Revisi_makalah Pendidikan Agama Islam

download Revisi_makalah Pendidikan Agama Islam

of 22

Transcript of Revisi_makalah Pendidikan Agama Islam

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TOLERANSI DALAM ISLAM

Disusun oleh kelompok 3 : Lyziyatin Nasihah Isti Wahyuningsih Erna Septyaningrum Ian Riski Ramadhan Evita Wahyundari (1511100701) (2411100006) (2411100015) (2411100023) (2411100031)

AGAMA ISLAM - 5

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama islam ini dengan baik. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas semester 2 dalam mata kuliah agama islam. Makalah ini dibuat berdasarkan literatur, baik daik buku maupun internet yang berhubungan dengan Toleransi Dalam Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian makalah ini, khusunya Pak Achmad sebagai dosen pengajar. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat, khusunya bagi kami sendiri. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah di masa mendatang. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, April 2012

Penyusun

DAFTAR ISIHalaman Judul........................................................................................................................i Kata Pengantar......................................................................................................................ii Daftar Isi..............................................................................................................................iii BAB I Pendahuluan...............................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2 1.3 Tujuan....................................................................................................................2 BAB II Isi.............................................................................................................................3 2.1 Pengertian Toeransi...............................................................................................3 2.2 Macam-macam Toleransi.......................................................................................3 2.3 Azas Toleransi dalam Islam.................................................................................. 2.4 Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Quran dan As-sunah........................... 2.5 Contoh-Contoh Toleransi...................................................................................... 2.6 Cara Menumbuhkan Toleransi............................................................................... 2.7 Manfaat Adanya Toleransi.................................................................................... 2.8 Toleransi Islam Vs Barat....................................................................................... BAB III Penutup................................................................................................................. Daftar Pustaka.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang tidak hanya memiliki satu agama, melainkan lebih dari itu atau multiagama. Maka, kehidupan masyarakat akan berjalan dengan baik manakala mereka mengetahui adanya toleransi antar umat beragama agar tidak menimbulkan perpecahan dan kesalahpahaman antar umat berbeda agama di Indonesia khususnya. Selain itu, toleransi tidak hanya dibutuhkan antar umat beragama, dalam masyarakat yang seagamapun toleransi tetap dibutuhkan. Sehingga menciptakan kerukunan antar umat manusia, terutama antar sesama muslim. Semua orang tahu bahwa agama Islam adalah agama yang paling toleran terhadap pemeluk agama dan kepercayaan lain. Seseorang tidak pernah dipaksa untuk masuk kedalam agama Islam. Dan dalam sejarahpun belum pernah terjadi, ada seseorang masuk Islam karena dipaksa, diancam atau diintimidasi. Sebab Islam sangat menghargai adanya hak hak asasi manusia. Dalam pandangan Islam, setiap orang wajib dihormati kebebasanya dalam menentukan jalan hidupnya. Kebebasan dan toleransi merupakan dua hal yang seringkali dipertentangkan dalam kehidupan manusia. Kebebasan beragama dianggap sebagai sesuatu yang menghambat kerukunan dan tidak mengandung toleransi, karena dalam pelaksanaan kebebasan mustahil seseorang tidak menyentuh kenyamanan orang lain. Akibatnya, pelaksanaan kebebasan menghambat jalannya kerukunan antarumat beragama. Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Demikian juga sebaliknya, toleransi antar umat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk mewujudkan kerukunan dengan memaksakan toleransi yang membelenggu kebebasan. Untuk dapat menyandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut

eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan toleransi? 2. Apa macam dari toleransi? 3. Apa saja azas toleransi dalam Islam? 4. Bagaimana toleransi dalam pandangan Al-Quran dan As-sunah? 5. Apa saja manfaat toleransi menurut pandangan Islam? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain : 1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama. 2. Untuk mengetahui bagaimana toleransi dalam pandangan islam. 3. Untuk mengetahui manfaat adanya toleransi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat

