retensio plasenta
-
Upload
sayonaranakal -
Category
Documents
-
view
244 -
download
1
description
Transcript of retensio plasenta
UAN
I.I Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang
kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia. Persalinan
merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah
melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu
hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu.
Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta
melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam
uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat
implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh
darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan RETENSIO
PLASENTA
1.2 Tujuan
Mengetahui retensio plasenta
Untuk mengetahui penyebab retensio plasenta
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan palsenta manual
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio plasenta).
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda
mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas
korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala
dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus
tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta
mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis melekat
(plasenta akreta, inkreta, percreta) (David, 2007)
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang tidak
tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya
plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit, kebanyakan bidan
akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk
tertahan (Varney’s, 2007).
2. Fisiologi plasenta
Klasifikasi plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam kehamilan akibat
deposisi kalsium pada plasenta. Klasifikasi pada plasenta terlihat mulai kehamilan 29 minggu
dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan, terutama setelah kehamilan 33
minggu. Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada pertumbuhan plasenta.
Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas permukaan miometrium
dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan aterm plasenta menempati
sekitar 1/8 luas permukaan miometrium, dan ketebalannya mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta
yang normal jaran melebihi 4 cm, plasenta yang menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada
ibu yang menderita diabetes melitus, ibu anemia (HB < 8 gr%), hidrofetalis, tumor plasenta,
kelainan kromosom, infeksi (sifilis, CMV) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis dapat
dijumpai pada pre eklampia, pertumbuhan jani terhambat (PJT), infark plasenta, dan kelainan
kromosom. Belum ada batasan yang jelas mengenai ketebalan minimal plsaenta yang masih
dianggap normal. Beberapa penulis memakai batasan tebal minimal plasenta normal antara 1,5-
2,5 cm.
3. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-
serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-
pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut
otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya
dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan
menyebabkan banyak darah hilang.
4. Fisiologi pelepasan plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kotraksi dan retraksi miometrium sehingga
mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih
kecil, sehingga plsenta mulai melepaskan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi
atau berinteraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah
ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari
uterus dan ,mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan
bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)
5. Predisposisi retensio plasenta
Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu:
a. Grandemultipara
b. Kehamilan ganda,sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
d. Plasenta previa, karena dibagian ishmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk
jauh kedalam
e. Bekas operasi pada uterus
6. Penyebab retensio plasenta
Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab terpenting), dan
plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (plasenta
membranacea, plasenta anularis), dan ukurannya (palsenta yang sangat kecil). Plasenta yang
sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive.
Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala Separasi/ akreta parsial Plasenta inkarserata Plasenta akreta
Konsistensi
uterus
Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk fundus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi
plasenta
Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
syok sering jarang Jarang sekali
7. Tertinggalnya sebagian palsenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi
mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta. Penemuan
secara dini hanya di mungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar
pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari
pulang kerumah dan subinvolusi uterus :
a. Penemuan secara dini hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut,
sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah
beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus.
b. Berikan antibiotika (sesuai intruksi dokter) karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjukan 3x1 g oral dikombinasi
dengan metrodinazol 1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral
c. Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan) (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase (dilakukan oleh dokter obgyn)
d. Bila kadar HB < 8 g/dL berikan transfusi darah. Bila kadar HB > 8 g/dL, berkian sulfas ferosus
600 mg/hari selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter kandungan).
8. Tanda dan Gejala
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. Tertinggalnya plasenta (sisa
plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus
berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini menentukan sikap
pada saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena retensio
bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian lapisan
miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding uterus. Pada plasenta akreta
vilii chorialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding rahim daripada biasa adalah sampai
kebatas atas lapisan otot rahim. Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh
permukannya melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika
hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari
biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan precreta jarang terjadi. Penyebab plasenta
akreta adalah kelainan desidua, misalnya desisua yang terlalu tipis.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / melewati lapisan
miometrium.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion yang menembus lapisan miometrium hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi
ostium uteri
9. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
a. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga kontraksi
memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
b. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan bakteri
dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
c. Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
d. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik
(displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan akan berjalan
terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa
perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang
berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa
perubahan abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker
(Manuaba, IGB. 1998:300)
10. Penanganan Retensio Plasenta
Tentukan jenis retensio yang terjaid karena berkaitan dengan tindakan yang di ambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, coba
traksi terkontrol tali pusat.
Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes permenit. Bila perlu,
kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin
karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum
uteri).
Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual palsenta secara hati-hati
dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.
Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan.
Berikan antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral + metronidazole 1 g supositoria/oral).
Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
11. Penanganan plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali
pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang
dalam.
Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah menetukan diagnosis, stabilisasi
pasien dan rujuk kerumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan operatif.
