Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
-
Upload
destini-puji-lestari -
Category
Documents
-
view
272 -
download
7
Transcript of Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
1/45
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. S DENGAN POST OPERASI KRANIOTOMI
DI RUANG MAWAR II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Seminar Praktik Klinik Tahap Akademik Kompetensi
Keperawatan Medikal Bedah
Pembimbing Klinik :
Pembimbing Akademik : Ns. Nana Rohana, S.Kep.,MN
Oleh
Anis Hidayah 22020111130049
Destini Puji Lestari 22020111130032
Inneke Septiani 22020111130041
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
2/45
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
3/45
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangTumor otak sendiri yaitu adanya lesi yang mendesak ruang bersifat jinak
maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (muttaqin, 2008)
Pada beberapa kasus tumor otak dapat menyebabkan adanya peningkatan intra cranial
dan apabila tidak segera ditanggani akan mengakibatkan adanya gagal nafas dan gagal
jantung. Penangganan dengan cara melakukan kraniotomi.
Kraniotomi itu sendiri adalah adalah melubangi tengkorak, yang umumnya
dilaksanakan bila terdapat tumor, darah, atau gumpalan darah, ataupun fraktur pada
kubah yang dapat menekan otak. (pearce. 2008). Operasi kraniotomi dapat
mengakibatkan peningkatan TIK. Cedera terhadap saraf cranial, kejang karena
gangguan kortil dan infeksi .
Berbagai permasalahan dapat ditimbulkan karena kasus ini yang mana
permasalahan tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik
secara fisik, psikis, social maupun spiritual. secara fisik dapat menganggu kperfusi
jaringan otak , gangguan rasa nyaman nyeri, pola nafas, juga dapat mengakibatkan
adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Secara psikis penyakit
ini dapat menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body image, ataupun
bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bisa mengakibatkan
kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan
secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau mungkin
sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.
Melihat hal dan permasalahan diatas penulis mencoba mengangkat
permasalahan tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling tidak
penulis bisa meringankan beban yang dialami penderita
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan ini adalah terdokumentasinya asuhan
keperawatan pada pasien dengan post kraniotomi
2.
Tujuan Khusus
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
4/45
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai anatomi fisiologi
penyakit tumor intracranial: post craniotomy
b.
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi tumor intracranial
dan post craniotomy
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai etiologi terjadinya
tumor intracranial dan post kraniotomi
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai patofisiologi tumor
intracranial
e. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fisik kepada pasien dengan tumor
intracranial
f. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang kepada pasien dengan
tumor intrakranial
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai manifestasi klinis
tumor intracranial
h.
Mahasiswa mampu menyusun dan menaplikasikan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan tumor intrakranial
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
5/45
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
a. Tumor Otak
Tumor otak adalah lesi intracranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) atau ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intracranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor
berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan
lain-lain disebut sebagai tumor otak sekunder (Mayer, SA. 2002).
Tumor intracranial atau tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf
pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua
proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis
spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik
seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak termasuk juga tumor yang
berasal dari sel penunjang (neuralgia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak
(Padmosantjojo, 2002).
Tumor atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi tumor primer dan
tumor sekunder atau metatastik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak,
meningen, hipofisis, dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah suatu metatastis
yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa berasal dari paru-
paru, mammae, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus. Tumor ganas itu dapat pula
masuk ke ruang tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu dengan melalui foramina
basis kranii, seperti misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring
(Stephen, 2012).
Klasifikasi tumor otak (Baticaca, 2008):
Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak
1) Acoustic neuroma
2)
Meningioma
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
6/45
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya.
Pasien usia tua sering kali terkena dan perempuan lebih sering terkena
dari laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah
sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan CT scan
otak.
3) Pituitary adenoma
4) Astrocytoma (grade 1)
b. Malignant
1) Astrocytoma )grade 2,3,4)
2) Oligodendrolioma
b.
Kraniotomi
Kraniotomi adalah setiap tindakan bedah dengan cara membuka sebagian tulang
tengkorak (cranium) untuk dapat mengakses struktur intracranial. Kraniotomi
berarti membuat lubang (-otomi) pada tulang cranium. Operasi dilakukan di rumah
sakit yang memiliki departemen bedah saraf dan ICU (Harvey, 2005).
Kraniotomi adalah melubangi tengkorak, yang umumnya dilaksanakan bila terdapat
tumor, darah, atau gumpalan darah, ataupun fraktur pada kubah yang dapat
menekan otak (Pearce, 2009).
2.
ETIOLOGI
a. Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
banyak penelitian yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau
adalah:
1) Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astricytoma dan neufibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota keluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Struge-Webery yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditass yang kuat pada
neoplasma.
2)
Radiasi
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
7/45
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
8/45
Komplikasi Kraniotomi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pasca bedah intracranial atau
kraniotomi adalah sebagai berikut (Khurana, 2012):
1)
Peningkatan tekanan intracranial
2) Perdarahan dan syok hipovolemik
3) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
4)
Nyeri
Nyeri pasca kraniotomi sering terjadi dan derajat nyerinya mulai dari sedang
sampai berat. Nyeri ini dapat dikontrol dengan penggunaan: scalp infiltrations,
pemblokiran saraf kulit kepala, pemberian parexocib dan morphine-morphine
merupakan pereda rasa nyeri yang paling efektif.
5)
Infeksi
Meningitis bacterial dapat terjadi pada individu yang menjalani kraniotomi
6) Kejang
Pasien diberikan obat anti kejang selama tujuh hari pasca operasi. Biasanya
pasien diberikan Phenytoin, akan tetapi penggunaan Levetiracetam semakin
meningat karena risiko interaksi obat yang lebih rendah.
7) Kematian
Pada usia lanjut dengan gangguan neurologis memiliki angka kematian
tertinggi setelah dilakukan tindakan kraniotomi. Sebagian besar kematian pasca
operasi disebabkan oleh komplikasi neurologis seperti hematoma, edema
disertai herniasi, atau progresi tumor. Pada sumber lain disebutkan bahwa
presentasi kematian dapat mencapai 65% pada pasien kraniotomi terbuka
dengan indikasi evaluasi hematoma serebal. Kematian dapat terjadi saat pasien
sedang dibawah pengaruh anesthesia dan beberapa rekasi yang sangat jarang
terjadi, dengan presentase dibawah 1%.
3. PATOFISIOLOGI
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central venous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang
mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadinya gangguan
neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intracranial) (Price
& Wilson, 2005)
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
9/45
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua
faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial (TIK).
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut
dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan beberapa faktor seperti bertambahnya massa
dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas
menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan
tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar otak, menimbulkan peningkatan volume
intracranial dan meninngkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi
ini meliputi volume darah intracranial, volume CSS, kandungan cairan inrtasel, dan
mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak disarankan akan
mengakibatkan herniasi ulkus serebellum.
Herniasi ulkus timbul jika girus medialis temporalis bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial karen adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon. Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan
cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat
adalah bradikardi, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan (Baticaca, 2008).
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
10/45
4. MANIFESTASI KLINIS
a.