BAB II ISI2.1 Pengertian Toleransi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi berasal dari kata toleran yang memiliki arti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut ikhtimal, tasamuh yang artinya sikap membiarkan atau lapang dada (samuha-yasmuhu-samhan,wasimaahan, wasamaahatan) artinya: murah hati, suka berderma (kamus Al Muna-wir hal.702). Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik,dll. 2.2 Macam Toleransi Ditinjau dari sasarannya, toleransi dibedakan menjadi dua, yakni : Toleransi intern umat Islam Dalam Islam, dikenal toleransi intern umat Islam itu sendiri. Hal ini ditujukan agar kita bertoleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada pada umat Islam lainnya selama perbedaan tersebut tidak menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Jadi, setiap ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan keyakinan yang kita anut, misalnya madzab Syafii dan Ghozali. Dengan catatan kita harus mengamalkan satu madzab tersebut secara keseluruhan. 2. Toleransi extern antar umat Islam dengan umat agama lain Selain itu, ada pula toleransi antar umat beragama. Islam sangat menghargai adanya toleransi kepada umat-umat nonmuslim karena tidak ada paksaan dalam Islam untuk memeluk agama Islam seperti yang terkandung dalam surat Al- Baqarah : 256 1.

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah. Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Kita bisa belajar dari sejarah Islam yang menunjukkan begitu tolerannya umat Islam terhadap nonIslam. Muhammad bin Al-Hasan murid imam Abu Hanifah pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah mengirim harta benda ke penduduk Makkah ketika mereka dilanda bahaya kelaparan untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang fakir mereka. Padahal penduduk Makkah pada waktu itu sikapnya sangat kejam dan sangat menentang Rasulullah dan pengikutnya. Begitu tolerannya Rasulullah Saw. Contoh lain tentang perlakuan Islam terhadap nonIslam adalah kemurahan hati yang diperlihatkan oleh Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1188 M saat dia berhasil merebut kembali Yerussalem dari tentara salib. Ketika Salahuddin tiba ia menyaksikan pasukan salib sedang mengotori masjid dengan menyimpan babi di dalamnya. Bahkan para ahli sejarah Eropa pun mengakui bahwa Salahuddin tidak membalas dendam, melainkan memberikan maaf kepada pasukan salib, dengan pengecualian segelintir individu yang memang berprilaku sadis dan kejam (Muhammad Abdul Halim, Understanding Quran: themes and style). Hari ini, Islam dicurigai sebagai agama yang tidak toleran. Hari ini makna toleran juga telah disalah artikan sehingga akhirnya agama menjadi objek permainan. Tugas bersama bagi kita adalah memahamkan kembali tentang konsep toleransi dalam Islam secara benar. 2.3 Azas Toleransi dalam Islam Islam memberikan penjelasan akan pentingnya membina hubungan baik antara muslim dengan nonmuslim dan antar sesama muslim. Islam begitu menekankan akan pentingnya saling menghargai, saling menghormati dan berbuat baik walaupun kepada umat yang lain. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai azas pemberlakuan konsep toleransi (tasamuh) dalam Islam ini, antara lain adalah: 1. Keyakinan umat Islam bahwa manusia itu adalah makhluk yang mulia apapun agama, kebangsaan dan warna kulitnya. Firman Allah SWT: [QS.Al-Isra:70]

Dan sungguh telah kami muliakan anak-anak Adam (manusia). Maka kemuliaan yang telah diberikan Allah SWT ini menempatkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk dihormati, dihargai dan dilindungi. Imam Bukhari dari Jabir ibn Abdillah bahwa ada jenazah yang dibawa lewat dihadapan Nabi Muhammad SAW, lalu beliau berdiri untuk menghormatinya. Kemudian ada seseorang memberitahukan kepada beliau, Wahai Rasulullah, sesungguhnya itu jenazah Yahudi. Beliau menjawab dengan nada bertanya: Bukankah ia juga manusia?. 2. Keyakinan umat Islam bahwa perbedaan manusia dalam memeluk agama adalah karena kehendak Allah, yang dalam hal ini telah memberikan kepada makhluknya kebebasan dan ikhtiyar (hak memilih) untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Allah SWT berfirman: [Hud:118]

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. 3. Orang muslim tidak diberikan tugas untuk menghisab orang kafir karena kekafirannya. Persoalan ini bukanlah menjadi tugasnya, itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Hisab bagi mereka adalah di yaumul hisab nanti di yaumil qiyamah/akhir. Allah SWT berfirman: [QS.al-Hajj: 68-69]

Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah: Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan. Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selisih pendapat karenanya. 4. Keimanan orang muslim bahwa Allah menyuruh berlaku adil dan menyukai perbuatan adil serta menyerukan akhlak yang mulia sekalipun terhadap kaum kafir, dan membenci kezaliman serta menghukum orang-orang yang bertindak zalim, meskipun kezaliman yang dilakukan oleh seorang muslim terhadap seorang yang kafir. Allah SWT berfirman: [al-Maidah:8]

