Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

15
8 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Neonatus atau bayi baru lahir memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin agar dapat bertahan hidup. Kemampuan adaptasi ini bergantung pada maturitas organ, kondisi janin (berat lahir, masa gestasi) dan faktor lingkungan. Proses adaptasi yang tidak berjalan semestinya dapat mengakibatkan keadaan gawat darurat neonatus karena dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan. Bayi yang dilahirkan ibu pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu disebut dengan bayi preterm atau bayi prematur atau bayi kurang bulan (BKB). Keadaan tersebut tergolong atas kecil untuk masa kehamilan, sesuai untuk masa kehamilan atau besar untuk masa kehamilan. Tetapi pada umumnya BKB lahir sebagai bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Kontribusi terbesar kematian pada BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia pada waktu lahir dan hipotermia. 1 Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%. 2 Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata-rata Thailand 9,6% dan Vietnam 5,2%. Tahun 2011 diketahui bahwa jumlah bayi dengan BBLR di Jawa Timur mencapai 3,32% yang diperoleh dari presentase 19.712 dari 594.461 bayi baru lahir yang di timbang, dan angka kematian neonatal dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang tertinggi disebabkan

Transcript of Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

Page 1: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Neonatus atau bayi baru lahir memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin agar dapat bertahan hidup. Kemampuan adaptasi ini bergantung pada maturitas organ, kondisi janin (berat lahir, masa gestasi) dan faktor lingkungan. Proses adaptasi yang tidak berjalan semestinya dapat mengakibatkan keadaan gawat darurat neonatus karena dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan. Bayi yang dilahirkan ibu pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu disebut dengan bayi preterm atau bayi prematur atau bayi kurang bulan (BKB). Keadaan tersebut tergolong atas kecil untuk masa kehamilan, sesuai untuk masa kehamilan atau besar untuk masa kehamilan. Tetapi pada umumnya BKB lahir sebagai bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Kontribusi terbesar kematian pada BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia pada waktu lahir dan hipotermia.1

Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.2 Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata-rata Thailand 9,6% dan Vietnam 5,2%.

Tahun 2011 diketahui bahwa jumlah bayi dengan BBLR di Jawa Timur mencapai 3,32% yang diperoleh dari presentase 19.712 dari 594.461 bayi baru lahir yang di timbang, dan angka kematian neonatal dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang tertinggi disebabkan karena BBLR yaitu mencapai 38,03% di banding penyebab kematian neonatal lain.2

Tujuan penulisan ini untuk memaparkan tentang gawat darurat neonatus pada persalinan preterm, agar dapat diantisipasi dengan kewaspadaan yang tinggi sehingga tidak terjadi kematian atau gejala sisa atau kecacatan.

Page 2: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

A. Definisi BBLR

Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas karena tidak semua berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan.3

Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterine. Penentuan hubungan ini akan memperbudah morbiditas dan mortalitas bayi. Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK).3

Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Bayi berat lahir rendah berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3, yaitu:4

1. Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram sampai dengan 2500 gram.

2. Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.

3. Bayi berat lahir amat sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (Sylviati, 2008). Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.3

1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.

2. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin

Page 3: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).

B. Faktor Risiko BBLR

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun penyebab terbanyak bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.5,6

Menilai faktor risiko bayi sangatlah penting, karena asfiksia dapat terjadi antepartum dan intrapartum.7,8

Tabel. Faktor risiko asfiksia neonatorum

FAKTOR RISIKO

ANTEPARTUM INTRAPARTUM

Primipara

Penyakit pada ibu :

Demam saat kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan

Anemia

Diabetes mellitus

Penyakit hati dan ginjal

Penyakit kolagen dan pembuluh darah

Perdarahan antepartum

Riwayat kematian neonatus sebelumnya

Penggunaan sedasi, analgesi atau anestesi

Kehamilan lewat waktu

Usia <16 atau >35 tahun

Malformasi atau anomali janin

Malpresentasi

Partus lama (>24 jam)

Persalinan yang sulit dan traumatik

Mekoneum dalam ketuban

Ketuban pecah dini

Induksi oksitosin

Prolaps tali pusat

Kelahiran kurang bulan

Plasenta previa

Perdarahan intrapartum

Bradikardia janin persisten

Kala dua lama (>2 jam)

Page 4: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

C. Komplikasi BBLR

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR yang paling sering adalah gangguan pernapasan seperti: 6

1. Sindrom gangguan pernapasan, yaitu: perkembangan imatur sistem pernapasan atau tidak adekuatnya surfaktan pada paru-paru.

