Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

download Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

of 45

Transcript of Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    1/45

    ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA Ny. S DENGAN POST OPERASI KRANIOTOMI

    DI RUANG MAWAR II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

    Disusun untuk Memenuhi Tugas Seminar Praktik Klinik Tahap Akademik Kompetensi

    Keperawatan Medikal Bedah

    Pembimbing Klinik :

    Pembimbing Akademik : Ns. Nana Rohana, S.Kep.,MN

    Oleh

    Anis Hidayah 22020111130049

    Destini Puji Lestari 22020111130032

    Inneke Septiani 22020111130041

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2014

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    2/45

    DAFTAR ISI

    BAB I Pendahuluan

    BAB II Tinjauan Teori

    BAB III Tinjauan Kasus

    BAB IV Pembahasan

    BAB V Penutup

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    3/45

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    Latar BelakangTumor otak sendiri yaitu adanya lesi yang mendesak ruang bersifat jinak

    maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (muttaqin, 2008)

    Pada beberapa kasus tumor otak dapat menyebabkan adanya peningkatan intra cranial

    dan apabila tidak segera ditanggani akan mengakibatkan adanya gagal nafas dan gagal

    jantung. Penangganan dengan cara melakukan kraniotomi.

    Kraniotomi itu sendiri adalah adalah melubangi tengkorak, yang umumnya

    dilaksanakan bila terdapat tumor, darah, atau gumpalan darah, ataupun fraktur pada

    kubah yang dapat menekan otak. (pearce. 2008). Operasi kraniotomi dapat

    mengakibatkan peningkatan TIK. Cedera terhadap saraf cranial, kejang karena

    gangguan kortil dan infeksi .

    Berbagai permasalahan dapat ditimbulkan karena kasus ini yang mana

    permasalahan tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik

    secara fisik, psikis, social maupun spiritual. secara fisik dapat menganggu kperfusi

    jaringan otak , gangguan rasa nyaman nyeri, pola nafas, juga dapat mengakibatkan

    adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Secara psikis penyakit

    ini dapat menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body image, ataupun

    bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bisa mengakibatkan

    kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan

    secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau mungkin

    sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.

    Melihat hal dan permasalahan diatas penulis mencoba mengangkat

    permasalahan tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling tidak

    penulis bisa meringankan beban yang dialami penderita

    B. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penyusunan laporan ini adalah terdokumentasinya asuhan

    keperawatan pada pasien dengan post kraniotomi

    2.

    Tujuan Khusus

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    4/45

    a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai anatomi fisiologi

    penyakit tumor intracranial: post craniotomy

    b.

    Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi tumor intracranial

    dan post craniotomy

    c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai etiologi terjadinya

    tumor intracranial dan post kraniotomi

    d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai patofisiologi tumor

    intracranial

    e. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fisik kepada pasien dengan tumor

    intracranial

    f. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang kepada pasien dengan

    tumor intrakranial

    g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai manifestasi klinis

    tumor intracranial

    h.

    Mahasiswa mampu menyusun dan menaplikasikan asuhan keperawatan

    kepada pasien dengan tumor intrakranial

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    5/45

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    1. PENGERTIAN

    a. Tumor Otak

    Tumor otak adalah lesi intracranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak.

    Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) atau ganas

    (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intracranial) atau di

    sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan

    selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor

    berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari

    organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan

    lain-lain disebut sebagai tumor otak sekunder (Mayer, SA. 2002).

    Tumor intracranial atau tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf

    pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua

    proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis

    spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik

    seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak termasuk juga tumor yang

    berasal dari sel penunjang (neuralgia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak

    (Padmosantjojo, 2002).

    Tumor atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi tumor primer dan

    tumor sekunder atau metatastik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak,

    meningen, hipofisis, dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah suatu metatastis

    yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa berasal dari paru-

    paru, mammae, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus. Tumor ganas itu dapat pula

    masuk ke ruang tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu dengan melalui foramina

    basis kranii, seperti misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring

    (Stephen, 2012).

    Klasifikasi tumor otak (Baticaca, 2008):

    Berdasarkan jenis tumor

    a. Jinak

    1) Acoustic neuroma

    2)

    Meningioma

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    6/45

    Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi

    jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya.

    Pasien usia tua sering kali terkena dan perempuan lebih sering terkena

    dari laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah

    sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan CT scan

    otak.

    3) Pituitary adenoma

    4) Astrocytoma (grade 1)

    b. Malignant

    1) Astrocytoma )grade 2,3,4)

    2) Oligodendrolioma

    b.

    Kraniotomi

    Kraniotomi adalah setiap tindakan bedah dengan cara membuka sebagian tulang

    tengkorak (cranium) untuk dapat mengakses struktur intracranial. Kraniotomi

    berarti membuat lubang (-otomi) pada tulang cranium. Operasi dilakukan di rumah

    sakit yang memiliki departemen bedah saraf dan ICU (Harvey, 2005).

    Kraniotomi adalah melubangi tengkorak, yang umumnya dilaksanakan bila terdapat

    tumor, darah, atau gumpalan darah, ataupun fraktur pada kubah yang dapat

    menekan otak (Pearce, 2009).

    2.

    ETIOLOGI

    a. Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun

    banyak penelitian yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau

    adalah:

    1) Herediter

    Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali

    pada meningioma, astricytoma dan neufibroma dapat dijumpai pada anggota-

    anggota keluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Struge-Webery yang dapat

    dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor

    familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti

    yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditass yang kuat pada

    neoplasma.

    2)

    Radiasi

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    7/45

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    8/45

    Komplikasi Kraniotomi

    Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pasca bedah intracranial atau

    kraniotomi adalah sebagai berikut (Khurana, 2012):

    1)

    Peningkatan tekanan intracranial

    2) Perdarahan dan syok hipovolemik

    3) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

    4)

    Nyeri

    Nyeri pasca kraniotomi sering terjadi dan derajat nyerinya mulai dari sedang

    sampai berat. Nyeri ini dapat dikontrol dengan penggunaan: scalp infiltrations,

    pemblokiran saraf kulit kepala, pemberian parexocib dan morphine-morphine

    merupakan pereda rasa nyeri yang paling efektif.

    5)

    Infeksi

    Meningitis bacterial dapat terjadi pada individu yang menjalani kraniotomi

    6) Kejang

    Pasien diberikan obat anti kejang selama tujuh hari pasca operasi. Biasanya

    pasien diberikan Phenytoin, akan tetapi penggunaan Levetiracetam semakin

    meningat karena risiko interaksi obat yang lebih rendah.

    7) Kematian

    Pada usia lanjut dengan gangguan neurologis memiliki angka kematian

    tertinggi setelah dilakukan tindakan kraniotomi. Sebagian besar kematian pasca

    operasi disebabkan oleh komplikasi neurologis seperti hematoma, edema

    disertai herniasi, atau progresi tumor. Pada sumber lain disebutkan bahwa

    presentasi kematian dapat mencapai 65% pada pasien kraniotomi terbuka

    dengan indikasi evaluasi hematoma serebal. Kematian dapat terjadi saat pasien

    sedang dibawah pengaruh anesthesia dan beberapa rekasi yang sangat jarang

    terjadi, dengan presentase dibawah 1%.

    3. PATOFISIOLOGI

    Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara

    sangat cepat pada daerah central venous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang

    mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadinya gangguan

    neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intracranial) (Price

    & Wilson, 2005)

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    9/45

    Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua

    faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial (TIK).

    Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi

    atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

    Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh

    menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut

    dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.

    Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,

    invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.

    Peningkatan TIK dapat diakibatkan beberapa faktor seperti bertambahnya massa

    dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas

    menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan

    tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan

    edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar otak, menimbulkan peningkatan volume

    intracranial dan meninngkatkan TIK.

    Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme

    kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif

    dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi

    ini meliputi volume darah intracranial, volume CSS, kandungan cairan inrtasel, dan

    mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak disarankan akan

    mengakibatkan herniasi ulkus serebellum.

    Herniasi ulkus timbul jika girus medialis temporalis bergeser ke inferior melalui

    insisura tentorial karen adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan

    mesensefalon. Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan

    cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat

    adalah bradikardi, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan (Baticaca, 2008).

