Lapsus Tht rhinitis alergi
-
Upload
uwi-ugik-wijayanti -
Category
Documents
-
view
87 -
download
13
description
Transcript of Lapsus Tht rhinitis alergi
LAPORAN KASUS SISTEM THT-KL
Laki – Laki Usia 30 tahun Sering Pilek Sudah 3 Bulan
Trainer : dr. Dyah Mustika
Disusun Oleh :
1. Fitriyani H2A010020
2. Adisti Irda H2A011002
3. Ani Suryani H2A011008
4. Deasy Silvia L H2A011014
5. Epsila Ainun B H2A011020
6. Luh Ayu Made A. K. S H2A011027
7. Nur Fitri Widiningrum H2A011033
8. Radita Dwihaning P. H2A011035
9. Ray Subandriya H2A011037
10. Rizki Amalia H2A011039
11. Ugik Wijayanti H2A011046
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Sinusitis adalah kondisi klinis yang karakteristiknya adalah radang pada
mukosa sinus paranasalis. Sinus paranasalis (maksilaris, frontalis, etmoidalis, dan
sfenoid) adalah rongga di sekitar hidung yang selalu terisi udara dan berhubungan
dengan saluran hidung melalui ostium yang kecil.1
Sinus paranasalis mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk
melembabkan, menyaring dan mengatur suhu udara yang akan masuk ke paru.
Manusia mempunyai beberapa rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga
hidung. Rongga-rongga ini diberi nama sinus yang kemudian diberi nama sesuai
dengan letaknya yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan
sinus ethmoidalis ( sinus paranasalis ).2
Sinus maxillaris merupakan sinus paranasalis yang terbesar. Sinus ini
sudah ada sejak lahir dan mencapai ukuran maksimum ( + 15 ml ) pada saat
dewasa. Dari segi klinis yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maxilla adalah
dasar sinus maxillaris berhubungan dengan gigi P1, P2, M1, dan M2 ; ostium
sinus maxillaris lebih tinggi dari dasarnya ; sinus rrontalis mulai berkembang dari
sinus ethmoidalis anterior pada usia 8 tahun dan mncapai ukuran maksimal pada
usia 20 tahun.2
Sinus ethmoidalis merupakan kelompok dari sel ethmoidalis anterior dan
posterior yang saling berhubungan dan kemudian bermuara dalam ronga hidung.
Sinus ini sudah ada sejak anak lahir. Sinus ini dianggap paling penting karena
dapat menjadi fokus infeksi bagi sinus paranasalis yang lainnya.3
Pneumatisasi sinus sphenoidalis dimulai pada usia 8-10 tahun. Sinus
paranasalis ini mempunyai fungsi pengatur kondisi udara, thermal insulators,
membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahan
tekanan udara, membantu produksi mukus.2
BAB II
CATATAN MEDIS
MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN – KEPALA
LEHER
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiayah Semarang
PENYUSUNAN LAPORAN
Nama :
NIM :
Tanda Tangan Pengesahan :
Nama Dosen :
Tanda Tangan :
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
A. Nama : Tn. Ahmad
B. Umur : 30 tahun
C. Jenis kelamin : Laki-laki
D. Alamat : Jl. Genuk Indah
E. Agama : Islam
F. Suku : Jawa
G. Pekerjaan : PNS
H. Pendidikan terakhir : Sarjana
I. Status pernikahan : Menikah
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 16
April 2015 pukul 10.30 WIB.
A. Keluhan utama
Sering pilek
B. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan sering pilek sejak 3
bulan yang lalu berlangsung terus menerus, keluhan dirasakan
semakin lama semakin berat. Dari hidung, keluar cairan berwarna
putih, kental dengan jumlah yang banyak dan hidung tersumbat.
Kadang cairan bercampur dengan sedikit darah. Pilek terjadi secara
mendadak dan menetap hingga saat ini. Pasien merasa seperti menelan
cairan. Keluhan yang dialami pasien membaik dengan minum air
hangat. Keluhan memberat pada posisi sujud dan menggelengkan
kepala, terutama pagi hari. Keluhan pasien dirasakan sampai
mengganggu aktifitas. Pasien belum pernah berobat. Keluhan ini
disertai batuk tidak berdahak, nyeri pada daerah dahi, pipi dan pangkal
hidung. Tidak terdapat demam, gangguan membau, bau mulut dan
sakit gigi.
