Revi Adikharisma - 2412105021

15
STANDAR DAN KODE “Pengaruh Standar dan Kode pada Bidang Engineering, Perdagangan, Keamanan dan Kesehatan” Disusun Oleh : Revi Adikharisma (2412 105 021) PROGAM STUDI S-1 LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Transcript of Revi Adikharisma - 2412105021

Page 1: Revi Adikharisma - 2412105021

STANDAR DAN KODE“Pengaruh Standar dan Kode pada Bidang Engineering,

Perdagangan, Keamanan dan Kesehatan”

Disusun Oleh :

Revi Adikharisma (2412 105 021)

PROGAM STUDI S-1 LINTAS JALURJURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA 2014

Page 2: Revi Adikharisma - 2412105021

A. Pengaruh Standar dan Kode pada Bidang Teknik (Engineering)

Standar Teknik adalah serangkaian eksplisit persyaratan yang harus dipenuhi oleh

bahan, produk, layanan. Jika bahan, produk atau jasa gagal memenuhi satu atau lebih dari

spesifikasi yang berlaku, mungkin akan disebut sebagai berada di luar spasifikasi. Sebuah

standar teknik dapat dikembangkan secara pribadi, misalnya oleh suatu perusahaan, badan

pengawas, militer dll : ini biasanya dibawah payung sistem manajemen mutu. Mereka juga

dapat dikembangkan dengan standar organisasi yang sering memiliki lebih beragam input dan

biasanya mengembangkan sukarela standar : ini bisa menjadi wajib jika diadopsi oleh suatu

pemerintah, kontrak bisnis, dll.

  Istilah standar teknik yang digunakan sehubung dengan lembar data (atau lembar

spek). Sebuah lembar data biasanya digunakan untuk komunikasi teknis untuk menggambarkan

kerakteristik teknis dari suatu item atau produk. Hal ini dapat diterbitkan oleh produsen untuk

membantu orang memilih produk atau untuk membantu menggunakan produk.

Macam-macam standar teknik sebagai berikut:

Standar Kepanjangan Penjelasan

ASME American Society of Mechanical

Engineers

Lembaga profesional yang memajukan sains,

pelatihan perteknikan dan mengumpulkan

segala aspek sains diseluruh dunia baik

pelatihan engineer, penelitian dan penetapan

standar teknik.

ANSI American National Standart

Institute

Kelompok yang mendefinisikan standar

Amerika Serikat untuk industri pemrosesan

informasi

ASTM American Society Testing and

Meterials

Organisasi Internasional sukarela yang

mengembangkan standardisasi teknik untuk

material, produk, sistem dan jasa

ITU-R International

Telecommunication Union

Radiocommunication Sector

Organisasi global yang didirikan untuk

mengatur penggunaan frekuensi radio (RF)

diseluruh penjuru dunia

ISO International Organization for

Standardization

Lembaga menetapkan standar-standar

industrial dan komersial dunia

IETF Internet Engineering Task Force Organisasi yang berwenang dan bertanggung

jawab dalam mengatur dan menetapkan

protocol-protocol standar yang digunakan di

internet.

Page 3: Revi Adikharisma - 2412105021

Dalam rekayasa, manufaktur dan bisnis sangat penting bagi pemasok, pembeli, dan

pengguna bahan, produk atau layanan untuk memahami dan menyetujui semua persyaratan.

Standar teknik adalah jenis sebuah standar yang sering dirujuk oleh suatu kontrak atau dokumen

pengadaan. Ini menyediakan rincian yang diperlikan tentang persyaratan khusus. Standar teknik

dapat ditulis oleh instansi pemerintah, organisasi standar ( ASTM, ISO, CEN, dll), asosiasi

perdagangan, perusahaan dan lain-lain.

Sebuah standar teknik tidak harus membuktikan suatu produk benar. Item mungkin

diverifikasi untuk mematuhi standar teknik atau dicap dengan nomor standar teknik : ini tidak

dengan sendirinya menunjukkan bahwa item tersebut adalah cocok untuk penggunaan tertentu.

Dalam kemampuan proses pertimbangan sebuah standar teknik yang baik dengan

sendirinya, tidak selalu berarti bahwa semua produk yang dijual dengan standar teknik yang

benar-benar memenuhi target yang terdaftar dan toleransi. Adanya proses kontrol dan sistem

manajemen mutu efektif, seperti Total Quality Management, kebutuhan untuk menjaga produksi

aktual dalam toleransi yang diinginkan.

