resus dm

15
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM NO.RM : 28-75-89 ANAMNESIS Nama : Ny. SD Ruang : Cempaka Umur : 54 tahun Kelas : II Nama : Ny.SD Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 54 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Doplang RT 03/02 Kab. Purworejo Masuk RS Tanggal : 1 April 2014 Jam : 21.50 WIB Diagnosis Masuk : DM tipe 2 Dokter yang merawat : dr. DANANG Sp.PD Dokter Muda: Muhammad Rizki Imannudin Tanggal : 1 April 2014 Keluhan Utama : Lemas Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Keluhan adanya penglihatan kabur disangkal. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5 kali. Buang air besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya, yang dirasakan hilang timbul. Dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien, yang ternyata didapatkan hasil GDS = 540 g/dl. Riwayat Penyakit Dahulu: RM.01.

description

ILMU PENYAKIT DALAM

Transcript of resus dm

Page 1: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

ANAMNESISNama : Ny. SD Ruang : Cempaka

Umur : 54 tahun Kelas : II

Nama : Ny.SD

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Doplang RT 03/02 Kab. Purworejo

Masuk RS Tanggal : 1 April 2014 Jam : 21.50 WIB

Diagnosis Masuk : DM tipe 2

Dokter yang merawat : dr. DANANG Sp.PD Dokter Muda: Muhammad Rizki Imannudin

Tanggal : 1 April 2014

Keluhan Utama : Lemas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2

hari yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Keluhan adanya penglihatan

kabur disangkal. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5 kali. Buang air besar tidak

ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya, yang dirasakan

hilang timbul. Dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien, yang ternyata didapatkan hasil

GDS = 540 g/dl.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien menderita Diabetes Melitus sejak 5 tahun yang lalu

RM.01.

Page 2: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

PEMERIKSAAN

JASMANI

Nama : Ny. SD Ruang : Cempaka

Umur : 54 tahun Kelas : II

PEMERIKSAAN UMUM (sampai di bangsal Kemuning RSSH)

Status Generalisata

o Kesan umum : sedang

o Kesadaran : compos mentis

Vital Sign

o Nadi : 85 x/menit

o TD : 120/80 mmHg

o Suhu badan : 36 0C (pengukuran axilla)

o Pernafasan : 20 x/menit

PEMERIKSAAN KHUSUS :

Pemeriksaan Thorax

Bentuk dada : datar, simetris

Suara nafas : Vesikuler +/+

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : tampak datar

Auskultasi : BU normal

Perkusi : timpani

Palpasi : nyeri tekan (-)

Pemeriksaan Ekstremitas

Superior : edema ekstremitas (-), pitting (-)

Inferior : edema ekstremitas (-), pitting (-),

RM.02.

Page 3: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

DIAGNOSIS &

RENCANA TERAPI

Nama : Tn. R Ruang : Kemuning

Umur : 36 tahun Kelas : III

DIAGNOSIS KERJA

DM type 2

RENCANA PEMERIKSAAN

Darah Rutin Otomatik, Urin lengkap, elektrolit kimia, profil lipid, Ureum, Kreatinin,SGOT,

SGPT

RENCANA TATALAKSANA

Infus RL 20 tpm

Sohobion 1A/24 jam

Inj. Ranitidin 1A/12jam

Antasida Syr 3xC1

Glibenklamid 2x1

RM.03.

Page 4: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 25 Maret 2014

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 14.6 g/dL 13.2 – 17.3

Leukosit 7.9 103/µL 3.6 – 10.6

Hematokrit 47 % 40 – 52

Eritrosit 5.4 106/µL 4.40 – 5.90

Trombosit 279 103/µL 150 – 400

Diff Count

Netrofil 63.4 % 50 – 70

Limfosit 24.7 % 25 – 40

Monosit 8.9 % 2 – 8

Eusinofil 2.7 % 2.00 – 4.00

Basofil

Kimia Klinik

Ureum

Kreatinin

SGOT

SGPT

Kolesterol Tot

Trigliserida

0.30

48

1

32

20

230

144

%

Mg/dl

Mg/dl

U/L

U/L

Mg/dl

Mg/dl

0 – 1

10-50

0.60-1.10

0-50

0-50

< 220

70-140

TINJAUAN PUSTAKA

RM.04.

Page 5: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

DIABETES MELITUS TIPE 2

DEFINISI

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainansekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya

Diagnosis DM

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak

dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan

glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah

plasma vena.Penggunaan bahan darah utuh (wholeblood), vena, ataupunangka kriteria diagnostik

yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan

dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu

dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:

- Keluhan klasik DM berupa: poliuria (banyak kencing dalam arti jumlah air seni lebih banyak

daripada normal), polidipsia (sering merasa haus), polifagia (sering cepat lapar), dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

- Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada

pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

RM.05.

Page 6: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa sewaktu >200 mg/dL sudah cukup

untuk menegakkan diagnosis DM

2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.

3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif

dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki

keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat

jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang

diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau

glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2

jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).

2. GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan

antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140mg/Dl

PEDOMAN DIAGNOSIS DM MENURUT ADA 2011

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa plasma sewaktu

merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir,

Atau

2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L) Puasa diartikan pasien

tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam, Atau

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO yang dilakukan dengan

standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang

dilarutkan ke dalam air.

* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah

RM.06.

Page 7: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah

terstandardisasi dengan baik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penyaring dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM , namun tidak

menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien

dengan DM, TGT, maupun GDPT, sehingga dapat ditangani lebih dini secara tepat. Pasien dengan

TGT dan GDPT juga disebut sebagai intoleransi glukosa, merupakan tahapan sementara menuju

DM. Kedua keadaan tersebut juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya DM dan penyakit

kardiovaskular dikemudian hari. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan

kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa.

Penatalaksanaan

Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk

dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga

dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat.

Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan

upaya peningkatan motivasi. Berbagai hal

tentang edukasi dibahas lebih mendalam di bagian promosi perilaku sehat di halaman 38.

Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara

mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah

dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

II.2.3. 2. Terapi Nutrisi Medis

RM.07.

Page 8: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci

keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim

(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya).

Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna

mencapai sasaran terapi.

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk

masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi

masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan

dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan,

Terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan

Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.

Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan sama dengan

makanan keluarga yang lain

Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman

konsumsi harian (Accepted- Daily Intake)

Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau

diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari

kebutuhan kalori sehari.

Lemak

Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan melebihi 30%

total asupan energi.

Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.

Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak

trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk).

Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.

Protein

Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.

RM.08.

Page 9: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam

tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau

10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

Natrium

Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk masyarakat

umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh)

garam dapur.

Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg.

Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti

natrium benzoat dan natrium nitrit.

Serat

Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari

kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat,

karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.

Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.

Pemanis alternatif

Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Termasuk

pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.

Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.

Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan

kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang

lebih 30 menit), merupakan

salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.

Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup

sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.

1. Obat hipoglikemik oral

RM.09.

Page 10: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:

A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid

B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion

C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

E. DPP-IV inhibitor

Nama dan tangan Ko-As : Muhammad Rizki Imannudin (20090310194)

RM.010.

Page 11: resus dm

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

NO.RM : 28-75-89

Nama dan tangan Ko-As : Muhammad Rizki Imannudin (20090310194)

RM.011.

Diperiksa oleh

Dokter Pembimbing

Tanggal …………………jam ……. : ……….

Tanda tangan

(dr. Danang Sp.PD)