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kamu mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berbuat adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. 5. Ajaran Islam tidak pernah memaksa umat lain untuk menjadi muslim apalagi melalui jalan kekerasan. Islam memang agama dakwah. Dakwah dalam ajaran Islam dilakukan melalui proses yang bijaksana. Allah SWT berfirman: Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. [QS. An-Nahal:125] Tidak diragukan lagi bahwa Islam adalah agama yang toleran. Dalam artian, agama yang senantiasa menghargai, menghormati dan menebar kebaikan di tengah umat yang lain (rahmatan lilalamin). 2.4 Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Quran dan As-sunah Islam Adalah Agama Yang Mudah dan Penuh Toleransi Allah Ta'ala berfirman : "...Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu ..." [Al-Baqarah : 185] Allah menghendaki untuk membersihkan umat Islam yang dirahmati ini dari segala bentuk kesulitan dan belenggu, maka Allah tidak menjadikan untuk mereka kesempitan pada agama ini. Allah berfirman : "Dan berjihadlah kamu dijalan Allah dengan jihad sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak akan menjadikan untukmu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orangorang muslim dari dahulu ...." [Al-Hajj : 78] 2.5 Contoh-contoh Toleransi Pintu-pintu toleransi banyak sekali contoh-contohnya, serta jalan-jalannya beragam hingga sulit menghitung detailnya dalam waktu singkat. Cukup bagimu sebagai dalil, bahwa toleransi mencakup Islam baik dari segi aqidah, ibadah, budi pekerti maupun pendidikan, bukanlah Islam itu agama yang lurus dan penuh toleransi? Berikut ini adalah sebagian contoh toleransi dalam Islam 1. Toleransi Dalam Jual Beli dan Hukum-Hukumya.

"Dan Syuaib berkata : Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka " [Hud : 85] Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Dari Jabir Radhiallahuanhu bahwasanya Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda,"Mudah-mudahan Allah merahmati lelaki yang toleran bila menjual, membeli dan menagih" (Hadits Riwayat Bukhari 4/206 -Al-Fath) 2. Toleransi Dalam Hutang Dan Tagihan Allah yang Maha Agung berfirman pada surat Al-Baqarah : 280

"Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguhlah sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang itu) labih baik bagimu, jika kamu mengetahui" Sungguh peletak syariah (Allah) yang Maha Hikmah telah menghasung untuk memberi tangguh orang yang kesulitan hutang dan memberikan keistimewaan agung sebagaimana yang akan dijelaskan dalam pasal Keutamaan Toleransi", cukuplah bagimu untuk sekedar tahu, bahwa memberi tangguh orang yang kesukaran dan memaafkannya termasuk penghapus dosa dan sebab Allah memaafkan kesalahan-kesalahannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu bahwasanya Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda,"Dahulu ada seorang saudagar yang biasa menghutangi orang, bila dia melihat orang yang kesukaran (dalam membayar hutang), maka dia memerintahkan para pegawainya : "Maafkanlah dia mudah-mudahan Allah memaafkan kita !" Maka Allahpun memaafkan dia " [Hadits Riwayat Bukhari 4/309- Al-Fath] Termasuk cara menagih yang bagus adalah toleran dalam menagih, menerima kekurangan sedikit yang ada padanya. Menuntutnya dengan mudah, tidak menjilat (rentenir, -pent), tidak mempersulit orang dan memaafkan mereka mudah-mudahan Allah.

