186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

download 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

of 15

Transcript of 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    1/15

    Dengan dilakukannya resusitasi neonatus dan perawatan pasca resusitasi oleh dokter

    dan tenaga kesehatan profesional diharapkan dapat membantu usaha pencapaian tujuan

    keempat dariMillenium Development Goals2015, yaitu menurunkan angka kematian anak.4

    Bayi yang membutuhkan resusitasi saat lahir memiliki risiko untuk mengalami

    perburukan kembali walaupun telah tercapai tanda vital yang normal. Ketika ventilasi dan

    sirkulasi yang adekuat telah tercapai, bayi harus dipantau atau ditransfer ke tempat yang

    dapat dilakukan monitoring penuh dan dapat dilakukan tindakan antisipasi, untuk

    mendapatkan pencegahan hipotermia, monitoring yang ketat dan pemeliharaan fungsi

    sistemik dan serebral. Selama transportasi, neonatus yang sakit kritis tersebut sangat rentan

    terkena rangsang yang berbahaya, seperti suara, goncangan, dan ketidakstabilan temperatur,

    dimana semua hal tersebut dapat menambah ketidakstabilan neonatus yang sedang berusaha

    mempertahankan homeostasis tubuhnya.

    Resusitasi pada bayi baru lahir adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL

    yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa

    saat setelah lahir.

    Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi

    darah uteroplasenta sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang yang

    mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru

    lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada

    bayi baru lahir, diantaranya adalah:3,5

    1. Faktor ibu: Pre-eklampsi dan eklampsi, pendarahan abnormal (plasenta previa atau

    solusio plasenta), kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan), partus lama

    (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri), ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang

    terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta, perdarahan banyak (plasenta

    previa dan solutio plasenta).

    2.

    Faktor tali pusat seperti lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus

    tali pusat.

    3. Faktor bayi seperti bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan

    tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep),

    kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

    Kondisi-kondisi yang memerlukan tindakan resusitasi adalah:

    Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke

    posterior.

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    2/15

    Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat

    anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya

    Kerusakan neurologis.

    Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan /atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan /

    sirkulasi.

    Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.

    Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika

    terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya

    Penilaian bayi baru lahir

    Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat

    lahir dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir

    harus dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah bayi cukup bulan,

    apakah bayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik. Jika bayi lahir

    cukup bulan, menangis, dan tonus ototnya baik maka tidak perlu dilakukan resusitasi,

    cukup bayi dikeringkan dan dipertahankan tetap hangat. Hal ini dilakukan dengan bayi

    berbaring di dada ibunya dan tidak dipisahkan dari ibunya. Apabila ada satu dari tiga kriteria

    yang tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan resusitasi pada neonatus tersebut.

    Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus:3

    1. Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda vital yaitu

    frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter digunakan untuk menilai oksigenasi

    karena penilaian warna kulit tidak dapat diandalkan.

    2.

    Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan udara dibanding

    dengan oksigen 100%.

    3.

    Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen), dan

    pangaturan konsentrasi dipantau berdasarkan oksimetri.

    4. Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya pengisapan trakea

    secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada bayi dalam

    keadaan depresi (lihat keterangan pada Langkah Awal).

    5. Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika diketahui adanya

    penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    3/15

    6. Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati

    cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik

    sedang atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.

    7. Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10

    menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10

    menit.

    8. Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi yang tidak

    membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu untuk

    penjepitan tali pusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.

    Langkah awal resusitasi

    Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi

    di bawah pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah

    untuk membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan

    bayi, dan stimulasi napas. Membersihkan jalan napas:3

    Jika cairan amnion jernih, pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan

    secara rutin, tetapi hanya dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan

    yang memerlukan VTP.

