Review Skripsi Ekonomi Industri

43
REVIEW SKRIPSI EKONOMI INDUSTRI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MI INSTAN DI INDONESIA Oleh : Devi Aryati F34070018 Nurul Qomariyah F34070059 Dwi Apriliana F34070066 Adi Setiawan F34070089 Ika Kartika F34070092 Reiza Mutia F34070106 Pandu Damai I.T. F34070124

Transcript of Review Skripsi Ekonomi Industri

Page 1: Review Skripsi Ekonomi Industri

REVIEW SKRIPSI EKONOMI INDUSTRI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

INDUSTRI MI INSTAN DI INDONESIA

Oleh :

Devi Aryati F34070018

Nurul Qomariyah F34070059

Dwi Apriliana F34070066

Adi Setiawan F34070089

Ika Kartika F34070092

Reiza Mutia F34070106

Pandu Damai I.T. F34070124

2010

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Review Skripsi Ekonomi Industri

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, gaya hidup masyarakat Indonesia semakin

berubah. Perubahan gaya hidup berpengaruh juga dengan pola gaya makan.

Perubahan gaya makan masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh semakin

banyaknya bahan pangan olahan yang siap saji dan praktis. Mi instan merupakan

salah satu produk bahan pangan olahan yang merubah gaya makan sehingga

meningkatkan konsumsi tehadap mi instan. Sebagian masyarakat Indonesia telah

menjadikan mi instan sebagai kebutuhan pokok karena produk tersebut

merupakan salah satu sumber karbohidrat selain beras. Selain itu, mi instan

mudah dan cepat saji serta pilihan produk yang ditawarkan bervariasi disesuaikan

dengan selera konsumen.

Industri mi instan semakin bertambah seiring dengan meningkatnya

konsumsi mi instan. Industri mi instan berkembang pesat hingga mencapai 20

produsen dengan 31 pabrik di seluruh Indonesia. Ditinjau dari sisi demografi,

Indonesia memiliki lebih dari 210 juta jiwa sehingga hal ini merupakan pasar

yang potensial untuk produk mi. Hingga tahun 2004 konsumsi mi instan di

Indonesia mencapai 56-57 bungkus per tahun dengan pertumbuhan konsumsi

sebesar 34,4 % selama kurun waktu 6 tahun.

Peluang pasar mi instan di dalam negeri menjadi semakin luas karena

pertumbuhan kebutuhan rumah tangga serta keadaan ekonomi yang semakin

membaik. Selain itu, perkembangan pasar mi instan ke luar negri telah mampu

memperluas lahan investasi untuk pengolahan industri mi instan.

I.2. Perumusan Masalah

Industri mi instan merupakan salah satu industri yang menunjukkan adanya

peningkatan pertumbuhan yang tajam sehingga dapat dijadikan sebagai indikasi

adanya tindakan anti persaingan. PT Indofood merupakan salah satu industri

penghasil mi instan terbesar di Indonesia. Semakin banyak produsen mi yang

muncul akan semakin kompetitif persaingan antar perusahaan. Hingga tahun

2003, terlihat bahwa persaingan antar perusahaan mi instan semakin ketat

Page 3: Review Skripsi Ekonomi Industri

sehingga mempengaruhi kinerja pasar karena kinerja pasar akan dipengaruhi oleh

struktur dan perilaku pasar. Kinerja yang baik mencakup harga yang rendah,

efisiensi, inovasi, dan keadilan. Oleh karena itu, permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah bagaimana bentuk struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja

industri mi instan di Indonesia.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai adalah menganalisis struktur pasar, perilaku

pasar, dan kinerja industri mi instan di Indonesia serta bagaimana implikasi

kebijakan pada industri mi instan di Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi perilaku

ekonomi khususnya pelaku industri mi instan untuk melakukan persaingan yang

sehat yang berbasis pada ketentuan-ketentuan dasar persaingan. Selain itu, dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan yang rasional dan logis bagi perilaku

industri mi instan dalam menjalankan usahanya agar tidak menghambat pesaing

masuk pasar dan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya.

Page 4: Review Skripsi Ekonomi Industri

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Kajian-kajian teoritis yang perlu disajikan agar dapat menjelaskan struktur,

perilaku, dan kinerja pasar antara lain berkaitan dengan struktur pasar dan bentuk

persaingan pada pasar tersebut. Adapun analisis definisi pasar terdiri dari tiga

langkah, yaitu:

1. Mendefinisikan pasar produk yang relevan, yaitu dengan mengemukakan

semua produk yang dapat dianggap sebagai substitusi yang berarti bagi produk

yang sedang dipelajari.

2. Pasar geografis yang relevan, yaitu mendefinisikan areal geografis pasar.

3. Menentukan semua perusahaan yang turut serta dalam pasar produk dan

geografis yang relevan, yaitu perusahaan yang sanggup menawarkan produk-

produk untuk dijual di pasar yang relevan dalam periode waktu yang wajar.

2.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri

Ekonomi industri merupakan keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang

menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan

studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur, perilaku, dan kinerja

pasar. Menurut Hasibuan (1994), ekonomi industri semakin penting untuk

dipelajari baik di negara maju maupun berkembang, karena:

1. Praktek-praktek struktur pasar yang semakin terkonsentrasi dalam kegiatan

bisnis dan praktek-praktek perilakunya menimbulkan kerugian bagi konsumen.

2. Semakin tinggi konsentrasi industri cenderung mengurangi persaingan antar

perusahaan sehingga menciptakan perilaku yang kurang efisien.

3. Konsentrasi industri yang tinggi membawa konsentrasi kekayaan yang

melemahkan usaha-usaha pemerataan, baik dilihat dari pemerataan pendapatan,

kesempatan kerja, maupun kesempatan berusaha.

4. Kaitan struktur industri dengan penyelesaian masalah-masalah ekonomi

membawa lebih jauh intervensi pemerintah.

5. Kajian-kajian tentang struktur perilaku dan kinerja industri tidak lepas dari

masalah-masalah produksi dan distribusi.

