Rhinitis Alergi

35
BAB I PENDHAULUAN A. Latar belakang Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet. Rhinitis Alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan diperkirakan diperantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe I). Penyakit ini mengenai sekitar 8% hingga 10% dari populasi penduduk Amerika Serikat (20% hingg 30% penduduk remaja). Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis. Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung Page 1 of 35

description

Makalah

Transcript of Rhinitis Alergi

Page 1: Rhinitis Alergi

BAB I

PENDHAULUAN

A. Latar belakang

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional

dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung

(mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada

rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu

(pseudo stratified columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya

terdapat sel-sel goblet.

Rhinitis Alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering

ditemukan dan diperkirakan diperantarai oleh reaksi imunologi cepat

(hipersensitivitas tipe I). Penyakit ini mengenai sekitar 8% hingga 10% dari

populasi penduduk Amerika Serikat (20% hingg 30% penduduk remaja).

Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang

ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala

berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus

dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab

tersering dari rinitis.

Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi

peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret

hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi

mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 – 25% populasi

dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir.

Rinitis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan

diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rinitis

alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan komorbiditas

beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi dianggap

sebagai gangguan pernafasan utama.

Tingkat keparahan rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan pengaruh

penyakit terhadap kualitas hidup seseorang. Diagnosis rinitis alergi melibatkan

anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat, lokal dan sistemik khususnya

saluran nafas bawah.

Page 1 of 23

Page 2: Rhinitis Alergi

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi Rhinitis Alergik?

2. Apa saja klasifikasi rhinitis alergik?

3. Apa etiologi rhinitis alergik?

4. Bagaimana patofisiologi rhinitis alergik?

5. Apa saja manifestasi klinis yang mungkin muncul pada rhinitis alergik?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada rhinitis alergik?

7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada rhinitis alergik?

8. Apa sajakah komplikasi yang mungkin muncul pada rhinitis alergik?

9. Bagaimana proses keperawatan pada rhinitis alergik?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui kosep penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien

dengan diagnosa medis Rhinitis Alergik, dan memenuhi tugas yang

diberikan oleh dosen pembimbing mengenai “Asuhan Keperawatan pada

Pasien Rhinitis Alergik”

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui definisi rhinitis alergik

b. Mengidentifikasi klasifikasi rhinitis alergik

c. Mengetahui etiologi rhinitis alergik

d. Mengidentifikasi patofisiologi rhinitis alergik

e. Mengetahui manifestasi klinis yang mungkin muncul pada rhinitis

alergik

f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada rhinitis alergik

g. Mengetahui penatalaksanaan rhinitis alergik

h. Mengetahui komplikasi rhinitis alergik

i. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan rhinitis

alergik

D. Sistematika penyusunan

Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN RHINITIS ALERGIK” ini tersusun atas tiga bab, yaitu :

Page 2 of 23

Page 3: Rhinitis Alergi

BAB I PENDAHULUAN : yang berisi Latar belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan, Sistematika Penyusunan, dan Ruang Lingkup Penyusunan.

BAB II PEMBAHASAN : yang berisi Pengertian/Definisi, Etiologi,

Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Diagnostik,

Penatalaksanaan Medis/Farmakologis, dan Asuhan Keperawatan pasien

dengan Rhinitis Alergik

BAB III PENUTUP : yang berisi Kesimpulan dan Saran

A. Ruang lingkup penyusunan

Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN RHINITIS ALERGIK” ini berisikan Konsep Dasar penyakit serta

Asuhan Keperawatan, yang mana isi dari makalah ini diambil dari beberapa

Literatur berupa Buku, Jurnal, dari media Internet, dan sebagaian diantaranya

merupakan hasil diskusi kelompok yang dilakukan untuk memperoleh intisari

dari literatur yang digunakan.

Page 3 of 23

Page 4: Rhinitis Alergi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi rhinitis alergik

Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering

ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat

(hipersensitive I). Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada

membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ).

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Sedangkan menurut WHO ARIA 2001 adalah kelainan pada hidung

dengan gejala bersin-bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa

hidung terpapar alergen yang diperantari oleh IgE.

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi

alergi pada pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah

tersensitisasi atau terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan

timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator

kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang serupa  (Von

Pirquet, 1986).

Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh

perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi

mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti:

debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara

B. Klasifikasi rhinitis alergik1. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.

b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.