    Jika terdapat mekonium, bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak

    dilakukannya pengisapan rutin pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan

    bayi tidak bugar atau depresi. Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data untuk

    merekomendasikan perubahan praktek yang saat ini dilakukan. Praktek yang

    dilakukan ialah melakukan pengisapan endotrakeal pada bayi dengan pewarnaan

    mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha intubasi perlu waktu lama dan/atau

    tidak berhasil, ventilasi dengan balon dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat

    bradikardia persisten.

    Setelah jalan nafas dibersihkan, keringkan bayi dan stimulasi. Pada bayi dengan berat

    !1500 gram, bayi langsung dibungkus plastik bening tanpa dikeringkan terlebih dahulu

    kecuali wajahnya, kemudian dipasang topi. Bayi tetap dapat di stimulasi walaupun dipasang

    topi. Stimulasi taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menjentik telapak kaki dengan

    hati-hati, menggosok punggung atau perut. Melakukan rangsang taktil terus menerus pada

    bayi yang apneu adalah berbahaya dan tidak boleh dilakukan. Setelah dilakukan stimulasi

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    4/15

    atau rangsang pernapasan, posisikan kembali bayi dengan benar dan observasi pernapasan,

    denyut jantung dan tonus otot.

    Penilaian pernapasan

    Setelah langkah awal selesai dilakukan dan bayi sudah diposisikan kembali, maka

    dilakukan penilaian terhadap pernapasan, denyut jantung, tonus otot dan warna kulit.2,3

    Apabila bayi tidak bernafas atau megap-megap saat bernafas atau denyut jantung

    30 cmH20 dan selanjutnya 15-20

    cmH2O dengan frekuensi 40-60x/menit. VTP dilakukan selama 30 detik sebanyak 20-30

    kali, dengan fase eskpirasi lebih lama daripada fase inspirasi. Setelah 30 detik ventilasi,

    dilakukan penilaian frekuensi jantung. Apabila denyut jantung >100x per menit dan target

    saturasi tercapai tanpa alat, maka lanjutkan ke perawatan obseravasi, apabila pasien

    menggunakan alat maka lanjutkan ke perawatan pasca resusitasi.

    Tabel 2.1 Target SpO2 pada saat lahir2

    Waktu dari lahir Target SpO2 preduktal

    1 menit 60-70%

    2 menit 65-85%

    3 menit 70-90%

    4 menit 75-90%

    5 menit 80-90%

    10 menit 85-90%

    Apabila neonatus dapat bernapas spontan, perhatikan apakah neonatus mengalami distress

    napas (takipneu, retraksi atau merintih) atau sianosis sentral persisten tanpa distress

    napas. Apabila ada distress napas maka diberikan continuous positive airway pressure

    (CPAP) dengan PEEP 5-8 cmH2O dan dilakukan pemantauan saturasi oksigen. Apabila

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    5/15

    denyut jantung >100x per menit dan target saturasi tercapai tanpa alat, maka lanjutkan ke

    perawatan obseravasi, apabila pasien menggunakan alat maka lanjutkan ke perawatan

    pasca resusitasi. Apabila gagal CPAP, PEEP 8 cmH20 dan FiO2 >40% dengan distress

    napas, maka pertimbangkan intubasi. Apabila terjadi sianosis sentral persisten tanpa

    distress napas, pertimbangkan suplementasi oksigen dan lakukan pemantauan SpO2.

    Apabila laju denyut jantung >100x per menit dan target saturasi oksigen tercapai tanpa

    alat, lanjutkan ke perawatan observasi, jika dengan alat maka lanjutkan ke perawatan

    resusitasi. Penggunaan oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika resusitasi

    diantisipasi, VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas, sianosis menetap, oksigen

    tambahan diberikan.

    Apabila setelah dilakukan resusitasi dengan VTP dan denyut jantung tetap

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    6/15

    dan tulang belakang. Teknik ini mempunyai keuntungan dibandingkan dengan teknik dua

    jari karena memperbaiki tekanan puncak sistolik dan perfusi koroner tanpa komplikasi.

