Resusitasi

2
Pemberian resusitasi cairan resusitasi secara cepat (Rapid Fluid Ressucitation) pada pasien dengan syok, merupakan terapi yang bertujuan untuk memperbaiki gangguan hemodinamik yang merupakan komponen penting dalam panduan terhadap kasus emergency. Pendekatan ini sudah sering digunakan secara luas pada program pelatihan pediatric life-support, yang menyarankan pemberian cairan isotonik diatas 60 ml/kgBB dalam waktu 15 menit setelah pasien didiagnosis mengalami syok. Anak-anak yang tidak menunjukkan respon adekuat terhadap resusitasi cairan membutuhkan penanganan intensif dengan pemberian inotropik dan bantuan ventilator. Perbaikan substansial pada syok septik anak adalah tujuan dari pendekatan ini. Namun, bukti terkait kriteria untuk intervensi yang diperlukan, volume, dan tipe cairan yang digunakan masih kurang. Di rumah sakit yang mengalami kekurangan peralatan seperti di sub-Saharan Afrika, dimana fasilitas untuk perawatan intensif jarang tersedia, program survival untuk anak sering mengabaikan peran dari triase dan penaganan emergesi walaupun sangat memakan biaya. Malaria, sepsis, dan kondisi infeksi lainnya dapat menyebabkan beban kesehatan untuk anak di sub-Saharan Afrika, dan dikaitkan dengan tingkat kematian awal pada anak. Syok hipovolemik (istilah terhadap semua derajat dari gangguan perfusi) sangat sering terjadi dan meningkatkan kematian secara drastis. Namun, panduan World Health Organization menyarankan penerapan praktik resusitasi cairan untuk anak dengan syok lanjut

description

komplek

Transcript of Resusitasi

Pemberian resusitasi cairan resusitasi secara cepat (Rapid Fluid Ressucitation) pada pasien dengan syok, merupakan terapi yang bertujuan untuk memperbaiki gangguan hemodinamik yang merupakan komponen penting dalam panduan terhadap kasus emergency. Pendekatan ini sudah sering digunakan secara luas pada program pelatihan pediatric life-support, yang menyarankan pemberian cairan isotonik diatas 60 ml/kgBB dalam waktu 15 menit setelah pasien didiagnosis mengalami syok. Anak-anak yang tidak menunjukkan respon adekuat terhadap resusitasi cairan membutuhkan penanganan intensif dengan pemberian inotropik dan bantuan ventilator. Perbaikan substansial pada syok septik anak adalah tujuan dari pendekatan ini. Namun, bukti terkait kriteria untuk intervensi yang diperlukan, volume, dan tipe cairan yang digunakan masih kurang.

Di rumah sakit yang mengalami kekurangan peralatan seperti di sub-Saharan Afrika, dimana fasilitas untuk perawatan intensif jarang tersedia, program survival untuk anak sering mengabaikan peran dari triase dan penaganan emergesi walaupun sangat memakan biaya. Malaria, sepsis, dan kondisi infeksi lainnya dapat menyebabkan beban kesehatan untuk anak di sub-Saharan Afrika, dan dikaitkan dengan tingkat kematian awal pada anak. Syok hipovolemik (istilah terhadap semua derajat dari gangguan perfusi) sangat sering terjadi dan meningkatkan kematian secara drastis. Namun, panduan World Health Organization menyarankan penerapan praktik resusitasi cairan untuk anak dengan syok lanjut (ditandai dengan penurunan capillary refill time >3 detik, nadi cepat dan lemah, dan akral dingin); namun tidak dipraktikan secara luas. Kebanyakan anak di Rumah Sakit Sub-Saharan Afrika menerima penanganan cairan yang tidak spesifik termasuk pemberian transfusi darah pada anemia berat atau pemberian cairan maintenance (pemeliharaan).

The Fluid Expansion as Supportive Therapy