Rhinitis Non Alergi - Sebuah Masalah Umum Tentang Gejala Kronis

29
JURNAL REVIEW Rhinitis Non Alergi : Sebuah Masalah Umum tentang Gejala Kronis Oleh: Noviana Rahmawati G99141177 Putri Ayu Winiasih G99141178 Devi Purnamasari G99131003 Ardina Nur Pramudhita G99131020 Pembimbing: dr. Sudarman, Sp. THT-KL (K) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL

description

THT jurnal translate

Transcript of Rhinitis Non Alergi - Sebuah Masalah Umum Tentang Gejala Kronis

JURNAL REVIEW

Rhinitis Non Alergi : Sebuah Masalah Umum tentang Gejala Kronis

Oleh:Noviana Rahmawati G99141177Putri Ayu WiniasihG99141178Devi PurnamasariG99131003Ardina Nur PramudhitaG99131020

Pembimbing:dr. Sudarman, Sp. THT-KL (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KLFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDISURAKARTA2014

Rhinitis Non Alergi : Sebuah Masalah Umum tentang Gejala Kronis

ABSTRAKRhinitis non alergi dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan. Kondisi ini sulit dibedakan dengan rhinitis alergi, akan tetapi keduanya memiliki pemicu yang berbeda dan responnya terhadap pengobatan dapat bervariasi. Artikel ini meninjau mengenai diagnosis banding, penyebab, dan pengobatan rhinitis non alergi.

KONSEP KUNCIPoin utama saat mengevaluasi pasien dengan rhinitis adalah mengidentifikasi penyebabnya, apakah disebabkan oleh suatu alergi atau tidak. Mengidentifikasi pemicu yang harus dihindari penting untuk mengendalikan gejala. Jika gejala timbul terus menerus, maka pengobatan lini pertama untuk rhinitis non alergi adalah steroid intranasal. Kegagalan steroid intranasal untuk mengontrol gejala harus menjadi pertimbangan segera dari banyak penyebab yang berpotensi menyebabkan rhinitis, dan evaluasi lebih jauh dan perawatan dapat lebih disesuaikan.

Seorang wanita 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan rhinorrhea dan hidung tersumbat yang terjadi sepanjang tahun dan memburuk pada musim dingin. Dia melaporkan bahwa hidungnya mengeluarkan cairan terus menerus. Gejala ini telah timbul selama 4 sampai 5 tahun kemudian semakin memburuk. Adanya sekret jernih yang tidak berhubungan dengan bersin atau gatal. Meskipun dia tinggal bersama kucing, gejala yang timbul tidak diperburuk dengan kontak dengan hewan tersebut. Satu tahun yang lalu, seorang ahli melakukan tes alergi, tetapi tidak menemukan bukti adanya alergi sebagai penyebab rhinitisnya. Sebuah steroid intranasal kerja singkat tampaknya tidak memperbaiki gejala pada hidungnya. Pasien juga mengalami hipertensi, hipotiroidisme, dan hot flashes karena menopause; kondisi ini juga dikontrol dengan lisinopril (Zestril), levothyroxine (Synthroid), dan penggantian estrogen. Dia tidak memiliki riwayat asma dan riwayat alergi terhadap obat-obatan, termasuk obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID). Lalu, bagaimana seharusnya pasien ini dievaluasi dan diobati?

Gejala Umum yang Sering diabaikanBanyak pasien menderita rhinitis, tetapi masalah ini dapat dialihkan oleh penyakit kronis lainnya seperti pada sebuah klinik, terutama selama kunjungan kantor singkat. Ketika seorang pasien datang dengan rhinitis, pertanyaan kuncinya adalah apakah itu alergi atau nonalergi. Ulasan ini akan membahas berbagai bentuk rhinitis nonalergi dan penyebabnya, dan memberikan rekomendasi tentang terapi.

