Revisi RENSTRA 2008

54
RENSTRA RENSTRA (Rencana Strategik Bidang Kesehatan) DINAS KESEHATAN KOTA BUKITTINGGI 2006 - 2010 Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Transcript of Revisi RENSTRA 2008

Page 1: Revisi RENSTRA 2008

RENSTRA RENSTRA (Rencana Strategik Bidang Kesehatan)

DINAS KESEHATANKOTA BUKITTINGGI

2006 - 2010

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 2: Revisi RENSTRA 2008

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pembangunan kesehatan di Kota Bukittinggi telah dilaksanakan secara

berkesinambungan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah

kabupaten/kota maupun oleh masyarakat termasuk swasta. Pembangunan

kesehatan tersebut sejauh ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat

kesehatan. Hal ini dibuktikan dimana Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota

Bukittinggi pada tahun 2002 mencapai ranking 13 secara nasional. Namun

demikian ada beberepa permasalahan kesehatan yang mesti diwaspadai seperti

masalah kesehatan lingkungan / penanggulangan dampak sampah, gizi kurang

pada balita serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit menular &

tidak menular. Berhasil atau tidaknya pembangunan kesehatan yang

dilaksanakan di Kota Bukittinggi sangat ditentukan oleh perencanaan strategis

yang disusun oleh SKPD Dinas Kesehatan.

Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional mewajibkan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) menyusun Rencana Strategis yang mengacu kepada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kota/kabupaten serta RENSTRA

Departemen Kesehatan. Dengan telah disusunnya RPJM Kota Bukittinggi 2006-

2010 dan RENSTRA Departemen Kesehatan 2005-2009, maka selanjutnya SKPD

Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi menyusun RENSTRA 2006-2010 yang nantinya

dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran.

1.2 Maksud dan tujuan

RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan 2006-2010 adalah dokumen resmi

perencanaan pembangunan kesehatan Kota Bukittinggi untuk periode 5 tahun

yang bertujuan untuk memberikan arah dan pedoman terhadap semua kegiatan

pembangunan kesehatan dalam wilayah Kota Bukittinggi baik yang dilakukan

oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 3: Revisi RENSTRA 2008

Khusus bagi pemerintah RENSTRA SKPD ini merupakan tolak ukur untuk

melakukan evaluasi terhadap kinerja Kepala Dinas yang merupakan salah satu

sektor dari pemerintah daerah.

1.3. Landasan hukum

Landasan Idil RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi adalah

Pancasila dan UUD 45, sedangkan landasan operasionalnya meliputi seluruh

ketentuan perundang undangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan

daerah. Ketentuan perundang undangan tersebut adalah :

1. Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan

2. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

6. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus

2005 tentang petunjuk penyusunan dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah

7. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 01 Tahun 2001 tentang Susunan

Organisasi dan Perangkat Daerah Kota Bukittinggi

8. Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 19 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi 2006-2010

1.4 Hubungan RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

dengan dokumen perencanaan lainnya.

Penyusunan RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan mengacu kepada RPJM dan

RPJP Kota Bukittinggi serta berpedoman kepada RENSTRA Depkes RI 2005-2010.

RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi selanjutnya dijadikan sebagai

pedoman dalam penyusunan rencana tahunan/Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPJ) Dinas Kesehatan yang nantinya menjadi dasar utama penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bukittinggi di sektor

kesehatan.

1.5. Sistematika penulisan

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 4: Revisi RENSTRA 2008

RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010 disusun

dengan mempedomani Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ

tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP

danRPJM Daerah. Sistematika penulisan RENSTRA SKPD Dinas Kesehatan ini

adalah sebagai berikut ;

Bab I PENDAHULUAN1.1 Latar belakang1.2 Maksud dan tujuan1.3 Landasan hokum1.4 Hubungan Renstra SKPD dengan dokumen perencanaan

lain1.5 Sistematika penulisan

Bab II TUGAS DAN FUNGSI 2.1 Struktur organisasi2.2 Susunan kepegawaian dan perlengkapan2.3 Tugas dan fungsi2.4 Hal lain yang dianggap penting

Bab III GAMBARAN UMUM KONDISI CAKUPAN WILAYAH KERJA4.1 Kondisi umum cakupan kerja saat ini4.2 Kondisi yang diinginkan

Bab IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI dan KEBIJAKAN3.1 Visi dan misi3.2 Tujuan3.3 Strategi3.4 Kebijakan

Bab V PROGRAM DAN KEGIATAN 6.1 Program dan kegiatan 6.2 Program dan kegiatan lintas SKPD6.3 Program dan kegiatan kewilayahan

Bab VII PENUTUP

LAMPIRAN

BAB II

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 5: Revisi RENSTRA 2008

TUGAS DAN FUNGSI SKPD

2.1 Struktur organisasi

Struktur organisasi SKPD Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi ditetapkan

berdasarkan keputusan Walikota Bukittinggi Nomor 14 Tahun 2001 tanggal 05

April 2001 tentang uraian tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

(Struktur organisasi terlampir)

2.2. Susunan kepegawaian dan perlengkapan

Jumlah tenaga kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

terhitung Mei 2006 adalah berjumlah 205 orang yang tersebar pada kantor Dinas

Kesehatan Kota Bukittinggi serta unit pelaksana teknis lainnya.

Tabel 2.1Distribusi tenaga di lingkungan DKK Bukittinggi menurut tingkat pendidikan pada

bulan Mei 2006

UNIT KERJA JUMLAH TENAGA MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAHSD SLTP SLTA/D1 D3 S1 S2

DKK 1 18 19 26 4 68Pusk Mandiangin 1 13 7 1 22Pusk T. Sawah 16 6 3 25Pusk Tigo Baleh 11 8 4 23Pusk Gg Panjang 1 10 10 2 23Pusk Nilam Sari 10 7 1 1 19Pusk Gulai Bancah 9 2 2 13Laboratorium Air 1 2 2 5Gudang Farmasi 5 1 1 7Jumlah 1 2 93 62 42 5 205

Sedangkan tenaga kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Kota

Bukitinggi menurut jenis pendidikannya terdiri dari :

Dokter umum : 9 orang

Dokter gigi : 5 orang

Sarjana kesehatan masyarakat : 1 orang (S2), 13 orang (S1)

Apoteker : 3 orang

Bidan : 11 orang (D3), 37 orang (D1)

Perawat : 2 orang ( S1), 10 orang (D3), 21 orang (SPK)

Gizi : 7 orang (D3), 2 orang (SPAG)Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 6: Revisi RENSTRA 2008

Sanitarian : 9 orang (D3), 5 orang (SPPH)

Asisten Apoteker : 7 orang (D3), 10 orang (SLTA)

Perawat gigi : 1 orang ( D3), 5 orang (SLTA/SPRG)

Rekam medis : 7 orang (D3)

Umum dan lainnya : 40 orang

Sarana kesehatan yang ada di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada pada

tabel berikut.

Tabel 2.2Sarana kesehatan di Kota Bukittinggi Tahun 2006

No Sarana Kesehatan Swasta Pemerintah Jumlah

1 Rumah sakit 2 3 5

2 Puskesmas 0 6 6

3 Pustu 0 14 14

4 Posyandu 0 118 118

5 Praktek dokter 111 0 111

6 Praktek bidan 80 0 80

7 Klinik bersalin 4 0 4

8 Klinik gigi 2 0 2

9 Apotek 28 0 28

10 Toko obat 30 0 30

11 Optikal 14 0 14

12 Laboratorium klinik 4 0 4

13 Laboratorium air 0 1 1

14 Fisioterapis 14 0 14

15 Tukang gigi 9 0 9

2.3. Tugas dan fungsi

Uraian tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi ditetapkan

berdasarkan keputusan Walikota Bukittinggi Nomor 14 Tahun 2001 tanggal 05

April 2001 tentang uraian tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi.

Tugas

Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

pemerintah Kota Bukittinggi di dalam bidang kesehatan yang meliputi

perencanaan, mengkoordinasikan, menggerakkan dan membimbing serta

mengawasi kegiatan-kegiatan para unsure pembantu pimpinan dan unsure

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 7: Revisi RENSTRA 2008

pelaksana serta memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dibidang kesehatan.

Fungsi

1. Pembinaan dan pembangunan dibidang kesehatan masyarakat

2. Pelayanan kesehatan

3. Pengawasan obat dan makanan

Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi terdiri dari :

KEPALA DINAS KESEHATAN

Tugas

Membantu Walikota dalam melaksanakan tugasnya dibidang kesehatan meliputi

perencanaan, mengkoordinasikan, menggerakkan, dan membimbing serta

mengawasi kegiatan-kegiatan para unsur pelaksana serta memberikan saran dan

pertimbangan tentang langkah-langkah dan tindakan yang perlu diambil dibidang

kesehatan.

BAGIAN TATA USAHA

Tugas

Melakukan urusan penyusunan rencana program, pegawai, keuangan, surat

menyurat, hubungan masyarakat dan protocol, penyusunan data statistik,

penggandaan, perlengkapan, tugas-tugas umum, pembinaan, evaluasi serta

pembuatan laporan kerja Dinas Kesehatan.

Fungsi

a. Pengelolaan urusan surat menyurat, perlengkapan rumah tangga,

penggandaan, hubungan masyarakat dan protokol serta urusan umum.

b. Pengelolaan urusan admnistrasi pegawai dan latihan kepegawaian

c. Pengelolaan urusan keuangan dan perbendaharaan

d. Penyusunan rencana program, penyusunan data statistik, penyusunan

laporan kerja dinas serta penyebarluasan informasi kesehatan

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

Sub.Bag Perencanaan

Tugas

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 8: Revisi RENSTRA 2008

Menyusun rencana, pengolahan data, penyebaran informasi kesehatan serta

penyusunan laporan

Sub Bag Keuangan

Tugas

Mengelola keuangan dan perbendaharaan

Sub Bag Umum

Tugas

Mengelola surat menyurat, perlengkapan, penggandaan, kerumahtanggaan,

tugas-tugas umum dan mengolah data adminsitrasi kesehatan, pengelolaan

kepegawaian, hubungan masyarakat dan protokoler.