    Teknik ini mempunyai keterbatasan yaitu tidak dapat dilakukan secara efektif bila bayi

    besar dan tangan penolong kecil dan lebih sulit bila diperlukan akses tali pusat untuk

    memberi obat. Apabila menggunakan teknik dua jari, ujung jari tengah dan telunjuk atau

    jari manis dari satu tangan digunakan untuk menekan. Kedua jari tegak lurus dinding

    dada dan penekanan dengan ujung jari. Tangan lain harus digunakan untuk menopang

    bagian belakang bayi sehingga penekanan pada jantung antara tulang dada dan tulang

    belakang menjadi lebih efektif. Dengan tangan ke dua menopang bagian belakang, dapat

    dirasakan tekanan dan dalamnya penekanan dengan lebih mudah. Teknik dua jari lebih

    melelahkan dibandingkan dengan teknik dua ibu jari. Kompresi harus dilakukan dengan

    hati-hati supaya tidak merusak organ di bawahnya.

    Apabila telah dilakukan resusitasi seperti diatas dan denyut jantung setelah 30 detik

    tetap

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    7/15

    rendah. Pada neonatus kadar glukosa darah harus dipertahankan pada kadar 50-110 mg/dl.

    Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk stabilisasi gula darah neonatus adalah:

    1. Memberikan makanan parenteral. Kebanyakan neonatus yang perlu ditransportasi terlalu

    sakit untuk mentoleransi makanan peroral. Pada bayi sakit, sebaiknya menunda

    pemberian makanan peroral karena bayi yang sakit seringkali mengalami distres

    pernafasan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya aspirasi isi lambung ke paru. Selain

    itu ketika bayi mengalami distres pernafasan mereka memiliki koordinasi menghisap,

    menelan dan bernafas yang buruk. Pada keadaan tertentu, misalnya infeksi dapat

    memperlambat pengosongan isi lambung karena ileus intestinal. Isi gaster dapat

    mengalami refluks ke esofagus dan teraspirasi ke paru. Pada bayi yang mengalami

    asfiksia, kadar oksigen dan tekanan darah yang rendah, sehingga aliran darah ke usus

    menurun sehingga meningkatkan risiko terjadinya jejas iskemik.

    2. Memberikan glukosa melalui jalur intravena. Memberikan kebutuhan energi bagi bayi

    yang sakit melalui cairan intravena yang mengandung glukosa merupakan komponen

    penting dalam stabilisasi bayi, karena otak bayi memerlukan suplai glukosa yang cukup

    untuk berfungsi dengan normal. Cairan yang mengandung glukosa harus segera diberikan

    melalui jalur intravena kepada bayi sakit. Jalur intravena dapat diberikan di tangan, kaki

    atau kulit kepala. Apabila jalur perifer sulit didapatkan maka dapat digunakan jalur vena

    umbilikal untuk pemberian cairan dan obat-obatan.

    3. Beberapa neonatus berisiko tinggi mengalami hipoglikemia. Bayi yang berisiko tinggi

    mengalami hipoglikemia diantaranya adalah bayi prematur (usia kehamilan

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    8/15

    T-temperature

    Hipotermia merupakan kondisi yang dapat dicegah dan sangat mempengaruhi

    morbiditas dan mortalitas, khususnya pada bayi prematur. Maka, usaha untuk

    mempertahankan suhu normal bayi dan pencegahan hipotermia selama stabilisasi sangatlah

    penting. Bayi yang berisiko tinggi mengalami hipotermia adalah bayi prematur, berat badan

    rendah (khususnya berat badan kurang dari 1500 gram), bayi kecil untuk masa kehamilan,

    bayi yang mengalami resusitasi yang lama, bayi yang sakit berat dengan masalah infeksi,

    jantung, neurologis, endokrin dan bedah, bayi yang hipotonik akibat sedatif, analgesik, atau

    anestesi. Konsep utama dalam pencegahan hipotermi pada bayi pasca resusitasi adalah

    sebagai berikut:6

    1. Pemeliharaan suhu badan normal harus diprioritaskan baik pada bayi sakit maupun sehat.

    Untuk bayi sehat dapat dilakukan dengan menggunakan selimut hangat, menjauhkan kain

    basah, meletakkan anak di dada ibu (skin to skin contact), menggunakan topi dan pakaian.