C. Riwayat penyakit dahulu :
1. Riwayat keluhan yang sama : 1 tahun yang lalu pasien menderita
pilek yang hilang timbul dengan cairan berwarna jenih yang keluar
dari hidung. Sudah berobat di Klinik dan pasien sembuh.
2. Riwayat darah tinggi : disangkal
3. Riwayat sakit gula : disangkal
4. Riwayat batuk lama : disangkal
5. Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat bersin >5x di pagi hari : disangkal
7. Riwayat operasi THT : disangkal
8. Riwayat alergi makanan atau obat : disangkal
9. Riwayat trauma pada hidung/ wajah: disangkal
10. Riwayat pengobatan lama : disangkal
11. Riwayat sering sakit gigi : disangkal
12. Riwayat mimisan : disangkal
D. Riwayat penyakit keluarga
1. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
2. Riwayat bersin >5x di pagi hari : disangkal
3. Riwayat darah tinggi : disangkal
4. Riwayat sakit gula : disangkal
5. Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat alergi makanan atau obat : disangkal
E. Riwayat pribadi :
1. Kebiasaan merokok : disangkal
2. Kebiasaan konsumsi alkohol : disangkal
3. Kebiasaan konsumsi minum es : disangkal
F. Riwayat sosial ekonomi :
Pasien tinggal bersama 1 anak dan istri. Pasien bekerja sebagai PNS.
Lingkungan rumah pasien dekat pabrik. Pasien memeriksakan diri
dengan menggunakan BPJS. Kesan ekonominya cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 16 April 2015 pukul 11.15 WIB
A. STATUS GENERALISATA
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah :120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit, reguler (isi dan tegangan cukup)
- Respiratory rate : 16x/menit, irama reguler
- Suhu : 36,5oC (aksiler)
- BB : 60 kg
- TB : 165 cm
- IMT : 22 kg/m2 (Normoweight)
- Status gizi : Baik
- Kulit : warna sawo matang
- Konjungtiva : anemis (-)
- Paru : dalam batas normal
- Jantung : dalam batas normal
- Abdomen : dalam batas normal
- Ekstremitas : dalam batas normal
B. STATUS LOKALIS
1. Telinga
Inspeksi Dektra SinistraPre aurikula Fistula (-), Hiperemis (-),
Massa (-)Fistula (-), Hiperemis
(-), Massa (-)Aurikula Bentuk (normal dan
simetris), Hiperemis (-), massa (-)
Bentuk (normal dan simetris), Hiperemis
(-), massa (-)Retro Aurikula Fistula (-), Hiperemis (-),
Massa (-)Fistula (-), Hiperemis
(-), Massa (-)Canalis Auditus
ExternusHiperemis (-), serumen (-)
edema (-), sekret (-),corpus alienum (-), massa (-)
Hiperemis (-), serumen (-) edema (-), sekret (-),
corpus alienum (-), massa (-)
Discharge (-) (-)
Palpasi/Perkusi Dektra SinistraPre aurikula Nyeri tekan tragus (-), massa
(-), pembesaran KGB (-)Nyeri tekan tragus (-), massa (-), pembesaran
KGB (-)Retro Aurikula Nyeri tekan (-),massa (-),
pembesaran KGB (-)Nyeri tekan (-),massa (-), pembesaran KGB
(-)Mastoid Massa (-), nyeri tekan (-) Massa (-), nyeri tekan
(-)Aurikula Nyeri tarik helix (-) Nyeri tarik helix (-)
Membran Tim-pani
Dektra Sinistra
WarnaPutih mengkilat seperti
mutiaraPutih mengkilat seperti mutiara
Refleks cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 7Bulging (-) (-)Perforasi (-) (-)
Sekret (-) (-)
2. Hidung dan Sinus Paranasal
Hidung Dextra SinistraInspeksi Deformitas - -
Deviasi - -Trauma - -Radang - -Massa - -sekret (+) putih kental
darah (-), jumlahnya banyak
(+) putih kental darah (-), jumlahnya
banyakPalpasi Nyeri tekan - -
Krepitasi - -Sinus Paranasal Dextra Sinistra
Inspeksi Warna Sama Seperti sekitar Sama Seperti sekitarSimetris - -deformitas - -masa - -
Sinus Paranasal
Nyeri tekan (+) sinus frontal, si-nus ethmoid, sinus
maksila
