RIFQI FATHUL 'AZMI - C14060526 - Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sinodontis Synodontis...
-
Upload
ahmad-luky-ramdani -
Category
Documents
-
view
1.164 -
download
6
Transcript of RIFQI FATHUL 'AZMI - C14060526 - Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sinodontis Synodontis...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN
PADA KEPADATAN YANG BERBEDA
DEPARTEMFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN SINODONTIS Synodontis eupterus
PADA KEPADATAN YANG BERBEDA
RIFQI FATHUL ‘AZMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP Synodontis eupterus
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN SINODONTIS Synodontis eupterus PADA KEPADATAN YANG BERBEDA adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2011 RIFQI FATHUL ‘AZMI C14060526
ABSTRAK RIFQI FATHUL ‘AZMI . Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sinodontis Synodontis eupterus pada Kepadatan yang Berbeda. Dibimbing oleh YANI HADIROSEYANI dan DADANG SHAFRUDDIN . Pada keadaan lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan padat penebaran akan disertai dengan peningkatan hasil (produksi). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan padat penebaran ikan sinodontis dengan produksi yang dihasilkan. Benih ikan yang digunakan berukuran panjang rata-rata 2,54+0,11 cm dengan bobot rata-rata 2,97+0,43 g yang berasal dari daerah Pagelaran, Bogor, Jawa Barat. Benih diadaptasikan dahulu dalam akuarium kemudian dipelihara dengan padat tebar 3, 6, dan 9 ekor/ℓ dengan 3 ulangan. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan adalah akuarium berukuran 60x29x33 cm sebanyak 9 unit yang diisi air masing-masing sebanyak 20 ℓ. Lama waktu pemeliharaan ikan selama 40 hari. Selama penelitian, ikan diberi pakan berupa cacing sutera Limnodrilus sp. dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari secara at satiation. Pergantian air sebanyak 2x30% per hari pada pagi dan sore hari. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan panjang harian, pertumbuhan panjang mutlak dan koefisien keragaman panjang ikan sinodontis (P>0,05). Namun bila dilihat dari efisiensi ekonomi, kepadatan 9 ekor/ℓ memberikan hasil yang terbaik dengan nilai R/C ratio terbesar. Kata Kunci: ikan sinodontis, padat tebar, kelangsungan hidup, R/C ratio
ABSTRACT
RIFQI FATHUL ‘AZMI . Growth and survival rate of sinodontis fry rearing Synodontis eupterus in the different stocking density. Supervised by YANI HADIROSEYANI and DADANG SHAFRUDDIN . In a good environmental condition and adequate quantity of food, an increase of stocking density will increase yield. This experiment was aimed to obtain information about the most optimum stocking density of sinodontis nursery culture. The initial size of sinodontis fry was 2,54+0,11 cm in length and 2,97+0,43 g in weight, which was obtained from a sinodontis farmer at Pagelaran, Bogor, West Java. Prior to experiment, the fry was adapted in the aquaria with a size of 60x29x33 cm which had been filled with 20 ℓ of water. The fry was then cultured at 3 different stocking density treatments. 3, 6, 9 fry/ℓ with 3 replications for a period of 40 days. The fry fed a Limnodrilus sp. twice a day at satiation. Substitution of water exchanged twice a day in the morning and on the afternoon with a rate of 2x30% a day. The result indicated that stocking density did not significantly affected fish survival, specific grow rate, growth of absolute length and coefficient of variation (p>0.05). But when viewed from the economic
efficiency, density of 9 fry/ℓ give the best results with the R/C ratio is greatest. Keywords: sinodontis, stocking density, survival rate, R/C ratio.
.
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN
PADA KEPADATAN YANG BERBEDA
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan padaProgram Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN SINODONTIS Synodontis eupterus
PADA KEPADATAN YANG BERBEDA
RIFQI FATHUL ‘AZMI
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan BudidayaDepartemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP Synodontis eupterus
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Judul Skripsi : Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan sinodontis Synodontis eupterus pada kepadatan yang berbeda.
Nama Mahasiswa : Rifqi Fathul ‘Azmi Nomor Pokok : C14060526
Menyetujui Dosen Pembimbing I
Ir. Yani Hadiroseyani, M.M. NIP. 19600131 198603 2 002
Dosen Pembimbing II
Ir. Dadang Shafruddin, M.Si. NIP. 19551015 198003 1 004
Mengetahui
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Odang Carman NIP. 19591222 198601 1 001
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni s.d. Agustus 2010 adalah
budidaya ikan hias yang dilakukan di Laboratorium Teknik Produksi dan
Manajemen Akuakultur Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dengan judul “Pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan sinodontis Synodontis eupterus pada kepadatan
yang berbeda”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Yani Hadiroseyani M.M,
dan Ir. Dadang Shafruddin, M.Si. selaku dosen pembimbing, Irzal Effendi, M.Si.
selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya selama proses
akademik, Prof. Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto selaku dosen penguji. Disamping
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada ayahanda Dedi Setiawandi dan
ibunda Lely Laeliyah H, Fida Abdul Aziz dan Muadz Maulidan Alwandi atas
segala doa dan kasih sayangnya, Kang Abe, Dama, Ide P, Isni R, Firsty R,
Silfanny R.J.P, Khaefah M, Rona A.N.G, M Tomi S.I, Hendriyanto H, Dedi A.S,
Dwi R.A, Galih F.A, Angga Y, Azhar W, Gatra R.V, teman-teman BDP 41, 42, 43,
44 atas segala bantuan, kerjasama dan persahabatan yang tak tergantikan.
Bogor, Maret 2011
Rifqi Fathul ‘Azmi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Majalengka tanggal 27 Desember 1987 dari ayah
Dedi Setiawandi dan ibu Lely Laeliyah H. Penulis merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN 3 Kutagandok (1994-
2000), SLTPN 2 Rengasdengklok (2000-2003) dan SMUN 1 Rengasdengklok
dan lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor dan memilih
mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama dibangku kuliah, penulis magang mandiri di Balai Budidaya Air
Payau dan Laut Jepara pada bulan Juli 2008, dan praktek lapangan di PKSPL
IPB Balai Sea Farming Kepulauan Seribu pada bulan Juni sampai Agustus 2009.
Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur
(HIMAKUA) periode 2007/2008 sebagai anggota divisi Olahraga dan Seni.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
II. BAHAN DAN METODE ...................................................................... 3
2.1. Bahan Penelitian ...................................................................... 2 2.2. Metode Penelitian .................................................................... 3 2.3. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 4 2.4. Parameter Penelitian ................................................................ 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 8
3.1. Hasil ......................................................................................... 8 3.1.1. Kelangsungan Hidup ......................................................... 8 3.1.2. Laju Pertumbuhan Bobot Harian ....................................... 8 3.1.3. Efisiensi Pakan .................................................................. 9 3.1.4. Pertambahan Panjang Mutlak ........................................... 10 3.1.5. Koefisien Keragaman Panjang .......................................... 10 3.1.6. Fisika-Kimia Air ................................................................. 11 3.1.7. Efisiensi Ekonomi .............................................................. 14
3.2. Pembahasan ............................................................................ 15 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 20
4.1. Kesimpulan .............................................................................. 20 4.2. Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 21
LAMPIRAN ............................................................................................ 23
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kisaran nilai beberapa parameter kualitas air pada media pemeliharaan ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ........ 11
2. Persentase grade ukuran ikan sinodontis 1,5 - 2 inch dan >2 inch 14 3. Efesiensi ekonomi pada tiap perlakuan dalam 1 tahun. ................ 15
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Grafik tingkat kelangsungan hidup benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) per waktu sampling yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ................................. 8
2. Histogram laju pertumbuhan bobot harian benih ikan sinodontis
(Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ........................................................... 9
3. Histogram efisiensi pakan benih ikan sinodontis (Synodontis
eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ................................................................................ 9
4. Histogram pertambahan panjang mutlak benih ikan sinodontis
(Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ........................................................... 10
5. Histogram koefisien keragaman panjang benih ikan sinodontis
(Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ........................................................... 11
6. Grafik pH media pemeliharaan benih ikan sinodontis (Synodontis
eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ................................................................................. 12
7. Grafik kelarutan oksigen (DO) media pemeliharaan benih ikan
sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ................................. 12
8. Grafik amonia (NH3) media pemeliharaan benih ikan sinodontis
(Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ........................................................... 13
9. Grafik nitrit (NO2) media pemeliharaan benih ikan sinodontis
(Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ........................................................... 13
10. Grafik alkalinitas media pemeliharaan benih ikan sinodontis
(Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ) ........................................................... 14
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil perhitungan statistik kelangsungan hidup benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0. ................................................................................... 24
2. Hasil perhitungan statistik laju pertumbuhan bobot harian benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0. ................................................................................... 24
3. Hasil perhitungan statistik efisiensi pakan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0. ........... 25
4. Hasil perhitungan statistik pertambahan panjang mutlak benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0. ................................................................................... 25
5. Hasil perhitungan statistik koefisien keragaman panjang benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0. ................................................................................... 26
6. Hasil perhitungan statistik persentase grade ukuran 1,5-2 inch dan >2 inch benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0. ............................................................ 27
7. Cash flow produksi ikan sinodontis (Synodontis eupterus) ukuran 1,5-2 inch per tahun. ..................................................................... 29
8. Biaya investasi dan penyusutan.................................................... 30 9. Data jumlah pakan yang dihabiskan ............................................. 31
I. PENDAHULUAN
Ikan hias merupakan komoditas penting, ikan ini juga diperjualbelikan
secara domestik dan ekspor. Dalam perdagangan ikan hias global 2008,
Indonesia memiliki pangsa pasar ikan hias sebesar 7,5%, sedangkan Singapura
telah mencapai 22,8%. Perlu diketahui, 90% dari kebutuhan ikan Singapura
tersebut disuplai dari Indonesia (Poernomo, 2008). Beberapa spesies ikan hias
air tawar ekspor andalan adalah redfin (Epalzeorhynchos frenatum), black ghost
(Apteronotus albifrons), neon tetra (Paracheirodon innesi), sinodontis
(Synodontis eupterus) dan botia (Botia macrachanta).
Ikan Synodontis merupakan jenis ikan hias air tawar yang berasal dari
daerah sungai Nil. Ikan ini termasuk dalam golongan catfish dari famili
Mochokidae. Nama Synodontis berasal dari bahasa Yunani, yaitu syn berarti
bersama dan odon berarti gigi karena ikan sinodontis ini senang berkelompok
bersama sejenisnya dan memiliki gigi-gigi mandibular. Ikan sinodontis memiliki
keindahan pada sirip dorsalnya yang tegak dan panjang sehingga sering dijuluki
featherfin catfish. Ikan sinodontis juga memiliki keunikan yaitu dapat berenang
dengan posisi terbalik. Ikan ini memakan beberapa makan seperti cacing, pellet,
dan lain-lain (Yugo, 2010).
Ikan sinodontis merupakan salah satu komoditas ikan hias yang banyak
dibudidayakan dalam usaha pendederan. Pendederan merupakan suatu
kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan di
unit produksi pembesaran atau benih yang siap jual (Effendi, 2004). Budidaya
ikan hias dengan teknologi dan manajemen yang baik diperlukan agar diperoleh
hasil yang baik. Salah satu metode untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil
adalah dengan meningkatkan padat penebaran dan mempertahankan kualitas air
media pemeliharaannya tetap ideal. Pada lingkungan yang optimum dan pakan
yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil
(Hepher dan Pruginin, 1981).
Sampai saat ini, pendederan ikan sinodontis masih dilakukan secara
tradisional dan tidak terkontrol sehingga produksi yang dilakukan belum optimal.
Berdasarkan hasil survey kepada petani sinodontis di Cibuntu, Bogor petani
biasanya menggunakan kepadatan 3 ekor/ℓ dalam pendederan ikan sinodontis
2
dari ukuran 3/4 inchi ke ukuran 1,5 inchi dalam kurun waktu 1 bulan.
Dari pendederan ini didapatkan kelangsungan hidup sebesar 80-90 %.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi benih ikan sinodontis di
pendederan adalah dengan meningkatkan padat penebaran. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan padat penebaran benih ikan sinodontis yang terbaik
antara 3, 6 dan 9 ekor/ℓ berdasarkan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan
efisiensi ekonomi.
3
II. BAHAN DAN METODE
Penelitian tentang budidaya sinodontis dengan densitas yang berbeda ini
dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 yang bertempat Laboratorium
Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Adapun bahan
dan metode penelitian yang digunakan ada pada sub bab 2.1 dan 2.2 berikut ini.
2.1. Bahan penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
akuarium berukuran 60 cm x 29 cm x 33 cm sebanyak 9 unit, benih ikan
sinodontis yang berasal dari daerah Pagelaran, Bogor, Jawa Barat, pakan
berupa cacing sutera (Limnodrilus sp.) dari daerah Cibeureum, Kecamatan
Dramaga, Bogor.
2.2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan tiga
ulangan, yaitu :
1) Perlakuan P1 dengan padat tebar 3 ekor/ℓ.
2) Perlakuan P2 dengan padat tebar 6 ekor/ℓ.
3) Perlakuan P3 dengan padat tebar 9 ekor/ℓ.
Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ��� � � � �� � �� Keterangan:
Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j.
µ = Nilai tengah dari pengamatan.
σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i.
εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j.
(Steel dan Torrie, 1981)
4
2.3. Pelaksanaan Penelitian
Tahap persiapan wadah meliputi pencucian akuarium, disinfeksi akuarium
dengan menggunakan Kalium Permanganat, pengeringan akuarium, dan
pengisian air. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan adalah akuarium
berukuran 60x29x33 cm sebanyak 9 unit yang diisi air masing-masing sebanyak
20 liter dilengkapi dua titik aerasi untuk suplai oksigen.
