Retinoblastoma
-
Upload
eka-novryanti -
Category
Documents
-
view
39 -
download
1
description
Transcript of Retinoblastoma
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Anatomi dan Fisiologi
Struktur anatomi bola mata yang erat hubungannya dengan
Retinoblastoma yaitu struktur retina dan vitreus. Retinoblastoma biasanya tumbuh
di bagian posterior retina, tampak sebagai tumor tunggal dalam retina. 5 Jika
timbul dalam lapisan inti interna, tumor itu tumbuh ke dalam ( endofitik )
mengisi rongga kaca dan tumbuh kearah luar ( exofitik ) menembus koroid,
sklera dan ke N. Optikus. 2
Gambar 1 : Anatomi Bola Mata
Vitreus ( badan kaca )
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dengan retina,tidak berwarna, bening dan konsistensi lunak. Bagian
luar merupakan lapisan tipis ( membran hiolid). Struktur badan kaca tidak
mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jeringan sekitarnya :
koroid, badan siliar dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90 % sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
1
Sesungguhnya fungís badan kaca sama dengan fungís cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Pelekatan itu terdapat pada bagian yang disebut oraserata, pars
plana, dan papil saraf optik. Kejernihan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan
kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. 2
Retina
Gambar 2 anatomi dan fisiologi retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata,
membentang dari papil saraf optic ke depan sampai Oraserata.2
Retina mempunyai ketebalan 0,23 pada polus posterior dan 0,1 pada Oraserata
yang merupakan lapisan paling tipis.
Embriologi dan Anatomi Retina
2
Retina berasal dari bagian dalam cawan optic yang timbul dari bagian cefal
tabung neural embrio. Bagian luar cawan ini akan menjadi satu lapisan epitel
pigmen. Sel bakal retina tersebut terus berkembang dari satu jenis sel embrional
akhirnya menjadi 5 jenis sel yang tersusun teratur.3
1. Sel - sel reseptor , Berupa sel batang dan kerucut.
Sel kerucut (cones) paling banyak terdapat di bagian sentral yang
dinamakan sebagai daerah macula lutea. Pada sentral macula lutea, yaitu
daerah fovea sentralis yang tidak tercampuri sel-sel batang. Besar macula
lutea 1-2 mm, daerah ini daya penglihatannya paling tajam terutama di
fovea sentralis. Struktur macula lutea :
a. Tidak ada sel saraf
b. Sel sel ganglion sangat banyak di pinggir
c. Lebih banyak sel kerucut daripada sel batang. Pada fovea sentralis
hanya terdapat sel kerucut.
Pada nasal dari macula lutea terdapat papilla nervi optisi yaitu tempat
dimana nervus II menembus sclera. Papil ini hanya terdiri dari serabut
saraf, tidak mengandung sel batang atau sel kerucut sama sekali. Oleh
karena itu, tidak dapat melihat sama sekali dan disebut titik buta (skotoma
fisiologis, blind spot). Bentuk papil lonjong, berbatas tegas, pinggirnya
lebih tinggi dari retina sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang
tampak agak pucat besarnya 1/3 diameter papil yang disebut ekskavasasi
fisiologis. Dari tempat ini keluarlah arteri dan vena retina sentral yang
kemudian bercabang-cabang ke temporal dan ke nasal, keatas dan ke
bawah.3,4
Fungsi sel kerucut adalah untuk photoptic vision ( melihat warna,
cahaya intensitas tinggi dan penglihatan sentral / ketajaman penglihatan ).
persepsi detail dan warna pada cahaya yang cukup terang. Pada cahaya
yang remang-remang sel kerucut ini kurang berfungsi. Didalam sel kerucut
terdapat 3 macam pigmen yang masing-masing peka terhadap sinar merah,
hijau, biru. Pigmen yang peka terhadap sinar merah, spectrum absorbsinya
luas, 575 mA. Pigmen yang peka terhadap sinar hijau mempunyai
frekuensi maksimal 540 mA, sedang pigmen yang peka terhadap sinar
3
biru frekuensi absorbs maksimalnya 430 mA. Sel-sel batang lebih banyak
di bagian perifer terutama di sekitar macula. Fungsinya adalah untuk
penglihatan di tempat gelap, untuk scotoptic vision, yaitu untuk melihat
cahaya dengan intensitas rendah, tidak dapat melihat warna, untuk
penglihatan perifer dan orientasi ruangan.4
2. Sel-sel bipolar
Yaitu penghubung dari sel sel reseptor dengan sel ganglion.
