Resusitasi Neonatus Pada BBLR

21
BAB I PENDAHULUAN Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi normal ( usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu). Secara umum, bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar risikonya untuk mengalami masalah. Masalah yang sering dijumpai pada bayi berat lahir rendah adalah ketidakstabilan suhu dan kesulitan pernapasan. Pada BBLR beresiko untuk mengalami kegagalan nafas yang akan menjadi asfiksia neonatorum, hal ini dikarenakan pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax) dengan kondisi bayi akan beresiko mengalami hipoksia. Asfiksia pada BBL menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun. Dari jumlah tersebut hanya kira – kira 10% BBL membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas, dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk bernapas) sampai resusitasi lanjut yang ekstensif. Penulis lain menyebutkan kira – kira 5% bayi pada saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi untuk bernapas. Antara 1 – 10% BBL di rumah sakit membutuhkan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada. Resusitasi BBL merupakan prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. 1

description

Ilmu Kesehatan Anak

Transcript of Resusitasi Neonatus Pada BBLR

BAB IPENDAHULUAN

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi normal ( usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu). Secara umum, bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar risikonya untuk mengalami masalah. Masalah yang sering dijumpai pada bayi berat lahir rendah adalah ketidakstabilan suhu dan kesulitan pernapasan. Pada BBLR beresiko untuk mengalami kegagalan nafas yang akan menjadi asfiksia neonatorum, hal ini dikarenakan pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax) dengan kondisi bayi akan beresiko mengalami hipoksia.Asfiksia pada BBL menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun. Dari jumlah tersebut hanya kira kira 10% BBL membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas, dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk bernapas) sampai resusitasi lanjut yang ekstensif. Penulis lain menyebutkan kira kira 5% bayi pada saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi untuk bernapas. Antara 1 10% BBL di rumah sakit membutuhkan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada. Resusitasi BBL merupakan prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi normal adalah 3200 gram (usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam pertama setelah lahir. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan hubungan ini akan memperbudah morbiditas dan mortalitas bayi. Bayi berat lahir rendah berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3, yaitu:1. Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram sampai dengan 2500 gram.1. Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.1. Bayi berat lahir amat sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.

2.2. Klasifikasi Menurut hubungan berat lahir atau umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat dikelompokan menjadi :1. Klasifikasi menurut berat lahir, yaitu :a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) : Berat yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 4000 gram.c. Bayi Berat Lahir Lebihkan : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >4000 gram. 2. Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan, yaitu :a. Bayi Kurang Bulan (BKB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi 24 jam)3. Persalinan yang sulit dan traumatik4. Mekoneum dalam ketuban5. Ketuban pecah dini6. Induksi oksitosin7. Prolaps tali pusat8. Kelahiran kurang bulan9. Plasenta previa10. Perdarahan intrapartum11. Bradikardia janin persisten12. Kala dua lama (>2 jam)

Sumber : Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Cetakan Keempat Penerbit : Ikatan Dokter Anak Indonesia 2014. Hal : 108

2.4. Komplikasi BBLRBeberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR yang paling sering adalah gangguan pernapasan seperti: 1. Sindrom gangguan pernapasan, yaitu: perkembangan imatur sistem pernapasan atau tidak adekuatnya surfaktan pada paru-paru.1. Asfiksia, yaitu : keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehinnga dapat menurunkan oksigen dan meningkatkan karbon dioksida yang dapat memperburuk kehidupan lebih lanjut.1. Aspirasi mekonium, yaitu: penyakit yang terjadi akibat inhalasi cairan amnion yang tercemar mekonium peripartum sehingga terjadi peradangan jaringan paru dan hipoksia.Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah gangguan metabolik seperti hipotermia, hipoglikemia dan masalah pemberian ASI. Selain itu dapat juga terjadi gangguan imunitas dan gangguan sistem peredaran darah.

2.5. Patofisiologi AsfiksiaBBL mempunyai karateristik yang unik. Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukan perubahan sebagai berikut. Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardinal dan ekstrakardinal mulai beralih arah yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada BBL (Persisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas.

2.6. Resusitasi Neonatus 2.6.1.Definisi Resusitasi NeonatusResusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya, sedangkan resusitasi neonatus ialah prosedur yang diaplikasikan pada bayi baru lahir (BBL) yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Periode neonatal ialah periode bayi dari lahir sampai umur 28 hari.Tujuan resusitasi BBL ialah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas.