Rhinitis: Alergi atau Non Alergi?Saat ini rhinitis alergi mempengaruhi 30-60 juta orang Amerika setiap tahunnya, atau antara 10%-30% dari orang dewasa AS, sedangkan jumlah pasien yang memiliki rhinitis nonalergi sulit untuk ditentukan. Dalam sebuah penelitian di klinik alergi, 23% dari pasien dengan rhinitis memiliki tipe nonalergi, 43% memiliki tipe alergi, dan 34% memiliki keduanya (mixed rhinitis). Penelitian lain menunjukkan bahwa ~52% dari pasien yang datang ke klinik alergi dengan rhinitis memiliki rhinitis nonalergi. Seiring waktu, pasien mungkin tidak berada dalam kategori yang sama. Satu studi menemukan bahwa 24% pasien yang awalnya didiagnosis dengan rhinitis nonalergi berkembang menjadi tes alergi positif ketika diuji ulang 3 tahun setelah evaluasi awal mereka. Terlepas dari jenis, gejala rhinitis yang tidak diobati atau tidak terkontrol secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup. Semua bentuk rhinitis ditandai oleh 1 dari gejala berikut: hidung tersumbat, rhinorrhea jernih, bersin, dan gatal-gatal. Gejala-gejala ini dapat episodik atau kronis dan dapat berkisar dari ringan sampai melemahkan. Selain itu, rhinitis dapat menyebabkan gejala sistemik seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan tidur, dan gangguan kognitif dan dapat dikaitkan dengan gejala pernapasan seperti sinusitis dan asma.

Mekanisme sebagian besar tidak diketahuiRrhinitis alergi menyebabkan gejala ketika alergen udara berikatan dengan spesifik imunoglobulin E (IgE) di hidung, etiologi bentuk rhinitis nonalergi kebanyakan tidak diketahui. Namun, beberapa mekanisme telah diusulkan. Ini termasuk entopy (sintesis IgE hidung lokal dengan tes kulit negatif), disfungsi nosiseptif (reseptor sensorik hiperaktif), dan kelainan sistem saraf otonom (hypoactive atau disfungsi hiperaktif saraf simpatik atau parasimpatis di hidung).

Apakah pasien ini memiliki penyebab alergi rhinitis?Ketika mempertimbangkan pasien dengan rhinitis, pertanyaan yang paling penting adalah, "Apakah pasien ini memiliki penyebab rhinitis alergi?" Rhinitis Alergi dan nonalergi memiliki gejala yang sama, membuat keduanya sulit untuk dibedakan. Namun, mekanisme dan pengobatannya berbeda. Dengan mengelompokkan jenis pasien rhinitis, dokter dapat membuat rekomendasi khusus untuk menghindari dan dapat memulai pengobatan dengan terapi yang paling tepat. Kesalahan klasifikasi dapat menyebabkan kegagalan pengobatan, beberapa kunjungan, ketidakpatuhan, dan frustrasi bagi pasien dengan gejala yang tidak terkontrol. Pasien yang disebabkan oleh alergi tidak dapat ditemukan dengan tes kulit alergi atau serum IgE spesifik immunoassay (ImmunoCAP/RAST) untuk aeroallergen lingkungan diklasifikasikan sebagai memiliki rhinitis nonalergi.

Gejala Rhinitis Non Alergi Vs Rhinitis AlergiRhinitis nonalergi mencakup berbagai sindrom dengan gejala yang tumpang tindih. Sementara alat seperti Lembar Kerja Diagnostik Rhinitis yang tersedia untuk membantu membedakan rhinitis alergi dan nonalergi, perdebatan terus tentang apakah perlu untuk mengkarakterisasi berbagai bentuk rhinitis sebelum memulai pengobatan.Diagnosis rinitis nonalergi tergantung pada anamnesis secara menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Pertanyaan kunci berkaitan dengan pemicu yang membawa pada rhinitis, yang akan membantu dokter dalam menentukan subtipe rhinitis, pasien mungkin alami dan bagaimana mengelolanya. Petunjuk: Pasien dengan rhinitis nonalergi lebih sering melaporkan hidung tersumbat dan rhinorrhea, daripada bersin dan gatal-gatal yang merupakan gejala utama dari rhinitis alergi. Pasien dengan rhinitis nonalergi cenderung menimbulkan gejala pada usia lanjut. Pemicu umum rhinitis nonalergi adalah perubahan cuaca dan suhu, makanan, parfum, bau, asap, dan uap. Paparan terhadap hewan tidak menimbulkan gejala. Pasien dengan rhinitis nonalergi memiliki beberapa keluhan gejala bersamaan konjungtivitis alergi (gatal, berair, kemerahan, dan bengkak). Banyak pasien dengan rhinitis nonalergi menemukan bahwa antihistamin tidak memiliki manfaat. Dan mereka tidak memiliki penyakit atopik lain seperti eczema atau alergi makanan dan tidak memiliki riwayat keluarga atopi.