Bentuknya ada yang khusus menyambungkan satu sel reseptor kerucut
dengan sel ganglion dan ada pula bercabang banyak yang menghubungkan
beberapa sel batang ke satu sel ganglion.3
3. Sel ganglion
Sel ganglion menyampaikan impuls ke arah otak. Aksonnya
panjang meliputi lapisan permukaan retina, yang terus berkumpul di saraf
optic dan selanjutnya sampai di badan genikulatum lateral untuk bersinaps
di sini dengan sel sel saraf yang melanjutkan impuls visual kekorteks ke
daerah fissure calcarina lobus oksipitalais.3
4. Neuron Lainnya : sel Horizontal dan sel amakrin
Diduga berfungsi mengatur atau menggabungkan dan menyaring
aliran impuls dari masing-masing sel saraf sebelumnya.3
5. Sel Muller
Bukan sel saraf tapi fungsinya penting sebagai membentuk system
kerangka penunjang jaringan retina. Membran limitasi interna dan eksterna
adalah bagian yang dibentuknya. Sel muller berfungsi sebagai depot
glikogen yang penting untuk energi sel lainnya.3
Histologi neuroretina terdiri atas 9 lapisan, 10 dengan lapisan epitel
pigmen yaitu (dari dalam keluar)2,5
4
Gambar 3 Lapisan Retina
1. Lapisan membran limitan interna, merupakan membran hialin antara
retina dan badan kaca.
2. Lapisan serat saraf dari sel ganglion, yang mengandung akson-akson
sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus optikus.
3. Lapisan inti sel ganglion
4. Lapisan molikuler ( flexiform ) dalam, yang mengandung sambungan-
sambungan ( sinaps ) sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.
5. Lapisan nukleus dalam, merupakan lapisan aselular yang merupakan
tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
6. Lapisan flexiform luar, merupakan lapisan aselular mengandung
sambungan-sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan
fotoreseptor.
7. Lapisan nuklearis luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut
dan sel batang
8. Lapisan membrane limitan eksterna, merupakan membrane ilusi
9. Lapisan segmen luar dari sel reseptor
10. Epitel pigmen
Vaskularisasi pada Retina5,6
Gambar 4 Vaskularisasi retina
5
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri
retina sentral masuk retina melalui papil syaraf optik yang akan memberikan
nutrisi pada retina dalam. Dari ekskavasasi fisiologis papilla nervi optisi keluarlah
arteri dan vena retina sentral yang kemudian bercabang-cabang ke temporal dan
ke nasal, juga ke atas dan ke bawah. Arteri ini merupakan arteri terminal dan tidak
ada anastomose ( end artery ). Kadang-kadang didapat anastomose antara
pembuluh darah arteri siliaris dan arteri retina sentral yang disebut arteri
silioretina yang biasanya terletak di daerah makula.
Pada pemeriksaan funduskopi, dinding pembuluh darah tidak dapat dilihat.
Yang tampak pada pemeriksaan adalah kolom darah :
Arteri : diameter lebih kecil dengan perbandingan a:v = 2:3. Warnanya lebih
merah, bentuknya lebih lurus di tengah-tengahnya terdapat reflex cahaya.
Vena : lebih besar, warna lebih tua dan bentuk lebih berkelok-kelok.
Retina menerima darah dari 2 sumber :
1. Koriokapilaris yang mendarahi 1/3 luar retina termasuk lapisan flexiform
luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina.
2. Arteri retina sentral yang mendarahi 2/3 sebelah dalam retina.
3. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh koriokapilaris. Pembuluh darah retina
mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar
darah retina. Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel
pigmen retina. 4
Fisiologi Retina3
Retina berfungsi sebagai bidang di mana gambar ruang luar terproyeksikan
atau terfokuskan. Energi cahaya yang membentuk gambar itu menimbulkan
perubahan kimia dari rhodopsin yang banyak terkumpul di segmen luar sel-sel
reseptor. Dengan cara tertentu perubahan kimia tersebut menyebabkan pengaturan
keluar masuknya ion Na, K, Ca lewat “ion gate” sehingga menimbulkan
perubahan potensial pada membrane sel. Penjalaran perubahan potensial dinding
membran sel yang kemudian terjadi terus di sampaikan ke sel-sel bipolar dan ke
sel-sel Ganglion menerjemahkan potensial menjadi rentetan impuls saraf yang
diteruskan kea rah otak secara berantai lewat beberapa neuron lainnya.
6
Di dalam retina diduga terdapat sel-sel khusus yang memantau kekuatan /
jumlah cahaya yang diterimanya. Bila cahaya berlebihan, maka sel itu
memberikan perintah lewat suatu busur reflex untuk penyempitan lobang pupil.
