Retna Ayu Puspatarini, Sri Handjajanti, Laksmi Utami
Transcript of Retna Ayu Puspatarini, Sri Handjajanti, Laksmi Utami
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
43
Eksistensi Leaflet Arsitektural dalam Memahami
Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang Lokasi mitra binaan : Kampung Budaya Sindangbarang di Bogor
Retna Ayu Puspatarini, Sri Handjajanti, Laksmi Utami
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440
e-mail: [email protected]
ABSTRAK Kampung Budaya Sindangbarang merupakan kawasan budaya yang berada di Bogor. Budaya yang
diangkat di kawasan ini yakni budaya Sunda sehingga secara penampilan fisik terlihat kawasan ini
menghadirkan bangunan tradisional Sunda. Minimnya informasi terkait arsitektur khasnya menyebabkan
masih sedikitnya masyarakat yang tertarik untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Untuk mendukung
ketertarikan masyarakat datang ke Kampung Budaya Sindangbarang maka diperlukan leaflet arsitektural
yang dapat membantu mempromosikan kawasan tersebut. Leaflet arsitektural yang dirancang
memberikan informasi terkait arsitektur khas Kampung Budaya Sindangbarang. Dalam mewujudkan
leaflet arsitektural maka diperlukan metodologi ethnografi arsitektur. Tulisan ini dibuat untuk memahami
eksistensi leaflet arsitektural dalam memperkenalkan arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang kepada
masyarakat. Hasil penelitian disimpulkan bahwa untuk dapat memahami arsitektur Kampung Budaya
Sindangbarang dengan baik maka bentuk dari leaflet arsitektural yang dirancang terbagi ke beberapa
bagian didasarkan pada ethnografi arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang sehingga pembuatan
leaflet ini dapat memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat tentang arsitektur khas yang ada di kawasan tersebut. Kata kunci: Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang; Ethnografi Arsitektur; Leaflet Arsitektural
The Existence of Architectural Leaflets in Understanding
Architecture of Sindangbarang Cultural Village Location of foster partner: Sindangbarang Cultural Village in Bogor
ABSTRACT Sindangbarang Cultural Village is a cultural area located in Bogor. The culture raised in this area is
Sundanese culture so that physically visible this area presents traditional Sundanese buildings. The lack of
information related to its distinctive architecture causes there are still at least few people who are interested in visiting the area. To support the interest of public to come to Sindangbarang Cultural Village,
an architectural leaflet is needed that can help promote the area. Architectural leaflet designed to provide
information related to the typical architecture of Sindangbarang Cultural Village. In realizing architectural
leaflet, architectural ethnographic methodology is required. This paper was made to understand the
existence of architectural leaflet in introducing the architecture of Sindangbarang Cultural Village to
public. The result of the study concluded that to be able to understand the architecture of Sindangbarang
Cultural Village, the form of architectural leaflet designed to be divided into several parts is based on the
ethnography of the architecture of Sindangbarang Cultural Village so that the making of this leaflet can
provide clear information to public on the typical architecture in the area. Keywords: Architectural Ethnography; Architectural Leaflet; Architecture of Sindangbarang Cultural Village
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
44
PENDAHULUAN
Kampung budaya Sindangbarang merupakan sebuah kampung budaya yang mengangkat
budaya tradisional Sunda. Kawasan ini berada di area persawahan yang terletak di kabupaten
Bogor. Keberadaan kampung budaya ini seperti terlihat pada gambar 1.
Gbr.1. Lokasi Kampung Budaya Sindangbarang
(Sumber: Google map)
Berdasarkan gambar udara pada gambar 1 terlihat bahwa secara fisik bentuk kampung
budaya Sindangbarang memiliki penampilan yang sama dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kampung budaya Sindangbarang berbaur dengan lingkungannya sehingga
perkampungan ini masih kental menggunakan budaya yang melekat di masyarakat sekitarnya
yakni budaya Sunda.
