Rinda Aulia Utami Penyakit Kulit
-
Upload
rindacicitshinici -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
Transcript of Rinda Aulia Utami Penyakit Kulit
Kulit dan apendices merupakan struktur kompleks yang membentuk
jaringan tubuh yang kuat dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan
terhadap struktur demikian juga oleh penyakit. Kulit merupakan organ esensial
dan vital serta merupakan organ esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang berorientasikan pada
morfologi atau ujud kelainan kulit (UKK) yang ditemukan. Akurasi diagnostik
akan tinggi apabila pemeriksaan dilakukan secara obyektif tanpa dipengaruhi oleh
Anamnesis harus selalu dilakukan pada saat maupun setelah pemeriksaan visual
dan fisik sehingga didapatkan diagnosis yang lebih obyektif. Penyakit kulit dapat
terjadi karena berbagai faktor mulai dari karena virus, lingkungan yang
terkontaminasi dan masih banyak faktor-faktor lainnya.
Definisi Jerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat tersumbatnya folikel
pilosebacea, sehingga menyebabkan sebum tidak dapat keluar dan menimbulkan
peradangan. Peradangan ini menyebabkan komedo yang merupakan permulaan
terjadinya jerawat. Faktor utama penyebab terjadinya jerawat adalah peningkatan
produksi sebum, peluruhan keratinosit, pertumbuhan bakteri, dan inflamasi.
Jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat tersumbatnya folikel
pilosebacea, sehingga menyebabkan sebum tidak dapat keluar dan menimbulkan
peradangan. Peradangan ini menyebabkan komedo yang merupakan permulaan
terjadinya jerawat. Faktor utama penyebab terjadinya jerawat adalah peningkatan
produksi sebum, peluruhan keratinosit, pertumbuhan bakteri, dan inflamasi.
Gambar 1. Jerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi pada masa remaja
bahkan hingga dewasa yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul,
nodus, dan kista pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada, dan punggung.
Meskipun tidak mengancam jiwa, jerawat dapat mempengaruhi kualitas hidup
dengan memberikan efek psikologis yang buruk berupa cara seseorang menilai,
memandang dan menanggapi kondisi dan situasi dirinya.
1. Patofisiologi Jerawat
Secara garis besar terdapat empat faktor yang berperan dalam pathogenesis
Acne Vulgaris yaitu :
1. Peningkatan produksi sebum acne biasanya mulai timbul pada masa
pubertas pada waktu kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan
sebum lebih banyak dari sebelumnya. Terdapat korelasi antara
keparahan acne dengan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar sebasea
dan produksi sebum berada di bawah pengaruh hormon androgen. Pada
penderita acne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang
normal beredar dalam darah (testoteron) ke bentuk metabolit yang lebih
aktif (5>alfa dehidrotestoteron).Hormon ini mengikat reseptor androgen
di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil
sebum. Meningkatnya produksi sebum pada penderita acne disebabkan
oleh respon organ akhir yang berlebihan pada kelenjar sebasea terhadap
kadar normal androgen dalam darah, sehingga terjadi peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya acne.
Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi acne hanya ditemukan
di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar sebasea.
2. Keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan olah adanya
penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi korneosit pada saluran
pilosebasea, pelepasan korneosit yang tidak adekuat, atau dari kombinasi
kedua faktor. Bertambahnya produksi korneosit dari sel keratinosit
merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat hubungan terbalik antara
sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam sebum. Dinding
komedo lebih mudah ditembus bahan–bahan yang dapat menimbulkan
peradangan. Walaupun asam linoleik merupakan unsur penting dalam
seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada patogenesis
acne. Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi
keseimbangan antara kolesterol bebas dengan kolesterol sulfat, sehingga
adhesi korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi retensi
hiperkeratosis folikel.
3. Kolonisasi Saluran Pilosebasea dengan Propionibacterium acnes
Terdapat tiga macam mikroba yang terlibat pada patogenesis acne
adalah Corynebacterium Acnes(Proprionibacterium Acnes),
Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum ovale(Malassezia
furfur). Adanya seborea pada pubertas biasanya disertai dengan
kenaikan jumlah Corynebactirium Acnes, tetapi tidak ada hubungan
antara jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran
pilosebasea dengan derajat hebatnya acne. Dari ketiga macam bakteri
ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis acne. Beberapa lesi
mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup sedangkan pada
lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan penting.
Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing–masing lesi. Apakah
bakteri yang berdiam di dalam folikel (resident bacteria) mengadakan
eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut.