Perubahan Energi Cahaya Menjadi Energi Listrik Biologik di Retina6
Rhodopsin, derivat vitamin A, merupakan bahan dasar untuk proses
perubahan cahaya ke impuls listrik pada retina. Lapisan epitel pigmen di bawah
retina sebagai gudang zat ini, disamping memberikan nutrisi pada retina. Bila
rhodopsin sudah mengabsorbsi energy cahaya, rhodopsin segera terurai dalam
waktu sepertriliun detik. Penyebabnya adalah foto aktivasi electron pada bagian
retinal dari rhodopsin yang menyebabkan perubahan segera pada bentuk cis dari
retianal menjadi bentuk all-trans. Produk yang segera terbentuk adalah
batorhodopsin, kemudian menjadi lumirhodopsin, metarhodopsin I,
metarhodopsin II dan akan jadi produk pecahan terakhir menjadi scotopsin dan
all-trans retina. Metarhodopsin II (rhodopsin teraktivasi merangsang perubahan
elektrik dalam sel batang yang kemudian menjalarkan bayangan visual ke system
syaraf pusat. Perangan sel batang menyebabkan peningkatan negatifitas dari
potensial membrane yang merupakan keadaan hiperpolarisasi hal ini disebabkan
sewaktu rhodopsin yang ada di segmen luar batang terpapar cahaya dan mulai
terurai, terjadi penurunan konduktansi natrium ke dalam sel batang walaupun ion
ion natrium terus di pompa keluar dari segmen dalam. Berkurangnya ion ion ini
dalam sel sel batang menciptakan negatifitas di dalam membrane , dan semakin
banyak jumlah energy cahaya yang mengenai sel batang, maka semakin besar
muatan elektro negatifnya, semakin besar pula derajat hiperpolarisasinya.
Fotokimiawi kerucut hampir sama persis dengan komposisi kimiawa
rhodopsin dalam sel batang. Perbedaaannya hanya terletak pada bagian protein,
opsin, yang disebut fotopsin dalam sel keucut berbeda dengan sel batang. Pigmen
peka terhadap warna dari sel kerucut merupakan kombinasi antara retinal dan
fotopsin. Pigmen warna ini dinamakan sesuai dengan sifatnya, pigmen peka warna
biru, pigmen peka warna hijau, dan pigmen peka warna merah. Sifat absorbs dari
pigmen yang terdapat di dalam ketiga macam kerucut itu menunjukkan bahwa
puncak absorbsi adalah pada panjang gelombang cahaya, berturut turut sebesar
445, 535, dan 570 nanometer. Panjang gelombang ini merupakan puncak
7
sensitifitas cahaya untuk setiap tipe kerucut, yang dapat mulai dipakai untuk
menjelaskan bagaimana retina dapat membedakan warna.4
2.1. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara
awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13
bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus
unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan
evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan
anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia
dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata yang
peka terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun. 2%
dari kanker pada masa kanak-kanak adalah retinoblastoma.
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima
tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral
(70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam
vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus
terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti
nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50%
menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
Retinoblastoma adalah kanker yang dimulai dari retina – lapisan sensitif di
dalam mata. Retinoblastoma umumnya terdapat pada anak-anak. Retina terdiri
dari jaringan syaraf yang merespon cahaya masuk ke mata. Kemudian retina
mengirimkan sinyal melalui syaraf optik ke otak, dimana sinyal diinterpretasikan
sebagai gambar.
8
Gen retinoblastoma adalah tumor dengan gen yang resesif, berada pada
lengan kromosom 13 pada daerah 14, kode itu untuk protein RB. Penyakit terjadi
dari mutasi yang yang membuat allel normal menjadi inactive.7
Sekitar 60 % retinoblastoma muncul sekunder menjadi somatik dan mutasi
yang tidak diturunkan. Mutasi tersebut menyebabkan tumor yang predominan
secara unilateral dan menyebabkan tumor unifokal. Sekitar 40% tumor disebabkan
oleh mutasi akibat infeksi yang bisa dikarenakan keturunan atau karena sudah ada
faktor mutasi karena infeksi yang diturunkan (sejarah keluarga positif, 10 % ) atau
onset baru akibat mutasi yang disebabkan infeksi, ( riwayat keluarga negatif,
30%). Pola keturunan adalah suatu tipe dari autosomal yang dominan.7
2.2. Patogenesis
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor terdiri
dari sel-sel ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit. 5 Jika
timbul dalam lapisan inti interna, tumor itu tumbuh ke dalam ( endofitik )
mengisi rongga kaca dan tumbuh kearah luar ( exofitik ) menembus koroid, sklera
dan ke N. Optikus. 1
Retinoblastoma ada 2, yaitu :
1. Tumor endofitik mungkin tampak sebagai suatu tumor tunggal dalam
retina tetapi khas mempunyai fokus ganda. Jika timbul dalam lapisan inti
interna, tumor itu tumbuh ke dalam dan mengisi ruang vitreus.
Pertumbuhan endofitik ini mudah dilihat dengan oftalmoskop.
2. Tumor eksofitik yang tumbuh ke arah luar menembus koroid, sklera dan
ke N. Optikus, diagnosis lebih sukar. Perluasan retinoblastoma ke dalam
koroid biasanya terjadi pada tumor yang masif dan mungkin menunjukkan
peningkatan kemungkinan metastasis hematogen. Perluasan tumor melalui
lamina kribosa dan sepanjang saraf mata dapat menyebabkan keterlibatan
susunan saraf pusat. Invasi koroid dan saraf mata meningkatkan resiko
penyakit metastase.