Pemeriksaan fisikBeberapa temuan pada pemeriksaan fisik dapat membantu membedakan rhinitis alergi dengan nonalergi. Pasien dengan rhinitis alergi berdiri lama mungkin memiliki "lipatan alergi," yaitu, kerut horisontal dekat ujung hidung yang disebabkan oleh seringnya menyeka hidung ke arah atas. Tanda lain mungkin lengkungan gothic, yang merupakan penyempitan palatum durum yang terjadi pada anak. Dalam rhinitis alergi, turbinat sering pucat, lembab, dan berlumpur dengan warna kebiruan. Temuan seperti septum deviasi hidung, berubahan warna discharge hidung, mukosa hidung atrofi, atau polip hidung harus meminta pertimbangan dari beberapa subtipe rhinitis nonalergi (Tabel 1).

Kasus BerkelanjutanGejala pasien kami dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yang berbeda. Pemicu alergi untuk rhinitis termasuk sumber indoor dan outdoor. Alergen yang paling umum termasuk kucing, anjing, tungau debu, kecoa, jamur, dan alergen serbuk sari. Tidak adanya bersin akut dan gatal ketika sekelilingnya kucing dan tes tusuk kulit negatif baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa gejala rinitis bukan alergi. Pada pasien ini yang memiliki gejala sepanjang tahun tetapi tidak ada pemicu alergi, dapat dipertimbangkan subtipe rhinitis nonalergi yang berbeda dapat membantu menentukan terapi lebih lanjut.Tabel 1Jenis Rhinitis Nonalergi