    Pada bayi sakit biasanya bayi tidak menggunakan pakaian dan diletakkan di atas radiant

    warmer untuk memudahkan observasi dan tindakan. Selama resusitasi dan stabilisasi,

    risiko terjadinya stres dingin dan hipotermia sangat meningkat, sehingga usaha

    pencegahan hipotermia harus ditingkatkan.

    2.

    Bayi prematur dan berat badan rendah sangat rentan mengalami hipotermia. Bayi masih

    memiliki kesulitan dalam mengatur keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas,

    terutama pada bayi prematur dan bayi kecil masa kehamilan. Hal ini disebabkan karena

    perbandingan antara luas permukaan dan massa tubuh yang lebih besar, kulit imatur yang

    lebih tipis, dan lemak coklat yang lebih sedikit. Masalah ini lebih berisiko pada bayi

    dengan berat

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    9/15

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    10/15

    menandakan bahwa bayi mulai kelelahan, atau sekunder karena cedera otak (hipoksik

    iskemik-ensefalopati, edema otak atau perdarahan intrakranial), obat-obatan (opioid), atau

    syok.

    2. Usaha nafas. Selain takipnea, tanda distres pernafasan lain diantaranya: Retraksi, dapat

    dilihat didaerah suprasternal, substernal, interkostal, subkostal. Grunting, pernafasan

    cuping hidung. Apnea, nafas megap-megap, atau periodic breathing.

    3. Kebutuhan oksigen. Apabila bayi mengalami sianosis di udara ruangan dan distres

    pernafasan ringan atau sedang, maka oksigen diberikan melalui hidung. Pada keadaan

    bayi mengalami distres pernafasan berat, dapat diberikan tindakan yang lebih agresif

    seperti Continous Positive Airway Pressure (CPAP), atau intubasi endotrakeal.

    4. Saturasi oksigen. Saturasi oksigen harus dipertahankan agar di atas 90 %.

    5. Analisis gas darah. Evaluasi dan interpretasi gas darah penting untuk menilai derajat

    distres pernafasan yang dialami oleh bayi.

    Dalam menentukan derajat distres pernafasan, penting untuk menilai laju pernafasan,

    usaha nafas, kebutuhan oksigen, saturasi oksigen, rontgen dada dan analisis gas darah.

    Berikut merupakan penilaian derajat distres pernafasan pada neonatus:

    a. Ringan: nafas cepat tanpa membutuhkan oksigen tambahan, tanpa atau terdapat tanda

    distres minimal.

    b. Sedang: sianotik pada suhu kamar, terdapat tanda distres pernafasan dan analisis gas

    darah yang abnormal.

    c. Berat: sianosis sentral, berusaha kuat untuk bernafas, dan analisis gas darah yang

    abnormal. Progresivitas distres pernafasan dari ringan, sedang menjadi berat dapat

    terjadi dengan cepat, oleh karena itu pemantauan yang kontinyu dibutuhkan sehingga

    penyediaan bantuan nafas dapat segera diberikan.

    B-Blood pressure.

    Curah jantung yang mencukupi diperlukan untuk mempertahankan sirkulasi. Cara

    yang terbaik untuk mempertahankan sirkulasi adalah dengan memberikan cairan dan

    elektrolit yang adekuat. Pada bayi sakit berat harus dipantau tanda-tanda syok. Syok adalah

    keadaan dimana terjadi perfusi dan pengiriman oksigen ke organ vital yang inadekuat atau

    suatu keadaan yang kompleks dari disfungsi sirkulasi yang berakibat terganggunya suplai

    oksigen dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Kegagalan dalam mengenali dan

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    11/15

    menangani syok dapat berakibat gagal organ multipel dan kematian pada bayi, oleh karena itu

    penanganan syok harus dilakukan secara agresif. Bayi yang mengalami syok dapat memiliki

    tanda-tanda berikut ini:5,6

    a.