(+) sinus frontal, si-nus ethmoid, sinus
maksilaNyeri ketok (+) sinus frontal, si-
nus ethmoid, sinus maksila
(+) sinus frontal, si-nus ethmoid, sinus
maksila
Rinoskopi Anterior:
Pemeriksaan Dextra SinistraVestibulum Vibrise + +
Radang - -Kavum nasi Cukup lapang (N) N N
Sempit - -Lapang - -mukosa hiperemis hiperemis
Sekret Putih kental Putih kentalKonka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna hiperemis hiperemisPermukaan Licin LicinEdema + +
Konka media Ukuran Tidak terlihat Tidak terlihatWarnaPermukaanEdema
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurusPermukaan Licin licinWarna Merah muda Merah mudaSpina - -Krista - -Abses - -Perforasi - -
Foetor ex nasi - -Massa Lokasi - -
Bentuk - -Ukuran - -Permukaan - -Warna - -Konsistensi - -Mudah digoyang - -Pengaruh vasokon-striktor
- -
3. Tenggorok
Rinoskopi Posterior:
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Koana Cukup lapang (N)
N N
Sempit - -Lapang - -
Mukosa Warna Merah muda Merah MudaEdema - -Jaringan granu-lasi
- -
Konka superior Ukuran Tidak terlihat Tidak terlihatWarnaPermukaanEdema
Adenoid Ada/tidak Tidak ada Tidak ada Muara tuba eu-
stachiusTertutup secret - -Edema mukosa - -
Massa Lokasi - -Ukuran - -Bentuk - -Permukaan - -
Post Nasal Drip Ada/tidak Ada, warnanya putih kental, jumlahnya
banyak
Ada, warnanya putih kental, jumlahnya
banyak
4. Orofaring dan Mulut:
Pemeriksaan Dextra SinistraPalatum mole
dan Arkus faring
Simetris/tidak SimetrisWarna Merah mudaEdema - -Bercak/eksudat - -
Dinding Far-ing
Warna Merah muda Merah mudaPermukaan - -
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin LicinMuara kripti Tidak melebarDetritus - -Eksudat - -Perlengketan dengan pilar
- -
Peritonsil Warna Merah mudaMerah mudaEdema - -Abses - -
Tumor Lokasi - -Bentuk - -Ukuran - -Permukaan - -Konsistensi - -
Gigi Karies/radiks - -
Lidah Warna Merah mudaBentuk NormalDeviasi -Massa -
Laringoskopi Indirek:
Pemeriksaan Dextra SinistraEpiglottis Bentuk Normal Normal
Warna Merah muda Merah mudaEdema - -Pinggir rata/tidak Rata rataMassa - -
Aritenoid Warna Merah muda Merah mudaEdema - -Massa - -Gerakan Normal Normal
Ventrikular Band
Warna Merah muda Merah mudaEdema - -Massa - -
Plika Vokalis Warna Putih putihGerakan Simetris SimetrisPinggir medial Rata RataMassa - -
Subglotis/trachea Massa - -Sekret ada/tidak - -
Sinus piriformis Massa - -Sekret - -
Valekule Massa - -Sekret (jenisnya) - -
5. Kepala, Wajah, Leher
Dekstra Sinistra
Kepala Kesan MesosefalWajah Simetris
Leher anterior Pembesaran KGB (-), benjolan (-)
pembesaran tiroid (-)
Pembesaran KGB (-), benjolan (- ) pembesaran tiroid (-)
Leher lateral Pembesaran KGB (-), benjolan (-)
Pembesaran KGB (-), benjolan (-)
IV. PEMERIKSAAN KHUSUS1. Tes Pendengaran
Tes Dextra SinistraTes Bisik 6/6 (Normal pada frekuensi rendah
dan tinggi)6/6 (Normal pada frekuensi
rendah dan tinggi)Tes garputalaRinne AC > BC AC > BCSchwabach Sama dengan pemeriksa (Normal) Sama dengan pemeriksa
(Normal)Weber Lateralisasi (-)
Kesan : Telinga kanan dan kiri dalam batas normal
2. Tes Keseimbangan
Pemeriksaan Hasil
1. Tes Romberg
2. Tes Romberg dipertajam
Negative
Negative
3. Pemeriksaan Transiluminasi
- Sinus maxillaris : redup (+)
- Sinus frontalis : redup (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis :
1. Darah lengkap
2. CT scan
VI. RESUME
Pasien laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan sering pilek sejak 3
bulan yang lalu berlangsung terus menerus, semakin lama semakin berat.
