Revisi Pl Khairi

48
LAPORAN PRAKTEK MAGANG PEMBEKUAN IKAN SELONCONG (Sillago sihama) DI PT. GOLDEN CUP SEAFOOD PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH MUHAMMAD KHAIRI HANAFI

description

Cover

Transcript of Revisi Pl Khairi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Jalan Bina Widya Km. 12,5 Pekanbaru

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

PEMBEKUAN IKAN SELONCONG (Sillago sihama) DI PT. GOLDEN CUP SEAFOOD PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH

MUHAMMAD KHAIRI HANAFI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

PEMBEKUAN IKAN SELONCONG (Sillago sihama) DI PT. GOLDEN CUP SEAFOOD PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

OLEH

MUHAMMAD KHAIRI HANAFI

NIM: 1104114697

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK MAGANG

Judul Praktek Magang:PEMBEKUAN IKAN SELONCONG (Sillago sihama) DI PT. GOLDEN CUP SEAFOOD PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama:Muhammad Khairi Hanafi

NIM:1104114697

Jurusan:Teknologi Hasil Perikanan

Program Studi:Teknologi Hasil Perikanan

Disetujui Oleh :

Ketua Jurusan THP,Dosen Pembimbing,

Dr. Desmelati, S.Pi, M.ScIr. Syahrul MS

NIP. 19720216 199803 2001 NIP. 19590214 198603 1002

Pembimbing Lapangan,

RINGKASAN

Muhammad Khairi Hanafi (1104114697). Pembekuan Ikan Seloncong (Sillago sihama) di PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Medan Prov.Sumatera Utara. Dibawah Bimbingan Ir. Syahrul, M.S dan Ir. Mangasi Siagian.

Praktek Magang ini dilaksanakan pada tanggal 24 Januari sampai dengan 24 Februari 2014 yang bertempat di PT. Golden Cup Seafood Komplek Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Medan Provinsi Sumatera Utara. Adapun tujuan praktek magang ini adalah untuk mengetahui proses pembekuan ikan seloncong yang dilakukan di PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan serta untuk mengetahui secara langsung proses pembekuan ikan seloncong yang dilakukan di PT. Golden Cup Seafood. Sedangkan sasaran kompetensi yang dicapai dapat menambah wawasan serta keterampilan penulis dengan cara melihat dan mempraktekkan langsung serta melatih penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam pengolahan perikanan.Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Magang adalah metode survei yaitu pengamatan langsung tentang proses pembekuan ikan seloncong ekspor di PT. Golden Cup Seafood Belawan, Sumatera Utara. PT. Golden Cup Seafood berada di Komplek Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Perusahaan tersebut bergerak di bidang eksport dan Import ikan dalam bentuk ikan beku (Frozen Fish) dan merupakan perusahaan dengan tempat penyimpanan ikan terbesar di Pusat Pelabuhan Samudra (PPS) belawan dan bergerak di bidang ekspor dengan dilengkapi Standart Hazard, General manufacturing product (GMP), serta Standar Sanitasi Operasional Pekerja (SSOP).Bahan baku yang digunakan pada proses produksi di PT. Golden Cup Seafood adalah ikan seloncong. Bahan baku tersebut diperoleh dari beberapa kapal yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Alat yang digunakan pada proses pembekuan ikan seloncong adalah pan, pit, timbangan digital, cold storage, semi contact freezer, rak, meja sortir, celemek, sarung tangan, dan lain-lain. Proses pembekuan ikan seloncong dimulai dari penerimaan bahan baku ikan seloncong segar, kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan lendir dan kotoran, dilanjutkan dengan penyortiran menurut kondisi, size dan berat ikan, lalu ikan ditimbang dan didapatkan berat yang seragam, dan ikan dipindahkan kedalam pan yang telah dilapisi plastik PE, di mana setiap pan memuat ikan seberat 5 kilogram, setelah itu pan dimasukkan kedalam semi contact freezer untuk dilakukan proses pembekuan. Proses pembekuan berlangsung selama 4-5 jam pada suhu -32C . Setelah proses pembekuan selesai ikan seloncong beku tersebut dikeluarkan dari dalam pan, lalu dikemas dengan kemasan primer berupa plastik PE dan kemasan sekundernya berupa kardus, setelah itu di lakukan penyusunan didalam cold storage yang bersuhu -14,1C guna mempertahankan kondisi beku ikan dan sebagai penyimpanan sementara sebelum dilakukan pendistribusian dan pengeksporan. Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Golden Cup Seafood adalah bahan baku yang bersifat musiman sehingga ketersediaan bahan baku untuk kegiatan produksi perusahaan menjadi tidak stabil. Permasalahan sanitasi seperti kurangnya ketelitian dan pengawasan pekerja terhadap sarana produksi seperti pan, keranjang, yang kurang di bersihkan karena adanya sisa sisik, sirip, lendir, kotoran yang menempel sehingga berpotensi mempercepat penurunan mutu ikan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Magang ini. Laporan Praktek Magang ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Starata Satu (Sarjana) pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Adapun judul dari Laporan Praktek Magang ini adalah Pembekuan Ikan Seloncong (Sillago sihama) di PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Syahrul MS sebagai dosen pembimbing dan bapak Ir. Mangasi Siagian sebagai pembimbing lapangan serta semua pihak yang telah ikut andil dalam membantu penyusunan laporan praktek magang ini.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga Laporan Praktek Magang ini dapat berguna dan bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, Desember 2014