12. Penatalaksanaan retensio plasenta
Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta seiknya bidan harus
mengambi beberapa sikap dalam menghadapi kejadian retensio plasenta yaitu :
a. Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan obyektif antara lain :
keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana jumlah perdarahannya, keadaan umum
penderita, keadaan fundus uteri, mengetahui keadaan plasenta, apakah plasenta inkaserata,
melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein, metode strastman, metode
manuaba, memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
b. Sikap khusus bidan : pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak keluar dalam waktu 30
menit bidan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau
melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).
c. Prosedur palsenta manual dengan cara :
Langkah Cara melakukan Gambar
Persiapan: pasang set dan cairan infus,
jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan
tindakan, lanjutkan anastesia verbal atau
analgesia per rektal, siapkan dan jelaskan
prosedur pencegahan infeksi
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri:
pastikan kandung kemih dalam keadaan
kosong; jepit tali pusat dengan klemp pada
jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai
Secara obstetrik masukkan tangan lainnya
(punggung tangan menghadap ke bawah)
kedalam vagina dengan menelusuri sisi
bawah tali pusat, setelah mencapai bukaan
serviks, kemudian minta seorang asisten /
penolong lain untuk memegangkan klem tali
pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk
menahan fundus
Sambil menahan fundus uteri, masukkan
tanagn kedalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi
plasenta. Bentangkan tangan obstetric
menjadi datar seperti memberi dalam (ibu jari
merapat kadi telunjuk dan jari-jari lain
merapat), tentukan implantasi plasenta,
temukan tepi plasenta paling bawah. Bila
plasenta berimplentasi di korpus belakang,
tali pusat tetap disebalah atas dan sisipkan
ujung jaru-jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tngan
menghadap ke bawah (posterior ibu).
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan
kesebalah atas tali pusat dan sisipkan ujung
jari-jari tangan diantara plasenta dandinding
uterus dimana punggung tangan menghadap
ke atas (anterior ibu), setelah ujung-ujung jari
masuk diantara palsenta dan dinding uterus
maka perluasan plasenta dengan jalan
menggeser tangan ke tangan kiri sambul
geserkan ke atas (cranial ibu) hingg semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding
uterus
Sementara satu tangan masih didalam kavum
uteri lakukan eksplorasi untuk menilai tidak
ada plasenta yang tertinggal.
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra
simpisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian intruksikan asisten/penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan membawa
plasenta keluar (hindari adanya percikan
darah)
Lakukan penekanan (dengan tangan yang
menahan supra simpisis) uterus ke arah dorso
kranial setelah plasenta dilahirkan dan
tempatkan plasenta dalam wadah yang telah
disediakan.
Lakukan tindaan pencegahan infeksi dengan
cara dekontaminasi sarung tangan (sebelum
dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan, lepaskan dan rendam sarng
tangan dan peralatan lainnya didalam larutan
klorin 0,5% selam 10 menit, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir,
keringkan tangan dengan handuk bersih dan
kering
Lakukan pemantauan pasca tindakan,
pastikan tanda vital ibu, catat kondisi ibu, dan
buat laporan tindakan, tuliskan rencana
pengobatan, tindakan yang masih diperlukan
dan asuhan lanjutan, beritahukan pada ibu
dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
tapi ibu masih memerlukan pemantauan dan
asuhan lanjutan, lanjutan pemantauan ibu
hingga 2 jam pasca tindakan sebelum pindah
ke ruang rawat gabung
Catatan :
a. Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan
dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan plasenta
inkreta (tertanam dalam miometrium).
b. Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat
maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan
ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (miso[rostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk
ke fasilitas kesehatan rujukan.
Indikasi melakukan plasenta manual
a. Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
b. Riwayat HPP habitualis
c. Post operasi
Transvaginal
Transabdominal
d. Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.
Komplikasi plasenta manual
Komplikasi plasenta manual diantaranya :
a. Perforasi karna tipisnya tempat implantasi palsenta
b. Meningkatnya kejadian infeksi asenden
c. Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan
Dapat dikatakan plasenta manual pada retensio yang tidak menimbulkan perdarahan harus
berhati-hati karena kemungkinan perlekatan sangat erat, sehingga menimbulkan perdarahan.
Konsep Manajemen Asuhan KebidananManajemen kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasi pikiran serta tindakan berdasarkan teri ilmiah. Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. Asuhan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis dan melalui suatu proses yang disebut Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 .