Page 5: Review Skripsi Ekonomi Industri

2.2 Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja

Pedekatan struktur-perilaku-kinerja digunakan untuk menganalisa hubungan

antara struktur, perilaku, dan kinerja industri mi instan. Aspek-aspek struktur

adalah jumlah perusahaan, ukuran besarnya perusahaan, kondisi hambatan masuk,

sedangkan perilaku mencakup masalah kolusi, perilaku, inovasi, kebijakan harga,

output, dan iklan. Pendekatan yang digunakan pada analisis struktur, perilaku, dan

kinerja, yaitu:

1. Model pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) School

Menekankan bahwa kekuatan pasar dari perusahaan merupakan sumber

penyebab buruknya kinerja pasar dan pasar berada pada kondisi persaingan

tidak sempurna dengan demikian pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan

untuk membatasi perilaku perusahaan.

2. Model pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) Chicago School

Menyatakan bahwa sumber utama terjadinya kekuatan monopoli adalah

pemerintah, sehingga agar tercapai kinerja pasar yang diinginkan sebaiknya

diserahkan pada mekanisme pasar (Alistair, 2004).

Struktur dan perilaku pasar dapat mempengaruhi kinerja pasar. Hal tersebut

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Paradima Structure Conduct Performance (S-C-P)

Pandangan lainnya adalah The New Industrial Economics yang menekankan

pada peran perilaku yaitu apresiasi terhadap dimensi strategis dari kebutuhan

perusahaan.

Page 6: Review Skripsi Ekonomi Industri

Pengujian hipotesa pola hubungan struktur dan kinerja dapat dilakukan

dengan menggunakan salah satu indikator tertentu dari struktur pasar seperti

tingkat konsentrasi penjual dan menggunakan PCM sebagai indikator kinerja.

Tetapi akan lebih baik bila memasukkan unsur-unsur struktur pasar yang lain

dalam pengujian.

2.2.1 Struktur Pasar

Secara teoritis struktur pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna. Persaingan tidak sempurna

sendiri terdiri atas persaingan monopoli, oligopoli, dan monopolistik.

Dalam struktur pasar terdapat elemen-elemen pasar, yaitu: pangsa pasar,

konentrasi pasar, dan hambatan-hambatan untuk masuk.

1. Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar menunjukkan kekuatan pasar

Nilai: antara 0-100% dari penjualan total pasar.

Makin besar pangsa pasar, keuntungan perusahaan makin besar (karena

penjualan produk dan harga saham naik)

Beberapa tipe pasar dengan kondisi pangsa pasar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1. Tipe-tipe pasar

2. Konsentrasi (Consentration)

Nilai: antara 0-100% dari penjualan total pasar.

Makin besar konsentrasi (CR), keuntungan industri (gabungan seluruh

perusahaan sejenis) makin besar.

TIPE PASAR PANGSA PASAR (%) CONTOH

1. Monopoli 2. Perusahaan Dominan 3. Oligopoli ketat 4. Oligopoli longgar 5. Persaingan monopolistic

6. Persaingan murni

10050-994persh 60-100, 4persh ≤ 40Bbrp pesaing, maks 10/persh Pesaing >50

PLN, PAMKoran lokal Bank, TVFurnitureRetailer

Pertanian

Page 7: Review Skripsi Ekonomi Industri

Sebagian besar peningkatan keuntungan tersebut dinikmati kelompok

konsentrasi (CR).

Agar keuntungan tetap tinggi, kelompok konsentrasi (CR) berusaha

meningkatkan konsentrasinya, sehingga tercipta barier to entry.

Konsentrasi dapat diukur dengan menggunakan dua indikator, yaitu: rasio

konsentrasi (CR) dan Indeks Herfindahl-Hirscman (IHH). Ukuran pasar

konsentrasi yang umumnya digunakan adalah persentase dari seluruh jumlah

pengiriman yang dipasok oleh CR4 (pangsa 4 perusahaan) & CR 8 (pangsa 8

perusahaan) terbesar dalam industri.

Ukuran lain adalah Hirschmann-Herfindahl Index (IHH). IHH merupakan

penjumlahan kuadrat pangsa pasar dalam suatu industri. Nilai IHH antara 0 – 1,

dimana jika IHH = 1 berarti mendekati monopoli, sedangkan IHH = 0 berarti

mendekati PPS.

3. Hambatan Untuk masuk Pasar (Barrier to Entry)

Bentuk hambatan dapat berupa hak paten, hak dari pemerintah (HPH),

franchise, atau penguasaan teknologi

Derajat hambatan: free entry, rendah, sedang, tinggi

Pengaruh BTE terhadap anggota konsentrasi (CR):

- BTE tinggi: pasar perusahaan dominan makin kuat

- BTE rendah: jangka pendek perusahaan dominan tidak terpengaruh.

Sheperd dalam Juwita (2004) membagi hambatan untuk masuk menjadi dua

jenis, yaitu:

1. Hambatan Eksogen

Merupakan hambatan untuk masuk ke dalam pasar yang sifatnya berada di luar

kontrol dari leading firms dan merupakan suatu penyebab fundamental yang

tidak dapat diubah. Hambatan eksogen mencakup:

- Capital (modal)

- Skala ekonomi

- Diferensiasi produk

- Diversifikasi

Page 8: Review Skripsi Ekonomi Industri

- Intensitas penelitian dan pengembangan

- High durability of firm specific capital

- Integrasi vertikal

2. Hambatan Endogen

Hambatan endogen mencakup:

- Kebijakan harga dari establish firm

- Penciptaan kelebihan kapasitas

- Images dari loyalitas merk suatu produk

- Strategi penguasaan produk

- Strategi bahan baku

2.2.2. Perilaku Pasar

Perilaku pasar merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan

untuk mencapai tujuan tertentu. Terdapat tiga kriteria untuk melihat perilaku

industri, yaitu: strategi harga, kondis entry, dan tipe produk (Scherer, 1990).

Sedangkan menurut Jaya (2001), pada perusahaan ada beberapa perilaku yang

terjadi antara lain penetapan harga, strategi produksi, kolusi, dan penawaran

vertikal.

1. Integrasi Vertikal

Integrasi Vertikal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan yang

mempunyai kelanjutan proses produksi. Jenis integrasi juga dapat dibagi menjadi

dua, yaitu integrasi hulu (Up Stream) dan integrasi hilir (down Stream).

Perusahaan yang menerapkan integrasi vertikal ke hulu (up Stream) adalah

perusahaan yang memproduksi sendiri input yang dibutuhkannya. Sedangkan

integrasi vertikal ke hilir (down stream) adalah perusahaan yang memutuskan

untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada konsumen melalui perusahaan

yang terintegrasi dengannya (Hasibuan, 1994).