Penerapan budaya Sunda di kampung budaya Sindangbarang terlihat jelas saat
diadakannya kegiatan seren taun (upacara panen hasil bumi) yang diadakan setiap tahun.
Dalam kegiatan tersebut menghadirkan kegiatan budaya lainnya yakni tari, musik, olah raga
tradisional, dan lainnya. Selain kegiatan budaya yang melekat pada masyarakatnya, budaya
Sunda juga terlihat jelas pada bangunan yang ada di kampung ini dan menjadi ciri khas dari
bangunan di kampung budaya Sindangbarang.
Secara fungsional, bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang memiliki
kesamaan fungsi dengan bangunan yang ada di arsitektur Sunda yang terdiri atas bangunan
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
45
rumah ketua adat, lumbung padi, bangunan pertemuan, dan rumah warga. Sedangkan secara
penampilannya, bentuk fisik bangunan di kawasan ini memiliki kesamaan dengan bentuk
bangunan tradisional Sunda dan menggunakan material bangunan yang terbuat dari bambu.
Kehadiran yang unik dari kampung budaya Sindangbarang lambat laun mulai diketahui
masyarakat luas. Namun masih sedikit informasi yang dapat diperoleh masyarakat terkait
keberadaan perkampungan ini khususnya informasi terkait arsitektur kampung budaya
Sindangbarang. Berdasarkan fenomena ini maka kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang
kami lakukan yakni membuat suatu media informasi yang dapat diakses oleh masyarakat terkait
arsitektur kampung budaya Sindangbarang saat mereka berkunjung ke kawasan ini.
Media informasi untuk menjelaskan arsitektur kampung budaya Sindangbarang yakni
pembuatan leaflet arsitektural. Untuk mendukung pembuatan leaflet, langkah pertama yakni
melakukan survei ke kampung budaya Sindangbarang. Di lokasi kami melakukan pengamatan
terhadap bangunan yang ada di kawasan dan wawancara dengan ketua adat dan pengurusnya.
Berdasarkan data yang diperoleh maka langkah selanjutnya yakni mengolah data tersebut
menjadi data yang informatif secara arsitektural sehingga layak menjadi leaflet arsitektural
untuk dapat menjelaskan arsitektur kampung budaya Sindangbarang.
Pemilihan leaflet sebagai media informasi yang efektif untuk menyampaikan informasi
sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dalam bidang kedokteran, leaflet digunakan
untuk memberikan informasi kepada pasien terhadap obat yang dikonsumsi namun dalam
menyampaikan informasi perlu diperhatikan tata cara penggunaan bahasa yang disampaikan
agar pasien memahami isi dari informasi tersebut. Berkat bantuan leaflet, banyak masyarakat
sadar untuk mengkonsumsi obat yang diresepkan (Kitching, J B. 1990). Penelitian terhadap
penggunaan leaflet sebagai sarana informasi juga dilakukan oleh Ratna Asmaranai, dkk (2017).
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa untuk mendukung pariwisata di kota Semarang
dibutuhkan leaflet yang dibuat dengan baik dan diperlukan pelatihan membuat leaflet. Salah
satu pelatihan pembuatan leaflet telah dilakukan Audita Nuvriasari dan Ruswan Udjang dalam
kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di desa wisata Gamplong tahun 2017.
Berdasarkan 3 (tiga) kegiatan yang diutarakan menunjukkan bahwa leaflet merupakan
cara efektif yang dilakukan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dalam
menyampaikan informasi perlu diperhatikan beberapa hal seperti bahasa yang digunakan,
penyusunan materi yang diinformasikan, dan pelatihan dalam membuat leaflet. Oleh karena itu
dalam membuat leaflet arsitektural kampung budaya Sindangbarang perlu diperhatikan
penggunaan bahasa dan penyusunan materi yang dapat dimengerti masyarakat untuk
mengetahui informasi arsitektur yang disampaikan di leaflet.