Menurut hipotesis Saint-Leger, skualen yang dihasilkan oleh kelanjar
sebasea dioksidasi di dalam folikel dan hasil oksidasi ini menjadi
penyebab terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel berkurang
dan akhirnya terjadi kolonisasi Corynebacterium Acnes. Bakteri ini
memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel akan menjadi
katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen sehingga oksigen dan
tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan folikel.
Hipotesis ini dapat menerangkan bahwa acne hanya dapat terjadi pada
beberapa folikel sedangkan folikel yang lain tetap normal.
4. Inflamasi
Faktor yang menimbulkan peradangan pada acne belum diketahui
dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang
dihasilkan oleh Corynebacterium Acnes, seperti lipase, hialuronidase,
protease, lesitinase, dan neuramidase, memegang peranan penting pada
proses peradangan. Faktor kemotatik yang berberat molekul rendah
(tidak memerlukan komplemen untuk bekerja aktif) bila keluar dari
folikel dapat menarik leukosit nukleus polimorf (PMN) dan limfosit.
Bila masuk ke dalam folikel PMN dapat mencerna Corynebacterium
Acnes dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan
kerusakan dari folikel pilosebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus
terbentuknya sitokin. Bahan keratin yang sukar larut yang terdapat di
dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar sebasea dapat menyebabkan
reaksi non spesifik yang disertai oleh mekrofag dan sel–sel raksasa.
Pada fase permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh
Corynebacterium Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik
dan alternatif (classical and alternative complement pathways). Respon
pejamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibodi
terhadap Corynebacterium Acne sjuga meningkat pada penderita acne
yang berat.
1. Sasaran dan Strategi terapi
Pengobatan Jerawat harus berdasarkan sasaran terapi dan strategi terapi,
antara lain:
- Sasaran Terapi :
Mencengah dan mengontrol gejala munculnya acne
Mencengah atau mengurangi terjadinya acne
Menghambat atau mengurangi peradangan pada acne
- Strategi Terapi :
Strategi Farmakologi
Strategi Non- Farmakologi
2. Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi Jerawat
Dapat diberikan obat-obatan yang mengandung : Sulfur, resorsinol,
asam salisilat, benzoil peroksida, triklosan.
Kegunaan obat : Membantu mengatasi gangguan jerawat.
Pemakaian : Mencuci wajah hingga bersih. Kemudian oleskan
obat dengan ujung jari pada bagian yang berjerawat
selama 3 hari pertama. Bila tidak terjadi gangguan,
gunakan 2x sehari pada bagian yang berjerawat.
Bila timbul kekeringan atau kulit terkelupas dosis
dikurangi menjadi 1x sehari atau 2x sekali.
Perhatian : Hanya untuk pemakaian luar. Hindari kontak
dengan. mata, pelupuk mata dan Mulut
Bentuk sediaan : Bedak, Krim, Gel
Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
folikel, misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin
fosfat (1%). Dapat pula digunakan anti peradangan topikal, salep atau
krim kortikosteroid kekuatan ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%)
atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat (triamsolon asetonid 10
mg/cc) pada lesi nodulo- kistik.
Contoh Obat yang beredar dipasaran :
Nama Obat Golongan Kandungan Cara Pakai
Acne Feldin Bebas Sulfur presipitat 6,6% Oleskan 2 x sehari pada
kulit berjerawat yang telah
dibersihkan
Verile Bebas Asam Salisilat 0,5 %, Asam Borat 1 %, Resorsinol 2 %, aloe
vera 0,1 %,triklosan 0,1 %, alkohol 25 %.
Pimplex Bebas
Terbatas
Benzoil Peroksida 2,5 % Oleskan 2x sehari pada
kulit berjerawat yang telah
dibersihkan
Mediklin OWA Clindamisin fosfat 1.2% 1-2 x sehari, dapat
diberikan 1 tube sebagai
obat luar
Darsih pil Obat herbal Curcumae domesticae Rhizoma 10% Zingiberis aromaticae Rhizoma 20% Elephantopi Folium 5% Sappan Lignum 10% Zingiberis purpurei Rhizoma 20% Andrographidis Herba 15% Curcumae Rhizoma 20%
Minumlah secara teratur 3 kali sehari @ 5 pil. Untuk anak-anak cukup 3 kali sehari @ 3 pil.
Terapi Non-Farmakologi
Cuci muka tidak perlu terlalu sering dilakukan, cukup dua kali sehari
dengan memakai sabun (bukan antiseptik).
Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang
kotor, dapat memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat.
Gunakan kosmetik yang berbahan dasar air .
Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat meninggalkan
bekas berupa jaringan parut pada kulit.
Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan
kulit usahakan untuk tetap rileks. Stres diketahui merupakan salah satu
faktor penyebab timbulnya acne.