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    10/45

    4. MANIFESTASI KLINIS

    a.

    Nyeri kepala

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    11/45

    Merupakan gejala awal pada 20% penderita tumor otak yang kemudian

    berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala

    berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava

    dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50%

    penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80% dan

    terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri

    alih ke oksiput dan leher.

    b. Perubahan status mental

    Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood,

    dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan

    tumor lobus frontal dan temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak

    ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.

    c. Seizure

    Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti

    astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada

    tumor di lobus frontal baru kemudian menyerang lobus parietal dan temporal.

    d. Edema papil

    Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan

    teknik neuromaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya

    tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema

    papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,

    penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur

    yang tidak menetap.

    e.

    Muntah

    Mual (nausea) dan muntah (vomit) terjadi sebagai rangsangan pusat muntah

    pada medulla oblongata. Sering berhubungan dengan peningkatan TIK yang

    disertai pergeseran batang otak (Baticaca, 2008).

    Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor

    tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang kali

    pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual

    menambah kecurigaan adanya massa intracranial.

    (Price & Wilson, 2005)

    5.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    12/45

    a. Arterigrafi atau ventricolugram: untuk mendeteksi kondisi patologi pada

    system ventrikel dan cistern

    b.

    CT-Scan: Dasar dalam menentukan diagnosa

    c. Radiogram: memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,

    penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang mengapur, dan posisi

    selaturiska

    d. Elektroensefalogram (EEG): member informasi mengenai perubahan

    kepekaan neuron

    e. Ekoensefalogram: member informasi mengenai pergeseran kandungan

    intraserebral

    f. Sidik otak radioaktif: memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari

    zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang

    menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

    6. PENGKAJIAN

    Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan tumor intracranial diantaranya,

    (Muttaqin, 2005) :

    a. Keluhan utama

    hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

    biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya

    gangguan fokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang dan

    penurunan kesadaran.

    b. Riwayat penyakit sekarang

    kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah,kejang dan penurunan tingkat

    kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan

    tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam intracranial.

    Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan

    penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive dan koma.

    c. Riwayat penyakit dahulu

    kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya.

    d. Riwayat penyakit keluarga

    kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu

    e.

    Pengkajian psikospiritual

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    13/45

    mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme

    koping untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,

    perubahan peran serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.

    Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan

    untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri

    didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak

    kooperatif. Pola penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan

    memecahkan masalah karena gangguan proses berfikir dan kesulitan

    berkomunikasi. Pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang

    melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan

    kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh klien.

    f.

    Pemeriksaan Fisik

    B1 (Breathing)

    Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla

    oblongata didapatkan adanya kegagalan napas

    B2 (Blood)

    Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata

    didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medulla

    oblongata, tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal dan tidak ada

    peningkatan Heart rate.

    B3 (Brain)

    Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis,

    bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.

    Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan

    pengkajian pada system lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala,

    muntah dan papiledema.

    g.

    Pengkajian saraf cranial

    - Saraf I. pada klien tumor intracranial yang tidak mengalami kompresi saraf

    ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.

    - Saraf II. Gangguan lapang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan

    visual. Papiledemi disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan

    pembengkakan papilla saraf optikus.

    - Saraf III, IV,VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI

    memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya gliblastoma multiformis

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    14/45

    - Saraf V. pada tumor intracranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak

    ada kelainan pada fungsi saraf ini.

    - Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris dan otot

    wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat

    - Saraf VIII. Pada neurolema didadapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus

    temporalis menyebabkan tinnitus dan haluksinasi pendengaran yang mungkin

    diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang

    berbatasan.

    - Saraf IX dan X. kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan

    membuka mulut.

    - Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius

    - Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, indera

    pengecapan normal.

    h. Pengkajian Sistem Motorik

    Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebelum mengakibatkan gangguan

    pergerakan. Gangguan ini bervariasi, bergantung pada ukuran dan lokasi

    spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan dalam koordinasi berpakaian

    merupakan cirri khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis.

    i.

    Pengkajian Refleks

    j. Gerakan involunter pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada area

    fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum, terutama pada

    tumor lobus oksipital.

    k. Pengkajian Sistem Sensorik

    Nyeri kepala merupakan gejala umum, disebabkan oleh traksi dan pergeseran

    struktur peka-nyeri dalam rongga intracranial. Tumor pada lobus parietal

    mengakibatkan hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi

    sensorik.

    B4 (Bladder)

    Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas

    B5 (Bowel)

    Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual-muntah.

    B6 (Bone)

    Adanya kesulitan beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori dan

    mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    15/45

    7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d hipoksia serebral

    b. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi

    c. Risiko ketidakseimbangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif

    (mual-muntah)

    d. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (lesi pada otak)

    8. INTERVENSI KEPERAWATAN

    No. Dx. Kep Tujan dan Kriteria Hasil Intervensi

    1. Ketidakefektifan

    perfusi jaringan

    serebral b.d

    hipoksia

    serebral

    NOC :

    - Circulation status

    -

    Tissue perfusion :

    cerebral

    Kriteria hasil :

    -

    Status sirkulasi normal

    : tekanan systole-

    diastole dalam rentang

    normal, pernapasan

    normal

    - Memiliki kemampuan

    kognitif yang baik :

    berkomunikasi dengan

    jelas, mampu berfokus

    dan berespon dalam

    komunikasi

    - Menunjukkan fungsi

    sensori motorik yang

    baik : tingkat

    kesadaran membaik,

    tidak ada gerakan

    involunter.

    NIC :

    Peripheral sensation

    management

    - Monitor adanya paretese

    - Monitor adanya daerah

    tertentu yang hanya peka

    pada panas/dingin/

    -

    Monitor adanya lesi pada

    kulit

    - Batasi gerakan pada kepala,

    leher dan punggung

    -

    Monitor kemampuan BAB

    - Monitor adanya

    tromboplebitis

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    16/45

    2. Ketidakefektifan

    pola napas b.d

    hiperventilasi

    NOC

    Pola Nafas Efektif

    Setelah dilakukan

    intervensi selama

    3x24jam, klien mampu

    1.Ekspansi dada optimal

    simetris kanan dan kiri

    2.

    menyatakan tidak

    sesak nafas

    3.RR 16-24x/menit

    4.Irama teratur

    Manajement Breathing

    1. monitor irama, frekuensi,

    kedalamanan pernafasaan

    2. monitor pola nafas :

    bradipnoe, takipnoe,

    hiperventilasi

    3. catat pergerakan dada,

    kesimetrisan dada, dan

    penggunaan otot bantu

    pernafasaan

    4.palpasi ekspansi dada

    5. auskultasi suara nafas

    6.

    berikan posisi semi fowler

    7. ajarkan cara nafas dalam

    Manajement jalan nafas

    1.

    kaji kepatenan jalan nafas

    2.ajarkan batuk efektif

    3. lakukan section dengan

    prinsip 3A(aseptic,asianotik,

    atraumatk)

    4.pertahankan masukan cairan

    sesuai kebutuhan, monitor

    adanya kontraindikasi

    Terapi Oksigen

    1.

    berikan terapi oksigen nasa

    kanul, SM,RM,NRM sesuai

    kebutuhan

    2.

    Monitor aliran oksigen

    3.monitor keefektifan terapi

    oksigen

    4.

    monitor kecemasaan pasien

    terhadap oksigen

    3. Risiko NOC: NIC :

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    17/45

    kekurangan

    volume cairan

    b.d kehilangan

    volume cairan

    aktif (mual-

    muntah)

    - Fluid Balance

    - Hydration

    Kriteria hasil :

    - Mempertahankan urine

    output dalam batas

    normal

    - Tekanan darah, nadi,

    suhu dalam batas

    normal

    - Tidak ada tanda-tanda

    dehidrasi : turgor kulit

    elastic, membrane

    mukosa lembab, tidak

    ada haus berlebihan

    Fluid Management

    -monitor status hidrasi

    (kelembaba membrane

    mukosa, nadi adekuat, tekanan

    darah normal)

    - monitor vital sign

    -monitor masukan

    makanan/cairan

    -anjurkan klien untuk

    memperbanyak makan

    Hypovolemia Management

    - Monitor masukan dan

    keluaran cairan

    - Monitor Hb dan Ht

    - Monitor berat badan

    -

    Monitor pemberian IV line

    4. Nyeri akut b.d

    agens cedera

    biologis

    NOC :

    Pain Level

    Setelah dilakukan

    intervensi selama

    3x24jam, klien mampu

    1. tak ada keluahan nyeri

    2.

    ekspresi wajah rileks

    3.bebas nyeri saat

    aktivitas

    4.