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
46
Kegiatan pembuatan leaflet arsitektur bertujuan untuk mendokumentasikan arsitektur
tradisional yang ada di kampung budaya Sindangbarang, menginformasikan kepada masyarakat
tentang arsitektur tradisional di Sindangbarang, dan sebagai sarana promosi untuk menunjukkan
keunikan yang dimiliki di kawasan ini. Selain memiliki tujuan kegiatan, manfaat yang dapat
diambil dari kegiatan ini untuk melengkapi dokumentasi beragam bentuk arsitektur tradisional
Sunda, dan untuk memberitahukan bahwa leaflet dapat digunakan dalam membantu
pendokumentasian arsitektural.
METODE
2.1 Tahapan Metoda
Metode Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan dalam pembuatan leaflet
arsitektural berupa pendampingan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan yakni membuatkan
leaflet arsitektural sebagai salah satu bentuk pendokumentasian terhadap kelengkapan data
arsitektur tradisional yang ada di kampung budaya Sindangbarang. Tahap awal yang dilakukan
yakni melakukan dialog dengan ketua adat terkait arsitektur tradisional Sindangbarang dan
melakukan pencatatan dari hasil dialog tersebut. Hasil dialog dan pencatatan kemudian
didialogkan kembali dengan ketua adat sehingga terdapat kesepahaman terkait arsitektur
tradisional Sindangbarang. Hasil kesepahaman diolah dan disusun menjadi leaflet arsitektural.
Pembuatan leaflet arsitektural ini merupakan salah satu cara untuk melakukan
pendokumentasian arsitektur di kampung budaya Sindangbarang. Dilakukannya kegiatan ini
dikarenakan belum banyak tulisan yang mengangkat arsitektur di kampung budaya
Sindangbarang sehingga keunikan dari arsitektur di kawasan ini masih belum banyak diketahui
masyarakat. Selain itu leaflet arsitektural ini tidak hanya sebagai dokumentasi pihak kampung
budaya Sindangbarang namun juga sebagai dokumentasi bagi masyarakat.
Mitra kegiatan yang dilibatkan dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang
dilakukan di kampung budaya Sindangbarang yakni ketua adat dan pengurus adat lainnya di
kawasan ini. Kegiatan pencatatan data arsitektural yang dilakukan dengan mengamati benda-
benda arsitektural dan menanyakan informasi terkait makna dan nilai yang dimiliki dari tiap
benda arsitektural yang ada di kawasan ini. Hal ini dilakukan untuk melakukan pencatatan
arsitektural menyeluruh baik secara tangible (terlihat wujudnya) maupun secara intangible
(tidak terlihat wujudnya).
Langkah berikutnya untuk mengevaluasi pencatatan data yang diperoleh di lapangan
diolah dengan menggunakan metoda etnografi arsitektur. Metoda ini merupakan metoda untuk
mendeskripsikan kehidupan manusia bagi kehidupan dijalani dan dialami (Ingold, Tim. 2017;
Lucas, Ray. 2016). Kehidupan tersebut berhubungan dengan budaya yang menyertainya. Dalam
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
47
hubungannya dengan etnografi arsitektur maka pendeskripsian kehidupan manusia yang
dilakukan yang mendeskripsikan kehidupan manusia terkait bangunan yang menjadi bagian dari
kehidupan mereka.
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan tenaga kepakaran yang berpengalaman dalam
melakukan kegiatan etnografi arsitektur. Ketua dan anggota tim berpengalaman dalam
melakukan penelitian arsitektur yang berhubungan dengan pengamatan kehidupan masyarakat
tradisional terhadap bangunan yang menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ketua tim bertugas
melakukan wawancara dengan ketua adat, sedangkan anggota tim bertugas melakukan
pendokumentasian bangunan-bangunan yang ada di kawasan yakni dengan melakukan
pemotretan dan pengukuran fisik bangunan. Dalam pembuatan leaflet arsitektural, ketua dan
anggota tim sama-sama bekerja dalam melakukan pengolahan data untuk disajikan ke leaflet
dengan menggunakan etnografi arsitektur.
