Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

11
.:-1 ' -:: j ' ': ;2008 tssN 0r26-2092 1.r;.'... ; : nclalas university f MAffi PEru ffiAB{ RA (Kppr No ': 292lSMrid".':. PPGlSTfllgTT ,];rnsri saGrj'g eULAN ;rl r- j iq..r:'i - ,-ri ' lr _ , ..1 .ii, ' .. ;.1

Transcript of Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

Page 1: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

.:-1 '-:: j ' ':

;2008 tssN 0r26-20921.r;.'... ;

:

nclalas university

fMAffi PEru ffiAB{

RA (Kppr

No ': 292lSMrid".':. PPGlSTfllgTT

,];rnsri saGrj'g eULAN;rl r- jiq..r:'i - ,-ri

' lr

_ , ..1 .ii,

' .. ;.1

Page 2: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

Nsyah Elliyonti Pe ro no n Ked oltr e m n,YuUir ltdo O n ko I ogi

Daftar Pustaka

1. Van der Poel HG Radionuclide -Ireatment in Nletastasized Prostat Cancer.

European Association of Urolog,r' and European Board of UroloS,y 2O07;5;173-

125.

2. Liepe K. Dosimetry of (1BS) Re-Hydrox-vethylidine diposphonate in Human

cancer Prostate skeletal ir,letastases.Journal oI Nuclear Medicine2003;44:69 5 3-6960

3- Koutsikos f, Leondi A.Re-1B6 HEDP Treatment in Sreast Cancer Patients rvith

, Bone Metastases. fournal of the National lvledical association.April 2008

4. Brenner WKampen WU, Iiorstner CVBrummer C, ZuhaFa M, Muhle C,Czech

,1 ,:; I N,Henze E. High-Dose TreaLment rvith 1B6Re-FIEDP or 1S3Sm-EDTMP

Conrbined rvith Amifostine in a Rabbit Model. Iournal o[ Nuclear lr{edicine

2OO I:42:'1545-1550

5. Thskar NPBatraki ivI,Divgi CR.Radiopharmaceutical Therapy for hlliation of

Bone Pain lronr Osseous \letastases. fournal oI Ntrclear Medicine2004;4 5:13 5 8-1 3 65

6. David A, BlotLa A, Bondanelli lr'1, Rossi R, Roti E. Braverman LE, Busutti L, Uberti

EC. .Serum Th_vroglobulin Concentrations and I-131 Whole-Body Scan Results

in Patients With Differentiated Tliyroid Carcinoma After Administration o[

Recombinant Human Th-vroid-stir.rtrlating Hormone. Journal Of Nuclear

Medicine 20O7;42:1 47 O-1 47 5

7. Mubashar M, Harrington FlJ, Charrdhar-v KS, Lalani EN, Sinnett D, Glass DM, Tc-

99m Sestanribi Inraging in Assesnrent of Toremifene as a ivlodulrtor cfMultidrug Resistance in Paticnts rlith Brest Cancer Journal OI Nuclear

N{eclicine 2002r43 :5 19-525

B. Busconre jR. ivfonitoring Therap-r'in Breasl Cancer Nuclear N'ledicine

Conrmunications 2002 ;23 :6 1 9-ti2-1

9. Utsonorniya K, Ballinger JR, Piqt:ctttr-NIillcr II, Rauth Alrl,'iang "\r,

Su ZE Ichise

lvI. Comparlson of the accunrulation ol-the accumulatiotr and eiflu-r kinetics of

technetium-99n sestanribi and technetiun'r-ggm tetrofosmin in an MRP-

expressing lunor cell Iine. Er.Lrr-rpeatr Jourtral Nuclear \ledicinc 2O0O;27:7786-

1792

10. Khalkhali I, Nlaublant JC, Goldsnrith SJ. Nuclear Oncologv Diagnosis and

Therapr'.2001.Lippincott \\'il liams&\\'i lkins.

Suri er:rt lll,3lah (eCiliera. A,rdalas, Daan iarc\a rles Nalalis 5l FK URnd Itiddr Xcdolram Lilalas. &lan RrEta D€ l{araFs 5l Fl( t}urn

Deteksi Dini don Ftnololaksonoon Beli ncblosloma Adizol flohman

DETEKSI DINI DAN PENATA]-AKSANAANRETINOBI,ASTOI'{A

Ardizol Rohmon

Bagian/ SMF Mata Faliultas Kedokteran Unand

RSLIP DR- lv{. Djamil Padang

PENDATII.JLUAN I

Retinoblastoma merupakan tumor ganas ptimer intra okuler yanE berasd

dari lapisan sensoris retina, paling serinE terfadi pada usia sebelum lima

tahun. Insidennya berkisar antara 1 : 14'000 sampai dengan 1 : 34'000

kelahiran hidup.'

Retinoblastoma ini sangat nrembahayakan kehidupan bila tidak diobati

secara tepat, dapat berakibat latal karena dalam satu sampai dua tahun

seteiah didiagnosis akan bermetastase ke otak atau berrnetastase iauh secara

hematogen.

Gejala klinis yang paling sering didapatkan berupa leukokoria,

strabismus, glauloma dan pro'.usic bulbi. ProS,nosa tergantung dari stadium

klinis tumor pada saat d.idiagnosa. Apabila ditemukan dalam stadium dini

maka prognosanya akan lebih baik. Tujrran pengobatan adalah untuk

memp;rtalankan kehidupan, mempertahankan bola mata dan bila perlu

meniaga supava tajam penglihatan dan kosmetiknya tetap baik''

Pengobata_n dapat berupa fotokoagulasi, krioterapi, radioterapi, dan

kemoterapi serta tindakan bedah.'

GAMBARAN KLINIS

Umumnya terlihat pada usia 2 sampai .lengan 3 tahun, sedangkan pada

kasus yar-; diturunkan rnelalui genetik Sejala klinis dapat muncul lebih

awal.'