SUBDIN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Tugas

Melakukan pengumpulan bahan penyelenggaraan kegiatan penyehatan

lingkungan dan penyehatan tempat-tempat umum serta usaha peningkatan

kesehatan masyarakat.

Fungsi

a. Pengumpulan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan dan

pemeriksaan kegiatan penyehatan dan mengkoordinasikan usaha

peningkatan sarana kesehatan masyarakat.

b. Pengumpulan bahan pengelolaan data, pembinaan pengawasan dan

pemeriksaan terhadap tempat pengelolaan makanan dan minuman

c. Pengumpulan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan,

pemeriksaan kualitas air dan lingkungan

d. Pengumpulan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan,

pemeriksaan penyehatan lingkungan pemukiman serta mengkoordinasikan

kegiatan penyelenggaraan peningkatan kualitas lingkungan.

Subdin Penyehatan Lingkungan, terdiri dari :

Seksi penyehatan tempat-tempat umum, makanan, minuman dan air

Tugas

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 9: Revisi RENSTRA 2008

Mengumpulkan, pengelolaan data, pembinaan, pengawasan dan pemeriksaan

penyehatan tempat umum, tempat pengelolaan makanan dan minuman serta air

bersih.

Seksi penyehatan lingkungan dan sanitasi

Tugas

Mengumpulkan bahan pengelolaan kegiatan penyehatan lingkungan pemukiman

SUBDIN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Tugas

Menyiapkan rencana penyelenggaraan kegiatan, pengamatan penyakit,

pencegahan, pemberantasan dan pengawasan terhadap penyakit menular.

Fungsi

a. Perencanaan kegiatan pengamatan, pencegahan, pemberantasan dan

pengawasan terhadap penyakit menular langsung, immunisasi dan penyakit

yang bersumber dari binatang dan penelitian kemungkinan terjadinya wabah

penyakit.

b. Evaluasi monitoring serta tindaklanjut pelaksanaan kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit

c. Penyebarluasan informasi terhadap pencegahan dan pemberantasan penyakit

Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, terdiri dari :

Seksi pengamatan penyakit

Tugas

Mengumpulkan bahan rencana penelitian pengamatan dan tindakan

kemungkinan terjadinya wabah penyakit.

Seksi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

Tugas

Melakukan perencanaan kegiatan mengumpulkan bahan monitoring dan evaluasi

serta tindaklanjut terhadap pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan

pencegahan penyakit menular langsung, penyakit yang bersumber dari binatang

serta immunisasi dan insidentil puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu,

unit pelayanan kesehatan lain serta melaksanaan analisa hasil penelitian

penyakit dan penyebarluasan informasi cara pencegahan dan

pemberantasannya.

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 10: Revisi RENSTRA 2008

SUBDIN KESEHATAN KELUARGA

Tugas :

Melakukan kegiatan peningkatan status gizi pada Ibu Maternal, Balita dan

Keluarga pada Unit Pelayanan Kesahatan termasuk Kelompok Institusi.

Fungsi:

a. Mengumpulkan bahan pengelola data, pembinaan, pengawasan dan

pemeriksaan kesehatan Ibu Maternal, balita dan Kelompok Institusi pada Unit

Pelayanan Kesehatan.

b. Pengumpulan bahan, pengelola data, pembinaan, pengawasan dan kelompok

Institusi melalui Unit Pelayanan Kesehatan.

c. Pengumpilan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan dan

pembinaan terhadap pelayanan Keluarga Berencana.

d. Penyebarluasan Informasi tentang Keluarga Berencana.

Sub Dinas Kesehatan keluarga terdiri dari :

Seksi kesehatan ibu dan anak

Tugas :

Mengumpulkan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan dan

pemeriksaan kegiatan pelayanan kesehatan ibu maternal, balita serta keluarga

melalui unit pelayanan kesehatan serta peningkatan kerjasama lintas sektoral

dan program.

Seksi bina gizi masyarakat.

Tugas :

Mengumpulkan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan dan

pemeriksaan status gizi masyarakat.

Seksi kesehatan institusi

Tugas :

Mengumpulkan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan dan pelayanan

kesehatan Kelompok Institusi, pemantapan kerjasama Lintas Sektoral.

SUBDIN PELAYANAN KESEHATAN

Tugas :

Membina pengembangan serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, usaha

kesehatan khusus di unit pelayanan kesehatan, pengelolaan farmasi dan

pengobatan tradisional serta meningkatkan dan mengembangkan peran serta

masyarakat / jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.

Fungsi :Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 11: Revisi RENSTRA 2008

a. Mengumpulkan bahan pengelolaan data pembinaan pengawasan

peningkatan kesehatan khusus serta peningkatan mutu pelayanan di unit

pelayanan kesehatan.

b. Penyusunan rencana kebutuhan obat-obatan pada puskesmas-puskesmas

pembantu dan Rumah Sakit Pemerintah ( Obat Askes )

Sub dinas Pelayanan Kesehatan terdiri dari :

Seksi Pembinaan rumah sakit dan puskesmas

Tugas :

Mengumpulkan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan,

pengembangan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatandi Puskesmas dan

Rumah Sakit serta pengembangan Puskesmas ( Stratifikasi ).

Seksi Kesehatan Khusus

Tugas :

Mengumpulkan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan, pemeriksaan

usaha kesehatan khusus yang mencakup kesehatan olahraga, labor sederhana,

puskesmas,kesehatan jiwa, kesehatan mata serta kesehatan gigi dan mulut serta

pengawasan/perizinan usaha kesehatan dan pembinaan sekolah kesehatan.

Seksi Farmasi dan Pengobatan Tradisional

Tugas :

Mengumpulkan bahan pengelolaan data, pembinaan, pengawasan, pemeriksaan

kegiatan farmasian dan peralatan kesehatan pada Puskesmas dan puskesmas

dan puskesmas pembantu serta penyusunan rencana kebutuhan obat obatan

dan peralatan kesehatan puskesmas dan puskesmas pembantu, pengelolaan

kosmetika, narkotika dan obat tradisional.

Seksi PSM dan JPKM

Tugas :

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan LSM dalam

pembangunan kesehatan termasuk penyiapan perencanaan, pembinaan,

pengembangan potensi dan peranserta meningkatkan kemampuan penyuluhan

petugas. Pengembangan PJKM untuk menjamin terselenggaranya pemeliharaan

kesehatan yang lebih merata dan bermutu.

KELOMPOK FUNGSIONAL

Tugas :

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 12: Revisi RENSTRA 2008

Melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas sesuai dengan keahlian dan

kebutuhan.

Kelompok Fungsional terdiri dari :

1. Jabatan fungsional dokter

2. Jabatan fungsional dokter gigi Sudah berjalan

3. Jabatan fungsional perawat

4. Jabatan fungsional bidan

5. Jabatan fungsional perawat gigi

6. Jabatan fungsional gizi

7. Jabatan fungsional sanitarian

8. Jabatan fungsional laboratorium kesehatan

9. Jabatan fungsional apoteker

10.Jabatan fungsional asisten apoteker Sedang diusulkan

11.Jabatan fungsional administrator kesehatan

12.Jabatan fungsional penyuluh kesehatan

13.Jabatan fungsional epidemiologi

14.Jabatan fungsional rekam medis

Unit pelaksana teknis (UPT)

Tugas :

Melaksanakan sebagian tugas dibidang kesehatan pada unit pelaksana

teknisnya.

Unit Pelaksana Teknis di Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, terdiri dari :

1. Puskesmas Guguk Panjang

2. Puskesmas Tengah Sawah

3. Puskesmas Mandiangin

4. Puskesmas Tigo Baleh

5. Puskesmas Nilam Sari

6. Puskesmas Gulai Bancah

7. Laboratorium air

8. Gudang farmasi

2.4. Hal-hal lain

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 13: Revisi RENSTRA 2008

Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota

Bukittinggi disamping mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana point 2.3 di

atas juga mempunyai Kewenangan yang diberikan Kepala Daerah berdasarkan

Keputusan Walikota Bukittinggi nomor 188.45-292.2001 sebagai berikut :

1. Pengembangan system informasi kesehatan

2. Penetapan rencana strategis kesehatan

3. Penyusunan program kesehatan wilayah yang spesifik

4. Penyusunan rencana operasional kegiatan Dinas Kesehatan

5. Koordinasi penyusunan rencana operasional kegiatan UPTD

( Puskesmas, Laboratorium, Akper dan Gudang Farmasi )

6. Perencanaan pembangunan kesehatan wilayah kota

7. Pengaturan dan pengorganisasian system pelayanan kesehatan

8. Penetapan struktur organisasi, susunan jabatan dan lain-lain dari Dinas

Kesehatan

9. Adaptasi terhadap pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

yang ditetapkan pemerintah

10.Pelaksanaan penilaian kinerja organisasi Dinas Kesehatan dan UPTD

11.Pemberian surat izin praktek tenaga kesehatan

12.Perhitungan dan penetapan kebutuhan pegawai/tenaga kesehatan

13.Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan

14.Rekrutmen pegawai kesehatan

15.Pengawasan dan pengendalian

16.Pengaturan tarif layanan kesehatan

17.Penyusunan anggaran

18.Penyelenggaraan bimbingan dan pengendalian JPKM

19.Penyelenggaraan akuntabilitas instansi kesehatan di wilayah kota

20.Implementasi system pembiayaan kesehatan melalui JPKM atau sisem lain

di kota

21.Perizinan dan sertifikasi sarana kesehatan

22.Perizinan dan sertifikasi obat dan alat kesehatan

23.Perizinan/bimbingan dan pengendalian pengobatan

24.Pengawasan penerapan standar bidang kesehatan

25.Perizinan dan sertifikasi sarana produksi

26.Penelitian dan pengembangan kesehatan

27.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

28.Peningkatan kesehatan masyarakat

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 14: Revisi RENSTRA 2008

29.Pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan (limbah industri, air

tanah, dll)

30.Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan obat

NAPZA

31.Perencanaan, pengadaan dan pengelolaan obat essensial

32.Penyuluhan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bidnag kesehatan

33.Pengembangan kerjasama lintas sektoral

34.Penyelenggaraan system kewaspadaan pangan dan gizi

35.Penyelenggaraan system informasi kesehatan

36.Pencatatan dan pelaporan obat pelayanan dasar

37.Pemantauan system kewaspadaan pagan dan gizi

38.Menyelenggarakan pelayanan medis

39.Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis

40.Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperaweatan

41.Menyelenggarakan pelayanan rujukan

42.Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

43.Menyelenggarakan admistrasi umum dan keuangan

44.Melaksanakan kegiatan manajemen pengadaan sarana dan prasarana

dalam menunjang kegiatan operasional

45.Mengelola kegiatan manajemen keuangan dalam menunjang kegiatan

operasional dan pemeliharaan puskesmas

46.Rekrutmen ketenagaan

47.Pengembangan ketenagaan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan

baik formal maupun informal

48.Peningkatan kesejahteraan ketenagaan

49.Perencanaan, pengorganisasin, monitoring, pengawasan dan evaluasi

ketenagaan

50.Peningkatan dan pengembangan puskesmas (pemeliharaan bangunan

lama dan pembagunan puskesmas baru)

51.Peningkatan kualitas dan kuantitas peralatan medis dan paramedis

52.Program operasional pemeliharaan puskesmas

53.Perencanaan, pengorganisasian, monitoring, pengawasan dan evaluasi

sarana dan prasarana puskesmas.