Berdasarkan penjelasan yang telah diutarakan, secara garis besar dalam kegiatan untuk
menghasilkan leaflet arsitektural, tahapan metoda yang dilakukan terlihat pada diagram 1.
Diagram 1. Diagram tahapan Metoda Pendampingan Kegiatan
2.2 Kriteria Informasi Leaflet Arsitektural
Leaflet arsitektural kampung budaya Sindangbarang merupakan leaflet yang dibuat
untuk menginformasikan bangunan-bangunan khususnya bangunan tradisional Sunda yang ada
di kampung budaya Sindangbarang. Untuk mengumpulkan informasi tersebut diperlukan
kriteria materi yang dimasukkan ke leaflet arsitektural.
Kriteria utama materi informasi yang disampaikan di leaflet arsitektural didasarkan
pada pemikiran yang diutarakan vitruvius bahwa untuk melihat arsitektur dilakukan dalam tiga
komponen yakni utilitas, firmitas, dan venustas (Nuryanto.2019). Utilitas merupakan fungsi
atau guna, firmitas merupakan teknologi, dan venustas merupakan keindahan. Namun
dikarenakan adanya keterbatasan waktu maka pembuatan leaflet arsitektural fokus pada utilitas
dan firmitas dari bangunan di kampung budaya Sindangbarang.
Kriteria utilitas ini membagi pembahasan bangunan yang ada di kampung budaya
Sindangbarang menjadi tipologi bangunan. Pembahasan tipologi ini dijelaskan oleh ketua adat
dan pengurus kampung budaya Sindangbarang terkait penggunaan pemanfaatan bangunan yang
DATA
Pengamatan
Wawancara
LEAFLET ARSITEKTURAL
Hasil dari pengolahan data PENGOLAHAN DATA Menggunakan Metoda Ethnografi Arsitektur
FEEDBACK
Pendampingan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
48
dilakukan saat ini. Sedangkan penjelasan firmitas disampaikan secara menyeluruh terhadap
teknologi yang digunakan di bangunan.
Untuk memahami letak bangunan di kampung budaya Sindangbarang saat pengunjung
datang ke kampung ini maka leaflet ini dilengkapi dengan gambar tata lokasi bangunan. Leaflet
ini juga dilengkapi dengan sejarah singkat kampung budaya Sindangbarang. Dengan adanya
tambahan 2 (dua) hal tersebut diharapkan masyarakat memahami bangunan-bangunan yang ada
di kampung budaya Sindangbarang.
HASIL DAN DISKUSI
3.1 Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang
Kampung budaya Sindangbarang memiliki bentuk perkampungan yang unik. Keunikan
ini terlihat saat memasuki kawasan perkampungannya di mana terlihat bangunan tradisional
Sunda yang menjadi ciri dari bangunan di perkampungan ini. Namun pada tiap wilayah di area
budaya Sunda memiliki ciri perkampungan dan bangunan yang berbeda tidak terkecuali dengan
ciri budaya Sunda yang berada di kampung budaya Sindangbarang.
Secara penampilan fisik, bangunan bercirikan tradisional yang ada di kawasan ini yakni
bangunan lumbung padi (leuit), rumah ketua adat (imah gede), imah pasangrahan, bale riungan,
dan saung talu. Selain bangunan, bentuk fisik yang menjadi ciri dari kawasan ini adanya batu
ungkal biang yang diletakkan dekat dengan gerbang kawasan dan imah gede. Wujud fisik
tersebut seperti yang terlihat pada gambar 2.
Gbr.2. Bangunan Tradisional di Kampung Budaya Sindangbarang (Sumber: Koleksi Pribadi)
Untuk melengkapi wujud fisik yang sudah ada perlu untuk dilakukan penelusuran
terhadap makna dan nilai yang dimiliki dari tiap wujud fisik di kampung budaya Sindangbarang.