    TD 100/70-

    120/80mmHg

    5.MAP 70-100mHg

    6.

    HR 60-100x/menit

    skala nyeri berkurang

    atau 0

    Pain Management

    1.kaji nyeri (PQRST)

    2.

    monitor tanda vital dan skala

    nyeri secara teratur

    3.observasi reaksi non verbal

    4.jelaskan penyebab nyeri

    5.

    ajarkan teknik relaksasi atau

    distraksi

    6.jalskan kativitas yang dapat

    dilakukan selama periode

    nyeri

    7.batasi pengunjung terutama

    selama periode nyeri

    8.minimalkan stimulasi

    penyebab nyeri

    9.

    kolaborasi dengan tim medis

    untuk pemberian analgesic

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    18/45

    Daftar Pustaka

    Baticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

    Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika

    Muttaqin, Arif. 2005.Pengantar Asuhan Keperawatan Pada System Saraf. Jakarta :

    Salemba Medika.

    Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

    Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 2. Yogyakarta:

    MediAction

    Price SA, LM Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

    volume 1 edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

    Stephen, H. 2012.Brain Neoplasma. Access onwww.emedicine.comMarch, 9th2014.

    http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/
  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    19/45

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    I.PENGKAJIAN

    1.IDENTITAS

    a. Tanggal pengkajian : 22 April 2014 jam 08.00 WIB

    b.Tanggal masuk : 28 Maret 2014 jam 16.00 WIB

    c. Ruangan : Mawar 2

    d.diagnose medis : post kraniotomi tumor otak

    e.

    Identitas

    Nama : Ny. T

    Umur : 65 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Pedagang

    Suku : Jawa

    Bahasa : Indonesia

    Alamat : Sukoharjo, Surakarta

    Penanggung Jawab

    a.Nama : Tn. S

    b.Umur : 71 tahun

    c. Pendidikan : SD

    d.

    Pekerjaan : Petanie. Suku : Jawa

    f. Bahasa : Indonesia

    g.Alamat : Sukoharjo, Surakarta

    h.No telpon : 085727xxxxx

    2.

    KELUHAN UTAMA

    Saat pengkajian, klien mengalami penurunan kesadaran : tidak bisa berkomunikasi

    dengan baik (kadang berbicara namun tidak dapat dimengerti), hanya membuka mata,

    pergerakan pada anggota tubuh sangat lemah. Nilai GCS = 10, E4M4V2, kesadaran

    delirium. Suhu tubuh 38.70C.

    3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

    10 hari yang lalu, klien menjalani operasi kraniotomi tumor otak pada bagian

    temporoparietalis. 5 hari pasca operasi, klien mengalami demam tinggi (suhu 390C),

    tekanan darah 160/100 mmHg, bicara tidak bermakna dan pergerakan pasif pada

    kedua ekstremitas.

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    20/45

    4.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    Klien memiliki riwayat hipertensi (180/110 mmHg) sejak 15 tahun yang lalu (2003).

    Keluarga klien mengatakan, klien sering mengeluhkan sakit kepala sejak 2 tahun yang

    lalu. Klien pernah menjalani perawatan di RS. Dr. Oen Surakarta 1.5 bulan yang lalu,

    yaitu tanggal 10 Maret 2014 selama 10 hari, dan dinyatakan menderita tumor otak,

    setelah itu klien pulang (belum dilakukan pembedahan). Selama di rumah, keadaan

    klien memburuk, yaitu suhu 38.50C, sakit kepala hebat, bicara tidak jelas dan sulit

    bergerak. Pada tanggal 22 Maret 2014 klien dibawa ke RSUD Sukoharjo, dirawat 1

    hari, lalu dirujuk ke RSDM Surakarta (23 Maret 2014). Klien menjalani perawatan di

    Ruang Mawar 3 selama 1 minggu. Klien kejang 1x, kemudian dipindah ke Ruang

    HCU. Klien menjalani pembedahan kraniotomi pada tanggal 12 April 2014, lalu

    menjalani perawatan di Ruang Mawar 1.

    5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

    Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit TBC, hepatitis, hipertensi, Diabetes

    Melitus, dan penyakit menurun lainnya.

    Genogram

    Keterangan:

    Laki-laki klien

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    21/45

    Perempuan meninggal dunia

    ---------- tinggal 1 rumah

    6. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Keadaan Umum

    Klien lemah, tidak bisa berkomunikasi dengan baik (kadang berbicara namun tidak

    dapat dimengerti), hanya membuka mata, pergerakan pada anggota tubuh sangat

    lemah. Suhu tubuh 38.70C.

    B. Kesadaran

    Delirium GCS : E4M4V2

    C. Vital Sign

    TD : 150/100mmHg

    T : 38.50C

    N : 120x/menit

    RR : 24x/menit

    SpO2 : 92%

    D. Kepala dan Rambut

    bentuk kepala mesocephal, tidak ada rambut, terdapat luka post kraniotomi

    sepanjang 7cm dibagian temporal parietalis kanan dan 5cm di atas telinga.

    E.

    Mata

    I : sclera tidak ikterik, konjunctiva anemis, bola mata bulat berwarna hitam,

    kornea berwarna putih, refleks pupil terhadap cahaya isokor, tidak ada lesi,

    penyebaran bulu mata dan alis mata merata.

    F. Hidung

    I : Tidak terdapat luka di hidung klien. Lubang hidung klien simetris kanan dan

    kiri. Klien terpasang nasal kanul 02 2 liter/menit. Tidak ada polip, tidak ada

    pernapasan cuping hidung.

    G. Mulut

    I : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, lidah berwarna putih pucat, tidak ada

    stomatitis, posisi lidah, terdengar snoring,posisi lidah ????

    H. Telinga

    I : Bentuk simetris antara kanan dan kiri. Lubang telinga bersih, tidak ada

    serumen.

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    22/45

    I. Leher

    I : tidak ada pembesaraan kelenjar tiroid, tidak ada pembesaraan vena jugularis,

    Pa : tidak ada massa, trakea di tengah (kanan-kiri sama, tidak ada deviasi trakea)

    J. Paru-Paru

    I : bentuk dada pigeon chest, ekspansi dada kanan-kiri asimetris (nampak

    menurun pada bagian kiri), terdapat otot bantu pernafasaan diafragma, ekspirasi

    lebih panjang (I : E = 1:2), RR: 24x/menit

    Pa : tidak ada nyeri tekan dan krepitasi, taktil fremitus kanan-kiri teraba lemah

    Pe : Terdengar bunyi sonor.

    Au: Terdengar bunyi vesikuler pada lapang paru

    K. Jantung

    I : bentuk dadapigeon chest, warna kulit sama, tidak ada lesi dan jaringan parut,

    iktus kardis tidak terlihat

    Pa : iktus kardis tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan krepitasi, kulit kering.

    Pe : bunyi pekak, terdapat pelebaran batas jantung pada tepi kanan dan kiri: batas

    atas jantung di SIC ke-2 garis parasternal kiri, batas bawah jantung di SIC ke-5,

    batas kiri jantung di SIC ke-6 garis midklavikula kiri, batas kanan jantung di SIC

    ke-5 midsternal kanan

    Au : Bunyi jantung I dan II terdengar normal lup-dup, tidak ada bunyi tambahan,

    HR : 120x/menit

    L. Abdomen

    I : bentuk cembung, warna kulit sama, tidak ikterik, tidak ada lesi, perut tidak

    mengkilat

    Au : bising usus klien 10x/menit

    Pe : terdapat bunyi timpani.