Benih ikan yang digunakan berukuran panjang rata-rata 2,54+0,11 cm
dengan bobot rata-rata 2,97+0,43 g yang berasal dari daerah Pagelaran, Bogor,
Jawa Barat. Ikan diadaptasikan dahulu dalam akuarium untuk kemudian
dipelihara dengan padat tebar sesuai dengan rancangan percobaan. Sebelum
ditebar dilakukan pengambilan contoh sebanyak 30 ekor untuk diukur panjang
dan bobot awalnya sehingga diperoleh data panjang dan bobot rata-rata awal
benih.
Pakan yang diberikan berupa cacing sutera (Limnodrilus sp.) yang
dikumpulkan dari alam di desa Cibeureum, Kecamatan Dramaga, Bogor. Cacing
dibersihkan terlebih dahulu dan diletakkan pada wadah dengan air mengalir.
Pakan diberikan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari secara at satiation
(sekenyangnya). Sebelum diberikan, pakan ditimbang, dan setelah 1 jam
pemberian, pakan yang tersisa kemudian ditimbang kembali.
Setiap hari dilakukan penyifonan kotoran di dasar akuarium dan dilakukan
pergantian air. Pergantian air dilakukan pada saat pagi dan sore hari sebanyak
30% dari volume air per hari. Air yang digunakan untuk pergantian air adalah air
yang telah diendapkan dan diaerasi pada tandon yang dilengkapi dengan
termostat sehingga suhu pada tandon sama dengan suhu air pada akuarium
pemeliharaan. Kotoran pada dasar akuarium dibersihkan dengan cara disifon
menggunakan selang berdiameter ¾ inch. Untuk mengetahui parameter kualitas
air dilakukan pengukuran parameter kualitas air sepuluh hari sekali yang meliputi
parameter suhu, kandungan oksigen terlarut (DO), pH, amonia, nitrit, dan
alkalinitas.
2.4. Parameter Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 40 hari. Sampling (pengambilan
contoh) ikan dilakukan setiap 10 hari sekali dengan pengambilan contoh ikan
sebanyak 30 ekor per akuarium. Bobot ikan diukur dengan menggunakan
timbangan digital dan panjang ikan diukur dengan menggunakan jangka sorong.
5
Jumlah ikan dihitung setiap hari dengan melakukan pencatatan ikan yang mati.
Data yang dikumpulkan selama sampling, kemudian digunakan untuk
menghitung parameter kinerja produksi yang meliputi derajat kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien
keragaman panjang, efisiensi pakan serta efisiensi usaha.
Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yaitu perbandingan ikan yang
hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan.
Dihitung dengan menggunakan rumus (Goddard, 1996):
� � � � �� x 100%
Keterangan: SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Laju pertumbuhan harian (α) dalam penelitian ini dihitung menggunakan
rumus (Huisman, 1987):
� � ���� ��� �� 1! x 100%
Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian (%)
�� � = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g)
�� � = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g)
t = Lama pemeliharaan (hari)
Pada penelitian ini, efisiensi pakan dihitung menggunakan rumus
(Zonneveld et al., 1991):
#$ � %&�� � �'( ��) * x 100%
Keterangan: EP = Efisiensi pakan (%)
Wt = Biomassa ikan akhir (g)
Wd = Biomassa ikan mati (g)
Wo = Biomassa ikan awal (g)
F = Jumlah pakan yang diberikan (g)
6
Pertambahan panjang mutlak adalah perubahan panjang rata-rata
individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan, dihitung
menggunakan rumus (Effendie, 1979): $0 � 1� 1�
Keterangan: Pm = Pertambahan panjang mutlak (cm)
Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)
Lo = Panjang rata-rata awal (cm)
Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang
dinyatakan dalam koefisien keragaman, dihitung menggunakan rumus menurut
Steel dan Torrie (1981):
44 � �5� x 100%
Keterangan: KK = Koefisien keragaman
S = Simpangan baku
γ = Rata-rata contoh
Penerimaan adalah hasil kali antara produk yang dihasilkan dengan
harga jual dari produk tersebut. Penerimaan bergantung pada harga ikan dan
jumlah ikan yang terjual. Penerimaan dapat dihitung dengan rumus (Nurmalina et
al, 2009): 8� � 9 x $
Keterangan: TR = Total Revenue (total penerimaan)
Q = Quantity (jumlah ikan yang dijual)
P = Price (harga)
Keuntungan diperoleh pada saat penerimaan dikurangi dengan biaya
pengeluaran yang dilakukan selama pemeliharaan, dihitung dengan
menggunakan rumus (Nurmalina et al, 2009): < � 8� 8=
Keterangan: π = Laba
TR = Total Revenue (total penerimaan)
TC = Total Cost (total pengeluaran)
7
R/C ratio merupakan salah satu kriteria kelayakan yang biasa digunakan
dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor. Dengan
menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya
tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Secara matematis
R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al, 2009):
�/= AB��� � ∑ 8�∑ 8=
Keterangan: R/C ratio = Perbandingan penerimaan dan pengeluaran
∑TR = Jumlah dari Total Revenue (total penerimaan)
∑TC = Jumlah dari Total Cost (total pengeluaran)
Biaya Produksi per unit, dihitung dengan rumus menurut Martin et al (1991):
G�BHB $A�'IJK� LMA IN�� � G�BHB ���BO LA�'IJK�PI0OBQ LA�'IJ
Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis
menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 16.0, yang
meliputi :
1. Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95 %.
Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh
nyata terhadap derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot
harian, laju pertumbuhan panjang mutlak efisiensi pakan dan koefisien
keragaman panjang.
2. Analisis deskripsi kuantitatif digunakan untuk menjelaskan parameter
kerja dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan
sinodontis selama penelitian.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup rata-rata ikan sinodontis selama pemeliharaan
40 hari dengan kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ berturut-turut adalah 98,88±0,96%,
96,11±2,40%, dan 95,37±3,25% (Gambar 1). Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa padat penebaran tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup
benih ikan sinodontis (p>0,05; Lampiran 1).
Gambar 1. Grafik tingkat kelangsungan hidup benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) per waktu sampling yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
3.1.2. Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Laju pertumbuhan bobot harian ikan sinodontis selama pemeliharaan
40 hari dengan kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ berturut-turut adalah
3,90±0,20%/hari, 4,12±0,41%/hari, dan 3,45±0,83%/hari (Gambar 2.). Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan bobot harian (p>0,05; Lampiran 2).
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
10 20 30 40
SR
(%
)
Hari ke-
3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
9
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)
Gambar 2. Histogram laju pertumbuhan bobot harian benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
3.1.3. Efisiensi Pakan
Berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan,
didapat nilai efisiensi pakan pada tiap perlakuan dengan kepadatan 3,6, dan
9 ekor/ℓ berturut-turut adalah 45,66±7,78%; 65,79±6,82%; dan 40,71±22,63%
(Gambar 3). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran tidak
berpengaruh terhadap efisiensi pakan dari ikan sinodontis (p>0,05; Lampiran 3).