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 15: Revisi RENSTRA 2008

BAB III

DATA KESEHATAN BUKITTINGGI

3.1 Umum

Kota Bukittinggi terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Barat pada

100.210 - 100,250 Bujur Timur dan 00.760 - 00.190 Lintang Barat. Memiliki luas

daerah sekitar 25,24 km2. Kota Bukittinggi dikenal sebagai "KOTA TRIARGA".

Julukan ini muncul karena kondisi geografis kota yang dikelilingi oleh 3 gunung

yaitu Gunung Singgalang, Gunung Marapi dan Gunung Sago. Kota ini terletak

pada ketinggian 909 - 941 m di atas permukaan laut.

Kota Bukittinggi terdiri dari 3 Kecamatan yang terbagi dalam 24 kelurahan.

Kecamatan Mandiangin Koto Selayan merupakan kecamatan terluas (12,16 km2)

yang terdiri atas 9 kelurahan. Kecamatan Guguk Panjang (6,83 km2) terdiri atas 7

kelurahan. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh yang memiliki luas 6,25 km2 dan terdiri atas 8 kelurahan.

Topografi Kota Bukittinggi berbukit dan berlembah, terbentang sebuah

lembah (canyon) yang khas dan diberi nama Ngarai Sianok. Ngarai ini

merupakan identitas geologis Kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi memiliki iklim

pegunungan yang sejuk dengan temperatur udara berkisar antara 16,1o - 24,1o C,

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 16: Revisi RENSTRA 2008

kelembaban udara antara 82,0 - 90,8 % dan tekanan udara antara 22o - 25o serta

curah hujan rata-rata 136,4 mm/tahun.

Sesuai dengan data dari BPS Kota Bukittinggi, jumlah penduduk Kota

Bukittinggi pada tahun 2005 tercatat sebesar 101.276 jiwa, dengan tingkat

kepadatan 4.013 jiwa per km2 dan angka pertumbuhan penduduk sebesar 0,94%

(jumlah penduduk tahun 2004 dilaporkan sebesar 100.333 jiwa).

Kepadatan penduduk Kota Bukittinggi tidak merata, kepadatan penduduk

tertinggi adalah di daerah pusat perdagangan yaitu Kecamatan Guguk Panjang

dengan kepadatan penduduk 5.607 Jiwa/Km2. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh

memiliki kepadatan penduduk 3.615 Jiwa/Km2. Kepadatan penduduk terendah

adalah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan kepadatan 3.322 Jiwa/Km2

Komposisi penduduk Kota Bukittinggi menurut kelompok umur,

menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 9,52%,

yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 64,63%, dan yang berusia tua (>

65 tahun) sebesar 25,85%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan

(Dependency Ratio) penduduk Kota Bukittinggi pada tahun 2005 sebesar 54,72).

Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk

perempuan, yaitu masing-masing sebesar 51.252 jiwa penduduk laki-laki dan

50.024 jiwa penduduk perempuan (rasio penduduk menurut jenis kelamin

sebesar 102,4).

Kondisi perekonomian Kota Bukittinggi pada tiga tahun terakhir relatif

stabil dan menunjukkan perkembangan yang cukup memuaskan. Pada tahun

2005 jumlah penduduk miskin (berdasarkan data Subdin Yankes) tercatat

sebesar 8165 jiwa atau 8,06% dari total penduduk. Peningkatan produktivitas

ekonomi Kota Bukittinggi didominasi dari sektor perdagangan dan wisata.

Peningkatan ekonomi telah mendorong berkembangnya taraf kehidupan

masyarakat secara makro. Meningkatnya aktivitas ekonomi menyebabkan

peningkatan usaha kecil dan menengah disektor kerajinan dan industri kecil dan

mengalami kemudahan dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran hasil-

hasil.

Kemampuan baca-tulis penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu

persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis

huruf latin atau huruf lainnya. Pada Tahun 2005 persentase penduduk yang

dapat membaca huruf latin sebesar 98,97%. Persentase penduduk yang buta

huruf pada perempuan, yaitu sebesar 1,75% lebih tinggi dibanding pada laki-laki

yang hanya sebesar 0,30%.

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 17: Revisi RENSTRA 2008

Pada tahun 2005, jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas sebesar

80.024 jiwa. Jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum

pernah bersekolah sebesar 11.704 (14,63%). Sedangkan yang masih bersekolah

sebesar 67.308 orang (84,11%), terdiri atas 16.795 jiwa (20,99%) bersekolah di

SD/MI, sebesar 18.181 jiwa (22,72%) di SLTP/MTs, sebesar 24.320 jiwa (30,39%)

di SMU/SMK, dan 8.012 jiwa (10,01%) di Akademi/Universitas. Selebihnya,

sebesar 1012 jiwa sudah tidak bersekolah lagi.

3.2 Pusat Kesehatan Kelurahan (Puskeskel) di Tarok Dipo

Keberadaan Puskeskel Tarok Dipo sangat mendukung sekali Puskesmas

Pembantu dan Puskesmas Induk yang berada di wilayah kerjanya walaupun

kondisi Puskeskel ini masih belum berdiri sendiri tetapi masih bersatu dengan

kantor yang ada di sebelahnya. Kegiatan Puskeskel ini antara lain Pelayanan

Posyandu dan pengobatan masyarakat umum.

Diantara penyakit-penyakit yang sering ditangani di Puskeskel ini adalah:

a. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas)

b. Rheumatik

c. Alergi kulit

Sedangkan dari segi jumlah pengunjung minimal tiap harinya 10 orang dan

maksimal 30 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel III.1 berikut ini

Tabel. III. 1Pelayanan Kesehatan yang Dilaksanakan

Oleh Puskeskel Tarok Dipo Kota Bukittinggi

No Jenis Sarana Tempat Jumlah Kunjungan/har

i

Alat yang dibutuhkan

1 Puskeskel Tarok Dipo

Bergabung dengan kegiatan masyarakat (Posyandu, KUD)

10 – 30 orang Motor dinas, KB Kit, Bidan Kit

Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2007

Sedangkan informasi primer yang didapatkan dari Puskeskel (Pusat

Kesehatan Kelurahan) diantaranya menyatakan:

a. penyusunan program-program kesehatan sampai kepada

pelaksanaannnya semuanya berasal dari atas (top-down commando),

dalam hal ini program kesehatan datang dari puskesmas dan puskeskel

sebagai operatornya,

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 18: Revisi RENSTRA 2008

b. keluhan-keluhan dari pihak puskeskel kepada Dinas Kesehatan ditanggapi

dengan melihat tingkat urgensinya,

c. cara penanggulangan sampah medis yang dilaksanakan agak berbahaya

karena hanya dibungkus dalam plastik kemudian diantar ke puskesmas

dengan frekuensi tiap satu kali dua bulan.

Dari hasil survey didapatkan juga bahwa keberadaan Puskeskel ini sangat

mendukung sekali berbagai program kesehatan yang ada di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota (DKK) Bukittinggi, namun diharapkan agar masing-masing

kelurahan yang ada di Bukittinggi (24 kelurahan) masing-masingnya harus

mempunyai 1 unit Puskeskel, sehingga akan sangat menunjang visi dan misi kota

Bukittinggi sebagai kota wisata berobat.

3.3 Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu)

Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu) yang ada di wilayah kerja

DKK Bukittinggi berjumlah 14 buah yang tersebar di tiga kecamatan yang ada.

Pustu ini dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab sepenuhnya kepada

Puskesmas induknya.

Informasi yang didapatkan dari beberapa Pustu yang ada di kota Bukittinggi yang

diambil sebagai subjek survey diantaranya (Pustu Garegeh, Pustu Ujung Bukit

dan Pustu Pintu Kabun), didapatkan keterangan tambahan dari wawancara yang

dilakukan bahwa:

a. penyusunan program kesehatan dengan segala aspeknya semuanya turun

dari DKK Bukittinggi dan Pustu hanya sebagai operatornya,

b. keluhan yang sering disampaikan kepada Puskesmas Induk/Dinas

Kesehatan adalah peralatan medis yang rusak, kurang lancarnya distribusi

air PDAM/air bersih, dan permintaan alat-alat termasuk bahan habis pakai,

selanjutnya kurang informasi masalah kenaikan pangkat pegawai yang

bersangkutan,

c. issue-issue lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap pelayanan

kesehatan dewasa ini adalah: masalah sampah, polusi udara, dan air

tanah,

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 19: Revisi RENSTRA 2008

d. sedangkan sampah/limbah pustu diantaranya ada yang memiliki safety

box dan baru dikirim ke puskesmas induk tiap satu kali dua bulan dan ada

diantaranya yang tidak memiliki safety box,

e. ketenagaan di Pustu Garegeh ini contohnya hanya 1 orang (umumnya tiap

pustu), gedung milik STAIN Bukittinggi, instrumen tidak lengkap, jumlah

penduduk yang berada dalam wilayah kerjanya 1.500 jiwa dengan rata-

rata kunjungan per hari 8 – 10 orang dengan penyakit pengunjung antara

lain ISPA, gastritis dan rematik, sedangkan di dua pustu lainnya rata-rata

kunjungan per hari 7 – 11 orang dengan jenis penyakit ISPA, rematik dan

diare.