    Pa : tidak teraba massa, tidak teraba pembesaraan hati, limpa

    M.Genetalia dan Anus

    tidak terdapat ruam pada perianal, terpasang DC pada tanggal 13 April 2014.

    N. Ekstremitas Atas

    I : tidak ada lesi, tidak ada jari tabuh, warna kuku merah pucat, tidak ada

    sianosis dan inflamasi

    Pa : turgor tulit 3 detik, capillary refill time3 detik, tidak ada oedem, akral hangat,

    nadi teraba lemah, kekuatan otot 3|3

    O. Ekstremitas Bawah

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    23/45

    I : tidak ada lesi, tidak ada sianosis

    Pa : turgor tulit 3 detik, capillary refill time 3 detik, tidak ada oedem, akral

    hangat, nadi teraba lemah, kekuatan otot 3|3

    P. Kulit

    I : Terdapat luka ulkus dekubitus pada bagian sacrum : diameter 10cm, tebal

    1cm, berbau, nampak kemerahan, tidak ada jaringan nekrosis, terdapat pus

    berwarna kekuningan, dilakukan perawatan luka 1x/hari.

    Pa : terdapat pus berwarna kekuningan

    Penilaian derajat dekubitus berdasarkanBraden Score

    No. Faktor resiko Hasil Nilai

    1. Kemampuan persepsi sensori :

    Berespon terhadap tekanan yang

    berhubungan dengan

    ketidaknyamanan

    Sangat terbatas 2

    2. Kelembaban :

    Derajat kulit yang terpapar

    kelembaban

    Kadang-kadang

    lembab

    3

    3. Aktivitas :

    Derajat aktivitas fisik

    Baring total 1

    4. Mobilitas :

    Kemampuan merubah atau

    menahan posisi tidur

    Sangat terbatas 2

    5. Nutrisi :

    Pola intake makanan, puasa,

    TPN

    Tidak adekuat 2

    6. Gesekan Potensial

    bermasalah

    2

    Total

    Kesimpulan

    11

    Resiko tinggi

    Q. Neurologis (Nervus Cranial/ NC)

    1.NC I Olfaktorius : klien mampu berespon terhadap bau

    2.

    NC II Optikus : lapang pandang klien berjarak 30 cm

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    24/45

    3.NC III Okulomotor : gerak mata terbatas, dilatasi pupil normal

    4.NC IV Troklearis : klien tidak mampu menggerakkan bola mata ke atas-ke

    bawah

    5.NC V Trigeminalis : wajah tampak relaksasi, otot rahang mampu bergerak

    untuk mengunyah

    6.

    NC VI Abdusens : gerak mata ke samping normal

    7.NC VII Fasial : wajah mampu digerakkan, bibir bergerak saat

    mengerang

    8.NC VIII Vestibulokoklear : mampu mendengar bunyi namun responnya lemah

    9.NC IX Glossofaringeus : mampu mengecap, merasakan makanan, lidah

    mampu bergerak

    10.

    NC X Vagus : terdapat gerakan pita suara saat mengerang

    11. NC XI Assesorius spinal : gerakan kepala dan bahu terbatas

    12. NC XII Hipoglossus : lidah bergerak saat bicara, artikulasi tidak jelas,

    mampu menelan namun tidak maksimal

    7. Pengajian Fungsional

    A. Oksigenasi

    Klien terpasang nasal kanul 2 liter/menit, RR: 36x/menit, nafas cepat dan dangkal.

    B.

    Nutrisi dan Cairan

    No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji

    1. Frekuensi makan 2 kali sehari 5-10 sendok

    2. Jumlah makanan 1 porsi habis 1/41/3 porsi

    3. Jenis makanan Nasi putih, telor, ikan,

    sayur, buah

    Bubur, biscuit, nasi

    putih, buah

    4. Alergi makanan Tidak ada Tidak ada

    5.

    Nafsu makan Cukup Kurang

    6. Kebiasaan minum 6-8 gelas/hari 1-2 gelas/hari

    IMT : BB / (TB)2 = 45/(1.52) = 45/2.25 = 20 (BAIK)

    Intake cairan Output cairan

    Air putih : 400 cc

    Teh manis : 100 cc

    Infus NaCl 0.9% 1500 cc

    Urine : 1500 cc

    Feses : 100 cc

    Keringat : 100 cc

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    25/45

    Injeksi : ceftriaone 5 cc, ranitidin

    2 cc

    Total : 2000 cc 1700 cc

    C. Eliminasi

    BAB

    No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji

    1. Frekuensi 1 kali sehari 1x/2 hari

    2. Warna Kuning Coklat

    3. Bau Khas Khas

    4.

    Konsistensi Lunak/lembek Lunak

    BAK

    No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji

    1.

    Frekuensi 5-6x/hari Terpasang DC sejak 13 April 2014

    2.

    Warna Kuning jernih Kuning jernih

    3.

    Bau Amoniak Amoniak

    D. Termoregulasi

    suhu klien 38,70C, kulit klien teraba hangat. Klien diberikan kompres hangat pada

    dahi dan dada.

    E. Aktivitas Latihan/Mobilisasi

    Tabel Tingkat Kemandirian

    Kemampuan Perawatan

    Diri

    0 1 2 3 4

    Makan/minum V

    Toileting V

    Berpakaian V

    Mobilitas di tempat tidur V

    Berpindah V

    Skala jatuh Morse/MorseFalls Scale

    No. Variabel Hasil Nilai

    1. Riwayat jatuh No 0

    Keterangan :

    0 = mandiri

    1 = dengan alat bantu

    2

    = dibantu orang lain

    3 = dibantu orang lain dan alat

    4 = tergantung total

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    26/45

    2. Diagnosis sekunder/ banding Yes 15

    3. Alat bantu mobilisasi Bedrest/ asistensi

    perawat

    0

    4. Pemakaian obat-obatan IV tertentu No 05. Gaya berjalan/ berpindah Immobile 0

    6. Status mental Berorientasi pada diri

    sendiri

    0

    Total Resiko rendah 15

    F. Seksualitas

    Klien menikah pada usia 18tahun. Klien merupakan seorang istri dank lien

    memiliki 2orang anak.

    G. Psikososial

    Stress : Keluarga klien mengatakan klien tidak mengalami stress ataupun

    tekanan batin. selama dirawat dimawar 2 klien hanya dapat membuka mata dan

    kadang bergumang tidak jelas.

    Koping : Keluarga klien secara bergantian menunggui klien. Dan keluarga klien

    mengajak klien untuk berkomunikasi.

    Peran Diri : Klien selama sakit tidak dapat melaksanakan perannya sebagai ibu

    dna seorang istri.

    H. Rasa Aman dan Nyaman

    Penilaian Comfort Scale :

    No. Kategori Nilai Kondisi

    1. Alertness/ kesiagaan 2 Tertidur tak dalam

    2. Calmness/ ketenangan 2 Sedikit cemas

    3. Crying/ tangis 1 Napas hening, tak ada tangis

    4. Physical

    movement/pergerakan

    tubuh

    2 Sekali-sekali, gerakan ringan

    5. Muscle tone/ kekuatan otot 2 Kekuatan tonus otot

    berkurang

    6. Respiratory distress

    /gangguan pernapasan

    2 Napas spontan dengan sedikit

    respon

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    27/45

    7. Facial tension/ tegang

    wajah

    2 Adanya ketegangan otot muka

    8. Blood pressure/ tekanan

    darah

    3 Peningkatan tekanan darah

    9. Heart Rate/ denyut nadi 2 Peningkatan detak jantung

    Total 18 Nyeri terkontrol

    I. Spiritual

    Selama sakkit klien tidak menjalankan ibadah seperti sholat, mengaji, membaca

    al-quran. Keluarga klien setiap hari berdoa untuk kesembuhan klien.

    J.

    Higiene

    No Pembanding Sebelum Sakit Saat Dikaji

    1. Mandi 2x/hari 1x, disibin

    2. Keramas 2-3x/minggu Belum keramas selama rawat inap

    3. Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari

    4. Sikat gigi 2x/hari Belum pernah

    5. Memotong kuku 1x/minggu Belum pernah

    K. Istirahat dan Tidur

    Sebelum sakit : klien tidur selama 7-8 jam dan tidur siang 1jam.