B. Pengaruh Standar dan Kode pada Bidang Perdagangan

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi

standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak (Produsen,

konsumen, regulator dan para pakar dalam bidang standar). Penerapan standar adalah kegiatan

penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh pelaku usaha. Kegiatan penggunaan SNI

sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemberlakuan standar, akreditasi, sertifikasi dan

metrologi. Peraturan teknis yaitu dokumen spesifikasi teknis yang menguraikan tentang sifat

produk atau proses dan metoda produksi terkait termasuk aturan administrative penerapannya,

yang pemenuhannya bersifat wajib. Sedangkan yang dimaksud dengan standar yaitu dokumen

spesifikasi teknis mengenai aturan pedoman atau sifat suatu produk atau proses dan metode

produksi yang pemenuhannya bersifat sukarela yang disetujui dan dikeluarkan oleh badan yang

diakui untuk penggunaan umum dan berulang.

Di Indonesia yang mempunyai wewenang mengeluarkan standar yaitu Badan

Standardisasi Nasional (BSN). Adapun penerapan standar Indonesia yaitu SNI. SNI disusun

melalui proses perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) yang dilaksanakan

oleh panitia teknis perumusan SNI yang dilaksanakan oleh unit standardisasi pada instansi

teknis yang bersangkutan melalui konsensus dari semua pihak yang terkait. RSNI ditetapkan

menjadi SNI oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). SNI pada dasarnya merupakan standar

sukarela, yaitu penerapannya bersifat sukarela. SNI yang berkaitan dengan kepentingan

Page 4: Revi Adikharisma - 2412105021

keselamatan, keamanan, kesehatan, kelestarian fungsi lingkungan hidup atau atas dasar

pertimbangan tertentu dapat diberlakukan secara wajib oleh instansi teknis, yang selanjutnya

disebut SNI wajib.

Di Indonesia yang dimaksud dengan peraturan teknis yaitu SNI yang diberlakukan

secara wajib. Peraturan teknis ini dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang terkait dengan hal

yang diatur. Pemberlakuan SNI secara wajib diatur dalam pasal 1 ayat 9 PP No 102 Tahun 2000

yang menyatakan bahwa:

“Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia adalah keputusan pimpinan instansi

teknis yang berwenang untuk memberlakukan Standar Nasional Indonesia secara wajib

terhadap barang atau jasa”

Pelaku usaha yang memproduksi barang dan atau jasa yang SNI-nya telah

diberlakukan secara wajib harus memenuhi persyaratan yaitu pelaku usaha wajib memiliki

Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk.

Pemberian Serifikat Produk Pengguna Tanda SNI dapat diberikan kepada pelaku usaha apabila

telah menerapkan sistem manajemen mutu, barang atau jasa yang dihasilkan telah memenuhi

persyaratan SNI yang diberlakukan secara wajib, yang dibuktikan dengan Sertifikat Hasil Uji

dari Laboratorium Penguji atau Laporan Inspeksi dari Lembaga Inspeksi Teknis. Sertifikat

Produk Pengguna Tanda SNI hanya berlaku untuk jangka waktu tiga tahun.

Pelaku usaha yang telah mendapatkan Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI berhak

mempublikasikan serta wajib membubuhkan tanda SNI pada setiap barang, kemasan dan setiap

hasil produksinya. Khusus barang yang tidak memungkinkan untuk dicantumkan tanda SNI

diganti dengan kewajiban melampirkan copy Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI atau

Sertifikat Kesesuaian atau laporan inspeksi. Terhadap suatu barang dan atau jasa yang telah

diberlakukan SNI wajib, pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau mengedarkan barang dan

atau jasa, yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan SNI wajib.

Sebaiknya peraturan teknis berisi tentang aturan yang mewajibkan untuk suatu

produk tertentu untuk memakai standar tertentu yang telah ada. Hal ini disebabkan

pengadopsian SNI menjadi regulasi teknis lebih mudah diterima oleh pelaku pasar karena SNI

dirumuskan bersama oleh stake holder (produsen, konsumen, regulator dan para pakar) dan

proses perumusan SNI melalui sejumlah tahap untuk memfasilitasi optimasi antara pendekatan

kepakaran dan pendekatan konsensus.

Dalam memberlakukan SNI wajib harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:

Harus ditetapkan oleh instansi pemerintah yang memiliki kewenangan meregulasi kegiatan

atau meregulasi peredaran barang pasar.

Harus memiliki tujuan yang dapat dimengerti oleh semua pihak.