2. Rhinitis berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :

a.   Rhinitis alergi

Page 4 of 23

Page 5: Rhinitis Alergi

Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita

oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan

inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap

partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.

Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi

harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mempengaruhi

kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang

menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya

pun akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena

telah menjadi kronis. Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang

digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat

terjadi bertahun-tahun atau musiman.

b. Rhinitis Non Alergi

Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas (rhinitis

viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung,

deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik

dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti

hipertensif.

Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai

berikut:

Tipe-tipe rinitis non alergi adalah:

1) Rinitis Infeksiosa

Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada

saluran pernafasan Bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus. Ciri

khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir hidung yang bernanah, yang

disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah, penurunan fungsi

indera penciuman serta batuk.

2) Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia

Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan

metabolisme prostaglandin. Pada hasil pemeriksaan apus hidung

penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%. Gejalanya

berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa

gatal dan penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).

3) Rinitis Okupasional

Page 5 of 23

Page 6: Rhinitis Alergi

Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita

bekerja. Gejala-gejala rinitis biasanya terjadi akibat menghirup

bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia). Penderita

juga sering mengalami asma karena pekerjaan.

4) Rinitis Hormonal

Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi

gangguan keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan,

hipotiroid, pubertas, pemakaian pil KB). Estrogen diduga

menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung.

Gejala rinitis pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan

kedua, terus berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang

pada saat persalinan tiba. Gejala utamanya adalah hidung tersumbat

dan hidung berair.

5) Rinitis Karena Obat-obatan (rinitis medikamentosa)

Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis

adalah dekongestan topikal, ACE inhibitor, reserpin, guanetidin,

fentolamin, metildopa, beta-bloker, klorpromazin,gabapentin,

penisilamin, aspirin, NSAID, kokain, estrogen eksogen, pil KB.

6) Rinitis Gustatorius

Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan

tertentu, terutama makanan yang panas dan pedas.

7) Rinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari

terganggunya keseimbangan sistem parasimpatis dan simpatis.

Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi pelebaran

dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang

timbul berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung berair.

Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan

fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh

bertambahnya aktivitas parasimpatis. Rinitis vasomotor adalah

gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan adanya

edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa

hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik. Etiologi yang pasti

belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat gangguan

Page 6 of 23

Page 7: Rhinitis Alergi

keseimbangan fungsi vasomotor dimana sistem saraf parasimpatis

relatif lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi,

posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani

dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak

dirasakan sebagai gangguan oleh individu tersebut. Merupakan

respon non spesifik terhadap perubahan perubahan lingkungannya,

berbeda dengan rinitis alergi yang mana merupakan respon

terhadap protein spesifik pada zat allergennya. Faktor pemicunya

antara lain alkohol, perubahan temperatur / kelembapan, makanan

yang panas dan pedas, bau – bauan yang menyengat ( strong odor ),

asap rokok atau polusi udara lainnya, faktor – faktor psikis seperti :

stress, ansietas, penyakit – penyakit endokrin, obat-obatan seperti

anti hipertensi, kontrasepsi oral.

3. Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:

a. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)

Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak

dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan

yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi

udara atau asap.

b. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)

Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi

sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen

yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu

binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat

C. Etiologi Rhinitis Alergik

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien

yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik

secara jelas memiliki peran penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada

10 – 15 % anak semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko

atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan dalam

Page 7 of 23

Page 8: Rhinitis Alergi

dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar

dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki

kecenderungan alergi.

Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk

bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu

binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain.

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap

sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase

yaitu :

Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan

allergen hingga 1 jam setelahnya Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang

berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah

pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

1. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

a. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan,

misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta

jamur

b. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan,

misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang

c. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya

penisilin atau sengatan lebah

d. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau

jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

D. Patofisiologi

Sensitisasi dimulai dengan konsumsi atau inhalasi antigen. Pada

pemajanan ulang, mukosa nasal bereaksi dengan perlambatan kerja silia,

pembentukan edema dan infiltrasi leukosit terutama eosinofil. Histamin

merupakan mediator utama reaksi alergi pada mukosa nasal. Edema jaringan

terjadi akibat vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler.

Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan

pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel,

dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik,

Page 8 of 23

Page 9: Rhinitis Alergi

memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast

yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta

limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat

terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang,

gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta

menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik

suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).

Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di hidung.

Histamine bekerja langsung pada reseptor histamine selular, dan secara tidak

langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi. Melalui

saraf otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta vasodilatasi

dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus

encer dan edema local reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit pasca

pajanan allergen.

Kurang lebih 50% Rhinitis alergik merupakan manifestasi reaksi

hipersensitifitas tipe I fase lambat, gejala Gejala rhinitis alergik fase lambat

seperti hidung tersumbat, kurangnya penciuman, dan hiperreaktivitas lebih

diperankan ooleh eosinofil.

NURSING PATHWAY

Alergen (tepung sari, spora, jamur) Antigen Hewan

Masuk ke hidung Menempel di mukosa hidung

Alergen berdifusi

Masuk ke epitel

Mulai memproduksi IgE lokal

Pelepasan mediator sel mast

Page 9 of 23

Page 10: Rhinitis Alergi

Histamin

Penarikan eosinofil, neutrofil, basofil dan limfosit

Reseptor histamin seluler Reaksi awal dan lambat thd alergen inhalan

vasodilatasi

Hipersekresi mukus edema lokal bersin2 & gatal2 inflamasi

suhu tubuh

kelemahan

E. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis rhinitis alergik yang khas mencakup kongesti nasal,

sekret hidung yang jernih serta encer, bersin-bersin, dan rasa gatal pada

hidung. Seringg terdapat rasa gatal pada tenggorokan dan palatum mole.

Drainase mukus ke dalam faring akan merangsang upaya yang berkali-kali

untuk membersihkan tenggorok dna menimbulkan batuk atau suara yang

parau. Sakit kepala, nyeri didaerah sinus paranasal dan epistaksis dapat

menyertai rhinitis alergik. Keadaan ini merupakan rhinitis kronik dan

gejalanya bergantung pada pajanan lingkungan serta daya responsif intrinsik

hospes. Gejala lainnya berupa:

Page 10 of 23

Ggn bersihan

jlan napas

Ggn pertukaran

gas

Pola napas tdk efektif

Ggn pola istirahat

Intoleransi aktivitas

Nyeri

Hipertermi

Cemas

Page 11: Rhinitis Alergi

1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

(umumnya bersin lebih dari 6 kali).

2. Hidung tersumbat.

3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan

alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan

putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi

hidung atau infeksi sinus.

4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan

tenggorok.

5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pada banyak kasus rhinitis alergi musiman diperlukan diagnosis dini yang

dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan jasmani.

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan mencakup :

1. Sediaan apus nasal

2. Hitung darah perifer

3. Total serung IgE

4. Tes Epikutan

5. Tes Intradermal

6. RAST

7. Pemerikaan eliminasi s

8. Tes provokasi makanan

9. Tes provokasi nasal

G. Penatalaksaan Medis / Farmakologi

Tujuan terapi adalah untuk meringankan gejala. Terapi dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu terapi penghindaran dan terapi farmakologi.

1. Terapi Penghindaran

Dalam terapi penghindaran, setiap upaya harus dilakukan untuk

menghilangkan alergen yang bekerja sebagai faktor pemicu. Tindakan

sederhana dan kontrol lingkungan sering efektif untuk mengurangi

gejala. Contoh-contoh tindakan ini adalah penggunaan alat pengendali

Page 11 of 23

Page 12: Rhinitis Alergi

suhu ruangan atau Air Conditioner (AC), pembersih udara,

pelembab/penghilang kelembaban dan lingkungan yang bebas asap.

2. Terapi farmakologi

a. Antihistamin

Antihistamin kini diklasifikasikan sebagai antagonis resptor-H1

atau bloker-H1 yang digunakan dalam penanganan gangguan alergik

yang ringan. Preparat bloker-H1 secara selektif mengikat reseptor H1

sehingga mencegah kerja histamin pada tempat-tempat ini. Preparat ini

tidak mencegah pelepasan histamin dari sel mast atau basofil.

Antihistamin merupakan kelompok utama obat yang diprogramkan

untuk mengatasi gejala rhinitis alergik. Efek samping yang utama dari

kelompok obat ini adalah sedasi. Efek samping tambahan mencakup

keadaan gelisah, tremor, vertigo, mulut kering, palpitasi, anoreksia,

mual dan vomitus.