2. Marger

Secara umum kegiatan integrasi dapat termasuk dalam merger, tetapi

dengan syarat ada keterkaitan dalam kelanjutan proses produksi. Pengertian

merger lebih luas yaitu satu atau lebih perusahaan yang tidak sejenis dan juga

Page 9: Review Skripsi Ekonomi Industri

tidak ada kaitan kelanjutan proses produksi dapat melakukan penggabungan

(Hasibuan, 1994).

Efek-efek dari marger vertikal adalah keseimbangan antara dua hal :

a. Penghematan bersih yang diperoleh dengan merger yang tidak dapat

diperoleh dengan pertumbuhan langsung atau kontrak jangka panjang.

b. Efek-efek antikompetitif yang dapat terjadi seperti meningkatkan

halangan memasuki pasar.

2.2.3.Kinerja Pasar

Setiap perusahaan akan mempunyai tujuan untuk menguasai pasar, tujuan

itu yang disebut dengan kinerja. Kinerja secara lebih rinci dapat dilihat dari laba,

efisiensi, pertumbuhan (termasuk perluasan pasar), kesempatan kerja, prestise

profesional, kesejahteraan personalia, dan juga kebanggaan kelompok. Kinerja

tergabung antara kinerja ekonomi dan non ekonomi (Hasibuan, 1994).

Ada beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menjadikan perusahaan

tertentu mempunyai kinerja yang baik sebagai barometer harga.

1) Jika terjadi persaingan yang kurang sehat dalam suatu industri oligopoli

2) Dapat mengurangi kinerja administratif, karena perhitungan ongkos-

ongkos yang berulang-ulang

3) Perusahaan yang menjadi barometer itu telah menunjukan prestasi yang

bagus, yang hampir tidak melesest ramalan-ramalannya

(Hasibuan, 1994).

2.3. Deskripsi Produk Mi Instan

Mi adalah produk makanan setengah jadi yang terbuat dari campuran tepung

terigu berkadar tepung tinggi dengan tambahan bahan lain seperti air, telur,

bumbu tertentu, pewarna makanan dan bahan pengawt makanan. Mi instan adalah

mi kering buatan pabrik. Mi ini hanya bisa diproduksi oleh pabrik karena proses

pengeringan menggunakan alat pengering tertentu. Mi instan buatan pabrik dijual

dalam berbagai kemasan menarik.

Mi instan secara umum adalah sejenis makanan berbentuk pasta yang

bahannya berasal dari tepung terigu yang diolah dengan merebus dalam air panas

Page 10: Review Skripsi Ekonomi Industri

yang kemudian diberi bumbu sesuai dengan selera yang ada dalam kemasan untuk

siap disantap (Corinthian Infopharma Corpora, 2004).

Definisi mi instan menurut Japan Agriculture Standards (JAS) adalah mi

instan dibuat dari bahan tepung beras atau tepung gandum yang diberi tambahan

bumbu atau rempah-rempah. Mi diproses sedemikian rupa untuk meningkatkan

elastisitas dan viskositas, kemudian mi didehidrasikan, ditambahkan aroma

kemudian mi instan siap diolah. JAS mengklasifikasikan mi instan menurut

wadah, pengemasan, rasa, dan pembuatan dimana pada dasarnya mi instan dibagi

dalam dua jenis yaitu mi dalam kemasan plastik dan mi dalam kemasan gelas

(cup).

2.4. Kebijakan yang Terkait dengan Industri Mi Instan

Struktur pasar yang semakin terkonsentrasi mempunyai perilaku yang

eksploitatif, seperti pengaturan harga, adanya hambatan masuk pasar yang

menyebabkan industri semakin tidak atau kurang efisien, sehingga tingkat

kesejahteraan masyarakat umum. Oleh karena itu, tujuan utama dilakukan

kebijakan oleh pemerintah adalah untuk membantu kelemahan-kelemahan yang

dialami mekanisme pasar. Kebijakan-kebijakan pemerintah berupa:

1.Kebijakan dalam Investasi

2.Kebijakan dalam Bidang Ekspor

3.Kebijakan dalam Bidang Impor

4.Kebijakan dalam Bidang Pengawasan Bahan Baku dan Produksi

2.5 Kerangka Pemikiran

Page 11: Review Skripsi Ekonomi Industri

Gambar 2. Kerangka pemikiran untuk analisa

Gambar tersebut menunjukan kerangka berfikir dalam menganalisis

permasalahan-permasalahan utama yaitu bagaimana persaingan dalam industri mi

instan yang dilihat dari struktur-perilaku-kinerja dan pengaruh implikasi kebijakan

yang akan dianalisis dengan menggunakan persamaan PCM dengan variabel-

variabel eksogen yang menggunakan persamaan tersebut.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Page 12: Review Skripsi Ekonomi Industri

Data yang digunakan dalam penelitian analisis struktur, perilaku, dan

kinerja industri mi instan di Indonesia adalah data sekunder yang sudah diolah

oleh instansi terkait seperti Badan Pusat Statistika (BPS), PT Corinthian

Infopharma Corpora, Departemen Perindustrian, Lembaga Sumber Daya

Informasi (LSI), serta data-data dari skrpsi dan berbagai sumber yang menunjang

penelitian ini.

Data yang digunakan untuk analisis Structure Conduct Performance (SCP)

secara deskriptif adalah data ketika persaingan dan konsumen mi instan

berkembang yakni tahun 1999-2003. Sedangkan data statistika yang diestimasi

adalah data time series dengan jumlah observasi 18 yaitu tahun 1986-2003.

Namun data yang diperoleh masih dalam bentuk nominam yang harus dirubah

menjadi riil ddngan membagi data nominal dengan Indeks Perdagangan Besar

(IHBP). IHBP merupakan angka indeks yang menggambarkan besarnya

perubahan harga pada tingkat harga perdagangan besar atau harga grosir dari

komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

3.2. Metode Analisis

Model penelitian yang digunakan untuk melihat bagaimana perkembangan

industri mi instan di Indonesia adalah dengan menggunakan pendekatan Structure

Conduct Performance (SCP) dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

Penggunaan metode OLS dilakukan karena metode ini paling popular dan sangat

berpengaruh dalam analisis garis regresi serta memiliki ketepatan estimasi.

