Rhinitis Alergi

29
Rhinitis Alergi Grace Niken Nindita Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna utara no.6 Jakarta Barat Latar Belakang Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis. Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 – 25% populasi dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan rinitis

Transcript of Rhinitis Alergi

Page 1: Rhinitis Alergi

Rhinitis Alergi

Grace Niken Nindita

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna utara no.6 Jakarta Barat

Latar Belakang

Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala

kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat,

hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis

alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis.

Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang

diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung cair, bersin-bersin, dan

gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai

sekitar 10 – 25% populasi dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir.

Rinitis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi

40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup,

bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis

alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan rinitis alergi

diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup seseorang. Diagnosis

rinitis alergi melibatkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat, lokal dan sistemik

khususnya saluran nafas bawah.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email : [email protected]

Nim : 10.2009.205, Kelompok : B8

Page 2: Rhinitis Alergi

Anamnesis

1. Identitas Pasien : Nama, Umur, Pekerjaan, Tempat Tanggal lahir, Status pernikahan,

alamat, Agama, Suku Bangsa, dll.

2. Keluhan Utama : hidung sering tersumbat sejak 1 minggu yang lalu terutama pagi hari

3. Keluhat Tambahan : sering bersin lebih dari 5 kali, hidung gatal, ingus encer

4. Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang ibu berusia 42 tahun datang dengan keluhan

hidung sering tersumbat sejak 1 minggu yang lalu terutama pagi hari, sering bersin,

kalau bersin sampai lebih dari 5 kali, hidung gatal, ingus encer.

5. Riwayat Penyakit Dahulu : perlu ditanyakan apakah Ibu ini pernah mengalami

penyakit yang sama sebelumnya, riwayat alergi, pernah diperiksa sebelumnya?

Pernah menjalani tes alergi sebelumnya? dan penyakit yang sebelumnya pernah ibu

ini derita, serta riwayat rawat inap dengan penyakit yang sama ataupun penyakit

lainnya.

6. Riwayat Penyakit keluarga : apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit

yang sama, ataupun punya riwayat alergi atau belum.

7. Kondisi tempat tinggal dan Lingkungan :

a. Apakah tempat tinggalnya bersih? (untuk mengetahui etiologinya tungau debu

rumah, kecoa, serta jamur termasuk Rinitis alergi inhalan)

b. Apakah memelihara binatang? (sama seperti diatas_Rinitis alergi inhalan)

c. Dimana tempat tinggalnya? Bagaimana kondisi lingkungan rumahnya?

Apakah tempat tinggalnya di dekat perkebunan, atau taman bunga? Untuk

mengetahui kemungkinan rinitis alergi musiman. Apakah daerah tempat

tinggalnya bersih atau tidak? Di pemukiman padat penduduk atau tidak?

d. Apakah tetangganya ada yang sedang sakit? Sakit apa? Atau sakit yang sama

seperti pasien?

8. Pertanyaan spesifik sekitar keluhan utama dan keluhan tambahannya yaitu :

a. Sekret :

i. Jenis : Berdarah? Purulenta (seperti nanah)? Mukopurulent

(mengandung mukus maupun nanah)? Berair? Mukoid (seperti putih

telur)?

ii. Jumlah : sangat banyak dan konstan? Atau hanya kadang-kadang?

iii. Lamanya : berhari-hari, berminggu-minggu, bertahun-tahun?

iv. Bisa dikeluarkan atau tidak? Kalau bisa, mudah atau tidak?

Page 3: Rhinitis Alergi

v. Apakah sekeretnya terutama disalah satu lubang hidung?

b. Hidung tersumbat (obstruksi hidung)

i. Derajat obstruksinya? (ringan, sedang, total)

ii. Di sisi mana? Kanan, kiri atau kedua-duanya? Bergantian? ( jika

bergantian merupakan fenomena fisiologis normal)

iii. Lamanya obstruksi? berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan,

bertahun-tahun?

iv. Apakah obstruksi memburuk di dalam atau diluar rumah? (tanda reaksi

alergi/vasomotor)

v. Apakah pasien bernafas lewat mulut saat keluhan terjadi? (tanyakan

apakahh bibir atau tenggorokan kering dan nyeri di pagi hari,

kemungkinan pasien bernafas lewat mulut sewaktu tidur)

c. Apakah ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menyebabkan keluhannya

kambuh? Tergantung musim? Apakah hanya pagi saja / terus menerus

sepanjang hari? Adakah kondisi lainnya selain pagi hari yang bisa

menyebabkan keluhan timbul? Misalnya cuaca dingin, perubahan suhu yang

tiba-tiba, makan yang pedas-pedas dll.