Preparat AntiHistamin yang lebih baru dinamakan Antagonis

reseptor-H1 yang nonsedatif atau generasi kedua. Berbeda dengan

antagonis reseptor-H1 generasi pertama, preparat generasi kedua ini

tidak melewati sawar darah-otak dan tidak berikatan dengan reseptor

kolinergik, serotonin atau alfa-adrenergik. Preparat generasi kedua

lebih terikat dengan reseptor-H1 peripfer daripada reseptor-H1 sistem

saraf pusat sehingga tidak begitu menimbulkan rasa mengantuk.

b. Preparat Adrenergik

Preparat adrenergik merupakan vasokonstriktor pembuluh darah

mukosa dan dapat diberikan secara topikal disamping pemberian oral.

Pemberian topikal menyebapkan efek samping yang lebid sedikit

dibandingkan pemberian peroral. Meskipun demikian, penggunaan

secara topikal dibatasi selama beberapa hari saja untuk mencegah

rebound congestion. Preparat dekongestan nasal adrenegik digunakan

untuk meringankan kongesti nasal jika diberikan secara topikal pada

mukosa hidung. Preparat ini mengaktifkan tempat-tempat reseptor alfa-

adrenergik pada otot polos pembuluh darah mukosa hidung, sehingga

mengurangi aliran darah setempat, eksudasi cairan dan edema mukosa.

c. Kortikosteroid

Page 12 of 23

Page 13: Rhinitis Alergi

Preparat kortikosteroid nasal merupakan indikasi bagi kasus-kasus

alergi yang lebih berat dari kasus-kasus rhinitis persisten yang tidak

dapat dikendalikan dengan obat-obatan konvensioanal seperti

dekongestan, antihistamin dan kromolin intranasal. Saat ini telah

tersedia 4 macam preparat diantaranya : Beklometason,

Deksametason, Flunisolid, Triamsinolon. Karena kerja anti-

inflamasinya, keempat preparat tersebut sama efektifnya dalam

mencegah atau mensupresi seluruh gejala utama rhinitis alergik.

Biasanya preparat diberikan lewat alat penyemprot berukuran. Jika

saluran hidung tersumbat, preparat dekongestan topikal dapat

diteteskan terlebih dahulu untuk melapangkan jalan napas sebelum

pemberian kortikosteroid. Efek merugikan penggunaan kortikosteroid

intranasal adalah ringan dan mencakup pengeringan mukosa nasal serta

perasaan terbakar dan gatal.

3. Imunoterapi

Imuniterapi merupakan indikasi hanya jika hipersensitivitas IgE

(hipersensitivitas tipe I) terlihat pada alergen inhalan yang spesifik

yang tidak dapat dihindari oleh pasien. Tujuan imunoterapi mencakup

penurunan kadar IgE dalam darah, peningkatan tingkat penghambatan

IgG dan pengurangan sensitivitas sel mediator.

H. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien rhinitis alergik yaitu Anafilaksis

dan kesulitan bernapas. Fungsi resporatorius dan kardiovaskuler dapat mengalami

gangguan yang serius saat terjadi reaksi alergik, gangguan dapat disebapkan oleh

reaksi itu sendiri atau oleh obat-obatan yang digunakan untuk mengatasinya.

Selain itu komplikasi juga dapat terjadi akibat reaksi merugikan dari

penggunaan obat-obatan rhinitis alergik, seperti penggunaan astemizol dan

terfenadin yang berlebihan dapat menyebapkan kematian karena aritmia atau henti

jantung.

Page 13 of 23

Page 14: Rhinitis Alergi

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN RHINITIS ALEGRIK

1. Pengkajian

Pemeriksaan dan anamnesa riwayat pasien mengungkapkan gejala bersin-

bersin yang kerap kali bersifat serangan mendadak dengan ingus yang encer

serta berair, mata dan hidung yang terasa gatal, lakrimasi, dan kadang-kadang

sakit kepala. Riwayat keperawatan mencakup riwayat alergik pada diri pasien

atau anggota keluarganya. Pemeriksaan alergi akan menemukan sifat antigen,

perubahan gejala menurut musim dan penggunaan obat. Perawat juga harus

mengumpulkan data subjektif mengenai apa yang dirasakan pasien sesaat

sebelum gejalanya muncul dengan jelas, seperti peristiwa pruritus, masalah

pernapasan serta rasa kesemutan. Disamping semua gejala tersebut, keluhan

suara parau, mengi, biduran, ruam, eritema, atau edema harus diperhatikan.