Tabel. III.2Pelayanan Kesehatan Yang Dilaksanakan

Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu)Di Kota Bukittinggi

No Nama Pustu Transparansi Responsif Desentralisasi

1 Pustu Nilam Sari (Garegeh)

Penyusunan program-program kesehatan sampai kepada pelaksanaannya semuanya berasal dari atas (top-down commando)

Keluhan-keluhan dari pihak puskeskel kepada Dinas Kesehatan ditanggapi dengan melihat tingkat urgensinya

Isu desentralisasi daerah, peningkatankualitas SDM di bidang kesehatan, promosi kesehatan lewat ”live TV”, leaflet dan radio, cara penanggulangan sampah medis yang dilaksanakan agak berbahaya karena hanya dibungkus dalam plastik kemudian diantar ke puskesmas dengan frekuensi tiap satu kali dua bulan

2 Pustu Pintu Kabun

Penyusunan program kesehatan dengan segala aspeknya semuanya turun dari DKK Bukittinggi dan Pustu hanya sebagai operatornya

Keluhan yang sering disampaikan kepada Puskesmas Induk/Dinas Kesehatan adalah peralatan medis yang rusak, kurang lancarnya distribusi air PDAM/air bersih, dan permintaan alat-alat termasuk bahan habis pakai, selanjutnya kurang

Issue-issue lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan dewasa ini adalah masalah sampah, polusi udara, dan air tanah. Sampah/limbah pustu diantaranya ada yang memiliki safety box dan baru dikirim ke puskesmas induk tiap satu kali dua bulan dan ada diantaranya yang

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 20: Revisi RENSTRA 2008

informasi masalah kenaikan pangkat pegawai yang bersangkutan

tidak memilki safety box. Ketenagaan di pustu umumnya hanya 1 orang (umumnya tiap pustu).

3 Pustu Ujung Bukit Penyusunan program kesehatan dengan segala aspeknya semuanya turun dari DKK Bukittinggi dan Pustu hanya sebagai operatornya

Keluhan yang sering disampaikan kepada Puskesmas Induk/Dinas Kesehatan adalah peralatan medis yang rusak, kurang lancarnya distribusi air PDAM/air bersih, dan permintaan alat-alat termasuk bahan habis pakai, selanjutnya kurang informasi masalah kenaikan pangkat pegawai yang bersangkutan

Issue-issue lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan dewasa ini adalah masalah sampah, polusi udara, dan air tanah. Sampah/limbah pustu diantaranya ada yang memiliki safety box dan baru dikirim ke puskesmas induk tiap satu kali dua bulan dan ada diantaranya yang tidak memilki safety box. Ketenagaan di pustu umumnya hanya 1 orang (umumnya tiap pustu).

3.4 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan yang berada di

setiap kecamatan. Jumlah puskesmas yang ada di Kota Bukittinggi berjumlah 6

unit. Jika di Bukittinggi memiliki 3 kecamatan, maka rata-rata satu kecamatan di

Kota Bukittinggi memiliki 2 puskesmas.

Tabel. III.3Pelayanan Kesehatan Yang DilaksanakanPusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Di Kota Bukittinggi

No Nama Puskesmas

Transparansi Responsif Desentralisasi

123456

Guguak PanjangTengah SawahTigo BalehMandianginNilam SariGulai Bancah

1. 1.Penentuan proses alokasi anggaran sektor kesehatan dan tender proyek dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

2.Sedangkan dalam hal penentuan alokasi anggaran bidang kesehatan oleh Pemda dan DPRD, penyusunan program kesehatan, penentuan biaya pelayanan kesehatan di puskesmas, tender

1.Keluhan yang berasal dari puskesmas, Dinas Kesehatan Kota cukup menampungnya.

2.Secara umum puskesmas-puskesmas tersebut mengusulkan penambahan dana alokasi umum untuk operasional dan penambahan tenaga profesional terutama dokter spesialis, laborant, rekam medis, administrasi, apoteker dan kesehatan lingkungan, ahli gizi dan kalau bisa di tiap

1.Sarana dan prasarana masih belum memadai seperti alat gigi/dental unit yang tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya, besarnya biaya pemeliharaan alat medis, penambahan laboratorium klinik di tiap puskesmas.

2.Issue-issue lingkungan hidup yang urgen saat ini adalah masalah penanggulangan sampah, pencemaran air tanah, pencemaran air limbah/drainase yang tidak lancar.

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 21: Revisi RENSTRA 2008

proyek dan promosi aparat puskesmas tidak pernah dilibatkan

2.

kelurahan yang ada di kota Bukittinggi terdapat puskesmas pembantu.

3.Aspek teknologi informasi, jaringan kerjasama/networking masih kurang dan lemahnya koordinasi antar lembaga di Bukittinggi.

3.Cara penanganan sampah dan limbah puskesmas diantaranya dilakukan untuk sampah non medis dibuang ke TPA dan sampah medis disimpan di dalam safety box dan dikirim ke unit DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota) untuk selanjutnya dibuang ke TPA sampah, namun ada juga yang membakarnya dengan menggunakan incenerator khusus, baru kemudian dibuang ke TPA melalui kendaraan sampah DKP.

Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2007

Pada Tabel.III.3 diatas terlihat hasil rekapitulasi pengisian kuesioner, dan

juga hasil wawancara lebih lanjut menyatakan bahwa:

a. penentuan proses alokasi anggaran sektor kesehatan dan tender

proyek seperti pengadaan obat dan alat medis, perawatan gedung,

pengadaan alat tulis kantor dan sebagainya dibawah koordinasi Dinas

Kesehatan Kota Bukittinggi,

b. dalam hal penentuan alokasi anggaran bidang kesehatan oleh pemda

dan DPRD, penyusunan program kesehatan, penentuan biaya

pelayanan kesehatan di puskesmas, tender proyek dan promosi aparat

puskesmas tidak pernah dilibatkan,

c. sedangkan keluhan-keluhan yang berasal dari puskesmas Dinas

Kesehatan Kota cukup menampungnya,

d. secara umum puskesmas-puskesmas tersebut mengusulkan

penambahan dana alokasi umum untuk operasional dan penambahan

tenaga dokter spesialis, laborant, rekam medis, administrasi, apoteker

dan kesehatan lingkungan, ahli gizi dan kalau bisa di tiap kelurahan

yang ada di kota Bukittinggi terdapt puskesmas pembantu,

e. sementara aspek teknologi informasi, jaringan kerjasama/networking

masih kurang dan lemahnya koordinasi antar lembaga di Bukittinggi,

f. aspek sarana dan prasarana masih belum memadai seperti alat

gigi/dental unit yang tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya,

besarnya biaya pemeliharaan alat medis, penambahan laboratorium

klinik di tiap puskesmas,

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 22: Revisi RENSTRA 2008

g. sementara itu issue-issue lingkungan hidup yang urgen saat ini adalah

masalah penanggulangan sampah, pencemaran air tanah, pencemaran

air limbah/drainase yang tidak lancar,

h. cara penanganan sampah dan limbah puskesmas diantaranya

dilakukan untuk sampah non medis dibuang ke TPA dan sampah medis

disimpan di dalam safety box dan dikirim ke unit DKP (Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota) untuk selanjutnya dibuang ke TPA

sampah, namun ada juga yang membakarnya dengan menggunakan

incenerator khusus, baru kemudian dibuang ke TPA melalui kendaraan

sampah DKP,

i. jumlah kunjungan/hari terbanyak terdapt pada puskesmas Gulai

Bancah yaitu 90 – 100 orang, sedangkan jumlah kunjungan terkecil

pada puskesmas Mandiangin yaitu maksimal 40 orang/hari.

Kebutuhan tenaga saat ini antara lain SKM, akper/perawat, sanitarian,

laborant, apoteker, petugas TU dan security/keamanan, sedangkan prasarana

yang dibutuhkan umumnya antara lain klinik sanitasi, klinik gizi, UGD,

laboratorium, dan perbaikan prasarana pendukung lainnya.

3.5 Rumah Sakit (Hospital)

Dalam menghadapi era desentralisasi dan era globalisasi yang

dampaknya terhadap pelayanan kesehatan sudah sangat terasa, maka rumah

sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan sudah harus menciptakan unggulan-

unggulannya dalam pelayanan agar mampu bersaing, apabila dewasa ini rumah

sakit tidak hanya dipandang sebagai usaha sosial semata, namun sudah sebagai

usaha bisnis yang bersifat sosio ekonomi.

Rumah sakit saat ini dituntut untuk memberikan pelayanan yang

bermutu, karena semakin tingginya kesadaran masyarakat, namun mutu yang

baik tidak hanya diukur dari kemewahan fisilitas, kecanggihan teknologi dan

penampilan fisik semata, tetapi diukur dari efisiensi dan efektivitas yang

dirasakan oleh user/pelanggan. Guna mampu memberikan pelayanan yang

optimal rumah sakit harus mencari usaha untuk mampu membiayai diri sendiri

agar dapat mengimbangi pengeluaran biaya operasional rumah sakit, oleh

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 23: Revisi RENSTRA 2008

karena itu pihak manajemen rumah sakit perlu menggali semua potensi yang

dimiliki rumah sakit untuk uncertainty condition/mengantisipasi perkembangan

yang serba tidak menentu di masa mendatang.

Berikutnya data dan informasi survey yang didapatkan dari berbagai

rumah sakit yang ada di Bukittinggi baik milik pemerintah maupun swasta. Di

kota Bukittinggi terdapat tiga buah rumah sakit milik pemerintah (RSAM milik

Pemda Sumatera Barat dan RSUP P3SN milik Pemerintah Pusat c.q Depkes RI dan

RS TNI AD milik Dep. Pertahanan Keamanan), dan 3 buah milik swasta (RS Islam

Ibnu Sina milik Yarsi Sumatera Barat, RS Medina dan RS/Klinik Khusus THT

(Telinga Hidung Tenggorokan). Data RS tersebut dapat dilihat pada Tabel III.4

dibawah ini.