Estimator yang menggunakan metode least square isebut sebagai estimator least

square yang memiliki sifat sebagai berikut:

1. Estimator OLS hanya mengekspresikan nilai-nilai yang dapat diamati yaitu

X dan Y sehingga mudah dihitung.

2. Estimator ini merupakan estimator-estimator titik yang hanya memberikan

nilai tunggal pada parameter populasi yang relevan.

3. Apabila estimator OLS diperoleh dari data sampel maka garis regresi

sampel dapat ditentukan dengan mudah.

Page 13: Review Skripsi Ekonomi Industri

Variabel-variabel yang digunakan dalam analisa penelitian ini adalah analisa

struktur pasar, perilaku pasar, kinerja pasar, serta hubungan struktur dan kinerja

pasar.

3.2.1.Analisis Struktur Pasar (Market Structure)

Elemen-elemen utama dalam pasar adalah sebagai berikut:

a. Pangsa Pasar

Setiap perusahaan memiliki pangsa pasar yang berbeda yaitu berkisar antara

0-100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar menunjukkan

keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan yang dirumuskan sebagai berikut:

msi = x100

Keterangan: msi = Pangsa pasar perusahaan i (%)

si = Penjualan perusahaan i

stot = Penjualan total seluruh perusahaan

b. Konsentrasi Industri

Tingkat konsentrasi industri dapat dihitung dengan dua cara yaitu

Concentration Ratio (CR) yang menggambarkan struktur pasar dan Hirschman

Herfindahl Index (HHI) untuk mengetahui keberadaan industri pada struktur pasar

yang bagaimana yang berdasarkan interval indeksnya.

Concentration Ratio (CR)

Concentration Ratio merupakan persentase dari total output industri atau

pendapatan penjualan. Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100

persen) maka semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Apabila

rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100 persen berarti bentuk pasar adalah

monopoli

CRm

Page 14: Review Skripsi Ekonomi Industri

Hirschman Herfindahl Index (HHI)

Pengukuran Index Hirschman Herfindahl (HHI) didasarkan pada jumlah

total dan distrubusi ukuran dari perusahaan-perusahaan dalam industri yang

dihitung dengan penjumlahan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam

suatu industri.

HHI =

HHI akan memiliki nilai 1 jika suatu perusahaan menguasai penjualan

industri 100%. HHI memiliki nilai 1/n apabila masing-masing perusahaan dalam

industri memiliki jumlah penjualan yang sama.

Dimana: CRm = Concentration Ratio sebanyak m perusahaan (%)

HHI = Hirschman Herfindahl Index

MSi = Pangsa pasar perusahaan ke i (%)

m = Jumlah perusahaan terbesar

n = Jumlah total seluruh perusahaan yang berada pada industri

c. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar dapat disebabkan karena adanya persaingan bisnis

mi instan yang semakin ketat. Adanya perusahaan mi instan yang berperan secara

dominan menyebabkan peluang pasar perusahaan lain semakin kecil karena

dikuasinya sebagian besar pangsa pasar dan adanya perang harga antara produsen

yang menyebabkan persaingan yang tidak sehat. Salah satu cara yang digunakan

untuk melihat hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis

yang didekati melalui output perusahaan yang menguasai pasar lebih dari 50%.

Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total industri yang kemudian

disebut sebagai data Minimum Efficiency Scale (MES).

MES = Output perusahaan terbesar

Output total

3.2.2.Perilaku Pasar (Market Conduct)

Page 15: Review Skripsi Ekonomi Industri

Elemen-elemen dari perilaku pasar adalah strategi penetapan harga dan

produk, strategi promosi, dan tindakan vertikal atau penguasaan serangkaian

proses produksi barang mulai dari hulu sampai hilir.

3.2.3.Kinerja Pasar (Market Performance)

Analisa kinerja dilakukan dengan menggunakan analisa Price Cost Margin

(PCM), efisiensi X dan utilisasi kapasitas produksi. PCM dinyatakan sebagai

indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga di atas biaya

produksi atau persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya

langsung.

PCM = P – AVC = Nilai tambah – Upah total

P Barang yang dihasilkan

X-eff = Nilai tambah industri

Nilai input industri

Utilitas = Utiilitas kapasitas produksi

Kapasitas produksi

3.2.4.Hubungan Struktur dan Kinerja

Struktur pasar dapat menjelaskan bagaimana kinerja pasar dimana setiap

industri memiliki struktur dan kinerja yang berbeda-beda. Struktur pasar yang

optimal dapat memberikan atau menciptakan suatu kombinasi yang baik bagi

suatu kinerja. Untuk melihat hubungan struktur dan kinerja dalam penelitian ini

digunakan model regresi berganda (Ordinary Least Square). Variabel endogen

yang digunakan adalah proksi dari keuntungan industri yaitu CPM (peresen).

Sedangkan variabel eksogennya adalah rasio kensentrasi (persen), nilai efisiensi X

(persen), produktivitas (persen), jumlah ekspor (ton), jumlah impor (ton), dan

pertumbuhan (persen).

Berdasarkan model-model hubungan struktur dan profitabilitas maka model

yang digunakan pada penelitian ini adalah:

PCMt = α0 + α1CR4t + α2X-efft + α3Prodt + α4Prodt-1 + α5GRSt + α6LXt – α7LMt

+ Ut

Page 16: Review Skripsi Ekonomi Industri

Dimana:

PCM = Nilai tambah – Upah total

Barang yang dihasilkan

= rasio keuntungan industri yang mencerminkan kelebihan atas biaya

langsung pada tahun ke-t (%)

X-efft = Nilai tambah industri

Nilai input industri

= rasio efisiensi pada tahun ke-t untuk mengukur efisiensi internal industri

(%)

Prodt = Nilai output

Nilai input tenaga kerja

= Produktivitas yang dinyatakan sebagai perbandingan niali output dan

nilai tenaga kerja pada tahun ke-t (%)

GRSt = Rata-rata tingkat pertumbuhan nilai produksi industri yang mewakili

kondisi permintaan pasar pada tahun ke-t (%)

LXt = Logaritma nilai komoditi yang diekspor (ton)

LMt = Logarirma nilai komoditi yang diimpor (ton)

Ut = Unsur gangguan

α0 = Intercept

α1, α2, α3, α4, α5, α6, α7 = Koefisien Kemiringan parsial.