3. Toleransi Dengan Ilmu Toleransi dengan ilmu di sini yaitu dengan cara menyebarkan ilmu dan ini termasuk pintu toleransi yang paling utama dan lebih baik daripada toleransi dengan harta, sebab ilmu lebih mulia daripada harta. Maka seyogyanya seorang alim menyebarkan ilmu kepada setiap orang yang bertanya tentangnya bahkan mengeluarkannya secara keseluruhan, bila ia ditanya tentang suatu masalah. Maka dia memperinci jawabannya dengan perincian yang memuaskan dan menyebutkan sisi-sisi dalilnya, dia tidak cukup menjawab pertanyaan si penanya, namun dia menyebutkan contoh kasus serupa dengan kaitan-kaitannya serta faedah-faedah yang dapat memuaskan dan mencukupinya. Para sahabat yang mulia Radliyallahu anhum pernah bertanya kepada Nabi tentang orang yang berwudlu dengan air laut, maka beliau menjawab, Laut itu suci airnya lagi halal bangkainya" [Hadits Riwayat Ashabus Sunan dan Malik]. Beliau menjawab pertanyaan mereka dan memberikan kepada mereka ketarangan tambahan yang mungkin sewaktu-waktu lebih mereka butuhkan dari pada apa yang mereka pertanyakan. 2.6 Cara Menumbuhkan Toleransi 1. Menahan Angkara Murka Ketahuilah, bahwasanya toleransi itu adalah kerelaan hati dan kelapangan dada bukan karena menahan, kesempitan dan terpaksa sabar melainkan toleransi adalah bukti kebaikan hati, lahir dan bathin. Hanya saja, toleransi tidak dapat dicapai kecuali melalui jembatan menahan angkara murka dan berupaya sabar, bila seorang hamba dapat dengan mantap melewatinya, maka dia akan memasuki pintu-pintu toleransi dengan pertolongan dan taufik dari Allah. Allah Taala berfirman memuji kaum mukminin, dalam surat Ali-Imran: 134

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan"

Dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf" [Asy-Syura : 37]

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

: " " (( : )).Dari Muadz bin Anas Radhiallahuanhu bahwasanya nabi Shallallahualaihi wasallam bersabda,"Barangsiapa yang dapat menahan angkara murkanya padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya dihadapan khalayak guna disuruh memilih bidadari mana yang dia kehendaki untuk Allah nikahkan dia dengannya" [Shahih Al-Jami 6394 dan 6398] 2. Memaafkan dan Berlapang Dada Keutamaan dari sikap toleransi ini dan engkau telah merasakan kelezatan dan kemuliaannya, maka engkau tidak akan berpaling darinya. Ketahuilah, Semoga Allah SWT membantumu dengan pertolongan-Nya, bahwasanya tidak ada yang berpaling darinya kecuali orang yang telah Allah porak-porandakan hatinya dan Allah tutupi pandangan dan mata hatinya. Para cendekiawan telah mengetahui dengan ekseperimennya dan realita yang ada, bahwa seorang hamba bila dia melampiaskan kemarahan dirinya, maka dia akan hina dan tergelincir, sementara pada sikap memaafkan dan berlapang dada terdapat kelezatan, ketenangan, kemuliaan jiwa dan keagungan serta ketinggiannya yang tidak terdapat sedikitpun pada sikap pembalasan dan pelampiasan angkara murka. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. "Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta benda, tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba dengan sikap pemaafnya kecuali kemuliaan dan tidaklah seorang bertawadlu karena Allah melainkan Allah mengangkat (derajat)nya" [Hadits Riwayat Muslim 2588 dan lainnya] 3. Mengharapkan Apa yang Ada di Sisi Allah dan Berbaik Sangka kepada Allah Pengharapan adalah masalah yang penting bagi muslim yang menempuh perjalanan (menuju Allah) karena dia berkisar antara dosa yang diharapkan pengampunannya, aib yang diharapkan perbaikannya, amal shalih yang diharapkan diterima, istiqamah yang

diharapkan eksitensinya dan taqarrub kepada Allah, serta kedudukan disisi-Nya yang diharapkan tercapai. Barangsiapa yang mengharapkan apa yang ada disisi-Nya maka dia akan memaafkan orang lain, sebab Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebajikan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. "Ada seorang lelaki yang tidak beramal kebajikan sama sekali, dulunya ia biasa menghutangi orang lain, dia menyuruh utusannya : "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang kesulitan, maafkan semoga Allah memaafkan kita !" Tatkala dia meninggal, Allah bertanya : "Apakah engkau pernah beramal kebaikan sedikitpun ?!" Jawabnya : "Tidak ! Hanya saja saya memiliki seorang budak dan saya biasa menghutangi orang, bila saya mengutusnya untuk menagih hutang saya perintah ia: "Ambillah apa yang lapang biarkan yang kesulitan dan maafkan semoga Allah memaafkan kita!" Allah berfirman : "Sungguh Aku telah memaafkanmu" [Shahih AlJami 2074] Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka dia akan melupakan kebaikan terhadap orang yang pernah dia berbuat baik kepadanya, hingga seolah-olah dia tidak pernah berbuat kebaikan. Dalam hal ini dikatakan: "Dia melupakan segala perbuatannya dan Allah yang menampakkannya. Sesunguhnya perbuatan baik bila dilupakan akan nampak dengan sendirinya" 2.7 Manfaat Toleransi Antar Umat dalam Pandangan Islam 1. Menghindari Terjadinya Perpecahan. Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap toleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardhi dalam kehidupan manusia. Dalam kaitan ini, Allah telah mengingatkan kepada umat manusia, berikut firman Allah SWT: Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu :Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali. [As-Syuro:13] Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah

kepadamuketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh -musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [Al-Imran:103] Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahanantar umat beragama maupun sesama umat beragama. 2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan. Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya. Perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia. Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masingmasing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan.Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Sehingga, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan. 2.8 Toleransi Islam Vs Toleransi Barat Toleransi dalam Islam merupakan pembahasan yang cukup penting untuk dikaji, karen banyak kalangan umat Islam yang memahami toleransi dengan pemahaman yang kurang tepat. Misalnya, kata toleransi dijadikan landasan paham pluralisme yang menyatakan bahwa semua agama itu benar atau dijadikan alasan untuk memperbolehkan seorang muslim mengikuti acara-acara ritual non-muslim, atau yang lebih mengerikan lagi, kata toleransi dipakai oleh sebagian orang Islam untuk mendukung eksistensi aliran sesat dan program kristenisasi baik secara sadar maupun tidak sadar. Seolah-olah, dengan itu semua akan tercipta toleransi sejati yang berujung kepada kerukunan antar umat beragama, padahal justru akidah Islamlah yang akan terkorbankan. Sebagai muslim, kita harus mengembalikan hakikat toleransi dalam kacamata Islam. Sebab, istilah toleransi ini - sebagaimana disebutkan dalam buku Tren Pluralisme Agamakarya Dr Anis Malik Toha -, pada dasarnya tidak terdapat dalam istilah Islam, akan tetapi termasuk istilah modern yang lahir dari Barat sebagai respon dari sejarah yang meliputi kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas dengan berbagai penyelewengan dan penindasan. Oleh karena itu, sulit untuk mendapatkan padanan katanya secara tepat

dalam bahasa Arab yang menunjukkan arti toleransi dalam bahasa Inggris. Hanya saja, beberapa kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan menggunakan istilah tasamuh, yang kemudian menjadi istilah baku untuk topik ini. Dalam kamus Inggris-Arab, kata tasamuh ini diartikan dengan tolerance. Padahal jika kita merujuk kamus bahasa Inggris, akan kita dapatkan makna aslitolerance adalah to endure without protest (menahan perasaan tanpa protes). Sedangkan kata tasamuh dalam al-Qamus al-Muhith, merupakan derivasi dari kata samh yang berarti jud wa karam wa tasahul (sikap pemurah, penderma, dan gampangan). Dalam kitab Mujam Maqayis al-Lughah karangan Ibnu Faris, kata samahah diartikan dengan suhulah (mempermudah). Pengertian ini juga diperkuat dengan perkataan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari yang mengartikan kata alsamhahdengan kata al-sahlah (mudah), dalam memaknai sebuah riwayat yang berbunyi, Ahabbu al-dien ilallahi al-hanafiyyah al-samhah. Perbedaan arti ini sudah barang tentu mempengaruhi pemahaman penggunaan kata-kata ini dalam kedua bahasa tersebut (Arab-Inggris). Dengan demikian, dalam mengkaji konsep toleransi dalam Islam, penulis merujuk kepada makna asli kata samahah dalam bahasa Arab (yang artinya mempermudah, memberi kemurahan dan keluasan), dan bukan merujuk dari arti kata tolerance dalam bahasa Inggris yang artinya menahan perasaan tanpa protes. Akan tetapi, makna memudahkan dan memberi keluasan di sini bukan mutlak sebagaimana dipahami secara bebas, melainkan tetap menggunakan tolok ukur Al-Quran dan Sunnah. Konsep toleransi dalam Islam dibentuk oleh ajaran Islam baik Al-Quran maupun alHadits. Sedangkan toleransi Barat dibentuk berdasarkan sejarah ataupun reaksi terhadap kondisi sosial dan politik Kalau kita mau melihat terbentuknya konsep toleransi antara Islam dan Barat, maka akan kita dapatkan bahwa motif terbentuknya konsep toleransi antar keduanya sangat berbeda. Konsep toleransi dalam Islam dibentuk oleh ajaran Islam itu sendiri baik berupa firman Allah (Al-Quran) ataupun sabda dan perilaku Rasulullah SAW (al-Hadits). Sedangkan Barat, dibentuk berdasarkan sejarah ataupun reaksi terhadap kondisi sosial dan politik. Sebagai contoh, dalam sejarahnya, peradaban Barat (Western Civilization) pernah mengalami masa yang pahit, yang mereka sebut dengan zaman kegelapan (the dark age). Zaman itu dimulai ketika Imperium Romawi Barat runtuh pada 476 H dan mulai munculnya Gereja Kristen sebagai institusi dominan dalam masyarakat Kristen Barat