Tabel. III.4Pelayanan Kesehatan Yang DilaksanakanRumah Sakit-Rumah Sakit di Kota Bukittinggi

No. Jenis Sarana Pemilik Jumlah

1 RS Dr Achmad Muchtar (RSAM) Pemprov. Sumbar 1

2 RSSN (RS Stroke Nasional) Depkes Pusat 1

3 RS TNI AD Dephankam 1

4 RS Yarsi Ibnu Sina Swasta 1

5 RS Medina Swasta 1

6 RS/Klinik Khusus THT Swasta 1

Jumlah 6Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2007

Hasil survey dari masing-masing institusi jasa pelayanan kesehatan dapat kita

lihat pada Tabel III.5 dibawah ini.

Tabel. III.5Pelayanan Kesehatan yang Dilaksanakan

Rumah Sakit-Rumah Sakit di Kota Bukittinggi

No Nama Rumah Sakit

Transparansi Responsif Desentralisasi

1 RS Dr Achmad Muchtar

RSAM Bukittinggi tidak terlibat langsung dalam aspek proses penyusunan program kesehatan, proses penentuan alokasi anggaran sektor kesehatan dan tender proyek, namun pada tender proyek RSAM Bukittinggi punya panitia sendiri yang dikenal dengan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

1.Anggaran yang disetujui tidak sesuai dengan kebutuhan tahun anggaran, sehingga biaya operasional mengalami kekurangan.

2.SDM yang ada belum mencukupi seperti dokter umum/spesialis dan sub spesialis, perawat, tenaga kesehatan lainnya.

RSAM sebagai rumah sakit propinsi dan yang paling berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan adalah Dinas Kesehatan Prop. Sumatera Barat, baru kemudian Gubernur seterusnya pihak manajemen rumah sakit.

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 24: Revisi RENSTRA 2008

3.Faktor yang tidak kalah pentingnya dalah insentif yang diterima oleh pegawai relatif rendah jika kita bandingkan dengan daerah/propinsi lain, seperti insentif dokter spesialis Kab. Bengkalis Prop. Riau diberikan Rp. 15 jutaan perbulan

2 RS Stroke Nasional

1.RSSN Bukittinggi terlibat langsung dalam aspek penyusunan program kesehatan dengan metode Button-up dari unit kerja masing-masing.2.Proses penentuan alokasi anggaran sektor kesehatan ditentukan oleh pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan cq. Ditjen Yanmedik.3.Alokasi anggaran ini ditentukan melalui Rapat Konsultasi Anggaran dengan Depkes dan tidak ada kaitannya dengan pemko Bukittinggi dan DPRD.4.Tender proyek RSSN Bukittinggi dilakukan sangat terbuka

1. SDM yang ada masih kurang terutama dalam bidang spesialis dan sub spesialis syaraf.2.Di RSSN ini untuk mencegah terjadinya praktek-praktek KKN dibentuklah sebuah tim SPI (Satuan Pengawasan Internal RS).

RS dengan Pusat Rujukan Stroke Nasional di Indonesia disamping sebagai RS Umum Pusat (UPT/Unit Pelaksana Teknis Ditjen Yanmed Depkes Pusat).

3 RS TNI AD 1.Penentuan alokasi anggaran bidang kesehatan, penyusunan program kesehatan, tender proyek dan promosi aparat tidak pernah terlibat sama sekali2.Operasional RS ini sepenuhnya swadana dan sumber biaya dari pusat non APBN

Perihal ketenagaan di RS ini sangat kurang sekali karena tenaga medis (dokter umum dan ahli serta perawat) didatangkan dari RSAM, RSUP, maupun RS Yarsi yang ada di Bukittinggi

1.RS TNI AD adalah salah satu rumah sakit milik Departemen Pertahanan dan Keamanan RI yang langsung berada dibawah komando Detasemen Kesehatan Wilayah Militer II Kodam Bukit Barisan.2.Pihak yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam RS ini adalah Detasemen Kesehatan Wilayah Militer II Kodam Bukit Barisan.

4 RSI Ibnu Sina

Penentuan alokasi anggaran bidang kesehatan, penyusunan program kesehatan, penentuan biaya pelayanan kesehatan, tender proyek dan promosi aparat ditentukan oleh yayasan dan manajemen.

1.Keluhan yang berasal dari pihak RS adalah izin RS yang harus diperbaharui secara periodik.2.Keluhan dari pihak masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh RS ini antara lain waiting time (waktu tunggu) yang relatif lama

1.Link atau kerjasama dengan pihak RS lain di kota Bukittinggi terjalin dengan baik.2.Issue lingkungan hidup yang dikemukakan adalah masalah penanganan sampah yang sangat mendesak untuk dicarikan solusi terbaik.

5 RS Medina 1.Program Pihak direksi 1.Sebagai

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 25: Revisi RENSTRA 2008

penyelenggaraan kesehatan yang ada di RS ini hampir sama dengan RS Islam Ibnu Sina yaitu sepenuhnya disusun secara internal dan tidak dipublikasikan, mulai dari penentuan alokasi anggaran sektor kesehatan dan tender proyek sepenuhnya dilakukan dengan manajemen internal dan yayasan RS yang bersangkutan.2.RS tidak pernah terlibat dengan pihak pemda maupun DPRD Kota Bukittinggi dalam penyusunan program kesehatan kota.

mengusulkan agar dipikirkan tentang pembentukan sebuah konsorsium rumah sakit se kota Bukittinggi untuk menjembatani berbagai aktivitas yang dilakukan rumah sakit-rumah sakit di kota Bukittingi.

konsekuensi logis dari operasional RS swasta adalah profit oriented bukan nirlaba dengan arti kata RS swasta cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya namun dibalik itu juga memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien sehingga pasien puas dan senang berobat ke rumah sakit yang bersangkutan.2.Selanjutnya issue kesehatan yang dikemukakan adalah adalah masalah penanggulangan HIV/AIDS yang dikatakan sebagai fenomena gunung es sehubungan dengan kota Bukittinggi sebagai kota wisata, dimana didalamnya kemungkinan ada yang disebut dengan ”wisata sex”.

Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2007

Keterangan lainnya yang dapat dituliskan disini dari hasil wawancara dengan

direksi menyatakan, bahwa diantara keluhan yang dirasakan pihak RSAM dewasa

ini antara lain:

(a) anggaran yang disetujui tidak sesuai dengan kebutuhan tahun anggaran,

sehingga biaya operasional mengalami kekurangan,

(b) SDM yang ada belum mencukupi seperti dokter umum/spesialis dan sub

spesialis, perawat, tenaga kesehatan lainnya, dengan kondisi sekarang

jumlah pegawai RSAM lebih kurang 700 orang terdapat kekurangan pada

spesialis jantung tidak ada, spesialis urologi tidak ada, ahli anastesi saat

ini baru 1 orang, ahli radiolgi 1 orang, ahli kulit dan kelamin 1 orang, ahli

syaraf 1 orang, sedangkan ahli-ahli lainnya sudah cukup, disamping itu

RSAM juga kekurangan dengan tenaga pengelola keuangan (sarjana

akuntansi belum ada), sarana serta prasarana pendukung pelayanan

kesehatan,

(c) faktor yang tidak kalah pentingnya adalah insentif yang diterima oleh

pegawai relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah/propinsi lain

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 26: Revisi RENSTRA 2008

seperti insentif dokter di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau diberikan

sebesar Rp. 15 jutaan per bulan,

(d) kiranya perlu dipikirkan pembentukan Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi,

mengingat kota Bukittinggi adalah sebuah kota wisata yang sangat ramai

dikunjungi oleh berbagai turis mancanegara dan pembentukan sebuah

rumah sakit daerah kota Bukittinggi untuk mengantisipasi kondisi dimasa

yang akan datang,

(e) hubungan/link RSAM dengan instansi pelayanan kesehatan eksternal kota

Bukittinggi berjalan dengan baik seperti RSUP P3SN, RS Islam Ibnu Sina, RS

TNI AD, RS Medina.

Sedangkan pada RS Stroke Nasional (RSSN) adalah satu-satunya RS

dengan Pusat Rujukan Stroke Nasional di Indonesia disamping sebagai RS Umum

Pusat (UPT/Unit Pelaksana Teknis Ditjen Yanmed Depkes Pusat). Keberadaan RS

ini sangat strategis sekali karena berada di persimpangan perdagangan, wisata

kuliner, dan dekat dengan segi tiga emas perkembangan Indonesia-Malaysia-

Singapore.

RSSN ini awalnya berasal dari RSUP Bukittinggi yang secara historis

berasal dari RS Immanuel yang dikelola oleh Yayasan Baptis Indonesia sejak

tahun 1978. Berdasarkan Surat Keputusan Menkes RI No.

365/Menkes/SK/VIII/1982 RSUP Bukittinggi merupakan RSU vertikal kelas C UPT

Vertikal Depkes. Kemudian tahun 2002 dengan adanya SK Menkes No.

21/Menkes/SK/I/2002 RSUP Bukittinggi ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan

Pengelolaan Stroke Nasional (P3SN), selanjutnya berdasarkan SK Menkes

No.105/Menkes/SK/IV/2005 ditingkatkan kelembagaannya menjadi Rumah Sakit

Stroke Nasional (RSSN).

Jenis pelayanan yang dilaksanakan yaitu total care khusus stroke dengan

unggulan pelayanan rehabilitasi stroke. Disamping itu jenis pelayanan lainnya

yang juga dilaksanakan guna mendukung pelayanan RS seperti penyakit dalam,

kebidanan, anak, perinatologi, mata dan jantung. Untung penunjang lainnya

meliputi elektromedis, farmasi, rehabilitasi medik, radiologi serta tindakan medik.

RSSN Bukittinggi terlibat langsung dalam aspek proses penyusunan

program kesehatan dengan metode Bottom-up dari unit kerja masing-masing,

sedangkan proses penentuan alokasi anggaran sektor kesehatan ditentukan

langsung oleh pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan RI cq. Ditjen Yanmedik.