Sekret berwarna putih, kental kadang bercampur darah dan nasal
congestion. Pasien merasa seperti menelan cairan. Keluhan membaik
dengan minum air hangat, makin berat pada posisi sujud dan
menggelengkan kepala, terutama pagi hari. Keluhan pasien sampai
mengganggu aktifitas. Terdapat batuk tidak berdahak, nyeri pada daerah
dahi, pipi dan pangkal hidung.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital, frekuensi nadi : 80 x/menit,
frekuensi nafas : 16 x/menit, suhu : 36,5oC, IMT 22. Status lokalis didapat
nyeri tekan dan nyeri ketok sinus frontalis, ethmoid dan sinus maxilla,
pada pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan oedem pada konka,
mukosa hiperemis dan terdapat secret berwarna putih, kental jumlahnya
banyak pada hidung kanan dan kiri. pada pemeriksaan rinoskopi posterior
terdapat post nasal drip. Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus frontalis
dan sinus maksila terlihat redup kanan kiri simetris.
VII. DAFTAR MASALAH
Masalah aktif Masalah pasif
1. Sekret nasal bewarna putih dengan konsistensi kental, kadang – kadang keluar darah
2. Batuk3. Hidung tersumbat4. Nyeri wajah5. Post nasal drip6. Riwayat batuk pilek 1 tahun yang lalu7. Nyeri ketok sinus frontalis, maksila dan
etmoid 8. Mukosa hidung hiperemis9. Konka edema10. Pemeriksaan transluminasi ditemukan
sinus frontalis dan maksila redup kanan
1. Lingkungan rumah dekat pabrik
kiri simetris
VIII. INITIAL PLAN
Diagnosis : Multisinusitis rhinogen kronik
o Laboratorium : darah rutin
o CT scan
Diagnosis banding :
o Rinitis alergi
o Rinitis Vasomotor
Terapi
o Medikamentosa
Antibiotik : amoxicilin 3x500 mg
Analgetik : asam mefenamat 3x500 mg (bila )
Dekongestan : pseudoefedrin HCl
o Dirujuk ke dokter spesialis tht untuk menangani keluhan saat ini.
Monitoring
o Monitoring gejala
Edukasi
o Memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit
pasien, pemeriksaan yang diperlukan, komplikasi dari penyakit dan
bagaimana cara menanganinya.
o Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
o Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan yang terlalu
panas, dingin, dan pedas
o Pasien diminta minum obat secara teratur dan sesuai aturan pakai
IX. Prognosis
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis diberi
nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus
disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut
pansunusitis.1
B. Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh
1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza,
Streptococcus group A, Staphylococcus aureus, Neisseria, Klebsiella,
Basil gram -, Pseudomonas.
2. Virus : Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus
3. Bakteri anaerob : fusobakteria
4. Jamur1
C. Patofisiologi
Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya udem pada dinding
hidung dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada
ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase di dalam sinus.
Virus tersebut juga memproduksi enzim dan neuraminidase yang
mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan
mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang
diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat
baik untuk berkembangnya bakteri patogen.
Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal
meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari
virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia
di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk
berkembangnya bakteri anaerob. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh
fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga drainase
sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.2
Polusi zat kimia
Hilangnya silia
Sumbatan mekanis Drainase buruk Perubahan mukosa Alergi,
defisiensi imun
Infeksi
Sepsis residual
Terapi tidak adekuat
D. Faktor predisposisi
1. Obstruksi mekanis : Deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor,
hipertrofi konka
2. Infeksi : Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi
ostium sinus serta menghasilkan banyak lendir yang merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan kuman
3. Adanya infeksi pada gigi
4. Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah
mukosa dan merusak silia.2
E. Gejala Klinis
1. Sinusitis Akut
a. Sinusitis maksillaris
1) Demam, malaise
2) Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan
pemberian aspirin. Sakit dirasa mulai dari pipi ( di bawah
kelopak mata ) dan menjalar ke dahi atau gigi. Sakit bertambah
saat menunduk.
3) Wajah terasa bengkak dan penuh
4) Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada
palpasi dan perkusi.
5) Kadang ada batuk iritatif non-produktif
6) Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang
berbau busuk
7) Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang
berasal dari metus media, dan nasofaring. 4
b. Sinusitis ethmoidalis
1) Sering bersama dengan sinusitis maksillaris dan sinusitis
frontalis
2) Nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan
hidung menjalar ke arah temporal
3) Nyeri sering dirasakan di belakang bola mata dan bertambah
apabila mata digerakkan
4) Sumbatan pada hidung
5) Pada anak sering bermanifestasi sebagai selulitis orbita karena
lamina papiracea anak seringkali merekah
6) Mukosa hidung hiperemis dan udem
7) Adanya pus dalam rongga hidung yang berasal dari meatus
media. 4
c. Sinusitis frontalis
1) Hampir selalu bersamaan dengan sinusitis ethmoidalis anterior
2) Nyeri kepala yang khas di atas alis mata. Nyeri biasanya pada
pagi hari, memburuk pada tengah hari dan berangsur angsur
hilang pada malam hari.