    Saat sakit : klien tidur 8-9jam dan sering terbangun

    L. Aktualisasi Diri

    Sebelum sakit : Klien membantu suaminya berjualan makanan di dekat

    rumahnya,

    Saat sakit :Klien terbaring di tempat tidur, aktifitas klien dibantu oleh

    orang lain

    M.Rekreasi

    Sebelum sakit : Klien dan keluarga jarang menghabiskan waktu untuk rekreasi

    Saat sakit : -

    N. Kebutuhan Belajar

    Keluarga klien antusias dalam menanyakan perkembangan kesehatan klien.

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    28/45

    8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Jenis

    Pemeriksaan

    Hasil Nilai Normal Kesan Rasional

    Laboratorium

    Darah (tgl 20-4-2014)

    Hemoglobin 11.3 12-15.6 g/dL Menurun Klien dilakukan

    craniotomy dan

    telah kehilangan

    banyak darah

    sehingga produksi

    Hb menurun.

    Untuk

    memproduksi Hb

    normal, tubuh

    memerlukan waktulebih dari 3 bulan

    Hematokrit 35 33-45 % Normal

    Leukosit 23.1 4.5-11 ribu/uL Meningkat Adanya infeksi

    akut

    Trombosit 262 150-450

    ribu/uL

    Normal

    Eritrosit 3.84 41.1-5.1

    juta/uL

    Menurun Klien memiliki

    riwayat anemia

    GDS 103 60-140 mg/dL Normal

    Creatin 0.7 0.6-1.2 mg/dL NormalUreum 20

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    29/45

    mengalami

    hipertermia

    sehingga kapiler

    darah akan

    berdilatasi.

    Banyaknya panasyang keluar dari

    permukaan tubuh

    akan

    mengakibatkan

    curah jantung

    meningkat

    sehingga O2 dalam

    darah juga

    meningkat

    10. TERAPI

    Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi &

    Cara kerja

    Efek samping Peran

    Perawat

    Amlodipine 3x1 15

    mg

    Oral Obat

    antihipertensi,

    angina stabil

    kronik

    Vasodilator

    arteri periferuntuk

    menurunkan

    tekanan darah

    Edema, sakit

    kepala

    Memantau

    efek samping

    yang

    mungkin

    timbul pada

    klien

    Captopril 3x1 25mg

    Oral Pengobatanhipertensi

    ringan sampai

    sedang

    Mencegah

    perubahan

    angiotensin I

    menjadiangiotensin II

    Meningkatkanureum darah

    & creatinin II

    Menjelaskankepada klien

    mengenai

    manfaat obat

    HCt

    (Hidroclorotiazid)

    1x1 12.5

    mg

    Oral Edema,

    hipertensi,

    menghambat

    reabsorpsi

    natrium &

    clorida

    Gangguan

    saluran cerna,

    hipokalemia

    Menjelaskan

    tentang efek

    samping obat

    NaCl 0.9% 500 ml Parenteral Pengganti

    cairan plasma

    isotonic yang

    hilangMemelihara

    Demam,

    iritasi pada

    tempat

    injeksi,thrombosis

    Memonitor

    tetesan infuse

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    30/45

    tekanan

    osmosis darah

    dan jaringan

    atau flebitis

    Ceftriaxone 2x5 ml

    Igr

    Parenteral Infeksi

    saluran napas,

    injeksisaluran

    kemih,

    membunuh

    bakteri

    Nyeri, pusing,

    gangguan

    lambung

    Memberi

    tahu klien

    tentang efeksamping obat

    Ranitidine 2x1 50

    mg

    Oral Infeksi

    saluran napas,

    ginjal,n

    pencegahan

    infeksi, tukak

    lambung

    Menghambatsekresi asam

    lambung

    Diare,

    konstipasi,

    nyeri otot,

    pusing

    Member tahu

    klien tentang

    manfaat dan

    efek samping

    obat

    Manitol 2x250 ml Parenteral Mengurangi

    tekanan

    intracranial,

    massa pada

    otak,

    meningkatkan

    jumlah

    pengeluarancairan di

    ginjal

    Gangguan

    pencernaan,

    pusing,

    demam,

    demam

    Memonitor

    tetesan infus

    Novalgin 2x100

    mg

    Oral Sakit kepala,

    sakit

    pinggang

    Menurunkan

    suhu tubuh

    Edema wajah,

    gatal, dingin

    pada

    ekstermitas

    Member tahu

    manfaat dan

    efek samping

    obat

    Kutorn 2x2 ml Parenteral Serangan

    psikomotor

    (epilepsy

    lobustemporal)

    Ucapan tidak

    jelas, pusing,

    insomnia,

    mual, muntah,konstipasi

    Memberitahu

    manfaat dan

    efek samping

    obat

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    31/45

    11. ANALISA DATA

    No. Data Fokus Masalah Etiologi

    1. Ds : -

    Do:-kulit teraba hangat

    -suhu tubuh 38.70C

    -klien terlihat menggigil

    - TD = 150/100 mmHg,

    N=120x/menit, RR=24x/menit

    Hipertermia (00007) Peningkatan laju

    metabolisme

    2. Ds : -

    Do:

    -ekspansi dada kanan-kiri asimetris

    (nampak menurun pada bagian kiri)

    -penggunaan otot bantu pernapasan

    diafragma

    -RR : 24x/menit, napas dangkal

    -ekspirasi lebih panjang = I : E= 1:2

    Ketidakefektifan

    Pola Napas(00032)

    Penurunan ekspansi

    paru

    3. Ds :-

    Do :

    -anggota gerak klien kaku dan lemah

    -klien nampak lemas

    -klien mengalami perubahan

    kesadaran : delirium

    -nilai GCS : E4M4V2

    -hasil MSCT scan : lesi pada inraaxial

    supretentorial, edema di sekitar lobus

    temporoparietalis

    - tidak bisa berkomunikasi dengan

    baik (kadang berbicara namun tidak

    dapat dimengerti)

    Ketidakefektifan

    perfusi jaringan

    cerebral (00201

    Iskemia jaringan otak

    4. Ds : -

    Do:- Terdapat luka ulkus dekubitus pada

    bagian sacrum : diameter 10cm,

    tebal 1cm, berbau, nampak

    kemerahan, tidak ada jaringan

    nekrosis, terdapat pus berwarna

    kekuningan

    -klien tirah baring

    -hasil penilaian Braden Score : 11

    resiko tinggi

    Gangguan Integritas

    Jaringan (00044)

    immobilisasi fisik

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    32/45

    12. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    No. Jam/ tanggal

    ditemukan

    Diagnosa keperawatan TTD

    1. 22-4-2014/

    Pkl. 12.30

    Hipertermia berhubungan dengan

    peningkatan metabolisme (00007)2. Pkl. 12.30 Ketidakefektifan pola napas berhubungan

    dengan penurunan ekspansi paru (00032)

    3. Pkl. 12.30 Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

    berhubungan dengan iskemia jaringan otak

    (00201)

    4. Pkl. 12.30 Kerusakan integritas jaringan berhubungan

    dengan hambatan mobilitas fisik (00044)

    13. PERENCANAAN

    No. Tgl/Jam Diagnosa

    keperawatan

    Intervensi TTD

    Tujuan Tindakan

    1 22-4-

    2014/

    Pkl.

    12.45

    Hipertermia b.d

    peningkatan

    metabolisme

    Mempertahankan

    normotermia setelah

    dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    jam dengan kriteria hasil:

    1.Suhu tubuh dalam

    rentang normal (360

    -370C)

    2.Nadi 60-100x/menit

    3.RR 16-20x/menit

    4.Tidak ada perubahan

    warna kulit

    5.Merasa nyaman

    Perawatan Demam

    1.

    Monitor suhu

    2.

    Monitor IWL

    3.

    Monitor intake

    dan output

    cairan

    4.

    Kompres klienpada lipat paha

    dan aksila

    5.

    Tingkatkan

    sirkulasi udara

    6.

    Selimuti pasien

    dengan selimut

    tipis

    7.

    Anjurkan

    keluarga klienuntuk tidak

    memakaikan

    baju yang tebal

    8.