    Usaha nafas. Takipnea, retraksi, pernafasan cuping hidung, grunting, apnea, gasping.

    b. Nadi, Pada keadaan syok denyut nadi dapat melemah atau tidak teraba.

    c. Perfusi perifer. Perfusi yang buruk akibat vasokonstriksi dan menurunnya curah jantung

    memanjangnya waktu pengisian kapiler (>3 detik), mottling dan kulit teraba dingin.

    Tanda perfusi yang adekuat diantaranya adalah waktu pengisian kapiler yang cepat,

    warna tidak sianosis atau pucat, denyut nadi yang kuat, output urin yang adekuat dan

    kesadaran yang baik.

    d.

    Warna, Kulit bayi tampak sianosis atau pucat. Oksigenasi dan saturasi harus dievaluasi

    secara berkala. Pemeriksaan gas darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui adanya

    asidosis respiratorik atau metabolik.

    e.

    Frekuensi jantung. Frekuensi jantung normal adalah 120-160 kali/menit, namun dapat

    bervariasi sekitar 80-200 kali/menit tergantung dari aktivitas bayi. Pada keadaan syok,

    denyut jantung dapat berupa bradikardia (180 kali/menit).

    f.

    Jantung. Evaluasi adanya murmur dan pembesaran jantung pada rontgen dada.g.

    Tekanan darah. Tekanan darah saat syok dapat normal atau hipotensi. Hipotensi

    merupakan tanda terakhir dari dekompensasi jantung. Hal lain yang harus dievaluasi

    adalah tekanan nadi. Nilai normal tekanan nadi pada bayi cukup bulan adalah 25-30

    mmHg, sedangkan pada bayi kurang bulan nilai normalnya adalah 15-25 mmHg. Tekanan

    nadi yang sempit menunjukkan vasokonstriksi, gagal jantung atau curah jantung yang

    rendah. Sedangkan tekanan nadi yang lebar dapat terjadi pada duktus arteriosus persisten

    atau malformasi arteri vena.

    L-Laboratory studies

    Pemantauan elektrolit direkomendasikan pada neonatus yang mengalami kejang atau

    usia>24 jam dan dalam keadaan tidak bugar. Elektrolit yang harus diperiksa adalah kadar

    natrium, kalium dan kalsium. Selain itu perlu dilakukan juga pemeriksaan tanda infeksi,

    karena sistem imun neonatus masih imatur dan berisiko tinggi untuk mengalami infeksi.

    Tanda klinis sepsis diantaranya distres pernafasan, perfusi kulit yang abnormal, suhu yang

    tidak stabil, denyut jantung dan tekanan darah yang abnormal, serta intolerasi terhadap

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    12/15

    minum. Apabila dicurigai adanya sepsis berdasarkan klinis dan riwayat maternal, harus

    dilakukan pemeriksaan kultur darah dan darah lengkap bila memungkinkan. Pemberian

    antibiotik intravena tidak boleh ditunda apabila pemeriksaan kultur darah tidak dapat

    dilakukan. Pada bayi yang sakit berat atau pada saat sebelum transportasi, antibiotik harus

    diberikan sampai kemungkinan infeksi sudah tersingkirkan. Pemeriksaan laboratorium yang

    dilakukan:6

    a. Sebelum transportasi. Pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan sebelum dilakukan

    transportasi: Blood count (pemeriksaan darah rutin), Blood culture (kultur darah), Blood

    glucose (kadar glukosa darah), Blood gas (analisis gas darah).

    b. Setelah transportasi Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari

    riwayat, faktor risiko, dan gejala klinis dari bayi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan

    diantaranya pemeriksaan C-reactive protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium, kalsium),

    fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin, pT, aPTT,

    fibrinogen, D-dimer).