d. Hal-hal apa sajakah yang bisa memperberat keluhan?

e. Apakah ada demam? (DD/ Rinitis simpleks)

i. Rinitis alergi dan vasomotor : tidak ada demam

ii. Rinitis simpleks etcausa Bakteri : demam tinggi

iii. Rinitis simpleks et causa virus : jarang demam

f. Selain bersin dan hidung tersumbat, apakah ada Sakit tenggorok? Mialgia?

Nyeri kepala?

g. Adakah keluhan mata gatal? Pada rinitis alergi

h. Bagaimana ingusnya?

i. Pada rinitis alergi : encer dan banyak

ii. Rinitis vasomotor : mukoid atau serosa dan banyak

iii. Rinitis simpleks et causa virus : ingus encer, tapi bila terjadi infeksi

skunder bakteri, ingus menjadi mukopurulen

iv. Rinitis simpleks et causa bakteri : ingus mukopurulen dan banyak.

i. Bagaimana bersinnya? Berulang?

Page 4: Rhinitis Alergi

Pemeriksaan Fisik

Dalam pemeriksaan fisik hal pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan TTV (tanda-tanda

vital) berupa Tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, dan suhu tubuh. Selain itu juga

diperhatikan bagaimana keadaan umum pasien, seperti apakah pasien tersebut datang dalam

kondisi lemah, bagaimana kesadaran pasien apakah compos mentis, somnolen, dan lain

sebagainya.

Sedangkan pemeriksaan fisik spesifiknya untuk rinitis alergi :

Inspeksi :

Apakah ada kelainan congenital pada hidung

Jaringan parut dalam hidung

Deviasi septum

Tampak pembengkakan & hiperemis pada konka hidung

Oedem mukosa

Mukosa hidung hiperemis

Pernapasan melalui mulut

Palpasi

Nyeri tekan

Krepitas

Atrofi kulit luar hidung

Raba panas

Pemeriksaan Penunjang

1. In vitro1

Pemeriksaan rinoskopi anterior

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau

livid disertai adanya sekret encer yang banyak.

Page 5: Rhinitis Alergi

Pemeriksaan naso endoskopi dan Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun

tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan

pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan

kemungkinan alergi inhalan. Jumlah eusinofil dalam kondisi normal antara 1-

4% jumlah leukosit darah. Jumlah leukosit dalam darah rata-rata 5000-10.000.

Jika basofil 5 sel/lap mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika

ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.

Hitung eosinofil dalam darah tepi

Dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total

(prist-paper radio immunosorbent test) seringkali menunjukkan nilai

normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam

penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau

urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi

pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang

tinggi. Lebih bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST

(Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent

Assay)

2. In vivo1

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan

atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration/SET). SET

dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai

konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab

juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Untuk alergi

makanan, uji kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya

ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi (“Challenge Test”). Alergen ingestan

secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada Challenge

Test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari,

selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali

dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan

meniadakan suatu jenis makanan.

Page 6: Rhinitis Alergi

Diagnosis

Diagnosis dapat dipastikan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Dari skenario didapati diagnosis sementara (sampai dilakukan anamnesis

selanjutnya dan beberapa pemeriksaan fisik) yaitu ibu tersebut menderita rinitis alergi.

Alasannya :

1. Bersin lebih dari 5x

2. Hidung tersumbat terutama pagi hari.

3. Hidung gatal

4. Ingus encer

Selain itu pada khasus Rinitis alergi biasanya akan diperoleh keadaan sbb :

1. Tidak ada demam.

2. Serangan bersin berulang (lebih dari 5 kali)

3. Selain encer ingusnya jumlahnya juga banyak

4. Selain hidung, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan lakrimasi ( air mata

keluar).

5. Terdapat riwayat alergi

Pada pemeriksaan fisiknya akan didapatkan :

1. Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shinner, yaitu

bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi

hidung.

2. Dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi

bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang sering digosok-gosok

oleh punggung tangan (allergic salute).

3. Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah, berwarna pucat atau

livid dengan konka edema dan sekret yang encer dan banyak. Perlu juga dilihat

adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung

tersumbat.