Muhammad Khairi Hanafi

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR

iDAFTAR ISI

ii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR TABEL

vDAFTAR LAMPIRAN

vi

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

1

1.2 Tujuan Praktek Magang

2

1.3 Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan

3II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Seloncong

42.2 Pengawetan dengan Pembekuan

52.3 Metode Pembekuan

62.4 Sanitasi

7III. METODE PELAKSANAAN3.1 Waktu dan Tempat

83.2 Prosedur Pelaksanaan

83.3 Analisis Data

8IV. KONDISI LOKASI MAGANG

4.1 Profil Perusahaan

104.2 Struktur Organisasi Perusahaan

114.3 Tenaga Kerja

114.4 Sarana dan Prasarana

124.5 Kapasitas Produksi

13V. PENANGANAN IKAN SELONCONG EKSPOR

5.1 Bahan Baku

155.2 Bahan Tambahan

155.3 Penanganan Ikan Seloncong Beku Ekspor

165.4 Penerapan Standar Mutu dan Nilai Organoleptik

195.5 Pemasaran

195.6 Penanganan Limbah dan Sampah

20VI.PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1 Jumlah Bahan Baku

216.2 Sanitasi

21VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

237.2 Saran

23DAFTAR PUSTAKA

24LAMPIRAN

26

DAFTAR GAMBARGambar Halaman1. Ikan Seloncong

42. Profil PT Golden Cup Seafood

113. Bahan baku Ikan Seloncong segar

15DAFTAR TABEL

TabelHalaman1. Produksi Jenis Ikan Ekspor di PT. Golden Cup Seafood tahun 2013

20

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelabuhan Belawan merupakan pelabuhan yang terletak di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia dan merupakan pelabuhan terpenting di pulau Sumatera. Didalam komplek pelabuhan samudra belawan ini terdapat beberapa perusahaan yang bergerak didalam proses pembekuan ikan, salah satunya adalah PT. Golden Cup Seafood. Golden Cup Seafood bergerak dibidang proses pembekuan ikan untuk memenuhi pasar dalam lokal, serta kegiatan ekspor dan impor. Untuk produk tujuan ekspor tentunya di tuntut memiliki standar mutu yang tinggi agar diterima di pasar internasional.Visi perusahaan ini adalah memproduksi produk hasil perikanan yang bisa mewakili citra Indonesia di luar Negeri dan Misinya adalah meningkatkan kualitas dan jumlah bahan baku untuk diproses. PT. Golden Cup Seafood dilengkapi dengan ruangan dan fasilitas yang mendukung operasional kerja perusahaan. Diantaranya sebuah tempat penyimpanan Cold Storage dengan kapasitas 1000 ton beserta fasilitas dan sarana lainnya. Jumlah karyawan mencapai 50 orang yang bergerak dalam kegiatan operasional kerja pada masing-masing bidangnya.

Dengan demikian, untuk mengetahui teknik penanganan ikan secara langsung di perusahaan ini akan menambah wawasan dan kemampuan di bidang penanganan ikan tidak hanya teori tetapi juga secara praktek. Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk mempelajari proses pembekuan ikan seloncong di PT. Golden Cup Seafood, kota Belawan, Sumatera Utara.1.2. Tujuan Praktek Magang

Tujuan Praktek Magang ini adalah untuk mengetahui proses pembekuan ikan seloncong yang dilakukan di PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan Medan serta manajemen perusahaan, sehingga memperoleh gambaran secara nyata mengenai kegiatan operasionalnya dengan segala permasalahan yang dihadapi serta mencari alternatif pemecahan masalahnya.

1.3. Sasaran Kompetensi yang DitargetkanSasaran Praktek Magang ini diharapkan agar penulis dapat mengetahui proses penanganan dan pembekuan hasil perikanan berupa pembekuan ikan seloncong secara langsung. Selain itu, dapat menambah wawasan serta keterampilan penulis dengan cara melihat dan mempraktekkan guna menambah keterampilan penulis serta mengetahui masalah yang dihadapi terutama dalam penanganan ikan seloncong beku, sehingga nantinya dapat memberikan solusi permasalahan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Seloncong

Sumber: Khairi,2014Gambar 1. Ikan Seloncong.Ikan dengan nama lokal seloncong atau pasir-pasir dan juga memiliki nama perdagangan whiting fish ini memiliki klasifikasi yaitu Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: perciformes, Famili: Sillaginidae, Genus: Sillago, Spesies: S. Sihama (McKay, 1992).

Ikan ini hidup tersebar luas di indo-pasifik, Afrika selatan hingga ke Australia. Di Indonesia tersebar di hampir semua muara sungai besar. Biasa hidup berkelompok dan memakan kepiting, moluska dan beberapa ikan kecil (Kuncoro dan Wihartono, 2009). Ikan ini tumbuh sampai 45 cm, mempunyai mulut panjang yang menghadap kebawah, yang merupakan ikan khas pantai dan muara sungai, terutama sungai besar dengan dasar lumpur dan pasir (Kuncoro et al, 2009).Ikan seloncong menyenangi dasar perairan yang berlumpur. Widodo (1980) menyatakan nilai tangkap ikan seloncong tertinggi di perairan dengan dasar lumpur dan terendah di dasar kerikil, batu, dan koral. Dalam setiap 100 gram nya ikan seloncong segar mengandung energi sebesar 117.65 kalori, protein 24 gram, dan lemak 2.35 gram (recipeofhealth.com, 2014).2.2. Pengawetan dengan PembekuanIkan segar selalu diidentikkan dengan ikan yang baru ditangkap atau dipanen yang belum mengalami proses pengawetan dan pengolahan serta belum mengalami perubahan mutu secara organoleptik, kimia dan mikrobiologi (Syahrul, 2013). Selain itu ikan juga dikonotasikan sebagai sumber protein dan lemak yang paling penting bagi kesehatan tubuh manusia, karena dalam tubuh ikan terkandung zat gizi utama seperti asam amino dan asam lemak esensial yang lebih lengkap serta mineral atau vitamin.