Page 3: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

Ardizol Rohmon Deteki Dini don Pcnotolckonoan Retinoblastomo

1. Leukokoria

Merupakan gejala klinis )'ang paliog sering ditemukan pirdaretinoblastoma intra okuler vang dapat mengenai satu atau k:dua mata.Gejala ini sering disebut seperti "nrata kucing". Hal ini disebabkal olehrefleksi cahal'a dari tumor -t'ang benvarna putih disekitar retina. \\rarnapulih mungkin terlihat pacla saat anak melirik atau dergan pencahayaanpa.la r,r'aktu pupil dalam keadaan seni midriasis.

.llt^r, .:. . . ,':2. Stiabismusr

,$ejala dini _r'ang, -sering clitemukan setelah leukokoria.

a-si. Strabisrurrs dapat juga terjadi apabila

ta nierah

'4. Buftalmus

Merupakan gejala klinis -r'ang berhrrbungan deng,an peningkatan TekananIntra Okuler akibat trr mor lang br_.rtantbah besar.

lJ. IrLrltil rrritjriasis

Terjadi karena tumor -r,arrg telah 'engga.rggu

sistem s'araf parasirrrpatik6. Proptosis

Bola mata meno'jol keararr l'ar akibat pembesaran tumor intra danckslra okrrler

DIAGNOSIS

1. Biopsi

I)cnp,an llrclakuk;rrr lrio;lsi jarrrnr lraltrs makajcrrisrryu. Narrrun dcrrrikiarr tinclakan ini dapat

fupplenot MaFlai f€doklere Andahs. 0atam Rangra C[es N:rab 53 FK tJend

tunror dapatmenyebabkan

ditentukarrterjadinya

,merah ini seriug belhubungan dengan giaukor:ra sekunder yangi'akibat reti.oblastorna. Apabila sudah terjadi g,laukoma makadiprediksi strrlah tcrjadi i.r'asi tunror ke ne^'us optikus. selaini olpredlKsl sr-l(lalr tcrjadi invasi tunror ke nen.us optikus. Selain

ll , tn't, panyt;lt:tlt rnat;r rrrcr;'lr ini rlapat pula akibat gejala inflamasi' okuler atau periokuler -r'arg, tanrpak sebagai serulitis preseptar atauendoftahnitis. Inflanrasi iri disebabkan oleh udun,r'o tu,no. r..ang, nekrosis

2.

Deleki Dini don funalolakonoon Retinoblasloma Ardizol Rohmon

penyebaran sel tumor sehingga tindakan ^ni jarang dilakukan oleh dokterspesialis mata.]

Femeriksaan dengan antrstesi umumBertujuan untuk melakukan pemeriksaan bola mata secara baik, yaitumenentukan diameter kornea, Tekanan Intra Okuler, pemeriks"anfunduskopi serta melihat pembuluh darah atau neovaskularisasi yangterjadi.

Fluoresensi Angiografi

Ultlasonografi

Untuk melihat kalsifikasi dan ukuran turnor

Computerized Tomography (CT scan)

U'^.-k melihat adanya kalsifikasi, ukuran serta perluasan tl'morMagnetic Resonance Imaging (ivIRI)

Baik 'rntuk melihat adanya kalsifikasi, ukuran d rn perluasan tumorLumbal pungsi

3.

4.

5.

6.

7.

Pada pemeriksaan patologi anatomi akan terlihat adanya sel-sel tumor

flognosa dan survival rate sangat tergantung pada stadium klinis tumorpada saat didiagnosis. Klasifikasi 1'ang paling sering dipakai aoalahklasifikasi Reese Ellsworth, yaitu:

Tumor soliter ukuran 4 diameter papil nen'us optikus pada atau

dibelakang ekuator

Tirmor multipel ukuran 4 diameter papil nervus optikus pada

atau dibelakarrg ekuator

Thmor soliter ulqrran 4 - 10 diameter papil nervus optikus pada

atau dibelakang ekuator

Tumor multipel ukuran 4 - 70 diameter papil nervus optikus

, padaatau dibelakang ekuator

Beberapa lesi pada anterior sampai ekuator

Tumor soliter' 10 diameter papil nen'us optikus di posteriorsampai ekuator

Tirmor multipel Iebih dari 10 diameter papil nervus optikus

Grup 1a

1b

Za

2b

3a

3b

4a

StdctEa tlidJr frdoE rr fnes. oJJn nrBla D6 Ndts 5l fl( thild 59

Page 4: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

Ardizal Rohnrcn Dek'ki Dini don Pcnotr:lokonaon Retinoblostono

Beberapa lesi dari anterior ke oraserata

Turnor masif setengah atau lebih retina

Vitreous seeding

sangat tergantung pada besarnya tumor,kejaringan ekstra okuler dan adanva tanda-tanda

qsi laser sangat bermanlaat untuk retinoblastoma stadium. Dengan melakukan fotokcagulasi laser diharapkan pembuluhmenuju ke tunior akan tertutup sehingga sel tumor akan

imati. Keberhasilan cara ini dapat dinilai dengan aciam,a regresiilan terbentuknya jaringan sikatrik korioretina.n cara ini baiktuinor yang diametern_r,a 4,5 mm dan ketebalan 2,5 mm tanpa

a vitreous seeding. Yang paling sering dipakai adalah Argon ataude laser yang dilakukan seban-vak z sampai 3 kali dengan interval

masing-nrasingnya 1 bulan.

2. Krioterap i

Dapat dipergunakan untuk tunror 1,ang diameternl,s 3,5 rnm denganketebalan 3 mm tanpa adanya

'itreous seeding, dapat juga digabungkan

dengan foto koagulasi laser. Keberhasilan cara ini akan terlihat adanyatanda-tanda sikatrik korioretina. cara ini akan berhasil jika dilakukansebanyak 3 kali dengan interval rrrasing-masingnl,a l bulan.'"