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0.05)
Gambar 3. Histogram efisiensi pakan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
3.904.12
3.45
0
1
2
3
4
5
3 6 9
Laju
Pe
rtu
mb
uh
an
Bo
bo
t
Ha
ria
n (
%/h
ari
)
Kepadatan (ekor/liter)
45.66
65.79
40.71
0
10
20
30
40
50
60
70
80
3 6 9
Efi
sie
nsi
Pa
ka
n (
%)
Kepadatan (ekor/liter)
a a a
a a a
10
3.1.4. Pertambahan Panjang Mutlak
Pertambahan panjang mutlak (cm) ikan sinodontis selama pemeliharaan
pada kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ adalah 2,32±0,08 cm, 2,40±0,14 cm,
1,97±0,31 cm (Gambar 4), dimana panjang rata-rata akhir ikan berkisar antara
4,40±0,80 cm sampai 4,97±0,95 cm. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
padat penebaran tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang mutlak ikan
sinodontis (p>0,05; Lampiran 4).
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0.05)
Gambar 4. Histogram pertambahan panjang mutlak benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
3.1.5. Koefisien Keragaman Panjang
Koefisien keragaman panjang menunjukkan variasi ukuran pada setiap
perlakuan. Nilai yang didapat pada tingkat kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ
berturut-turut adalah 7,58±0,98%, 6,98±0,50%, dan 8,29±0,84% (Gambar 5).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh
terhadap koefisien keragaman panjang ikan sinodontis (p>0,05; Lampiran 5).
2.322.40
1.97
0
1
1
2
2
3
3
3 6 9Pe
rta
mb
ah
an
Pa
nja
ng
Mu
tla
k
(cm
)
Kepadatan (ekor/liter)
a a a
11
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0.05)
Gambar 5. Histogram koefisien keragaman panjang benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
3.1.6. Fisika-Kimia Air
Nilai-nilai parameter kualitas air pada masing-masing perlakuan selama
masa pemeliharaan 40 hari tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kisaran nilai beberapa parameter kualitas air pada media pemeliharaan ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
Parameter Satuan Asal Sampel
Tandon 3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
pH - 6,14-7,43 5,65-7,43 6,05-7,43 5,93-7,43
DO mg/ℓ 3,88-5,62 3,7-5,17 3,56-5,17 3,34-5,17
NH3 mg/ℓ 0,0006-0,0066 0,0005-0,0076 0,0011-0,0140 0,0009-0,0110
NO2 mg/ℓ 0,0031-0,5 0,0774-0,3416 0,1401-0,6993 0,2544-1,1981
Alkalinitas mg/ℓ 64-184 88-240 32-272 64-304
Suhu oC 28-30 28-30 28-30 28-30
Setelah pemeliharaan 40 hari, nilai pH menurun per satuan waktu. Nilai
pH awal sebesar 7,43 dan pada akhir pemeliharaan didapat nilai pH pada setiap
tingkatan kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ berturut-turut adalah 5,65; 6,05; dan 5,93.
7.58 6.98 8.29
0123456789
10
3 6 9Ko
efi
sie
n K
era
ga
ma
n P
an
jan
g
(%)
Kepadatan (ekor/liter)
a a a
12
Gambar 6. Grafik pH media pemeliharaan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
Konsentrasi oksigen terlarut menurun per saruan waktu. Nilai oksigen
terlarut pada awal pemeliharaan sebesar 5,17 mg/ℓ. Sedangkan nilai oksigen
terlarut pada akhir pemeliharaan dengan tingkat kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ
berturut-turut sebesar 3,7 mg/ℓ; 3,56 mg/ℓ; dan 3,34 mg/ℓ.
Gambar 7. Grafik kelarutan oksigen (DO) media pemeliharaan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
Konsentrasi amonia berfluktuatif per satuan waktu. Nilai amonia awal
sebesar 0,0044 mg/ℓ. Sedangkan nilai akhir selama pemeliharaan pada tingkat
kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ berturut-turut sebesar 0,0005 mg/ℓ; 0,0017 mg/ℓ;
0,0009 mg/ℓ.
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8
1 10 20 30 40
pH
(k
on
sta
nta
)
Hari ke-3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter tandon
0
1
2
3
4
5
6
1 10 20 30 40
DO
(m
g/l
)
Hari ke-
3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter tandon
13
Gambar 8. Grafik amonia (NH3) media pemeliharaan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
Nilai konsentrasi nitrit berfluktuatif per satuan waktu. Pada awal
pemeliharaan didapat nilai nitrit sebesar 0,3416 mg/ℓ. Sedangkan pada akhir
pemeliharaan pada tingkat kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ sebesar 0,1292 mg/ℓ;
0,1401 mg/ℓ; dan 1,1981 mg/ℓ.
Gambar 9. Grafik nitrit (NO2) media pemeliharaan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
Nilai alkalinitas berfluktuatif per satuan waktu. Nilai alkalinitas pada awal
pemeliharaan sebesar 136 mg/ℓ CaCO3. Sedangkan nilai akhir pemeliharaan
pada tingkat kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ berturut-turut sebesar 240 mg/ℓ CaCO3;
272 mg/ℓ CaCO3; dan 304 mg/ℓ CaCO3.
0
0.0025
0.005
0.0075
0.01
0.0125
0.015
1 10 20 30 40
Am
on
ia (
mg
/l)
Hari ke-3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter tandon
0
0.25
0.5
0.75
1
1.25
1 10 20 30 40
Nit
rit
(mg
/l)
Hari ke-3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter tandon
14
Gambar 10. Grafik alkalinitas media pemeliharaan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) yang dipelihara pada kepadatan yang berbeda (3, 6 dan 9 ekor/ℓ).
3.1.7. Efisiensi Ekonomi
Ukuran ikan di akhir pemeliharaan pada percobaan ini berkisar antara
4,40±0,31 cm sampai 4,97±0,14 cm. Ukuran ikan pada akhir penelitian beragam
sehingga menghasilkan nilai jual ikan yang berbeda. Ikan yang dikategorikan
1,5 inch adalah ikan berukuran antara 3,78 cm sampai 5,02 cm. Sedangkan
ukuran Ikan yang dikategorikan 2 inch adalah ikan berukuran antara 5,02 cm
sampai 6,27 cm. Harga benih ikan sinodontis pada ukuran 1,5-2 inch di pasaran
sebesar Rp.700,00/ekor dan harga benih ikan sinodontis pada ukuran 2 inch
dipasaran sebesar Rp.1.000,00/ekor (harga di “Taufan Fish Farm”, Cibinong,
Bogor tahun 2010).