Hasil perikanan terutama ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah mengalami penbusukan (perishable foods), oleh sebab itu diperlukan suatu penanganan sebagai upaya mempertahankan mutunya atau kesegarannya sejak ikan itu ditangkap atau dipanen. Penggunaan suhu rendah apakah pendinginan atau pembekuan merupakan perlakuan yang umum dilakukan untuk mempertahankan mutu ikan segar dalam tahap penanganan primer.

Pengolahan (pengawetan) dilakukan untuk memperpanjang umur simpan (lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk pangan. Proses pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur simpan produk yang diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat diterima (Moeljanto, 1992).Dalam penanganan ikan segar diupayakan agar suhu selalu rendah (mendekati 0C atau di bawahnya), agar terhindar dari kemunduran mutunya. Maka dari itu suhu merupakan faktor penentu yang mempengaruhi tingkat kesegaran ikan. Disamping itu penggunaan suhu rendah (pendinginan atau pembekuan) pada bahan pangan termasuk ikan, hanya dapat mencegah pertumbahan mikroba dan aktifitas enzim, sehingga setelah ikan beku dikeluarkan dan dibiarkan hingga mencair kembali (thawing) maka pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba dapat berlangsung dengan cepat.Sebagian besar tubuh ikan (60-80%) terdiri atas cairan yang dapat di dalam sel, jaringan, dan ruangan-ruangan antar sel. Cairan itu berupa larutan koloid encer yang mengandung berbagai macam garam (terutama kalsium fosfat dasar) dan protein. Sebagian besar dari cairan itu ( 67%) berupa free water dan selebihnya ( 5%) berupa bound water. bound water merupakan air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi lain dari tubuh ikan (Adawyah, 2011).Pembekuan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi kerusakan ikan, sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama. Teknologi ini cukup sederhana dan tidak menyita waktu serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri, kapang maupun kamir pada produk pangan, yang mempercepat proses kebusukan. Dengan pembekuan, makanan akan lebih awet karena aktivitas mikroba terhenti dan aktivitas enzim juga terhambat. Dibandingkan dengan pengalengan, teknologi pembekuan lebih dapat mempertahankan kandungan nutrisi pada bahan pangan apabila dilakukan dengan benar (Desrosier, 1988).

Pembekuan berarti merubah kandungan cairan itu menjadi es. Ikan mulai membeku pada suhu antara -0,6C sampai -2C, atau rata-rata pada -1C. Mula-mula membeku adalah free water, disusul oleh bound wate. Pembekuan dimulai dari bagian luar, bagian tengah membeku paling ahir. (Adawyah, 2011).Pada pembekuan komersial dikenal dua penggolongan, yaitu pembekuan lambat (slow freezing) dan pembekuan cepat (quick freezing). Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan dapat dapat berbeda-beda ukurannya, tergantung kepada kecepatan pembekuaan. Pembekuan cepat menghasilkan kristal-kristal es yang kecil-kecil didalam jaringan daging. Jika dicairkan kembali, kristal- kristal es yang mencair diserap kembali oleh daging dan hanya sejumlah kecil yang lolos keluar sebagai drip (Moeljanto, 1992). Sedangkan pada pembekuan lambat menghasilkan kristal es berukuran besar. Kristal es ini mendesak dan merusak susunan jaringan daging. Tekstur daging ketika ikan dicairkan menjadi kurang baik, daging menjadi berongga- rongga. Beberapa (Moeljanto, 1992) adalah:

1. Sharp freezing merupakan pembekuan dengan meletakkan ikan pada rak-rak yang terdiri dari pipa-pipa pendingin (cooling pipe). Secara keseluruhan kecepatan pemindahan panas dalam pendinginan berjalan lambat, tetapi bagian yang menempel pada pipa pendingin ckup cepat. Proses pendinginan ini tergantung pada udara dingin yang disirkulasikan melalui kipas dan alatnya digolongkan kedalam sharp freezer.

2. Blast freezing merupakan sebuah ruangan atau kamar atau terowongan (tunnel). Udara dingin didalamnya disirkulasikan ke sekitar produk yang dibekukan dengan bantuan kipas. Alat yang digunakan digolongkan kedalam air blast freezer.

3. Contact plate freezing merupakan teknik pembekuan dengan menjempit produk diantara dua plat atau lempengan logam yang didalamnya dialiri bahan pendingin. Pembekuan dengan contact plate freezer berjalan cepat

(1,5 3 jam) dan efisien, khususnya untuk produk-produk yang dikemas.

4. Immersion freezing merupakan jenis freezer yang digunakan untuk pembekuan ikan-ikan utuh seperti tuna. Cara pembekuannya yaitu dengan mencelupkan ikan kedalam larutan garam (NaCl) bersuhu -17 C atau dengan menyemprotkan ikan memakai brine.

5. Cryogenic freezing merupakan jenis freezer yang menggunakan CO2 dan N2 cair. Konsepnya berbeda dengan jenis freezer lainnya karena tidak dihubungkan dengan mesin refrigerasi. Produk dibekukan dengan cara menyemprotkan CO2 dan N2 cair ke atas produk dan bergerak kedepan keluar dari freezer.