2. Asfiksia, yaitu : keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehinnga dapat menurunkan oksigen dan meningkatkan karbon dioksida yang dapat memperburuk kehidupan lebih lanjut.

3. Aspirasi mekonium, yaitu: penyakit yang terjadi akibat inhalasi cairan amnion yang tercemar mekonium peripartum sehingga terjadi peradangan jaringan paru dan hipoksia.

Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah gangguan metabolik seperti hipotermia, hipoglikemia dan masalah pemberian ASI. Selain itu dapat juga terjadi gangguan imunitas dan gangguan sistem peredaran darah.

II. Resusitasi Neonatus

A. Definisi dan Fungsi

Resusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya, sedangkan resusitasi neonatus ialah prosedur yang diaplikasikan pada bayi baru lahir (BBL) yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Periode neonatal ialah periode bayi dari lahir sampai umur 28 hari.5

Tujuan resusitasi BBL ialah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas.5

B. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.

1. Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.

Page 5: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

2. Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.

3. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum memulai resusitasi, peralatan dan obat harus tersedia pada setiap persalinan. Peralatan dan obat harus diperiksa, diuji, dan diyakinkan apakah dapat berfungsi dengan baik atau tidak.

Tabel. Peralatan untuk resusitasi BBL

a. Perlengkapan penghisap

Balon pengisap (bulb syringe), alat pengisap lendir

Pengisap mekanik dengan selangnya

Kateter pengisap (suction) nomor 5F, 6F, 8F, 10F, 12F, dan 14F

Pipa lambung atau Nasogastric Tube (NGT) nomor 8F dan spuit 20 mL

Pengisap mekonium/ konektor

b. Peralatan balon dan sungkup (mask)

Balon resusitasi yang dapat memberikan SpO2 sampai kadar 90% sampai 100%

Sungkup sesuai ukuran

Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10 L/menit) dan selang oksigen

c. Peralatan intubasi

Page 6: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

Laringoskop dengan daun lurus no. 00 dan no. 0 (untuk bayi kurang bulan) dan no. 1 (untuk bayi cukup bulan)

Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskop

Endotracheal Tube (ETT) no. 2,5, 3,0, 3,5, 4,0 mm diameter internal

Stilet

Gunting

Plester atau alat fiksasi endotrakeal

Kapas alkohol

Alat pendeteksi CO2 atau kapnograf

Sungkup laring (LMA)

d. Alat untuk memberikan obat-obatan

Orogastic Tube no. 5F

Kateter umbilikal no. 3,5F, 5F

Three way stopcock

Spuit 1, 3, 5, 10, 20, 50 mL

Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum

Handscoon steril, skalpel/gunting, larutan yodium, pita/plester/tape umbilikan

e. Lain-lain

Handscoon dan alat pelindung lain

Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya

Jam

Page 7: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

Kain

Stetoskop untuk neonatus

Plester

Monitor jantung dan pulse oksimeter dengan probe serta elektrodanya

Oropharyngeal airway (0,00 dan ukuran 000 atau panjang 30, 40 dan 50 mm)

f. Untuk bayi kurang bulan

Sumber udara bertekanan

Pulse oksimeter dan probe oksimeter

Kantung plastik makanan (1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup dan transparan

Alas pemanas kimia

Inkubator

BAB III

Page 8: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

RESUSITASI NEONATUS BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Penilaian Awal BBL

Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan

resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan

kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan

menjawab 4 pertanyaan:7,9

1. Apakah bayi cukup bulan?

2. Apakah bayi menangis?

3. Apakah tonus otot baik?

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekoneum dan atau tidak

menangis atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan

langkah resusitasi.

Bagan 1. Alur Manajemen Bayi Baru Lahir

B. Langkah Awal Resusitasi

Penilaian

1. Apakah kehamilan cukup bulan?

2. Apakah bayi menangis atau tidak?

3. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?