Imah Gede Imah Pasangrahan
Leuit
Bale Riungan Saung Talu
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
49
Dengan adanya penambahan tersebut maka data terkait arsitektur yang diamati bersifat tangible
dan intangible.
Selain hasil pengamatan di lapangan, peneliti merasakan kesukaran untuk mencari
literatur yang menjelaskan tentang arsitektur kampung budaya Sindangbarang. Oleh karena
itulah timbul ide untuk memperkenalkan arsitektur di kawasan ini ke dalam bentuk yang
informatif bagi masyarakat yakni dalam bentuk leaflet arsitektural.
3.2 Etnografi Arsitektur
Dalam melakukan pendekatan etnografi, peneliti menghabiskan waktu di lapangan dan
berinteraksi dengan masyarakat yang ditelitinya serta mencatat setiap pengamatan yang
dilakukan dari kegiatan interaksi di lapangan (Lucas, Ray. 2016). Pendekatan etnografi erat
hubungannya dengan manusia yang tinggal di kawasan yang sedang dilakukan penelitian. Oleh
karena itu ketika melakukan pengamatan di lapangan, kami melakukan wawancara dengan
ketua adat dan pengurus lainnya untuk menanyakan bangunan yang ada di kampung budaya
Sindangbarang baik pertanyaan secara tangible maupun intangible.
Michael Peter Smith (1992) mengutarakan bahwa etnografi mendekode dan mencatat,
menceritakan dasar ketertiban kolektif dan keragaman, inklusi dan pengecualian. Ini
menggambarkan proses inovasi dan penataan, dan merupakan bagian dari proses ini.
Pemahaman ini menunjukkan bahwa metoda etnografi merupakan metoda yang digunakan
untuk mendeskripsikan hasil penelitian atau pengamatan melalui sebuah proses yang telah
dirangkum berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan.
Arsitektur adalah semacam skrip yang dapat dibaca, jelas bahwa metodologi terkait
mempengaruhi bagaimana teks arsitektur ini akhirnya dipahami. Mereka memandu apa yang
dilihat, bagaimana hal itu dilihat, dan cara di mana ia dikontekstualisasikan dan dipahami (Blier,
Suzanne Preston. 1987). Berdasarkan pemahaman tersebut maka metodologi etnografi arsitektur
dipilih karena tipe ini sesuai untuk mengeksplorasi arsitektur yang menghubungkan manusia
dan budaya.
Berdasarkan pemahaman yang telah dijabarkan maka metoda etnografi arsitektur
merupakan metoda yang digunakan untuk membantu dalam mendeskripsikan pengamatan
arsitektural secara beruntun dari awal hingga akhir dari sebuah deskripsi yang hendak
disampaikan. Metoda ini dianggap tepat untuk mengolah data pengamatan dan wawancara yang
dilakukan di kampung budaya Sindangbarang untuk mendeskripsikan arsitektur kawasan ini
untuk diinformasikan ke leaflet arsitektural.
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
50
3.3 Leaflet Arsitektural
Leaflet arsitektural yang dibuat yakni Nilai dan Makna Arsitektur di Kampung Budaya
Sindangbarang. Leaflet dibuat dalam 2 (dua) halaman bolak balik. Warna leaflet disesuaikan
dengan warna dominan di kampung budaya Sindangbarang yakni warna dasar coklat. Leaflet
ini dibagi menjadi 6 bagian di mana tiap bagian menginformasikan pembahasan yang berbeda
satu sama lain.
Pada bagian pertama merupakan halaman judul leaflet yang dilengkapi dengan beragam
bentuk bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang. Bagian ke dua merupakan
bagian yang menjelaskan peta kampung budaya Sindangbarang yang dilengkapi dengan sejarah
singkat kawasan. Bagian ke tiga hingga bagian ke lima menjelaskan tipologi bangunan yang ada
di kampung budaya Sindangbarang. Untuk menjelaskan tipologi bangunan tidak hanya
dijelaskan dari penampilan tangiblenya saja namun juga menjelaskan sekilas aspek intangible
dari tiap bangunan. Bagian ke tiga menjelaskan rumah ketua adat (imah gede), bagian ke empat
menjelaskan lumbung padi (leuit) dan saung talu, dan bagian ke lima menjelaskan imah
pasangrahan dan bale riungan. Sedangkan untuk bagian ke enam menjelaskan eksterior dan
interior. Informasi ini seperti yang terlihat pada gambar 3.