Rhinitis Vasomotor

Sensitif terhadap iritan

Sensitif terhadap cuaca

Sensitif terhadap suhu

Rhinitis gustatori

Drug-induced rhinitis

Aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid

Agonis reseptor alfa dan antagonis vasodilator

Obat antihipertensi, obat kardiovaskular lainnya

Kontrasepsi oral

Rhinitis medicamentosa

Rhinitis infeksius

ISPA

Rhinosinusitis kronis

Sindrom Rhinitis Non-Alergi Eosinofilik

Penyebab Imunologik

Wegener granulomatosis

Sarkoidosis

Relapsing polychondritis

Midline granulomas

Sindrom Churg-Strauss

amiloidosis

infeksi granulomatosa

Rhinitis okupasional

Rhinitis hormonal

Kehamilan

Menstruasi

Hipotiroid

Struktural

Polip

Deviasi Septum

Hipertrofi adenoid

Tumor

Kebocoran cairan serebrospinal

Rhinitis Atrofi

Infeksius

Sekunder

Subtipe Rhinitis Non AlergiRhinitis vasomotorRhinitis Vasomotor diduga disebabkan oleh berbagai pemicu saraf dan pembuluh darah, sering tanpa disebabkan inflamasi. Pemicu ini menyebabkan gejala yang melibatkan hidung tersumbat dan rhinorrhea jernih lebih dari bersin dan gatal. Gejala dapat sporadis, dengan onset akut berkaitan dengan pemicu nonalergi yang dapat identifikasi, atau kronis, dengan tidak ada pemicu yang jelas. Rhinitis Gustatory, misalnya, adalah bentuk dari rhinitis vasomotor dengan rhinorrhea yang jernih, terjadi tiba-tiba saat makan ataupun sedang minum alkohol. Hal ini dapat dicegah menggunakan nasal ipratropium (Atrovent) sebelum makan.Rhinitis vasomotor karena sensitif dengan bahan iritan. Pada beberapa pasien, gejala rhinitis vasomotor akut yang muncul disebabkan oleh bau yang kuat, asap rokok, polusi udara, atau parfum. Ketika ditanya, kebanyakan pasien dengan mudah mengetahui manakah bahan iritan yang dapat memicu gejala ini muncul.Rhinitis vasomotor karena sensitif dengan cuaca dan suhu. Pada pasien lain, perubahan suhu, kelembaban, tekanan udara atau paparan udara dingin maupun kering dapat menyebabkan gejala pada hidung. Pemicu ini sering sulit diidentifikasi.Rhinitis vasomotor tipe ini sering salah/sulit dibedakan dengan seasonal rhinitis alergi karena cuaca berubah yang terjadi saat puncak musim alergi yaitu pada musim semi dan gugur. Namun, ini subtipe ini tidak merespon intranasal steroid.Pemicu non-alergi yang lain dari rhinitis vasomotor mungkin termasuk olahraga, emosi dan gairah seksual (honeymoon rhinitis).Beberapa pemicu, seberti rokok dan parfum, sangat mudah untuk dihindari. Pemicu yang lain, seperti perubahan cuaca, tidak dapt dihindari. Jika langkah-langkah untuk mengindari pemicu gagal atu tidak cukup, obat di bawah ini dapat digunakan untuk profilaksis dan pengobatan simptomatik.

Rhinitis yang diinduksi obat-obatanObat dalam berbagai kelas diketahui dapat menyebabkan rhinitis akut maupun kronis. Obat pemicu rhinitis telah dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan mekanisme yang terlibat.Tipe inflamasi lokal terjadi pada penyakit pernafasan yang diperburuk dengan aspirin, yang ditandai dengan polip hidung dan rhinosinusitis kronik, hiposmia, dan asma persisten sedang-berat. Aspirin dan NSAID lainnya memicu inflamasi akut akut, yang menyebabkan rhinitis berat dan gejal asma. Direkomendasikan untuk memghindari semua NSAID; desensitisasi dengan aspirin dapat meningkatkan terjadinya rhinosinusitis dan asma kontrol.Tipe neurogenik dapat terjadi dengan obat simpatolitik seperti agonis reseptor alpha (misalnya, clonidin [Catapres]) dan antagonis (misalnya, prazosin [Minipress]). Vasodilator, termasuk phosphodiesterase-5 inhibitors seperti sildenafil (Viagra), dapat menyebabkan gejala rhinitis akut (anniversary rhinitis)Mekanisme yang tidak diketahui. Banyak obat lain yang dapat menyebabkan rhinitis karena mekanisme yang tidak diketahui, biasanya ditemukan dengan pemeriksaan fisik. Obat yang termasuk adalah beta-blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitors, calsium channel blockers, estrogen dari luar, kontrasepsi oral, antipsikotik, dan gabapentin (Neurontin).Menghubungkan inisiasi obat denga onset timbulnya rhinitis dapat membantu megidentifikasi obat yang mengganggu. Menghentikan obat yang diduga, jika memungkinkan, merupakan pengobatan lini pertama.Rhinitis medikamentosa, biasanya disebabkan karena penggunaan berlebihan dekongestan topikal pada hidung, juga diklasifikasikan dalam obat yang memicu rhinitis. Pasien mungkin tidak memikirkan bahwa dekongestan hidung sebagai obat, dan dokter mungkin perlu bertanya secara khusus bagaimana pasien menggunakannya.Pada pemeriksaan, mukosa hidung tampak kemerahan seperti daging, tidak ada lendir. Setelah diagnosis dibuat, dokter harus mengidentifikasi dan mengobati etiologi dari hidung tersumbat yang menyebabkan pasien ingin mengobati dirinya.Pasien dengan rhinitis medikamentosa sering kesulitan menghentikan penggunaan dekongestan topikal. Mereka harus diedukasi bahwa withdrawal symptoms dapat menjadi berat dan lebih dari satu upaya berhenti mungkin diperlukan. Untuk memutus siklus ini, topikal steroid intranasal harus digunakan, meskipun 5 sampai 7 hari penggunaan steroid oral mungkin juga diperlukan.Kokain adalah vasokonstriktor poten. Penggunaan terlarang harus dicurigai, khususnya apabila pasien memperlihatkan gejala iritasi kronis seperti sering mimisan, kulit yang keras dan berkeropeng.