Tabel 2. Persentase grade ukuran ikan sinodontis 1,5-2 inch dan >2 inch
Perlakuan Persentase grade (%)
1,5-2 inch >2 inch
3 ekor/liter 60.70a 39.30x
6 ekor/liter 55.50a 44.50x
9 ekor/liter 93.26b 6.74y
Efisiensi ekonomi ditunjukkan pada Tabel 3 (Lampiran 7 & 8). Asumsi-
asumsi yang digunakan dalam perhitungan efisiensi ekonomi antara lain tingkat
kelangsungan hidup sebesar 96,79%. 1 modul mempunyai 40 akuarium, 1 modul
memiliki 1 pegawai, siklus produksi per tahun adalah 8 siklus produksi, pegawai
adalah pemilik modul sendiri. Harga benih ikan sinodontis ukuran 3/4 inch adalah
Rp.400,00/ekor yang dibeli di daerah Pagelaran dan Cibinong, Bogor, Jawa
0
50
100
150
200
250
300
350
1 10 20 30 40
Alk
ali
nit
as
(mg
/l C
aC
o3)
Hari ke-3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter tandon
15
Barat. Asumsi petani memijahkan sendiri sehingga harga benih 50% dari harga
pasar. Laba per perlakuan yang diperoleh pada perlakuan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ
berturut turut adalah Rp. 2.307.445; Rp. 14.812.662; dan Rp. 19.294.320. R/C
ratio yang didapat dari perlakuan 9 ekor/ℓ sebesar 1,93 yang artinya setiap
Rp.1,00 yang dikeluarkan sebagai biaya akan memberikan Rp. 1,93 sebagai
pendapatan. R/C ratio pada perlakuan 3 ekor/ℓ sebesar 1,18 dan perlakuan
6 ekor/ℓ sebesar 1,87.
Tabel 3. Efesiensi ekonomi pada tiap perlakuan dalam 1 tahun.
Parameter Perlakuan
3 ekor/ℓ 6 ekor/ℓ 9 ekor/ℓ
Penerimaan
Penerimaan Ukuran > 1,5 inch 7.840.000 12.320.000 36.288.000
Penerimaan Ukuran > 2 inch 7.360.000 19.520.000 3.840.000
Total Penerimaan 15.200.000 31.840.000 40.128.000
Biaya
Biaya Variabel
Biaya Benih 1.920.000 3.840.000 5.760.000
Biaya Pakan 2.614.755 4.829.538 6.715.880
Biaya Tetap
Penyusutan 557.800 557.800 557.800
Listrik 600.000 600.000 600.000
Upah pegawai 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Total Biaya 12.892.555 17.027.338 20.833.680
Laba (Rp) 2.307.445 14.812.662 19.294.320
Biaya Produksi per Unit (Rp) 695 459 374
R/C ratio 1,18 1,87 1,93
3.2. Pembahasan
Pada penelitian ini, peningkatan kepadatan telah disertai dengan
lingkungan yang optimum dan pakan yang mencukupi. Menurut Hepher dan
Pruginin (1981), lingkungan yang optimum dan pakan yang mencukupi,
peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil.
Tingkat kelangsungan hidup merupakan salah satu parameter utama
yang menunjukkan keberhasilan dalam pemeliharaan suatu organisme akuatik.
Peningkatan kepadatan tidak mengakibatkan penurunan tingkat kelangsungan
hidup karena kualitas air relatif tidak menurun secara signifikan selama penelitian
dan masih pada kisaran yang layak bagi ikan. Menurut Wedemeyer (1996),
peningkatan padat penebaran akan mengganggu tingkah laku ikan terhadap
16
ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kelangsungan hidup. Nilai
kelangsungan hidup pada kepadatan 9 ekor/ℓ menunjukkan bahwa proses
fisiologis ikan belum terganggu.
Pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat
genetis, kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit
serta di dukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan, dan ruang
gerak atau padat penebaran (Hepher dan Pruginin, 1981). Menurut Wedemeyer
(1996), pertumbuhan ikan menurun diduga disebabkan oleh terganggunya
proses fisiologis dan tingkah laku ikan akibat kepadatan yang melewati batas
tertentu. Peningkatan padat penebaran dari 3 ekor/ℓ hingga 9 ekor/ℓ tidak
memberikan perbedaan nyata dalam hal laju pertumbuhan bobot harian dan
efisiensi pakan. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan dan pemberian pakan
sudah cukup baik sehingga ikan bisa memanfaatkan pakan dengan efisien pada
tiap perlakuan. Begitu juga dengan perrtumbuhan panjang mutlak tidak
memberikan perbedaan nyata terhadap peningkatan padat penebaran. Dengan
demikian kepadatan 9 ekor/ℓ belum menjadi pembatas bagi kinerja pertumbuhan
panjang dan bobot ikan. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan masih cukup
optimal bagi pertumbuhan ikan.
Koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar variasi
ukuran panjang ikan dalam pemeliharaan. Semakin besar nilai koefisien
keragaman panjang maka dalam populasi tersebut ukuran antar individu akan
semakin beragam. Keseragaman ukuran ikan dalam suatu populasi sangat
penting karena apabila terjadi keragaman yang tinggi maka kompetisi akan
semakin tinggi pula. Dalam hal ini kompetisi perebutan ruang gerak. Sebagai
produk, keseragaman dapat mempengaruhi harga jual ikan karena ikan yang
ukurannya seragam harganya akan lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya
tidak seragam. Koefisien keragaman panjang menunjukkan variasi ukuran pada
setiap perlakuan. Semakin kecil nilai koefisien keragaman maka akan semakin
seragam ukuran ikan yang dihasilkan. Secara umum yang digunakan saat ini di
kalangan para pembudidaya, suatu populasi dianggap seragam jika nilai
koefisien keragaman berada dibawah 20%. Pada penelitian ini, perbedaan padat
penebaran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap koefisien keragaman
panjang. Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang dipelihara seragam karena
koefisien ragam berada dibawah 20%. Hal ini sesuai dengan Mattjik dan
17
Sumertajaya (2002) yang menyatakan bahwa nilai koefisien keragaman yang
nilainya di bawah kisaran 20%-25% dianggap homogen atau seragam.
Kualitas air dapat mempengaruhi produksi budidaya. Dari penelitian ini
terjadi penurunan kualitas air seiring bertambahnya waktu pemeliharaan. Nilai pH
dalam penelitian ini berkisar antara 5,65 sampai 7,43. Terjadi penurunan pH
pada hari ke sepuluh hingga akhir pemeliharaan ikan. Penurunan pH disebabkan
oleh peningkatan CO2 akibat respirasi sedangkan O2 berkurang akibat respirasi
dan perombakan zat organik melalui proses oksidasi yang memerlukan oksigen.
Menurut Boyd (1982) pH yang optimal perairan untuk mendukung pertumbuhan
ikan yaitu antara 6,5-9. Menurut Swingle dalam Boyd (1990) bahwa kisaran
pH 5-6 dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan menjadi lambat.
Kisaran nilai oksigen terlarut pada penelitian ini bekisar antara
3,34-5,17 mg/ℓ. Nilai oksigen terendah pada kepadatan 9 ekor/ℓ sebesar
3,34 mg/ℓ. Meningkatnya padat penebaran ikan seiring dengan peningkatan
konsumsi oksigen menyebabkan kelarutan oksigen dalam media pemeliharaan
mengalami penurunan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan pergantian
air yang dilakukan setiap hari serta pemberian aerasi pada setiap akuarium.