Nyeri kepala
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
11/45
Merupakan gejala awal pada 20% penderita tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala
berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava
dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50%
penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80% dan
terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri
alih ke oksiput dan leher.
b. Perubahan status mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood,
dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan
tumor lobus frontal dan temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak
ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
c. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada
tumor di lobus frontal baru kemudian menyerang lobus parietal dan temporal.
d. Edema papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan
teknik neuromaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya
tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema
papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,
penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur
yang tidak menetap.
e.
Muntah
Mual (nausea) dan muntah (vomit) terjadi sebagai rangsangan pusat muntah
pada medulla oblongata. Sering berhubungan dengan peningkatan TIK yang
disertai pergeseran batang otak (Baticaca, 2008).
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor
tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang kali
pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual
menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
(Price & Wilson, 2005)
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
12/45
a. Arterigrafi atau ventricolugram: untuk mendeteksi kondisi patologi pada
system ventrikel dan cistern
b.
CT-Scan: Dasar dalam menentukan diagnosa
c. Radiogram: memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang mengapur, dan posisi
selaturiska
d. Elektroensefalogram (EEG): member informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron
e. Ekoensefalogram: member informasi mengenai pergeseran kandungan
intraserebral
f. Sidik otak radioaktif: memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari
zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
6. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan tumor intracranial diantaranya,
(Muttaqin, 2005) :
a. Keluhan utama
hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya
gangguan fokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang dan
penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah,kejang dan penurunan tingkat
kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan
tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam intracranial.
Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive dan koma.
c. Riwayat penyakit dahulu
kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu
e.
Pengkajian psikospiritual
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
13/45
mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme
koping untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif. Pola penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan
memecahkan masalah karena gangguan proses berfikir dan kesulitan
berkomunikasi. Pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang
melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh klien.
f.
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla
oblongata didapatkan adanya kegagalan napas
B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medulla
oblongata, tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal dan tidak ada
peningkatan Heart rate.
B3 (Brain)
Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis,
bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala,
muntah dan papiledema.
g.
Pengkajian saraf cranial
- Saraf I. pada klien tumor intracranial yang tidak mengalami kompresi saraf
ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
- Saraf II. Gangguan lapang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan
visual. Papiledemi disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan
pembengkakan papilla saraf optikus.
- Saraf III, IV,VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya gliblastoma multiformis
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
14/45
- Saraf V. pada tumor intracranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak
ada kelainan pada fungsi saraf ini.
- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
- Saraf VIII. Pada neurolema didadapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinnitus dan haluksinasi pendengaran yang mungkin
diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang
berbatasan.
- Saraf IX dan X. kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan
membuka mulut.
- Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
- Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, indera
pengecapan normal.
h. Pengkajian Sistem Motorik
Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebelum mengakibatkan gangguan
pergerakan. Gangguan ini bervariasi, bergantung pada ukuran dan lokasi
spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan dalam koordinasi berpakaian
merupakan cirri khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis.
i.
Pengkajian Refleks
j. Gerakan involunter pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada area
fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum, terutama pada
tumor lobus oksipital.
k. Pengkajian Sistem Sensorik
Nyeri kepala merupakan gejala umum, disebabkan oleh traksi dan pergeseran
struktur peka-nyeri dalam rongga intracranial. Tumor pada lobus parietal
mengakibatkan hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi
sensorik.
B4 (Bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas
B5 (Bowel)
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual-muntah.
B6 (Bone)
Adanya kesulitan beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori dan
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
15/45
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d hipoksia serebral
b. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
c. Risiko ketidakseimbangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
(mual-muntah)
d. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (lesi pada otak)
8. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx. Kep Tujan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral b.d
hipoksia
serebral
NOC :
- Circulation status
-
Tissue perfusion :
cerebral
Kriteria hasil :
-
Status sirkulasi normal
: tekanan systole-
diastole dalam rentang
normal, pernapasan
normal
- Memiliki kemampuan
kognitif yang baik :
berkomunikasi dengan
jelas, mampu berfokus
dan berespon dalam
komunikasi
- Menunjukkan fungsi
sensori motorik yang
baik : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
involunter.
NIC :
Peripheral sensation
management
- Monitor adanya paretese
- Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
pada panas/dingin/
-
Monitor adanya lesi pada
kulit
- Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
-
Monitor kemampuan BAB
- Monitor adanya
tromboplebitis
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
16/45
2. Ketidakefektifan
pola napas b.d
hiperventilasi
NOC
Pola Nafas Efektif
Setelah dilakukan
intervensi selama
3x24jam, klien mampu
1.Ekspansi dada optimal
simetris kanan dan kiri
2.
menyatakan tidak
sesak nafas
3.RR 16-24x/menit
4.Irama teratur
Manajement Breathing
1. monitor irama, frekuensi,
kedalamanan pernafasaan
2. monitor pola nafas :
bradipnoe, takipnoe,
hiperventilasi
3. catat pergerakan dada,
kesimetrisan dada, dan
penggunaan otot bantu
pernafasaan
4.palpasi ekspansi dada
5. auskultasi suara nafas
6.
berikan posisi semi fowler
7. ajarkan cara nafas dalam
Manajement jalan nafas
1.
kaji kepatenan jalan nafas
2.ajarkan batuk efektif
3. lakukan section dengan
prinsip 3A(aseptic,asianotik,
atraumatk)
4.pertahankan masukan cairan
sesuai kebutuhan, monitor
adanya kontraindikasi
Terapi Oksigen
1.
berikan terapi oksigen nasa
kanul, SM,RM,NRM sesuai
kebutuhan
2.
Monitor aliran oksigen
3.monitor keefektifan terapi
oksigen
4.
monitor kecemasaan pasien
terhadap oksigen
3. Risiko NOC: NIC :
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
17/45
kekurangan
volume cairan
b.d kehilangan
volume cairan
aktif (mual-
muntah)
- Fluid Balance
- Hydration
Kriteria hasil :
- Mempertahankan urine
output dalam batas
normal
- Tekanan darah, nadi,
suhu dalam batas
normal
- Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi : turgor kulit
elastic, membrane
mukosa lembab, tidak
ada haus berlebihan
Fluid Management
-monitor status hidrasi
(kelembaba membrane
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah normal)
- monitor vital sign
-monitor masukan
makanan/cairan
-anjurkan klien untuk
memperbanyak makan
Hypovolemia Management
- Monitor masukan dan
keluaran cairan
- Monitor Hb dan Ht
- Monitor berat badan
-
Monitor pemberian IV line
4. Nyeri akut b.d
agens cedera
biologis
NOC :
Pain Level
Setelah dilakukan
intervensi selama
3x24jam, klien mampu
1. tak ada keluahan nyeri
2.
ekspresi wajah rileks
3.bebas nyeri saat
aktivitas
4.
TD 100/70-
120/80mmHg
5.MAP 70-100mHg
6.
