Rhinitis

9
TUGAS MAKALAH RESEPTIR RHINITIS KELOMPOK III Bakhtiar Hidayat H, S. KH. Gita Rima W, S. KH. Komara Dwi R, S. KH. Novi Tandria, S. KH. Ria Octaviani, S. KH. PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

description

rhinitis

Transcript of Rhinitis

Page 1: Rhinitis

TUGAS MAKALAH

RESEPTIR

RHINITIS

KELOMPOK III

Bakhtiar Hidayat H, S. KH.

Gita Rima W, S. KH.

Komara Dwi R, S. KH.

Novi Tandria, S. KH.

Ria Octaviani, S. KH.

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Rhinitis

PENDAHULUAN

Rhinitis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keadaan iritasi dan peradangan di area nasal. Gejala klinis utama yang menyertai

penyakit ini adalah eksudasi yang berlebihan dari hidung. Penyebab rhinitis secara

umum dapat disebabkan oleh agen infeksius seperti virus dan bakteri yang

menyebabkan peradangan pada membran mukosa. Kausa lain terjadinya rhinitis

adalah sensitivitas terhadap iritan atau polutan sebagai alergen yang memicu

terjadinya reaksi hipersensitivitas. Gejala yang ditimbulkan dari rhinitis dapat

meluas meliputi wilayah mata serta tenggorokan. Pada kondisi klinis yang lebih

serius, rhinitis juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada daerah telinga.

Patofisiologis dari penyakit ini berhubungan dengan peningkatan histamin lokal

pada area hidung, mata, dan tenggorokan sehingga menyebabkan timbulnya

kemerahan dan peningkatan produksi eksudat serta mukus.

PENGERTIAN

Rhinitis adalah inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien

atopik yang sebelumnya telah tersensitisasi dengan alergen yang sama, serta

dilepaskannya mediator peradangan ketika terjadi paparan ulang oleh alergen

spesifik tersebut. Berdasarkan WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on

Asthma) tahun 2001, rhinitis adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-

bersin, rhinorrhea, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar

alergen yang diperantarai oleh IgE.

Rhinitis dapat digolongkan menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa dan

simptom utamanya, yaitu:

1. Rhinitis vasomotor

2. Infeksius rhinitis

3. Rhinitis alergi

4. Rhinitis medicamentosa, disebabkan oleh penggunaan berlebihan dari

dekongestan topical yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah

nasal.

Page 3: Rhinitis

5. Rhinitis sicca, berlangsung kronis akibat kekeringan pada rongga hidung.

6. Chronic-Atrophic rhinitis, terjadi atropi membran dan kelenjar mucus.

7. Rhinitis polipous, berlangsung kronis akibat adanya polip pada rongga

hidung.

8. Rhinitis hipertrofik, berlangsung kronis menyebabkan penebalan pada

membran mukosa.

Tiga jenis rhinitis yang paling umum dijumpai adalah infeksius rhinitis

yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat bersifat akut maupun kronis, rhinitis

non-alergi (vasomotorik) yang meliputi gangguan regulasi hormonal, pengaruh

pengobatan, serta sebab-sebab autonom. Sedangkan jenis ketiga adalah rhinitis

alergi yang disebabkan oleh pollen, fungi, debu, rambut hewan, serta alergen lain

yang dapat menempel pada membran mukosa. Rhinitis alergi merupakan kasus

yang paling banyak dijumpai dari jenis rhinitis lainnnya.

Berdasarkan frekuensi berlangsungnya, rhinitis alergi dapat dibagi menjadi

dua jenis, yakni rhinitis alergi musiman (seasonal hay fever, polinosis) dan

rhinitis sepanjang tahun (perenial) (Irawati et al. 2008). Sedangkan berdasarkan

sifat berlangsungnya, rhinitis dapat dibagi menjadi rhinitis intermiten (gejala

kurang dari 4 hari per minggu dan kurang dari 4 minggu) dan rhinitis menetap

(gejala lebih dari 4 hari per minggu dengan durasi lebih dari 4 minggu) (WHO

ARIA 2000).