3. Thermoterapi

Dengan mempergunaka' laser rnfra red untuk menghanctrrkan sel-seltumor tcnrtarna unluk turrror-trrntor ukuran kecil.'

4. Radioterapi

Dapat digunakan pada turnor-tunror 'a'g

tirnbul kearah korpus vitreusdan turrror-tu'r'r yang suriah br:ri.vasi ke

'er*us optikus yang terlihatsctclalr rlil'kukirrr c'trklcasi btrlbi. Dosis ,r,ang dianjurkrn adalah dosis

5Lr1rp/rrlrrrr l.i,rJ.t.rh ((\to\l.ran y'vrlrlas 0atarn Rangfa Oa Nalaj6 5j FK tlBM bf/dEr FiJdr lkdoldan ArdJd. Dddn Rt+l Dca Nrtars 5l Fl( ttlrd 61

Deteksi Dini d o n h notol a ko n oo n Re li nob I asto mo Arrlizol Rohmon

fraksi perhari 190 - 200 cGy dengan total dosis 4000 - 5000 cGy 1'ang

diberikan selama 4 sampai 6 mingu.'

5. Kemoterapi

Indikasinya adalah pada tumor yang sudah dilakukan enukleasi bulbi

yang pada perneriksaan patologi anatomi teldapat tumor pada khoroid

dan atau mengenai nervus optikus. Kernoterapi juga diberikan pada

pasien y"og rud"h dilakukan "1qsgnt6r;rsi

dan dengan metastase regional

It^,, ,n"t"rLse jauh. Kemoterapi juga dapat diberikan pada tumor ukuran

kecil dan sedang untuk rnenghindarkan tindakan radioterapi-'

Retinoblastoma study Group me nganiurkan penSSunaan carboplastin,

vincristine sulfate dan etopozide phosphate. Beberapa peneliti juga

menambahkan cyclosporine atau dikombinasikan dengan regimen

kemoterapi carboplastin, vincristine, etopozide phosphate' Teknik lain

yang dapat digabungkan dengan metode kemoterapi ini adalah:

a. IGmotermoterap i, dimana se te lah dilakukan ke more duks i dilan jutkan

dengan termoterapi- cara ini paling baik untuk tumor- tumor yanE

berada pada fovea dan nervus optikus dimana iika dilakukan radiasi

atau fotokoagulasi laser dapat berakibat teriadinya penurunan visus."

b. Kemoradioterapi, adalah kombinasi antara kemoterapi da-n radioterapi

, y-g dqpat dipergunakan untuk tumor-tumor lokal dan sistemik-

6. Enukleasibulbi

Dilalukan apabila tumor sudah memenuhi seSmen posterior bola mata.

Apabila tumor telah berinvasi kejaringan sekitar bola mata maka

dilalmkan eksenterasi-

Berdasarkan uluran h;;;, penatala ks anaan dap a t dib agi :

1. Ttrmolkq"iluL."" tumor kecil dari 2 diameter papil nervrx optikus tanpa infiltrasi

ke korpus vitreus atau srrb retinal. Dapat dilakukan fotokoagulasi laser,

termoterapi, krioterapi d an kemoterapi

2. TumorMedium

a. Brakiterapi t,ntuk tumor ukuran kecil dari 8 diarneter papil nervus

optikusterutamayangtidakadainfiltrasikekorpusvitreous,jugadiperguna-kan untuk tumor-tumor yant sudah mengalami regtesi

Page 5: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

Ardiz,tl Rahmon Deteki Dini don funotolakonoon Relinoblostomo

b. Kemoterapi

c. Radioterapi. Sebaiknya hal ini dihindarkan karena komplikasinyadapat mengakibatkan katarak , radiasi retinopati

3. Tirmor besar

a. Kemoterapi untuk mengecilkan tumor dan ditambah pengobatan rokalseperti krioterapi dan fotokoagurasi laser yang b".tJj,r"o untukm enukleasi atau radioterapi. Tindakan ini jugam ntungan apabila terdapat tumor yang kecil pada mataSE

Enukleasi bulbi dilakukan apabila tumor yangpppterior bola mata dan yang mempunyai

diffuse pada segmenresiko tinggi untuk

initial treatmeniibl III, 9S4-991.

CA : A Cancer

sudah neluas kejaringan ekstra okuler maka dilakukandiikuti dengan kemoterapi dan radioteiapi

sudah bermetastasis jauh, han-r,a diberikan kernoterapi saja

|;,Abranxon DH, Scheller AC. Transpupillar_v Therrnotherapi as,, for Small L.rrra Oculer reinobalastonra OphthaLnologu zbol,2, Abraharn DH, Retinoblastonra : Diagnosis and Nlanagement

jounral forclinicians j982, \bl 23, 130 142Baiasubrama'a R, pushker N. ,{t'pical presentation or F.etinoblastoma JournarPediatric ophtharmorog-r' and strabisnrus 2oo1 : 24 : 16-2r.Ell CA, Retinoblastoma, In : Tasrnan \V, /aeger E A eds.

rthiLlnrologr' , \bl UI, Chap .r5 , Li'incott_Rarrn publisher,9.

Galindo cR' rvilson '''I\ri

IJaik IJG Treatnrent of nretcstatic retinobrastonraOphthalmolog,r, 2003: r.ol r 10. 1237 - 12Jo.

Supplenenr lltuatatr Aedoheran Ardahs 0ahm Raogka Di<s Naralb 5l FK OuI

6' Gunduz K, Gunaep I, )'irlcinda N causes or chemoreduction failure inretinoblstoma and analysis of associated factors leading to "*,'irrot treatmentwith externar beam radiotherap-r, and enucleation ophthalmologv zoo4; yolIII. 1917- 1924

3.

4

5.