9
Karena tumor ini jarang mengalami metastasis sebelum terdeteksi,
masalah utama dalam diagnosis biasanya adalah penyelamatan ( preservasi)
penglihatan yang bermanfaat.
Retinoblastoma yang tidak ditangani dengan baik akan berkembang
didalam mata dan akan mengakibatkan lepasnya lapisan retina, nekrosis dan
menginvasi nervus optikus dan ke sistem saraf pusat. Metastase biasanya terjadi
dalam 12 bulan. Metastase tersering terjadi secara langsung ke sistem saraf pusat
melalui nervus optikus. Tumor juga bisa menyebar ke ruangan subarachnoid ke
nervus optikus kontralateral atau melalui cairan serebrospinal ke sistem saraf
pusat, dan juga secara hematogen ke paru-paru, tulang. Hampir semua pasien
meninggal disebabkan perluasan intrakranial dan metastase tumor yang terjadi
dalam dua tahun. Faktor yang menyebabkan prognosis yang buruk adalah
diagnosa tumor yang lambat, tumor yang besar, dan umur lebih tua, hasil
pemeriksaan yang menunjukan terkenanya nervus optikus, dan perluasan
extraocular. 8
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi yang digunakan untuk menentukan derajat keparahan
retinoblastoma guna menentukan hasil terapi yang akan digunakan adalah
menggunakan stadium menurut Nana Wijaya SD, yaitu :9
1. Stadium tenang
Pupil lebar. Dipupil tampak refleks kuning yang disebut “amaorotic cat’s
eye “ hal inilah yang menarik perhatian orang tuanya untuk kemudian
berobat. Pada funduskopi, tampak bercak yang berwarna kuning
mengkilap. Dapat menonjol ke dalam badan kaca. Dipermukaannya ada
neovaskularisasi dan perdarahan. Dapat disertai dengan ablasio retina.
2. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokuler
meninggi. Glaulpma sekunder yang disertai rasa sakit yang Sangay. Media
refrakta menjadi keruh, sehingga pada funduskopi sukar menentukan
besarnya tumor.
10
3. Stadium ekstra okuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar. Menyebabkan
eksoftalmus, kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga
orbita, disertai nekrose diatasnya. Pertumbuhan dapat pula terjadi
kebelakang sepanjang N.II dan masuk keruang tenggorok. Penyebaran ke
kelenjar getah bening, juga dapat masuk ke pembuluh darah,untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh.
4. Stadium metastase
Tumornya sudah bermetastasis jauh sampai ke otak.
Klasifikasi Reese-Ellsworth (R-E), yaitu : 10
Group I
a. Tumor soliter, ukuran diameter kurang dari 4 disk, pada atau dibelakang
garis equator.
b. Tumor yang multiple, ukuran diameter tidak ada melebihi 4 disk,semua
pada garis atau dibelakang garis ekuator.
Group II
a.Tumor soliter, ukuran diameter 4 atau 10 disk, pada atau dibelakang
garis equator.
b. Tumor multiple, ukuran diameter 4 atau 10 disk, dibelakang garis
ekuator.
Group III
a. Luka apapun pada anterior di depan garis ekuator.
b. Tumor soliter, ukuran diameter lebih besar dari 10 disk, dibelakang garis
ekuator.
Group IV
11
a. Tumor multiple, beberapa diameter lebih besar dari 10 disk.
b. Luka apapun yang memanjang didepan ke ora serata
Group V
a. Penyebaran yang massif mengenai setengah dari retina
b.penyebaran ke vitreus
Klasifikasi Internasional Intraokuler Retinoblastoma ( IIRC ) dikembangkan
untuk dapat memperkirakan hasil dari pengobatan (terutama dengan kemoterapi
dan fokal terapi dengan radiasi sebagai tindakan penyelamatan dan pencegahan
terhadap terjadinya kekambuhan). IIRC telah memastikan dengan
menghubungkan antara keparahan penyakit pada saat diperiksa dan kemudian
setelah dilakukan terapi dan juga setelah dilakukan terapi sebagai tindakan
penyelamatan11.
Prinsip umum klasifikasi IIRC11:
Grup A :
Mata dengan tumor ukuran kecil jauh dari macula dan nervus optikus yang
secara primer hanya dilakukan fokal terapi.
Gambar 5 Retinoblastoma Grup A
Grup B :
Mata dengan tumor berukuran sedang atau tumor pada macula dan nervus
optikus yang saat dilakukan beberapa kali kemotherapi mengecil, kemudian
selanjutnya dilakukan dengan terapi fokal.