HR 60-100x/menit
skala nyeri berkurang
atau 0
Pain Management
1.kaji nyeri (PQRST)
2.
monitor tanda vital dan skala
nyeri secara teratur
3.observasi reaksi non verbal
4.jelaskan penyebab nyeri
5.
ajarkan teknik relaksasi atau
distraksi
6.jalskan kativitas yang dapat
dilakukan selama periode
nyeri
7.batasi pengunjung terutama
selama periode nyeri
8.minimalkan stimulasi
penyebab nyeri
9.
kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian analgesic
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
18/45
Daftar Pustaka
Baticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2005.Pengantar Asuhan Keperawatan Pada System Saraf. Jakarta :
Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 2. Yogyakarta:
MediAction
Price SA, LM Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
volume 1 edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Stephen, H. 2012.Brain Neoplasma. Access onwww.emedicine.comMarch, 9th2014.
http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/ -
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
19/45
BAB III
TINJAUAN KASUS
I.PENGKAJIAN
1.IDENTITAS
a. Tanggal pengkajian : 22 April 2014 jam 08.00 WIB
b.Tanggal masuk : 28 Maret 2014 jam 16.00 WIB
c. Ruangan : Mawar 2
d.diagnose medis : post kraniotomi tumor otak
e.
Identitas
Nama : Ny. T
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Sukoharjo, Surakarta
Penanggung Jawab
a.Nama : Tn. S
b.Umur : 71 tahun
c. Pendidikan : SD
d.
Pekerjaan : Petanie. Suku : Jawa
f. Bahasa : Indonesia
g.Alamat : Sukoharjo, Surakarta
h.No telpon : 085727xxxxx
2.
KELUHAN UTAMA
Saat pengkajian, klien mengalami penurunan kesadaran : tidak bisa berkomunikasi
dengan baik (kadang berbicara namun tidak dapat dimengerti), hanya membuka mata,
pergerakan pada anggota tubuh sangat lemah. Nilai GCS = 10, E4M4V2, kesadaran
delirium. Suhu tubuh 38.70C.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
10 hari yang lalu, klien menjalani operasi kraniotomi tumor otak pada bagian
temporoparietalis. 5 hari pasca operasi, klien mengalami demam tinggi (suhu 390C),
tekanan darah 160/100 mmHg, bicara tidak bermakna dan pergerakan pasif pada
kedua ekstremitas.
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
20/45
4.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien memiliki riwayat hipertensi (180/110 mmHg) sejak 15 tahun yang lalu (2003).
Keluarga klien mengatakan, klien sering mengeluhkan sakit kepala sejak 2 tahun yang
lalu. Klien pernah menjalani perawatan di RS. Dr. Oen Surakarta 1.5 bulan yang lalu,
yaitu tanggal 10 Maret 2014 selama 10 hari, dan dinyatakan menderita tumor otak,
setelah itu klien pulang (belum dilakukan pembedahan). Selama di rumah, keadaan
klien memburuk, yaitu suhu 38.50C, sakit kepala hebat, bicara tidak jelas dan sulit
bergerak. Pada tanggal 22 Maret 2014 klien dibawa ke RSUD Sukoharjo, dirawat 1
hari, lalu dirujuk ke RSDM Surakarta (23 Maret 2014). Klien menjalani perawatan di
Ruang Mawar 3 selama 1 minggu. Klien kejang 1x, kemudian dipindah ke Ruang
HCU. Klien menjalani pembedahan kraniotomi pada tanggal 12 April 2014, lalu
menjalani perawatan di Ruang Mawar 1.
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit TBC, hepatitis, hipertensi, Diabetes
Melitus, dan penyakit menurun lainnya.
Genogram
Keterangan:
Laki-laki klien
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
21/45
Perempuan meninggal dunia
---------- tinggal 1 rumah
6. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Klien lemah, tidak bisa berkomunikasi dengan baik (kadang berbicara namun tidak
dapat dimengerti), hanya membuka mata, pergerakan pada anggota tubuh sangat
lemah. Suhu tubuh 38.70C.
B. Kesadaran
Delirium GCS : E4M4V2
C. Vital Sign
TD : 150/100mmHg
T : 38.50C
N : 120x/menit
RR : 24x/menit
SpO2 : 92%
D. Kepala dan Rambut
bentuk kepala mesocephal, tidak ada rambut, terdapat luka post kraniotomi
sepanjang 7cm dibagian temporal parietalis kanan dan 5cm di atas telinga.
E.
Mata
I : sclera tidak ikterik, konjunctiva anemis, bola mata bulat berwarna hitam,
kornea berwarna putih, refleks pupil terhadap cahaya isokor, tidak ada lesi,
penyebaran bulu mata dan alis mata merata.
F. Hidung
I : Tidak terdapat luka di hidung klien. Lubang hidung klien simetris kanan dan
kiri. Klien terpasang nasal kanul 02 2 liter/menit. Tidak ada polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
G. Mulut
I : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, lidah berwarna putih pucat, tidak ada
stomatitis, posisi lidah, terdengar snoring,posisi lidah ????
H. Telinga
I : Bentuk simetris antara kanan dan kiri. Lubang telinga bersih, tidak ada
serumen.
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
22/45
I. Leher
I : tidak ada pembesaraan kelenjar tiroid, tidak ada pembesaraan vena jugularis,
Pa : tidak ada massa, trakea di tengah (kanan-kiri sama, tidak ada deviasi trakea)
J. Paru-Paru
I : bentuk dada pigeon chest, ekspansi dada kanan-kiri asimetris (nampak
menurun pada bagian kiri), terdapat otot bantu pernafasaan diafragma, ekspirasi
lebih panjang (I : E = 1:2), RR: 24x/menit
Pa : tidak ada nyeri tekan dan krepitasi, taktil fremitus kanan-kiri teraba lemah
Pe : Terdengar bunyi sonor.
Au: Terdengar bunyi vesikuler pada lapang paru
K. Jantung
I : bentuk dadapigeon chest, warna kulit sama, tidak ada lesi dan jaringan parut,
iktus kardis tidak terlihat
Pa : iktus kardis tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan krepitasi, kulit kering.
Pe : bunyi pekak, terdapat pelebaran batas jantung pada tepi kanan dan kiri: batas
atas jantung di SIC ke-2 garis parasternal kiri, batas bawah jantung di SIC ke-5,
batas kiri jantung di SIC ke-6 garis midklavikula kiri, batas kanan jantung di SIC
ke-5 midsternal kanan
Au : Bunyi jantung I dan II terdengar normal lup-dup, tidak ada bunyi tambahan,
HR : 120x/menit
L. Abdomen
I : bentuk cembung, warna kulit sama, tidak ikterik, tidak ada lesi, perut tidak
mengkilat
Au : bising usus klien 10x/menit
Pe : terdapat bunyi timpani.
Pa : tidak teraba massa, tidak teraba pembesaraan hati, limpa
M.Genetalia dan Anus
tidak terdapat ruam pada perianal, terpasang DC pada tanggal 13 April 2014.
N. Ekstremitas Atas
I : tidak ada lesi, tidak ada jari tabuh, warna kuku merah pucat, tidak ada
sianosis dan inflamasi
Pa : turgor tulit 3 detik, capillary refill time3 detik, tidak ada oedem, akral hangat,
nadi teraba lemah, kekuatan otot 3|3
O. Ekstremitas Bawah
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
23/45
I : tidak ada lesi, tidak ada sianosis
Pa : turgor tulit 3 detik, capillary refill time 3 detik, tidak ada oedem, akral
hangat, nadi teraba lemah, kekuatan otot 3|3
P. Kulit
I : Terdapat luka ulkus dekubitus pada bagian sacrum : diameter 10cm, tebal
1cm, berbau, nampak kemerahan, tidak ada jaringan nekrosis, terdapat pus
berwarna kekuningan, dilakukan perawatan luka 1x/hari.