Deteki Dini dan funotola}sl;.noan Retinoblostomo Ardizol Rohmon

7- I{alvesten EM, Knuth KR, Elus FD. Retinoblastoma, J pecliatric ophthalmol andStrabismrrs 7987 -24; 296 - 300

B- Ha'skif|, Intraoculer tumours, in : clinical ophthalmology A system Approach 5th ed Butterworth - Heinemann ; 2003 : 334 -340.

9- shields cI- Go.ry T, shields JA, out co^ne cf Eyes rvith unilateral sporadicRetinoblastoma Based on the initial external findings by the family and thehdiatrician- f. hdiatric ophthalmcl and strabismus 2004 - 47 r43 149

10. Shanmunugam MP, Biswas f, The Clinical Spectrum and Treatment Out Come opRetinoblastoma in Indian children, f.pediatric ophtalmol and strabismus2OOS 42;75-87

!'4dffil t!:*t:rr lQdolra rsddar DJan nilqta Drj Nardis 5l tK uru^d

Page 6: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

..;I

I

fotuniuk Kinik Diognosis Dini Kcrsinomo Nosofoinl II uho m notl Abduh Fi tdous

\,llhont tt rod rlbr/rrh Firdo rr's /l'luni ul K/inil Diogno-sr's Dini Kot.inomo toso/onng

PETUNJUK KLINIK DIAGNOSIS DINIKARSINOMA NT\SOFARING

Muhammod Abduh Firdous

Bag,ian THT Beciah KePala Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Ai'rdalas

ULUAN

hrsinoma nasolarin3 nerupakarl kanker kepala dan leher van3 sering

mukan di lndonesia. Berdasarkan sufve\r Departemen Kesehatan

unjukkan prevalensi 4,7 kasus per 100'000 penduduk per tahun'' Di

p Dr NI Djamil Pad.anS nrenurut catatan uredik periode 20(13 s/d 2007

idit.mukur] 130 kasus denSan rasio laki-laki tiSa kali lebih banYak dari

perempuan.

Prevalensi karsinoma nasofaring tertinSSi cii china Selatan, terutama di

propinsi Guangdong dan GuarrgXi, 1,aitu 40-50 kasus per 100.0c0 penduduk

p".iuhr^ dan di daerah yang banyak ditempati oleh imigran China di Asia

Tenggara, California, Hongkong dan Tain'an''

Pasien biasanya baru datang ke dokter setelah penyakit dalan keadaan

stadium lanjut (III-IV) karena gejala stadiun' dini ( I-IIJ tidaklah sesifik dan

sering terabaikan. Penemuan karsinoma nasofaring pada stadium dini masih

sulit didapatkan.

Kanker ini mempunyai angka mortalitas yang tinggi' Angka 5 tahun

harapan hidup pada stadium dini, yaitu stadium I adalah 67,6%0, stadium II

38,O %. Sedingkan separuh stadium III dan IV biasanya akan meninggal

dalani tahun pertb.ma selesai radiasi.'

olehkarenaitupadamakalahiniakanmenjelaskanmengenaipetunjukklinik diagnosis dini karsinoma nasoiaring. asar para dokter/dokter

hrskesmas dapat membantu menemukan penyakit iDi pada stadium dini'

P ERMASAI-\I :\N DIAGNO SIS D IN I KARS IN O I\1A NAS O FARING

Pengertian diagnosis dini Pada ka

penyakit dalam stadium I dan stadi

pada nasofaring atau mnsa hidung'

keleniar gelah bening leher dan metast

stadium dini masih sulit didapalkan

negeri. Berdasarkan p"n"titi"" 1'ang dilakukan di [ndonesia dan luar negeri'

kasusdini.stadiumldanll)ait",nurnnberkisar3,S-13'9%dibandingkandengan kasus laniut (stadium III dan I ') berkisar BB'1 -96'2o/o''

permasalahan diagnosis dini pada umumnya terjadi karena beberapa

faktor berikut ini:

l. Berdasarkan anatomi, tumor pr:imer tumbuh di daerah yanB tersembunyi'

sulit dilihat oleh pasien maupun dokter'

2. Geiala dini ringan dan tidak khas' pasien tidak mengacuhkannya dan

dokter sering salah diagnosis'

3.Padabeberapapasienstadiumdinitidakmenrrnjukkansuatugejalasamasekali, demikian pula pada perjalanan penyakit selanjutnya'

4. Geia.la mungkin ada, tetapi tumor primer tidak dapat dideteksi di

nasofa.inS, *alaupun sudah diperiksa dengan teliti'

5.Umumnyaperkembangantumorcepatsekali'iikatidakcepatdidiagnosis

"kan seglra berkembang meniadi kasus laniut'

6. Kebanyakan pasien belum mengetahui tentang penyakit karsinoma

nasofaring, '''

PATOIOGIKNF

Secana makroskopik pertumbuhan KNF dapat dibedakan meniadi 3j'.'l

bentuk yaitu, ulseratif, noduler dan berbentuk eksofitik'

Seandainya setiap dokter t\skesmas memahami cara

ini; dan meruiuknya ke rumah sakit yang.1 .

hasil pengobatan akan rebih

l5rpphnmt Majalah Kedoktdm Ardahs, Oalam Ratqkd Des NatafJ 5l Flt tlsnC

mendeteksi dinilengkap fasilitasbaik dan dapat

gfpLtrE r ftidr XcAfrs-er fnfufs' oJan Rr# Des Na6 5l FK tlwtd

Page 7: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

Mu.hommod Abduh Fi nlous Pelun juk K/inrk Diognosis Dini Korsinomo Nosoloring

tuk ulseratif palin.q sering dijumpai pada dinding posterior aiau di'fossa Rosenmuller. Kadang kadang terdapat ci dinding lateral dituba eustachius dan di atap nasofaring. Lesi ini jarang disertai

nekrotik dan sangat nrudah mengadakan infiltrasi ke jaringan5ya.