    Kolaborasi: beri

    antipiretik

    Monitor Tanda

    Vital

    1.

    Monitor TD,

    Nadi, Suhu, dan

    RR

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    33/45

    2. Monitor

    frekuensi dan

    irama napas

    3. Monitor pola

    napas4. Monitor suhu,

    warna kulit, dan

    kelembaban

    kulit

    5. Monitor

    sianosis perifer

    6. Monitor adanya

    cushing triad

    (tekanan nadi

    yang melebar,

    bradikardi,

    peningkatan

    sistolik)

    2. 22-4-

    2014

    Ketidakefektifan

    pola napas b.d

    penurunan

    ekspansi paru

    Pola napas efektif setelah

    dilakukan asuhan

    keperawatan selama 3x24

    jam, dengan kriteria hasil:

    1.Ekspansi paru optimal

    simetris kanan dan kiri

    2.

    RR 16-20x/menit3.Irama napas teratur

    Manajemen

    Breathing

    1.Monitor irama,

    frekuensi, dan

    kedalaman

    pernapasan

    2.

    Monitor polanapas:

    bradipnea,

    takipnea,

    hiperventilasi

    3.Catat

    pergerakan

    dada,

    kesimetrisan dan

    penggunaan otot

    tambahan

    4.

    Palpasi ekspansi

    paru

    5.

    Auskultasi suara

    napas

    6.Berikan klien

    posisi semi

    fowler

    Manajemen Jalan

    Napas

    1.

    Kaji kepatenan

    jalan napas2.Pertahankan

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    34/45

    masukan cairan

    sesuai

    kebutuhan

    Terapi Oksigen

    1.Berikan terapi

    oksigen nasalkannul sesuai

    kebutuhan

    2.Monitor aliran

    oksigen

    3.Monitor

    keefektifan

    terapi oksigen

    4.

    Monitor

    kecemasan

    pasien

    3. 22-4-2014

    Ketidakefektifanperfusi jaringan

    cerebral b.d

    iskemia jaringan

    otak

    Perfusi jaringan otakadekuat setelah dilakukan

    asuhan keperawatan

    selama 3x24 jam

    Dengan kriteria hasil:

    1.GCS=E4V3M5

    2.

    TD stabil antara : 90/60

    s/d 180/110 mmHg

    3.

    HR 60-100x/menit

    4.RR 16-20x/menit

    5.

    Meningkatnya tingkat

    kesadaran,kognitif,moto

    rik, sensorik

    6.Tidak ada ketegangan

    pada otot wajah

    7.

    Tidak ada tanda

    peningkatan TIK

    Monitor statusneurologi:

    1. Monitor status

    neurologi:

    kesadaran,

    GCS, pupil,

    sensorik,

    motorik

    2.

    Monitor status

    orientasi orang,

    waktu, tempat

    dan situasi

    3. Monitor tanda

    peningkatan

    TIK: muntah

    proyektil, nyeri

    kepala,

    pandangan

    kabur

    4. Edukasi pasien

    dan keluarga

    perlunyadimonitorig

    status nerologis

    secara kontinu

    Tingkatkan perfusi

    cerebral

    1.Atur posisi

    kepala elevasi

    150-300

    2.Cegah valsava

    maneuver

    3.

    Berikan oksigensesuai

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    35/45

    kebutuhan

    4.Edukasi klien/

    keluarga tentang

    pencegahan

    resiko jatuh

    4. 22-4-2014

    KerusakanIntegritas

    Jaringan b.d

    hambatan

    mobilisasi fisik

    Integritas jaringan terjagasetelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    jam, dengan kriteria hasil:

    1. Bebas iritasi dan

    kemerahan

    2.

    Tidak ada pus/ nanah

    Perawatan luka1. Observasi jenis

    dan

    karakteristik

    luka

    2. Bersihkan luka

    dengan cairan

    isotonic NaCl

    0.9%

    3.

    Gunakan teknikaseptik untuk

    perawatan luka

    4. Bersihkan luka

    dari jaringan

    mati dan pus

    5. Tutup luka

    dengan balutan

    yang sesuai

    6.

    Ganti balutan

    luka setiap hari

    7. Lakukan

    edukasi tentang

    perawatan luka

    dan diet yang

    mendukung

    penyembuhan

    luka

    14. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

    No

    .

    Tgl/Jam Dx.

    Kep

    Implementasi Respon TTD

    1. 22-4-2014

    13.00

    1,2,3,4, memonitor tanda-tanda

    vital

    S: - (klien mengalami

    perubahan kesadaran)

    O:-klien membuka mata

    spontan, fleksi

    pergelangan tangan, otot

    wajah tegang.

    TD:150/100mmHg,N:120x/menit,

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    36/45

    RR:24x/menit, T:38.7 C

    2. 13.10 1 menganjurkan keluarga

    klien untuk memberikan

    kompres hangat

    S: -

    O: - kulit klien teraba hangat,

    klien diberikan kompres di

    dahi dan aksila,

    3. 13.20 1, 4 memberikan selimut tipispada klien dan mengganti

    linen yang lembab

    S: -O: klien nampak gelisah

    4. 13.50 2 Memonitor pola napas

    klien : kedalaman,

    frekuensi

    S:-

    O: klien napas dangkal,

    irregular, RR : 24x/menit

    5. 14.00 2 Mengauskultasi suara

    napas

    S : -

    O: - terdengar fase ekspirasi

    lebih panjang daripada

    fase inspirasi

    6. 14.10 2,3 Memberikan posisi untuk

    memaksimalkan ventilasi

    : semi fowler, head up

    300

    S: -

    O: - klien nampak tenang,

    ketegangan otot muka

    berkurang

    7. 14.15 3 Memonitor kesadaran,

    GCS

    S : -

    O : - kesadaran delirium,

    E4M4V2,klien membuka

    mata spontan, fleksi

    pergelangan tangan, dan

    bicara tak bermakna

    8. 14.30. 3 Memonitor status

    orientasi klien : menilaiingatan terhadap orang,

    waktu, dan tempat

    S : -

    O: - klien masih mengenalisuami dan anaknya, klien

    tidak bisa berkomunikasi

    dengan baik

    9. 15.00 3 Memonitor adanya

    muntah, nyeri kepala

    S : -

    O : - klien tidak muntah, otot

    wajah klien terlihat tegang

    10 15.20 4 Menganjurkan keluarga

    klien untuk menjaga

    kelembaban daerah luka

    dekubitus

    S :-

    O: -keluarga klien sering

    membersihkan tempat

    tidur klien, mengganti

    linen11. 15.30 4 Menganjurkan klien

    untuk merubah posisi

    klien tiap 1 jam

    S : -

    O: - klien diubah posisinya

    tiap 1 jam, miring kanan-

    miring kiri, diganjal

    menggunakan bantal

    12. 15.45 2 Memberikan terapi

    oksigen dengan nasal

    kanul 2 lpm

    S : -

    O: - napas klien dangkal,

    klien nampak tenang

    13. 16.00 1,2,3,4 memberikan injeksi obat :

    ceftriaxone 2x5ml, kutoin

    2x2 ml

    S :-

    O : -klien nampak tenang,

    tidak ada ketegangan otot

    wajah

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    37/45

    14. 17.00 1,2,3,4 Memonitor tanda-tanda

    vital

    S: -

    O: - klien nampak cemas :

    mata terbuka lebar, otot

    wajah tegang,

    TD : 160/100 mmHg, nadi :

    110x/menit, RR :24x/menit, T : 390C

    15. 17.30 2 Mengauskultasi suara

    napas

    S :-

    O: - napas irregular, RR :

    24x/menit

    16. 18.00 2,3 Memberikan posisi : semi

    fowler, head up 300

    S :-

    O: - klien nampak tenang,

    klien tidur

    17. 18.45 1 Memonitor suhu,

    memberikan kompres

    hangat

    S : -

    O: - kulit klien teraba hangat,

    tidak ada tanda kemerahan

    18. 19.15 1,4 menganjurkan keluarga

    klien untuk

    memperbanyak

    memberikan minum klien

    S : -

    O: - klien minum 5 sendok,

    reflek menelan klien tidak

    maksimal

    19. 20.00 1,2,3,4 Memberikan kolaborasi

    obat per oral : captopril

    (3x25 mg)

    S: -

    O: - klien nampak tenang

    setelah minum obat

    20. 20.10 1,4 Mengganti posisi kanan ;

    miring kanan- miring kiri

    tiap 1 jam

    S : -

    O :- klien nampak tenang

    21. 21.00 1, 2,3,4 mengukur tanda-tandavital S: -O: - klien membuka mata,

    tidak berespon terhadap

    rangsangan suara yang

    diberikan.