4. Selain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau penyakit yang

berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media.

Page 7: Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi

Pengertian

Inflamasi pada membran mukosa hidung yang disebakan oleh adanya alergen yang terhirup

yang dapat memicu respon hipersensitivitas.

Klasifikasi

Berdasarkan waktunya, Rhinitis alergi dibagi menjadi 2 golongan :

1. Rhinitis alergi musiman / Seasonal allergic rhinitis (SAR) terjadi pada waktu yang

sama setiap tahunnya. Misalnya musim bunga, banyak serbuk sari beterbangan.

2. Rinitis alergi sepanjang tahun / Perrenial allergic rhinitis

(PAR) terjadi setiap saat dalam setahun. Penyebab

utamanya adalah : debu, animal, dander, jamur, kecoa.

Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat

berlangsungnya.

Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative

ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat

berlangsungnya dibagi menjadi :

1. Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4

minggu

2. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi :

1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai,

berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu

2. Sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas

Different Diagnosa

Page 8: Rhinitis Alergi

1. Rinitis vasomotor

Gejala penderita rinitis alergi atau rinitis vasomotor kadang – kadang sulit dibedakan

karena gejala – gejalanya mirip, yaitu obstruksi hidung, rinorea dan bersin. Biasanya

penderita rinitis alergika lebih merasakan gatal dan bersin berulang seperti “

staccato“. Biasanya ia tidak ditemukan atau tidak jelas pada rinitis vasomotor.Reaksi

bisa disebabkan oleh disfungsi sistem saraf autonom, tetapi disamping itu, obstruksi

hidung, rinorea dan bersin dapat disebabkan oleh faktor iritasi , fisik, endokrin dan

faktor lain.Hidung mungkin sensitive terhadap pengaruh hormone, oleh karena itu

reaksi rhinitis vasomotor mungkin berhubungan dengan kehamilan atau kontrasepsi

per oral, tapi rhinitis vasomotor pada kehamilan segera menyembuh setelah

melahirkan dan mungkin berhubungan dengan keseimbangan hormone.

Penderita dengan anamnesis rinitis vasomotor bisa menggambarkan sensitivitas yang

tidak biasa terhadap kelembaban udara. Biasanya rinitis non alergika ini disertai

dengan gejala – gejala obstruksi saluran pernafasan hidung dan rinorea yang

hebat. Biasanya tidak terdapat variasi musim, tetapi gejalanya dapat menyerupai

rinitis alergika sepanjang tahun. Tetapi karena mungkin terdapat remisi dan

eksaserbasi, maka ia dapat pula menyerupai rinitis alergika musiman. Hal ini terjadi

bila pasien sensitif pada perubahan suhu yag menyertai perubahan musim. Biasanya

penderita rinitis vasomotor tidak mempunyai riwayat alergi pada keluarganya. Mereka

menjelaskan fenomena iritatifnya dimulai di usia dewasa. Jarang terjadi bersin dan

rasa gatal.2

Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi pasien. Terdapat

rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin dan tidak

disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena

perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.

2. Rinitis simpleks

Page 9: Rhinitis Alergi

Nama lainnya yaitu common cold, slesma, flu, pilek. Rinitis simpleks merupakan

penyakit paling sering diteukan pada manusia. Berdasarkan penyebabnya Rinitis

simpleks dapat dibagi menjadi 3, yaitu rinitis simpleks et causa virus, et causa bakteri

dan et causa jamur.3

I. Rinitis simpleks et causa virus. Penyebab terseringnya adalah Rhinovirus.

Virus lain dapat berupa Myxovirus, Coxsakie virus, ECHO virus.

Gejala klinis adalah seperti berikut :

1. Prodraomal, berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, demam,

lemas, atau nyeri kepala.

2. Bersin yang berulang-ulang

3. Hidung tersumbat dengan ingus encer ( jadi purulen bila ada infeksi

bakteri)

Dapat sembuh dalam 5-10 hari bila tidak ada komplikasi.

II. Rhinitis simpleks et causa bakteri. Penyebab tersering menimbulkan penyakit

infeksi di hidung adalah organisema gram-positif yaitu Stafilokokus koagulase

positif. Gejala klinisnya hampir sama dengan Rhinitis simpleks et causa virus.