k noduler paling sering tumbuh di daerah tuba eustachius,cepat menyebabkan sumbatan tuba. Tumor biasanya berbentuk

i anggur atau polipoid tanpa adanya ulseratif. Tumor ini mengadakansi disekitar tuba eustachius dan meluas masuk kedalam ruang

ilofaring dan mengadakan kompresi cabang mandibura saraf$beminus [V2), tumor dapat menjalar kebarvah mendesak palatum mole

mudah menyebar kedaerah petrosfenoid di basis kranii.'$lirBentuk eksofitik biasanya tumbuh pada satu sisi nasofaring, tidaklgrdapat ulseratif, kadang-kadang bertangkai dan permukaannya licin.llhmor ini tumbuh dari atap dan dapat mengisi seluruh rongga nasofaring.ftrmor dapat mendorong palatum mole ke barvah dan tumbuh kearah koana

'dan masuk ke kavum nasi. Tumor bentuk ini cepat tumbuh mencapai sinusmaksila dan rongga orbita sehingga menyebabkan eksoptalmus unilateralatau menonjol keluar ke nares anterior. Di daerah tuba eustachius turnor ini,lebih cenderung tumbuh secara submukosa ke arah basis kranii. Kompresisaraf kranial terjadi bila tumor tumbuh sangat bcsar.,

secara mikroskopik, wHo tahun 1978 menetapkan histcpatologik KNFatas 3 bentuk, yaitu : 1) Tipe 1 : Karsinoma sel skuamosa dengaa keratin, 2)Tipe 2 : Kiusinoma sel skuamosa tanpa keratin, 3) Tipe 3: Karsinoma tanpadiferensiasi.u

Dari ketiga tipe ini yang paling sering ditemukan ialah karsinoma tanpadiferensiasi. Tipe 2 dan tipe 3 mempunyai sifat radiosensitive, serta

titer antibody terhadap virus Epstein-Barr, sedangkan tipe 1

radiosensitive dan tidak nrenunjukkan hubungan yang berartitersebut.

PENYEB \B KNF

Itrnyclr;rlr 1-rirsti KN['.surrrlrri s:rat ini rna.sih belum diketahui. walaupun<,enriki.' para .hli telah rrrenenruka. bahr'a timbulnl,a pen-vakit ini ada

suppiemenr Maldtah KedrflM Aldalas.Oatam Rangka De: Iatal6 5l Fl( l}Bnd t.ppbr?Er tlai$h Xl#dn lndalas' odarn Raigla 06 ltataf6 5l FK Ltund 67

foluniuk Klinik Diogttttsis Dini Koninomo '\'osolrorlnSIf uhommod Abduh Firdous

hubungan dengan kebiasaan diet tertentu, infeksi, dan keturunan yanS

merupakan faktor resiko."

Para ahli teiah meneliti mengenai faktor resiko tertentu yang

menyebabkan timbulnya kars i n o ma nas o far i n g ( KNF)'

Diet : Penduduk yang tingal di Asia, Afrika utara dan daerah Arctic, dimana

KNF adalah sering diternukan, khususnya kebiasaan diet berlebihan

makananikanasindandagingyangdiarvetkan.Ternyata,angkakankerinimenurun di China tenggira-seteLh penduduk mengubah pola makan

denga-n diet 1 orang barat"-

-Barr virus(EBV): Hampir semua sel sel karsi-noma

andung EBV Virus ini banl'3[ diseluruh dunia dan hidup

bebas di udara dan dap-at masuk ke dalam tubuh dan tinggal di nasofaring,

tanpa menimbulkan g";4"- Pada beberapa kasus bahrva EBV juga sebagai

penyebabinfeksimononuclmsisyangseringdikenalsebag,ai..mono''.WA^rrp,rtt'demikian belum ada per ahalr'an yanS sempurna mengenai

i."it".'yirrg luat antara infeksi EBV dengan KNE Infeksi EBV saia tidak

cukup ;hi menimbulkan IGIF, karena kanker ini jarang sedangkan infeksi

EBV fanyak teriadi. Beberapa penelitian menemukan kadar yang tinggi dari

virus ini di dalam darah penderita l(\fp::';:-. . .

Faktor Genetik: Kecurigaan bahrva faktor genetik berperan untuk terjadinya

karsinoma nasofaring, ^aa* berclasarkan atas risiko tingi yang terdapat

pada orang China, baik yang ti Surranya sendiri' maupun yang

ielah pindah ke Negara lain. Ras jarang terkena penyakit ini. Di

ari", i"rb"oyak didapat pada bangsa Ras Melayu' yaitu Malaysia dan

Indonesia termasuk cukup banyak terkena''

Hubungan antara profil HLA ditemukan pada penderita KNF ketunrnan

China yiig berimigrasi kenegara lain, seperti Malaysia, Singapura'

Hongkong dan ketunrlnan China di California, khususnva kompleks genetic

HI-A-Az, HLA Bw46, HI,A-B17lBu':j8, Dr3, Dr9 mempunyai korelasi dengan

pen ingkatan resiko terjadinya kars inoma n a so far i n g''''

orangyangmemilikiHI-A.A2mempunyairesikotinggiuntukmenderitaKNF bila rerpapar zat karsiilogen. Di china selatan frekuensi terti-oggi dari

HI,A.Bw46danBlTditemukanpadapendertaKr\FdaridaerahGuangzhou.Padapengamatanpadasaudarakand.ungpenderital(\FdiChinaSelatan

Page 8: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

Muhommod Abduh Firdotrs PaluniLtk Kinik Diognosis Dini Korsincmo Nosofuring

lelah memberikan kesan bahu,a HL,r\-Bn'46 dan BtZ memberikan risiko 10

kali untuk nenderita KNn FILA-B$'46 berhubun8an dengan onset yang

lambat sedangkan B17 berhubrlngarl dengan onset yang cepat'2'

PENAPISAN KARSINOMA NASOFARING

Penelitian pada penapisan penduduk untuk KNF telah diperlihatkan

rahwa kasus-kasus dini Kr\F dapat diidentifikasi pada individu yang sehat

fang mempunyai kadar IgA terhadap virol capsid antigen (Ig'dA/CA) dari

EBV. Bilamana individu deng,an seropositif nlaka pada subjek dilakukan

pemeriksaan nasofaring setiap tahun dengan mengunakan pemeriksaan

nasofaring indirek, 32 kasus KNF tanpa gejala diidentilikasi dari 2823 pada

individu yang sehat dengan seroposi[i[. Bia-r'a program penapisau akan

nenjadi hambatan jika dilaktrkan pada rnasYarakat luas, \valaupun

detnikian arlanl,a presdiposisi Senetik i'an3 ielas dari penyakit ini,

penapisan pada ke luarga ltasien KNI" t]ltuigkin biaYa nreniadi efektif.