PERSIAPAN

YA TIDAK

Manajemen BBL Normal Manajemen BBL dengan Asfiksia

Page 9: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

Bila salah satu atau lebih dari penilaian awal mendapat jawaban “tidak”, langkah awal resusitasi harus segera dilakukan.

Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah untuk membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan bayi, dan stimulasi napas.

Membersihkan jalan napas:

a. Jika cairan amnion jernih.

Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang memerlukan VTP.

b. Jika terdapat mekonium.

Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya pengisapan rutin pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi tidak bugar atau depresi. Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data untuk merekomendasikan perubahan praktek yang saat ini dilakukan. Praktek yang dilakukan ialah melakukan pengisapan endotrakeal pada bayi dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha intubasi perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan balon dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat bradikardia persisten.

Menilai kebutuhan oksigen dan pemberian oksigen

Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting karena adanya bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi. Persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma.

Penggunaan oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika:

1. Resusitasi diantisipasi

2. VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas

3. Sianosis menetap

4. Oksigen tambahan diberikan.

Pemberian oksigen tambahan

Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara atau oksigen campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen untuk mencapai SpO2 sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai dengan udara kamar. Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah 90 detik resusitasi dengan oksigen konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga didapatkan frekuensi denyut jantung normal.

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

Page 10: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung kurang dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.

Pernapasan awal dan bantuan ventilasi

Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 – 60 kali per menit untuk mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit. Penilaian ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung.

Tekanan akhir ekspirasi

Banyak ahli merekomendasikan pemberian continuous positive airway pressure (CPAP) pada bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir. Penggunaan CPAP ini baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi cukup bulan dengan gawat napas, tidak ada cukup bukti untuk mendukung atau tidak mendukung penggunaan CPAP di ruang bersalin.

Alat untuk ventilasi

Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak Mengembang Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator. Laryngeal Mask Airway (LMA; sungkup larings) disebutkan dapat digunakan dan efektif untuk bayi >2000 gram atau ≥34 minggu. LMA dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon sungkup tidak berhasil dan intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA belum diteliti untuk digunakan pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi dada, atau untuk pemberian obat melalui trakea.

Pemasangan intubasi endotrakeal

Indikasi intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus ialah:

1. Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.

2. Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu lama.

3. Jika dilakukan kompresi dada.

4. Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir amat sangat rendah.

Kompresi dada

Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus, rasio kompresi:ventilasi tetap 3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara periodik dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut jantung sama atau lebih dari 60 per menit.

Medikasi

Page 11: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin atau pengembang volume atau ke duanya dapat dilakukan.

Epinefrin

Epinefrin direkomendasikan untuk diberikan secara intravena dengan dosis intrvena 0,01 – 0,03 mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 – 1,0 mg/kg dapat dipertimbangkan sambil menunggu akses vena didapat, tetapi efektifitas cara ini belum dievaluasi. Konsentrasi epinefrin yang digunakan untuk neonatus ialah 1:10.000 (0,1 mg/mL).

Gambar 1. Bagan Resusitasi Neonatus

BAB IV

SIMPULAN

Page 12: Resusitasi Neonatus BBLR - Sandra

8

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan penyebab kematian utama pada bayi di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Faktor resiko BBLR terbagi menjadi dua, yaitu antepartum dan intrapartum. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR yang paling sering adalah gangguan pernapasan seperti gangguan pernapasan, gangguan metabolik, gangguan imunitas dan gangguan peredarah darah. Untuk itu sangatlah penting dilakukan resusitasi neonatus untuk mengurangi angka kematian bayi baru lahir atau neonatus.

Resusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya, sedangkan resusitasi neonatus ialah prosedur yang diaplikasikan pada bayi baru lahir (BBL) yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Tujuan resusitasi BBL ialah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas.

Resusitasi neonatus dilakukan pada neonatus yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur serta adekuat. Resusitasi neonatus dilakukan menurut diagram alur resusitasi neonatus. Diagram alur resusitasi neonatus dilaksanakan langkah demi langkah secara berurutan dan dalam waktu yang tepat. Resusitasi neonatus akan lebih berhasil bila tersedia tenaga terampil dalam melakukan resusitasi dan peratalan yang memadai.