3) Pembengkakan derah supraorbita
4) Nyeri hebat pada palpasi atau perkusi daerah sinus yang
terinfeksi.4
d. Sinusitis sphenoidalis
Nyeri kepala dan retro orbita yang menjalar ke verteks atau
oksipital.4
2. SINUSITIS KRONIS
a. Postnasal drip
b. Rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok
c. Pendengaran terganggu karena oklusi tuba eustachii
d. Nyeri atau sakit kepala
e. Infeksi pada mata yang menjalar dari duktus nasolakrimalis
f. Gastroenteritis ringan pada anak akibat mukopus yang tertelan.4
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Transiluminasi
Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya.
Transiluminasi akan menunjukkan angka 0 atau 1 apabila terjadi
sinusitis (sinus penuh dengan cairan).5
2. Rontgen sinus paranasalis
Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa
1. Penebalan mukosa,
2. Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)
3. Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat
dilihat pada foto waters.
Bagaimanapun juga, harus diingat bhwa foto SPN 3 posisi ini
memiliki kekurangan dimana kadang kadang bayangan bibir dapat
dikacaukan dengan penebalan mukosa sinus.
3. CT Scan
CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang
paling baik akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya
yang relevan untuk mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut.
Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis
radiasi yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.
4. Sinoscopy
Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan informasi
akurat tentang perubahan mukosa sinus, jumlah sekret yang ada di
dalam sinus, dan letak dan keadaan dari ostium sinus. Yang menjadi
masalah adalah pemeriksaan sinoscopy memberikan suatu keadaan
yang tidak menyenangkan buat pasien.
5. Pemeriksaan mikrobiologi
Biakan yang berasal fari hidung bagian posterior dan nasofaring
biasanya lebih akurat dibandingkan dengan biakan yang berasal dari
hidung bagian anterior. Namun demikian, pengambilan biakan hidung
posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis
dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena. Seringkali
diberikan suatu antibiotik yang sesuai untuk membasmi
mikroorganisme yang lebih umum untuk penyakit ini. 5
G. Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun nyata sejak diberikannya antibiotik.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
1. Kelainan pada orbita
a. Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena letaknya yang
berdekatan dengan mata .
b. Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum
1) Edema palpebra
2) Preseptal selulitis
3) Selulitis orbita tanpa abses
4) Selulitis orbita dengan sub atau extraperiostel abses
5) Selulitis orbita dengan intraperiosteal abses
6) Trombosis sinus cavernosus
2. Kelainan intrakranial
a. Abses extradural, subdural, dan intracerebral
b. Meningitis
c. Encephalitis
d. Trombosis sinus cavernosus atau sagital
3. Kelainan pada tulang
a. Osteitis
b. Osteomyelitis
4. Kelainan pada paru
a. Bronkitis kronik
b. Bronkhiektasis
5. Otitis media
6. Toxic shock syndrome
7. Mucocele , pyococele 6
H. Therapy
Therapi primer dari sinusitis akut adalah secara medikamentosa.
1. Analgetik
Rasa sakit yang disebabkan oleh sinusitis dapat hilang dengan
pemberian aspirin atau preparat codein. Kompres hangat pada wajah
juga dapat menbantu untuk mengjilangkan rasa sakit tersebut
2. Antibiotik
Secara umum, dapat diberikan antibiotika yang sesuia selama 10 – 14
hari walaupun gejala klinik telah hilang. Antibiotik yang sering
diberikan adalah amoxicillin, ampicillin, erythromicin plus sulfonamid,
sefuroksim dan trimetoprim plus sulfonamid
3. Dekongestan
Pemberian dekongestan seperti pseudoefedrin, dan tetes hidung poten
seperti fenilefrin dan oksimetazolin cukup bermanfaat untuk
mengurangi udem sehingga dapat terjadi drainase sinus.
4. Irigasi antrum
Indikasinya adalah apabila ketiga terapi di atas gagal, dan ostium sinus
sedemikian udematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum
maksiilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui
fossa incisivus kedalam antrum maksillaris. Caian ini kemudian akan
mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.