    TD:160/90mmHg,

    N:100x/menit,

    RR:20x/menit, T:380C

    22 21.15 2 Memonitor irama

    pernafasaan

    S: -

    O: - ekspirasi lebih panjang,

    E : I = 2:1, klien nampak

    tenang23 21.30 1 memberikan selimut tipis

    pada klien

    S : -

    O : -klien nampak tidur

    24 24.00 1,2,3,4 Memberikan obat oral :

    captopril 3x25 mg

    S : -

    O: klien kesulitan menelan,

    obat perlu dihaluskan

    terlebih dahulu

    25 23-4-

    22014

    06.00

    1,2,3,4 Memonitor tanda-tanda

    vital

    S :-

    O: - klien terlihat masih

    mengantuk. TD : 150/90

    mmHg, RR : 24x/menit,

    N : 96x/menit, T : 370C

    26 08.00 1,2,3,4 memonitor tanda-tanda S:-

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    38/45

    vital O: -klien membuka mata

    spontan, fleksi pergelangan

    tangan, otot wajah tegang.

    TD:150/90mmHg,

    N:100x/menit, RR :

    20x/menit, T: 36.80

    C27 08.15 1,2,3,4 Memberikan obat :

    Captopril 3x25 mg (per

    oral), ceftriaxone 2x5ml

    (parenteral), ranitidine

    2x5ml (parenteral),

    manitol 2x 250ml

    (parenteral), novalgin

    2x100 mg (per oral),

    kutoin 2x2ml (parenteral)

    S: -

    O : -klien tenang, tidak ada

    kemerahan dan iritasi pada

    kulit klien

    28 08.30 1 memberikan selimut tipis

    pada klien dan menggantilinen yang lembab

    S:-

    O : - klien mengenakan bajutipis dan selimut tipis

    29 09.00 4 Melakukan perawatan

    luka dekubitus

    S :-

    O: - klien nampak tenang,

    perawatan luka dengan

    menggunakan larutan

    NaCl 0.9%, mengganti

    balutan luka, terdapat pus,

    tidak ada jaringan

    nekrosis, ulkus berwarnakemerahan

    30 09.30 2 Memonitor alat bantu

    oksigen klien

    S : -

    O : - klien terlihat nyaman,

    otot wajah tak tegang

    31 09.35 2,3 Memberikan posisi untuk

    memaksimalkan ventilasi

    : semi fowler, head up

    300

    S : -

    O: - klien nampak tenang,

    ketegangan otot muka

    berkurang

    32 11.00 2 mengauskultasi suara

    nafas klien

    S :-

    O : fase ekspirasi terdengarlebih panjang

    33 11.10 2 memantau adanya

    penggunaan otot

    tambahan nafas

    S : -

    O : - adanya penggunaan otot

    bantu pernapasan

    diafragma, ekspansi paru

    menurun pada apeks kiri

    34 11.45 1, 3 memantau pengeluaran

    dan pemasukan cairan

    S : -

    O: urine bag: 200ml, air

    minum: 10 sendok, infuse

    :500 ml

    Klien nampak tenang

    35 12.15 3 memonitor peningkatan S : -

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    39/45

    TIK melalui adanya

    muntah, kejang,nyeri

    kepala

    O: - klien tidak ada muntah

    dan kejang, klien tidak

    berespon terhadap rangsangan

    pada tekan pada kepala

    36 12.30 3 memberi edukasi pada

    keluarga klien untukmengurangi resiko jatuh

    kepada klien

    S : -

    O : -keluarga klienmengatakan sering mengunci

    restrain pada bed klien,

    pergerakan klien terbatas dan

    dibantu orang lain

    37 13.00 3 Memonitor tingkat

    kesadaran klien

    S : -

    O: - kesadaran delirium: klien

    membuka mata spontan,

    bicara tidak bermakna,

    pergerakan tangan dan

    kaki terbatas

    38 14.00 1,2,3,4 Memonitor TTV S : -O : - klien nampak tidur

    TD : 140/100 mmHg, RR :

    20x/menit, N: 90x/menit,

    T: 36.50C

    39 15.00 1, 4 Menganjurkan keluarga

    untuk memberikan

    selimut dan pakaian tipis

    pada klien

    S : -

    O : - klien diberikan baju tipis

    dan selimut tipis, kulit kering

    40 15.30 4 Memonitor lukadekubitus klien S : -O: - luka tertutup balutan

    sepanjang 10 cm, klien

    nampak tegang pada otot

    wajah

    41 16.00 1,2,3,4 Memberikan obat :

    Captopril 3x25 mg (per

    oral)

    S:-

    O: - obat digerus, klien

    nampak kesulitan

    meminum obat

    42 17.00 2 Memonitor alat bantu

    oksigen klien : nasal

    kanul 2 lpm

    S:-

    O: -klien terlihat nyaman,

    tidak ada iritasi pada hidung

    43 17.10 2,3 Memberikan posisi : semi

    fowler, head up 300

    S:-

    O: -klien nampak tidur

    44 18.00 1 memantau keluaran

    keringat klien

    S: -

    O:klien berkeringat, kulit

    lembab

    45 18.30 1 menganjurkan keluarga

    klien untuk

    memperbanyak minum

    S: -

    O : - klien diberikan minum

    air putih 5 sendok, nampak

    kesulitan menelan

    46 19.00 3 Memonitor resiko jatuh

    klien

    S: -

    O : -pergerakan klien terbatas,bed terkunci

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    40/45

    47 19.45 3 Memonitor tingkat

    kesadaran

    S: -

    O : -Klien membuka mata

    spontan, kadang bicara

    tidak bermakna (lebih

    banyak diam),

    pergelangan tangan sudahbisa memegang fleksi-

    ekstensi

    48 20.00 1,4 Menjaga kelembaban

    tempat tidur klien

    S: -

    O: klien nampak tenang

    49 20.10 1,2,3,4 Memberikan obat :

    Captopril 3x25 mg (per

    oral), ceftriaxone 2x5ml

    (parenteral), ranitidine 2x

    5ml (parenteral), manitol

    2x 250ml (parenteral),

    novalgin 2x100 mg (peroral), kutoin 2x2ml

    (parenteral)

    S: -

    O : klien nampak tenang,

    tidak ada iritasi dan

    kemerahan

    50 21.00 4 Mengganti posisi kanan ;

    miring kanan- miring kiri

    S:-

    O:--klien sudah bisa

    menggerakkan tangan,

    kaki klien masih sulit

    bergerak

    51 21.30 1,2,3,4 mengukur tanda-tanda

    vital

    S:-

    O: klien nampak tenang, tidak

    ada ketegangan otot wajahTD:150/90mmHg, RR:

    20x/menit, N: 90x/menit,

    T: 37.30C

    52 24.00 1,2,3,4 Memberikan obat :

    captopril 3x25 mg (per

    oral)

    S:-

    O: klien berusaha menelan

    dengan baik

    53 06.00 1,2,3,4 Mengukur tanda-tanda

    vital

    S:-

    O: klien nampak tenang

    TD: 140/90 mmHg, RR:

    20x/menit, N: 86x/menit,

    T: 37.40

    C54. 08.00 1,2,3,4 Memberikan obat :

    Captopril 3x25 mg (per

    oral), ceftriaxone 2x5ml

    (parenteral), ranitidine

    2x5ml (parenteral),

    manitol 2x 250ml

    (parenteral), novalgin

    2x100 mg (per oral),

    kutoin 2x2ml (parenteral)