ETIOLOGI

Agen yang dapat menyebabkan terjadinya rhinitis antara lain virus,

kapang, bakteri, alergen, dan toksik. Contoh virus yang sering menginfeksi

adalah, feline viral rhinotracheitis (FVR), porcine cytomegalovirus (herpes virus),

feline calicivirus (FCV), canine distemper, canine adenovirus tipe 1 dan 2, namun

yang paling sering ditemukan adalah virus canine para influenza. Status kronis

rhinitis dapat disebabkan oleh FVR dan FCV, biasanya disertai dengan gejala

stres pada penderita. Rhinitis juga dapat disebabkan oleh bakteri, namun infeksi

bakteri merupakan dapatan dari infeksi sekunder rhinitis. Infeksi primer rhinitis

Page 4: Rhinitis

pada anjing dan kucing jarang sekali ditemukan. Salah satu bakteri yang dapat

menginfeksi anjing adalah Bordetella bronchiseptica. Selain itu, Pasteurella

multocida dan Haemophilus parasuis dapat menyebabkan rhinitis pada babi.

Kronik rhinitis dapat disebabkan karena adanya invasi dari infeksi bakteri

yang dapat menyebabkan produksi mucus berlebihan dan kegagalan fungsi

mukosiliari mukosa hidung yang berfungsi dalam membersihkan debris.

Sedangkan allergic rhinitis dapat disebabkan oleh adanya paparan pollen, debu2-

debu, dan kapang.

Rhinitis yang disebabkan oleh fungi dapat disebabkan oleh Cryptococcus

neoformans, Aspergillus spp., Rhinosporidium seeberi, dan Penicillium spp.

Kucing lebih sering terpapar oleh Cryptococcus spp. dan Aspergillus spp.

dibandingkan dengan anjing.

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis rhinitis secara umum (Smeltzer et al. 2009) adalah

rhinorrhea, kongesti nasal, discharge nasal, dan bersin-bersin. Berikut ini adalah

beberapa manifestasi klinis berdasarkan jenis rhinitis yang terjadi:

1. Rhinitis akut ditandai dengan gejala rasa kering, gatal, atau rasa panas di

hidung atau nasofaring. Setelah itu akan menggigil dan malaise yang disertai

dengan bersin dan discharge encer. Penyakit ini akan berkembang pesat dalam

waktu 48 jam dan ditandai dengan suara serak, mata berair, discharge encer dan

berkurang atau hilangnya penciuman dan pengecapan.

2. Manifestasi klinis rhinitis alergi yang khas adalah terjadinya serangan

bersin berulang. Gejala lain adalah rhinorrhea yang encer dan banyak, hidung

tersumbat, hidung dan mata gatal yang kadang-kadang disertai dengan banyak air

mata keluar (lakrimasi).

PATOFISIOLOGI

Peradangan pada mukosa nasal selalu diiringi dengan peradangan pada

sinus, namun seringkali tidak terdeteksi pada kasus sinusitis ringan. Rhinitis dapat

Page 5: Rhinitis

diklasifikasikan menurut jenis eksudatnya yaitu serous, catarrhal, purulent,

fibrinous atau granulomatous. Perubahan lain seperti hemoragi, ulcer, dan

hiperplasia dapat ditemukan pada peradangan mukosa nasal. Rhinitis juga dapat

diklasifikasikan berdasarkan lamanya terdapat lesio, yaitu akut, subakut maupun

kronis, dapat juga berdasarkan penyebarannya yaitu mild, modere atau severe

serta berdasarkan penyebabnya yaitu oleh virus, alergi, bakteri, kapang maupun

toksik (Carlton, McGavin 1995).