2.3. Metode Pembekuan

Menurut Adawyah (2007), berdasarkan panjang pendeknya waktu thermal arrest, pembekuan dibagi menjadi dua yaitu:

1)Pembekuan cepat (Quick Freezing).

Pembekuan cepat yaitu pembekuan dengan thermal arrest time tidak lebih dari dua jam. Pembekuan cepat menghasilkan kristal yang kecil-kecil di dalam jaringan daging ikan, jika ikan yang dibekukan dicairkan kembali maka kristal-kristal es yang mencair akan diserap kembali oleh daging dan hanya sedikit yang mengalami drip. Pembekuan cepat terdapat tiga metode yaitu:1. Pembekuan dengan aliran udara dingin (blast freezing) yaitu bahan pangan yang akan didinginkan diletakkan dalam freezer yang dialiri udara dingin (suhu -40oC atau lebih rendah lagi).2. Pembekuan dengan alat pindah panas tipe gesekan (scraped heat exchanger) produk dibekukan dengan metode ini untuk mengurangi pembentukan kristal es berukuran besar. Produk digesekkan pada permukaan pendingin dan kemudian segera dibawa menjauh. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang. 3. Pembekuan kriogenik (Cryogenic Freezing) dimana nitrogen cair (atau karbon dioksida) disemprotkan langsung pada bahan-bahan pangan berukuran kecil seperti udang atau strawberry. Karena cairan nitrogen dan karbon dioksida mempunyai suhu beku yang sangat rendah (berturut-turut -196oC dan -78oC) maka proses pembekuan akan berlangsung spontan (Syamsir, 2008).2) Pembekuan lambat (Slow Freezing atau Sharp Freezing)

Pembekuan lambat yaitu pembekuan dengan thermal arrest time lebih dari dua jam. Pembekuan lambat akan menghasilkan kristal yang besar-besar sehingga merusak jaringan daging ikan dan tekstur daging ikan setelah di thawing menjadi kurang baik karena akan berongga-rongga dan banyak sekali drip yang terbentuk.

Pembekuan lambat umumnya menyebabkan rendahnya kualitas produk. Akan tetapi, perbedaan dalam kualitas tidak dipengaruhi oleh perbedaan dalam bentuk kristal es. Dinding otot ikan cukup elastis untuk menampung bentuk kristal es yang lebih besar tanpa kerusakan yang berlebihan. Selain itu, sebagian besar air dalam otot ikan berbentuk gel dan terikat pada protein sehingga hanya sedikit cairan yang hilang walaupun kerusakan sel benar-benar terjadi. Penurunan kualitas selama pembekuan lebih berhubungan dengan perubahan sifat protein. Pembekuan menyebabkan beberapa perubahan dalam protein, atau beberapa pengubahan dari kondisi asal mereka, oleh sebab itu disebut dengan istilah perubahan sifat (denaturation) (Anonnymous, 2009).2.5. Sanitasi

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi adalah suatu upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati dan Yuliahsih, 2002). Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

Mineral alami sering ditemukan didalam suplai air. Flouride, nitrat dan sodium bisa sebagai kontaminan yang menyebabkan efek negatif pada kesehatan manusia. Kandungan flour berjumlah lebih dari 6 miligram per liter bisa mewarnai gigi anak-anak, dan pada tingkatan tertinggi merupakan sangat beracun. Tingkat sodium lebih besar dari 20 miligram per liter mungkin berbahaya untuk orang-orang yang memiliki resistensi sodium yang rendah. Kelebihan nitrat di (dalam) air minum adalah suatu masalah kesehatan serius karena menyebabkan suatu kondisi yang disebut methemoglibinemia atau sindrom bayi biru, di mana nitrat bereaksi dengan sistem pengangkutan oksigen darah, yang membuat bayi menjadi biru karena ketiadaan oxygen pada darah mereka (Pouet, Marcoux, dan Thomas, 2002).

III. METODE PELAKSANAAN3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang ini dilaksanakan pada tanggal 24 Januari sampai 24 Febuari 2014 yang bertempat di PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, Medan, Provinsi Sumatera Utara.3.2. Prosedur Pelaksanaan

Metode praktek yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode survei, yaitu mengamati secara langsung kegiatan penanganan dan pembekuan ikan seloncong di PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Prosedur pelaksanaan Praktek Magang ini adalah dengan mewawancarai narasumber kepala bidang dan karyawan sesuai untuk mencatat data dan fakta yang diamati serta menggunakan kamera untuk dokumentasi guna memperkuat fakta yang telah didapat. Data yang diperlukan adalah data primer diperoleh langsung dari dialog dengan karyawan dan pengawas produk dengan melakukan wawancara secara langsung di PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan disertai dengan pengambilan gambar pada saat pengolahan sedang berlangsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan dari perusahaan terutama mengenai profil perusahaan yang meliputi lokasi perusahaan dan sejarah pendirian perusahaan, struktur organisasi, sarana dan fasilitas perusahaan, jenis dan volume industri, pemasaran, nilai produksi perikanan, nama dan tingkat pendidikan karyawan, format penilaian organoleptik ikan segar, surat izin usaha perusahaan serta data lain yang diperoleh selama proses pengolahan berlangsung termasuk studi literatur.