Proses manajemen menurut varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
yaitu:1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien secara lengkap.2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar dari data tersebut .3. Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karna masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi .4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan dan dokter.5. Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh.6. Mengembangkan rencana asuhan tersebutsecara efisien dan aman.7. Mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang telah diberikan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus Retensio Plasenta.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
I. PENGKAJIAN (PENGUMPULAN DATA DASAR )
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klienData- data tersebut dikumpulkan meliputi:1.Data Subjektif
a. IdentitasNama klien: digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang lainUmur: untuk mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak, <20 tahun atau >35 tahun.Agama: untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu selama memberikan asuhanSuku/ bangsa: untuk menentukan adat istiadat atau budayanyaPendidikan: untuk memudahkan kita dalam memberikan asuhan pada ibu.Pekerjaan: untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat kita sesuai.Alamat: untuk mengetahui ibu tinggal dimana.
( maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi atau mengenal klien)b. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat Retensio plasenta terjadi. Ibu dengan retensio plasenta mengatakan perutnya tidak terasa mules plasenta belum lahir.
c. Riwayat perkawinanMenanyakan tahun berapa meniakah, status perkawinan dan setelah menikah berapa lama baru hamil. Gunanya untuk mengetahui fungsi alat reproduksi pasien baik atau tidak. Kejadian retensio plasenta ini dapat berkaitan dengan usia ibu yang tidak dalam usia reproduksi yang sehat dimana wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.
d. Riwayat menstruasi (1) Menarche : (2) Siklus : (3) Banyaknya : (4) Keluhan : (5) HPHT : maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan,dimana dari sini merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah siklus mentruasi pasien normal.
e. riwayat obstetric yang lalu
menanyakan tentang kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu dan nifas yang lalu normal atau tidak.
Kehamilan yang lalu, kemungkinan pasien ada atau tidak mengalami anemia. Persalinan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami persalinan spontan atau dengan
tindakan , persalinan atrem atau post-term. Riwayat Bekas operasi pada uterus dapat mengakibatkan retensio plasenta.
Nifas yang lalu, kemungkinan keadaan involusi uterus, lochea, infeksi dan laktasi berjalan dengan normal atau disertai konflikasi.
Pada kasus infertilitas, kemungkinan akan terjadi retensio plasenta karena lapisan endometriumnya tipis.
Pada kasus banyak anak (grandemultipara ) merupakan salah satu predisposisi retensio plasenta
Kemungkinan ada.riwayat retensio pada persalinan sebelumnya
f. riwayat kehamilan sekarang- HPHT : untuk mengetahui usia kehamilan dan tafsiran persalinan- Keluhan-keluhan umum yang terjadi pada TM I, TM II, TM III: untuk mengetahui
kemungkinan adanya tanda-tanda bahaya pada ibu hamil. Pada kasus plasenta previa kemungkinan dapat mengakibatkan retensio plasenta, karena dibagian istmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam.
- Obat / suplemen termasuk jamu-jamuan yang dikonsumsi : untuk mengetahui apakah si ibu mempunyai kebiasaan makan, minum obat-obatan / jamu, merokok, gaya hidup yang tidak sehat, selama waktu hamil atau tidak.
- Imunisasi : kemungkinan apakah ada ibu mendapatkan imunisasi TT selama kehamilan.g. riwayat kesehatan
riwayat kesehatan yang lalu: untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami masalah seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi, PMS dan mengalami operasi pada uterus atau tidak. Riwayat kesehatan sekarang :
h. riwayat kesehatan keluargamengetahui apakah keluarga ada yang mengalami penyakit seperti, jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi dan PMS atau tidak.
i. Riwayat kontrasepsiKemungkinan klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak.
j. Riwayat seksualitas
Apakah klien mengalami masalah selama berhubungan atau tidak.
k. Riwayat sosial, ekonomi dan budayaMengetahui bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya apakah baik atau tidak dan keadaan ekonomi pasien mampu atau kurang mampu serta budaya yang mempengaruhi lingkungan klien. dengan adanya pantangan untuk memakan makanan tertentu bagi ibu hamil juga akan mempengaruhi kesehatan ibu.
l. Riwayat spritual Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik.
m. Riwayat psikologisMengetahui kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan persalinan ini. Kemungkinan klien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini.
n. Kebutuhan dasarKemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat dan personal hygiene dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan saat hamil dan bersalin.
2. Data Objektifdata objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Pada rentensio plasenta keadaan umum ibu kurang baik.Keadaan emosional : untuk mengetahui apakah kaeadaan emosional ibu stabil atau tidak.
Ukuran LILA : untuk mengetahui status gizi ibu. Tanda-tanda vital
a. TD : b. Suhu : c. Nadi : d. Pernafasan :
Berat Badan ( untuk mengetahui status gizi ibu )Saat ini : Sebelum hamil : Kenaikan BB selama hamil :
Tinggi badan :
b) Pemeriksaan khusus Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki.
Yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjungtiva , sklera, hidung dan telinga, mulut apakah caries , karang gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjer gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan puting susu menonjol atau tidak, colostrum ada atau tidak, perut membesar sesuai denagan usia kehamilan, apakah ada bekas luka operasi atau tidak, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema, dan pengeluran dari vagina, Anus apakah ada haemoroid, ektermitas atas dan bawah apakah ada kelainan.Yang menjadi fokus pemeriksaan yaitu mata apakah conjungtiva pucat atau tidak dan biasanya pada retensio plasenta mata klien pucat dan kemungkinan klien juga ada bekas operasi pada uterusnya. Pendarahan kurang lebih 400 cc.
Secara Palpasi yaitu,pemeriksaan yang difokuskan pada abdomendengan menngunakan cara leopold.Yang menjadi fokus pemeriksaan adalah pada daerah perut didapatkan uterus tidak teraba bulat dan keras kontraksi kurang kuat, TFU 3 jari diatas pusat.Plasenta belum lahir lebih dari 30 menit. Kontraksi kurang baik
Secara Auskultasi Pemeriksaan dilakukan dengan cara mendengarkan.
Secara perkusiKemungkinan refleks petella kiri dan kanan positif.
c) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan labor dilakukan untuk mengetahui derajat anemia yang dialami klien yaitu dengan
melakukan pemeriksaan HB berhubungan dengan seberapa banyak pendarahan yang telah di alami klien.
d) Pemeriksaan dalam Pada pemeriksaan dalam dengan kasus retensio plasenta ( plasenta akreta )sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam.
e) Pemeriksaan luarTanda penting untuk diagnosis pada retensio plasenta (plasenta akreta ) pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali pusat ditarik.
II. INTERPRESTASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.beberapa maslah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
1. DiagnosaIbu P..A..H.., partus kala III dengan retensio plasenta
Dasar : - Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mules plesenta belum lahir - Ibu mengatakan merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya - Keadaan umum kurang baik- Mata pucat- Uterus tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang kuat- TFU 3 jari diatas pusat- Plasenta belum keluar dari 30 menit- Pendarahan kurang lebih 400 cc
2. MasalahPendarahan dan kekurangan cairan
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang ada sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan diagnosa atau masalah potehsial yang timbul: ketidakseimbangan elektrolit dan syok.
Dasar: kebutuhan cairan yang berkurang akibat pendarahan lebih kurang 400 cc
IV.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA DAM KOLABORASIMengidentifikasi dan menetapkan perlunya Tindakan segera atau tidak oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota TIM kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segeranya adalah:
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi komplikasi lebih lanjut, pasang infus cairan dextrose 5%, tranfusi darah dan manual plasenta.
V. PERENCANAANMerencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah.
intevensi
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.2. Lakukan infom consent dengan keluarga untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan.3. Pasangkan infus cairan ringer dekstrose 5% pada klien.4. lakukan kolaborasi dengan dokter Sp. OG untuk memberikan penanganan segera.5. Persiapkan donor darah untuk tranfusi darah untuk persiapan bila kekurangan darah pada
klien.6. Lakukan test pelepasan plasenta dengan cara kustner memastikan apakah plasenta sudah lepas7. Lakukan manual plasenta jika plasenta belum lepas8. Lakukan observasi kontraksi uterus, periksa plasenta yang sudah dikeluarkan, selaput dan
kotiledonnya, kontrol luka yang terjadi pada vagina dan perinium tidak ada robekan.9. Lakukan masase fundus selama 15 detik.10. Bersihkan klien dan lakukan vulva hygiene setelah plasenta dilahirkan 11. Berikan minum pada klien dan anjurkan klien untuk istirahat12. Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penanganan retensio plasenta seorang bidan harus memiliki keterampilan dan
harus bsa mendeteksi secara dini serta mengetahui tanda-tanda komplikasi terjadinya retensio
plasenta. Retensio plasenta jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya akan menyebabkan
kematian pada ibu. Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta lebih dari 30 menit dan hal
ni diakibatkan tertinggalnya sisa plasenta di tempat penanaman plasenta. Bisan bisa mencegah
dengan melakukan upaya promisi dengan penerimaan keluarga berencana sehingga memperkecil
retensio plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan
yang terlatih, pada pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan masase
dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat
mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan plasenta.
3.2 Saran
Makalah ini ungkin msih luput dari kesalahan dan banyak kekurangan yang dituliskan oleh
penulis maka dari itu penulis mohon kiritik dan sarannya.
PENDAHULUAN
Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
a). plasenta belum lepas dari dinding uterus; atau
b). plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
a). kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
b). plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
II. INSIDEN
Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%–60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Insidens perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16%–17% Di RSU H. Damanhuri Barabai, selama 3 tahun (1997–1999) didapatkan 146 kasus rujukan perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta. Dari sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus (0,68%) berakhir dengan kematian ibu.
III. ANATOMI
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.
IV. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling
bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.
Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang.
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta :
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring.
2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
V. GEJALA KLINIS
a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.