Yang membedakannya adalah pada infeksi bakteri primer maupun skunder

pada hidung, biasanya sekretnya mukopurulen. Warnanya meramalkan jenis

organisme yang menyerang jaringan hidung. Rinitis bakterialis sering menjadi

sinusitis.

III. Rhinitis simpleks et causa jamur.

a. Biasanya berbentuk infeksi :

i. Aspergilosis

ii. Blastomikosis

iii. Candidiasis

b. Biasanya mengenai tulang rawan septum sehingga dapat menyebabkan

perforasi / hidung pelana.

c. Tanda klinis :

i. Sekret mukopurulen berbau

ii. Pseudomembran

iii. Ulkus ataupun perforasi septum.

d. Terapi :

i. Obat anti jamur

Page 10: Rhinitis Alergi

ii. Obat cuci hidung

iii. Gentian violet untuk membersihkan hidung secara rutin.

Etiologi  

Penyebab rinitis alergi dapat dibagi berdasarkan cara masuknya :

1. Alergi inhalan, masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau debu

rumah (D. Pteronyssinus, D.farinae, B.tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit binatang

(kucing, anjing), rerumputan serta jamur ( spora jamur).

2. Alergen ingestan, masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, sapi,

telur,coklat, ikan laut, udang kepiting dan kacang-kacangan.

3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tususkan, misalnya penisilin dan

sengatan lebah.

4. Alergen kontaktan, yang masuk mellaui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya

bahan kosmetik, perhiasan.

Epidemiologi

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang

secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelasmemiliki

peran penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak  semuanya

atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau

mencapai 50 %.Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen,yang terdapat di

seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah

memiliki kecenderungan alergi.5 Di Indonesia tidak dikenal Rinitis alergi musiman (seasonal,

hay fever, polinosis). Hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim.

Page 11: Rhinitis Alergi

Patofisiologi

Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan

diikuti dengan tahap provokasi atau reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu

Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung

sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction atau

Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase

hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung smapai 24-48 jam.

Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang

berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen yang

menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen

pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek peptide

MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel

T helper (Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) yang

akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan

berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13.1,2

IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel

limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah

akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil

(sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang

menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar

alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi

Page 12: Rhinitis Alergi

degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator

kimia yang sudah terbentuk (Performed Mediators) terutama histamin. Selain histamin juga

dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4

(LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF), berbagai

sitokin (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony Stimulating

Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut sebagai Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC).

Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan

rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa

dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi

rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamin

merangsang ujung saraf Vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung

sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM1).

Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan

akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai

disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan.

Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil,

limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL-

3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1

pada sekret hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat

peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic Cationic

Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP), dan

Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh

faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang,

perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.1-6

Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh (vascular bad) dengan pembesaran sel

goblet dan sel pembentuk mukus. Terdapat juga pembesaran ruang interseluler dan penebalan

membran basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan mukosa dan

submukosa hidung. Gambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar keadaan

serangan, mukosa kembali normal. Akan tetapi serangan dapat terjadi terus-menerus

(persisten) sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang ireversibel,

yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak mukosa

hidung menebal. Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang secara

garis besar terdiri dari:

Page 13: Rhinitis Alergi

1. Respon primer

Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spesifik dan

dapat berakhir sampai disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi berlanjut

menjadi respon sekunder.7

2. Respon sekunder

Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem

imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi pada

tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada defek dari sistem

imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.

3. Respon tersier

Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat

sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.

Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini atas 4 tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis

(immediate hypersensitivity), tipe 2 atau reaksi sitotoksik, tipe 3 atau reaksi kompleks imun

dan tipe 4 atau reaksi tuberculin (delayed hypersensitivity). Manifestasi klinis kerusakan

jaringan yang banyak dijumpai di bidang THT adalah tipe 1, yaitu rinitis alergi.