3.3. Analisis data

Data yang diperoleh tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan skema, selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan disusun dalam bentuk laporan sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang permasalahan yang dihadapi oleh PT. Golden Cup Seafood Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan tersebut.IV. KONDISI LOKASI MAGANG4.1. Profil Perusahaan

PT. Golden Cup Seafood berada di Komplek Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, beralamat di jalan Gabion Perikanan nomor 8 kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Perusahaan ini bergerak di bidang ekspor dan impor ikan dalam bentuk ikan beku (Frozen Fish) dan merupakan perusahaan dengan tempat penyimpanan ikan terbesar di Pusat Pelabuhan Samudra (PPS) belawan dan bergerak di bidang ekspor dengan dilengkapi Standart Hazard, General manufacturing product (GMP), serta Standar Sanitasi Operasional Pekerja (SSOP).

Perusahaan tersebut berdiri pada tahun 2006 yang awalnya bernama CV. Mandiri Fishery yang bekerja sama di bidang eksport dengan investasi dari luar negeri. Seiring berjalannya waktu perusahaan tersebut mengalami perkembangan dan pada tahun 2010 memutuskan kerjasama dengan pihak asing dan melakukan perubahan nama menjadi PT. Golden Cup Seafood. Pada awal terbentuknya PT. Golden Cup Sefood jumlah jenis ikan yang di produksi hanya sedikit. Seiring dengan permintaan pasar yang semakin pesat perusahaan ini makin tumbuh dan berkembang sehingga jumlah jenis ikan yang di produksi bertambah.Adapun yang menjadi Visi perusahaan ini yaitu, memproduksi produk hasil perikanan yang bisa mewakili citra Indonesia di luar Negeri. Dan Misi dari perusahaan tersebut adalah meningkatkan kualitas dan jumlah bahan baku untuk diproses. PT. Golden Cup Seafood dilengkapi dengan ruangan dan fasilitas yang mendukung operasional kerja perusahaan. Diantaranya sebuah tempat penyimpanan Cold Storage dengan kapasitas 1000 ton beserta fasilitas dan sarana lainnya. Jumlah karyawan mencapai 50 orang yang bergerak dalam kegiatan operasional kerja pada masing-masing bidangnya. Berikut gambar gedung PT. Golden Cup Seafood dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Khairi, 2014Gambar 2. Profil PT Golden Cup Seafood 4.2. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Golden Cup Seafood yang bergerak dibidang ekspor dan impor ikan dipimpin oleh Asjim, memiliki General Manager yang bernama Indra Wibowo yang setiap harinya mengawasi karyawan perusahaan ini dan memiliki jumlah karyawan yang sebanyak 19 orang. Struktur organisasi dari PT. Golden Cup Seafood dapat dilihat pada lampiran 6.4.4. Sarana dan Prasarana

Setiap Perusahaan memerlukan Sarana dan Prasarana yang mendukung unit usaha untuk memaksimalkan hasil produksi yang diharapkan. PT. Golden Cup Seafood memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kelancaran proses produksi. Fasilitas yang dimiliki perusahaan adalah sebagai berikut:1. Fasilitas Bangunan

Bangunan PT. Golden Cup Seafood dibangun dengan tujuan untuk mendukung kegiatan produksi yang didesain dengan berbagai pertimbangan agar tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi mulai dari penerimaan bahan baku sampai produk akhir siap dipasarkan. Bangunan yang didirikan oleh PT. Golden Cup Seafood yaitu bangunan dua lantai, yaitu lantai dasar sebagai ruang pusat proses produksi dan lantai atas terdiri dari ruangan kantor perusahaan ini. Ruang proses produksi ini terdiri dari ruang penerima bahan baku, ruang sortir, ruang pencucian, ruang penyusunan, ruang pembekuan, ruang pengemasan, ruang penyimpanan.

Bangunan penunjang kegiatan produksi PT. Golden Cup Seafood antara lain pos satpam, tempat parkir, loker pria dan wanita, kamar mandi, gudang, dan ruang sanitasi.

2. Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi yang diperlukan untuk menunjang aktivitas proses produksi PT. Golden Cup Seafood adalah peralatan-peralatan sebagai berikut :

1. Keranjang sebagai tempat meletakkan ikan saat penerimaan bahan baku.2. Timbangan digital untuk menimbang ikan.3. Meja produksi terbuat dari stainless steel berbentuk persegi panjang ukuran 2,5x1,5m dengan tinggi 1m.4. Semi contact digunakan untuk membekukan ikan dan kelas cephalopoda dengan suhu 32C.5. Air Blast freezer sebagai tempat membekukan ikan.6. Cold storage yang digunakan untuk tempat penyimpanan ikan dengan suhu -14,1C.

7. Pan digunakan sebagai tempat meletakkan ikan untuk dibekukan tergantung dengan jenis ikan.8. Kardus sebagai bahan kemasan sekunder ikan seloncong beku.9. Plastik PE sebagai bahan kemasan primer ikan seloncong beku.10. Apron yang berbahan karet.11. Sarung tangan dan sepatu boots.12. Jaket tebal dan untuk digunakan para pekerja di dalam unit cold storage 13. Masker tebal untuk mengurangi resiko masuknya udara dingin kedalam sistem pernafasan para pekerja di cold storage.14. Selang untuk mengalirkan air pada proses pembersihan.15. AC untuk menjaga agar suhu ruangan produksi tetap dingin.