12
Gambar 6 Retinoblastoma Grup B
Group C :
Mata dengan dengan ukuran tumor besar dengan berbatas pada vitreous
dan atau menyebar ke subretinal yang secara primer dilakukan terapi dengan
kemoterapi dilanjutkan dengan fokal terapi.
Gambar 7 Retinoblastoma Grup C
Group D :
13
Mata dengan ukuran tumor besar dengan penyebaran yang luas pada
vitrous dan subretinal yang juga secara primer dilakukan kemoterapi dan fokal
terapi.
Gambar 8 Retinoblastoma Grup D
Banyak dari pusat kesehatan menggunakan radiasi sinar eksternal namun hanya
efektif untuk tingkat mortalitas pada group B, C, D, mata yang telah gagal dengan
kemoterapi dan fokal terapi lebih baik dilakukan terapi elektif .
Group E:
Mata dengan resiko tinggi di masa dating seperti tumor yang telah
mencapai lensa, neovaskularisasi, glaukoma, selulitis orbita, segmen anterior,
bilik mata depan, keterlibatan iris dan siliaris dalam berkerja.
Gambar 9 Retinoblastoma Grup E
Tabel Klasifikasi IIRC11
Group A
14
Mata dengan ciri-ciri tumor yang tidak mengubah struktur dari mata
Tumor berukuran 3mm atau lebih kecil yang dengan batas ke retina >3mm
dari fovea, >1,5 mm dari nervus optikus, tidak ada penyebaran ke vitreus
dan subretinal
Group B
Tumor dimata tanpa penyebaran ke vitreous dan subretina dengan tanda
khas tumor dengan ukuran dan lokasi yang tidak ditentukan.
Tumor yang tidak termasuk dalam group A dengan tidak ada penyebaran
ke vitreus dan subretina, cairan subretina > 3mm dari dasar tumor
Group C
Diskret fokal dengan penyebaran minimal pada vitreus dan subretinal
Cairan subretina pada saat sekarang atau lampau tanpa penyebaran dan
melibatkan hingga 0.25 retina.
Penyebaran lokal pada subretinal pada saat sekarang kurang dari
3mm(2DD) dari tumor
Penyebaran lokal vitreus ke tumor
Grup D
Tumor difuse dengan penyebaran vitreous dan subretinal yang signifikan
Tumor dapat invasive atau difus
Cairan subretina pada saat sekarang atau lampau tanpa penyebaran yang
melibatkan seluruh perlekatan retina.
Penyebaran subretina yang difus pada saat sekarang atau lampau yang
mungkin termasuk plak subretina atau nodul tumor
Penyakit vitreus yang massif atau difus berupa gambaran yang kotor atau
15
massa tumor yang avaskuler
Group E
Munculnya salah satu atau lebih prognosis yang buruk dimasa depan
Tumor mencapai lensa
Neovaskuler glaukoma
Tumor anterior yang mencapai bagian anterior pada vitreus yang
melibatkan badan siliaris atau segmen anterior.
Retinoblastoma yang infiltratif dan difuse
Media berbentuk opaq yang berasal dari pendarahan
Tumor nekrosis dengan celulitis orbital aseptic
Pthisis bulbi
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul pada penderita yang mengalami Retinob lastoma : 1
1. Massa kecil di retina
2. Mata Juling (strabismus)
3. Mundurnya visus sampai buta
4. Pupil berwarna putih ( leukokoria )
5. Bila mata kena sinar akan memantul seperti mata kucing yang disebut
“amurotic cat’s eye”.
6. Buphthalmos
7. Kerusakan retina
16
8. Endopthalmitis
9. Panophthalmitis
10. Protopsis
11. Hifema
Gambar 10 anak penderita Retinoblastoma cat’s eye
Gambar 11 Tumor yang sepenuhnya menutup mata kanan anak
Leukokoria ( reflex putih atau pupil yang berwarna putih, dibandingkan
dengan yang normal yaitu berwarna merah) adalah gejala yang paling sering
timbul dan seringkali disadari oleh keluarga. Pada pemeriksaan fisik reflex merah
yang normal lebih berwarna orange (bisa terjadi salah interpretasi), dan dapat
berubah-ubah bergantung dari pigmentasi iris . Optic disc normal dapat berwarna
kekuningan yang disebabkan oleh perubahan sudut dan ini bukan merupakan
tanda yang berbahaya. 1
17
Pada anak yang sehat dilakukan pemeriksaan sejak lahir hingga usia 3
tahun dan kepada orangtua harus ditanyakan tentang keluhan terhadap mata anak.
Pemeriksaan fisik termasuk evaluasi untuk refleks mata merah atau kelainan mata
lain hingga anak berusia 3 tahun dan kemudian pemeriksaan tajam penglihatan
dapat dilakukan. Jika leukokoria diperiksa atau jika ada keraguan tentang refleks
merah anak harus diperiksakan ke dokter spesialis mata dalam seminggu sekali.