Dengan demikian oksigen terlarut masih berada dalam kisaran yang layak untuk
kebutuhan pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goddard (1996),
kepadatan yang tinggi dalam pemeliharaan ikan budidaya haruslah didukung
dengan pergantian air yang tinggi. Hepher (1978) dalam Nurhamidah (2007)
menyatakan bahwa dalam budidaya intensif, oksigen terlarut dan akumulasi hasil
metabolisme menjadi faktor pembatas karena pada kepadatan yang tinggi
menyebabkan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut dan meningkatnya
akumulasi hasil metabolisme.
Nilai konsentrasi amonia pada akhir pemeliharaan perlakuan 3, 6 dan
9 ekor/ℓ berturut-turut adalah sebesar 0,0005 mg/ℓ; 0,0017 mg/ℓ; 0,0009 mg/ℓ.
Nilai amonia yang didapat pada akhir penelitian cukup rendah dan masih bisa
ditoleransi oleh ikan. Rendahnya nilai amonia disebabkan karena jumlah
kandungan bahan organik dalam media pemeliharaan sedikit. Pergantian air
setiap hari dapat menurunkan nilai kandungan bahan organik dalam media
pemeliharaan sehingga nilai amonia menjadi kecil. Selain itu pH dan suhu yang
stabil mengakibatkan amonia tidak banyak terbentuk.
Toksisitas amonia sangat terkait erat dengan pH, suhu, dan kelarutan
oksigen. Pada pH tinggi amonia berubah menjadi bentuk tak terionisasi yang
18
berbahaya (toxic unionized form). Pada pH 7 kurang dari 1% total amonia
menjadi toxic unionized form; pH 8, 5-9 %; pH 9, 30-50 %; dan pH 10, 80-90 %
(Popma dan Loushin, 1996). Amonia merupakan produk akhir dari katabolisme
protein. Dikeluarkan sebagai amonia tak terionisasi melalui insang organisme
akuatik. Amonia, nitrit dan nitrat mudah terlarut dalam air. Diperairan amonia
muncul dalam dua bentuk: (1) amonia (NH3) dan; (2) amonium (NH4+).
Konsentrasi relatif dari kedua bentuk amonia tersebut merupakan fungsi dari pH,
suhu dan salinitas (Ebeling et al., 2006).
Nilai alkalinitas pada awal pemeliharaan sebesar 136 mg/ℓ CaCO3.
Sedangkan nilai akhir pemeliharaan pada tingkat kepadatan 3, 6, dan 9 ekor/ℓ
berturut-turut sebesar 240 mg/ℓ CaCO3; 272 mg/ℓ CaCO3; dan 304 mg/ℓ CaCO3.
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau basa
juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap
perubahan pH. Perairan mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa
perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga
kapasitas buffer atau basa lebih stabil (Effendi, 2003 ). Menurut Boyd (1988)
dalam Effendi (2003), alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mg/ℓ CaCO3.
Selain oksigen terlarut, suhu juga merupakan faktor yang dapat
mendukung pertumbuhan ikan. Tingkat nafsu makan ikan tergantung oleh suhu.
Suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme ikan (NRC, 1977 dalam
Nurhamidah, 2007). Selama penelitian berlangsung, suhu air berkisar antara
28-30 °C.
Faktor yang mempengaruhi stres adalah kondisi kualitas air, khususnya
oksigen dan amonia. Kandungan oksigen yang rendah dapat menurunkan tingkat
konsumsi pakan ikan (nafsu makan), karena oksigen sangat dibutuhkan untuk
respirasi, proses metabolisme di dalam tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas
pengelolaan makanan. Menurunnya nafsu makan ikan dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan. Selain itu, konsentrasi amonia hasil metabolisme yang
meningkat pada media pemeliharaan juga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan karena menurunkan konsumsi oksigen akibat kerusakan pada
insang, penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan, dan
mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian (Boyd, 1990).
Peningkatan padat penebaran dari 3 ekor/ℓ hingga 9 ekor/ℓ menghasilkan
pencapaian kelompok ukuran yang bervariasi. Ikan yang dikategorikan 1,5 inch
19
adalah ikan berukuran antara 3,78 cm sampai 5,02 cm. Sedangkan ukuran Ikan
yang dikategorikan 2 inch adalah ikan berukuran antara 5,02 cm sampai 6,27 cm.
Pada kepadatan 3 ekor/ℓ dan 6 ekor/ℓ diperoleh ukuran kurang dari 2 inch
sebesar 60,70% dan 55, 50%, ukuran yang melebihi 2 inch sebesar 39,30% dan
44,50%. Sedangkan pada kepadatan 9 ekor/ℓ diperoleh jumlah ikan yang kurang
dari 2 inch sebesar 93,26%, ukuran yang melebihi 2 inch sebesar 6,74%. Ukuran
ikan berkontribusi terhadap harga jual. Semakin besar ukuran ikan maka
semakin tinggi pula harga jualnya. Harga benih ikan sinodontis pada ukuran
1,5–2 inch dipasaran sebesar Rp.700,00/ekor dan harga benih ikan sinodontis
pada ukuran 2 inch dipasaran sebesar Rp.1.000,00/ekor (harga di “Taufan Fish
Farm”, Cibinong, Bogor tahun 2010).
Penerimaan paling besar diperoleh pada perlakuan 9 ekor/ℓ dibanding
dengan perlakuan 3 ekor/ℓ dan 6 ekor/ℓ. Adapun biaya produksi yang dikeluarkan
tiap perlakuan relatif sama sehingga keuntungan terbesar dicapai pada
perlakuan 9 ekor/ℓ yang dapat dilihat dari biaya produksi per unit terkecil dan R/C
ratio yang terbesar dibandingkan perlakuan lainnya. Biaya produksi per unit
menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk produksi satu benih ikan. R/C
ratio memberikan pedoman bahwa bisnis layak untuk dijalankan apabila R/C ratio
lebih besar dari 1 dan bisnis tidak layak untuk dijalankan bila R/C ratio lebih kecil
dari 1 (Nurmalina et al, 2009). Dengan demikian, perlakuan padat penebaran
9 ekor/ℓ menghasilkan efisiensi usaha yang paling tinggi diantara perlakuan
lainnya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Peningkatan padat penebaran ikan sinodontis dari 3 ekor/ℓ menjadi
9 ekor/ℓ tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan
bobot harian, efisiensi pakan, pertambahan panjang mutlak dan koefisien
keragaman panjang. Namun bila dilihat dari analisis ekonomi, peningkatan padat
tebar ikan menunjukkan peningkatan dalam perolehan besaran laba,
peningkatan efisiensi biaya produksi per unit, dan peningkatan rasio penerimaan
terhadap biaya.
4.2. Saran
Sebaiknya dalam budidaya intensif ikan sinodontis ukuran 2,5 cm, padat
tebar yang digunakan adalah 9 ekor/ℓ dengan pergantian air sebanyak
2x30%/hari.
21
DAFTAR PUSTAKA Boyd, CE., 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Sci.