16. CCTV untuk pengawasan dan keamanan.17. Ice crusher untuk menghancurkan es balok.18. Rak untuk meletakkan ikan didalam cold storage yang sebelumnya telah dibekukan di semi contact.19. Penerangan berupa lampu yang memadai untuk proses produksi.20. Sebuah mobil operasional untuk pengangkutan bahan baku maupun produk.21. Alat kebersihan berupa sapu, sikat, sekop, dan lap.4.5. Kapasitas Produksi

PT. Golden Cup Seafood didukung dengan sarana dan prasana yang mampu untuk melakukan produksi ikan seloncong beku ekspor dalam setahun sampai dengan minimal 50 ton. Ikan seloncong dibekukan dengan menggunakan semi contact. Perhitungan kapasitas produksi tergantung pada permintaan konsumen dan bahan bakunya. Cara penyusunan ikan seloncong di atas pan dengan susunan Ikan. Bentuk dan ukuran pan yang digunakan untuk meletakkan ikan sesuai dengan jenis ikan. Bentuk pan ikan seloncong adalah memanjang dan ukuran pan ikan seloncong yang sering digunakan adalah dengan kode produksi seperti 30/40 yang berarti pan tersebut berisi ikan seloncong dengan berat antara 30 gram hingga 40 gram perekor. Kapasitas untuk penyimpanan ikan beku dalam Cold storage I yaitu 600 ton dan Cold storage II yaitu 400 ton, namun pada saat praktik magang cold storage II dalam keadaan kosong dan nonaktif guna menghemat konsumsi listrik karena jumlah ikan didalam cold storage 1 cenderung tetap dan ikan yang disimpan masih bisa dimuat didalam cold storage 1.V. PENANGANAN IKAN SELONCONG EKSPOR

5.1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada proses produksi di PT. Golden Cup Seafood adalah bahan baku basah dan utuh. Bahan baku tersebut diperoleh dari beberapa kapal yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Bahan baku ikan seloncong diterima dalam bentuk ikan segar dan dilakukan proses penanganan ikan segar dan di jadikan produk beku yang dikemas dengan kemasan primer berupa plastik PE dan kemasan sekundernya berupa kardus dan disimpan didalam cold storage agar tidak terjadi kemunduran mutu saat proses penerimaan ketangan konsumen.

Sumber: Khairi, 2014Gambar 3. Bahan baku ikan seloncong segar5.2. Bahan Tambahan

Bahan pembantu dan tambahan yang digunakan PT. Golden Cup Seafood adalah sebagai berikut :

1. Air

Air merupakan bahan pembantu yang diperlukan dalam proses produksi dan sebagai sarana kebersihan serta sanitasi baik itu sanitasi ruangan, alat, maupun sanitasi karyawan. Air di beli dari usaha pengelolaan air bersih yang belokasi di komplek PPS Belawan yang telah mengantongi izin kelayakan air bersih.

2. Es

Es merupakan bahan pembantu yang digunakan untuk mendinginkan bahan baku ikan seloncong agar mutu tetap segar selama proses produksi berlangsung. Es yang digunakan harus memenuhi standar mutu yang berlaku yaitu air yang digunakan untuk membuat es harus memenuhi persyaratan air minum. Sebelum proses produksi, es balok harus mengalami proses penghancuran terlebih dahulu menggunakan ice crusher agar menghasilkan hancuran es, dan hancuran es ini digunakan saat dilakukannya proses pencucian ikan seloncong dengan gabungan es dan air agar suhu ikan tetap rendah, dan pengambilan panas oleh hancuran es ini lebih cepat karena hancuran memiliki permukaan yang lebih luas sehingga menjangkau seluruh permukaan ikan sehingga memperkecil resiko kemunduran mutu. Es yang didapatkan di beli dari pabrik es yang belokasi di komplek PPS Belawan yang juga menggunakan air bersih yang memiliki izin kelayakan air bersih sebagai bahan baku.5.3. Penanganan Ikan Seloncong Beku EksporIkan seloncong yang dihasilkan yaitu berupa ikan beku yang utuh dimana tidak melalui proses penyiangan terlebih dahulu. Proses pembekuan dianggap penanganan terbaik untuk ikan seloncong karena pembekuan tidak mengalami perubahan tekstur bau dan rasa sehingga bisa diolah keberbagai makanan, metode pembekuan ini dapat memperpanjang kesegaran dalam jangka waktu tertentu dan hanya sedikit menurunkan mutu ikan, dengan begitu tidak perlu penambahan bahan pengawet yang bila masuk melalui makanan dan menumpuk ditubuh akan menyebabkan masalah kesehatan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan terdapat beberapa proses penanganan ikan seloncong beku ekspor yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:1. Ikan seloncong dari atas kapal di pindahkan ke dalam wadah besar yang berbahan fiber, lalu ditambahkan hancuran es dengan perbandingan 1:1 (ikan seloncong : es). Es didapatkan dari pabrik es balok yang beralamat dijalan Gabion, Hancuran es didapatkan dengan menghancurkan balok es dengan berat 55 kg kedalam penghancur es atau ice crusher. 2. Pengangkatan ikan seloncong dari atas kapal ke pabrik dengan menggunakan mobil pickup khusus yang memiliki bak anti karat karena dilapisi bahan stainless.

3. Ikan dimasukkan ke dalam keranjang berbahan plastik lalu dipindahkan ke ruang produksi, diruang produksi ikan dicuci, guna menghilangkan lendir dan kotoran. Pencucian ikan seloncong dilakukan dengan menggunakan air dingin guna mencegah terjadinya penurunan mutu pada saat proses penanganan.