Alokasi anggaran ini ditentukan melalui Rapat Konsultasi Anggaran dengan

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 27: Revisi RENSTRA 2008

Depkes dan tidak ada kaitannya dengan pemko Bukittinggi dan DPRD, tender

proyek (mencakup pengadaan obat dan alat medis, perawatan gedung,

pengadaan alat tulis kantor dan sebagainya), selanjutnya pada tender proyek

RSSN Bukittinggi dilakukan sangat terbuka. RSSN sebagai rumah sakit UPT Pusat

maka yang paling berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan adalah

Direktur RSSN, seterusnya pihak manajemen rumah sakit.

Pihak yang paling berpengaruh dalam semua proses pengambilan

keputusan adalah Direktur, kemudian pihak manajemen RSSN. Hubungan antara

RSSN dengan pihak DKK Bukittinggi hanya sebatas koordinasi. Dari segi keluhan

masyarakat terhadap pelayanan RSSN adalah:

a. tempat tidur kurang,

b. masalah pengadaan obat,

c. sistem pembayaran belum menerapkan satu pintu.

Di RSSN ini untuk mencegah terjadinya praktek-praktek KKN dibentuklah sebuah

tim SPI (Satuan Pengawasan Internal RS).

Selanjutnya pada RS TNI AD adalah salah satu rumah sakit milik

Departemen Pertahanan dan Keamanan RI yang langsung berada dibawah

komando Detasemen Kesehatan Wilayah Militer II Kodam Bukit Barisan.

Pelaksanaan operasional RS ini sepenuhnya swadana dan sumber biaya dari

pusat non APBN, dan alat-alat medis yang ada sekarang dibantu oleh pusat,

namun jika pihak RS akan menambah alat yang baru maka harus berusaha

secara swadana untuk memenuhinya sendiri. Sementara itu hubungan/link

antara RS TNI AD dengan Pemda dan DPRD dalam penentuan alokasi anggaran

bidang kesehatan, penyusunan program kesehatan, penentuan biaya pelayanan

kesehatan, tender proyek dan promosi aparat tidak pernah terlibat sama sekali.

Hasil temuan lainnya adalah:

a. pihak yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam

RS ini adalah Detasemen Kesehatan Wilayah II Kodam Bukit Barisan,

b. perihal ketenagaan di RS ini sangat kurang sekali karena tenaga medis

(dokter umum dan ahli serta perawat) didatangkan dari RSAM, RSUP,

maupun RS Yarsi yang ada di Bukittinggi,

c. tentang program-program kesehatan yang dijalankan di RS ini

sepenuhnya datang dari atas (top-down commando),

d. link kerjasama yang baik telah dijalankan oleh RS ini baik dengan

RSAM, RSUP P3SN, RS Islam Ibnu Sina dan RS lainnya di Bukittinggi.

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 28: Revisi RENSTRA 2008

Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki

peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Peran tersebut dewasa ini semakin dituntut yang

diakibatkan oleh perubahan-perubahan epidemiologi penyakit, perubahan

struktur demografi, perkembangan iptek, perubahan struktur ekonomi

masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih bermutu, ramah dan

sanggup memenuhi kebutuhan.

Tuntutan ini semakin bertambah berat dalam memasuki era globalisasi

yang sedang terjadi, dimana salah satu kondisi yang mau tidak mau harus

dihadapi rumah sakit adalah adanya liberalisasi jasa kesehatan. Pada saat itu

rumah sakit-rumah sakit yang ada tidak saja akan bersaing dengan rumah sakit

dari pemodal dalam negeri saja tetapi juga rumah sakit dengan PMA (modal

asing).

Disamping itu dengan adanya kebijakan pemerintah tentang otonomi

daerah dan diberlakukannya UU No.24/2003 tentang Praktek Kedokteran, sedikit

banyaknya akan berdampak kepada dunia kesehatan/kedokteran dan

kerumahsakitan. Dengan otonomi daerah ini pemerintah daerah diberi

kewenangan untuk mengelola sebagian assetnya termasuk pengelolaan

keuangan daerah masing-masing, bagi daerah yang kaya hal ini tentu tidak

menjadi masalah, tetapi bagi daerah yang kurang tentu akan menjadi masalah

tersendiri.

Pemerintah daerah akan berusaha maksimal untuk menggali sumber

daya yang ada termasuk investor lokal/asing untuk melakukan investasi di

daerah dengan tujuan meningkatkan perekonomian daerah. Dengan demikian

rumah sakit pemerintah yang selama ini menjadi mitra bisa saja berubah menjadi

pesaing karena telah berubah menjadi unit swakelola.

RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi merupakan RS swasta tertua di Sumatera

Barat. Program penyelenggaraan kesehatan yang ada di RS ini sepenuhnya

disusun secara internal dan tidak dipublikasikan, mulai dari penentuan alokasi

anggaran sektor kesehatan dan tender proyek sepenuhnya dilakukan dengan

manajemen internal dan yayasan RS yang bersangkutan, hal lain yang dapat

ditampilkan sebagai data dan informasi survey adalah:

a. keluhan yang berasal dari pihak RS adalah izin RS yang harus

diperbaharui secara periodik,

b. keluhan dari pihak masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan

oleh RS ini antara lain waiting time (waktu tunggu) yang relatif lama Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 29: Revisi RENSTRA 2008

terutama rujukan dokter spesialis, karena sebagian besar dari dokter

tersebut adalah dokter pemerintah (PNS) yang bertugas di RSAM

maupun RSSN,

c. kendala utama yang dihadapi RS ini adalah kurangnya dokter spesialis

atau subspesialis,

d. pihak direksi juga mengharapkan agar kota Bukittinggi memiliki RSUD

kota nantinya,

e. link atau kerjasama dengan pihak RS lain di kota Bukittinggi terjalin

dengan baik, namun disarankan agar kota Bukittinggi melalui pemda

dan jajarannya agar dapat membuat sebuah program pengembangan

sarana dan prasarana pelayanan kesehatan terutama peralatan medis,

penguasaan TI (Teknologi Informasi) yang masih rendah, jalinan

kerjasama/networking yang masih lemah dalam hal koordinasi antar

lembaga dengan pemda Bukittinggi,

f. sedangkan issue lingkungan hidup yang dikemukakan adalah masalah

penanganan sampah yang sangat mendesak untuk dicarikan solusi

terbaik,

g. RS ini telah memilki incenerator khusus untuk penanggulangan

sampah medis.

RS Medina memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap akses

pelayanan kesehatan yang ada di Bukittinggi, dengan adanya RS ini masyarakat

yang akan datang berobat ke Bukittinggi dapat memilih RS mana yang akan

mereka masuki. Program penyelenggaraan kesehatan yang ada di RS ini hampir

sama dengan RS Islam Ibnu Sina yaitu sepenuhnya disusun secara internal dan

tidak dipublikasikan, mulai dari penentuan alokasi anggaran kesehatan dan

tender proyek sepenuhnya dilakukan dengan manajemen internal dan yayasan

RS yang bersangkutan, demikian juga halnya dengan penyusunan program

kesehatan kota Bukittinggi, pihak RS tidak pernah terlibat dengan pihak pemda

maupun DPRD Kota Bukittinggi, sedangkan informasi lain yang dapat ditampilkan

adalah:

a. badan atau orang yang paling berpengaruh pada pengambilan

keputusan di RS ini adalah internal RS dan manajemen/direksi,

b. pihak direksi mengusulkan agar dipikirkan tentang pembentukan

sebuah konsorsium rumah sakit se kota Bukittinggi untuk

menjembatani berbagai aktifitas yang dilakukan rumah sakit-rumah Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 30: Revisi RENSTRA 2008

sakit di kota Bukittinggi ini, sehingga akan terjalin sinergisme kegiatan

pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat,

c. sebagai konsekuensi logis dari operasional RS swasta adalah profit

oriented bukan nirlaba, dengan arti kata bahwa RS swasta cenderung

mencari keuntungan yang sebesarnya namun dibalik itu juga

memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien sehingga pasien

puas dan senang berobat ke rumah sakit yang bersangkutan,

d. selanjutnya issue kesehatan yang dikemukakan adalah masalah

penanggulangan HIV/AIDS yang dikatakan sebagai fenomena gunung

es sehubungan dengan kota Bukittinggi sebagai kota wisata, dimana

didalamnya kemungkinan ada yang disebut dengan ”wisata sex”,

e. persoalan utama yang dihadapi saat ini adalah kurangnya tenaga

spesialis ataupun subspesialis.

3.6 Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi (DKK) sebagai regulator program

kesehatan di kota Bukittinggi sangat menentukan sekali kesuksesan berbagai

program kesehatan yang diprogramkan terutama ditentukan manajemen

kesehatan dengan tersedianya data dan informasi, dukungan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Salah satu unsur utama manajemen kesehatan

adalah informasi kesehatan berupa hasil pengumpulan dan pengolahan data

yang merupakan masukan bagi pengambil keputusan di bidang kesehatan.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan

sebuah indikator, yaitu indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, indikator ini telah

diluncurkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan yang terdiri:

1. Indikator Derajat Kesehatan yang terdiri dari mortalitas, morbiditas,

dan status gizi,

2. Indikator hasil antara seperti kesehatan lingkungan, perilaku hidup,

akses dan mutu pelayanan kesehatan,

3. Indikator proses dan masukan seperti pelayanan kesehatan, sumber

daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

Dari hasil pengisian kuesioner didapatkan data-data sebagai berikut:

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 31: Revisi RENSTRA 2008

Tabel. III.6Regulator Kesehatan Yang Dilakukan

Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

No. Unit Kerja Transparansi Responsif Desentralisasi1 Dinas

Kesehatan Kota Bukittinggi

1.Penentuan biaya pelayanan kesehatan di puskesmas sebagai unit pelaksana teknis DKK Bukittinggi diusullkan dari DKK dan dievaluasi 1x2 tahun atau 1x3 tahun.2.Tender proyek dituangkan dalam Perda Kota Bukittinggi dan didukung dengan persetujuan tenaga teknis.

1. Kebutuhan sarana dan tenaga untuk pelayanan, obat-obat dan peralatan yang tidak lengkap.2.Keluhan masyarakat terhadap DKK adalah rendahnya mutu pelayanan yang diberikan petugas kepada masyarakat terutama yang mengeluh kalau ada pelayanan yang mereka rasa tidak ramah dan sikap petugas yang tidak disiplin atau lambat melayani.