Setiap hubungan antara masalah emosional atau stress dan terpicunya gejala

alergik juga harus dikaji.

Adapun pengkajiannya seperti dibawah ini :

1. Data demografi seperti identitas pasien, usia, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, alamat, dll.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat keluhan utama

b. Riwayat penyakit dahulu : apakah pernah terkena penyakit THT

ataupun alergi yang lain

c. Riwayat penyakit keluarga : adakah anggota keluarga yang lain

yang pernah mengalami penyakit yang sama

3. Pemeriksaan fisik : keadaan umum pasien, Tanda-tanda Vital,

berat badan, tinggi badan.

4. Pemeriksaan persistem

a. Breathing

Terjadi penumpukan sekret, bersin-bersin, ingus yang encer dan

berair, hidung gatal, kesulitan bernapas, nyeri pada sinus nasalis,

napas dangkal, suara parau, mengi.

b. Blood

Sakit kepala, kesemutan, edema, ruam, Hipertermi

c. Brain

Page 14 of 23

Page 15: Rhinitis Alergi

Kesadaran dapat berupa composmentis ataupun somnolens, mata

gatal, lakrimasi, penurunan fungsi penciuman, nyeri kepala

d. Bladder

Biasanya BAK ataaun BAB normal

e. Bowel

Bibir kering, tidak nafsu makan, penurunan berat badan.

f. Bone, otot dan Integumen

Terjadi kelemahan, kulit disekitar hidung kemerahan, akral panas

akibat peningkatkan suhu tubuh

5. Pola istirahat : makan, minum, kebersihan diri, istirahat dan aktivitas

6. Pola psikososial : rasa percaya diri menurun, cemas terhadap

penyakitnya

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Gangguan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi mukus

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruski jalan napas oleh

sekret

c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan pertukaran

gas, kurangnya suplai oksigen

d. Gangguan pola istirahat/tidur berhubungan dengan penyumbatan pada

hidung

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

f. Nyeri berhubungan dengan edema, berkurangnya suplai oksigen, dan

reaksi inflamasi

g. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh oleh radang.

h. Cemas berhubungan dengan kelemahan fisik, dan ketidaktahuan terhadap

penyakitnya.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa yang mucul dari

nursing pathway. Selain itu tindakan perawatan yang diberikan disesuaikan

dengan kondisi pasien saat sakit.

Page 15 of 23

Page 16: Rhinitis Alergi

1. Gangguan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi mukus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan saluran pernapasan

pasien kebali bersih, pasien dapat mengelurakan sekret, suara napas dan keadaan kulit

menjadi normal.

Kriteria hasil :

1) Bunyi napas normal

2) RR normal (20-24 kali/menit

No Rencana tindakan Rasional

1Monitor jumlah, bunyi napas,

AGD

Indikasi dasar kepatenan/gangguan saluran

pernapasan

2 Sediakan alat suction bila perlu Membantu mengeluarkan sekret

3 Observasi tanda-tanda vital Mengetahui tingkat keparahan penyakit

4Kaji penumpukan sekret yang ada,

dan ajarkan nasal hygine

Mngetahui tingkat penumpukan untuk

menentukan tidakan selanjutnya

5 Kaji posisi pasien yang nyaman Mempermudah fungsi pernapasan

6Pertahankan polusi lingkungan

minimum

Mengurangi alergen yang dapat

memperparah penyakit

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas

oleh sekret

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan gangguan pertukaran gas tidak

terjadi

Kriteria evaluasi :

- Melaporkan tak adanya atau penurunan dispnue

- Klien menunjukan tidak ada gejala distress pernafasan

- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jarimgan adekuat dengan gas

darah arteri dalam rentang normal.

Rencana intervensi Rasional

Mandiri

Kaji dispnue,takipnue, bunyi

nafas ,peningkatan upaya

pernfasan ,ekspansi torak dan kelemahan

Penumpukan sekret mengakibatkan

berkurangnya oksigen yang dapat

diinspirasi paru-paru

Page 16 of 23

Page 17: Rhinitis Alergi

Evaluasi perubahan tingkat kesadaran catat

sianosis dan perubahan warna kulit termasuk

membran mukosa dan kuku

Mengetahui keadaan awal untuk

dilakukan intervensi selanjutnya

Ajarkan dana dukung pernafasan bibir

selama ekspirasi khususnya untuk klien

dengan fibrosis dan kerusakan parenkim

paru.