    E-Emotional support

    Keluarga dari bayi yang mengalami krisis biasanya akan mengalami rasa bersalah,

    marah, tidak percaya, merasa gagal, tidak berdaya, takut dan depresi. Orang tua dari bayi

    akan mengalami beberapa tahapan emosional dalam menghadapi keadaan bayinya, yaitu:6

    1). Terkejut. Pada masa ini pikiran orang tua dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, seperti

    bagaimana nasib bayi selanjutnya? Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya? Sehingga

    orang tua akan sulit berpikir dengan jernih, dan perlu mendapatkan penjelasan mengenai

    kondisi bayinya berulang kali.

    2). Menyangkal. Pada masa ini orang tua tidak mempercayai kenyataan yang terjadi. Orang

    tua cenderung mencari bukti-bukti lain yang dapat membuktikan bahwa keadaan tersebut

    tidak benar.

    3). Berkabung, sedih dan takut. Pada masa ini orang tua sudah mulai menerima bahwa

    keadaan anaknya tidak seperti yang diharapkan, mulai merasa sedih dengan beban yang harus

    mereka pikul, dan takut bahwa bayi mereka akan meninggal atau menjadi tidak normal. 4.

    Marah dan merasa bersalah. Pada tahap selanjutnya orang tua akan merasa marah karena bayi

    mereka sakit, marah mengapa hal tersebut terjadi pada mereka. Jadi pada tahap ini, karena

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    13/15

    mereka tidak bisa marah kepada bayinya, mereka cenderung akan marah kepada orang-orang

    yang ada di sekitarnya.

    4). Tahap ekuilibrium dan terorganisir. Pada masa ini orang tua mulai mengerti mengenai

    kondisi bayinya dan mulai berinteraksi dengannya. Tahapan-tahapan tersebut penting untuk

    diketahui agar dapat lebih mengerti mengenai kondisi mereka dan dapat memberikan

    dukungan emosi, serta menawarkan bantuan untuk membantu keluarga melewati masa

    kritisnya. Keluarga sedapat mungkin memperoleh informasi secara kontinyu mengenai

    perkembangan keadaan anaknya. Kontak sedini mungkin antara orang tua dengan anaknya

    sangatlah penting. Dukungan emosi yang diberikan kepada keluarga dapat diberikan sebelum,

    pada saat bahkan sesudah bayi ditransfer ke tempat yang lebih intensif. Setelah bayi

    dilakukan resusitasi dan akan ditransfer ke tempat yang lebihintensif, orang tua bayi harus

    diperbolehkan untuk melihat dan menyentuh bayi mereka dahulu. Apabila tidak

    memungkinkan, maka sebelum dipindahkan, bayi disinggahkan terlebih dahulu ke kamar ibu

    untuk mempertemukan mereka secara singkat. Sebaiknya keluarga diperbolehkan untuk

    memotret atau merekam bayi. Hal ini dapat membantu menenangkan ibu yang akan berpisah

    dengan bayinya. Pada saat akan ditransfer, orang tua harus mendapatkan penjelasan kembali

    mengenai kondisi anak mereka. Penjelasan harus singkat dan mudah dimengerti agar orang

    tua dapat mengerti. Orang tua juga harus diberikan kesempatan untuk bertanya apabilaterdapat hal yang tidak dimengerti. Penjelasan mengenai kondisi anak pertama kali harus

    diberikan kepada orang tua bayi, tidak diperkenankan untuk memberitahukan mengenai

    kondisi anak kepada orang lain, tanpa seijin orang tua. Setelah bayi ditransfer ke ruang

    intensif, orang tua tetap harus mendapatkan dukungan. Salah satunya adalah dengan cara

    membiarkan orang tua menengok bayinya serta membiarkan mereka mengetahui dan

    memantau terus kondisi bayinya.

    Penghentian resusitasi

    Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10

    menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.

    Dan resusitasi dapat tidak dilakukan pada kehamilan

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    14/15

  • 7/25/2019 186745_ringkasan Resusitasi Neonatus

    15/15