Publ. Comp, Amsterdam, Oxford, New York. Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University.
Alabama. Ebeling, J.M., Timmons, M.B., dan Bisogni, 2006. Engineering Analysis of The
Stoichiometry of Photoautotrophic, Autotrophic, and Heterotrophic Removal of Ammonia–Nitrogen in Aquaculture Systems. Aquaculture 257: 346–358
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Effendi, I., 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta. Effendie, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Goddard, S., 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and
Hall, New York. Hepher, B. dan Pruginin. Y., 1981. Commercial Fish Farming with Special
Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. Huisman, E.A., 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of
Aquaculture. Wageningen University, Netherland. Nurhamidah, D., 2007. Pengaruh Padat Penebaran pada Kinerja Pertumbuhan
Benih Ikan Patin Pangasius hypopthalmus dengan Sistem Resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina, R., Sarianti, T. dan Karyadi, A., 2009. Studi Kelayakan Bisnis.
Departeman Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Martin, JD., JW Petty, AJ Keown, and DF Scott, 1991. Basic Financial
Management 5th Edition. Prentice Hall Inc, New Jersey, USA. Mattjik, AA., dan M Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. IPB Press, Bogor. hlm 68. Poernomo, S., 2008. DKP dan LIPI Kembangkan Ikan Hias. Available at
http://www.setneg.ri.go.id/ [1 Juni 2010].
22
Popma, T.J., dan Loushin, L.L., 1996. Worldwide Prospects for Commercial Production of Tilapia. Research and Development Series No. 41 (1996). International Centre for Aquaculture and Aquatic Environments. Department of Fisheries and Allied Aquaculture. Auburn University, Alabama.
Steel, G.D. dan Torrie, J.H., 1981. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wedemeyer, G.A., 1996. Physiologi of Fish in Intensive Culture Systems.
Northwest Biological Science Center National Biological Service U.S. Departement of The Interior. Chapman and Hall, U.S.
Yugo, 2010. Synodontis ikan unik yang berenang terbalik. Available at
http://yugo21.blogspot.com/2010/.html. [ 21 Agustus 2010] Zonneveld, N.E.A., Huisman dan J.H. Boon., 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Terjemahan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 1. Hasil perhitungan statistik kelangsungan hidup benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0.
Ulangan 3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
1 100 93,33 91,66
2 98,33 97,50 97,77
3 98,33 97,50 96,66
Rata-rata 98,88±0,96% 96,11±2,40% 95,37±3,25%
ANOVA
Sumber Keragaman (SK)
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (DB)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung
P F Tabel
Perlakuan 20,5960 2 10,2980 1,7837 0,2466 5,14
Galat 34,6399 6 5,7733
Total 55,2360 8
Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan sinodontis
Lampiran 2. Hasil perhitungan statistik laju pertumbuhan bobot harian benih
ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0.
Ulangan 3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
1 3,69 3,73 3,88
2 4,06 4,54 2,46
3 3,99 4,17 3,92
Rata-rata 3,90±0,20% 4,12±0,41% 3,45±0,83%
ANOVA
Sumber Keragaman (SK)
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (DB)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung P F
Tabel
Perlakuan 0,0470 2 0,0235 1,5825 0,2805 5,14
Galat 0,0892 6 0,0148
Total 0,1363 8
Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian benih ikan sinodontis
25
Lampiran 3. Hasil perhitungan statistik efisiensi pakan benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0.
Ulangan 3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
1 52,0999 60,7542 47,7833
2 47,8607 63,0652 15,3939
3 37,0115 73,5519 58,9647
Rata-rata 45,66±7,78% 65,79±6,82% 40,71±22,63%
ANOVA
Sumber Keragaman (SK)
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (DB)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung
P F
Tabel
Perlakuan 1058,607 2 529,303 2,565 0,157 5,14
Galat 1238,314 6 206,386
Total 2296,920 8 Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata
terhadap efisiensi pakan benih ikan sinodontis Lampiran 4. Hasil perhitungan statistik pertambahan panjang mutlak benih ikan
sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0.
Ulangan 3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
1 2,36 2,24 2,12
2 2,37 2,47 1,62
3 2,23 2,50 2,17
Rata-rata 2,32±0,08 cm 2,40±0,14 cm 1,97±0,31 cm
ANOVA
Sumber Keragaman (SK)
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (DB)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung P F Tabel
Perlakuan 0,3172 2 0,1586 4,0042 0,0785 5,14
Galat 0,2376 6 0,0396
Total 0,5548 8
Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap panjang mutlak benih ikan sinodontis
26
Lampiran 5. Hasil perhitungan statistik koefisien keragaman panjang benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0.
Ulangan 3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
1 7,9802 7,4673 9,2533
2 6,4702 6,4731 7,9013
3 8,2982 7,0045 7,7100
Rata-rata 7,58±0,98% 6,98±0,50% 8,29±0,84%
ANOVA
Sumber Keragaman (SK)
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (DB)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung P F Tabel
Perlakuan 2,566 2 1,283 2,015 0,214 5,14
Galat 3,821 6 0,637
Total 6,387 8
Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman panjang benih ikan sinodontis
27
Lampiran 6. Hasil perhitungan statistik persentase grade ukuran 1,5-2 inch dan >2 inch benih ikan sinodontis (Synodontis eupterus) dengan menggunakan SPSS 16.0.
Ukuran (inch) Ulangan 3 ekor/liter 6 ekor/liter 9 ekor/liter
1,5-2 inch
1 56,67 56,25 86,67
2 59,32 63,25 100,00
3 66,10 47,01 93,10
Rata-rata 60,70±4,86 55,50±8,14 93,26±6,66
> 2 inch
1 43,33 43,75 13,33
2 40,68 36,75 0,00
3 33,90 52,99 6,90
Rata-rata 39,30±4,86 44,50±8,14 6,74±6,66
ANOVA ukuran benih 1,5-2 inch
Sumber Keragaman (SK)
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (DB)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung P F Tabel
Perlakuan 2512,438 2 1256,219 28,031 0,001 5,14
Galat 268,892 6 44,815
Total 2781,330 8
Kesimpulan: P<0,05, berarti perlakuan padat penebaran berpengaruh nyata
terhadap ukuran benih ikan sinodontis.
ANOVA ukuran benih >2 inch
Sumber Keragaman JK DB KT F hitung P F Tabel
Perlakuan 2512,438 2 125,219 28,031 0,001 5,14
Galat 268,892 6 44,815
Total 2781,330 8 Kesimpulan: P<0,05, berarti perlakuan padat penebaran berpengaruh nyata
terhadap ukuran benih ikan sinodontis.