2.6.2.Persiapan Resusitasi Bayi Baru LahirDi dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.2.6.2.1. Persiapan KeluargaSebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.2.6.2.2. Persiapan Tempat ResusitasiPersiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.

2.6.2.3. Persiapan Alat ResusitasiSebelum memulai resusitasi, peralatan dan obat harus tersedia pada setiap persalinan. Peralatan dan obat harus diperiksa, diuji, dan diyakinkan apakah dapat berfungsi dengan baik atau tidak.Tabel 2.2. Peralatan untuk Resusitasi BBL1. Perlengkapan penghisapa. Balon pengisap (bulb syringe), alat pengisap lendirb. Pengisap mekanik dengan selangnyac. Kateter pengisap (suction) nomor 5F, 6F, 8F, 10F, 12F, dan 14Fd. Pipa lambung atau Nasogastric Tube (NGT) nomor 8F dan spuit 20 mLe. Pengisap mekonium/ konektor

2. Peralatan balon dan sungkup (mask)a. Balon resusitasi yang dapat memberikan SpO2 sampai kadar 90% sampai 100%b. Sungkup sesuai ukuranc. Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10 L/menit) dan selang oksigen

3. Peralatan intubasia. Laringoskop dengan daun lurus no. 00 dan no. 0 (untuk bayi kurang bulan) dan no. 1 (untuk bayi cukup bulan)b. Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskopc. Endotracheal Tube (ETT) no. 2,5, 3,0, 3,5, 4,0 mm diameter internald. Stilete. Guntingf. Plester atau alat fiksasi endotrakealg. Kapas alkoholh. Alat pendeteksi CO2 atau kapnografi. Sungkup laring (LMA)

4. Alat untuk memberikan obat-obatana. Orogastic Tube no. 5Fb. Kateter umbilikal no. 3,5F, 5Fc. Three way stopcockd. Spuit 1, 3, 5, 10, 20, 50 mLe. Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarumf. Handscoon steril, skalpel/gunting, larutan yodium, pita/plester/tape umbilikan

5. Lain-laina. Handscoon dan alat pelindung lainb. Alat pemancar panas atau sumber panas lainnyac. Jamd. Kaine. Stetoskop untuk neonatusf. Plesterg. Monitor jantung dan pulse oksimeter dengan probe serta elektrodanyah. Oropharyngeal airway (0,00 dan ukuran 000 atau panjang 30, 40 dan 50 mm)

6. Untuk bayi kurang bulana. Sumber udara bertekananb. Pulse oksimeter dan probe oksimeterc. Kantung plastik makanan (1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup dan transparand. Alas pemanas kimiae. Inkubator

Sumber : Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Cetakan Keempat Penerbit : Ikatan Dokter Anak Indonesia 2014. Hal : 107 108

2.7.Resusitasi Neonatus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)2.7.1.Penilaian Awal Bayi Baru Lahir (BBL)Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat.1. Apakah bayi lahir cukup bulan?2. Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium?3. Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis?4. Apakah tonus otot baik?Bila semua jawaban di atas Ya, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan Asuhan Bayi Normal. Bila salah satu atau lebih jawaban Tidak, bayi memerlukan tindakan resusitasi segera dimulai dengan langkah awal resusitasi.