Dilaporkar-r pr.rla da|i -l2tl kasrrs taDpa Sejala dari saudara kar]clurlS pasien

KNF juga clilakr-rkau penapisan. Icrtl-t'ata 3 kastrs KNF clitenrrrkan. Suatu

proSranr perLapisan ini akan lebih baik lLtltttk rtrendapatkan kasus-kasus

rlcnylitl r;l;rrlirrrrr rlini,lril;r rlilr;tlrrlilr!.kilrl llirsictt van.q, daLarlg clengan gejala-

gejala. SturliLrrtr ltcrrvakit atlirlalr irrtlihator l.rrognosis paling l.rcnting dari

Penl'akit ini. '

Jika cara pencegahan KNF belum ada dan deteksi dini dengan cara

penapisan rnungkin sa[u satun-\'a secagai sun.Iber dan pertimbangan

kebijakan yarg dapat dilakukan untr.rk semua anSSota keluarga pasien KNE

cara ini akan menjadi kebijakan dalam upaya mendapatkan suatu diagnosis

dini pada pasien yang mempunyai gejala. Hal ini dapat dicapai melalui

edukasi pada masyarakat agar dapat berkonsultasi ke dokter pada gejala-

gejala dini, dan memperbaiki tingkat kervaspadaan terhadap tumor inikepada dokter puskesmas. '

GAMBARAN KLINIK

Keluhan pasien KNF sering, tidak jelas dan membingungkan sampai

tumor memasuki stadium laniut. Kesulitan ini dikombinasi dengan masalah-

Suppbmmt Haialah Kedoktsar tudahr Dahm RarEfa 0b; Natak 53 FK thrd l*trEr,rq*h l€ftztAnes. tED Rn'gfa D6 l{fift 5] FK lrsd

fonnjuk Kinik Diogttosis Dini Koninomo Nosolonng .\l u h o n m o d Abd u h Fi rdou s

GEJALA DAN TANDA

Gejala dini KNF sangat beravariasi, ringan dan tidak khas. Keluhantergantung letak dan perluasan tumor nasofaring, apakah tumbuh kearahmurua tuba eustachius atau ke koana. oleh karena itu keluhan pertama daripasien biasanya adalah keluhan telinga dan hiduag atau keduanya. Gejalalanjut berupa timbul massa (kelenjar getah bening) di reher dan gangguansaraf kraniaVmata dan nyeri pada tulang femur, spina vertebra torakolumbal,hati, paru, ginjal dan limpa.'n

Gejala din:

Geiala Telinga

Gejala-gejala yang berhubungarr dcngan tr:lirrga rneliprrti tuli, tirrrril.us,otalgia dan otorrhoea, semuanya biasanva unilateral. Dari gejala tersebut tulirnerupakan yang sering ditemukan. Tuli yang ditemukan adalah tulikonduktif yang biasanya oleh karena otitis media efusi akibat gangguanfuog.i tuba eustachius. Hal ini arvalnya disebabkan infiltrasi tumor padaotot tuba dan gangguan yang intermiten dari mekanisme pembukaan tuba.Gangguan fungsi tuba mungkin menjadi menetap karena tumor meluasmasuk ruang dan struXtur sekitarnya. Otitis mcdia efusi menjadi suatutanda kewaspadaan untuk menemukar kanker lebih dini. Untuk menilai ada

Banp€uan fungsi fuba maka perlu dilakukan perneriksaan timpanometri.'

Tinitus terjadi kira-kira pada sepertiga dari pasien-pasien I.C.IF dan dapatmenyusahl:an serta sulit diobati. Otalgia jarang ditemukan, nyeri telingadikarenakan turnor masuk ke daerah parafar ing dan terjadi erosi pada dasartengkorak. Nyeri yan;g hebat akibat deri infiltrasi tumor ke sarafglossofaringeus yang mengenai serabut saraf ser^sorik di telinga tengah, sarafiniberialan dari foramen fugulare ke daerah rrofaring."

Page 9: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

(' "'-' qpd^i,n ;;;r:;"r:il::i;'i#:'r'va darah o' n?i,'* ?,:LJr'"i::;

Gejala Lanjut

Massa cli leher

ll u ho nt n o tl Abrl u lt ) _i

rdo tt s

Gejala HidungI|tuniuk Minik Diognosis Din: L:':1,"*_]i::g

Gejala hidung adalaltunrbar,,",;;;;.;;:,1'',::',,*,rreriprrri in

u bi r a r",.r r.,,;,:;' ;"'::",').,!:'::]".". d ara h, hid unsrersrrnrbat'"[i:'1,:];,

;;;,;,.il':j;:l'i insus be^varna darah, hidungasan-\.a tjdak u,,r^,'ot^1'^!"r -r'ang sering berrvarna

infCri^. W^t _ -^^ourr \ul lrtt tarna kal.enjar se '^-"ikal bagian nriddle dancDrrni,rt.r-^- p ^besar

daripada kelen;.-ar

enjar se trat bagian nriddle darcDrrni,rt.r-^- p besar daripada kelen;.-ar

I aran dari arah cephalod-p ^_- , -__- ^srcU/alI aran dari arah cephalod-vrvrr,dr yang terkenu . -^' ,urqrr5 uan ada bilamana kelenjar_

f ;;, ::i; ;. ; " ii; :'i',1'.T, l' :i :: i;:, ; "i;i # ;

" :il:::i

rl] sinusiris. Adarva ,'1"'"T:: .Se)aia-Seiaia ini juga|

""t"-

rrrrlis darr si

kali

" Gejala ini pa.ling sering menl,ebabkanesar kasus nremiliki ,,_r"O,ijl.^lda.tang berobat ke dokteresar ku-.