Tanda kedua yang paling umum dari retinoblastoma adalah strabismus.1
Massa tumor yang cukup besar dalam rongga vitreous dapat mendorong
iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup akibat gangguan aliran aqueous
dan menimbulkan glaukoma. Glaoukoma yang timbul pada anak dibawah usia 3
tahun akan menyebabkan buphthalmos, gejala yang cukup sering setelah
leukokoria.1
Sel-sel tumor yang terlepas dari masa tumor kedalam vitreous ( vitreous
seeding ) dalam jumlah banyak dan cukup massif akan memperlihatkan gejala
endophthalmitis atau uveitis posterior.1
Manifestasi lain yang mungkin terjadi adalah mata merah, berair, kornea
yang berawan, perubahan warna iris (disebabkan oleh neovaskularisasi),
inflamasi, hifema(darah diruangan anterior) .1
Massa tumor yang tumbuh kearah dinding bola mata ( exophyttic ) dapat
menyebabkan ablasio retina exudativa. Pada stadium lanjut tumor dapat
menembus sklera masuk kedalam jaringan orbita menyebabkan mata merah dan
menonjol ( protopsis ) memberi gambaran seperti panophthalmitis dan selulitis
orbita. Pada stadium lanjut sel-sel tumor dapat juga meluas ke intrakranial melalui
N-II atau bermetastasis ke sumsum tulang melalui darah atau melalui saluram
lymph regional. 1
2.6 Diagnosis
Diagnosis retinoblastoma ditegakkan berdasarkan gejala subyektif dan
gejala obyektif, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang . 2
Gejala subyektif
18
Biasanya sukar ditemukan karena anak tidak mengeluh. Kelainan ini
dapat dicurigai bila ditemukan adanya leukokoria (Refleks putih pada pupil dan
dapat disebabkan karena kelainan pada retina, badan kaca, dan lensa),
strabismus, glaukoma (suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap
ditandai oleh peninggian tekanan intraokluler, penggunaan dan degenerasi papil
saraf optik serta defek lapang pandangan yang khas), mata sering merah atau
penglihatan yang menurun pada anak-anak.
Gejala obyektif
a. Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca
b. Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada
retinoblastoma tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke dalam
badan kaca seperti pada tipe eksofitik.
c. Masa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna
merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau kedua
mata.
d. Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
e. Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau Teleangiektasi.
f. Pada pemeriksaan funduskopi pada lesi ini tidak ditemukan tanda
peradangan seperti edema retina, kekeruhan badan kaca dan lain-lain.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis RB tidak sama seperti dianosis keganasan lainnya, yang
didahului dengan biopsi, karenaRB terletak didalam rongga mata yang merupakan
kesatuan organ yang berisi cairan, sehingga tidak mingkin dilakukan pengambilan
cairan. Biopsi akan menyebabkan kemungkinan metastasis ekstraokuler sehingga
memperburuk prognosis.2
Diagnosis hanya dapat ditegakkan berdasarkan klinis dan hasil pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:2
a. Imajing
Pemeriksaan penunjang, seperti ultrasonography ( USG ) dan CT-Scan angat
membantu menegakkan diagnosa, walaupun kesalahan diagnosa dapat
19
dijumpai.
Ultrasonografi. Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang belum
protopsis. Dengan USG dapat diketahui : (1) ukuran panjang bola mata
( axial lenght) yang biasanya normal pada RB, kecuali bila terdapat
buphthalmos. (2) letak, besar dan bentuk massa tumor di dalam bola mata,
perluasan tumor ke N. Optikus atau ke dalam bola orbita. RB
memperlihatkan gambaran USG yang khas sehingga memberikan
ketepatan diagnosi sampai 90 %, yaitu adanya reflektivitas yang tinggi
mencapai 100% pada A scan yang menunjukkaan tanda kalsifikasi dan
shadowing effect positif.
CT Scan kepala orbita, bila terdapat protopsis, kecurigaan perluasan tumor
ke ekstraokular, metastasis intrakranial, pada USG terdapat perluasan ke
N.II, serta menilai adanya trilateral pada midlinecranial.
Bone survey bila aspirasi sumsum tulang positif, nyeri atau pembengkakan
tulang
b. Pemeriksaan lain :
Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) bila ada protopsis dan
pemeriksaan pungsi lumbal ( LP ) bila terdapat gejala peninggian tekanan
intrakranial atau penyebaran tumor ke N.II pasca operasi.
c. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan Patologi Anatomi ( PA ) bola mata yang mengandung tumor
ditujukan untuk konfirmasi diagnosis istopatologik beserta defferensiasi
tumor (defferensiasi baik, deferensiasi buruk ) dan penetapan perluasan
tumor.
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk penyakit retinoblastoma adalah semua penyakit yang
masuk kedalam kelompok leukokoria.