Rhinitis infeksiSalah satu penyebab rhinitis akut adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Infeksi akut saluran nafas atas karena virus sering terlihat dengan banyak discharge hidung, bersin-bersin, dan sumbatan hidung yang biasanya jernih pada 7 sampai 10 hari tapi dapat bertahan hingga 3 minggu. Sinusitis bakteri akut dapat menyertai, biasanya kurang dari 2% pasien dengan gejala sumbatan hidung persisten, mukosa tidak berwarna, nyeri wajah, batuk, dan kadang-kadang demam.Rhinosinusitis kronis adalah sindrom dengan peradangan mukosa sinus dengan berbagai penyebab. Hal ini secara klinis didefinisikan sebagai persistent nasal dan gejala sinus berlangsung lebih lama dari 12 minggu dapat dipastikan dengan CT-scan. Hasil CT-scan dari rhinosinusitis kronis adalah penebalan lapisan dari rongga sinus atau kekeruhan total pada sinus yang seharusnya berisi udara.Gejala utama yang perlu dipertimbangkan untuk mendiagnosis addalah nyeri wajah, sumbatan, obstruksi, discharge purulen saat pemeriksaan, dan perubahan penciuman. Gejala minor adalah batuk, kelelahan, sakit kepala, halitosis, demam, gejala pada telinga dan sakit gigi.Pengobatan dapat 3 minggu atau lebih dengan antibiotik oral dan penggunaan steroid oral dalam waktu singkat, nasal steroid spray yang digunakan sehari-hari, atau keduanya (oral dan nasal steroid). Kebanyakan pasien dapat diselesaikan di perawatan primer, tapi mereka juga bisa datang ke spesialis THT, ahli alergi, atau imunologi jika gejala yang mereka rasakan tidak berkurang dengan terapi awal yang diberikan.

Sindrom Rhinitis Non-Alergi EosinofilikPasien dengan nonallergic eosinophilic syndrome (NARES) biasanya berusia paruh baya dan memiliki gejala meneteap yakni bersin, gatal, dan rhinorrhea dengan eksaserbasi intermitten. Kadang-kadang mereka memiiki hiposmia (gangguan penciuman). Diagnosis ditegakkan saat hitung eosinofil lebih dari 5% sel pada nasal smear dan tes alergi negatif.Pasien mungkin memiliki polip di hidung dan sensitif terhadap aspirin. Terdapat entopy pada beberapa pasien.Karena peradangan eosinofil, bentuk rhinitis non-alergi ini merespon baik terhadap steroid intranasal.

Penyebab immunologiPenyakit sistemik dapat mempengaruhi hidung dan menyebabkan berbagai gejala hidung sehingga sering disalahartikan dengan rhinitis. Wegener granulomatosis, sarcoidosis, polikondritis yang berulang, midline granulomas, Churg-Strauss syndrome, dan amyloidosis dapat mempengaruhi struktur hidung bahkan sebelum termanifestasi sebagai gejala sistemik. Infeksi granulomatosa di hidung dapat menyebabkan pengerasan kulit, perdarahan, dan obstruksi hidung.Kurangnya respon terhadap steroid intranasal atau antibiotik oral dapat menjadi pertimbangan pada kondisi ini, dan pengobatan harus disesuaikan dengan penyakit yang spesifik.

Occupational rhinitisPaparan terhadap bahan kimia, aerosol biologis, tepung, dan lateks dapat menyebabkan rhinitis karena lingkungan pekerjaan, biasanya melalui mekanisme inflamasi. Banyak pasien datang terkait dengan asma karena lingkungan kerja. Gejalanya meningkat saat pasien jauh dari pekerjaan dan memburuk di sepanjang minggu kerja. Menghindari agen pemicu diperlukan untuk mengobati gejala.