- t'ten1'ebabkan pasien datang berobat ke dokter.r" r

"n iu.,lj."ij,"#l' I :

" I' T :".t1 :' ;;'TJilliu

u n' u, ".u

rkeleniar

rrrurnlllkl lir..-.... - _._...^. norrnalnl,a tidakl::;-' ^",:",o. ,".u'iul'rr;;1*'" ttdak dirasakan nyeri. il; d;:rd:llerkena, diikuti densan r-or kelompok yans .ro.r"-^ ,-_,.fl*:: illf'l' '";;;""i" :"]1y"1 il**;:Til

enjar se r^dr oaglan nriddle dan

eiala Saraf

Keluhan-keluhan sa

il**pf:;:ffi ;;iH"I,i:.:i,i.il:t",""ji:i"":i:;ilTKelumpuhan saraf da

saraf yang terjadi pada hampi r 2o %op"ri"r.,

;: ffi*"i ",lTffii ::lT i: i: i:' l,'lt

u I e b i h' *" .;;;, * .."ongsgring terkena,

""It

t*"tkranir,. ..'na atau ekstrl kranial) yans

r ma ta' sa'ur r' Ja i T'1 T""= o" b k;; ;i ii:'il' T'il;Tff ffi;ien€nya .","r ;, ;, ;,Jil" l;,, ;:::i i,:i _", u,. r", ul-*-,.#u,.n r.,,iu t.<an penyakit sudah stadium

suoprqrmr Hardlah (edokleril

-

s. oaAm fun9e S6 Nareb ,, ,_E9tder*r &iJah r.doad'rncra

-

r oen Rngta fi6 t{dC, Sl F'( thand71

o it,oso/oringMu ho m mod,Ahd Lt h l:i rrlo us

Gcjala t^ain

Gejala trismus jaran , bila ada ini menunjukkan tumor telahrnengenai otot pterigo a nr,.eri. pada rulan; ;;; orot seringditernukan sebagai tand ".

rrld"n bermetastasis jauh.n

DI,AGNOSIS

dapatP kepala dd ih teliri.

Page 10: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

il u h o n, nt o rl Abtl u h Fi rd o u s

tosofcringd,okter spesialjs agar nlen/adiadany,l nlassa dinasofaring. ,,

iebih rvaspada, terutanra pada paslen tanpa

ing pada tumor yans ekau telah menyebablano polos biasa masih

m en e n tukan lokasi d an lu as o-";;;".r,rnya.,.,o

pada turnor 1,ang Ia tmetri dalam rons'a rrr"i.il;:etelnpat' sehingga

yang eksofitik pada lLrn enonjolan massa tumor

Pemeriksaan .sitologi eksfoiiatif dari nasbermacam cara vairu,,,,"irl;",..;;.otur, sika

us yan3 dihubungkanah, nrurah dan tak men

.r r"uluup,

a stJjif{|:,ositolosi eksroliatir

mengandung sel tunraik,4oku,, a:;;;,,';ll:"^: 51ll' a i a u, t i ci a k Pern eri ksadikerjakan d,,ngan;;;:"'

u'""" atau trclak' Perneriksa,nrerl.kan secl i ki r p"."Iu,;;., ;.; p"n.g"l;;i;.:;;",,,or.

72

S,pplemen; ilalatah (edotieran Andalas ----_Uahn naTfa Des ftata.s 5l ft Ururd ltCdEt l'taiddr Xedotrsar lnddar, Ddan Rang{a Das llaufr 5l FtC tturd

IHunjuk KIinik Diognosis Dini Korsinomo i.josoforing llu hom mod Abduh Ftrdo us

,DIAGNOSIS BANDING

oleh karena geiara yang ditimburkan dari karsinorna nasofaring sangatberva.asi, maka diagnosis bandingn-va juga bervariasi berdasarkan gejalaSnang ada' hda pasien yang datang dengan keluhan epistaksis, hidungtersurnbat atau ingusan, KNF menjadi sarah diagnosis karena keadaantersebut menyerupai rhinitis, sinusitis, de*iasi septum atau polip nasi. padadaerah bukan endemik gejala-gejala tersebut tidak dicurigai, sehinggapemeriksaan rutin nasofaring yang merupakan dasar dari keberhasirandiagnosis menjadi terabaikan. ruaa u suatrr lumor \ran8 menyebabkangejala tersebut kebanyakan pasti dapat dirihat i"a" pemeriksaannasofaring.to

mungkin sering tertutupi .*ebagai otitis media serosa. pacla pasiendengan otitis media serosa ya'g ticlak dapat diterangkan, khususnya jikaunilateral, KNF harus dicurigai sebagai kemungkinan pen,1,s[sg. ,o

Kadang-kadarrg ada suatu massa di nasofaring seperti hipertrofi adenoid,kista, meningocele atau meningo-enceparocele, angiofibroma, r.uberkurosis,Iirnfoma, midline rethar granuloma dan karsinorn'a undiffe:rentiated sino-nasal.to

KESTMPUII\N

1' Untuk mendapatkan stadium dini pada Ii\F perlu penrahaman dari paradokter dan masyarakat menge:rai gejala dini dari ien-vakit KNF nrelaluisym posium/ seminar atau pen_i.u luhan.