sampai dengan masuknya zaman renaissance sekitar abad ke14. Renaissance artinyarebirth (lahir kembali), karena masyarakat Barat merasa bahwa ketika hidup di bawah cengkeraman kekuasaan Gereja, mereka seolah mengalami kematian. Di zaman kegelapan inilah terjadi banyak penyelewengan dan penindasan kepada rakyatnya dengan mengatasnamakan agama. Penindasan yang terkenal paling jahat pada waktu itu adalah, apa yang dilakukan oleh institusi Gereja dengan namaInquisisi. Inquisisi adalah hukuman terhadap kaum heretic(kaum yang di cap menyimpang dari doktrin resmi gereja). Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis terkenal, menggambarkan institusi inquisisi dalam sejarah sebagai berikut, Sebagian besar kita tentunya setuju bahwa salah satu dari institusi Kristen paling jahat adalah Inquisisi, yang merupakan instrument terror dalam Gereja Katholik sampai dengan akhir abad ke-17. Metode inquisisi ini juga digunakan oleh Gereja Protestan untuk melakukan penindasan dan kontrol terhadap kaum Katolik di negara-negara mereka. Adapun bentuk kejahatannya, Robert Held dalam bukunyaInquisition, memaparkan bahwa ada lebih dari 50 jenis dan model alat-alat siksaan yang sangat brutal yang digunakan oleh institusi gereja pada waktu itu, seperti pembakaran hidup-hidup, pencukilan mata, gergaji pembelah tubuh, pemotongan lidah, alat penghancur kepala, pengebor vagina, dan berbagai alat dan model siksaan lain yang sangat brutal. Ironisnya lagi, sekitar 85 persen korban penyiksaan dan pembunuhan adalah wanita. Antara tahun 1459-1800, diperkirakan antara dua-empat juta wanita dibakar hidup-hidup di dataran Katolik maupun Protestan Eropa. Dalam ajaran Yahudi, juga telah terjadi penyelewengan yang berujung kepada penindasan atas nama agama. Dalam Old Statement (Kitab Perjanjian lama), dinyatakan bahwa sikap mereka terhadap kelompok lain tidak hanya sebatas kebencian, pelaknatan dan pengingkaran. Namun mereka juga diperintah untuk membumihanguskan bangsabangsa lain, karena menurut mereka bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan (the Chosen People). Pemusnahan semua kelompok lain, menurut mereka adalah merupakan perintah Tuhan. Dari peristiwa penyelewengan dan penindasan atas nama agama inilah, kemudian pemikiran mengenai pentingnya toleransi di Barat mulai timbul. Adalah John Locke figur yang cukup terkenal dalam menelurkan ide toleransinya, yaitu dengan menjabarkan tiga pikiran mengenai pentingnya toleransi.Pertama, hukuman yang layak untuk individu yang keluar dari sekte tertentu bukanlah hukuman fisik melainkan cukup ekskomunikasi