4. Memisahkan ikan yang mengalami kerusakan fisik lalu dimasukkan ke wadah keranjang lain.

5. Pernyortiran selanjutnya yaitu memisahkan ikan menurut size dan berat ikan. Perusahaan ini menggunakan 4 size berat, yaitu 100-200 gram, 200-300 gram, 300-400 gram dan 400-500 gram. Setelah masing-masing ikan ditimbang dan didapatkan berat yang seragam, ikan dipindahkan kedalam loyang atau pan yang telah dilapisi plastik PE, setiap pan memuat ikan seberat 5 kilogram 6. Setelah itu ikan seloncong yang telah berada didalam pan tadi dimasukkan kedalam semi contact freezer untuk dilakukan proses pembekuan. Proses pembekuan dilakukan hingga 4-5 jam dengan suhu -32C untuk mendapatkan hasil beku yang maksimal.7. Setelah melalui proses pembekuan selama 4 jam, ikan seloncong tersebut diangkat dan dipindahkan ke rak.8. Setelah itu ikan seloncong beku dan beberapa komoditi ikan berukuran kecil yang lain tersebut diletakkan di meja produksi, untuk dikeluarkan dari dalam pan. Setelah itu, merapikan dan kembali ditutup dengan plastik PE dan dimasukkan kedalam kardus/kotak yang sudah di beri label lalu dilakban secara rapi. Label yang diberikan yaitu size ikan, nama perusahaan, dan tulisan made in Indonesia.9. Selanjutnya ikan seloncong dimasukkan ke Cold Storage yang bersuhu -14,1C guna mempertahankan kondisi beku ikan dan sebagai penyimpanan sementara sebelum dilakukan pendistribusian dan pengeksporan.10. Ikan seloncong ekspor dengan menggunakan kapal laut yaitu setiap 2 minggu sekali. Ikan dimasukkan kedalam peti kemas atau container khusus yang disebut Reefer container yaitu peti kemas yang memiliki sistem refrigrasi seperti cold storage di pabrik, guna mempertahankan mutu ikan selama ekspedisi pengeksporan. Untuk lebih jelasnya proses pembekuan ikan seloncong pada PT. Golden Cup Seafood, Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada bagan alur dibawah ini:

Penerimaan bahan baku ikan seloncong segar

Pencucian

Sortir kondisi ikan seloncong

Sortir ukuran ikan

Penimbangan ikan yang akan diproses

Pencucian

Penyusunan ikan Seloncong didalam pan

Pembekuan didalam semi contact

Pengemasan ikan seloncong beku

dibawa ke cold storage

5.4. Penerapan Standar Mutu dan Nilai Organoleptik

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan memiliki unit kerja dalam bidang pengawasan mutu ikan yang didaratkan yaitu Laboratorium Pengawasan Mutu. Melalui Laboratorium Pengawasan Mutu PPS Belawan, ikan-ikan yang diterima di PT. Golden Cup Seafood diperiksa mutunya. Setiap bulan perusahaan mengirimkan sampel ke PPS Belawan untuk diperiksa kelayakan ikan beku yang akan dijual untuk dikonsumsi. Sampel hanya diperiksa dalam hal mengandung formalin atau tidak. Pemeriksaan secara organoleptik juga diperhatikan dalam penanganan ikan seloncong untuk menghindari pemulangan kembali produk yang telah sampai ke negara tujuan apabila mereka menemukan kemunduran mutu sehingga dikembalikan lagi ke perusahaan, hal ini beresiko karena perusahaan diharuskan untuk membayar biaya pengiriman pengembalian ikan yang ditolak tersebut.5.5. Pemasaran

Salah satu kegiatan penting dalam setiap perusahaan di samping produksi dan pembelanjaan adalah pemasaran. Secara sederhana, pemasaran adalah segala aktivitas yang dikerjakan untuk memindahkan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen.

Ikan seloncong yang sudah dibekukan pada PT. Golden Cup Seafood, akan di distribusikan ke negara pengimpor di Asia seperti Taiwan, Jepang, Malaysia, dan Singapura dengan menggunakan alat transportasi berupa kapal laut yang datang langsung dari perusahaan yang membeli ikan seloncong tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh, Ikan seloncong segar yang dibeli dari nelayan seharga Rp.5.000,00/kg. Sedangkan ikan seloncong beku dijual seharga Rp.12.000,00/kg. Pada tahun 2013 produksi ikan seloncong mencapai 64 ton dan harga ikan seloncong tersebut disesuaikan dengan hasil tangkapan ikan seloncong setiap bulannya.

Produksi jenis ikan beku ekspor di PT.Golden Cup Seafood dari tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Produksi Jenis Ikan Ekspor di PT. Golden Cup Seafood tahun 2013NoJenis IkanJumlah (Ton)

1Beloso70

2Seloncong64

3Kipang45

4Tongkol40

5Baby Octopus35

6Bawal Putih35

7Cumi-Cumi30

8Sokat (Sotong katak)29

9Udang kipas20

10Tenggiri Batang15

Total383

Sumber: PT.Golden Cup Seafood, 20145.6. Penanganan Limbah dan Sampah

Limbah yang dihasilkan oleh PT. Golden Cup Seafood terdiri dari limbah cair. Limbah cair berasal dari sisa es yang sudah mencair, dan air bekas pencucian ikan. Kemungkinan Pencemaran yang terjadi adalah pencemaran udara berupa aroma berbau busuk, namun begitu limbah padat masih dihasilkan dalam jumlah sangat sedikit. Limbah padat yang dihasilkan berjumlah sedikit karena produk akhir dari pembekuan ini yaitu berupa ikan utuh yang tidak mengalami proses penyiangan.