1.Penambahan tenaga profesional sangat diperlukan sekali terutama asisten apoteker, sanitarian, ahli teknologi informasi (TI).2.Sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah penambahan pustu-pustu.3.Issue lingkungan hidup dewasa ini yang dominan adalah dampak dari pengelolaan sampah di kota Bukittinggi, khusus untuk DKK sampah tersebut dibakar dengan incenerator khusus.4. Persoalan utama bidang kesehatan di kota Bukittinggi adalah gaji dan insentif tenaga kesehatan serta partisipasi masyarakat.5.Mutu pelayanan kesehatan perlu kiranya pembenahan SDM sehingga akan menghasilkan proses yang bagus dan akhirnya dapat memetik keuntungan finansial, sehingga mutu SDM tersebut dapat ditingkatkan.

Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2007

Setelah dilakukan pengisian kuesioner, hal-hal yang perlu dijelaskan dengan

melakukan wawancara lebih lanjut didapatkan hal-hal berikut ini:

a. dalam hal penentuan biya pelayanan kesehatan di puskesmas sebagai

unit pelaksana teknis DKK Bukittinggi diusulkan dari DKK dan dievaluasi

1x2 tahun atau 1x3 tahun dan tender proyek pengadaan obat dan alat

medis, perawatan gedung, pengadaan alat tulis kantor dan sebagainya

dituangkan dalam Perda Kota Bukittinggi dan didukung dengan

persetujuan tenaga teknis,

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 32: Revisi RENSTRA 2008

b. pihak-pihak yang paling berpengaruh dalam penentuan alokasi anggaran

adalah Bappeda Kota Bukittinggi kemudian DPRD,

c. penentuan biaya pelayanan kesehatan ditentukan oleh DPRD, sedangkan

tender proyek oleh procurement unit dan promosi aparat ditetapkan oleh

bagian kepegawaian pemda,

d. keluhan-keluhan yang diterima DKK dari puskesmas antara lain

kebutuhan sarana dan tenaga pelayanan, obat-obat dan peralatan yang

tidak lengkap,

e. sedangkan keluhan masyarakat terhadap DKK adalah rendahnya mutu

pelayanan yang diberikan petugas kepada masyarakat terutama yang

mengeluh kalau ada pelayanan yang mereka rasa tidak ramah dan sikap

petugas yang tiak disiplin atau lambat melayani,

f. praktek KKN dalam hal pengadaan obat dan penyusunan program

kesehatan di DKK Bukittinggi sangat sedikit dan dalam hal pengangkatan

pegawai sedikit,

g. penambahan tenaga profesional sangat diperlukan sekali terutama

asisten apoteker, sanitarian, ahli teknologi informasi (TI),

h. sedangkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah penambahan

pustu-pustu,

i. issue lingkungan hidup dewasa ini yang dominan adalah dampak dari

pengelolaan sampah di kota Bukittinggi, khusus untuk DKK sampah

tersebut dibakar dengan incenerator khusus,

j. persoalan utama bidang kesehatan di kota Bukittinggi adalah gaji dan

insentif tenaga kesehatan serta partisipasi masyarakat,

k. untuk mutu pelayanan kesehatan perlu kiranya pembenahan SDM

sehingga akan menghasilkan proses yang bagus dan akhirnya dapat

memetik keuntungan finansial, sehingga mutu SDM tersebut dapat

ditingkatkan,

l. komitmen walikota dengan berbagai direktur RS.

3.7 Informasi Bersumber dari Masyarakat

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 33: Revisi RENSTRA 2008

Informasi primer yang didapatkan surveyor dari masyarakat yang

diwawancarai menyatakan bahwa program pelayanan kesehatan yang telah

dijalankan pemerintah dalam hal ini Rumah Sakit yang ada di Bukittinggi dan

Dinas Kesehatan Kota dengan jajarannya sudah cukup baik, disamping itu

mereka mengharapkan beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh Stake

holder diantaranya:

a. harus mempertimbangkan tenaga kerja dalam pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan,

b. harus dapat mempertimbangkan kebutuhan masyarakat banyak,

c. membuka diri untuk menerima kritikan-kritikan yang berasal dari

masyarakat sebagai user pelayanan kesehatan,

d. sarana dan prasarana yang sudah mulai memerlukan peremajaan atau

penggantian dengan alat yang baru,

e. dalam memberikan surat rujukan kesehatan, diminta kepada pihak

puskesmas dan rumah sakit untuk segera memberikan rujukan reveral

dengan melihat kondisi yang telah dialami oleh si pasien, karena

kebanyakan dari pasien yang segera membutuhkan rujukan langsung

tetapi masih ditanggulangi dahulu dengan obat yang tersedia dimana

pasien tersebut berkunjung (RS atau puskesmas).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. III.7Pelayanan Kesehayan Yang Dilaksanakan

Penyedia Pelayanan Kesehatan di Kota Bukittinggi

No Harapan Masyarakat %

1

23

4

Mempertimbangkan tenaga kerja dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkanMempertimbangkan kebutuhan masyarakat banyakMembuka diri untuk menerima kritikan yang berasal dari masyarakat sebagai user pelayanan kesehatanSarana dan prasarana yang sudah mulai memerlukan peremajaan atau penggantian dengan alat yang baru

23

1420

28

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 34: Revisi RENSTRA 2008

5 Dalam memberikan surat rujukan kesehatan, diminta kepada pihak puskesmas dan rumah sakit untuk segera memberikan rujukan reveral melihat kondisi yang telah dialami oleh si pasien

15

Jumlah 100Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2007

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1 Visi

Visi Pemerintah Kota Bukittinggi dalam RPJMD 2006-2010 adalah :

Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan

potensi-potensi unggulan daerah (jasa dan perdagangan,

kepariwisataan, pendidikan dan pelayanan kesehatan) yang

dijiwai oleh agama dan adat, syarak mangato adaik mamakai

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 35: Revisi RENSTRA 2008

Sedangkan visi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi adalah :

Visi : Terwujudnya masyarakat Kota Bukittinggi yang mandiri untuk

hidup sehat.

4.2 Misi

Misi Pemerintah Kota Bukittinggi dalam RPJMD 2006-2010 adalah :

Misi : 1. Mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan beradat

berdasarkan iman dan taqwa

2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang

profesional dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

yang baik (good governance)

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

yang mendukung potensi unggulan kota

4. Meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PRDB)

kota

5. Meningakatkan kualitas pelaksanaan otonomi daerah yang

luas, nyata, bertanggungjawab dan tercapainya tujuan

pemberian otonomi daerah tersebut berupa kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Sedangkan Misi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi adalah :

Misi : 1. Meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan

2. Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan

akuntabel

3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat terhadap

kesehatan

4. Meningkatkan kualitas sumberdaya kesehatan melalui

peningkatan pendidikan dan pelatihan

4.3.Tujuan

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 36: Revisi RENSTRA 2008

Tujuan yang akan dicapai sebagai penjabaran visi dan misi SKPD Dinas

Kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil

guna dan berdaya guna dalam rangka terwujudnya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan tersebut dapat tercapai melalui pembinaan, pengembangan dan

pelaksanaan serta pemantapan fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pertanggungjawaban

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang didukung oleh sistem informasi

kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan serta hukum kesehatan.

Fungsi-fungsi administrasi kesehatan .

Secara khusus maka tujuan pembangunan kesehatan yang akan dicapai

oleh Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi lima tahun kedepan adalah sebagai

berikut :

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan melaluii

peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku sesuai dengan syara’ dan

adat dalam rangka memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya.

2. Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat.

3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap segenap

masyarakat

4. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dan sarana prasarana kesehatan

yang pengelolaannya dilaksanakan secara professional sesuai dengan

kebutuhan pembangunan kesehatan

5. Meningkatkan kualitas manajemen pembanguan kesehatan

5.4 Sasaran

1. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat (individu, keluarga dan

kelompok) dibidang kesehatan melalui upaya promosi kesehatan

2. Terwujudnya masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat

3. Terwujudnya lingkungan yang sehat dtingkat keluarga, kelompok, institusi,

tempat-tempat umum, tempat pengelolaan makanan, sarana air bersih,

jamban, saluran pembuangan air limbah dan badan air.

4. Meningkatnya mutu pelayanan oleh tenaga kesehatan terhadap individu,

keluarga, kelompok dan institusi

5. Tersedianya tenaga kesehatan yang professional dan handal serta sarana

prasarana kesehatan yang memadai

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 37: Revisi RENSTRA 2008

6. Terselenggaranya manajemen kesehatan yang dinamis dalam

pembangunan kesehatan

Agar pembangunan kesehatan di Kota Bukittinggi dapat diselenggarakan

dengan berhasilguna, maka indikator yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan

Kota Bukittinggi pada akhir 2010 adalah mengacu kepada Indikator Standar

Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang meliputi :

5.5 Strategi

1. Meningkatkan keterpaduan lintas program dan lintas sector dalam

pemberdayaan kesehatan masyarakat

2. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

4. Meningkatkan dan menggalang sumberdaya kesehatan dan memfokuskan

kepada program prioritas

5. Mewujudkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good

governance)

5.6 Kebijakan

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 38: Revisi RENSTRA 2008

1. Meningkatkan promosi kesehatan

2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat

3. Meningkatkan kualitas lingkungan

4. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan

5. Meningkatkan status kesehatan dan gizi keluarga

6. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan sarana prasarana kesehatan

7. Meningkatkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

8. Memantapkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

BAB 5

PROGRAM DAN KEGIATAN

5.1 Program

1 Pengadaan dan pengembangan media promosi kesehatan

2 Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat serta pembiayaan dan jaminan kesehatan

 3 Peningkatan promosi kesehatan kepada masyarakat

4 Pengawasan kualitas air5 Penyehatan lingkungan perumahan dan pemukiman

6 Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum

7 Penyehatan makanan dan minuman

8 Pembinaan kota sehat9 Peningkatan pelayanan kesehatan dasar

10 Melakukan fasilitasi dan pembinaan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan

11 Memberikan dukungan manajemen/administrasi dan operasional puskesmas

12 Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

13 Peningkatan Imunisasi

14 Penemuan dan tata laksana penderita

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 39: Revisi RENSTRA 2008

15 Peningkatan surveilans epidemiologi

16 Peningkatan komunikasi informasi dan edukasi

17 Peningkatan pendidikan kesehatan keluarga dan gizi

18 Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, Kurang Vitamin A, Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya dan kelainan kesehatan ibu dan anak