3.3. Analisa Time Series (Runtun Waktu)

Uji stasioneritas dimaksudkan untuk mengetahui sifat dan kecenderungan

data yang dianalisa apakah memiliki pola yang stabil, stasioner atau tidak

stasioner. Pengujian kestasioneran data dapat dilakukan dengan unit root dengan

uji ADF (Augmented Dickey Fuller) dimana data dikatakan stasioner apbila nilai

ADF test statistik lebih kecil dari nilai tabel Mackinnon.

Perbedaan antara data time series yang stasioner dan yang tidak yaitu

dampak shock atau guncangan yang terjadi pada data time series yang stasioner

bersifat sementara. Perilaku data time series yang stasioner adalah sebagai berikut:

1.Mean dari data menunjukkan perilaku yang konstan

Page 17: Review Skripsi Ekonomi Industri

2.Data stasioner menunjukkan varians (ragam) yang konstan

3. Correlogram (diagram korelasi) yang menyempit seiring dengan

penambahan waktu.

Data yang tidak stasioner adalah data yang cenderung mengalami perubahan

yang mendasar seiring dengan berjalannya waktu (time dependent). Perilaku data

yang tidak stasioner adalah sebagai berikkut:

1. Data time series yang tidak stasioner tidak memiliki long run mean

2. Memiliki ketergabtungan terhadap waktu dan varians akan

memperbesar tanpa batas seiring dengan perubahan waktu.

3. Correlogram (diagram korelasi) data tersebut cenderung menyempit.

3.4. Ordinary Least Square (OLS)

Penggunann metode Ordinary Least Square (OLS) akan menghasilkan

koefisien regresi yang memenuhi sifat-sifat Best Linear Unbiased Estimator

(BLUE), yaitu koefisien regresi yang linear, tidak bias, konsisten serta efisien

(memiliki varians yang minimum). Kriteria-kriteria yang dinyatakan baik dari

asumsi yang diperlukan dari model regresi adalah kriteria ekonomi, kriteria

statistika, dan kriteria ekonometrika.

3.5. Uji Statistika dan Ekonometrika

Uji Statistika dan ekonometrika dilakukan untuk melihat hasil regresi yang

didapatkan setelah melakukan pengujian-pengujian, sehingga setelah memenuhi

asumsi-asumsi uji statistika dan ekonometrika diperoleh model yang dikatakan

baik.

Kriteria statistik menyangkut uji terhadap koefisen darivariabel penduga dan

variabel bebas. Sedangkan kriteria ekonometrika menyangkut pelanggaran asumsi

Ordinary Least Square (OLS) yaitu meliputi multikolineritas, heteroskedastisitas,

dan autokorelasi. Kriteria ekonomi yaitu uji tanda dan besaran untuk melihat

kecocokan tanda variabel dan nilai koefisien penduga dengan teori atau nalar.

Page 18: Review Skripsi Ekonomi Industri

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MIE INSTAN DI INDONESIA

4.1. Sejarah Perkembangan

4.1.1.Sejarah Perkembangan Mie Instan di Dunia

Mi Instan merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia,

terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Pada awalnya, mie pertama kali di

buat Cina sekitar 5000 tahun yang lalu.

Sampai saat ini, mi sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Nama dan

jenis mi di seluruh dunia pun menjadi bervariasi, ada yang tipis hingga yang lebar.

Contohnya saja di Italia yang sudah dikenal produk spaghetinya.

4.1.2.Sejarah Perkembangan Mie Ramen di Jepang

Nama Ramen sendiri berasal dari sebuah merk mie instan pertama yang

dikeluarkan di Jepang yaitu “Chicken Ramen”. Awalnya, mie ramen muncul

dalam kemasan yang sudah diberi bumbu, sehingga konsumen hanya cukup

menambahkan air panas saja. Namun pada perkembangannya sekitar tahun 1960-

an, mie ramen dibuat dengan bumbu yang terpisah dan belum tercampur sehingga

konsumen bisa menambahkan bumbu sesuai dengan selera mereka sendiri.

Pada tahun 1970-an muncul mi ramen dalam kemasan gelas (cup), persegi,

dan mangkok. Kehadiran mesin penjual otomatis disertai dengan air panas

membuat mie ramen dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Pada masa ini

juga muncul mie ramen dengan berbagai rasa lokal atau daerah. Sampai dengan

tahun 1995 sebanyak 5,19 milyar mie ramen telah terjual dan sampai sekarang

menjadi makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Jepang.

4.1.3. Sejarah Perkembangan Mie Instan di Indonesia

Mi instan diciptakan oleh Momufuku Ando pada tahun1958, yang

kemudian mendirikan perusahaan Nissin dan memproduksi mi instan pertama di

dunia. Peristiwa penting lainnya terjadi pada tahun 1971 dimana Nissin

mengenalkan produk mi gelas (cup) dalam wadah (stereofoam). Inovasi

Page 19: Review Skripsi Ekonomi Industri

berikutnya adalah penambahan sayuran kering dalam gelas untuk melengkapi

hidangan tersebut.

4.2. Gambaran Umum Industri Mi Instan

Awalnya industri mi instan di Indonesia di mulai dari industri mi basah dan

mi kering sekitar tahun1950-an sampai 1960-an. Baru pada bulan April tahun

1968 dengan berdirinya PT. Lima Satu Sankyu menjadi cikal bakal industri mi

instan di Indonesia. Perusahaan ini awalnya berstatus Penanaman Modal Asing

(PMA). Pada tahun 1997, perusahaan ini berganti nama menjadi PT. Lima Satu

Sankyu Indonesia dan berubah lagi menjadi PT. Supermi Indonesia dengan

produk andalan Supermi.

Kemudian pada tahun 1970, pasar mi instan diramaikan lagi dengan

berdirinya PT. Sanmaru Food Manufacturing (anak perusahaan Jangkar Jati

Group) dengan merk Indomie, disusul dengan berdirinya PT. Sarimi Asli Jaya

(Salim Group) pada 1982 dengan produk bermerk Sarimi. Setelah itu, industri ini

semakin ramai dengan berdirinya banyak industri mi instan di Indonesia.