Pa : terdapat pus berwarna kekuningan
Penilaian derajat dekubitus berdasarkanBraden Score
No. Faktor resiko Hasil Nilai
1. Kemampuan persepsi sensori :
Berespon terhadap tekanan yang
berhubungan dengan
ketidaknyamanan
Sangat terbatas 2
2. Kelembaban :
Derajat kulit yang terpapar
kelembaban
Kadang-kadang
lembab
3
3. Aktivitas :
Derajat aktivitas fisik
Baring total 1
4. Mobilitas :
Kemampuan merubah atau
menahan posisi tidur
Sangat terbatas 2
5. Nutrisi :
Pola intake makanan, puasa,
TPN
Tidak adekuat 2
6. Gesekan Potensial
bermasalah
2
Total
Kesimpulan
11
Resiko tinggi
Q. Neurologis (Nervus Cranial/ NC)
1.NC I Olfaktorius : klien mampu berespon terhadap bau
2.
NC II Optikus : lapang pandang klien berjarak 30 cm
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
24/45
3.NC III Okulomotor : gerak mata terbatas, dilatasi pupil normal
4.NC IV Troklearis : klien tidak mampu menggerakkan bola mata ke atas-ke
bawah
5.NC V Trigeminalis : wajah tampak relaksasi, otot rahang mampu bergerak
untuk mengunyah
6.
NC VI Abdusens : gerak mata ke samping normal
7.NC VII Fasial : wajah mampu digerakkan, bibir bergerak saat
mengerang
8.NC VIII Vestibulokoklear : mampu mendengar bunyi namun responnya lemah
9.NC IX Glossofaringeus : mampu mengecap, merasakan makanan, lidah
mampu bergerak
10.
NC X Vagus : terdapat gerakan pita suara saat mengerang
11. NC XI Assesorius spinal : gerakan kepala dan bahu terbatas
12. NC XII Hipoglossus : lidah bergerak saat bicara, artikulasi tidak jelas,
mampu menelan namun tidak maksimal
7. Pengajian Fungsional
A. Oksigenasi
Klien terpasang nasal kanul 2 liter/menit, RR: 36x/menit, nafas cepat dan dangkal.
B.
Nutrisi dan Cairan
No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji
1. Frekuensi makan 2 kali sehari 5-10 sendok
2. Jumlah makanan 1 porsi habis 1/41/3 porsi
3. Jenis makanan Nasi putih, telor, ikan,
sayur, buah
Bubur, biscuit, nasi
putih, buah
4. Alergi makanan Tidak ada Tidak ada
5.
Nafsu makan Cukup Kurang
6. Kebiasaan minum 6-8 gelas/hari 1-2 gelas/hari
IMT : BB / (TB)2 = 45/(1.52) = 45/2.25 = 20 (BAIK)
Intake cairan Output cairan
Air putih : 400 cc
Teh manis : 100 cc
Infus NaCl 0.9% 1500 cc
Urine : 1500 cc
Feses : 100 cc
Keringat : 100 cc
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
25/45
Injeksi : ceftriaone 5 cc, ranitidin
2 cc
Total : 2000 cc 1700 cc
C. Eliminasi
BAB
No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji
1. Frekuensi 1 kali sehari 1x/2 hari
2. Warna Kuning Coklat
3. Bau Khas Khas
4.
Konsistensi Lunak/lembek Lunak
BAK
No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji
1.
Frekuensi 5-6x/hari Terpasang DC sejak 13 April 2014
2.
Warna Kuning jernih Kuning jernih
3.
Bau Amoniak Amoniak
D. Termoregulasi
suhu klien 38,70C, kulit klien teraba hangat. Klien diberikan kompres hangat pada
dahi dan dada.
E. Aktivitas Latihan/Mobilisasi
Tabel Tingkat Kemandirian
Kemampuan Perawatan
Diri
0 1 2 3 4
Makan/minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Skala jatuh Morse/MorseFalls Scale
No. Variabel Hasil Nilai
1. Riwayat jatuh No 0
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dengan alat bantu
2
= dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
26/45
2. Diagnosis sekunder/ banding Yes 15
3. Alat bantu mobilisasi Bedrest/ asistensi
perawat
0
4. Pemakaian obat-obatan IV tertentu No 05. Gaya berjalan/ berpindah Immobile 0
6. Status mental Berorientasi pada diri
sendiri
0
Total Resiko rendah 15
F. Seksualitas
Klien menikah pada usia 18tahun. Klien merupakan seorang istri dank lien
memiliki 2orang anak.
G. Psikososial
Stress : Keluarga klien mengatakan klien tidak mengalami stress ataupun
tekanan batin. selama dirawat dimawar 2 klien hanya dapat membuka mata dan
kadang bergumang tidak jelas.
Koping : Keluarga klien secara bergantian menunggui klien. Dan keluarga klien
mengajak klien untuk berkomunikasi.
Peran Diri : Klien selama sakit tidak dapat melaksanakan perannya sebagai ibu
dna seorang istri.
H. Rasa Aman dan Nyaman
Penilaian Comfort Scale :
No. Kategori Nilai Kondisi
1. Alertness/ kesiagaan 2 Tertidur tak dalam
2. Calmness/ ketenangan 2 Sedikit cemas
3. Crying/ tangis 1 Napas hening, tak ada tangis
4. Physical
movement/pergerakan
tubuh
2 Sekali-sekali, gerakan ringan
5. Muscle tone/ kekuatan otot 2 Kekuatan tonus otot
berkurang
6. Respiratory distress
/gangguan pernapasan
2 Napas spontan dengan sedikit
respon
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
27/45
7. Facial tension/ tegang
wajah
2 Adanya ketegangan otot muka
8. Blood pressure/ tekanan
darah
3 Peningkatan tekanan darah
9. Heart Rate/ denyut nadi 2 Peningkatan detak jantung
Total 18 Nyeri terkontrol
I. Spiritual
Selama sakkit klien tidak menjalankan ibadah seperti sholat, mengaji, membaca
al-quran. Keluarga klien setiap hari berdoa untuk kesembuhan klien.
J.
Higiene
No Pembanding Sebelum Sakit Saat Dikaji
1. Mandi 2x/hari 1x, disibin
2. Keramas 2-3x/minggu Belum keramas selama rawat inap
3. Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari
4. Sikat gigi 2x/hari Belum pernah
5. Memotong kuku 1x/minggu Belum pernah
K. Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : klien tidur selama 7-8 jam dan tidur siang 1jam.
Saat sakit : klien tidur 8-9jam dan sering terbangun
L. Aktualisasi Diri
Sebelum sakit : Klien membantu suaminya berjualan makanan di dekat
rumahnya,
Saat sakit :Klien terbaring di tempat tidur, aktifitas klien dibantu oleh
orang lain
M.Rekreasi
Sebelum sakit : Klien dan keluarga jarang menghabiskan waktu untuk rekreasi
Saat sakit : -
N. Kebutuhan Belajar
Keluarga klien antusias dalam menanyakan perkembangan kesehatan klien.