Page 5: Revi Adikharisma - 2412105021

Tidak bersifat diskriminatif

Dinotifikasikan ke WTO khususnya apabila berpotensi menimbulkan hambatan perdagangan.

Antara penetapan dan pemberlakuan harus diberikan tenggang waktu yang cukup untuk

mempersiapkan mekanisme penilaian kesesuaian/pengawasan pra-pasar dan pengawasan

paska-pasar, serta memberikan kesempatan bagi produsen/pemasok mempersiapkan diri.

Tujuan dari pemberlakuan SNI wajib yaitu :

Memperlancar arus perdagangan.

Memberikan perlindungan bagi konsumen, pelaku usaha, masyarakat dalam aspek kesehatan,

keselamatan dan keamanan serta pelestarian lingkungan hidup.

Mengefesienkan industri dalam negeri sehingga punya daya saing yang kuat dipasar dalam

negeri maupun luar negeri.

Menciptakan persaingan usaha yang sehat, transparan, memacu kemampuan inovasi, serta

meningkatkan kepastian usaha.

Pengawasan barang dipabrik, baik dalam negeri maupun luar negeri dilakukan

melalui penilaian sistem manajemen mutu dan pengujian barang/inspeksi oleh Lembaga

Sertifikasi yang menerbitkan Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI. Pengawasan SNI wajib

untuk barang impor dilakukan dengan cara mewajibkan barang impor yang akan masuk

kepabeaan Indonesia dan sudah memiliki Sertifikat Pengguna Tanda SNI atau sertifikat

kesesuaian mutu untuk didadftarkan terlebih dahulu oleh importir kepada Direktorat Jenderal

Perdagangan Luar Negeri untuk mendapatkan Surat Pendaftaran barang. Importir yang tidak

mempunyai surat pendaftaran barang, dilarang memasukan barangnya ke Daerah Pabean

Indonesia.

Pelaksanaan SNI wajib belum dilakukan dengan baik, hal ini terbukti dengan masih

banyaknya produk-produk yang tidak memenuhi standar masuk ke Indonesia. Hal ini

disebabkan selain pengawasan yang kurang baik, tetapi juga dikarenakan masih kurangnya

persepsi masyarakat akan arti pentingnya standar dan penilaian kesesuaian, mengingat hingga

saat ini kesadaran masyarakat didalam memproduksi dan atau mengkonsumsi suatu produk

belumlah didasarkan atas pengetahuan terhadap standar/mutu produknya melainkan masih

didasarkan atas pertimbangan harga. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap

standar dapat dilihat dari banyaknya produk-produk luar negeri yang dikonsumsi masyarakat

yang tidak sesuai dengan standar dan rendahnya kesadaran produsen dalam menerapkan

standar. Sehingga produk-produk dibawah standar tetap laku dipasar. Prosedur penilaian

kesesuaian adalah setiap kegiatan yang berhubungan dengan penilaian baik langsung maupun

Page 6: Revi Adikharisma - 2412105021

tidak langsung terhadap produk, jasa atau proses yang menyatakan bahwa persyaratan terhadap

standar atau spesifikasi terkait telah dipenuhi.

Kegiatan penilaian kesesuaian terkait dengan pengujian dan pemeriksaan, sertifikasi

dan sistem registrasi mutu, pernyataan kesesuaian oleh pemasok, akreditasi dan metrologi.

Akreditasi merupakan rangkaian kegiatan pengakuan formal yang menjamin bahwa suatu

lembaga sertifikasi, lembaga penguji dan inspeksi telah memenuhi persyaratan tertentu untuk

dapat melakukan kegiatan sertifikasi serta memberi jaminan atas kebenaran hasil pengukuran

dan pengujian. Sertifikasi merupakan rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang,

jasa, proses, sistem yang bertujuan memberikan jaminan tertulis dari lembaga sertifikasi,

lembaga inspeksi dan laboratorium untuk menyatakan bahwa suatu barang, jasa, proses dan

sistem telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.

Di Indonesia badan yang berwenang dalam memberikan akreditasi lembaga-lembaga

yang melakukan penilaian kesesuaian yaitu Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN adalah

lembaga non struktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang

mempunyai tugas menetapkan akreditasi dan memberikan pertimbangan dan saran ke BSN

dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi. KAN dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden No. 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional. KAN mempunyai wewenang

untuk memberikan akreditasi kepada lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi dan laboratoriun

yang berlokasi di Indonesia maupun di luar negeri. Pelaksanaan akreditasi kepada lembaga

sertifikasi, lembaga inspeksi dan laboratorium di luar negeri dilakukan dengan cara saling

pengakuan (Mutual Recognition Agreement) terhadap sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga

tersebut.