Sejak saat itu, persaingan mi instan sangat ketat, terutama setelah Indofood

(Salim Group) bergabung dengan Jangkar Jati Group pada 1984 dan membentuk

PT. Indofood Interna Corporation yang selanjutnya menjadi cikal bakal Indofood

Group dibawah naungan PT. Indofood Sukses Makmur. Lalu pada tahun 1986 PT.

Indofood Interna Corporation melalui anak perusahaannya PT. Lambang Insan

Makmur mengambil alih PT. Sarimi Indonesia.

Pada tahun 1992, Salim Group telah mengambil alih seluruh saham Jangkar

Jati Group dan puncaknya adalah ketika Indofood mengalihkan distribusi

produknya ke PT. Indomarco Adiprima. Sejak saat itu, dominasi Indofood dengan

merk Indomie, Sarimi, dan Supermi semakin menguasai pasar mie instan di

Indonesia. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk menjadi produsen dengan kapasitas

produksi mencapai 15 milyar bungkus per tahun atau sekitar 64,5 % dari total

kapasitas produksi nasional.

4.2.1. Modal Asing Dalam Industri Mi Instan

Adanya orientasi ekspor mampu menciptakan lahan investasi yang besar

untuk perusahaan. Bentuk investasi ini dapat memperbesar kapasitas produksi dan

Page 20: Review Skripsi Ekonomi Industri

menambah promosi maupun variasi rasa untuk produk mienya. Dari 31 perushaan

yang aktif, terdapat 5 perusahaan yang berstatus Penanaman Modal Asing (PMA).

Investor yang masuk berasal dari Jepang, Taiwan, Hongkong, Australia, dan

Virgin Islands.

Perusahaan yang tak dapat bertahan dalam industri ini secara tidak langsung

merupakan seleksi bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Perusahaan yang mampu

bersaing akan terus berkembang, sedangkan yang tak mampu bersaing akan

gulung tikar atau mengurabgi produksinya untuk sementara waktu.

PerusahaanKapasitas

Produksi (ton)

Ekivalen (Jual

Bungkus)

Share (%)

Merek

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

1106072 15000 64.5Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura

PT. Jakaranatama Food Industry, Tbk

91880 1108 5.4Gaga, Gaga Star Mi, Gaga Mi Soun, Gaga 100

PT. ABC President Enterprise Indonesia

54583 832 3.2ABC, Gurimi, President

PT. Nissin Mas 31000 471 1.8Nissin, Top Ramen, Cup Noodles, TR Mi, Jumbo-Jumbo

Tabel 2. Kapasitas Produksi Beberapa Produsen Mi Instan di Indonesia

Sumber : Corinthian Informa Corpora, 2004.

Keunggulan dari saluran distribusi industri mi instan di bawah ini adalah

segmentasi pasar dan target pencapaian penjualan ditentukan oleh produsen,

sementara strategi dan pemasaran produk ditentukan oleh distributor. Kelemahan

saluran distribusi ini adalah perusahaan harus membayar semua biaya akibatnya

produk menjadi lebih mahal.

Page 21: Review Skripsi Ekonomi Industri

Gambar 3. Saluran Distribusi Industri Mi Instan

Produsen atau Pabrik Eksportir

Distributor

Sub distributor

Supermarket atau Minimarket

Hypermarket

Grosir inti

Star Outlet

Konsumen

Wholesaler atau grosir atau pasar swalayan atau operasi kanvas

Retail atau Pengecer

Page 22: Review Skripsi Ekonomi Industri

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1. Struktur Pasar

Industri mi instan diawali dengan industri mi basah dan mi kering pada

dekade 1950-an sampai 1960-an. Cikal bakal industri mi instan di Indonesia

adalah PT. Lima Satu Sankyu tahun 1968.

Indofood Group sekarang ini telah menjadi raja dari industri mi instan di

Indonesia. Perusahaan ini telah merger dengan 18 perusahaan makanan olahan

dan merger dengan 6 produsen mi instan di Indonesia salah satunya adalah PT.

Indofood Sukses Makmur dan PT. Myojo Prima Lestari. Perusahaan ini memiliki

pangsa pasar mencapai lebih dari 80 persen sehingga diduga telah menciptakan

suatu tindakan monopoli. Struktur pasar mi instan dapat dilihat dari

perkembangan penjualan mi instan di Indonesia dan tingkat konsentrasi rasio

empat perusahaan terbesar.

Rata-rata konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar (CR4) dari tahun

1986 sampai dengan tahun 2003 adalah sebesar 51.71%. CR4 tertinggi sebesar

96.13% pada tahun 1993 karena Salim Group mengambil alih seluruh saham

Jangkar Jati Group dan mencabut produknya di jaringan distributor PT.

Wicaksana Overseas untuk dialihkan ke PT. Indomarco Adiprima, akibatnya PT.

Indofood semakin menguasai pasar. Kondisi ini menyebabkan perusahaan baru

sulit untuk masuk pasar karena kekuatan pasar yang dimiliki oleh Indofood.

Akibatnya tingkat persaingannya menurun dan tingkat konsentrasi rasio

perusahaan mi instan naik.

Struktur pasar mi instan di Indonesia berada pada kondisi dimana

perusahaan mempunyai pangsa 50 persen sampai 100 persen dari pangsa pasar

dan tidak mempunyai pesaing yang kuat. Menurut Martin dalam Yunianti (2001)

jika empat perusahaan terbesar menguasai 40 persen atau lebih terhadap total

penjualan maka struktur pasarnya disebut oligopoli ketat. Kesimpulannya adalah

struktur pasar industri mie instan di Indonesia adalah oligopoli ketat karena

CR4nya mencapai 51.71 persen yang sebagian besar pangsa pasarnya dikuasai

oleh Indofood.

Page 23: Review Skripsi Ekonomi Industri

5.1.1.Konsentrasi Pasar

Persaingan yang oligopolis, mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk

mempengaruhi pasar sementara persaingan yang sempurna memaksa perusahaan

menjadi follower. Konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar perusahaan-

perusahaan oligopolis. CR4 adalah konsentrasi rasio yang diperoleh dengan

menjumlahkan pangsa pasar dari empat perusahaan terbesar dan CR1 merupakan

konsentrasi rasio dari pangsa pasar satu perusahaan terbesar.