Membuat tahanan melawan udara luar

untuk mencegah kolap atau

penyempiatan jalan nafas sehingga

membantu menyebarkan udara melalui

paru da mengurangi nafas pendek

Tingkatkan tirah baring batasi aktivitas dan

bantu kebutuhan perawatan diri sehari- hari

sesuai keadaan klien

Menurunkan konsumsi okseigen

selama periode penurunan pernafasan

dan dapat menurunkan beratnya gejala.

Kolaborasi pemeriksaan AGD Penurunan kadar oksigen (pO2) dan

atau saturasi peningkatan pCO2

menunjukan kebutuhan untuk

intervensi atau perubahan program

terapi

Pemberian oksigen sesuai kebutuhan

tambahan

Terapi oksigen dapat mengoreksi

hipoksemia yang terjadi akibat

penurunan ventilasi atau menurunnya

permukaan alveolar paru

3. Gangguan pola napas berhubungan dengan ketidakefektifan pertukaran

gas, kurangnya suplai oksigen

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam diharapkan pola napas pasien kembali normalKriteria hasil :

1) Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas2) Data objektif menunjukkan pola pernapasan yang efektif3) Pasien dapat mendemonstrasikan pola napas yang efektif

No Rencana tindakan Rasional

1

Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit dan AGD

Mengetahui status pernapasan untuk tidakan perawatan selanjutnya

2 Berikan oksigen sesuai program Mempertahankan oksigen arteri3 Laksanakan program pengobatan Meningkatkan pernapasan4 Atur posisi pasien senyaman Meningkatkan ekspansi paru

Page 17 of 23

Page 18: Rhinitis Alergi

mungkin

5Bantu dalam terapi inhalasi dan penyediaan alat-alat emergensi

Membantu mengeluarkan sekret dan mengantisipasi kejadian akut

6

Berikan pendidikan kesehata seperti : perubahan gaya hidup, menghindari alergen, teknik bernapas, dan teknik relaksasi.

Meningkatkan pengetahuan pasien

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknormalan status fisiologis (penyumbatan hidung oleh sekret, nyeri)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pola tidur pasien kembali normalKriteria hasil :

1. Pasien dapat tidur selama 6-8 jam per hari2. Secara verbal mengatakan lebih rileks dan lebih segar

NO RENCANA TINDAKAN RASIONAL

1Kaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebap kurang tidur

Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan

2Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai denan pola tidur pasien

Membantu mengatur pola tidur

3Atur keadaan tempat tidur yang nyaman , bersih dan bantal yang nyaman

Meningkatkan kenyamanan tidur

4Bunyi telepon dan alarm dikecilkan

Mengurangi gangguan tidur

5Lakukan masase pada daerah belakang, tutup jendela/pintu jika perlu

Mengurangi gangguan tidur

6

Ajarkan pendidikan kesehatan mengenai : jadwal tidur, mengurangi cemas, stress dan latihan relaksasi

Meningkatkan pola tidur

7Atasi penyebap gangguan tidur pasien

Meningkatkan pola tidur

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kurang tidur, kesulitan bernafas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam, diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.Kriteria hasil :

1. Kelemahan pasien tampak berkurang2. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri3. Pasien tampak mampu mempertahankan aktivitas seoptimal mungkin

No Rencana tindakan Rasional

1Monitor keterbatasan aktivitas dan kelemahan saat beraktivitas

Data awal dan merencanakan intervensi selanjutnya

Page 18 of 23

Page 19: Rhinitis Alergi

2Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri

Pasien dapat memilih aktivitas dan melakukannya sendiri

3Catat tanda-tanda vital sebelum dan setelah aktivitas

Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

4Lakukan istirahat yang adekuat setelah aktivitas dan latihan

Membantu mengembalikan energi

5Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dan dokter dalam latihan aktivitas

Meningkatkan kerja sama tim dan perawatan holistik

6

Berikan pendidikan kesehatan mengenai : perubahan gaya hidup untuk menyimpan energi, penggunaan alat bantu pergerakan