5. Diatermi gelombang pendek
6. Menghilangkan faktor predisposisi
Prinsip utama penanganan sinusitis kronik adalah
1. Mengenali faktor penyebab dan mengatasinya
2. Mengembalikan integritas dari mukosa yang udem
Pengembalian ventilasi sinus dan koreksi mukosa akan mengembalikan
fungsi lapisan mukosilia.
1. Antibiotika
Sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob. Antibiotik
yang biasanya digunakan adalah metronidazole, co-amoxiclav dan
clindamycin
2. Mukolitik
Sinusitis kronis biasanya menghasilkan sekret yang kental. Terapi
dengan mukolitik ini biasanya diberikan pada penderita rinosinusitis.
Sekret yang encer akan lebih mudah dikeluarkan dibandingkan dengan
sekret yang kental.
3. Nasal toilet
Pembersihan hidung dan sinus dari sekret yang kental dapat dilakukan
dengan saline sprays atau irigasi. Cara yang efektif dan murah adalah
dengan menggunakan canula dan Higgison’s syringe
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan obat yang paling efektif untuk mengurangi
udem pada mukosa yang berkaitan dengan infeksi.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila pengobatan dengan medikamentosa
sudah gagal. Pembedahan radikal dilakukan dengan mengankat mukosa
yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk
sinus maksila dilakukan operasi Caldwell – Luc, sedangkan untuk sinus
ethmoid dilakukan etmoidektomi. Pembedahan tidak radikal yang akhir
akhir ini sedang dikembangkan adalah menggunakan endoskopi yang
disebut Bedah Sinus Endoskopi Fungsional. Prisnsipnya adalah
membuka daerah osteomeatal kompleks yang menjadi sumber
penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat
lancar kembali melaui ostium alami. 7
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan sekret berwarna putih kental
jumlahnya banyak, mukosa hidung hiperemis, edem konka, post nasal drip, nyeri
tekan dan ketuk pada bagian os frontalis, ethmoid dan maksilaris. Hal ini sesuai
dengan pustaka dimana nyeri biasanya diakibatkan oleh tekanan dan pernurunan
drainase dari rongga sinus. Mukosa hidung dan sinus paranasal serta rongga-
rongganya melapisi jalan masuk ke sinus paranasal merupakan yang paling
sensitif nyeri. Nyeri sinus kadang digambarkan dengan peningkatan sensasi
tertekan akibat sinus yang buntu. Bagian wajah di sekitar sinus akan nyeri jika
disentuh. Nyeri dapat meningkat dengan perubahan posisi kepala, atau ketika
pertama kali saat bangun tidur, menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap
rongga sinus.
Penegakan diagnosis sinusitis ditegakkan berdasarkan 3 gejala mayor yang
didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dimana pasien mengeluhkan
adanya sekret yang keluar dari hidung selama 3 bulan, nyeri tekan dan ketuk pada
wajah serta adanya hidung pada kedua hidung. Selain itu juga ditemukan kriteria
minor sinusitis yaitu adanya post nasal drip dan nyeri kepala.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangunkusumo, Endang. Rifki, Nusjirwan. 2000. Sinusitis dalam
Soepardi, Efiaty A. Iskandar, Nurbaity. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Mangunkusumo, Endang. Wardani, Retno S. 2007. Polip Hidung
dalam Soepardi, Efiaty A. Iskandar, Nurbaity. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Soetjipto, Damayanti. Mangunkusumo, Endang. 2007. Sinus Paranasal
dalam Soepardi, Efiaty A. Iskandar, Nurbaity. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4. Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. Rinitis Alergi. Dalam: Buku
Ajar IlmuKesehatan Telonga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi
keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007; 128-134.
5. Van David C. ENT Emergencies Disorders of The Ear, Nose, Sinuses,
Oropharynx, & Mouth. in: Stone C, Humprhries R, editors. Current
Emergency diagnosis and treatment 4th editions (Lange current series). Mc
Graw Hill, Philadelphia, 2004, p 348-350.
6. Shames Richard S, Kishiyama Jeffrey L. Disorders of The Immune
System. in: McPhee Stephen J, Lingappa Vishwanath R, Ganong William
F, editors. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical
Medicine 4th editions. Mc Graw Hill, Philadelphia, 2003, p 31-57.
7. Suardana W, et al. Rhinologi. in: Suardana W, Bakta M, editor.
Pedoman Diagnosis dan Terapi. Komite Medik RSUP Sanglah, Denpasar,
2000.