 

 19 Peningkatan surveilan kesehatan keluarga dan gizi

20 Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar kesehatan dan gizi

21 Perencanaan dan monitoring evaluasi tenaga kesehatan

22 Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan

 23 Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan

24 Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

25 Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

26 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas

27 Pembinaan dan pengembangan obat tradisional

28 Pencegahan penyalahgunaan NAPZA dan bahan berbahaya29 Perizinan sarana dan tenaga kesehatan

30 Pengkajian dan penyusunan kebijakan pembangunan kesehatan

31 Peningkatan sistem informasi kesehatan

32 Penelitian kesehatan

33 Pengembangan kesehatan

5.2 Kegiatan

1. Administrasi Rutin

2. Pembangunan

1 Pengadaan media penyuluhan2 Penggandaan CD film kesehatan3 Penyuluhan kelompok potensial4 Evaluasi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

5 Penyuluhan melalui radio6 Pemutaran film kesehatan7 Pembuatan spanduk kesehatan8 Cetak blanko dan poster9 Penyiaran radio spot

10 Pelaksanaan promkes di televisi11 Pertemuan pembahasan dan penggandaan profil UKBM

12 Latihan pembinaan dan pemahaman krida Saka Bakti Husada

13 Pembinaan teknis posyandu14 Evaluasi program rehabilitasi bersumber daya masyarakat

15 Kontak kader/jambore kesehatan16 Pelatihan kepemimpinan bagi generasi muda17 Sosialisasi JPKM pada dunia usaha18 Sosialisasi UU jaminan sosial nasional ( JSN )19 Pengambilan sampel air bersih, badan air dan limbah

20 Inspeksi sanitasi sarana air bersih21 Kaporitisasi sarana air bersih22 Sosialisasi peningkatan kualitas air bersih23 Pemeriksaan sanitasi lingkungan perumahan

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 40: Revisi RENSTRA 2008

24 Penyuluhan kesehatan lingkungan25 Pengawasan institusi26 Pengawasan & pengendalian dampak sampah27 Pengawasan rumah makan28 Pengawasan hotel29 Pelatihan higiene dan sanitasi hotel30 Pengawasan tempat-tempat umum lainnya31 Penyuluhan keamanan pangan32 Pengambilan sampel pangan33 Pembinaan IRT34 Sosialisasi kota sehat35 Pertemuan LP/LS tentang kota sehat36 Pembentukan kelurahan binaan37 P3K dalam rangka PAM lebaran38 Pelaksanaan Manajemen QA Kesehatan di RS dan Puskesmas

39 Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas Keliling

40 Pemantapan kesehatan jiwa41 Pertemuan pembinaan program olah raga42 Pemantapan program kesehatan indera43 Pemantapan penanggulangan kasus stroke44 Pemeriksaan kesehatan rutin bagi warga binaan LAPAS kelas IIA Bukittinggi45 Pemeriksaan kesehatan pegawai DKP46 Pertemuan evaluasi laporan SP2TP dan analisa 10 penyakit terbanyak47 Penilaian puskesmas berprestasi48 Pertemuan evaluasi program sie puskesmas dan pembahasan penilaian hasil kinerja

puskesmas

49 Pelaksanaan monitoring evaluasi kegiatan Yankes50 Pemantapan manajemen dan SP2TP bagi puskesmas51 Pencegahan dan pemberantasan penyakit serta matra52 Pembinaan dan pemantauan kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko53 Pengadaan bahan dan peralatan penunjang penanggulangan faktor resiko54 Pengadaan dan pemeliharaan sarana logistik55 Pembinaan terhadap tenaga imunisasi56 Pengadaan bahan dan peralatan penunjang57 Penelitian, penjaringan dan pengobatan penderita penyakit menular dan tidak menular58 Pembinaan SDM pengelola pencegahan penyakit

59 Penanggulangan wabah

60 Pembinaan petugas dalam kewaspadaan dini, investigasi dan penanggulangan KLB

61 Penanggulangan KLB

62 Surveilans kasus dan vektor

63 Peningkatan jejaring dan kemitraan dalam pencatatan dan pemberantasan penyakit

64 Peningkatan upaya sosialisasi dan advokasi

65 Peningkatan SDM, LS dan LP terkait (Pokjanal DBD )66 Pengembangan materi KIE kesehatan keluarga dan gizi67 Penyebarluasan materi pendidikan kesehatan keluarga dan gizi melalui pendidikan formal,

non formal dan isntitusi masyarakat

68 Penyelenggaraan promosi kesehatan keluarga dan gizi secara berkelanjutan69 Penyelenggaran pelatihan teknis dan manajemen kesehatan keluarga dan gizi70 Pembinaan dan peningkatan kemampuan petugas dalam program kesehatan keluarga dan

gizi

71 Penyusunan kerangka kebijakan dan startegi pendidikan kesehatan keluarga dan gizi72 Penyusunan juklak, juknis kesehatan keluarga dan gizi73 Pemantauan dan promosi pertumbuhan74

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 41: Revisi RENSTRA 2008

Intervensi gizi meliputi pemberian makanan tambahan, suplementasi obat program dan fortifikasi bahan makanan75 Penatalaksanaan kasus kelainan gizi dan tumbuh kembang anak

76 Pendampingan dan kunjungan rumah77 Pengembangan teknologi pencegahan penanggulangan masalah gizi

78 Peningkatan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB

79 Peningkatan SKPG dan kesehatan institusi secara lintas sektoral

80 Pemantauan dan evaluasi program kesehatan keluarga dan gizi

81 Pengembangan jejaring informasi kesehatan keluarga dan gizi

82 Fasilitasi upaya pemberdayaan keluarga83 Fasilitasi revitalisasi posyandu84 Pengembangan jejaring informasi kesehatan keluarga dan gizi85 Advokasi program gizi86 Penyusunan masterplan kebutuhan dan pengembangan SDM kesehatan87 Monitoring dan evaluasi tenaga kesehatan88 Pengelolaan data dasar pegawai89 Penilaian angka kredit jabatan fungsional 90 Peningkatan SDM tenaga kesehatan melalui pendidikan formal dan pelatihan91 Pelaksanaan pelatihan teknis dan administrasi program kesehatan92 Penyusunan dan sosialisasi sistem diklat93 Pengembangan model unit diklat/Tim Diklat Kesehatan Kota Bukittinggi94 Pelatihan PHBS95 Pelatihan promkes96 Pelatihan TOT petugas pembina di puskesmas97 Pelatihan program perkesmas98 Pelatihan amdal A99 Pelatihan amdal B

100 Pelatihan/magang bidang kesehatan lingkungan101 Pengadaan dan rehabilitasi fisik dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan

102 Pengadaan bahan operasional dinas kesehatan, puskesmas, pustu dan UPT lainnya

103 Pengadaan obat-obatan104 Pengadaan peralatan kesehatan (medis) untuk penunjang pelayanan kesehatan dasar105 Pengadaan bahan habis pakai untuk penunjang pelayanan kesehatan dasar106 Pembahasan standar terapi di puskesmas dan pustu

107 Pertemuan penggunaan obat secara rasional (POSR)

108 Pembinaan pelayanan kefarmasian dan alkes di Puskesmas dan pustu109 Pertemuan pembinaan kosalkes bagi pengelola kosalkes swasta110 Pembinaan pengelolaan obat bagi pengelola obat di apotek swasta111 Pemantauan distribusi kefarmasian dan bahan berbahaya di sarana yankes swasta112 Sosialisasi pengembangan batra dan batantra113 Pendataan batra & batantra di Kota Bukittinggi114 Pelatihan kader batantra115 Monitoring dan evaluasi pembinaan dan pengembangan obat tradisional116 Penyuluhan tentang pemanfaatan TOGA bagi masyarakat

117 Sosialisasi pencegahan penanggulangan NAPZA bagi guru BP/konseling118 Sosialisasi toksisitas dan efek samping bahan berbahaya ke sekolah-sekolah119 Pelatihan pencegahan penyalahgunaan NAPZA bagi remaja

120 Pembinaan perizinan ke RS Bersalin dan Balai Pengobatan

121 Pembinaan perizinan ke optikal12 Pembinaan perizinan ke tukang gigi

123 Pembinaan perizinan ke pengobatan tradisional124 Penyusunan Renstra SKPD Dinas Kesehatan125 Penyusunan Sistem Kesehatan Daerah126 Penyusunan Standar Pelayanan Minimal dan Indikator Kota Bukittinggi Sehat127 Pengkajian SOTK Dinas Kesehatan

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 42: Revisi RENSTRA 2008

128 Penyusunan dan pengkajian perda yang berhubungan dengan kesehatan

129 Pengembangkan sistem informasi manajemen perencanaan, keuangan dan perlengkapanKepegawaian dan cakupan program kesehatan

130 Pengumpulan,pengolahan & penyajian data kesehatan131 Pelaksanaan penelitian di bidang kesehatan (Surkesda, Survey PHBS, survey cepat,dll)

132 Desiminasi, dokumentasi dan publikasi hasil penelitian dan pengembangan kesehatan

133 Pengembangan program inovatif bidang kesehatan

BAB 5

PENUTUP

Rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan

Kota Bukittinggi Tahun 2006-2010 ini dapat digunakan untuk melakukan

penilaian/monitoring program pembangunan sektor kesehatan di Kota

Bukittinggi. Untuk mencapai visi “ Terwujudnya masyarakat Kota Bukittinggi

yang sehat dan mandiri “ telah ditetapkan misi, strategi dan kebijakan dalam

pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan di Kota Bukittinggi.

Keberhasilan pelaksanaan program-program dan kegiatan pembangunan

kesehatan di Kota Bukittinggi sangat tergantung kepada komitmen serta

kesungguhan para penyelenggaranya dalam melaksanakan program dan

kegiatan-kegiatan dalam pembangunan kesehatan.

Demikianlah Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi tahun 2006-2010 ini disusun semoga

dapat bermanfaat dan dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan

pembangunan kesehatan di Kota Bukittinggi.

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010

Page 43: Revisi RENSTRA 2008

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 2006-2010