28
Lanjutan Lampiran 6. Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan ukuran benih ikan 1,5-2 inch antar perlakuan
(I)Perlakuan (J)Perlakuan Beda Nilai
Tengah (I-J)
Kesalahan Baku
P
Selang kepercayaan 95%
Batas Bawah
Batas Atas
3 ekor/liter 6 ekor/liter 5,1933 5,4659 0,632 -11,5778 21,9644 9 ekor/liter -32,5600* 5,4659 0,002 -49,3311 -15,7889
6 ekor/liter 3 ekor/liter -5,1933 5,4659 0,632 -21,9644 11,5778 9 ekor/liter -37,7533* 5,4659 0,001 -54,5244 -20,9822
9 ekor/liter 3 ekor/liter 32,5600* 5,4659 0,002 15,7889 49,3311 9 ekor/liter 37,7533* 5,4659 0,001 20,9822 54,5244
*. Nilai beda nyata (p<0,05).
Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan benih ikan > 2inch antar perlakuan
(I)Perlakuan (J)Perlakuan Beda Nilai
Tengah (I-J)
Kesalahan Baku P
Selang kepercayaan 95%
Batas Bawah
Batas Atas
3 ekor/liter 6 ekor/liter -5,1933 5,4659 0,632 -21,9644 11,5778 9 ekor/liter 32,5600* 5,4659 0,002 15,7889 49,3311
6 ekor/liter 3 ekor/liter 5,1933 5,4659 0,632 -11,5778 21,9644 9 ekor/liter 37,7533* 5,4659 0,001 20,9822 54,5244
9 ekor/liter 3 ekor/liter -32,5600* 5,4659 0,002 -49,3311 -15,7889 9 ekor/liter -37,7533* 5,4659 0,001 -54,5244 -20,9822
*. Nilai beda nyata (p<0,05).
29
Lampiran 7. Cash flow produksi ikan sinodontis (Synodontis eupterus) ukuran 1,5-2 inch per tahun.
No. Komponen Perlakuan
3 ekor/ ℓ 6 ekor/ ℓ 9 ekor/ ℓ Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
I. Penerimaan
1 Jumlah ikan >1,5 inch (ekor) 10.560 10.880 12.160 20.800 23.360 17.600 48.320 55.680 51.840
Total harga ikan (Rp) 7.392.000 7.616.000 8.512.000 14.560.000 16.352.000 12.320.000 33.824.000 38.976.000 36.288.000
2 Jumlah ikan >2 inch (ekor) 8.000 7.680 6.400 16.320 13.760 19.520 7.360 0 3.840
Total harga ikan (Rp) 8.000.000 7.680.000 6.400.000 16.320.000 13.760.000 19.520.000 7.360.000 0 3.840.000
Total Penerimaan (Rp) 15.392.000 15.296.000 14.912.000 30.880.000 30.112.000 31.840.000 41.184.000 38.976.000 40.128.000
Rata-rata Penerimaan (Rp) 15.200.000 31.840.000 40.128.000
II. Biaya
Biaya Variabel
1 Biaya Benih (Rp) 1.920.000 1.920.000 1.920.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000
2 Biaya Pakan (Rp) 2.614.755 2.614.755 2.614.755 4.829.538 4.829.538 4.829.538 6.715.880 6.715.880 6.715.880
Biaya Tetap
1 Penyusutan (Rp) 557.800 557.800 557.800 557.800 557.800 557.800 557.800 557.800 557.800
2 Biaya Listrik (Rp) 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
3 Upah pegawai (Rp) 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Total Biaya (Rp) 12.892.555 12.892.555 12.892.555 17.027.338 17.027.338 17.027.338 20.833.680 20.833.680 20.833.680
Rata-rata Biaya (Rp) 12.892.555 17.027.338 20.833.680
III. Laba (Rp) 2.499.445 2.403.445 2.019.445 13.852.662 13.084.662 14.812.662 20.350.320 18.142.320 19.294.320
Rata-rata Laba (Rp) 2.307.445 14.812.662 19.294.320
IV. HPP (Rp) 695 695 695 459 459 459 374 374 374
Rata-rata HPP (Rp) 695 459 374
V R/C ratio 1.19 1.19 1.16 1.81 1.77 1.87 1.98 1.87 1.93
1,18 1,87 1,93
30
Lanjutan Lampiran 7.
Keterangan:
- Ada beberapa asumsi untuk efisiensi usaha, antara lain 1 modul
mempunyai 40 akuarium, 1 modul memiliki 1 pegawai, siklus produksi per
tahun adalah 8 siklus produksi, pegawai adalah pemilik modul sendiri.
- Harga benih ikan sinodontis ukuran 3/4 inch adalah Rp.400,00/ekor
(harga tahun 2010) yang dibeli di daerah Pagelaran dan Cibinong, Bogor,
Jawa Barat. Asumsi petani memijahkan sendiri sehingga harga benih
50% dari harga pasar.
- Pakan yang digunakan adalah cacing sutra dengan harga
Rp.5000,00/takar (harga tahun 2010) yang dibeli di desa Cibeureum,
Kecamatan Dramaga, Bogor
- Harga jual benih ikan sinodontis di “taufan fish farm” Cibinong, Bogor
ukuran 3/4 inch adalah Rp.400,00/ekor; 1,5 inch adalah Rp.700,00/ekor;
2 inch adalah Rp.1.000,00/ekor (harga tahun 2010)
Lampiran 8. Biaya investasi dan penyusutan.
Komponen Harga (Rp) Jumlah Satuan Jumlah harga
(Rp)
Umur ekonomis
(tahun)
Penyusutan (Rp)
Hi-blow 300.000 1 buah 300.000 5 60.000
Akuarium 35.000 40 buah 1.400.000 5 280.000
Serokan 3.000 4 buah 12.000 1 12.000
Baskom 3.000 2 buah 6.000 1 6.000
Pengatur aerasi 1.000 80 buah 80.000 1 80.000
Batu aerasi 1.000 80 buah 80.000 1 80.000
Selang 550 20 meter 11.000 1 11.000
Paralon 12.000 12 meter 144.000 5 28.800 Total
557.800
31
Lampiran 9. Data jumlah pakan yang dihabiskan
Hari ke- Perlakuan
3 ekor/ℓ 6 ekor/ℓ 9 ekor/ℓ Ul 1 Ul 2 Ul 3 Ul 1 Ul 2 Ul 3 Ul 1 Ul 2 Ul 3
1 13.4 13.8 14 13.6 15.6 15.6 21.4 21.4 21.6 2 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2 3 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2 4 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2 5 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2 6 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2 7 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2 8 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2 9 14.8 15.2 15.2 15.2 17.6 16.8 22 23.2 23.2
10 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 11 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 12 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 13 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 14 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 15 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 16 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 17 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 18 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 19 18 16.8 17.2 33.6 33.2 34 50 49.6 48.8 20 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 21 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 22 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 23 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 24 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 25 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 26 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 27 21.6 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 28 29.2 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 29 29.2 22.4 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 30 29.2 28.8 22.8 45.6 46.4 46.8 61.6 62.4 61.2 31 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 32 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 33 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 34 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 35 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 36 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 37 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 38 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 39 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8 40 29.2 28.8 29.2 49.2 49.6 50 65.2 66 66.8
Jumlah Pakan
864.2 844.2 850.4 1464.8 1494.8 1504.8 2027 2049.4 2036.4