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
28/45
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis
Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal Kesan Rasional
Laboratorium
Darah (tgl 20-4-2014)
Hemoglobin 11.3 12-15.6 g/dL Menurun Klien dilakukan
craniotomy dan
telah kehilangan
banyak darah
sehingga produksi
Hb menurun.
Untuk
memproduksi Hb
normal, tubuh
memerlukan waktulebih dari 3 bulan
Hematokrit 35 33-45 % Normal
Leukosit 23.1 4.5-11 ribu/uL Meningkat Adanya infeksi
akut
Trombosit 262 150-450
ribu/uL
Normal
Eritrosit 3.84 41.1-5.1
juta/uL
Menurun Klien memiliki
riwayat anemia
GDS 103 60-140 mg/dL Normal
Creatin 0.7 0.6-1.2 mg/dL NormalUreum 20
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
29/45
mengalami
hipertermia
sehingga kapiler
darah akan
berdilatasi.
Banyaknya panasyang keluar dari
permukaan tubuh
akan
mengakibatkan
curah jantung
meningkat
sehingga O2 dalam
darah juga
meningkat
10. TERAPI
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi &
Cara kerja
Efek samping Peran
Perawat
Amlodipine 3x1 15
mg
Oral Obat
antihipertensi,
angina stabil
kronik
Vasodilator
arteri periferuntuk
menurunkan
tekanan darah
Edema, sakit
kepala
Memantau
efek samping
yang
mungkin
timbul pada
klien
Captopril 3x1 25mg
Oral Pengobatanhipertensi
ringan sampai
sedang
Mencegah
perubahan
angiotensin I
menjadiangiotensin II
Meningkatkanureum darah
& creatinin II
Menjelaskankepada klien
mengenai
manfaat obat
HCt
(Hidroclorotiazid)
1x1 12.5
mg
Oral Edema,
hipertensi,
menghambat
reabsorpsi
natrium &
clorida
Gangguan
saluran cerna,
hipokalemia
Menjelaskan
tentang efek
samping obat
NaCl 0.9% 500 ml Parenteral Pengganti
cairan plasma
isotonic yang
hilangMemelihara
Demam,
iritasi pada
tempat
injeksi,thrombosis
Memonitor
tetesan infuse
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
30/45
tekanan
osmosis darah
dan jaringan
atau flebitis
Ceftriaxone 2x5 ml
Igr
Parenteral Infeksi
saluran napas,
injeksisaluran
kemih,
membunuh
bakteri
Nyeri, pusing,
gangguan
lambung
Memberi
tahu klien
tentang efeksamping obat
Ranitidine 2x1 50
mg
Oral Infeksi
saluran napas,
ginjal,n
pencegahan
infeksi, tukak
lambung
Menghambatsekresi asam
lambung
Diare,
konstipasi,
nyeri otot,
pusing
Member tahu
klien tentang
manfaat dan
efek samping
obat
Manitol 2x250 ml Parenteral Mengurangi
tekanan
intracranial,
massa pada
otak,
meningkatkan
jumlah
pengeluarancairan di
ginjal
Gangguan
pencernaan,
pusing,
demam,
demam
Memonitor
tetesan infus
Novalgin 2x100
mg
Oral Sakit kepala,
sakit
pinggang
Menurunkan
suhu tubuh
Edema wajah,
gatal, dingin
pada
ekstermitas
Member tahu
manfaat dan
efek samping
obat
Kutorn 2x2 ml Parenteral Serangan
psikomotor
(epilepsy
lobustemporal)
Ucapan tidak
jelas, pusing,
insomnia,
mual, muntah,konstipasi
Memberitahu
manfaat dan
efek samping
obat
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
31/45
11. ANALISA DATA
No. Data Fokus Masalah Etiologi
1. Ds : -
Do:-kulit teraba hangat
-suhu tubuh 38.70C
-klien terlihat menggigil
- TD = 150/100 mmHg,
N=120x/menit, RR=24x/menit
Hipertermia (00007) Peningkatan laju
metabolisme
2. Ds : -
Do:
-ekspansi dada kanan-kiri asimetris
(nampak menurun pada bagian kiri)
-penggunaan otot bantu pernapasan
diafragma
-RR : 24x/menit, napas dangkal
-ekspirasi lebih panjang = I : E= 1:2
Ketidakefektifan
Pola Napas(00032)
Penurunan ekspansi
paru
3. Ds :-
Do :
-anggota gerak klien kaku dan lemah
-klien nampak lemas
-klien mengalami perubahan
kesadaran : delirium
-nilai GCS : E4M4V2
-hasil MSCT scan : lesi pada inraaxial
supretentorial, edema di sekitar lobus
temporoparietalis
- tidak bisa berkomunikasi dengan
baik (kadang berbicara namun tidak
dapat dimengerti)
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral (00201
Iskemia jaringan otak
4. Ds : -
Do:- Terdapat luka ulkus dekubitus pada
bagian sacrum : diameter 10cm,
tebal 1cm, berbau, nampak
kemerahan, tidak ada jaringan
nekrosis, terdapat pus berwarna
kekuningan
-klien tirah baring
-hasil penilaian Braden Score : 11
resiko tinggi
Gangguan Integritas
Jaringan (00044)
immobilisasi fisik
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
32/45
12. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Jam/ tanggal
ditemukan
Diagnosa keperawatan TTD
1. 22-4-2014/
Pkl. 12.30
Hipertermia berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (00007)2. Pkl. 12.30 Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru (00032)
3. Pkl. 12.30 Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
berhubungan dengan iskemia jaringan otak
(00201)
4. Pkl. 12.30 Kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan hambatan mobilitas fisik (00044)
13. PERENCANAAN
No. Tgl/Jam Diagnosa
keperawatan
Intervensi TTD
Tujuan Tindakan
1 22-4-
2014/
Pkl.
12.45
Hipertermia b.d
peningkatan
metabolisme
Mempertahankan
normotermia setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam dengan kriteria hasil:
1.Suhu tubuh dalam
rentang normal (360
-370C)
2.Nadi 60-100x/menit
3.RR 16-20x/menit
4.Tidak ada perubahan
warna kulit
5.Merasa nyaman
Perawatan Demam
1.
Monitor suhu
2.
Monitor IWL
3.
Monitor intake
dan output
cairan
4.
Kompres klienpada lipat paha
dan aksila
5.
Tingkatkan
sirkulasi udara
6.
Selimuti pasien
dengan selimut
tipis
7.
Anjurkan
keluarga klienuntuk tidak
memakaikan
baju yang tebal
8.
Kolaborasi: beri
antipiretik
Monitor Tanda
Vital
1.
Monitor TD,
Nadi, Suhu, dan
RR
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
33/45
2. Monitor
frekuensi dan
irama napas
3. Monitor pola
napas4. Monitor suhu,
warna kulit, dan
kelembaban
kulit
5. Monitor
sianosis perifer
6. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
2. 22-4-
2014
Ketidakefektifan
pola napas b.d
penurunan
ekspansi paru
Pola napas efektif setelah
dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam, dengan kriteria hasil:
1.Ekspansi paru optimal
simetris kanan dan kiri
2.