Penderita dengan gejala klinis yang terlihat, biasanya sudah berjalan

menuju ke arah kronis. Infeksi sekunder oleh bakteri sering terjadi pada kasus

kronis. Mukosa membran terjadi kongesti dan rapuh, meningkatnya sekresi

kelenjar, kemotaksis netrofil, dan obstrusi duktus nasolacrimal. Tulang turbinatio

dan tulang wajah akan mengalami kerusakan pada perkembangan kasus yang

disebabkan oleh tumor atau kapang (Tilley, Smith 2000).

Imunosupresif merupakan faktor presdisposisi terjadinya infeksi pada

anjing. Golden retriever dan Collie adalah ras yang paling beresiko terjadi rhinitis

daripada ras lainnya. Faktor lainnya berupa trauma yang terjadi sebelumnya pada

wajah dan serangan spora dalam jumlah besar (Songer, Post 2005).

Gambar 1. Peradangan pada mukosa hidung Gambar 2. Epistaxis pada babi

Page 6: Rhinitis

Gambar 3. Nasal discharge pada anjing Gambar 4. Nasal discharge pada kucing

PENGOBATAN

Pada kasus kronis yang membutuhkan pengobatan, para dokter hewan

biasanya melakukan kultur mukosa hidung. Hal ini untuk mengetahui jenis

organisme yang menyebabkan infeksi. Antihistamin seperti Benadryl biasanya

dipilih untuk membuat daerah hidung menjadi kering dan membuka jalan udara.

Antibiotik seperti Amoxicillin, Tribrissen, dan Keflex digunakan untuk melawan

bakteri penyebab infeksi. Vaporizer seperti yang digunakan pada manusia juga

bermanfaat, hal ini membantu hewan untuk bernafas lebih mudah.

Terapi antibiotik diberikan berdasarkan hasil kultur dari biopsi jaringan

hidung atau spesimen yang diambil dari hidung bagian dalam. Antibiotik yang

digunakan seperti doxycycline, clindamycin, amoxicillin-clavulanic acid,

cefpodoxime, enrofloxacin, marbofloxacin, dan azithromycin. Pengobatan

menggunakan antibiotik biasanya berlanjut anatara 6 – 8 minggu atau bisa juga

lebih lama.

Terapi antiviral, seperti penggunaan Lysine (500 mg PO setiap 12 jam).

Lysine akan menggantikan arginine pada protein virus dan menyebabkan

gangguan fungsional, sehingga replikasi virus terganggu. Terapi tersebut dapat

terus dilanjutkan selama tidak menimbulkan efek samping pada hewan muda

maupun yang sudah tua. Piroxicam merupakan NSAID yang dapat meringankan

gejala klinis pada kucing. Piroxicam biasanya diberikan pada dosis 0,3mg/kg PO

Page 7: Rhinitis

setiap hari. Efek samping yang ditimbulkan yaitu anoreksia, diare, dan muntah.

Piroxicam dapat dikombinasikan dengan terapi antibiotik.

Terapi antifungal dapat menggunakan itraconazole, fluconazole,

posaconazole, dan voriconazole. Pemberian itraconazole pada anjing memiliki

efek samping hepatotoksik, maka dari itu enzim hati pada pasien harus selalu

diperhatikan. Pemberian itraconazole pada kucing dilaporkan akan menunjukkan

gejala klinis yang berulang setelah proses terapi dilanjutkan, namun pada

beberapa kucing tidak menunjukkan gejala berulang dan enzim hati kembali

normal setelah terapi dilanjutkan.

Terapi topikal non invasive dapat menggunakan clotrimazole. Terapi

tersebut menimbulkan efek samping ketidaknyamanan, pharingyitis/pharingeal

edema, pneumonia, dan berkurangnya respon syaraf. Efek samping tersebut dapat

dikurangi dengan menggunakan catheter.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Chronic Rhinitis in Cats. Michigan Veterinary Specialists.

[terhubung berkala]. www.michvet.com [16 Maret 2011].