VII. DIAGNOSA BANDING
Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua.
VIII. PENATALAKSANAAN
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.
X. PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah
besar. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan daerah.
AKI di Indonesia menurut SDKI 2002-2003 adalah 307 per 100.000 kelahiran
hidup Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Banyak faktor yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu antara lain :
persalinan berlangsung lama, tindakan operasi persalinan, ketuban pecah dini atau
keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan
postpartum.
Pada kala III dapat pula terjadi gangguan atau kelainan patologis dalam bentuk
perdarahan postpartum, retensio plasenta, inversio uteri dan perdarahan robekan jalan
lahir. Perdarahan postpartum merupakan salah satu sebab utama kematian ibu dalam
persalinan.
Asuhan kebidanan diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
bagi ibu. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius agar tidak
menimbulkan komplikasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan retensio plasenta melalui pendekatan manajemen kebidanan
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu ;
1) Melakukan pengkajian pada ibu bersalin dengan retensio plasenta
2) Menentukan diagnosa
3) Menentukan diagnosa atau masalah potensial
4) Menentukan kebutuhan segera ibu bersalin dengan retensio plasenta
5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada ibu bersalin dengan retensio
plasenta
6) Melaksanakan perencanaan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta
7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam asuhan kebidanan ini pada Ny U P3003 dengan retensio
plasenta di Ruang Sakinah RS Muhammadiyah Lamongan
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, studi buku catatan perkembangan pasien dan studi kepustakaan
1.5 Pelaksanaan
Penyusunan laporan ini berdasarkan pelaksanaan praktek mulai tanggal 13
Agustus 2007 s/d 19 Agustus 2007 di Ruang Sakinah RS Muhammadiyah Lamongan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup, Metode penulisan,
pelaksanaan, Sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB III Tinjauan Kasus terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, identifikasi masalah
potensial, identifkasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Retensio Plasenta
2.1.1 Pengertian
Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir ( Saifudin, 2002)
Retensio Plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir ( Mochtar, 1998).
2.1.2 Jenis Retensio Plasenta
1) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miometrium
4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan
oleh konstriksi ostium uteri.
2.1.3 Etiologi
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim, disebabkan karena :
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua
sampai miometrium (plasenta inkreta) menembus lebih dalam kedalam miometrium
(plasenta akreta) sampai dibawah peritoneum (plasenta perkreta)
2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan
perdarahan yang banyak, atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah
rahim akibat kesalahan penanganan kala III yang akan menghalangi plasenta keluar
( plasenta inkarserata).
2.1.4 Penanganan
2.1.4.1 Sikap Bidan dalam Menghadapi Retensio Plasenta
1) Sikap Umum Bidan
a. Memperhatikan keadaan umum penderita
- Apakah anemis
- Bagaimana jumlah perdarahannya
- Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi, dan suhu
- Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri
b. Mengetahui keadaan plasenta
- Apakah plasenta inkarserata
c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti
2) Sikap Khusus Bidan
a. Retensio plasenta dengan perdarahan
- Langsung melakukan plasenta manual
b. Retensio plasenta tanpa perdarahan
- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang infus dan
memberikan cairan
- Merujuk pasien ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk mendapatkan penanganan
yang lebih baik
- Memberikan transfusi
- Proteksi dengan antibiotic
- Mempersiapkan plasenta manual
2.1.4.2 Penanganan Umum
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, minta ibu meneran dan jika dapat merasakan
plasenta dalam vagina keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih kosong. Jika diperlukan lakukan kateterisasi kandung kemih.
3) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa
berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.
4) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk melakukan pengeluaran
secara manual.
2.2 Plasenta manual
2.2.1 Pengertian
Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang
dimasukkan langsung ke dalam kavum uteri.
2.2.2 Indikasi
- Retensio plasenta/plasenta adhesive
2.2.3 Kontraindikasi
- Plasenta inkreta
- Plasenta perkreta
2.2.4 Prosedur Plasenta Manual
1) Kaji ulang indikasi
2) Persetujuan tindakan medis
3) Kaji ulang prisip dasar perawatan dan pasang infus
4) Berika sedative dan analgetika, misalnya petidin dan diazepam IV
5) Berika antibiotika dosis tunggal (profilaksis)
- Ampicillin 2 gram IV ditambah metronidazol 500 mg IV
- Atau Sefazolin 1 gram ditambah metronidazol 500 mg IV
6) Gunakan sarung tangan DTT
7) Jepit tali pusat dengan kacher dan tegangkan sejajar lantai
8) Masukkan tangan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat. Jaga
agar jari-jari merapat dan melengkung mengikuti tali pusat masuk cavum uteri sampai
mencapai plasenta
9) Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta. Buka tangan
secara obstetrik menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan.
10) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. Gerakkan
tangan kanan kekiri dan kekanan sambil bergeser ke kranial sampai permukaan
maternal plasenta dapat dilepaskan.
11) Jika plasenta tidak dapat dilepaskan kemungkinan plasenta akreta dan siapkan
laparatomi untuk histerektomi supravaginal
12) Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. Pindahkan tangan luar ke
suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan
13) Lakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus
14) Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan IV garam fisiologik atau RL 60 tts/menit
dan masase uterus untuk merangsang kontraksi
15) Jika perdarahan masih banyak, beri ergometrin 0,2 mg IM. Atau prostaglandin
16) Periksa kelengkapan plasenta, jika tidak lengkap lakukan eksplorasi ke dalam kavum
uteri.
17) Periksa dan perbaiki robekan jalan lahir
2.2.5 Penanganan Pasca Tindakan
1) Pantau kesadaran, tensi, nadi, pernafasan setiap 30 menit selama 6 jam
2) Tentukan tinggi fundus dan pastikan kontraksi tetap baik
3) Teruskan infus dan berikan tranfusi darah bila perlu
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
MKB : 17 Agustus 2007 Jam : 02.45
Reg : 12-46-57
Ruangan : RB Sakinah
Tanggal : 17 Agustus 2007 Jam 02.50 WIB
3.1.1 DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama Istri Ny. U Nama Suami Tn. N
Umur 35 tahun Umur 40 tahun
Status kawin Kawin Perkawinan Ke 1
Suku/Bangsa Jawa /Indonesia Suku/Bangsa Jawa /Indonesia
Agama Islam Agama Islam
Pendidikan SLTA Pendidikan SLTA Tamat
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Swasta
Alamat Keset Rt 4/1 Sidorejo Deket Lamongan
2. Keluhan Utama
Plasenta belum lahir 1 jam setelah bayi lahir
3. Riwayat Menstruasi
Menarche 13 tahun
Siklus 30 hari
Lama 4-5 hari
Jumlah Hari 1-2 2-3 kotek penuh, hari berikutnya 2 kotek tidak
penuh
Dismenorhoe Hari pertama menst
Sifat darah Cair, sedikit bergumpal
Warna Merah segar
Fluor albus 1-2 hari sebelum menstruasi, warna putih jernih, tidak berbau
HPHT 27 Desember 2006
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan
G.P.A : G3P2002
Umur Kehamilan : 9 bulan
A.N.C : 7 kali di bidan A
Trimester I Ibu periksa 2 x pada umur kehamilan 1 bulan dan 3 bulan, mendapatkan mendapatkan
vitamin, diminum sampai habis dan penyuluhan makanan sehat
Trimester II Ibu periksa 3 x dibidan, ibu mengalami perdarahan pada usia 4 bulan dan dirujuk
kedokter RAB, mendapat pemeriksaan USG dan obat serta anjuran untuk istirahat. Ibu
mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2 pada bulan ke-5 dan 6 kehamilan
Trimester III Ibu periksa 2x mendapatkan folavit 1x1 dan penyuluhan perawatan diri
Perawatan buah dada : ibu sudah melakukan perawatan payudara setiap selesai mandi sejak
kehamilan 8 bulan
b. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas Yang Lalu
No Suami Kehamilan Persalinan Anak KB
UK Pnylit Pnolong Jns
Pers
Penyuli
t
Seks BBL Umur
1 1 9 bln - Bidan A Spt - L 3500/5
0
12 thn Suntik 1bl
2 1 9 bln - Bidan A Spt - PR 3000/5
0
8 thn Suntik 1 bl
c. Riwayat Persalinan
Persalinan : Tanggal 17-8- 2007, Jam 01.15 WIB
Tempat persalinan : BPS Bidan A
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan B
Lama persalinan :
Kala I : Tidak terkaji
Kala II : Tidak terkaji
Kala III : Plasenta belum lahir
Perdarahan : ± 500 cc
Keadaan Bayi : Normal
- Jenis kelamin : laki-laki
- BB/PB : 4000 gram / 50 cm
- A-S : 7-8
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu juga tidak pernah menderita penyakit menular seperti seperti TBC, Hepatitis,
penyakit menular seksual, tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM,
Asma, Hipertensi serta tidak mempunyai keturunan kembar
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada keturunan kembar, tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, Hipertensi, dan tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, penyakit menular seksual
f. Pola Kesehatan Fungsional Sehari-hari
Anamnesa tanggal 17-8-2007 Jam 06.30
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : ibu makan 3x/hari, tiap makan habis 1 piring sedang dengan komposisi
nasi, sayuran hijau dan lauk pauk seadanya. Ibu minum 8-9 gelas / hari , jenis minuman
air putih dan air teh
Selama di RS : minum air teh 2 gelas, makan , mendapatkan jatah dari RS NS TKTP
makan habis ½ porsi
b. Pola Eliminasi
Selama hamil : BAB 1x/ hari konsistensi lembek, BAK 5-6x/hari berwarna jernih, lancar
Selama di RS : terpasang DC , urine 100 ml
c. Pola Istirahat
Selama hamil : Ibu tidur ± 8-9 jam/hari, siang ±1-2 jam dan malam ± 6-7 jam
