RETENSIO PLASENTA

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan retensio plasenta. Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi di ASEAN dan Indonesia. Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta 1

Transcript of RETENSIO PLASENTA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangRetensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan retensio plasenta.Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi di ASEAN dan Indonesia. Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.

B. Tujuan1. Tujuan UmumTujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah reproduksi yang diberikan oleh dosen pengajar.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian retensio plasentab. Mengetahui etiologi dari retensio plasentac. Mengetahui patofisiologi terjadinya retensio plasentad. Mengetahui tanda dan gejala dari retensio plasentae. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh retensio plasentaf. Mengetahui asuhan keperawatan yang ditunjukkan untuk kasus retensio plasenta

C. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian retensio plasenta ?2. Apa etiologi dari retensio plasenta ?3. Bagaimana patofisiologi terjadinya retensio plasenta ?4. Apa tanda dan gejala dari retensio plasenta ?5. Apa komplikasi yang ditimbulkan oleh retensio plasenta ?6. Bagaimana asuhan keperawatan yang ditunjukkan untuk kasus retensio plasenta ?

D. Sistematika PenulisanDalam menulis makalah ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :1. BAB I Pendahuluan terdiri dari : Latar belakang, tujuan, rumusan masalah,dan sistematika penulisan.2. BAB II Konsep Teori terdiri dari : definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang.3. BAB III Asuhan Keperawatan terdiri dari : pengkajian, diagnose, intervensi dan implementasi.4. BAB IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IIKONSEP TEORIA. DefinisiMenurut Sarwono Prawirohardjo adalah retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.Menurut Ida Bagus Gede Manuaba (1998), Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi.Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam.Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. (Manuaba (2006:176).Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.B. Jenis Ratensio Plasenta1. Plasenta adhesiva Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.2. Plasenta akretaImplantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.3. Plasenta inkretaImplantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.4. Plasenta perkretaImplantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus .5. Plasenta inkarserataTertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.

C. EtiologiMenurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan ialahsebab fungsional dan sebab patologi anatomik.1. Sebab fungsionala. His yang kurang kuat (sebab utama)b. Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba) c. Ukuran plasenta terlalu kecild. Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perute. Penanganan kala III yang salah atau keliru

2. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.

D. PatofisiologiSegera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kotraksi dan retraksi miometriumsehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plsenta mulai melepaskan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berinteraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan ,mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)

Nursing PathyawProgesterone kelainan plasenta :kesalahan manag.Previa, akreta, adesiva kala III : anastesi,His tidak kuatimplantasi di cornuuterotonik.Dan tidak kontinyuPlasenta tidak bisa kontraksi uterus Plepasan plasenta dilahirkan lemah dan tidaknormal terganggu kontinyu, servik kontraksiRETENSIO PLASENTA

Plasenta tetap melekat pada dinding uterusBenda asing dalam rahimKontraksi otot uterus tidak sempurna

Nyeridapat menimbulkanpembuluh darah terbukadapat menimbulkan infeksi Pendarahan

Resti infeksiDefisit volume cairan tubuh

E. Manifestasi KlinisGejalaAkreta parsialInkarserataAkreta

Konsistensi uterusKenyalKerasCukup

Tinggi fundusSepusat2 jari bawah pusatSepusat

Bentuk uterusDiscoidAgak globulerDiscoid

PerdarahanSedang banyakSedangSedikit / tidak ada

Tali pusatTerjulur sebagianTerjulurTidak terjulur

Ostium uteriTerbukaKonstriksiTerbuka

Pelepasan plasentaLepas sebagianSudah lepasMelekat seluruhnya

Syok SeringJarangJarang sekali, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada tali pusat

F. Komplikasi Dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi placenta inkarserata, dapat terjadi polip placenta dan terjadi degenarasi ganas korio karsinoma.