Meningkatkan pengetahuan dalam perawatan diri

6. Nyeri berhubungan dengan edema, penurunan suplai okesigen dan reaksi inflamasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam diharapka nyeri pasien berkurang sampai hilangKiteria hasil :1. Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

2. Klien tidak menyeringai kesakitan

No Rencana tindakan Rasional

1

Kaji tingkat nyeri klien Mengetahui tingkat nyeri klien dalam

menentukan tindakan selanjutnya

2

Jelaskan sebab dan akibat nyeri

pada klien serta keluarganya

Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan

klien berpartisipasi dalam perawatan

untuk mengurangi nyeri

3

Ajarkan tehnik relaksasi dan

distraksi

Klien mengetahui tehnik distraksi dn

relaksasi sehinggga dapat

mempraktekkannya bila mengalami nyeri

4

Observasi tanda tanda vital dan

keluhan klien

Mengetahui keadaan umum dan

perkembangan kondisi klien.

5 Kolaborasi dngan tim medis

1) Terapi konservatif :

Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

Page 19 of 23

Page 20: Rhinitis Alergi

- obat

Acetaminopen;

Aspirin,

dekongestan

hidung

- Drainase sinus

7. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh oleh radangTujuan : setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan suhu tubuh pasien kembali normalKriteria hasil :

1. Suhu tubuh pasien 36-37o C2. Pasien tampak relaks

No Rencana tindakan Rasional

1Kaji penyebap hipertermi, dan kondisi tanda-tanda vital

Data awal dalam menentukan tindakan yang tepat

2Observasi suhu tiap 4 jam Mengetahui perkembangan status

kesehatan pasien

3

Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai pentingnya mempertahankan masukan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi

Meningkatkan kerja sama perawata dengan keluarga dan pasien

4

Ajarkan dan lakukan upaya mengatasi hipertemi, seperti :

1. Mempertahankan asupan cairan 2-3 liter/hari

2. Kompres (hangat)3. Sirkulasi yang cukup4. Pakaian yang longgar

dan kering5. Pembatasan aktivitas

yang berlebihan

Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga

5Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan pemeriksaan

Meningkatkan kerja sama tim dan perawatan holistik

8. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadao penyakitnyaTujuan : setelah dilakukan perawatan selama ...x24 jam, diharapkan pasien dapat menjadi lebih relaksKriteria hasil :

1) Pasien secara subjektif menyatakan merasa lebih tenang

Page 20 of 23

Page 21: Rhinitis Alergi

2) Pasien tampak relaks dan dapat berkomunikasi secara kooperatif3) Pasien menampakkan pola koping yang efektif

No Rencana tindakan Rasional

1Kaji tingkat dan penyebap kecemasan Mengetahui kondisi awal

pasien

2

Beri fasilitas informasi yang cukup mengenai perawatan dan pengobatan yang dilakukan

Memfasilitasi pasien dan keluarga dalam mencari tahu mengenai penyakitnya

3Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaannya

Meningkatkan perasaan nyaman pasien

4Ajarkan teknik relaksasi : menghentikan pikiran sejenak, melakukan kegiatan positif

Meningkatkan kenyamanan dan pikiran positif pasien

5Perlihatkan rasa empati : bicara pelan, tenang, menyentuh, dll

Meningkatkan hubungan saling percaya

6Singkirkan stimulasi yang berlebihan seperti menjaga ketenangan lingkungan, batasi kontak dengan orang/keluarga lain yang juga cemas

Mencegah terjadinya cemas yang berlebihan/kronik

Page 21 of 23

Page 22: Rhinitis Alergi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rhinitis Alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan diperkirakan diperantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe I).

Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 – 25% populasi dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir.

Rinitis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan utama.

Tingkat keparahan rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup seseorang. Diagnosis rinitis alergi melibatkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat, lokal dan sistemik khususnya saluran nafas bawah.

B. Saran

Mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi pasien harus sesuai dengan diagnosa dan kondisi yang dilalami pasien. Sikap perawat yang sopan santun dan penuh rasa empati akan membantu pasien merasa nyaman sehingga meningkatkan perasaan dan pikiran positif yang membantu pasien lebih cepat sembuh.

Page 22 of 23

Page 23: Rhinitis Alergi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer. C Suzanne & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Volume 2. Jakarta : EGC

Tarwanto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

dr. Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC

Page 23 of 23