Mutual Recognition Agreement (MRA) sangat diperlukan dalam pelaksanaan

standardisasi. MRA dilakukan dalam hal metode pengujian dan pengeluaran sertifikat penilaian

kesesuaian. Pengujian dan pemeriksaan produk terhadap barang yang dilakukan oleh pihak yang

berwenang di negara pengimpor dalam rangka kesesuaian produk dengan standar yang berlaku

di negara tersebut menimbulkan kesulitan terhadap pemasok asing. Hal ini disebabkan pemasok

asing harus mengeluarkan biaya untuk mengirim contoh barang ke negara impor.

Untuk mengurangi kerugian yang dialami pemasok asing dalam rangka pengujian

dan pemeriksaan produk, maka dalam perjanjian TBT mengharuskan negara anggota untuk

menerima hasil penilaian kesesuaian yang dibawa dari Negara yang mengekspor suatu produk.

Dalam perjanjian TBT disarankan agar antar Negara anggota membuat MRA mengenai

penilaian kesesuaian. Terdapat kesulitan yang dihadapi Indonesia sebagai negara berkembang

dalam melaksanakan prosedur penilaian kesesuaian yaitu prosedur penilaian kesesuaian

membutuhkan dana yang cukup banyak, kurangnya dana mengakibatkan badan yang melakukan

Page 7: Revi Adikharisma - 2412105021

prosedur penilaian kesesuaian tidak banyak atau tidak ada di negara berkembang. Hal ini

membuat produsen di negara berkembang harus melalukan prosedur penilaian kesesuaian

terhadap produknya di luar negeri dan membuat biaya produksi menjadi naik. Meskipun telah

ada lembaga yang melakukan prosedur penilaian kesesuaian, namun tidak ada jaminan bahwa

sertifikat yang telah dikeluarkan oleh lembaga tersebut diterima di negara tujuan ekspor.

Kesepakatan mengenai saling pengakuan penilaian kesesuaian ada dua macam yaitu yang

bersifat multilateral disebut dengan Multilateral Recognition Arrangement dan bersifat bilateral

disebut dengan Mutual Recognition Agreement.

MRA dan MLA dalam bidang standardisasi antara lain meliputi saling pengakuan

atas hasil pengujian, kalibrasi, sertifikasi sistem manajemen mutu dan lain-lain dengan badan

standardisasi atau institusi negara lain atau dengan organisasi standardisasi internasional dan

regional. Hal tersebut sangat diperlukan untuk dapat mendukung kelancaran perdagangan

internasional.

C. Pengaruh Standar dan Kode pada Bidang Keamanan dan Kesehatan

Keamanan Kerja

Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang  bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya

serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik

didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian

tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan,

perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan

kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi  yang lebih

maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan

kerja adalah dari, oleh, untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada

umumnya. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana

kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut.

1.      Baju kerja

2.      Helm

3.      Kaca mata

4.      Sarung tangan

5.      Sepatu

Page 8: Revi Adikharisma - 2412105021

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut.

1.      Buku petunjuk penggunaan alat

2.      Rambu-rambu dan isyarat bahaya.

3.      Himbauan-himbauan

4.      Petugas keamanan

Tujuan Keselamatan Kerja :

      Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.

      Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan effisien.

      Menjamin proses produksi berjalan secara aman

Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat

pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial,

dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam

ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu

keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960,

BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan

kemasyarakatan.

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama

melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang

harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan

terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan

dimana pekerjaan itu dilaksanakan.

 Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a.       Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.

b.      Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

c.       Teliti dalam bekerja

d.      Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.

     

 Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Page 9: Revi Adikharisma - 2412105021

Sasaran Segala tempat kerja (darat, di dalam tanah, permukaan dan dalam air, udara) :

         Industri

         Pertanian

         Purtambangan

         Perhubungan

         Pekerjaan umum

         Jas

Undang-undang Keselamatan Kerja

UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar

proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak

merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan

dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

             UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan

Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang

memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di

segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI.

Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14

tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara berhak hidup

layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/ penyakit.

UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta

pelaksana dari pembangunan. Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3

unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja.

Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:

1.      Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

2.      Adanya tenaga kerja, dan

3.      Ada bahaya di tempat kerja.

 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan

kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat

selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau

Page 10: Revi Adikharisma - 2412105021

tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-

sumber bahaya.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan

kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3

bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).

Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus

dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah

pada masa yang akan datang.