Rhinitis hormonalRhinitis hormonal, yaitu rhinitis yang terkait dengan kondisi metabolik dan endokrin, sering dihubungkan dengan negara-negara dengan estrogen tinggi. Sumbatan hidung telah dilaporkan dengan kehamilan, menstruasi, menarche, dan penggunaan kontrasepsi oral. Mekanisme dari sumbatan pada kondisi ini masih perlu diklarifikasi.Ketika mempertimbangkan terapi obat, hanya intranasal budesonide (Rhinocort) yang memiliki peringkat kategori B untuk kehamilan.Sementara hipotiroidisme dan akromegali telah disebutkan pada review rhinitis non-alergi, bukti bahwa gangguan ini dapat menyebabkan rhinitis non-alergi tidak kuat.

Rhinitis struktural terkaitKelainanan anatomi yang dapat menyebabkan sumbatan hidung persisten termasuk deviasi septum nasi, hipertrofi konka, hipertrofi adenoid, benjolan, dan benda asing. Hal ini dapat digambarkan dengan pemeriksaan nasal anterior yang sederhana, nasal endoscopy, atau radiologis. Jika penyebab struktural menyebabkan gangguan kualitas hidup atau rhinosinusitis kronis, pertimbangkan rujukan ke spesialis untuk kemungkinan pembedahan.Rhinorrhea spontan warna jernih, dengan atau tanpa trauma, dapat disebabkan oleh cairan cerebrospinal (LCS) yang bocor kerongga hidung. Rasa asin, rasa logam di mulut dapat menjadi petunjuk bahwa cairan tersebut adalah LCS. Diagnosis definitif dari kebocoran LCS dibuat dengan menemukan beta-2-transferrin pada sekresi hidung.

Rhinitis atrofiRhinitis atrofi dibagi menjadi primer dan sekunder. Rhinitis atrofi primer (idiopatik) ditandai dengan atrofi pada mukosa nasal dan kolonisasi Klebsiella ozaenae pada mukosa dengan ciri khas discharge nasal berbau busuk. Kelainan ini telah dilaporkan terbanyak dialami pada remaja yang mempunyai gejala hidung tersumbat, kering, berkrusta, dan epistaksis. Kebanyakan berasal dari daerah yang beriklim hangat seperti Timur Tengah, Asia Tenggara, Afrika, dan Mediteranian.Rhinitis atrofi sekunder dapat disebabkan karena komplikasi dari operasi nasal atau sinus, trauma, penyakit granulomatosa, maupun paparan terhadap radiasi. Kelainan ini biasanya didiagnosis dengan nasoendoskopi dan diterapi dengan pembilasan dengan saline setiap hari dengan atau tanpa antibiotik topikal.

PEDOMAN PENATALAKSANAAN RHINITIS NON ALERGI

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Yang mengarah ke Rhinitis non Alergi

Mulai pemberian spray steroid intranasal

Follow up selama 2-4 minggu

Pengobatan EfektifTidak ada perbaikan

Lanjutkan TerapiPerbaiki teknik spray

Pertimbangkan dan hindari pemicuPertimbangkan pengobatan tambahan

Pertimbangkan akurasi diagnosis awal

Gejala hidung tersumbat dan rhinorrheaGejala rhinorrhea atau rhinitis vasomotor yang dipengaruhi cuaca atau suhu

Antihistamin IntranasalIpratropium Topical (atrovent) atau antihistamin intranasal

Jika tidak ada respon, pertimbangkan:Diagnosis lainKonsultasi ke spesialisPemeriksaan radiologi