RR 16-20x/menit3.Irama napas teratur
Manajemen
Breathing
1.Monitor irama,
frekuensi, dan
kedalaman
pernapasan
2.
Monitor polanapas:
bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi
3.Catat
pergerakan
dada,
kesimetrisan dan
penggunaan otot
tambahan
4.
Palpasi ekspansi
paru
5.
Auskultasi suara
napas
6.Berikan klien
posisi semi
fowler
Manajemen Jalan
Napas
1.
Kaji kepatenan
jalan napas2.Pertahankan
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
34/45
masukan cairan
sesuai
kebutuhan
Terapi Oksigen
1.Berikan terapi
oksigen nasalkannul sesuai
kebutuhan
2.Monitor aliran
oksigen
3.Monitor
keefektifan
terapi oksigen
4.
Monitor
kecemasan
pasien
3. 22-4-2014
Ketidakefektifanperfusi jaringan
cerebral b.d
iskemia jaringan
otak
Perfusi jaringan otakadekuat setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam
Dengan kriteria hasil:
1.GCS=E4V3M5
2.
TD stabil antara : 90/60
s/d 180/110 mmHg
3.
HR 60-100x/menit
4.RR 16-20x/menit
5.
Meningkatnya tingkat
kesadaran,kognitif,moto
rik, sensorik
6.Tidak ada ketegangan
pada otot wajah
7.
Tidak ada tanda
peningkatan TIK
Monitor statusneurologi:
1. Monitor status
neurologi:
kesadaran,
GCS, pupil,
sensorik,
motorik
2.
Monitor status
orientasi orang,
waktu, tempat
dan situasi
3. Monitor tanda
peningkatan
TIK: muntah
proyektil, nyeri
kepala,
pandangan
kabur
4. Edukasi pasien
dan keluarga
perlunyadimonitorig
status nerologis
secara kontinu
Tingkatkan perfusi
cerebral
1.Atur posisi
kepala elevasi
150-300
2.Cegah valsava
maneuver
3.
Berikan oksigensesuai
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
35/45
kebutuhan
4.Edukasi klien/
keluarga tentang
pencegahan
resiko jatuh
4. 22-4-2014
KerusakanIntegritas
Jaringan b.d
hambatan
mobilisasi fisik
Integritas jaringan terjagasetelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, dengan kriteria hasil:
1. Bebas iritasi dan
kemerahan
2.
Tidak ada pus/ nanah
Perawatan luka1. Observasi jenis
dan
karakteristik
luka
2. Bersihkan luka
dengan cairan
isotonic NaCl
0.9%
3.
Gunakan teknikaseptik untuk
perawatan luka
4. Bersihkan luka
dari jaringan
mati dan pus
5. Tutup luka
dengan balutan
yang sesuai
6.
Ganti balutan
luka setiap hari
7. Lakukan
edukasi tentang
perawatan luka
dan diet yang
mendukung
penyembuhan
luka
14. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
.
Tgl/Jam Dx.
Kep
Implementasi Respon TTD
1. 22-4-2014
13.00
1,2,3,4, memonitor tanda-tanda
vital
S: - (klien mengalami
perubahan kesadaran)
O:-klien membuka mata
spontan, fleksi
pergelangan tangan, otot
wajah tegang.
TD:150/100mmHg,N:120x/menit,
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
36/45
RR:24x/menit, T:38.7 C
2. 13.10 1 menganjurkan keluarga
klien untuk memberikan
kompres hangat
S: -
O: - kulit klien teraba hangat,
klien diberikan kompres di
dahi dan aksila,
3. 13.20 1, 4 memberikan selimut tipispada klien dan mengganti
linen yang lembab
S: -O: klien nampak gelisah
4. 13.50 2 Memonitor pola napas
klien : kedalaman,
frekuensi
S:-
O: klien napas dangkal,
irregular, RR : 24x/menit
5. 14.00 2 Mengauskultasi suara
napas
S : -
O: - terdengar fase ekspirasi
lebih panjang daripada
fase inspirasi
6. 14.10 2,3 Memberikan posisi untuk
memaksimalkan ventilasi
: semi fowler, head up
300
S: -
O: - klien nampak tenang,
ketegangan otot muka
berkurang
7. 14.15 3 Memonitor kesadaran,
GCS
S : -
O : - kesadaran delirium,
E4M4V2,klien membuka
mata spontan, fleksi
pergelangan tangan, dan
bicara tak bermakna
8. 14.30. 3 Memonitor status
orientasi klien : menilaiingatan terhadap orang,
waktu, dan tempat
S : -
O: - klien masih mengenalisuami dan anaknya, klien
tidak bisa berkomunikasi
dengan baik
9. 15.00 3 Memonitor adanya
muntah, nyeri kepala
S : -
O : - klien tidak muntah, otot
wajah klien terlihat tegang
10 15.20 4 Menganjurkan keluarga
klien untuk menjaga
kelembaban daerah luka
dekubitus
S :-
O: -keluarga klien sering
membersihkan tempat
tidur klien, mengganti
linen11. 15.30 4 Menganjurkan klien
untuk merubah posisi
klien tiap 1 jam
S : -
O: - klien diubah posisinya
tiap 1 jam, miring kanan-
miring kiri, diganjal
menggunakan bantal
12. 15.45 2 Memberikan terapi
oksigen dengan nasal
kanul 2 lpm
S : -
O: - napas klien dangkal,
klien nampak tenang
13. 16.00 1,2,3,4 memberikan injeksi obat :
ceftriaxone 2x5ml, kutoin
2x2 ml
S :-
O : -klien nampak tenang,
tidak ada ketegangan otot
wajah
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
37/45
14. 17.00 1,2,3,4 Memonitor tanda-tanda
vital
S: -
O: - klien nampak cemas :
mata terbuka lebar, otot
wajah tegang,
TD : 160/100 mmHg, nadi :
110x/menit, RR :24x/menit, T : 390C
15. 17.30 2 Mengauskultasi suara
napas
S :-
O: - napas irregular, RR :
24x/menit
16. 18.00 2,3 Memberikan posisi : semi
fowler, head up 300
S :-
O: - klien nampak tenang,
klien tidur
17. 18.45 1 Memonitor suhu,
memberikan kompres
hangat
S : -
O: - kulit klien teraba hangat,
tidak ada tanda kemerahan
18. 19.15 1,4 menganjurkan keluarga
klien untuk
memperbanyak
memberikan minum klien
S : -
O: - klien minum 5 sendok,
reflek menelan klien tidak
maksimal
19. 20.00 1,2,3,4 Memberikan kolaborasi
obat per oral : captopril
(3x25 mg)
S: -
O: - klien nampak tenang
setelah minum obat
20. 20.10 1,4 Mengganti posisi kanan ;
miring kanan- miring kiri
tiap 1 jam
S : -
O :- klien nampak tenang
21. 21.00 1, 2,3,4 mengukur tanda-tandavital S: -O: - klien membuka mata,
tidak berespon terhadap
rangsangan suara yang
diberikan.