Selama di RS : Ibu tidur ± 2 jam (post plasenta manual)
d. Pola Aktifitas
Selama hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak
sendiri
Selama di RS : Ibu berbaring ditempat tidur dengan mobilisasi miring kanan/miring kiri
e. Pola Personal Higiene
Selama hamil : Ibu mandi 2-3x sehari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari dan ganti
celana dalam celana dalam tiap kali mandi
Selama di RS : diseka 1x sore, ganti kotek 1x, ganti baju 1x
3.1.2 DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
Lemah
Composmentis
- GCS 4-5-6
Tekanan Darah 90/60mmHg - RR 24x/menit
Nadi 101 x/menit - Suhu 37oC
2. Pemeriksaan Fisik
Kulit kepala Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak ada
ketombe, tidak mudah rontok
Muka Tidak ada odem, ibu menyeringai menahan sakit, wajah
terlihat pucat
Mata Simetris, tidak ada secret, sklera berwarna putih terdapat
gambaran tipis pembuluh darah, Conjungtiva pucat
Hidung Penafasan spontan, tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut Mucosa bibir kering, tidak ada stomatitis, gigi terdapat
karies pada molar kanan, lidah bersih, lidah tidak berslag
Telinga Pendengaran baik, bersih, tidak ada serumen
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada ada
pembesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat bendungan vena
jugularis
Dada Bentuk simetris,tidak ada tarikan intercosta, bentuk
mammae simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae
puting susu menonjol keluar, tidak teraba benjolan
abnormal, kolostrum sudah keluar
Abdomen Tidak ada luka bekas operasi,hiperpigmentasi pada perut,
terdapat striae lividae, TFU setinggi pusat, kandung kemih
teraba kosong
Genetalia Vulva tidak ada odem/ varises, perineum intack, tali pusat
terlihat diluar vagina, keluar perdarahan ± 300 cc
Anus Tidak ada hemorroid
Ekstremitas
Atas
Bawah
Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 tts/menit, tetesan
lancar, tidak odem
Tidak ada odem, tidak ada varises, akral dingin
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 17-8-2007
Hb : 7.6 gram % N : 13-18 gr %
Hematokrit : 20,5 N : 35 – 47
Lekosit : 25.600 N : 4000-11.000
3.2 INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa : P3003 dengan retensio plasenta
Data subyektif : Ibu mengatakan telah melahirkan bayi jam 01.15 WIB tetapi plasenta belum lahir
Data obyektif : Keadaan umum lemah, Tensi 90/60 mmHg, Nadi 101/menit, RR 24 x/menit TFU
setinggi pusat, tali pusat terlihat diluar vagina, keluar perdarahan ± 300 cc, Hb : 7.6
gram %
3.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
- Syok
- Anemia berat
- Infeksi
3.4 KEBUTUHAN SEGERA
- Kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan plasenta manual
3.5 INTERVENSI
Diagnosa : P3003 dengan Retensio Plasenta
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 15 menit diharapkan
Plasenta dapat dilahirkan secara lengkap dan tidak terjadi perdarahan post partum
KH : Keadaan umum baik - UC baik
TFU sesuai - TTV normal
Plasenta dapat lahir dengan kotiledon dan selaput lengkap
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
R/ Dengan pengetahuan adekuat ibu dan keluarga dapat kooperatif terhadap tindakan
yang akan dilakukan
2. Berikan inform consent pada ibu /keluarga
R/ Persetujuan dan bukti terhadap tindakan medis yang dilakukan
3. Lakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
R/ Deteksi dini kelainan, Tekanan systole < 90 mmhg dan Nadi > 110 merupakan tanda
dari syok
4. Lakukan observasi involusi uteri dan perdarahan
R/ Deteksi dini adanya subinvolusi
5. Observasi intake dan output
R/ Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan plasenta manual dan pemberian
antibiotik
R/ Fungsi interdependent dalam melahirkan plasenta dan mencegah infeksi
3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal/
Jam
I M P L E M E N T A S I PARAF
17-8- 2007
03.00
03.05
03.10
03.15
03.20
Memberikan penjelasan pada keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan
Memberikan inform consent : - Ibu/ keluarga
menyetujui
Kolaborasi dengan dokter, melakukan plasenta
manual
- Penolong menggunakan sarung tangan DTT, menjepit
tali pusat dan menegangkan sejajar lantai. Tangan
kanan dimasukkan secara obstetrik dengan
menelusuri bagian bawah tali pusat, tangan kiri
menahan fundus uteri. Dengan bagian lateral jari-jari
tangan mencari insersi pinggir plasenta, membuka
tangan obstetrik seperti memberi salam,
menggerakkan tangan kanan kekiri dan kekanan
sehingga semua permukaan maternal dapat
dilepaskan. Mengeluarkan plasenta, tangan kiri
dipindahkan disuprapubis.