Penyakit coats adalah suatu penyakit mata idiopatik yang muncul secara
predominan pada anak laki-laki. Karakter dari penyakit ini adalah
telengiektasi pembuluh darah retina yang bocor dan terjadi akumulasi dari
20
cairan subretinal dan lipid yang terlihat seperti leukokoria. Penyakit coats
adalah penyakit yang sering salah didiagnosis dengan retinoblastoma,
namun ini bisa disingkirkan dengan tidak adanya kalsifikasi dari retina.
Primary persistent hyerplastic vitreous adalah kelainan anomaly
congenital yang mempunyai ciri khas; menetapnya jaringan mesenchym
embrio yang terdapat pada cavitas. Pada pasien sering muncul leukokoria;
namun tidak ada massa yang muncul pada Primary persistent hyperplastic
vitreous.
Catarak congenital juga merupakan penyebab dari leukokoria pada anak-
anak. Dapat muncul pada saat lahir dan merupakan kelainan idiopatik,
familial atau berhubungan dengan penyakit yang berhubungan dengan
penyakit maternal seperti rubella, sifillis dan galaktosemia. Pemeriksaan
yang hati-hati dengan slit lamp dapat mengidentifikasi katarak.
Toxocara infection dapat menyebabkan scar retinochoroidal dan inflamasi
dari cairan vitreous; hal ini dapat membuat distorsi dari bentuk retina
normal dan bermanifestasi seperti leukokoria pada ophthalmoskop. Serum
enzyme-linked immunosorbent assay untuk toxocara canis dapat digunakan
untuk memeriksa diagnosis.
Retinopathy of prematurity ( ROP ) adalah kegagalan dari retina normal
yang terjadi pada bayi yang lahir premature yang terpapar oksigen
konsentrasi tinggi selama periode postnatal. Ini berhubungan dengan
vaskularisasi yang abnormal, fibrosis dan lepasnya retina yang dapat
mengakibatkan reflex putih dan harus diperhatikan pada bayi yang lahir
premature.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara dramatis sejak
beberapa tahun belakangan sehubungan dengan evolusi dari kemajuan teknik
operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan untuk menyelamatkan hidup pasien
dan juga mata pasien. 7
21
1. Tumor intraokular 1
a. Dini : besar tumor < 4 disc diameter dan tebal < 2,5 mm
tergantung lokasi tumor dapat dilakukan tindakan fotoagulasi dan
atau krioterapi.
b. Untuk tumor lanjut intraokular yang belum terjadi vitreous
seeding, bola mata dipertahankan tanpa dilakukan enukleasi
dengan cara kemoreduksi pemberian kemoterapi kombinasi
Carboplatin etoposide dan vitreuos sebanyak 2 siklusuntuk
mengecilkan massa tumordilanjutkan fokal terapidengan
fotokoagulasi atau terapikrio.
c. Lanjut : stadium 4 dan 5 intraokular dan tajam penglihatan nol
dilakukan tindakan bedah pengangkatan bola mata ( enukleasi ).
Pengobatan selanjutnya tergantung dari pemeriksaan patologi
anatomi. Bila hasil pemeriksaan patologi anatomi pada RB
unilateral menunjukkan tumor telah menembus sklera atau
infiltrasi difus ke koroid atau korpus; pengobatan dilanjutkan
dengan kemoterapi. Khusus untuk kasus dengan infiltrasi
N.optikus post laminar pengobatan dilanjutkan dengan radioterapi
dan kemoterapi. Harus diingat bahwa pemberian radioterapi pada
anak < 2 tahun tidak dianjurkan.
Untuk tumor bilateral tindakan pengobatan sesuai dengan masing-masing
stadium tumor. Bila hasil PA menunjukkan perluasan ekstratraokular pengobatan
dilanjutkan dengan kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi.
2. Tumor ekstraokular1
Klinis dengan protopsis :
a. Bila secara radiologi pada RB unilateral tidak ditemukan destruksi tulang
orbita, perluasan intrakranial dalam ( - ), metastasis jauh ( BMP / LP ) ( -) ;
dilakukan tindakan bedah mengangkat seluruh isi rongga mata
22
( eksenterasi orbita ), dilanjutkan dengan radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan
kemoterapi
b. Bila secara radiologis pada RB unilateral ditemukan destruksi dinding
orbita, atau metastase intrakranial dengan atau tanpa metastase jauh, tidak
perlu dilakukan tindakan bedah dan diberikan : radioterapi ( usia > 2 tahun
) dan kemoterapi
c. Tumor disertai pembesaran kelenjar regional, penderita diberikan
pengobatan: radiasi ( > 2 tahun ) pada orbita dan kelenjar limfe yang
membesar dilanjutkan dengan kemoterapi
d. Tumor dengan metastasis jauh
Pada stadium lanjut ini gambaran kliniknya dapat sangat bervariasi pada
masing-masing penderita, oleh karenanya pengobatan berdasarkan
penilaian secara tersendiri kasus demi kasus. Pilihan pengobatan ialah
kemoterapi dan radioterapi dapat dipertimbangkan kemudian.