    S: -

    O: - Klien nampak tenang,

    tidak ada iritasi dan

    kemerahan

    55 09.00 4 Melakukan perawatan

    luka dekubitus

    S: -

    O: - klien nampak tenang,perawatan luka dengan

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    41/45

    menggunakan larutan NaCl

    0.9%, mengganti balutan

    luka, terdapat pus, tidak ada

    jaringan nekrosis, ulkus

    berwarna kemerahan

    56 09.30 2 Memonitor alat bantuoksigen klien

    S: -O: - klien terlihat nyaman,

    otot wajah tak tegang

    57 10.00 2,3, Memberikan posisi untuk

    memaksimalkan ventilasi

    : semi fowler, head up

    300

    S: -

    O: -klien nampak tenang,

    ketegangan otot muka

    berkurang

    58 10.45 2 mengauskultasi suara

    nafas klien

    S: -

    O: -fase ekspirasi terdengar

    lebih panjang

    59 11.00 2 memantau adanya

    penggunaan otot

    tambahan nafas

    S: -

    O: -adanya penggunaan otot

    bantu pernapasan diafragma

    60 11.25 1,3 menganjurkan keluarga

    klien untuk

    memperbanyak minum

    S: -

    O: -klien diberikan minum air

    putih 5 sendok, nampak

    kesulitan menelan

    61 12.00 3 Memonitor tingkat

    kesadaran

    S: -

    O: -Klien membuka mata

    spontan, kadang bicara tidak

    bermakna (lebih banyakdiam), pergelangan tangan

    sudah bisa memegang fleksi-

    ekstensi

    62 13.00 4 Mengganti posisi kanan ;

    miring kanan- miring kiri

    S: -

    O: -klien sudah bisa

    menggerakkan tangan, kaki

    klien masih sulit bergerak

    63 13.50 1,2,3,4 mengukur tanda-tanda

    vital

    S: -

    O: -klien nampak tenang,

    tidak ada ketegangan otot

    wajahTD:150/90mmHg, RR:

    20x/menit, N: 90x/menit,

    T: 360C

    64 14.00 3 memonitor peningkatan

    TIK melalui adanya

    muntah, kejang, nyeri

    kepala

    S: -

    O: -tidak ada muntah dan

    kejang, otot wajah nampak

    rileks

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    42/45

    15. EVALUASI KEPERAWATAN

    No. Tgl/Jam Dx.

    Kep

    Evaluasi

    1. 23-04-

    2014

    07.00

    1 S:- (klien mengalami penurunan kesadaran)

    O:kulit klien teraba hangat, TD : 150/90 mmHg, RR :

    24x/menit, N : 96x/menit, T : 370C

    A:masalah hipertermia belum teratasi

    P:lanjutkan intervensi

    1.Anjurkan memperbanyak minum air putih

    2.monitor tanda-tanda vital

    3.monitor kemerahan pada kulit

    4.berikan pakaian tipis

    5.berikan kompres hangat

    6.

    Kolaborasi medis: berikan antipiretik2. 07.10 2 S:-

    O: ekspirasi lebih panjang, E : I = 2:1, klien nampak tenang

    A:masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi

    P:lanjutkan intervensi

    1.

    monitor aliran oksigen

    2.

    monitor peningkatan RR

    3. auskultasi suara dan kedalaman napas

    3. 07.30 3 S: -

    O: -kesadaran delirium, E4M4V2,klien membuka mata

    spontan, fleksi pergelangan tangan, dan bicara tak bermakna,

    klien masih mengenali suami dan anaknya, klien tidak bisa

    berkomunikasi dengan baik

    A: masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum

    teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    1.monitor kesadaran klien

    2.kaji orientasi klien terhadap orang, waktu, dan tempat

    3.monitor adanya muntah, nyeri kepala

    4. 07.30 4 S: -

    O:- luka berwarna kemerahan, diameter 10cm, tebal

    1cm,berbau, kulit sekitar lembab

    A: masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasiP:lanjutkan intervensi

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    43/45

    1. pertahankan kelembaban kuit klien

    2.

    lakukan perawatan luka 1x/hari, ganti balutan

    3. jaga kebersihan tempat tidur klien

    4. anjurkan keluarga untuk merubah posisi tiap 1 jam

    1. 24-4-2014 /

    07.15

    1 S: -O: - klien nampak tenang, TD: 140/90 mmHg, RR:

    20x/menit, N: 86x/menit, T: 37.40C

    A : masalah hipertermia belum teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    - monitor suhu klien

    - berikan pakaian dan selimut tipis

    - anjurkan untuk memperbanyak minum

    2. 07.20 2 S: -

    O : - adanya penggunaan otot bantu pernapasan diafragma,

    ekspansi paru menurun pada apeks kiri

    A: masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    1.

    monitor aliran oksigen

    2.

    monitor peningkatan RR

    3.

    auskultasi suara dan kedalaman napas

    3. 07.30 3 S: -

    O: - Klien membuka mata spontan, kadang bicara tidak

    bermakna (lebih banyak diam), pergelangan tangan sudahbisa fleksi-ekstensi, tidak ada muntah, ketegangan otot

    wajah masih ada

    A: masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum

    teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    - monitor kesadaran klien

    - kaji orientasi klien terhadap orang, waktu, dan tempat

    - monitor adanya muntah, nyeri kepala

    4. 07.35 4 S: -

    O: - klien nampak tenang, perawatan luka dengan

    menggunakan larutan NaCl 0.9%, mengganti balutan luka,

    terdapat pus, tidak ada jaringan nekrosis, ulkus berwarna

    kemerahan

    A: masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    1.pertahankan kelembaban kulit klien, berikan pakaian tipis

    2.

    lakukan perawatan luka 1x/hari, ganti balutan

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    44/45

    3.jaga kebersihan tempat tidur klien

    4.

    anjurkan keluarga untuk merubah posisi tiap 1 jam

    1. 25-4-

    2014 /

    07.30

    1 S : -

    O : klien nampak tenang, tidak ada iritasi dan kemerahan,

    suhu tubuh 36

    0

    CA: masalah hipertermia teratasi

    P: pertahankan intervensi

    2. 07.40 2 S: -

    O : adanya penggunaan otot bantu pernapasan diafragma,

    fase ekspirasi terdengar lebih panjang

    A: masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    -auskultasi bunyi napas

    -monitor pergerakan/ekspansi dada

    -catat kedalaman dan frekuensi pernapasan

    3. 07.45 3 S: -

    O : Klien membuka mata spontan, kadang bicara tidak

    bermakna (lebih banyak diam), klien sudah bisa

    menggerakkan tangan, kaki klien masih sulit bergerak, tidak

    ada muntah, otot wajah tak tampak adanya ketegangan

    A: masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum

    teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    -monitor kesadaran klien

    -monitor pergerakan anggota tubuh klien

    -monitor adanya muntah, ketegangan otot wajah

    4. 08.00 4 S: -

    O: klien nampak tenang, perawatan luka dengan

    menggunakan larutan NaCl 0.9%, mengganti balutan luka,terdapat pus, tidak ada jaringan nekrosis, ulkus berwarna

    kemerahan

    A: masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    - perawatan luka 1x/hari

    - monitor adanya pus, ganti balutan

    - monitor warna kemerahan pada ulkus

  • 8/10/2019 Revisi II Kasus Seminar Post Craniotomy

    45/45

    BAB IV

    PENUTUP

    a. Kesimpulan

    b. Saran

    Saran bagi mahasiswa keperawatan adalah agar dapat melaksanakan

    pengkajian perlu lebih cermat sehingga masalah kesehatan klien dapat

    diidentifikasi dengan benar sehingga intervensi yang diberikan dapat sesuai dengan

    kondisi klien.

    Saran bagi Perawat adalah agar dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan

    dengan lebih terstuktur dan sesuai dengan kaidah penulisan asuhan keperawatan

    sehingga dapat dipetanggungjawabkan dikemudian hari.

    Saran untuk penelitian adalah agar terus mengembangkan penelitaianmengenai pasien yang mengalami post kraniotomi ini sehingga pengobatan dan

    penatalaksaan lebih sesuai dengan kondisi penderita. Dengan adanya penelitian

    yang memadai lebih dapat mengetahui penanganan pasien itu sendiri dan

    menambah referensi mengenai post kraniotomi ini sendiri.