Memeriksa plasenta : plasenta lahir jam 03.10, insersi
marginalis Ө 18 x 16 x 2 cm, berat 450 gram,
kotiledon 16 buah , selaput robek. Melakukan
massase uterus selama 15 detik
Melakukan observasi keadaan umum dan tanda-
tanda vital
- Keadaan umum lemah, konjungtiva pucat, ibu
mengeluh perut mulas, TD : 95/61 mmhg, Nadi 98
x/menit, suhu 37 1 OC.
Melakukan observasi involusi
- TFU 2 jari bawah pusat, UC baik, perdarahan ±
200 cc
Melakuan observasi intake dan output
Infus RL ke VI tangan kanan (drip oksitosin 10 IU) 300 cc
Infus RL ke VI tangan kiri 20 tts/mnt 200 cc
Minum : - - BAB : -
3.7 EVALUASI
Tanggal 17-8- 2007, Jam 03.30 WIB
S : Ibu mengatakan lega plasenta sudah lahir
O : Plasenta lahir manual jam 03.10 oleh dokter ENS, ku lemah, konjungtiva pucat, Tensi
95/61 mmhg, Nadi 98 x/mnt, suhu 37 1 oC, TFU 2 jari bawah pusat , uterus kontraksi
baik, perdarahan 200 cc
A : P3003 Kala IVRetensio Plasenta Teratasi
P : - Observasi TTV, TFU, UC, Perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama
- Observasi TTV, TFU, UC, Perdarahan tiap 30 menit pada 2 jam pertama
- Bersihkan ibu, atur posisi senyaman mungkin
- Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :
- Amoxan 3 x 1 gram
- Metronidazol 3 x 1 (Oral)
- Pemberian transfusi WB 2 bag
I :
Tanggal/Jam I M P L E M E N T A S I PARAF
17-8-2007
03.20
03.30
03.45
04.00
04.30
05.00
05.30
06.30
06.45
Membersihkan perineum ibu, memastikan ibu nyaman
Melakukan observasi tanda-tanda vital, TFU dan UC
TD 96/64 mmhg, N 101 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC
baik, Perdarahan 50 cc
TD 94/60 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik,
Perdarahan 20 cc
TD 98/64 mmhg, N 98 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik,
Perdarahan 5 cc
TD 98/61 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik,
Perdarahan -
TD 95/64 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik,
Perdarahan -
Instruksi dokter : memasang DC urine 150 ml,
mengambil sampel darah persiapan transfusi
Menyajikan diet Nasi TKTP : Ibu makan habis ½ porsi,
teh 1 gls
Observasi keadaan umum : ku lemah, konjungtiva pucat
- Ibu mengatakan badan masih lemas, perut mules
EVALUASI
Tanggal 17-8- 2007, Jam 07.00WIB
S : Ibu mengatakan badan masih lemas, perut teras mules
O : Keadaan umum lemah, konjungtiva pucat, Tensi 95/64 mmhg, Nadi 96 x/mnt, TFU 2 jari
bawah pusat, UC baik, makan habis ½ porsi, teh 1 gls
A : P3003 2 jam Post Partum
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi Tanda tanda vital dan involusi uteri
- Anjurkan ibu untuk makan dan minum
- Laksanakan program terapi dokter
- Pemberian transfusi WB 2 bag
- Infus RL 20 tts/menit tangan kanan dan tangan kiri
- Amoxan 3 x 1 gram
- Metronidazol 3 x 1 (Oral)
- Rencana USG
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan dapat disimpulkan :
1) Pada tahap pengkajian setelah dilakukan pengumpulan data dapat ditemukan
masalah pada Ny U P3003 dengan gangguan pada Kala III yaitu adanya Retensio
Plasenta.
2) Dari masalah yang ada telah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan langkah-
langkah manajemen kebidanan dan dilakukan plasenta manual.
3) Retensio plasenta mempunyai arti klinis yang besar karena dapat menyebabkan
perdarahan hebat, perforasi uterus dan infeksi yang berakibat pada morbiditas bahkan
mortalitas pada ibu.
4.2 Saran
1) Dalam melakukan plasenta manual perlu diperhatikan prosedurnya agar tidak terjadi
komplikasi
2) Perlunya pengawasan pada ibu pasca tindakan karena merupakan periode kritis bagi
ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2006, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Depkes RI, Jakarta
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo. Jakarta.DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta
Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo. Jakarta.