G. Tindakan-tindakan pada retensio plasenta1. Tindakan Umuma. Memperhatikan keadaan umum penderita.Apakah anemis, bagaimana jumlah pendarahan, bagaimana keadaan umum (tekanan darah, nadi, suhu), bagaimana keadaan fundus uteri (kontraksi dan tinggi fundus uteri)b. Keadaan plasenta.Apakah plasenta inkaserata, lakukan ters plasenta lepasc. Memasang infus dan beri cairan pengganti.2. Tindakan Khususa. Retensio plasenta dengan pendarahanLakukan plasenta manualb. Retensio plasenta tanpa pendarahan1) Berikan cairan2) Berikan tranfusi3) Proteksi dengan antibiotika4) Mempersiapkan plasenta manual dengan pengaruh narkosa5) Rujuk ke RS bila perlu3. Upaya Preventifa. Meningkatkan kesadaran Keluarga Berencana (KB)b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih.c. Persalinan kala III tidak melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan. Masase tidak tepat waktu mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu plasenta.H. Pemeriksaan Penunjang1. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANA. PengkajianBeberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut :1. Identitas klien2. Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama (adanya perdarahan, plasenta tidak lepas sempurna,terjadinya syok, ostium terbuka), riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari.3. Pemeriksaan fisika. Sirkulasi :1) Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)2) Pelambatan pengisian kapiler3) Pucat, kulit dingin/lembab4) Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)5) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan6) Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.b. Eliminasi :Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vaginac. Nyeri/Ketidaknyamanan :Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.d. Keamanan :Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.e. Seksualitas :1) Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan)2) Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).4. Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%)

B. Diagnosa Keperawatan1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan 2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan3. Nyeri berhubungan dengan dengan trauma atau distensi jaringan.

C. Rencana Intervensi Keperawatan1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.

INTERVENSIRASIONAL

1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi janin mati selama lebih dari 5 minggu)

2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.

3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis.

4. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir

5. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.

6. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal

7. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rectal

8. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis

9. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.

10. Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan jaringan plasenta), abrupsio placenta terhadap tanda-tanda KID (koagulasi intravascular diseminata).

11. Mulai Infus 1 atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.12. Berikan obat-obatan sesuai indikasi:Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.

Magnesium sulfat

Terapi Antibiotik.

13. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht1. Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.

2. Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian.

3. Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.

4. Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.

5. Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.

6. Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 50 ml/jam atau lebih besar.

7. Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.

8. Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.9. Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.

10. Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.

11. Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan

12. Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atonia.Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.13. Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb.

2. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

INTERVENSIRASIONAL

1. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan

2. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP

3. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.

4. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).

5. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.

1. Mencegah kontaminasi silang/penyebaran organinisme infeksious.

2. Peningkatan suhu dari 100,4 F (38C) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.

3. Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.

4. Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.

5. Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.

3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.

INTERVENSIRASIONAL

1. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.

2. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamana.

3. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.

4. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi1. Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.

2. Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.

3. Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.

4. Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.

BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Jenis-jenis retensio plasenta yaitu : Plasenta adhesiva , Plasenta akreta, Plasenta inkreta, Plasenta perkreta dan Plasenta inkarserata. Komplikasi retensio plasenta dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi placenta inkarserata, dapat terjadi polip placenta dan terjadi degenarasi ganas korio karsinoma.

B. Saran

1. Sebagai seorang perawat untuk menanggapi masalah retensio plasenta , perawat harus mempunyai skill dan kemampuan untuk mengatasi suatu masalah terjadinya Asuhan Keperawatan ibu dengan retensio placenta2. Perawat harus dituntut untuk menjadi perawat yang profesional dimana perawat dapat berfikir kritis dalam mengatasi masalah yang terjadi pada pasien yang mengalami retensio placenta3. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa mengenal lebih dalam tentang Asuhan Keperawatan retensio placenta. 4. Diharapkan kepada pihak pendidikan untuk memperbanyak buku tentang keperawatan maternitas terutama tentang masalah retensio placenta

DAFTAR PUSTAKA

James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004Helen Varney, 2000, Buku saku bidan, Jakarta.IBG Manuaba, 1998, Ilmu kebidanan dan penyakit kandungan dan keluarga berencana.Rustam mochtar, 1998, synopsis jilid I, Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC.

6