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
51
Gbr.3. Desain Leaflet Arsitektural Kampung Budaya Sindangbarang
(Sumber: Desain Karya Tim PKM Sindangbarang)
KESIMPULAN
Leaflet arsitektur kampung budaya Sindangbarang dibuat sebagai respon terhadap
minimnya dokumentasi arsitektur bangunan tradisional yang ada di kawasan ini. Selain itu
leaflet ini juga bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang arsitektur di
kampung budaya Sindangbarang di mana belum banyak yang menuliskan tentang arsitektur
tersebut. Diharapkan dengan adanya leaflet ini dapat menjadi media promosi terhadap sarana
dan prasarana yang ada di kampung budaya Sindangbarang sehingga semakin banyak
masyarakat yang datang ke kawasan ini.
Selain membuat leaflet arsitektural secara fisik, leaflet ini dapat dikembangkan menjadi
leaflet arsitektural digital. Pembuatan secara digital sebagai bentuk mengikuti perkembangan
zaman yang saat ini serba praktis dan mengurangi menyampaikan informasi dengan
mencetaknya diatas kertas.
Dari segi materi informasi, leaflet arsitektural yang sudah dibuat belum membahas
elemen-elemen lain yang dapat dibahas untuk menggali lebih detail tentang arsitektur kampung
budaya Sindangbarang. Oleh karena itu untuk ke depannya, kegiatan informasi bangunan dapat
Akal: Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. II, No. 2, Agustus 2021 ISSN 2747-1128 (Online)
52
dilakukan dengan membuat booklet yang memuat informasi lebih detail dari bangunan yang ada
di kampung budaya Sindangbarang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami ucapkan terima kasih kepada jurusan Arsitektur Universitas Trisakti yang telah
membantu kami dapat memberikan dana untuk melakukan kegiatan Pengabdian kepada
Masyarakat di Kampung Budaya Sindangbarang. Tidak lupa kami juga ucapkan yang sebesar-
besarnya kepada pihak Kampung Budaya Sindangbarang yang telah menyambut kami dengan
hangat dan mengizinkan kami untuk melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarkat. Kami
juga ucapkan terima kasih kepada tim Mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan dan
penyusunan desain leaflet arsitektur.
DAFTAR PUSTAKA
Asmarani, Ratna, dkk. 2017. Penulisan Media Promosi Wisata Dalam Bahasa Indonesia Dan
Bahasa Inggris Di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Pemerintah Kota Semarang. Jurnal
“Harmoni”, Volume 1 Nomor 1 November
Blier, Suzanne Preston Blier. 1987. The Anatomy of Architecture Ontology and Metaphor In
Battammaliba Architectural Expression, Cambridge University Press, Cambridge
Ingold, Tim. 2017. DEBATE Anthropology contra ethnography. HAU: Journal of Ethnographic
Theory 7 (1)
Kitching, J B. 1990. Patient information leaflets - the state of the art. Journal of the Royal
Society of Medicine. Volume 83 May
Lucas, Ray. 2016. Research Methods for Architecture. Laurence King Publishing Ltd. London
Nuryanto.2019. Arsitektur Nusantara: Pengantar Pemahaman Arsitektur Tradisional Indonesia.
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Nuvriasri, Audita; Udjang, Raswan. 2017. Pengembangan Tata Kelola Desa Wisata Gamplong.
Jurnal ERA ABDIMAS. Volume 1 No 1 Bulan September
Smith, Michael Peter. 1992. Postmodernism, Urban Ethnography, and The New Social Space of
Ethnic Identity. Theory and Society. Vol. 21 August