Berdasarkan data, tahun 1986 sampai dengan tahun 2003 industri mi instan

di Indonesia mempunyai tingkat konsentrasi rasio rata-rata sebesar 51.71 persen

dimana tingkat konsentrasi tertinggi sebesar 96.13 persen pada tahun 1993

5.1.2.Hambatan Masuk Pasar

Masuknya perusahaan baru menimbulkan sejumlah implikasi misalnya

kapasitas bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar dan perebutan sumberdaya

produksi yang terbatas. Menurut Umar (2000), ada beberapa faktor yang

menghambat masuknya perusahaan baru masuk kedalam suatu industri antara lain

skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke

saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independen dan peraturan pemerintah.

Ada dua jenis hambatan masuk pasar sehingga menyebabkan pesaing

potensial tidak dapat masuk ke pasar yang bersangkutan antara lain hambatan

masuk pasar privat akibat dominasi pelaku usaha yang bergerak pada pasar yang

bersangkutan dan hambatan masuk pasar karena kebijakan pemerintah. Hambatan

masuk pasar privat antara lain hambatan karena produk suatu barang dikuasai

sehingga pelaku usaha potensial tidak mampu menembus pasar yang

bersangkutan.

Mi instan impor sulit menyamai kedudukan mi instan produk Indofood

karena rasa mi instan impor berbeda. Mi instan Indofood rasanya sudah

disesuaikan dengan selera Indonesia.

MES atau ukuran efisiensi minimum adalah ukuran paling kecil dimana

biaya diminimumkan dan MES sering berfungsi untuk mendifinisikan ukuran dari

perusahaan paling kecil dalam pasar. Nilai MES didapatkan dari perbandingan

Page 24: Review Skripsi Ekonomi Industri

antara nilai output perusahaan terbesar dengan nilai output total. Menurut

Comanor dan Wilson (1967) dalam Alistair (2004), MES yang lebih besar dari 10

persen menggambarkan hambatan masuk pasar yang tinggi pada suatu industri.

5.2 Perilaku Pasar

5.2.1.Strategi Harga

Penentuan harga jual produk ditentukan dari biaya produksi, namun ada

faktor lainnya seperti saluran distribusi, strategi pemasaran, resiko dan promosi

produk. Harga yang ditetapkan perusahaan akan berada pada suatu titik antara

harga yang terlalu rendah dan terlalu tinggi. Berdasarkan harga jual, produk mi

instan dibagi menjadi tiga segmen pasar, yaitu harga eceran terendah di bawah Rp

500 per bungkus, Rp 500 sampai Rp 750 per bungkus, dan di atas Rp 750 per

bungkus. Factor lain yang mempengaruhi harga jual seperti adanya produk impor

dan distributor. Agar distributor tidak mengambil keuntungan sendiri maka

produsen memberikan penghargaan atas sejumlah penjualan yang dilakukan

dengan cara ini.

5.2.2.Strategi Produk

Stategi produk dapat dilihat dari dua sisi, yaitu atribut produk dan daur

hidup produk. Atribut produk terdiri dari mutu, desain, merek, label, dan

kemasan. Mutu produk menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk

menjalankan fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk

membedakan produk perusahaan dengan pesaing.

Merek sebuah produk merupakan nilai tambah tersendiri bagi konsumen.

Merek dari perusahaan besar dan terkenal cenderung akan lebih diminati karena

sudah terbentuknya kepercayaan konsumen terhadap mutu produk tersebut.

Kemasan selain berfungsi sebagai wadah dan pelindung produk, juga berfungsi

sebagai nilai tambah. Kemasan yang bagus (design, bahan, ukuran) akan lebih

diminati oleh konsumen. Label berfungsi untuk mengidentifikasikan produk,

menjelaskan tingkat mutu produk,dan mendeskripsikan beberapa hal tentang

produk, seperti siapa, dimana, kapan, komposisinya dan bagaimana cara

memakainya.

Page 25: Review Skripsi Ekonomi Industri

Setelah produk baru dikeluarkan perusahaan ingin agar produknya tetap

berada pasar dalam waktu lama dan menghasilkan penjualan yang baik karena

setiap produk pasti memiliki daur hidup yang berbeda. Pola penjualan dalam suatu

daur hidup produk ditandai oleh empat tahap, dimulai dari tahap pengenalan

produk di pasar, tahap pertumbuhan yang ditandai dengan meningkatnya laba dan

penjualan, dan tahap penurunan yang ditandai dengan menurunnya penjualan

dengan cepat. Strategi produk diperlukan untuk meningkatkan volume penjualan

dan menarik para konsumen, misalnya dengan menciptakan cita rasa baru, design

kemasan dan ukuran produk yang menarik pada momentum penting, seperti hari

raya, ulang tahun, tahun baru, dan lain- lain.

5.2.3 Strategi Promosi

Promosi produk dilakukan produsen untuk menginformasikan kepada

konsumen tetntang adanya suatu produk di pasar dan meyakinkan mereka untuk

membeli dan mengingatkan selalu produk tersebut dan juga untuk menarik

perhatian agar produknya tetap disukai konsumen. Strategi promosi dapat

dilakukan melalui empat tahap, yaitu periklanan di media massa, penjualan

perorangan atau wiraniaga, pameran atau expo, dan melalui hubungan

masyarakat. Strategi promosi yang dilakukan oleh PT Indofood Sukses Makmur

Tbk adalah melihat perilaku dan kultur konsumen.

5.3. Kinerja Pasar

Kinerja pasar mencerminkan bagaimana pengaruh kekuatan pasar terhadap

harga dan efisiensi. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat dari

kinerja perusahaannya. Tingkat keuntungan dapat dicerminkan melalui Price

Cost-Margin (PCM) dan tingkat efisiensi dapat dilihat melalui efisiensi-X

(efisiensi internal). Efisiensi internal yang tinggi menunjukkan perusahaan

mempunyai kinerja yang baik.

5.4. Hubungan Struktur dan Kinerja

Hubungan ini dapat diketahui dengan analisis Struktur-Perilaku-Kinerja.