Carlton WW, McGavin MD. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology 2nd

Ed. Missouri : Mosby-Year Book, Inc.

Foster, Smith. 2010. Rhinitis: A Cause of Nasal Discharge in Dogs and Puppies.

[terhubung berkala]. www.peteducation.com [16 Maret 2011].

Songer JG, Post KW. 2005. Veterinary Microbiology Bacterial and Fungal

Agents of Animal Disease. Missouri : Elsevier Saunders.

Smeltzer CS, Bare GB, Hinkle LJ, Cheever HK. 2009. Brunner and Suddarth’s

Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia. Lippincott Williams

& Wilkins.

Tilley, Smith. 2000. The 5- Minute Veterinary Consult. Philadelphia : Lippincott

Williams & Wilkins.

Whitney BL, Broussard J, Stefanacci JD. 2005. Four cats with fungal rhinitis.

Journal of Feline Medicine and Surgery (2005) 7,53 – 58.

Page 8: Rhinitis

LAMPIRAN

Pertanyaan diskusi :

1. Apakah yang dimaksud dengan pasien atopik?

2. Jelaskan pengertian masing-masing delapan jenis rhinitis yang telah

dijelaskan!

3. Jelaskan aplikasi obat topikal dan peroral pada kucing yang memiliki

struktur kepala brachicephalic (berhidung pesek)!

4. Apakah perbedaan antara rhinitis dan sinutis?

Jawaban :

1. Pasien atopik adalah pasien dengan kelainan dasar genetik yang ditandai

oleh kecenderungan individu untuk membentuk antibodi berupa IgE

spesifik bila berhadapan dengan alergen yang umum dijumpai serta

kecenderungan untuk mendapatkan penyakit-penyakit asma, rhinitis alergi

serta beberapa bentuk urtikaria.

2. a. Rhinitis vasomotor : rhinitis non-alergi yang meliputi gangguan regulasi

hormonal, pengaruh pengobatan, serta sebab-sebab autonom.

b. Infeksius rhinitis : rhinitis yang disebabkan oleh agen-agen infeksius

seperti virus, bakteri, atau kapang.

c. Rhinitis alergi : rhinitis yang disebabkan oleh pollen, fungi, debu,

rambut hewan, dan alergen lainnya.

d. Rhinitis medicamentosa : rhinitis yang disebabkan oleh penggunaan

berlebihan dari dekongestan topikal yang menyebabkan vasokonstriksi

pembuluh darah nasal.

e. Rhinitis sicca : rhinitis yang berlangsung kronis akibat kekeringan pada

rongga hidung.

f. Chronic-Atrophic rhinitis : rhinitis yang terjadi karena atropi membran

dan kelenjar mucus.

g. Rhinitis polipous : rhinitis yang berlangsung kronis akibat adanya polip

pada rongga hidung.

h. Rhinitis hipertrofik : rhinitis yang berlangsung kronis menyebabkan

penebalan pada membran mukosa.

Page 9: Rhinitis

3. Aplikasi yang dilakukan sesuai dengan simptom dan kausa rhinitis yang

dialami, sedangkan untuk aplikasi topikal pada hewan yang mempunyai

kepala brachicephalic dilakukan dengan bantuan kateter atau dilakukan

flushing terlebih dahulu untuk membersihkan mucus yang berlebihan, obat

topikal kemudian doleskan pada bagian mukosa nasal yang terinfeksi.

4. Rhinitis adalah inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien

atopik yang sebelumnya telah tersensitisasi dengan alergen yang sama,

serta dilepaskannya mediator peradangan ketika terjadi paparan ulang oleh

alergen spesifik tersebut. Sedangkan sinusitis adalah infeksi sinus yang

disebabkan oleh bakteri atau virus. Sinusitis biasanya disebabkan oleh

rhinitis akut, polip, deviasi septum, bakteri Streptococcus pneumonia, S.

aureus, dan lain-lain.