(pengasingan). Kedua, tidak boleh ada yang memonopoli kebenaran, sehingga satu sekte tidak boleh mengafirkan sekte yang lain. Ketiga, pemerintah tidak boleh memihak salah satu sekte, sebab masalah keagamaan adalah masalah privat. Tiga doktrin inilah yang kemudian membentuk doktrin toleransi di dunia Barat (negara-negara demokrasi Barat). Toleransi (samahah) dalam Islam mempunyai kaidah dari sebuah ayat Al-Quran yaitu laa ikraaha fi al-dien (tidak ada paksakan dalam agama). Namun kaidah ini tidak menafikan unsur dakwah dalam Islam yang bersifat mengajak, bukan memaksa Adapun dalam Islam, toleransi (samahah) merupakan ciri khas dari ajaran Islam. Ketoleranan Islam mencakup berbagai segi, baik dari segi akidah, ibadah, maupun muamalah. Dari segi aqidah, Islam mempunyai kaidah dari sebuah ayat Al-Quran yaitu laa ikraaha fi al-dien (tidak ada paksakan dalam agama). Namun kaidah ini tidak menafikan unsur dakwah dalam Islam. Dakwah dalam Islam bersifat mengajak, bukan memaksa. Dari kaidah inilah maka ketika non-muslim (khususnya kaum dzimmi) berada di tengah-tengah umat Islam atau di negara Islam, maka mereka tidak boleh dipaksa masuk Islam bahkan dijamin keamanannya karena membayar jizyah sebagai jaminannya. Dalam masalah Ibadah, Islam juga bersifat toleran. Maksudnya, pelaksanaan ibadah di dalam Islam bersifat tidak membebani. Hal tersebut bisa kita lihat ketika seseorang ingin berwudhu dan tidak ada air, maka Islam mempermudah cara berwudhu dengan cara tayamu m. Di dalam shalat, ketika seseorang tidak mampu berdiri, maka boleh dengan duduk. Begitu juga puasa, ketika seseorang sedang sakit, maka boleh di qadha. Sifat mempermudah dan tidak membebankan seseorang inilah yang menjadi ciri khas bahwa Islam adalah agama yang toleran dari segi ibadah. Adapun dalam muamalah, Islam menyuruh berbuat baik dalam bermasyarakat, baik itu kepada yang muslim atau non-muslim. Misalnya, ketika seorang muslim mempunyai tetangga non-muslim yang sedang membutuhkan bantuan, maka harus dibantu. Ketika diberi hadiah, maka harus diterima. Begitu juga ketika ada tetangga nonmuslim sedang sakit, harus dijenguk. Itulah adab seorang muslim yang harus dijaga dalam rangka membangun kerukunan antar umat beragama. Permasalahannya adalah, ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka banyak orang salah paham. Mereka mengira bahwa toleransi dalam masalah keikutsertaan acara-acara non-muslim diperbolehkan dengan tujuan untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama. Padahal toleransi seperti ini di dalam syariat terdapat dalil-dalil yang melarang, baik itu dari Al-Quran, Al-Sunnah, maupun ijma ulama.

ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka hal ini bisa dikategorikan dalam hal tolong menolong dalam dosa yang sudah jelas diharamkan... Ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka hal ini bisa dikategorikan dalam hal tolong menolong dalam dosa yang sudah jelas diharamkan. Allah SWT telah melarang perbuatan tersebut sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat (yang artinya), Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Qs Al-Maidah 2). Dalam memahami ayat ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan orang beriman untuk tolong menolong dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Allah juga melarang umat Islam saling tolong menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang haram. Ritual nonMuslim adalah suatu amalan batil yang diharamkan oleh Allah SWT yang menjadikan pelakunya berdosa. Oleh karena itu, keikutsertaan seorang Muslim dalam ritual nonMuslim termasuk dalam kategori tolong menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang diharamkan. Selain itu, keikutsertaan ritual non-muslim dengan alasan toleransi juga tidak bisa dibenarkan secara syari karena seseorang tersebut tergolong telah mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil. Allah berfirman (yang artinya), Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahui (Q.S Al-Baqarah: 42). Imam al-Thabari menukil penjelasan Imam Mujahid (murid Ibnu Abbas) mengenai maksud ayat Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil adalah mencampuradukkan ajaran Yahudi dan Kristen dengan Islam. Adapun toleransi antar umat beragama dalam muamalah duniawi, Islam menganjurkan umatnya untuk bersikap toleran, tolong-menolong, hidup yang harmonis, dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang agama, bahasa, dan ras mereka. Dalam hal ini Allah berfirman (yang artinya), Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS. AlMumtahanah: 8-9).

Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari ayat di atas dalam memahami sikap toleransi antar umat beragama yang benar dalam Islam. Dalam memahami ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu maksudnya, Dia tidak melarang kamu berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangimu karena masalah agama, seperti berbuat baik dalam masalah perempuan dan orang lemah. Selain itu, Imam al-Syaukani (1250 H) dalam Fath al-Qadirmenyatakan bahwa maksud ayat ini adalah Allah tidak melarang berbuat baik kepada kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam dalam menghindari peperangan dan tidak membantu orang kafir lainnya dalam memerangi umat Islam. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah tidak melarang bersikap adil dalam bermuamalah dengan mereka. Adapun sebab turunnya ayat ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya al-Musnad dari Abdullah bin Zubair, Ia berkata: Qatilah mendatangi putrinya Asma binti Abu Bakar. Namun Asma enggan menerima hadiah dan kedatangan perempuan (ibunya) itu ke rumahnya. Karena itu, Aisyah menanyakan permasalahan tersebut kepada Nabi SAW. Maka Allah menurunkan surat Al-Mumtahanah ayat 8-9. Oleh karena itu, Nabi memerintahkan Asma untuk menerima hadiah dan kedatangan ibunya ke rumahnya. berbuat baik kepada non-Muslim merupakan kewajiban, selama orang-orang nonMuslim itu tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka, serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka Ini merupakan dalil bahwa berbuat baik kepada non-Muslim merupakan kewajiban, selama orang-orang non-Muslim itu tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka, serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka. Bahkan Rasulullah SAW mengancam terhadap umatnya yang berbuat zalim kepada non-Muslim yang sudah terikat perjanjian dengan umat Islam dengan ancaman tidak masuk surga. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya),Barangsiapa yang membunuh non-Muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam, maka ia tidak akan mencium keharuman surga. Sesungguhnya keharuman surga itu bisa dicium dari jarak empat puluh tahun perjalanan (di dunia) (H.R Bukhari). Oleh karena itu, Nabi SAW bermuamalah dengan orang Yahudi di Madinah dengan muamalah yang sangat baik. Dalam masalah perdagangan, Beliau SAW pernah

menggadaikan baju perangnya kepada seorang Yahudi yang bernama Abu Syahm. Rasulullah juga menetapkan perjanjian antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar dengan kaum Yahudi. Perjanjian itu antara lain berisi tentang perdamaian dengan kaum Yahudi, sumpah setia mereka, serta mengakui keberadaan agama (bukan kebenaran agama selain Islam) dan harta-harta mereka. Beliau SAW juga meminta jaminan kepada mereka untuk menepati perjanjian mereka. Namun demikian, sikap toleransi, harmonis, tolong menolong dan kerjasama antara umat Islam dengan non-Muslim di sini hanyalah dalam masalah muamalah keduniaan yang tidak berhubungan dengan permasalahan akidah dan ibadah. Dari paparan di atas, sangat jelas sekali bagaimana ternyata pembentukan pola doktrin toleransi antara Islam dengan Barat amatlah berbeda. Doktrin toleransi dalam Islam tidaklah dibentuk oleh sejarah, melainkan merupakan bagian integral dari warisan Islam. Berbeda halnya dengan Barat yang doktrin toleransinya dibentuk oleh sejarah karena adanya abuse of power. Itulah sebabnya menyamakan doktrin toleransi Islam dengan doktrin toleransi yang ada di Barat tidaklah tepat. Toleransi antara Islam dengan Barat amatlah berbeda. Doktrin toleransi dalam Islam tidaklah dibentuk oleh sejarah, melainkan merupakan bagian integral dari warisan ajaran Islam. Sedangkan di Barat, doktrin toleransi dibentuk oleh sejarah karena adanya abuse of power Namun anehnya, saat ini proses overlapping doktrin toleransi mulai muncul ke permukaan sehingga mengakibatkan kerancuan dalam memahami makna toleransi yang benar menurut Islam. Dari sinilah maka tidak tepat kalau ada umat Islam yang menggunakan kata toleransi untuk mendukung eksistensi aliran sesat apalagi untuk mendukung gerakan kristenisasi, karena toleransi semacam ini adalah toleransi ala Barat yang tidak dibenarkan dalam Islam. Wallahu alamu bis-shawab.

BAB III PENUTUP Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten. Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian muamalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Syariah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap ahistoris, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755 http://mylazuardi.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1&u=%2Fjour nal%2Fi tem http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=22737http://f orum.dudung.net/index.php?topic=9513.0 http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransihttp://tafany.wordpress.com/2009/06/12/toleransiantar-umat-beragama/ http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2010/05/toleransi-antar-umat-beragama-dalam.html http://www.butikjilbabpermata.com/search/makalah-agama-toleransi-dalam-islam http://zidniagus.wordpress.com/2010/06/27/makalah-toleransi-dalam-islam/ http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755 Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali, HAL-HAL YANG MEMBANTU TOLERANSI DALAM ISLAM, Blog Sunniy Salafy Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam, Oleh Ust. Syamsul Arifin Nababan Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali, PINTU-PINTU TOLERANSI DALAM ISLAM, Blog Sunniy Salafy Toleransi Islam vs Toleransi Barat, Oleh: Kharis Nugroho, Lc.