Struktur pasar adalah karakteristik dan komposisi pasar dan industry dalam suatu

Page 26: Review Skripsi Ekonomi Industri

perekonomian sedangkan kinerja pasar mengacu pada tingkat keberhasilan pasar

dalam memberikan manfaat kepada konsumen, misalnya dengan memberikan

harga rendah. Paradigma SCP berpendapat bahwa penguasaan pasar yang tinggi

cenderung menghasilkan kinerja pasar yang buruk, yaitu konsumen harus

membayar harga yang sangat tinggi. Pendekatan SCP mengatakan bahwa struktur

akan mempengaruhi profitabilitas secara secara positif. Struktur pasar dianalisis

dengan menggunakan CR4 yang menunjukkan bahwa industry mi instan termasuk

ke dalam tipe oligopoli ketat.

Hubungan struktur dan kinerja dapat dilihat dengan suatu model

ekonometrika yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, misalnya

tidak adanya autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas sehingga

model ekonometrika tersebut memang layak untuk digunakan.

Table 3. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Mi Instan di Indonesia

Variable Koefisien Prob T-statisticD (CR4) -0.150710 0.2130XEFF 0.416685 0.0088D(PROD,2) 0.093031 0.0810D(PROD(-1),2) 0.228412 0.0018LEKSPOR 0.004662 0.9328D(LIMPRO) -3.549973 0.4656GRS 0.924177 0.0503C 4.808103 0.5366Adjusment R-squared 0.794310 Prob (F-statistic)

0.005279Uji Breusch-Godfrey Correltion LM

Prob Obs*R-squared 0.694413

Uji White Heteroskedasticity

ProbObs*R-Squared 0.378155

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-

Godfrey Correlation LM. Apabila nilai probability obs*R-squared lebih besar dari

taraf nyata yang digunakan maka hasil regresi ini tidak mengandung autokorelasi.

Dari table di atas bahwa nilai pro bobs*R-squared lebih besar dari taraf nyata

yang digunakan yaitu 10 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil

regresi pada penelitian ini tidak mengandung autokorelasi.

Page 27: Review Skripsi Ekonomi Industri

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji White. Apabila nilai

ProbObs*R-Squared lebih besar dari taraf uji nyata, maka hasil regresi tidak

mengandung heteroskedastisitas. Kemudian, syarat yang terakhir dalam metode

Ordinary Least Square (OLS) adalah pengujian multikolinearitas.

Multikolinearitas muncul apabila di antara masing-masing variable independen

saling berhubungan secara linear.

Berdasarkan hasil estimasi, CR4 tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap PCM. Dapat disimpulkan bahwa strategi menjual produk dengan harga

yang murah demi menjaga ketersediaan produk pada segmen pasar tertentu akan

berdampak pada volume penjualan yaitu walaupun tingkat penjualannya

meningkat tetapi membuat margin keuntungan menurun.

5.5. Implikasi Kebijakan

Peluang pasar mi instan yang cukup besar menyebabkan persaingan yang

ketat di anatar para produsen mi instan di Indonesia. Persaingan yang ketat dapat

menimbulkan kecurangan di anatar produsen mi instan. Oleh karena itu,

dibutuhkan suatu kebijakan- kebijakan, seperti saluran distribusi harus terus

dikembangkan dengan didasari tujuan yang signifikan seperti memaksimalkan

jangkauan penjualan, ketersediaan produk, dan margin perusahaan dengan

merekrut lebih banyak distributor dan mempeeluas saluran.

Kebijakan lainnya adalah mengurangi jumlah karyawan dengan lebih

mengembangkna sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten dalam

bidangnya dengan memberikan pelatihan- pelatihan sehingga akan lebih terampil

dan produktif dalam bekerja, meningkatkan teknologi, melakukan merger dengan

perusahaan sejenis, menata ulang manajemen distribusi sehingga dapat melayani

pelanggan besar maupun yang lebih kecil. Kemudian, meningkatkan promosi

produk dengan mengajukan mi instan menjadi standard internasional, mengatur

keberadaan bahan baku utama mi instan, dan mengeluarkan kebijakan dalm

bentuk proteksi menggunakan tariff masuk terhadap komoditi impor. Selain itu,

meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, menciptakan inovasi produk,

memperluas skala usaha, melakukan kerjasama dengan investor dalam dan luar

negeri.

Page 28: Review Skripsi Ekonomi Industri

VI. PENUTUP

Kesimpulan

Industri mi instan memiliki struktur pasar oligopoli ketat dengan penguasa

pasar industri mi instan tetap dipegang oleh Indofood meskipun banyak muncul

produk mi instan baru. Kebijakan pemerintah membuka kran impor mi instan

dengan membebas masukkan tepung terigu impor sebagai bahan baku utam adari

mi instan. Hal ini menyebabkan kendala untuk masuk pasar semakin kecil.

Kinerja pasar mencerminkan kekuatan pasar terhadap harga dan efisiensi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa industri mi instan di Indonesia mempunyai

nilai efisiensi yang cukup tinggi. Kinerja pasar dilihat dengan menggunakan

variabel proksi keuntungan (PCM). Struktur pasar industri mi dilihat dengan

menggunakan variabel CR4 dan pendekatan Structure Conduct Performance

(SCP).

Perilaku pasar dilihat dari strategi harga yang dipengaruhi oleh biaya

produksi dan saluran distribusi, strategi produk yang dipengaruhi oleh volume

penjualan produk mi instan, dan strategi promosi yang dipengaruhi oleh iklan

media massa serta komunikasi lagsung dengan konsumen. Kebijakan pemerintah

dapat memulihkan iklim investasi, kebijakan ekspor dan impor serta kebijakan

dalam bidang pengawasan bahan baku dan produksi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada empat variabel yang

mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat PCM, yaitu efisiensi-X,

produktivitas periode sebelumny, dan pertumbuhan. Keempat variabel tersebut

berpengaruh positif terhadap tingkat PCM.

Saran

Sebaiknya pemerintah mengantisipasi dan lebih memperhatikan

pengembangan industri pangan yang bahan bakunya tidak diproduksi di dalam

negri karena pengembangan teknologi seharusnya juga dapat menekan

ketergantungan terhadap impor terigu, agar persaingan yang tidak sehat antar

produsen mi instan juga dapat dicegah. Produsen mi sebaiknya tidak melakukan

promosi yang berlebihan agar tidak terjadi perang harga antar produsen sehingga

Page 29: Review Skripsi Ekonomi Industri

tidak ada produsen mi yang menjual produk dibawah standar harga dasar dari

pedagang besar ke pengecer.