Gejala Klinis

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin

merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan

sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan

sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali

setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin

patologis.1

Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan

mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).1,3,7

Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring. Tanda

hidung termasuk lipatan hidung melintang – garis hitam melintang pada tengah punggung

hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic

Page 14: Rhinitis Alergi

salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang hidung

bengkak. Disertai dengan sekret mukoid atau cair.Tanda di mata termasuk edema kelopak

mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam dibawah mata (allergic shiner). Tanda pada

telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari

hambatan tuba eustachii. Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia

submukosa jaringan limfoid. Seorang anak dengan rinitis alergi perenial dapat

memperlihatkan semua ciri-ciri bernafas mellaui mulut yang lama yang terlihat sebagai

hiperplasia adenoid. Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara.(1,3,7)

Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi,

penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami

lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.6,8

Penatalaksanaan

I. Non-farmakologi

Hindari pencetus (alergen). Menghindari pencetus (alergen) dapat dilakukan dengan cara

mengamati benda-benda apa saja yang menjadi pencetus misalnya debu, serbuk sari, bulu

binatang, dll. Jika perlu dipastikan dengan melakukan skin test. Selain itu juga sangat

perlu untuk menjaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari kegiatan berkebun. Jika

harus berkebun gunakan masker wajah.5

II. Farmakologi

Jika tidak bisa menghindari pencetus, gunakan obat-obat anti alergi baik OTC maupun

ethical. Jika tidak berhasil, atau obat-obatan tadi menyebabkan efek samping yang tidak

bisa diterima, lakukan imunoterapi.

1. Antihistamin H-1

Anti histamin H-I bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target,

merupakan preparat farmakologi yang paling sering dipakai sebagai lini pertama

pengobatan rinitis alergi. Antihistamin diabsorpsi secara oral dengan cepat dan musah

serta efektif untuk mengatasi gejala pada respons fase cepat seperti rinore, bersin,

gatal, tetapi tidak efektif untuk mengatasi gejala obstruksi pada fase lambat. Pemberian

dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.

Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu :

Antihistamin generasi-1(klasik-sedatif)

Page 15: Rhinitis Alergi

Bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak (mempunyai

efek pada SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Yang termasuk

golongan ini antara lain:

Difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin sedangkan yang dapat

diberikan secara topikal adalah azelastin.

Antihistamin generasi-2 (non sedatif)

Bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah otak. Bersifat selektif

mengikat reseptor H 1 perifer dan tidak mempunyai efek anti-kolinergik,

antiadrenergik dan efek pada SSP minimal (non-sedatif).

Antihistamin non sedatif ini dapat dibagi menjadi 2 golongan menurut

keamanannya, yaitu:

o Astemisol dan terfenadin yang mempunyai efek kardiotoksik.

Toksisitas terhadap jantung tersebut disebabkan repolarisasi jantung

yang tertunda dan dapat menyebabkan aritmia ventrikel, henti jantung

dan bahkan kematian mendadak (sudah ditarik dari peredaran)

o Loratadin, setrisisn, fexofenadin, desloratadin dan levosetirisin.

2. Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai sebagai dekongestan

hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan histamin atau topikal. Namun

pemakaian secara topikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari

terjadinya rinitis medikamentosa.

3. Preparat kortikosteroid

Dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak berhasil

diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid tropikal

(beklometosa, budesonid, flusolid, flutikason, mometasonfuroat dan triamsinolon).

4. Preparat antikolinergik topikal

adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas

inhibisi reseptor kolinergik permukaan sel efektor.

5. Operatif - Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila

konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi

memakai AgNO3 25 % atau troklor asetat.

6. Imunoterapi - Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan

hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang

gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan.

Page 16: Rhinitis Alergi

Jenis obat yang sering digunakan :

a.  Kromolin, obat semprot mengandung kromolin 5,2 mg/dosis diberikan

3-4kali/hari.

b. Setirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun:

2.5 mg/dosis,1kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis,1 kali/hari.

c.  Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 2-5tahun : 2,5 mg/dosis,

1 kali/hari ; lebih dari 6 tahun : 10 mg/dosis, 1 kali/hari.

d.  Feksofenadin, d o s i s   p e m b e r i a n   s e s u a i   u s i a   a n a k   a d a l a h   :   6 -

1 1   t a h u n :   3 0 mg/hari, 2 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari,

2 kali/hari atau 180mg/hari,  4kali/hari.

e. Azelastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5–11 tahun : 1 semprotan2

kali/hari; > 12 tahun : 2 semprotan, 2 kali/hari.

f.  Pseudoephedrine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-6 tahun

:15mg/hari, 4 kali/hari; 6-12 tahun : 30mg/hari, 4 kali/hari; > 12

tahun : 60mg/hari 4 kali/hari. Ipratropium bromide 0.03% 2 semprotan, 2-

3 kali/hari.