LANJUTAN KASUSSaat ditanya lebih lanjut, pasien kami berkata bahwa gejalanya memburuk ketika suaminya merokok, namun pasien tetap mengalami kongesti dan rhinorrhea ketika suaminya pergi untuk perjalanan bisnis. Pasien mengatakan ahwa gejalanya kadang memburuk ketika berada di pesawat (udara kering dengan perubahan tekanan barometer mendadak), saat cuaca berubah, dan pada lingkungan yang dingin dan kering. Gejala tidak dipengaruhi oleh makanan.Kami mencatat bahwa pasien mulai mengkonsumsi lisinopril 2 tahun yang lalu dan estrogen equina terkonjugasi 8 tahun yang lalu. Anamnesis sistem menunjukkan tidak ada riwayat trauma fasial maupun kepala, polip, maupun hiposmia.Rhinitis dan kongesti dirasakan bilateral, pasien menyangkal adanya nyeri kepala, refluks asam, dan konjungtivitis. Pasien sedang menderita batuk berdahak ringan yang membuat pasien merasakan postnasal drip.Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah 118/76 mmHg, nadi 64 x/menit. Konka nasalis tersumbat dan rhinorrhea berwarna jernih. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

MENGHINDARI FAKTOR PENCETUS, TERAPI SEBELUM PAPARANWalaupun terapi untuk rhinitis non alergik berbeda tergantung pada penyebabnya, namun ada beberapa pedoman umum untuk terapi (Gambar 1)Orang orang dengan pencetus lingkungan yang diketahui, non imunologik, dan iritan seharusnya mengingat untuk menghindari paparan sedapat mungkin.Jika paparan tidak dapat dihindari, pasien dapat mengobati dirinya sendiri dengan semprotan nasal topikal sebelum paparn. Sebagai contoh, jika gejala muncul ketika di pesawat, semprotan steroid atau antihistamin intranasal seharusnya digunakan sebelum memasuki pesawat.

Banyak obat yang tersediaUntungnya, banyak obat yang efektif yang tersedia untuk mengobati rhinitis non alergi. Masing masing memiliki efek samping dan interaksi obat tersendiri.Semprotan steroid intranasal telah digunakan sebagai terapi lini pertama, sebagaimana penelitian mendemonstrasikan efektivitasnya pada rhinitis non alergi. Fluticasone propionate (Flonase) intranasal dan beclomethasone dipropionate (Beconase AQ) intranasal telah disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati rhinitis non alergi. Mometasone (Nasonex) intranasal telah disetujui untuk mengobati polip nasal.Semprotan steroid nasal adalah obat yang paling efektif jika gejala dominannya adalah kongesti, namun obat ini juga menunjukkan manfaat untuk rhinorrhea, bersin bersin, dan gatal.Efek samping dari semprotan steroid nasal adalah iritasi nasal (kering, rasa terbakar, dan rasa pedih) dan epistaksis (muncul pada 5 10% pasien).Antihistamin intranasal termasuk di antaranya azelastine (Astelin, Astepro) dan olopatadine (Patanase). Obat ini khususnya digunakan untuk mengobati bersin bersin, kongesti, dan rhinorrhea. Astelin adalah satu satunya obat antihistamin intranasal yang disetujui oleh FDA untuk rhinitis non alergi.Efek samping dari kelas obat ini adalah rasa pahit (Astelin ), rasa manis (Astepro), nyeri kepala, dan somnolen.Antihistamin oral seperti loratadine (Claritin), cetirizine (Zyrtec), dan fexofenadine (Allegra) sekarang ini dijual bebas, dan banyak pasien mencobanya sebelum mencari pertolongan medis. obat obat ini dapat membantu untuk yang terganggu dengan gejala bersin bersin. Namun, tidak ada penelitian yang mendemonstrasikan efektivitas dari obat ini untuk rhinitis non alergi. Antihistamin generasi pertama dapat membantu rhinorrhea melalui efek antikolinergiknya.Ipratropium, obat agen antimuskarinik, mengurangi sekresi dengan menginhibisi glandula mukosa parasimpatik nasal. Ipratropium intranasal 0,03% (Atrovent 0,03%) seharusnya digunakan sebagai lini pertama pada rhinitis dengan gejala utama rhinorrhea. Ipratropium dengan dosis lebih tinggi (0,06%) disetujui untuk penyakit terkait rhinorrhea seperti flu atau rhinitis alergi. Karena digunakan secara topikal, absosbsinya sedikit. Efek samping yang sering dialami adalah hidung kering.Dekongestan, baik oral maupun topikal, dapat meredakan gejala kongesti dan rhinorrhea pada rhinitis non alergi. Obat ini seharusnya digunakan untuk jangka pendek, sebagaimana sedikitnya bukti mengenai penggunaan jangka lama.Fenilpropanilamin, obat dekongestan yang sebelumnya dapat ditemukan di pasaran bebas untuk obat batuk, telah ditarik dari pasar pada tahun 2000 disebabkan oleh kekuatiran bahwa obat ini, terutama digunakan untuk menurunkan berat badan, dihubungkan dengan stroke hemoragik yang terjadi pada wanita muda. Dekongestan oral lainnya, misalnya pseudoefedrin dan fenilefrin, masih dapat ditemukan, namun tidak ada pedoman definitif untuk penggunaannya. Efek sampingnya meliputi takikardia, peningkatan tekanan darah, dan insomnia.Irigasi saline nasal telah digunakan selama berabad abad untuk mengobati rhinitis dan sinusitis, meskipun sedikit bukti mengenai keuntungannya. Review Cochrane menyimpulkan bahwa irigasi salin telah ditoleransi dengan baik, memiliki efek samping kecil, dan dapat memberikan rasa lega pada gejala rhinosinusitis baik sebagai terapi tunggal maupun sebagai terapi tambahan. Cairan saline hipertonis, walaupun lebih efektif daripada saline isotonis dalam meningkatkan pembersihan mukosilier, namun lebih tidak dapat ditolerir karena dapat menyebabkan iritasi nasal dan rasa terbakar pada nasal. Keuntungan dari irigasi saline diduga dapat membersihkan sekresi nasal, meningkatkan fungsi nasosilier, dan menghilangkan iritan dan serbuk sari dari hidung.