2.7.2.Bayi yang Memerlukan ResusitasiBayi yang memerlukan resusitasi adalah bayi yang lahir kurang bulan dikarenakan mudah mengalami hipotermia karena rasio luas permukaan dan masa tubuhnya relatif besar, lemak subkutan sedikit, dan imaturitas pusat pengatur suhu.Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bugar (ditandai dengan depresi pernapasan, frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit, dan tonus ototnya buruk), mungkin memerlukan pengisapan trakea setelah seluruh tubuh lahir. Setelah penilaian awal dan tindakan yang perlu sudah dilakukan, penilaian bayi dilakukan secara berkala selama proses resusitasi. Penilaian berkala selama resusitasi didasarkan pada pernapasan, frekuensi denyut jantung, tonus otot, dan warna. Untuk lebih jelas, proses ini dijabarkan sebagai sekuens langkah langkah pada diagram alur yang diambil dari panduan dalam progran rsusitasi BBL dari American Academy of Pediatrics dan American Association 2006 (lihat Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Diagram Alur Resusitasi NeonatusSumber : Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Cetakan Keempat Penerbit : Ikatan Dokter Anak Indonesia 2014. Hal : 1052.7.3. Langkah Awal ResusitasiBila salah satu atau lebih dari penilaian awal mendapat jawaban tidak, langkah awal resusitasi harus segera dilakukan. Langkah awal resusitasi terdiri dari tindakan berurutan sebagai berikut :1. Memberikan kehangatan.2. Memposisikan bayi dan membuka atau membersihkan jalan napas.3. Mengeringkan, sambil merangsang. 4. Memposisikan kembali.5. Menilai bayi. 2.7.3.1. Memberikan Kehangatan Memberikan kehangatan untuk menghindari hipotermia dilakukan dengan cara meletakkan bayi di atas meja resusitasi di bawah pemancar panas. Tempat ini harus sudah dihangatkan sebelumnya. Setelah membuka jalan napas dengan mengisap lendir, upaya mencegah kehilangan panas dilanjutkan dengan mengeringkan bayi lalu menyingkirkan kain yang basah, dan membungkus bayi dengan kain atau selimut hangat. Bayi yang lahir dengan umur gestasi kurang dari 28 minggu dapat dibantu untuk mempertahankan kehangatannya setelah lahir dengan cara berikut. Segera setalah lahir, tanpa dikeringkan lebih dahulu bayi diletakkan atau dibungkus dengan kantong plastik polietilen yang tembus pandang, kepala bayi di luar kantong dan ditutupi topi, sedangkan seluruh tubuh dibungkus plastik. Keadaan ini dipertahankan selama petugas melakukan tindakan resusitasi yang diperlukan, sampai kemudian bayi diletakkan di tempat yang sesuai. 2.7.3.2. Memposisikan Bayi pada Posisi yang BenarBBL harus diletakkan terlentang dengan kepala pada posisi menghidu atau sedikit ekstensi. Bila usaha pernapasan ada tetapi tidak menghasilkan ventilasi efektif (frekuensi denyut jantung tidak meningkat lebih dari 100 kali per menit), jalan napas mungkin tersmbat dan posisi kepala harus diperbaiki.2.7.3.3. Mengisap Mulut dan Faring BBL normal tidak membutuhkan pengisapan dari mulut, hidung atau faring setelah lahir secara berlebihan. Bayi akan dapat membersihkan jalan napasnya dengan sendirinya secara efektif. Bila terdapat sekresi yang menyumbat jalan napas, sekret dapat dibersihkan dengan kateter pengisap yang mempunyai lubang besar (no. 10 12 F). Pengisapan faring dapat menyebabkan spasme laring, trauma pada jaringan lunak, bradikardia, dan tertundanya pernapasan spontan. Pengisapan harus dibatasi dalam 5 detik dan tidak lebih dari 5 cm dalamnya dari bibir bayi. Tekanan negatif yang digunakan untuk pengisapan tidak boleh melebihi 100mmHg (13 kPa ; 133 cmH2O ; 1,9 Psi).2.7.3.4. Tatalaksana Jalan Napas Bayi dengan Air Ketuban Bercampur Mekonium

Bila cairan amnion bercampur mekonium dan bayi tidak bernapas atau mengalami depresi pernapasan dan penurunan tonus otot, pengisapan mekonium dari mulut dan faring harus dilakukan segera dengan laringoskop langsung dan bila perlu, diikuti dengan intubasi dan pengisapan trakea.

2.7.3.5. Stimulasi Taktil

Pengeringan dan perangsangan sekaligus merupakan intervensi penilaian dan resusitasi. Bila bayi gagal mempertahankan pernapasan spontan dan efektif dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 kali per menit, ventilasi tekanan positif perlu dilakukan. Rangsang taktil dapat pula dilakukan dengan menepuk atau menjentik telapak kaki dengan hati hati, menggosok punggung atau perut. Tindakan ini akan merangsang sebagian besar BBL untuk bernapas. Melakukan rangsang taktil terus menerus pada bayi yang apnea adalah berbahaya dan tidak boleh dilakukan. Bila bayi tetap tidak bernapas, bantuan ventilasi harus segera dimulai.