TD:160/90mmHg,
N:100x/menit,
RR:20x/menit, T:380C
22 21.15 2 Memonitor irama
pernafasaan
S: -
O: - ekspirasi lebih panjang,
E : I = 2:1, klien nampak
tenang23 21.30 1 memberikan selimut tipis
pada klien
S : -
O : -klien nampak tidur
24 24.00 1,2,3,4 Memberikan obat oral :
captopril 3x25 mg
S : -
O: klien kesulitan menelan,
obat perlu dihaluskan
terlebih dahulu
25 23-4-
22014
06.00
1,2,3,4 Memonitor tanda-tanda
vital
S :-
O: - klien terlihat masih
mengantuk. TD : 150/90
mmHg, RR : 24x/menit,
N : 96x/menit, T : 370C
26 08.00 1,2,3,4 memonitor tanda-tanda S:-
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
38/45
vital O: -klien membuka mata
spontan, fleksi pergelangan
tangan, otot wajah tegang.
TD:150/90mmHg,
N:100x/menit, RR :
20x/menit, T: 36.80
C27 08.15 1,2,3,4 Memberikan obat :
Captopril 3x25 mg (per
oral), ceftriaxone 2x5ml
(parenteral), ranitidine
2x5ml (parenteral),
manitol 2x 250ml
(parenteral), novalgin
2x100 mg (per oral),
kutoin 2x2ml (parenteral)
S: -
O : -klien tenang, tidak ada
kemerahan dan iritasi pada
kulit klien
28 08.30 1 memberikan selimut tipis
pada klien dan menggantilinen yang lembab
S:-
O : - klien mengenakan bajutipis dan selimut tipis
29 09.00 4 Melakukan perawatan
luka dekubitus
S :-
O: - klien nampak tenang,
perawatan luka dengan
menggunakan larutan
NaCl 0.9%, mengganti
balutan luka, terdapat pus,
tidak ada jaringan
nekrosis, ulkus berwarnakemerahan
30 09.30 2 Memonitor alat bantu
oksigen klien
S : -
O : - klien terlihat nyaman,
otot wajah tak tegang
31 09.35 2,3 Memberikan posisi untuk
memaksimalkan ventilasi
: semi fowler, head up
300
S : -
O: - klien nampak tenang,
ketegangan otot muka
berkurang
32 11.00 2 mengauskultasi suara
nafas klien
S :-
O : fase ekspirasi terdengarlebih panjang
33 11.10 2 memantau adanya
penggunaan otot
tambahan nafas
S : -
O : - adanya penggunaan otot
bantu pernapasan
diafragma, ekspansi paru
menurun pada apeks kiri
34 11.45 1, 3 memantau pengeluaran
dan pemasukan cairan
S : -
O: urine bag: 200ml, air
minum: 10 sendok, infuse
:500 ml
Klien nampak tenang
35 12.15 3 memonitor peningkatan S : -
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
39/45
TIK melalui adanya
muntah, kejang,nyeri
kepala
O: - klien tidak ada muntah
dan kejang, klien tidak
berespon terhadap rangsangan
pada tekan pada kepala
36 12.30 3 memberi edukasi pada
keluarga klien untukmengurangi resiko jatuh
kepada klien
S : -
O : -keluarga klienmengatakan sering mengunci
restrain pada bed klien,
pergerakan klien terbatas dan
dibantu orang lain
37 13.00 3 Memonitor tingkat
kesadaran klien
S : -
O: - kesadaran delirium: klien
membuka mata spontan,
bicara tidak bermakna,
pergerakan tangan dan
kaki terbatas
38 14.00 1,2,3,4 Memonitor TTV S : -O : - klien nampak tidur
TD : 140/100 mmHg, RR :
20x/menit, N: 90x/menit,
T: 36.50C
39 15.00 1, 4 Menganjurkan keluarga
untuk memberikan
selimut dan pakaian tipis
pada klien
S : -
O : - klien diberikan baju tipis
dan selimut tipis, kulit kering
40 15.30 4 Memonitor lukadekubitus klien S : -O: - luka tertutup balutan
sepanjang 10 cm, klien
nampak tegang pada otot
wajah
41 16.00 1,2,3,4 Memberikan obat :
Captopril 3x25 mg (per
oral)
S:-
O: - obat digerus, klien
nampak kesulitan
meminum obat
42 17.00 2 Memonitor alat bantu
oksigen klien : nasal
kanul 2 lpm
S:-
O: -klien terlihat nyaman,
tidak ada iritasi pada hidung
43 17.10 2,3 Memberikan posisi : semi
fowler, head up 300
S:-
O: -klien nampak tidur
44 18.00 1 memantau keluaran
keringat klien
S: -
O:klien berkeringat, kulit
lembab
45 18.30 1 menganjurkan keluarga
klien untuk
memperbanyak minum
S: -
O : - klien diberikan minum
air putih 5 sendok, nampak
kesulitan menelan
46 19.00 3 Memonitor resiko jatuh
klien
S: -
O : -pergerakan klien terbatas,bed terkunci
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
40/45
47 19.45 3 Memonitor tingkat
kesadaran
S: -
O : -Klien membuka mata
spontan, kadang bicara
tidak bermakna (lebih
banyak diam),
pergelangan tangan sudahbisa memegang fleksi-
ekstensi
48 20.00 1,4 Menjaga kelembaban
tempat tidur klien
S: -
O: klien nampak tenang
49 20.10 1,2,3,4 Memberikan obat :
Captopril 3x25 mg (per
oral), ceftriaxone 2x5ml
(parenteral), ranitidine 2x
5ml (parenteral), manitol
2x 250ml (parenteral),
novalgin 2x100 mg (peroral), kutoin 2x2ml
(parenteral)
S: -
O : klien nampak tenang,
tidak ada iritasi dan
kemerahan
50 21.00 4 Mengganti posisi kanan ;
miring kanan- miring kiri
S:-
O:--klien sudah bisa
menggerakkan tangan,
kaki klien masih sulit
bergerak
51 21.30 1,2,3,4 mengukur tanda-tanda
vital
S:-
O: klien nampak tenang, tidak
ada ketegangan otot wajahTD:150/90mmHg, RR:
20x/menit, N: 90x/menit,
T: 37.30C
52 24.00 1,2,3,4 Memberikan obat :
captopril 3x25 mg (per
oral)
S:-
O: klien berusaha menelan
dengan baik
53 06.00 1,2,3,4 Mengukur tanda-tanda
vital
S:-
O: klien nampak tenang
TD: 140/90 mmHg, RR:
20x/menit, N: 86x/menit,
T: 37.40
C54. 08.00 1,2,3,4 Memberikan obat :
Captopril 3x25 mg (per
oral), ceftriaxone 2x5ml
(parenteral), ranitidine
2x5ml (parenteral),
manitol 2x 250ml
(parenteral), novalgin
2x100 mg (per oral),
kutoin 2x2ml (parenteral)
S: -
O: - Klien nampak tenang,
tidak ada iritasi dan
kemerahan
55 09.00 4 Melakukan perawatan
luka dekubitus
S: -
O: - klien nampak tenang,perawatan luka dengan
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
41/45
menggunakan larutan NaCl
0.9%, mengganti balutan
luka, terdapat pus, tidak ada
jaringan nekrosis, ulkus
berwarna kemerahan
56 09.30 2 Memonitor alat bantuoksigen klien
S: -O: - klien terlihat nyaman,
otot wajah tak tegang
57 10.00 2,3, Memberikan posisi untuk
memaksimalkan ventilasi
: semi fowler, head up
300
S: -
O: -klien nampak tenang,
ketegangan otot muka
berkurang
58 10.45 2 mengauskultasi suara
nafas klien
S: -
O: -fase ekspirasi terdengar
lebih panjang
59 11.00 2 memantau adanya
penggunaan otot
tambahan nafas
S: -
O: -adanya penggunaan otot
bantu pernapasan diafragma
60 11.25 1,3 menganjurkan keluarga
klien untuk
memperbanyak minum
S: -
O: -klien diberikan minum air
putih 5 sendok, nampak
kesulitan menelan
61 12.00 3 Memonitor tingkat
kesadaran
S: -
O: -Klien membuka mata
spontan, kadang bicara tidak
bermakna (lebih banyakdiam), pergelangan tangan
sudah bisa memegang fleksi-
ekstensi
62 13.00 4 Mengganti posisi kanan ;
miring kanan- miring kiri
S: -
O: -klien sudah bisa
menggerakkan tangan, kaki
klien masih sulit bergerak
63 13.50 1,2,3,4 mengukur tanda-tanda
vital
S: -
O: -klien nampak tenang,
tidak ada ketegangan otot
wajahTD:150/90mmHg, RR:
20x/menit, N: 90x/menit,
T: 360C
64 14.00 3 memonitor peningkatan
TIK melalui adanya
muntah, kejang, nyeri
kepala
S: -
O: -tidak ada muntah dan
kejang, otot wajah nampak
rileks
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
42/45
15. EVALUASI KEPERAWATAN
No. Tgl/Jam Dx.