Pengamatan lanjut1
Dilakukan dengan ketat secara periodik dengan jadwal pasca operasi tiap bulan
selama I tahun ; tahun ke II dan ke III tiap 3 bulan ; tahun ke IV dst tiap 6 bulan
sampai berumur 6 tahun selanjutnya tiap tahun.
Pengamatan ditujukan untuk :
1. Melihat ada tidaknya tumor residif pada soket mata yang di enukleasi /
eksenterasi atau tumor dini intraokular yang di terapi dengan fotokoagulasi
atau krioterapi;
2. Melihat ada tidaknya massa tumor baru di mata yang sehat;
3. Mencari ada tidaknya keganasan non ocular terutama tulang yang biasanya
pada kasus bilateral;
4. Mengobservasi ada tidaknya metastasis jauh.
23
Pengobatan berdasarkan stadium. 9
Bila diketahui dini dapat dilakukan :
1. Radiasi dengan sinar rontgen untuk menghancurkan tumor
2. Fotokoagulasi dengan sinar laser yang ditujukan pada tumor, sehinga
mematikan tumornya
3. Crysurgery : suhu – 70 derajat celcius, dengan suatu alat diberikan pada
tumor, sehingga sel-sel tumor mati oleh suhu yang rendah ini, tanpa merusak
jaringan mata yang lain disekitarnya.
4. Kemoterapi, dengan sitostatika.
Pada stadium yang lebih lanjut :
1. Bila masih intraokular, dilakukan enukleasi bulbi.
2. Kalau sudah ekstraokular, dilakukan eksenterasi orbita
Pada keduanya disusul dengan radiasi, untuk menghindarkan kekambuhan.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita retinoblastoma :
1) Glaucoma
Kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler
(TIO), dimana dapat mengakibatkan pencekungan papil syaraf optik
sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan
2) Osteosarkoma
3) Kebutaan
4) Kematian
Adanya metastase ke :
a. Lamina kribosa, saraf optik yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke
24
subarachnoid dan intrakranial menjadi tumor otak.
b. Jaringan koroid (metastase melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c. Pembuluh emisari/tumor yang menjalar ke posterior orbita.
1.9 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen
retina (RIDE), keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan
dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang
usia setengah baya atau lebih tua.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan
mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata
akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar
dari bola mata terlambat sehingga bola mata akan membesar dan bola
mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga
saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
1.10 Prognosis
Angka kesembuhan keseluruhan lebih dari 90%, meskipun ketahanan
hidup sampai dekade ketiga dan keempat yang mungkin dapat menurun akibat
insidensi keganasan sekunder yang tinggi. Kesembuhan yang terjadi pada
penderita dengan orbita yang masif atau keterlibatan saraf mata yang luas pada
25
waktu diagnosis, yang mungkin mempunyi perluasan intrakranial dan metastasis
jauh, jika pemeriksaan mikroskopik menunjukkan tumor di jaringan saraf mata
periglobal, ada kemungkinan kecil ketahanan hidup jangka panjang dengan
iradiasi dan kemoterapi.7
- Bila masih terbatas diretina kemungkinan hidup 95 %
- Bila metastase ke orbita kemungkinan hidup 5 %
- Bila metastase ke tubuh kemungkinan hidup 0 %
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhardjono Setiowati, dr. SPM, Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Reinoblastoma Di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta in
Update in Retinoblastoma and Pediatric Ophthalmology, Vumc.
2. Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM, Ilmu Penyakit Mata , edisi ke-3, FKUI,
Jakarta, 2009
3. Jon Langmans & Langmans. Medical embryology. EGC, 2006
4. Guyton& Hall, buku ajar fisiologi kedokteran. EGC. Jakarta, 2005
5. Voughan Daniel G , Terjemahan Optamologi Umum edisi 14, Widya
Medika, Jakarta, 2000.
6. Richard. S Snell. Anatomi kuliah untuk mahasiswa kedokteran. EGC,
Jakarta, 2005
7. Alex Melamud, M.D., Rakhee Palekar, M.D., dan Arun Sing, M.D.
Cleveland Yayasan/Pondasi Klinik, Cleveland, Ohio.
8. Nelson Waldo E, Nelson textbook of pediatrics vol. 3 edisi 15, Jakarta :
EGC, 2000.
26
9. Wijaya Nana, dr. Ilmu Penyakit Mata, hal 59-69, cetakan ke-6, 1993.
10. American Academy of Ophtalmology, Pediatric Ophtalmology and
Srtabismus, section 6, 2009- 2010
11. Taylor David, Pediatric Opthalmology and Strabismus third edition,
Elsevier Saunders , 2005
27