g. Kortikosteroid intranasal. Digunakan pada pasien yang memiliki gejala

yang lebih persisten dan lebih  parah. Efektif untuk semua gejala dengan

inflamasi eosinofilik.

i.  Fluticasone, intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia >

4 tahun :1-2 semprotan/dosis, 1 kali/hari.

ii.  Budesonide, intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia >

6 tahun :1-2 semprotan/dosis, 1 kali/hari. Budesonide

mempunyai bioavaibilitas yangrendah dan keamanannya lebih baik.

iii. Leukotrien antagonis, Zafirlukast , yang diberikan pada anak sebesar 20

mg/dosis 2 kali/24jam

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah :

1. Polip hidung

Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung merupakan salah stau faktor

penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung. Polip hidung

Page 17: Rhinitis Alergi

yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous glands, akumulasi sel-sel

inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+),

hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.

2. Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak

3. Sinusitis paranasal

merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi akibat edema

ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia

sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut

akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan

menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh

mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan

semakin parah.

Pencegahan

Menghindari kontak dengan alergen penyebabnya.

Prognosis

Dubia ed bonam

Kesimpulan

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi

yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan allergen yang sama serta dilepaskannya

suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen  spesik tersebut. Definisi

menurut WHO ARIA(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah

kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gataldan tersumbat setelah

mukosa hidungterpapar allergen yang diperantarai leh Ig E.

Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap provokasi/

reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase. Yaitu Immadiate PhaseAllergic Reaction atau

Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai 1

jam setelahnya dan Late Phase Allergic Reactionatau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL)

Page 18: Rhinitis Alergi

yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan

dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam.

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasienyang secara genetik

memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelasmemiliki peran penting. Pada

20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak semuanya atopi. Apabila kedua orang

tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %.Peran lingkungan

dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen,yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan

merangsang respon imun yangsecara genetik telah memiliki kecenderungan alergi.

Perlu ditanyakan gejala-gejala spesifik yang mengganggu pasien (sepertihidung tersumbat,

gatal-gatal pada hidung, rinore, bersin), pola gejala (hilang timbul,menetap)

beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi, respon terhadap pengobatan, 

kondisi lingkungan dan pekerjaan. Karena rinitis alergi seringkali berhubungan dengan

konjungtivitis alergi, maka adanya gatal pada mata dan lakrimasi mendukung

diagnosis rinitis alergi. Riwayat keluarga merupakan petunjuk yang cukup penting dalam

menegakkan diagnosis pada anak.

Secara garis besar penatalaksanaan rinitis terdiri dari 3 cara, yaitu:

Menghindari atau eliminasi alergen dengan cara edukasi, farmakoterapi, danimunoterapi,seda

ngkan tindakan operasi kadang diperlukan untuk mengatasi komplikasiseperti sinusitisdan

polip hidung.

Daftar Pustaka

1. Rusmarjono, Erfiaty AS, Nurbiaty, dkk (Editor). Sumbatan Hidung, Rinitis

Alergi.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher.

Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2007. Hal 118-122, 128-

132.

2. Harsono, Ariyanto, Endaryato, Anang. Rinitis Alergika. Diunduh dari

: http://www.pediatrik.com/isi03.php?   page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&file

pdf=0&pdf=&html=07110-   bfxu225.htm . Akses 11 Maret 2011.

3. Rinitis alergi. Tersedia pada:http://www.klikdokter.com/illness/detail/207. Akses 11

Maret 2011.

Page 19: Rhinitis Alergi

4. National Library of Medicine. Allergic Rhinitis. Tersedia

pada :http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000813.htm. Akses 11 Maret

2011.

5. Morris, Adrian. Allergic Rhinitis. Tersedia

pada:http://www.bbc.co.uk/health/physical_health/conditions/in_depth/allergies/

allergicconditions _rhinitis.shtml. Akses 11 Maret 2011. 

6. Allergic Rhinitis. Tersedia

pada:http://www.medic8.com/healthguide/articles/allergicrhinitis.html. Akses 11

Maret 2011.

7. Definition of Allergic Rhinitis. Tersedia

pada :http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=2197   . Akses 11

Maret 2011.

8. Health Encyclopedia-Diseases and Conditions. Allergic Rhinitis. Tersedia

padahttp://www.healthscout.com/ency/68/208/main.html. Akses 11 maret 2011.