2.7.3.6. Penilaian

Setelah langkah awal selesai dilakukan dan bayi sudah diposisikan kembali, dilakukan penilaian pernapasan, frekuensi jantung, dan warna kulit. Bila bayi apnu atau megap megap atau frekuensi jantung di bawah 100 kali per menit, lakukan ventilasi tekanan positif. Bila pernapasan dan frekuensi jantung bayi memadai tetapi bayi sianosis (sentral), berikan oksigen aliran bebas. Oksigen aliran bebas dapat diberikan dengan cara meletakkan sungkup oksigen melekat pada wajah bayi dengan pipa oksigen diletakkan didekat wajah bayi, atau dengan sungkup Balon Tidak Mengembang Sendiri diletakkan di dekat wajah.

2.7.4.Ventilasi Tekanan Positif2.7.4.1. Indikasi

Setelah dilakukan langkah awal resusitasi, ventilasi tekanan positif harus dimulai bila bayi tetap apnea setelah stimulasi atau pernapasan tidak adekuat dan/atau frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit. Bila bayi bernapas adekuat dan frekuensi jantung memadai tetapi sianosis sentral, bayi diberi oksigen aliran bebas. Bila setelah ini bayi tetap sianosis dapat dicoba melakukan ventilasi tekanan positif.

2.7.5. Penggunaan OksigenJanin di dalam rahim mempunyai saturasi oksihemoglobin rata rata 60%, sedangkan pada anak dan dewasa 95 100%. Penelitian observasional pada BCB setelah persalinan tanpa komplikasi dan inisiasi pernapasan, menunjukan secara normal dibutuhkan waktu beberapa menit, sampai lebih dari 10 menit, untuk mencapai saturasi 90%. Penelitian pada bayi kurang bulan belum ada datanya, tetapi penggunaan oksigen tambahan harus hati hati untuk terjadinya hiperoksia. Bila resusitasi dilakukian dengan menggunakan kadar oksigen kadar kurang dari 100% oksigen perlu dinaikkan kadarnya sampai 100% bila tetap tidak ada perbaikan setelah 90 detik. Penggunaan oksimeter nadi sangat berguna.

2.7.6.Kompresi DadaKompresi dada adalah penekanan pada tulang dada ke arah tulang belakang sehingga meningkatkan tekanan intratoraks dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh. Bila laju jantung terlalu rendah, sirkulasi menjadi tidak adekuat untuk mendukung oksigenasi jaringan. Bayi yang mempunyai frekuensi jantung kurang dari 60 kali per menit meskipun telah dirangsang dan diberikan ventilasi tekanan positif selama 30 detik, mungkin mempunyai kadar oksigen yang sangat rendah dan asidosis yang signifikan. Akibatnya kontraksi otot jantung tidak cukup kuat untuk memompa darah ke paru guna mengangkut oksigen yang disangka sudah ada dalam paru. Darah perlu dipompa secara mekanik bersamaan dengan ventilasi paru, sampai miokardium cukup teroksigenasi untuk berfungsi secara spontan dan adekuat. Proses ini juga membantu aliran oksigen ke otak. 2.7.6.1. Indikasi Indikasi kompresi dada ialah bila frekuensi denyut jantung bayi kurang dari 60 kali per menit walaupun telah dilakukan ventilasi tekanan positif yang efektif dengan oksigen tambahan selama 30 detik.

2.7.7.Pemberian Obat dan CairanObat dan cairan jarang digunakan pada resusitasi BBL. Bradikardi umumnya disebabkan karena hipoksia dan ventilasi yang tidak adekuat. Apnea disebabkan oleh oksigenasi yang tidak cukup pada batang otak. Otot jantung sejumlah kecil bayi ( 2 per 100 bayi ) mungkin kekurangan oksigen dalam jangka panjang yang mengakibatkan berkurangnya efrektifitas kontraksi, meski mendapat perfusi darah yang mengandung banyak oksigen. Bayi ini memerlukan epinefrin untuk merangsang jantungnya. Bila terjadi kehilangan darah darah akut, perlu diberikan cairan penambah volume darah. Karena itu melakukan ventilasi yang adekuat merupakan langkah yang terpenting untuk meningkatkan laju jantung. Bila laju jantung tetap kurangt dari 60 kali per menit walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (dada bergerak pada inflasi) dan kompresi dada, obat perlu diberikan. Karena obatdiharapkan mempunyai efek pada jantung, maka secara ideal pemberian obat ialah secara cepat, yaitu melalui kateter vena umbilikalis.Tabel 2.3. Daftar Obat yang Diberikan1. Epinefrin : obat pemicu jantung yang meningkatkan kekuatan dan kontraksi otot jantung dan mengakibatkan vasokonstriksi perifer, sehingga akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah melalui arteria koronaria dan aliran darah ke otak.