Kep
Evaluasi
1. 23-04-
2014
07.00
1 S:- (klien mengalami penurunan kesadaran)
O:kulit klien teraba hangat, TD : 150/90 mmHg, RR :
24x/menit, N : 96x/menit, T : 370C
A:masalah hipertermia belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
1.Anjurkan memperbanyak minum air putih
2.monitor tanda-tanda vital
3.monitor kemerahan pada kulit
4.berikan pakaian tipis
5.berikan kompres hangat
6.
Kolaborasi medis: berikan antipiretik2. 07.10 2 S:-
O: ekspirasi lebih panjang, E : I = 2:1, klien nampak tenang
A:masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
1.
monitor aliran oksigen
2.
monitor peningkatan RR
3. auskultasi suara dan kedalaman napas
3. 07.30 3 S: -
O: -kesadaran delirium, E4M4V2,klien membuka mata
spontan, fleksi pergelangan tangan, dan bicara tak bermakna,
klien masih mengenali suami dan anaknya, klien tidak bisa
berkomunikasi dengan baik
A: masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.monitor kesadaran klien
2.kaji orientasi klien terhadap orang, waktu, dan tempat
3.monitor adanya muntah, nyeri kepala
4. 07.30 4 S: -
O:- luka berwarna kemerahan, diameter 10cm, tebal
1cm,berbau, kulit sekitar lembab
A: masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasiP:lanjutkan intervensi
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
43/45
1. pertahankan kelembaban kuit klien
2.
lakukan perawatan luka 1x/hari, ganti balutan
3. jaga kebersihan tempat tidur klien
4. anjurkan keluarga untuk merubah posisi tiap 1 jam
1. 24-4-2014 /
07.15
1 S: -O: - klien nampak tenang, TD: 140/90 mmHg, RR:
20x/menit, N: 86x/menit, T: 37.40C
A : masalah hipertermia belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- monitor suhu klien
- berikan pakaian dan selimut tipis
- anjurkan untuk memperbanyak minum
2. 07.20 2 S: -
O : - adanya penggunaan otot bantu pernapasan diafragma,
ekspansi paru menurun pada apeks kiri
A: masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.
monitor aliran oksigen
2.
monitor peningkatan RR
3.
auskultasi suara dan kedalaman napas
3. 07.30 3 S: -
O: - Klien membuka mata spontan, kadang bicara tidak
bermakna (lebih banyak diam), pergelangan tangan sudahbisa fleksi-ekstensi, tidak ada muntah, ketegangan otot
wajah masih ada
A: masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
- monitor kesadaran klien
- kaji orientasi klien terhadap orang, waktu, dan tempat
- monitor adanya muntah, nyeri kepala
4. 07.35 4 S: -
O: - klien nampak tenang, perawatan luka dengan
menggunakan larutan NaCl 0.9%, mengganti balutan luka,
terdapat pus, tidak ada jaringan nekrosis, ulkus berwarna
kemerahan
A: masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.pertahankan kelembaban kulit klien, berikan pakaian tipis
2.
lakukan perawatan luka 1x/hari, ganti balutan
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
44/45
3.jaga kebersihan tempat tidur klien
4.
anjurkan keluarga untuk merubah posisi tiap 1 jam
1. 25-4-
2014 /
07.30
1 S : -
O : klien nampak tenang, tidak ada iritasi dan kemerahan,
suhu tubuh 36
0
CA: masalah hipertermia teratasi
P: pertahankan intervensi
2. 07.40 2 S: -
O : adanya penggunaan otot bantu pernapasan diafragma,
fase ekspirasi terdengar lebih panjang
A: masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
-auskultasi bunyi napas
-monitor pergerakan/ekspansi dada
-catat kedalaman dan frekuensi pernapasan
3. 07.45 3 S: -
O : Klien membuka mata spontan, kadang bicara tidak
bermakna (lebih banyak diam), klien sudah bisa
menggerakkan tangan, kaki klien masih sulit bergerak, tidak
ada muntah, otot wajah tak tampak adanya ketegangan
A: masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
-monitor kesadaran klien
-monitor pergerakan anggota tubuh klien
-monitor adanya muntah, ketegangan otot wajah
4. 08.00 4 S: -
O: klien nampak tenang, perawatan luka dengan
menggunakan larutan NaCl 0.9%, mengganti balutan luka,terdapat pus, tidak ada jaringan nekrosis, ulkus berwarna
kemerahan
A: masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- perawatan luka 1x/hari
- monitor adanya pus, ganti balutan
- monitor warna kemerahan pada ulkus
-
8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy
45/45
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Saran bagi mahasiswa keperawatan adalah agar dapat melaksanakan
pengkajian perlu lebih cermat sehingga masalah kesehatan klien dapat
diidentifikasi dengan benar sehingga intervensi yang diberikan dapat sesuai dengan
kondisi klien.
Saran bagi Perawat adalah agar dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan
dengan lebih terstuktur dan sesuai dengan kaidah penulisan asuhan keperawatan
sehingga dapat dipetanggungjawabkan dikemudian hari.
Saran untuk penelitian adalah agar terus mengembangkan penelitaianmengenai pasien yang mengalami post kraniotomi ini sehingga pengobatan dan
penatalaksaan lebih sesuai dengan kondisi penderita. Dengan adanya penelitian
yang memadai lebih dapat mengetahui penanganan pasien itu sendiri dan
menambah referensi mengenai post kraniotomi ini sendiri.