VI. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam melakukan suatu proses produksi. Bahan baku yang digunakan PT. Golden Cup Seafood adalah ikan seloncong yang bersifat musiman dan ketersediaannya yang masih tergantung dari hasil alam serta masih mengandalkan dari kegiatan penangkapan di laut yang menyebabkan ketersediaan bahan baku untuk kegiatan produksi perusahaan tidak stabil. Hal ini menyebabkan proses produksi perusahaan menjadi tidak menentu, terkadang bahan baku untuk proses produksi melimpah, terkadang proses produksi mengalami kekurangan bahan baku. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan hendaknya dapat menjalin kerja sama lebih luas lagi dengan berbagai sumber penyuplai bahan baku terpercaya yang dapat menyuplai bahan baku dan mutu ikan seloncong yang diperoleh juga terjamin.Bahan baku ikan seloncong yang diterima oleh PT. Golden Cup Seafood berasal dari berbagai daerah dan berbagai jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan seloncong dan tidak menutup kemungkinan bahwa bahan baku tersebut telah mengalami penurunan mutu akibat adanya pertumbuhan mikroba yang masuk melalui bagian tubuh yang terluka. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya bahan baku yang telah diterima diperiksa terlebih dahulu mutunya. 6.2. Sanitasi Sanitasi merupakan indikator untuk menilai baik buruknya suatu mutu hasil perikanan, sanitasi yang diterapkan di PT. Golden Cup Seafood sebenarnya sudah mewajibkan melakukan sanitasi bagi pekerja akan tetapi kurangnya pengawasan dan kesadaran pekerja terhadap sarana produksi seperti pan, keranjang, yang kurang di bersihkan karena adanya sisa sisik, sirip, lendir, kotoran yang menempel sehingga berpotensi mempercepat penurunan mutu ikan. Apabila pemakaian alat-alat tersebut berulang kali akan menyebabkan kontaminasi kedalam ikan yang sedang ditangani menyebabkan kemunduran mutu, oleh sebab itu sebaiknya karyawan harus teliti dan dibersihkan hingga kotorannya hilang sehingga alat tersebut aman dipakai. Selain itu fasilitas seperti keran dan wastafel yang berada dekat pintu masuk utama dalam kondisi berkarat dan tersumbat, kegiatan sanitasi hanya di lakukan di wastafel kecil yang berada di dekat ruang produksi.VII. KESIMPULAN DAN SARAN7.1. Kesimpulan

Dari hasil praktek magang yang telah dilakukan dapat disimpulkan PT. Golden Cup Seafood merupakan salah satu perusahaan di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan yang memproduksi produk perikanan beku dengan sarana dan prasarana yang lengkap, salah satu jenis ikan yang dibekukan adalah ikan seloncong (Sillago sihama) yang didalam perdagangan internasional dikenal dengan nama Whiting Fish. Pembekuan ikan seloncong ini melalui proses pembekuan lambat menggunakan semi contact plate freezer dan disimpan didalam ruangan cold storage.Perusahaan ini melakukan proses penanganan dan produksi yang cepat dan sesuai dengan cara produksi serta standar yang ditetapkan. Proses penanganan ikan seloncong beku ekspor meliputi bahan baku, proses penanganan dalam memproduksi ikan seloncong beku dengan prosedur yang telah ditetapkan, pemasaran, dan penerapan standar mutu dan nilai organoleptik serta penanganan limbah hasil produksi. Perusahaan ini juga mendapat kendala yaitu permasalahan menghadapi kekurangan jumlah bahan untuk melakukan proses produksi atau bahkan tidak ada proses produksi karena bahan baku yang tidak tersedia.7.2 SaranAdapun saran yang diberikan dalam praktek magang ini yaitu sehubungan dengan jumlah bahan baku yang terbatas, diharapkan perusahaan lebih memperbanyak produksi ikan beku, dan pembelian dari nelayan untuk beberapa jenis ikan pada saat melimpahnya jumlah ikan tersebut dan perusahaan berkewajiban memberikan perhatian khusus dalam penanganan limbah yang dihasilkan. Untuk memaksimalkan keamanan, Kepala produksi sebaiknya melakukan pengarahan dan pemantauan terhadap pekerja, sehinga pekerja terbiasa melakukan Hygiene pribadi dan merawat fasilitas kebersihan yang dinilai cukup memadai, Diharapkan juga perusahaan Memberikan tempat yang dibutuhkan pekerja selama jam istirahat atau sekedar menunggu datangnya bahan baku.DAFTAR PUSTAKAAdawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: PT. Bumi AksaraDahlia, Desmelati, Mery Sukmiwati. 2013. Bahan Ajar Refrigerasi Hasil Perikanan. Pekanbaru: Universitas RiauDepartemen Kesehatan RI [Depkes]. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPM dan PLDesrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI

Kuncoro, E B. dan Wihartono,F.E A. 2009. Ensiklopedi Populer Ikan Air Laut. Yogyakarta: Lily Publisher

McKay, R.J. 1992. FAO Species Catalogue, Vol. 14. Sillaginid fishes of the world (family Sillaginidae). An annotated and illustrated catalogue of the Sillago, smelt or Indo-Pacific whiting species known to date. FAO Fish. Synops. No. 125,Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Penebar SwadayaPouet, M . Marcoux, G. dan Thomas, O. 2006. Wastewater Quality Monitoring and Treatment. Sausalito, California: University Science Books

Syamsir, Elvira. 2008. Prinsip Pembekuan/Freezing. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1799740-prinsip-pembekuan-freezing-pangan/. Diakses pada tanggal 9 januari 2014Widodo, J dan Suadi. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Widyati, R. dan Yuliahsih. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: PT Gramedia Widiarsana Indonesia

http://recipeofhealth.com/ Judul : fresh frozen whiting fillets. Tanggal diakses: 12 Oktober 2014

Ir. Mangasi Siagian

iv

v

Staffing/penyususan