang tinggi terhadap Candida albicans. Bawang merah merupakan salah satu sumber kuersetin yang paling banyak dan paling baik bioavailabilitasnya dibandingkan tanaman lain. Jumlah kuersetin pada kulit bawang merah 20 kali lebih banyak daripada umbinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan aktivitas antijamur dari fraksi aktif kulit bawang merah dan diharapkan kulit bawang merah yang menjadi limbah ini dapat diolah serta dimanfaatkan sebagai agen antijamur baru. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur fraksi aktif kulit bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Candida albicans secara in vitro Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian Posttest-only Control Group Design. Terdapat delapan perlakuan, yaitu kontrol positif flukonazol, kontrol negatif DMSO, dan enam gradien konsentrasi fraksi aktif kulit bawang merah (0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 4%, dan

description

haha

Transcript of Ring Kasan

RINGKASANLatar Belakang: Candida albicans adalah spesies penyebab utama infeksi jamur pada manusia. Angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi jamur sangat tinggi karena ini merupakan penyakit yang kurang diperhatikan. Pilihan pengobatan untuk jamur masih terbatas dan jauh dari ideal, terutama jika dilihat dari resistensi, toksisitas, dan efek samping yang ditimbulkan. Maka dari itu perlu alternatif pengobatan baru yang dapat bermanfaat dalam mengobati infeksi jamur akibat Candida albicans. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Maka dari itu, banyak peneliti yang tertarik mempelajari khasiat tanaman sebagai bahan alami untuk dijadikan agen baru dalam pengobatan. Bawang merah adalah salah satu tanaman yang tingkat produksi dan konsumsinya sangat tinggi di Indonesia bahkan dunia. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya limbah bawang merah dan menimbulkan masalah lingkungan. Bawang merah sudah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, namun kulitnya yang menjadi limbah ini masih belum disadari manfaatnya. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa kulit bawang merah mengandung fitokimia yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati infeksi jamur. Dari berbagai fitokimia tersebut, terdapat kuersetin yang memiliki daya hambat yang tinggi terhadap Candida albicans. Bawang merah merupakan salah satu sumber kuersetin yang paling banyak dan paling baik bioavailabilitasnya dibandingkan tanaman lain. Jumlah kuersetin pada kulit bawang merah 20 kali lebih banyak daripada umbinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan aktivitas antijamur dari fraksi aktif kulit bawang merah dan diharapkan kulit bawang merah yang menjadi limbah ini dapat diolah serta dimanfaatkan sebagai agen antijamur baru.Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur fraksi aktif kulit bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Candida albicans secara in vitroMetode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian Posttest-only Control Group Design. Terdapat delapan perlakuan, yaitu kontrol positif flukonazol, kontrol negatif DMSO, dan enam gradien konsentrasi fraksi aktif kulit bawang merah (0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 4%, dan 8%). Masing-masing perlakuan diberi empat kali pengulangan. Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut metanol. Selanjutnya fraksinasi dilakukan dengan metode FCC (Fraksi Cair-Cair) menggunakan tiga pelarut (n-heksan, etil asetat, dan metanol air) untuk menarik senyawa kimia sesuai tingkat kepolarannya. Kemudian dilakukan uji aktivitas antijamur dari fraksi-fraksi untuk mengetahui dalam fraksi mana senyawa aktif berada, lalu baru tentukan konsentrasi hambat minimum fraksi aktif tersebut dalam enam gradien konsentrasi. Uji bioautografi dilakukan untuk mengetahui nilai Rf senyawa aktif antijamur dan uji kesetaraan untuk menentukan jumlah konsentrasi fraksi aktif yang setara dengan flukonazol dalam suatu diameter zona hambat tertentu. Dilakukan uji ANOVA Satu Arah (One-way ANOVA test), kemudian uji Post-Hoc metode LSD (Least Significant Difference). Sedangkan data yang tidak memenuhi syarat One-way ANOVA dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Uji Pearson dilakukan jika data terdistribusi normal, sedangkan jika tidak, dilakukan uji Spearman. Diameter zona hambat KHM dimasukkan ke dalam persamaan garis regresi sehingga diperoleh nilai kesetaraan.