StrategiTerapi inisial seharusnya berdasarkan gejala yang ada. Jika pasien memiliki respon terapi yang terbatas pada follow-up dalam 2 sampai 4 minggu, tenaga medis seharusnya mempertimbangkan penggunaan medikasi tambahan, dengan mempertimbangkan ketaatan berobat pasien dan teknik yang digunakan, dan memperkirakan ketepatan dari diagnosis awal. Pada poin ini, dapat juga dipertimbangkan rujukan ke spesialis seperti ahli alergi atau THT, terutama bila terdapat kondisi komorbid seperti asma atau polip.Foto CT scan sinus, yang telah menggantikan radiografi nasal standar, dapat membantu mempertimbangkan rhinosinusitis kronis, polip nasal, maupun kondisi anatomis lain yang dapat berkontribusi pada gejala persisten. Biaya dan paparan radiasi seharusnya dapat ikut memiliki andil dalam mengambil keputusan untuk penelitian ini karena diagnosis berdasarkan anamnesis gejala pasien mungkin sama akuratnya.

LANJUTAN KASUSGejala pada pasien ini memiliki banyak penyebab potensial. Paparan terhadap asap tembakau dari orang lain di rumahnya dan pada udara di pesawat dapat menjadi pencetus mendadak. Cuaca dan suhu yang berubah dapat menjelaskan gejala kronisnya pada saat musim semi dan gugur. Penggunaan ACE inhibitor (dalam kasus pasien, lisinopril) dan terapi penggantian estrogen dapat berkontribusi pada gejala menetap, namun onset dari rhinitis non alergi pasien tidak berhubungan dengan penggunaannya terhadap obat obatan ini. Tidak ada gejala yang mengarah kepada rhinosinusitis kronis, maupun penyebab anatomis yang mengarah kepada gejalanya.Kasus ini merupakan ciri ciri dari rhinitis vasomotor tipe sensitif terhadap cuaca dan suhu. Diagnosis ini mungkin menjelaskan mengenai sedikitnya perkembangan dari pengobatan steroid intranasal, walaupun ketaatan berobat dan teknik penyemprotan seharusnya ditinjau juga. Pada poin ini, kami merekomendasikan untuk mencoba menggunakan antihistamin topikal setiap hari ketika gejala kronis muncul atau jika diperlukan pada gejala akut.

2