2. Cairan penambah volume darah (plasma expander)

3. Nalokson

4. Natrium BikarbonatIndikasi : Bila frekuensi jantung kurang dari 60 kali per menit setelah melakukan ventilasi tekanan positif serta kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik.

Dosis dan Cara Pemberian :Epinefrin larutan 1 : 10.000 secara intravena. Dosis epinefrin ialah 0,1 0,3 ml/kgBB (setara dengan 0,01 0,03 mg/kgBB) larutan 1 10.000Pemberian melalui pipa endotrakeal : 0,3 1 ml/kgBB atau setara 0,003 0,1 mg/kgBB)

Indikasi : Bila bayi terlihat pucat, ada bukti kehilangan darah dan respon resusitasi baik, harus diperkirakan kemungkinan kehilangan cairan.

Dosis dan Cara Pemberian : Dosis awal ialah 10 ml/kg dengan kecepatan 5 10 menit secara intravena. Bila bayi menunjukan perbaikan minimal setelah pemberian dosis pertama, dapat diberikan dosis tambahan lagi 10 ml/kg.

Indikasi : bila bayi tetap mengalami depresi napas setelah frekuensi jantung dan warna kuliy menjadi normal dan ibu mendapat obat narkotika pada 4 jam sebelum persalinan.

Dosis dan Cara Pemberian : 0,1 mg/kg secara intravena atau intramuskular.

Indikasi : memperbaiki asidosis intrakardiak, dapat memperbaiki fungsi miokardium dan mendapatkan sirkulasi spontan.

Dosis dan Cara Pemberian :1 2 mEq/kg diberikan secara intravena setelah ventilasi dan perfusi adekuat dicapai, diberikan kira kira 2 menit yaitu 1 mEq/kg/menit.

Sumber : Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Cetakan Keempat Penerbit : Ikatan Dokter Anak Indonesia 2014. Hal : 116 118

2.7.8. Intubasi Endotrakeal2.7.8.1 Indikasi1. Untuk menghisap mekonium dalam trakea bila didapatkan mekonium dalam airketuban dan bayi tidak bugar.2. Untuk meningkatkan efektifitas ventilasi bila setelah beberapa menit melakukan ventilasi balon dan sungkup tidak efektif.3. Untuk membantu koordinasi kompresi dada dan ventilasi, serta untuk memaksimalkan efisiensi pada setiap ventilasi4. Untuk memberikan obat epinefrin bila diperlukan untuk merangsang jantung sambil menunggu akses vena.5. Kelainan bawaan bedah, misalnya Hernia Diafragmatika6. Bayi sangat kurang bulan, untuk ventilasi dan atau pemberian surfaktan.

BAB IIISIMPULAN

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan penyebab kematian utama pada bayi di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Faktor resiko BBLR terbagi menjadi dua, yaitu antepartum dan intrapartum. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR yang paling sering adalah sindrom gangguan napas, asfiksia, dan aspirasi mekonium. Untuk itu sangatlah penting dilakukan resusitasi neonatus untuk mengurangi angka kematian bayi baru lahir atau neonatus.Resusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya, sedangkan resusitasi neonatus ialah prosedur yang diaplikasikan pada bayi baru lahir (BBL) yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Tujuan resusitasi BBL ialah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas.Resusitasi neonatus dilakukan pada neonatus yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur serta adekuat. Resusitasi neonatus dilakukan menurut diagram alur resusitasi neonatus. Diagram alur resusitasi neonatus dilaksanakan langkah demi langkah secara berurutan dan dalam waktu yang tepat. Resusitasi neonatus akan lebih berhasil bila tersedia tenaga terampil dalam melakukan resusitasi dan peratalan yang memadai.

8