2' Pemeriksaan ruLin nasofaring de'gan mengunakan arat endoskop kakuatau en'loskop serat optik sangat diperrukan untuk diagnosis dini padasetiap pasien yang mempunyai gejala dini l3\E

Page 11: Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Retinoblastoma

tll u I t o nt m o rl rlbd u h f-i nkt u s

_ ,u L,urversityhess, 1999:

g

l::]:::*:""n serotogi ig-,\ anrr_EilV (Vttrpertimbangkan sebagai sarana diaqn

dipertimbangtun ,"'; ^o' orttt-lluV (v

ma sih b,k"; l;;;'"T : ::1T..$r:-,::' r, rl,i,, ? u p un d i rn d onesiaT:,]:.:-"Xt.i:il:1,,::"qti'i"d';;;;i1,;i:iill"imas_r'arakat beresiko tirrggi KNEUntuk mendapatkan kasus dini KNF sararrer8una' oleh karena iru perlu disediakan "]i"o"l:ltt"_"n

cT scan sangarberguna. ot"t tu.rnu -r\uJrr)

utttt KNF saratr, perr u 0,,"i,, # olilil:jllt fl::nj:T

DAFIARPUSIhKA1. pusat penelitian pe

;t"x,,: lr "; il. :) ; :,tJTj ilili T; xl,j i.j i., il; [: j j T1 i

o *,",,2. Huang o, a"

" Aetiornoi-.r c^^.

I ruonesra ('r977-1c7g)

. " ;:_*i; i*:t"*;::f

.

:::.:::* :i:,.l:, 1::,i::,:.,;;l .A,::::3. Soetjipto D. Karsrnr

,,,,,f*l' ;;::::l,l :iTriH-^,Y,T"j:lYt Nlerakuran Diasnosis Dini?

Nasol,rrarl.ns;J :::,r_^ Facrors o; ;i,:T., ,llll iiltil;;,-,,, ;,H"ua.una tV".J. Lrrcrnonla In Sarartal.

. Arr,iya'to. pemer t): t).ilfala1'sia'The internet Journal of

untuk viral ca ein-Barr spesifik-

Tesis.hogram o:na

Lo s, Lee *, ".1r.",

S.et al N""^^'^- na nasofaring'

_r.],,,.1:il;, * i;i',llr)l r#ii, squamous cer carc'roma. Emedjcine,7. sham /sT, choy ", ;, ,r"'"J,,,1,"", cr,,-. r^ _,

---"''' ''et,cr'€,

),1'r"_o,l*"r."rc"..ino'':',#;:;:";;;;*.Jl:,"Tjl,;r"?"hlft. ZhuXN,ChenR,Kon

**,**;;i;}.::.|ljil:'liT,il3,fTl_,'T,""ns.A, B, c, anr, DR andLntna. Ann Otol Rhinol lrryg;Van Hasselt CA, Leur

H,",,,xTr;"TH?.n::::"j,:;:T;_ j:,;il:i:::l"T;,:j*,iff t.,10. Woo iKS. Clinical D.

c...inoau.zt'-;ta8nosis In: Van Hassel' Honskons

. ril ;r r"nl^l| ff :.:::":' e ds. .\asopharrrnsearch inese Lrniversi ty ilJ;;: ; ff illf.

2

laptenenHaFla/\Kedohrar*."@

Ts IIA Selbogoi Skrining Altemorif Konkcr Senilr.hlsi Suloini

S EB_AGAI S KRININ G AITE RNATIFKANKER SERVIKS

_'^ 'T^^t

pelsi SulainiDepartemen /SrVF Otuniversi rasil", Jil;}:i? B;:j;,i"%",,,

I. PENDAHULUAN

Kanke^ .erviks merupakan salah satrwa ni ra d i d u'' i a,," k, l": 8 *e,o ter j a d i d, ;;;:.5:fJ"f

" "? lL#:;

"rJ:l: TifJ""#lTrT

Asia selatan' ;:il;. L,u" aan amelika i"u,, tercaratdkk,2006)

- o-n prevalensi kanker sen'iks t"", u"[t]*.L.Agusdin

3;:1,jH_":::3,Jr":?:fj_:_ah,v,a dari 12 pusar parorogi diIndone.sia, kanker serviks _"rrdrd,rkl oJrr,""u dari 72 F

ienis kanke. ,..i".,-" r^r-: r-r . , ^ rgkat tertinggi, ;jenis kanker terbanvi ---'Yuqu^r ;',crrngKsI tcrtinggi, yailu zso/o dari 10

kanle" rprhr-.,^L - * Iaki-laki dan perempuan atau 26.4o/nderi rn :^_:_kanter terbanyak pa ' uotr per€Irp_uan atau 26,40/o dari 10 jenis

belurn dikerahrri ;,^lif":rpuan. Angka kematian fi;; -ser.,ik"

;,,-.I-,20O7 ;Nurama L,}OOS)rjffi ,i,,:::*"J;*x:{;;;;;ff T;Ttit"i*:j:il,f."'tr:

TES TVAkelompok

Divisi OnkolosiFakultas Kedoktera-r,

luga

*.ffH*1t"fttrt: angka kejadian keganasan reher rahim di nesara

' i;TITi1,tr*:, ffi -#rst *mxm f;lirry :T: j":n

n x ri ild fr :: il T"'r i;:'"Jx", "T H?

.. kebersihanalatgenitalia. I yan8 rendah dan mengabaikan2' Fenyebab lainnya

-"g"r"h masih terfnal-lanyaknya kendala pada,i. pmgram, 0","*t--rg1 u:nru\ mengiden_tifikasi lesi prakanker dan. mengobatinya sebelum b".k"rnb";;;:;adi tesi invasif.

.88#ll"$fr ff:i:T,1il"XT:l"j3,T?"scMditahunlesz,rebihdari,

^v,s uuqan rtpr2rt. ,t^t^.rl stadium lanjut a""S"" *giu